Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Wanda Tri Utami 15108244032 Angkatan 2015
Nurul Hidayah 15108241165 Angkatan 2015
i
PERAN SEKOLAH EKSPLORASI ALAM (SEA) UNTUK MENGATASI
KETIDAKMERATAAN PENDIDIKAN DI DAERAH 3T
wandatriutami@gmail.com
ii
PERAN SEKOLAH EKSPLORASI ALAM (SEA) UNTUK MENGATASI
KETIDAKMERATAAN PENDIDIKAN DI DAERAH 3T
wandatriutami@gmail.com
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis dengan
judul: Peran Sekolah Eksplorasi Alam (SEA) untuk Mengatasi Ketidakmerataan
Pendidikan di Daerah 3T. Karya ini disusun untuk mengikuti Lomba Karya Tulis
Nasional BORNEO SCIENTIFIC FAIR (BORN SF) 2017 yang diselenggarakan
oleh Universitas Tanjungpura Pontianak. Karya tulis ini dapat tersusun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini kami akan mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. selaku Pejabat Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta
2. Prof. Dr.Sumaryanto, M.Kes, M.Pd. selaku Wakil Rektor III Universitas
Negeri Yogyakarta
3. H. Sujati, M. Pd. selaku pembimbing karya tulis atas segala bantuan dan
bimbingannya yang telah diberikan demi tercapainya penyelesaian karya tulis
ini.
4. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberi dukungan pada
kepada kami
5. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan laporan
akhir ini, yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu.
Kami sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan
sangat jauh dari sempurna.Akhirnya kami mohon kritik, saran, dan masukan yang
membangun sebagai pedoman kami dalam melangkah ke arah yang lebih baik
lagi.Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi kita semua.Aamiin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Pemerataan Pendidikan.............................................................................3
B. Dasar Pemerataan Pendidikan di Indonesia............................................4
C. APK atau APM............................................................................................5
D. Konsep Pembangunan Daerah Tertinggal................................................7
BAB III
METODOLOGI PENULISAN 10
A. Pendekatan Penulisan...............................................................................10
B. Sumber Data..............................................................................................10
C. Pengumpulan Data....................................................................................10
D. Analisis Data..............................................................................................10
E. Kerangka Pemikiran.................................................................................11
F. Penarikan Kesimpulan.............................................................................11
F. Skema Penulisan........................................................................................11
BAB IV
PEMBAHASAN 12
A. Kondisi Kekinian.......................................................................................12
B. Solusi yang Pernah Ditawarkan..............................................................13
v
C. Gagasan yang Pernah Ditawarkan..........................................................14
D. Pihak-pihak yang Mengimplementasikan Gagasan..............................19
BAB V
PENUTUP 21
A. Kesimpulan 21
B. Saran..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
A. Formulir Pendaftaran 25
B. Lembar Orisinalitas Karya 26
C. CV Ketua dan Anggota Tim 27
D. CV Dosen Pembimbing 31
E. Format Penilaian 33
F. Jadwal Kegiatan BORN SF 201724
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. APK/APM SD Sederajat Tiap Provinsi 6
Gambar 2. APK/APM SMP Sederajat Tiap Provinsi 6
Gambar 3. APK/APM SMA Sederajat Tiap Provinsi 7
Gambar 3. Skema Penulisan 11
Gambar 3. Poin Persebaran wilayah 3T 12
Gambar 3. Bagan Alur System Pendidikan 20
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pendidikan di daerah 3T yang menjadi sorotan yaitu
mengenai ketidakmerataan pendidikan akibat keterbatasan fasilitas baik di
pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Salah satu contoh
keadaan tersebut dapat ditemukan di pulau Riau. Terkait keadaan fasilitas
sarana dan prasaran pendidikan di Propinsi Riau, temuan survei menunjukan
60,90 persen dari 1984 responden menilai bahwa kinerja gubenur petahana
dalam hal pembangunan fasilitas pendidikan tidaklah ada bedanya dengan
pemerintahan sebelumnya. Hanya sebatas misi pada saat kampanye saja agar
memperoleh banyak suara tanpa ada aktualisasi. Menurutnya para responden
melihat selama lima tahun menjadi pemimpin Riau tidak ada perubahan pada
wajah pendidikan Riau," Misalnya tidak adanya renovasi gedung sekolah yang
telah rusak, ataupun pembangunan gedung sekolah yang baru serta kurangnya
tenaga pengajar/guru," ujarnya (www.suara.com, 2017). Pernyataan diatas
menunjukan bahwa lebih dari 50 persen di daerah 3T memang benar-benar
terdapat permasalahan mengenai ketidakmerataan fasilitas.
