You are on page 1of 2

Menengok Kembali Sang Dewa: Dexamethasone

Tidak dipungkiri bahwa saat ini kecepatan penyebaran informasi terjadi dengan frekuensi begitu
tinggi terutama di era social media. Masyarakat begitu mudah mendapatkan segala informasi
yang mereka butuhkan termasuk tentang obat. Hanya diperlukan waktu beberapa menit saja
untuk kita memasukkan keyword di internet lalu memperoleh hasil yang kita inginkan. Namun
yang tidak banyak kita sadari adalah validitas sumber yang dibaca. Hal ini akan menjadi sangat
penting ketika informasi yang dicari adalah seputar kesehatan dan obat. Hasilnya? Banyak sekali
penggunasalahan obat karena kita menelan mentah-mentah informasi yang kita dapat dari
internet tanpa mengkonfirmasi langsung ke ahlinya (dokter atau apoteker). Salah satu kasus yang
sangat banyak ditemui adalah seringnya masyarakat mengkonsumsi obat dexamethasone yang
sering disebut obat dewa- untuk apa saja. Banyak disebut obat dewa karena persepsi masyarakat
selama ini dexamethasone ampuh untuk mengobati segala macam keluhan penyakit. Tetapi
apakah kita sudah tahu cara penggunaan yang benar, berapa dosisnya dan apa dampaknya jika
digunakan dengan tidak benar?

Dexamethasone secara ilmiah termasuk dalam golongan steroid yang mempunyai fungsi sebagai
anti-inflamasi dan immunosupresan. Sebagai anti-inflamasi, obat ini akan meredakan gejala
seperti bengkak, nyeri, panas, dan kemerahan sementara sebagai immunosupresan
dexamethasone akan bekerja menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Hal
ini yang kemudian dipahami masyarakat kita sebagai obat apa saja bisa karena dapat
mengatasi segala macam keluhan. Bahkan dexamethasone telah banyak disalahgunakan oleh
sebagian besar orang untuk memperbesar otot dengan tujuan tertentu. Titik yang sering
dilupakan dan tidak disadari adalah efek samping yang ditimbulkan apalagi dengan penggunaan
serta dosis yang tidak benar.

Untuk pemakaian oral (ditelan), dosis yang dianjurkan untuk dewasa adalah 0,75 0,9 mg per
hari dalam 2-4 dosis terbagi sedangkan untuk anak-anak 0,02 0,3 mg per kilogram berat badan
per hari dalam 3-4 dosis terbagi. Berbicara mengenai dosis anak, memang harus dihitung
berdasarkan berat badan atau luas permukaan tubuh karena anak-anak bukanlah miniatur orang
dewasa. Jika kita masih sering menggunakan patokan satu tablet untuk dewasa dan setengah
tablet untuk anak-anak, maka persepsi ini harus sudah diubah mulai dari sekarang. Konsultasikan
masalah dosis ini ke apoteker kita saat membeli obat di apotek.

Nah mari bicara mengenai dampak apa saja yang ditimbulkan jika obat dewa ini tidak
digunakan secara benar. Dexamethasone bekerja dengan mempengaruhi metabolisme
karbohidrat sehingga jika penggunaannya salah akan terjadi gangguan dalam proses ini yang
dapat mengakibatkan hiperglikemia atau dalam bahasa awam sering disebut peningkatan kadar
gula dalam darah. Jika hal ini dilakukan dalam jangka waktu lama dan terus menerus maka akan
berujung pada diabetes mellitus (DM). Selain itu, akan tampak dampak yang lebih serius yaitu
moon face dikarenakan adanya penumpukan cairan di bagian wajah terutama bagian pipi. Tidak
hanya itu, dexamethasone juga bekerja dengan mempengaruhi proses pembentukan protein di
dalam tubuh sehingga jika penggunaannya tidak benar akan terjadi juga gangguan dalam
metabolisme protein. Dampaknya adalah akan terjadi kehilangan protein besar-besaran dari otot
yang akan bermuara pada gejala keletihan otot (weakness). Jika beberapa gangguan itu muncul
biasanya yang terjadi adalah komplikasi, dalam hal penggunasalahan dexamethasone ini dapat
mengarah ke psikosis, katarak, glaukoma, hingga tukak lambung.

Jika sudah terjadi gangguan atau komplikasi, pemakaian dexamethasone tidak bisa langsung
dihentikan begitu saja karena dapat terjadi withdrawal effect yang justru menyebabkan
kekambuhan penyakit sebelumnya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah konsultasikan
kondisi kita ke dokter atau apoteker untuk melakukan pengurangan dosis secara bertahap.
Pengurangan dosis yang dalam dunia kesehatan dikenal dengan istilah tappering off sifatnya
adalah individual dan melalui tahap trial and error sehingga perawatan yang diterima setiap
orang tidak selalu sama.

Lalu, bagaimana menyikapi hal ini? Sebagai generasi yang hidup di era social media, tentu saja
kita dapat mencari informasi dari manapun serta yang tidak kalah penting adalah untuk selalu
mengkonsultasikan kepada apoteker segala hal yang berhubungan dengan obat yang akan kita
konsumsi. Saat akan membeli obat, perhatikan kandungan obat yang akan dibeli terutama untuk
obat pereda gejala flu dan alergi karena sebagian besar mengandung dexamethasone. Jangan
ragu-ragu untuk selalu menanyakan efek samping yang mungkin terjadi jika dikonsumsi dalam
waktu beberapa hari berikut dengan cara pengatasannya. Beberapa obat hanya butuh dihentikan
penggunaannya untuk mengatasi efek samping yang ditimbulkan namun beberapa yang lain juga
membutuhkan perlakuan tertentu.

Mudahnya akses terhadap segala informasi harus diimbangi dengan kualitas informasi yang
didapatkan sehingga tidak salah kaprah. Jadi, sudah mendapat informasi apa saja tentang obat
(yang katanya) dewa ini?

Ditulis oleh:
Lathifa Bidarani, S.Farm., Apt.
Praktisi Farmasi Komunitas

Sumber:

Finkel, Richard; Clark, Micheti. 2009. Lippincott's Illustrated Reviews Pharmacology 4th
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

McEvoy, Gerald K. 2008. AHFS Drug Information. American Society of Health-System


Pharmacists Inc.

Neal, Michael J. 2002. Medical Pharmacology at A Glance, 72-73. London: Blackwell Science.

You might also like