Mengajar di daerah 3T memang memiliki banyak tantangan, baik dari segi
kondisi alam sosial maupun budaya. Lokasi daerah 3T yang terletak jauh dari
pusat kota dengan keterbatasan sarana prasarana serta infrastruktur
menyebabkan sulitnya akses menuju daerah tersebut. Hal ini menyebabkan
sedikit guru yang bersedia mengajar di daerah 3T. Keterbatasan aksesibilitas
yang ada di daerah 3T seharusnya tidak menjadikan pendidikan yang ada
disana ikut terbatas pula. Pendidikan saat ini menjadi kebutuhan pokok bagi
setiap manusia guna mengaktualisasikan diri dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga, solusi yang ditawarkan adalah memberikan gagasan tertulis
mengenai sekolah eksplorasi alam. Gagasan tersebut merupakan inovasi yang
memanfaatkan fasilitas alam dalam menunjan pembelajaran di daerah 3T.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah yang
dirumuskan sebagai berikut:
1
1. Bagaimana Konsep Gagasan SEA Sekolah Eksplorasi Alam sebagai
Upaya Mengatasi Ketidakmerataan Pendidikan Akibat Keterbatasan di
Daerah 3T?
2. Mengapa Sekolah Eksplorasi Alam (SEA) dapat mengatasi
ketidakmerataan Pendidikan di daerah 3T?
C. Tujuan
Penulisan karya ini bertujuan untuk memberikan gagasan dan konsep
solusi pemerataan pelayanan pendidikan khususnya di daerah 3T melalui
sekloah eksplorasi alam serta mewujudkan dan memberikan fasilitas
pelayanan pendidikan yang efektif melalui eksplorasi alam di daerah 3T.
D. Manfaat
1. Secara Teoritik
Hasil dari penulisan karya ini diharapkan dapat menjadi pedoman
acuan dan referensi dalam penilitian selanjutnya para pendidik, calon
pendidik, kepala sekolah, maupun dinas untuk meningkatan pelayanan
pendidikan yang maksimal di daerah 3T.
2. Secara Praktik
Hasil dari penulisan karya ini diharapkan menjadi solusi untuk
membantu pemerintah dalam penanggulangan permasalahan pemerataan
pelayanan pendidikan di daerah 3T dan gagasan tersebut dapat diterapkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemerataan Pendidikan
Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat
perhatian, terutama di negara-negara sedang berkembang. Hal ini tidak
terlepas dari makin tumbuhnya kesadaran bahwa pendidikan mempunyai
peran penting dalam pembangunan bangsa, seiring juga dengan
berkembangnya demokratisasi pendidikan dengan semboyan education for all.
Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu Equality dan
Equity. Equality atau persamaan mengandungn arti persamaan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan , sedangkan equity bermakna keadilan dalam
memperoleh kesempatan pendidikan yang sama diantara berbagai kelompok
dalam masyarakat. Akses terhadap pendidikan yang merata berarti semua
penduduk usia sekolah telah memperoleh kesempatan pendidikan, sementara
itu akses terhadap pendidikan telah adil jika antar kelompok bisa menikmati
pendidikan secara sama.
Coleman dalam bukunya Equality of educational opportunity
mengemukakan secara konsepsional konsep pemerataan yakni : pemerataan
aktif dan pemerataan pasif. Pemerataan pasif adalah pemerataan yang lebih
menekankan pada kesamaan memperoleh kesempatan untuk mendaftar di
sekolah, sedangkan pemerataan aktif bermakna kesamaan dalam memberi
kesempatan kepada murid-murid terdaftar agar memperoleh hasil belajar
setinggi-tingginya (Ace Suryadi , 1993 : 31). Dalam pemahaman seperti ini
pemerataan pendidikan mempunyai makna yang luas tidak hanya persamaan
dalam memperoleh kesempatan pendidikan, tapi juga setelah menjadi siswa
harus diperlakukan sama guna memperoleh pendidikan dan mengembangkan
potensi yang dimilikinya untuk dapat berwujud secara optimal.
Dengan demikian dimensi pemeratan pendidikan mencakup hal-hal yaitu
equality of access, equality of survival. equality of output, dan equality of
outcome. Apabila dimensi-dimensi tersebut menjadi landasan dalam
mendekati masalah pemerataan pendidikan, nampak betapa rumit dan sulitnya
menilai pemerataan pendidikan yang dicapai oleh suatu daerah, apalagi bagi
3
negara yang sedang membangun dimana kendala pendanaan nampak masih
cukup dominan baik dilihat dari sudut kuantitas maupun efektivitas.
a. dapat memberi kemudahan suatu kegiatan sebagai akibat dari nilai uang.
B. Dasar Pemerataan Pendidikan di Indonesia
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam
agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting
karena perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai
bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu,
Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam
memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa
Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan
Pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menciptakan kesejahteraan umum. Pendidikan menjadi landasan kuat yang
diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di masa depan, bahkan lebih
penting lagi sebagai bekal dalam menghadapi era global yang sarat dengan
persaingan antarbangsa yang berlangsung sangat ketat. Dengan demikian,
pendidikan menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi karena ia merupakan
faktor determinan bagi suatu bangsa untuk bias memenangi kompetisi global.
Sejak tahun 1984, pemerintah Indonesia secara formal telah
mengupayakan pemerataan pendidikan Sekolah Dasar, dilanjutkan dengan
wajib belajar pendidikan sembilan tahun mulai tahun 1994. Upaya-upaya ini
nampaknya lebih mengacu pada perluasan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan (dimensi equality of access). Di samping itu pada tahapan
selanjutnya pemberian program beasiswa (dimensi equality of survival)
menjadi upaya yang cukup mendapat perhatian dengan mendorong
keterlibatan masyarakat melalui Gerakan Nasional Orang Tua Asuh. Program
beasiswa ini semakin intensif ketika terjadi krisis ekonomi, dan dewasa ini
dengan Program BOS untuk Pendidikan dasar. Hal ini menunjukan bahwa
pemerataan pendidikan menuntut pendanaan yang cukup besar tidak hanya
berkaitan dengan penyediaan fasilitas tapi juga pemeliharaan siswa agar tetap
bertahan mengikuti pendidikan di sekolah.
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 (TAP MPR
No. IV/MPR/1999) mengamanatkan, antara lain: 1) mengupayakan perluasan
dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi
4
seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia yang
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti, 2)
meningkatkan mutu lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk menetapkan system pendidikan yang
efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, olah raga dan seni.
Sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa Setiap warga Negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, dan
pasal 11, ayat (1) menyatakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan hidupnya. Para pendiri bangsa meyakini bahwa peningkatan
taraf pendidikan merupakan salah satu kunci utama mencapai tujuan negara
yakni bukan saja mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menciptakan
kesejahteraan umum dan melaksanakan ketertiban dunia.
Pendidikan mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan
bangsa serta memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
dan transformasi sosial. Pendidikan akan menciptakan masyarakat terpelajar
(educated people) yang menjadi prasyarat terbentuknya masyarakat yang
maju, mandiri, demokratis, sejahtera, dan bebas dari kemiskinan.
C. APK atau APM
Berdasarkan APK dan APM di Indonesia yang mendapatkan kepastian
layanan pendidikan atau pemerataan dalam layanan pendidikan pada tingkat
nasional, provinsi dan kabupaten atau kota adalah sebagai berikut :
5
Gambar 1. APK/APM SD Sederajat Tiap Provinsi
6
Wilayah tertinggal merupakan suatu wilayah dalam suatu daerah yang
secara fisik, sosial, dan ekonomi masyarakatnya mencerminkan
keterlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan daerah lain.
Selanjutnya, wilayah tertinggal dalam kerangka penataan ruang nasional
didefenisikan sebagai wilayah budidaya yang secara ekonomi jauh
tertinggal dari rata-rata nasional, baik akibat kondisi geografis, maupun
kondisi sosial beserta infrastrukturnya. Pengertian yang lebih umum
menyebutkan bahwa wilayah tertinggal merupakan wilayah pedesaan yang
mempunyai masalah khusus atau keterbatasan sarana dan prasarana,
sumberdaya manusia, dan keterbatasan aksesibilitasnya ke pusat-pusat
pemukiman lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kemiskinan serta
kondisinya relatif tertinggal dari pedesaan lainnya dalam mengikuti dan
memanfaatkan hasil pembangunan nasional dan daerah. Namun, dalam
program pembangunan wilayah tertinggal tar getnya lebih luas mengingat
bukan hanya manusia atau masyarakat saja yang perlu dibenahi, melainkan
pengembangan aspek spasial yaitu wilayah yang memiliki fungsi tertentu
agar wilayah dengan fungsi tertentu atau wilayah tersebut berkembang dan
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Menurut Bappenas (2004) wilayah tertinggal secara umum dapat
dilihat dan ditentukan berdasarkan letak geografisnya yang secara garis
besarnya dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu wilayah tertinggal di
pedalaman dan wilayah tertinggal di pulau-pulau terpencil.
1. Kondisi wilayah tertinggal di pedalaman
a. Kondisi sumberdaya alam sangat rendah (kesuburan tanahnya yang
rendah, rawan longsor, rawan banjir, terbatasnya sumberdaya air,
daerah dengan topografi yang terjal, tanah berawa-rawa atau
gambut).
b. Sumber daya alamnya mempunyai potensi , namun daerah tersebut
belum berkembang atau terbelakang. Kondisi geografis pada
umumnya di daerah yang tidak terjangkau, sehingga walaupun
lokasinya relatif dekat, namun tidak tersedia akses dari wilayah
tersebut ke wilayah pusat pertumbuhan. Penguasaan dan penerapan
tekonologi yang relatif rendah dikarenakan kurangnya pembinaan
dan keterbatasan dukungan prasarana teknologi itu sendiri.
7
c. Ketersedian atau keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi,
transportasi, air bersih, air irigasi, kesehatan, pendidikan dan
lainnya menyebabkan wilayah tertinggal tersebut makin sulit untuk
berkembang.
d. Tingginya kesenjangan ekonomi antar daerah (misalnya antara
pantai/pesisir dengan pedalaman). Struktur sosial ekonomi
masyarakat terbagi dalam beberapa tingkatan misalnya masyarakat
tradisional, semi modern dan masyarakat modern.
e. Rendahnya akses ke pusat-pusat pertumbuhan lokal misalnya
ibukota kecamatan. Biaya transportasi menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai jual komoditi.
f. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia, baik aparatur maupun
masyarakat.
g. Kualitas dan jumlah rumah penduduk belum layak. Sebaran
kampung penduduk yang terpencar dan pada daerah dengan
topografi berat, menyebabkan daerah tersebut sulit dijangkau.
h. Masih belum mengenal uang sebagai alat jual beli barang. Di
masyarakat yang sudah mengenal uang, proses pemupukan modal
dari masyarakat sendiri belum berlangsung dengan baik.
2. Kondisi wilayah tertinggal di pulau-pulau terpencil
a. Kondisi masyarakat pulau-pulau kecil di wilayah terpencil masih
sangat marjinal, sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak yang
mempunyai kepentingan.
b. Terdapat 88 pulau kecil yang bertitik dasar dan berbatasan
langsung dengan 10 negara tetangga.
c. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan pembinaan,
pengawasan dan pengolahan, khususnya terhadap pulau-pulau
yang terpencil sulit dijangkau dan tidak berpenghuni.
d. Kondisi pulau di perbatasan umumnya pulau-pulau yang sangat
kecil sehingga sangat rentan terhadap kerusakan baik oleh alam
maupun akibat kegiatan manusia.
e. Adat istiadat, budaya dan agama masyarakat pulau-pulau kecil
yang spesifik dan pada umumnya bertentangan dengan adat,
budaya yang dibawa oleh pendatang/wisatawan, sehingga akan
menghambat proses pembaharuan.
8
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A. Pendekatan Penulisan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini yaitu pendekatan
deskriptif kualitatif. Metode penulisan deskriptif kualitatif digunakan sebagai
upaya untuk memecahkan atau menjawab permasalahan dengan melalui
langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, dan analisis atau pengolahan
data serta membuat kesimpulan. Pemilihan pendekatan ini bertujuan untuk
memberikan gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penulisan ini menggunakan studi pustaka.
Penulis melakukan pengumpulan data dengan mengambil data atau
keterangan dari berbagai pustaka yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori
secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat
informasi yang berkaitan dengan permasalahan.
9
D. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini yaitu deskriptif
kualitatif. Djaman Satori dan Aan Komariah (2011:25) menjelaskan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap
situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar,
dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data
yang relevan yang diperoleh dari situasi yang ilmiah.
E. Output Penulisan
Luaran yang diharapkan dari penulisan ini yaitu memberikan gambaran
mengenai rancangan gagasan SEA: Sekolah Eksplorasi Alam sebagai Upaya
Mengatasi Ketidakmerataan Pendidikan Akibat Keterbatasan Di Daerah 3T.
F. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penulisan ini melalui beberapa tahap antara
lain :
1. Mengkaji data tentang metode penyampaian pendidikan karakter.
2. Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan topik yang dibahas.
3. Membatasi permasalahan berdasarkan hasil identikasi permasalahan.
4. Merumuskan masalah sesuai dengan fokus permasalahan yang dianalisis.
5. Menyusun metode penulisan karya tulis ilmiah.
6. Menganalisis dan membahas penyampaian pendidikan karakter dengan
menggunakan pembiasaan ujian secara lisan dengan menjawab
pertanyaan yang berbeda-beda dengan satu sama lain.
7. Menarik kesimpulan berdasarkan rumusan masalah.
8. Merekomendasikan saran-saran dan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut.
G. Skema Penulisan
Skema penulisan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
10
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kondisi Kekinian
Berdasarkan surat nomor 2421/Dt.7.2/04/2015 PPN BAPPENAS tahun
2015 lalu tercatat 122 kabupaten ditetapkan sebagai daerah tertinggal, dan 43
daerah terdepan dan terluar. Peta dibawah merupakan gambaran poin
persebaran wilayah yang termasuk dalam daerah 3T untuk tahun 2015 :
11
berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan,
hal ini dapat terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat
dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil
(http://pontianak.tribunnews.com,). Berdasarkan, berita yang dilansir dari
http://aceh.tribunnews.com di desa tersebut tidak ada SMP dan SMA/sederajat
yang berstatus negeri, namun hanya terdapat yayasan sekolah swasta, yang
tentu masih kekurangan guru, fasilitas sekolah, dan perhatian pemerintah.
Bahkan beberapa warga desa tersebut menuturkan bahwa mereka seperti hidup
dalam keterasingan, anak-anak banyak yang putus sekolah karena tak mampu
membiayai biaya pendidikan jika harus ke luar dari kampung kata beberapa
warga di desa tersebut, fasilitas utama yang rusak juga pernah dituturkan oleh
Herman Hofi Munawar, anggota DPRD kota Pontianak yang mengatakan
bahwa kejadian robohnya plafon di SMPN 12 Pontianak harus menjadi
pelajaran Diknas Pontianak untuk melakukan kontrol secara kontinue terhadap
fasilitas yang ada. Kondisi pendidikan di kawasan pesisir Bontang juga
dikabarkan masih jauh dari harapan berdasar http://www.korankaltim.com,.
Contoh sederhana lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendidikan di SDN 011
Bontang Utara yang kawasan berada pada pesisir dan fasilitas yang dimiliki
sekolah itu sungguh tidak memadai.
12
(http://solo.tribunnews.com) dapat menjadi tolok ukur pendidikan Indonesia
yang butuh penanganan serius oleh seluruh pihak.
Akhir-akhir ini muncul sebuah solusi baru bernama sekolah alam
indonesia dimana dalam pembelajarannya tidak menggunakan bangunan
gedung yang mewah sehingga diharapkan biaya untuk gedung lebih murah.
Namun demikian dalam perjalanannya sendiri, sekolah alam mampu menjadi
sekolah yang memiliki tariff yang mahal pula, berdasarkan sumber sebagai
contoh, rata-rata sekolah alam diperkirakan memungut biaya uang masuk
kelompok bermain dan TK sekitar Rp 1,5 juta dan biaya operasional guru
Rp300.000 per bulan. Untuk SD dan lanjutan (setara SLTP) dikenai uang
masuk Rp2 juta dan iuran masing-masing Rp400.000 per bulan untuk SD dan
Rp500.000 per bulan untuk SLTP. Belum lagi untuk uang saku harian /
transport / antar jemput anak-anak tersebut, uang saku jika outbound, dan lain
lain. Tentu hal tersebut menjadikan sekolah alam yang diharapkan dapat
mengatasi minimnya fasilitas pendidikan menjadi sulit tercover, khususnya
untuk daerah 3T
13
ilmu pengetahuan alam dan juga sosial dengan berinteraksi baik dengan
makhlk hidup lainnya.
3. Prinsip Dasar
Prinsip dasar sekolah eksploarsi alam dalam menyusun Kurikulum,
yaitu :
a. Menggunakan sumber belajar literasi/ sumber sekunder, alam dan
guru dengan mengacu pada pemenuhan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor
b. Penuh muatan Aktivitas yang menggali potensi sumber daya alam dan
budaya (insitu development),
c. Buku, Internet, Audio Visual Room dan khazanah ilmu lainnya akan
mengisi dan memperkuat konsep dan capaian Kegiatan Belajar
Mengajar, namun bukan menjadi hal yang mendasar.
d. Penguasaan keterampilan secara langsung oleh siswa dan Teladan
Guru merupakan hal utama yang memperkuat dan memperkaya
pengetahuan siswa.
e. Aspek pengembangan ketrampilan eksplorasi alam sekitar dengan
dukungan pengetahuan menjadi tujuan sekolah yang utama dalam
memberikan pengetahuan dan pengalaman yang melekat kepada
siswa.
4. Proses Belajar Mengajar
Belajar-Mengajar adalah proses pencarian pengalaman dan proses
penstrukturannya :
a. Dari Alam dan lingkungan sekitar; Anak-anak tumbuh & berkembang
menjadi manusia baik melalui proses penanaman dan pengembangan
aspek kognitif dan afektif
b. Untuk Alam dan lingkungan sekitar; Anak-anak mengasah
keterampilan sebagai salah satu wujud ketercapaian aspek kognitif
dan afektif sebelumnya dengan menerapkannya pada potensi alam
dan lingkungan sekitar
5. Metode Belajar
Metode belajar yang digunakan yaitu SPIDER WEB, dengan berbasis
tema ataupun proyek dengan menerapkan kurikulum nasional K-13
sebagai salah satu dasar penting, proses belajar dikembangkan secara
menyeluruh ke semua bidang ilmu dengan tujuan akhir mampu
mengaplikasikan pengetahuan yang di dapat dari alam sekitar untuk
kebermanfaatan terhadap potensi alam sekitar pula. Proses Accelerated
14
Learning juga dapat membuat siswa belajar dengan melibatkan semua
potensi dirinya dalam mengasah tiga aspek tersebut. Selain itu, dengan
Active Learning siswa diajak untuk Fun, Fresh and Friendly dalam
belajar dan aktif dengan kegiatan pembelajaran secara langsung dan
bereksplorasi.
6. Aneka Kegiatan Siswa
a. Daerah dataran tinggi
Penanaman dan budidaya tumbuhan dataran tinggi (dapat masuk
pada penerapan keterampilan IPA), reboisasi, pengolahan air bersih,
gotong royong (dapat masuk pada penerapan keterampilan IPS), dan
sebagainya.
b. Daerah dataran rendah
Penanaman dan budidaya tumbuhan dataran rendah (dapat masuk
pada penerapan keterampilan IPA), budidaya perikanan, kegiatan
ekonomi seperti pasar tradisional, kooperasi, pengenalan dan
pengelolaan wisata (dapat masuk pada penerapan keterampilan IPS),
dan sebagainya.
c. Daerah perairan
Teknik pembuatan perahu, pengenalan musim, angin, membuat
pembangkit listrik (dapat masuk pada penerapan keterampilan IPA),
pemanfaatan transportasi umum (dapat masuk pada penerapan
keterampilan IPS), dan sebagainya.
7. Usia dan alur pendidikan sekolah eksplorasi alam
Disesuaikan dengan tingkat ketercapaian dan berapa lama siswa
menempuh pendidikan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Sekolah Dasar (SD)
Memasuki Tahap kognitif konkret-operasional (umur 7-11 tahun),
maka siswa diajarkan hal-hal sederhana (kongkret) yang ada di alam
dan sekitarnya dengan mengacu pada kurikulum yang diadakan
sekolah. Pada aspek keterampilan yang ditonjolkan pada sekolah
eksplorasi alam ini, siswa pada masa SD ini hanya diajarkan
keterampilan dasar seperti pengenalan tumbuhan, cara merawat
tumbuhan yang di budidaya sekolah, manfaatnya dsb yang terlebih
dahulu/berbarengan siswa dibangun aspek kognitif dan afektifnya
juga.
b. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
15
Memasuki tahap kognitif formal-operasional (umur 11-dewasa)
dengan emosi anak yang masih belum stabil. Pada aspek keterampilan
yang ditonjolkan dan diadakan dalam sekolah eksplorasi alam juga
didukung pada pembelajaran yang lebih dominan di luar ruangan
ketimbang SD. Pembelajaran diluar ruangan tersebut hendaknya
memilki aktivitas fisik yang lebih ketimbang anak SD pula, misalnya
dalam rangka budidaya yang diadakan sekolah eksplorasi alam, siswa
dapat membantu bercocok tanam, merawat tanaman, memprediksi
kuantitas dan kualitas hasil yang terlebih dahulu siswa dibangun
aspek kognitif dan afektifnya juga.
c. Sekolah menengah atas (SMA)
Memasuki Tahap kognitif formal-operasional (umur 11-dewasa)
dengan emosi anak yang cukup stabil. Pada aspek keterampilan yang
ditonjolkan dan diadakan dalam sekolah eksplorasi alam, siswa sudah
diminta guru untuk mengutarakan ide dan kreativitasnya dalam
mengeksplorasi potensi alam dan sekitarnya. Dengan perealisasiannya
dibantu pihak sekolah dan masyarakat serta siswa SD dan SMP dalam
membantu keberlanjutan proyek tersebut. Proyek keterampilan siswa
yang direalisasikan akan menjadi proyek sekolah yang hasilnya dapat
untuk menimba ilmu (sumber belajar kedepannya) dan mampu
mendorong meningkatkan fasilitas sekolah lain melalui segi ekonomi
dan lainnya.
8. Kurikulum Sekolah eksplorasi alam
Pengelolaan Kurikulum yang mengkolaborasikan kurikulum Nasional
agar alumninya bisa diakui dan bersekolah di sekolah formal apabila
memungkinksn, di gabung dengan Kurikulum sekolah non formal yang
banyak memberikan Life skill dan soft skill bagi siswanya. Kurikulum
sekolah eksplorasi alam didasarkan pada system kolaborasi antar jenjang
dan tingkatan kelas dalam menanggapi keadaan alam dan sekitar siswa
didukung guru dan sumber literasi sekunder yang memungkinkan.
Sekolah eksplorasi alam ini, guru membuat kurikulum sendiri
menyasuaikan kurikulum nasional tahun 2013, para siswa selain
diberikan materi sesuai dengan KD yang ada di kurikulum nasional, yang
diperdalam dengan kegiatan learning by doing, menggunakan pendekatan
16
Contextual teaching learning dan discovery learning. Metode utama yang
digunakan dalam pembelajaran sekolah ini adalah Experience Learning
Dalam pendekatan CTL dan Discovery ini siswa benar-benar belajar dari
kejadian sesungguhnya seperti bercocok tanam dan mempelajari
tumbuhan. Siswa juga diberikan beberapa keahlian memanfaatkan potensi
alam sekitar baik kontribusinya untuk biaya pembangunan pendidikan
sekolah maupun lainnya.
9. Pedoman Implementasi dasar
Implementasi kurikulum dilakukan dengan pedoman pelaksanaan
yakni:
a. Fun Learning dan Exciting Learning
b. Exploring alam, konsep alam sebagai media belajar, diaplikasikan
dengan mempelajari alam sekitar dengan beberapa rekayasa media
untuk beberapa hal yang tidak bias di presentasikan di wilayah
tersebut
c. Konsep belajar 70-90% eksplorasi alam dan sekitarnya dan 10-30%
literature/ disesuaikan dengan fasilitas pembelajaran yang ada.
d. Penguasaan dan pendalaman ilmu secara kognitif dan afektif yng
disusul penerapan keterampilan.
e. Integrated kurikulum, pelajaran diberikan merupakan pelajaran yang
terintegrasi melalui metode spider web
f. Student center
g. Orientasi proses menjadi lebih baik
h. Learning by experience
i. Memiliki output berupa produk keterampilan yang dapat
memanfaatkan potensi alam sekitar
j. Menggunakan bahasa baku dalam bahasa Indonesia di pembelajaran
17
Adanya penerimaan dari masyarakat tentang pentingnya siswa yang
dapat terampil dalam memanfaatkan potensi alam dan sekitarnya untuk
memajukan pendidikan pada sekolah dan berimbas pada kesejahteraan
secara mandiri di daerah 3T tersebut.
Pelaksanaan SEA membutuhkan perancanaan yang matang agar dapat
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan tahapan-tahapan yang
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Olimpiade Budaya dari
awal persiapan hingga pelaksanaan, yaitu :
1. Pendekatan, sosialisasi, dan engajuan Proposal kepada Instansi yang
terkait
2. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang yang dapat membantu
(Perguruan Tinggi, Perguruan Swasta, dan lain-lain).
3. Perencanaan penyelenggaraan SEA dan pengurusan surat-surat dan
keperluan administrasi.
4. Pembentukan sekolah SEA dibimbing pihak yang sudah dikoordinasi
5. Sosialisasi ke Sekolah-sekolah Negeri dan Swasta. Sosialisasi sangat
penting dilakukan agar pihak sekolah mengetahui tentang tujuan
6. Pelaksanaan dilapangan dengan adanya kegiatan monitoring secara
berkala untuk melihat peningkatan belajar siwa serta sebagai bahan
evaluasi
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Inti Gagasan
Sekolah Eksplorasi Alam (SEA) merupakan salah satu solusi dalam
pemerataan pelayanan fasilitas pendidikan di daerah 3T(Tertinggal,
Terdepan dan Terluar) khususnya di pulau-pulau kecil yang ada di
Indonesia. Sekolah eksplorasi alam adalah sekolah yang mengedepankan
pendidikan melalui aspek kognitif, afektif dan psikomotor dengan
memanfaatkan media pembelajaran melalui alam sekitar. Siswa dan guru
melakukan sebuah aksi atau kegiatan pembelajaran yang kongkret dengan
output berupa pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di
wilayah sekolah tersebut (khususnya di darah dengan pemanfaatan potensi
rendah di wilayah 3T). Sehingga siswa di dampingi guru dapat
memanfaatkan potensi alam sebagai salah satu sumber belajar, penilaian
dan pengumpulan keuntungan materi dari output tersebut guna membiayai
fasilitas pendidikan yang lain pada sekolah tersebut.
2. Teknik Implementasi Gagasan
a. Pendekatan/ Sosialisasi/Pengajuan Proposal kepada Instansi terkait
b. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang yang dapat membantu
(Perguruan Tinggi, dll).
c. Perencanaan penyelenggaraan SEA dan pengurusan surat-surat dan
keperluan administrasi.
d. Pembentukan sekolah SEA dibimbing pihak yang sudah dikoordinasi
e. Sosialisasi ke Sekolah-sekolah Negeri dan Swasta. Sosialisasi sangat
penting dilakukan agar pihak sekolah mengetahui tentang tujuan
f. Pelaksanaan dilapangan dengan adanya kegiatan monitoring secara
berkala untuk melihat peningkatan belajar siwa serta sebagai bahan
evaluasi.
B. Saran
19
Konsep SEA: Sekolah Eksplorasi Alam hendaknya benar-benar
direalisasikan, karena dengan mengadakan Sekolah eksplorasi alam (SEA) ini
mampu mengatasi permasalahan fasilitas yang ada di wilayah 3T dengan
menjadikan potensi alam dan sekitarnya sebagai sumber belajar, pengasah
keterampilan, dan peningkatan pendapatan sekolah untuk biaya pendidikan
yang lebih baik di sekolah daerah tersebut
DAFTAR PUSTAKA
20
Redaksi. 2016. Siswa di Tampur Paloh Butuh Fasilitas Pendidikan.
http://aceh.tribunnews.com/2016/08/12/siswa-di-tampur-paloh-butuh-
fasilitas-pendidikan
Syahroni. 2017. BREAKING NEWS: Dewan Minta Dinas Kontrol Fasilitas
Pendidikan http://pontianak.tribunnews.com/2017/01/12/breaking-news-
dewan-minta-dinas-kontrol-fasilitas-pendidikan
Redaksi. 2017. Potret Buram Pendidikan di Kawasan Pesisir
http://www.korankaltim.com/potret-buram-pendidikan-kawasan-pesisir/
Rizky Prabowo. 2017. Disdikbud Sintang Akan Bentuk
Asisten Sorot. http://pontianak.tribunnews.com/2017/02/10/disdikbud-sintang-
akan-bentuk-asisten-sorot.
Labib zamani. 2017. Bantuan Pendidikan dari Solo untuk NTB Akan Diwujudkan
dalam Bentuk Buku Pelajaran
http://solo.tribunnews.com/2017/02/05/bantuan-pendidikan-dari-solo-
untuk-indonesia-timur-akan-diwujudkan-dalam-bentuk-buku-pelajaran.
http://sekolahalamindonesia.org/konsep-pendidikan/)
Agung S. 2016. Selami sekolah alam dan sekolah formal di bandung.
https://pps.uny.ac.id/berita/selami-sekolah-alam-dan-sekolah-formal-di-
bandung.html.
Abdul Jabar, Cepi Safruddin, dkk. 2016. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta :
UNY Press
http://www.suara.com/news/2017/07/25/161549/survey-ines-elektabilitas-
syamsuar-saat-ini-unggul-di-riau. Diakses pada tanggal 18 September
2017 jam 15:15 WIB.
21
Wahid, Abdul. 2006. Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal (Studi Kasus
Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat). Bogor : IPB
B. Lampiran 2. Abstrak
22
Wanda Tri Utami 1, Nurul Hidayah 2
wandatriutami@gmail.com
23
D. Lampiran 3. CV Ketua dan Anggota Tim
24
Ketua Tim
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Telepon/Hp : 085729756484
Email : wandatriutami@gmail.com
25
TAHUN PENDIDIKAN
TAHUN PRESTASI
26
Anggota Tim
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Telepon/Hp : 085601018004
Email : nuhidmatematika01@gmail.com
27
TAHUN PENDIDIKAN
TAHUN PRESTASI
28
pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 4 Wates
2. Bupindus (Buku Pintar Kardus Bekas) : Media
Pembelajaran Kreatif Berbasis Pendidikan Ramah
Lingkungan pada Siswa Sekolah Dasar sebagai
Upaya Dalam Mewujudkan SDGS 2030
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Katholik
Telepon/Hp : 085786001632
Email : sujati@uny.ac.id
S1 S2 S3
29
Sanata Dharma Negeri Jakarja
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1. Sistematika Penulisan:
a. Kesesuaian judul dan isi LKTI dengan tema.
b. Pola pikir atau ide yang dimiliki peserta yang
disalurkan melalui isi karya tulis ilmiah. 15
30
2. Gagasan:
40
a. Kreativitas gagasan
b. Kelayakan implementasi
Jumat, 24 November 2017
Waktu Kegiatan
3. Sumber
09.00 - 19.30 informasi:Penjemputan kedatangan delegasi
20.00 - a.21.30 Tehnical
Kesesuaian sumber meeting
informasi dengan gagasan yang
22.00 - 04.30 Istirahat 25
ditawarkan. Sabtu, 25 November
04.30 - b.
06.30 Persiapaninformasi.
Akurasi dan aktualisasi peserta
06.00 - 07.00 Sarapan dan Mobilisasi Peserta
07.30 - 08.30 Open Ceremony
08.30
4. -Kesimpulan
09.00 Persiapan lomba (LKTI dan Poster)
09.00 - 11.30 Lomba KTI dan Poster 20
a. Prediksi hasil implementasi gagasan
11.30 - 12.30 Istirahat, sholat, dan makan
12.30 - 15.00 Lomba KTI dan Poster
15.00 - 15.25 Total dan sholat
Istirahat 100
15.25 - 17.30 Lomba KTI dan Poster
Nilai 60%
17.30 - 04.30 Istirahat di penginapan
Minggu, 26 November 2017
04.30 - 06.00 Persiapan peserta
06-00 - 07.00 Sarapan dan Mobilisasi Peserta
07.30 - 11.30 Seminar Nasional
11.30 - 12.30 Istirahat, sholat, dan makan
12.30 - 17.00 field trip
17.00 - 17.30 Kembali ke penginapan
17.30 - 19.30 Istirahat dan sholat
19.30 - 20.00 mobilisasi menuju tempat farewel party
20.00 - 22.00 Farewel party
22.00 - 22.30 Kembali ke penginapan
22.30 - 04.30 Istirahat
Senin, 27 November
04.00 - 06.00 Persiapan peserta
06.00 - 07.00 Sarapan dan Mobilisasi Peserta
07-00 - 10.00 Pemulangan peserta ke bandara
Juri
31