You are on page 1of 17

2. 1.

GEJALA KLINIS

Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode depresi dan

episode mania.1-3

1. Episode Manik

Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang

elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut

(empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu :3,4

Grandiositas atau percaya diri berlebihan

Berkurangnya kebutuhan tidur

Cepat dan banyaknya pembicaraan

Lompatan gagasan atau pikiran berlomba

Perhatian mudah teralih

Peningkatan sosial dan hiperaktivitas psikomotor

Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan sekolah)

Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang matang)

Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran psikotik,

hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya Gangguan fungsi sosial

dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania

justru memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak

memiliki gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh) dan

tidak memerlukan hospitalisasi.3,4


2. Episode Hipomanik

Hipomania ialah derajat yang lebih ringan daripada mania, yang kelainan suasana

perasaan (mood) dan perilakunya terlalu menetap dan menonjol sehingga tidak dapat

dimasukkan dalam siklotimia, namun tidak disertai halusinasi atau waham. Yang ada ialah

peningkatan ringan dari suasana perasaan (mood) yang menetap (sekurang-kurangnya selama

beberapa hari berturut-turut), peningkatan enersi dan aktivitas, dan biasanya perasaan

sejahtera yang mencolok dan efisiensi baik fisik maupun mental. Sering ada peningkatan

kemampuan untuk bergaul, bercakap, keakraban yang berlebihan, peningkatan enersi seksual,

dan pengurangan kebutuhan tidur; namun tidak sampai menjurus kepada kekacauan berat

dalam pekerjaan atau penolakan oleh masyarakat. Lebih sering ini bersifat pergaulan social

euforik, meskipun kadang-kadang lekas marah, sombong, dan perilaku yang tidak sopan dan

mengesalkan (bualan dan lawakan murah yang berlebihan).

Konsentrasi dan perhatiannya dapat mengalami hendaya, sehingga kurang bisa

duduk dengan tenang untuk bekerja, atau bersantai dan menikmati hiburan; tetapi ini tidak

dapat mencegah timbulnya minat dalam usaha dan aktivitas baru, atau sifat agak suka

menghamburkan uang.3,4

3. Episode Depresi

Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah ini :

ringan, sedang, dan berat, individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang

depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya enersi yang menuju

meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang

nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah :

Konsentrasi dan perhatian berkurang;


Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;

Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe ringan

sekali pun);

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;

Tidur terganggu;

Nafsu makan berkurang.3,4

4. Tipe Campuran

Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi

secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik), iritabel, marah,

serangan panik, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat,

grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang

gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain,

dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, social dan pekerjaan.3,4

Sindrom Psikotik

Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling

sering yaitu :3,4

Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)

Waham

Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham

nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simptom psikotik tidak serasi dengan

mood. Pasien dengan gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri psikotik

biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan gangguan bipolar.
Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk seperti: durasi episode

yang lama, disosiasi temporal antara gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat

penyesuaian social pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiliki penerapan

terapi yang penting, pasien dengan symptom psikotik hampir selalu memerlukan obat anti

psikotik di samping anti depresan atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi

antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan klinis.3,4

KRITERIA

Berdasarkan DSM-IV, Gangguan bipolar digolongkan menjadi 4 kriteria :6

Gangguan bipolar I
Terdapat satu atau lebih episode manik. Episode depresi dan hipomanik tidak diperlukan
untuk diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi.

Gangguan bipolar II
Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor tanpa episode
manik.

Siklotimia
Adalah bentuk ringan dari Gangguan bipolar. Terdapat episode hipomania dan depresi yang
ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor.

Gangguan bipolar YTT


Gejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria Gangguan bipolar I dan II.
Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak lama atau gejala terlalu sedikit sehingga tidak dapat
didiagnosa Gangguan bipolar I dan II.6

PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini
yang dialami penderita
Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik

F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang

F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik

F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran

F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi

F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan


DIAGNOSIS (referat)

Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari


keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang terdapat dalam
DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
symptom Gangguan bipolar adalah The Structured clinical Interview for DSM-IV (SCID).
The Present State Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi simptom
sesuai dengan ICD-10.4,6

Pembagian menurut DSM-IV :

Gangguan mood bipolar I

Gangguan mood bipolar I, episode manic tunggal


A. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat depresi
mayor sebelumnya.
B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini
A. Saat ini dalam episode manik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang
tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini
A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif
dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan
waham, atau Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau
hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini
A. Criteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,
campuran atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.

Ganggguan Mood Bipolar II

Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu
episode hipomanik.

Gangguan Siklotimia

A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-gejala
hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi
criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling
sedikit satu tahun.
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-gejala pada
kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua
tahun Gangguan tersebut.
Catatan : setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manik atau
episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode
depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan).
D. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum.
F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya.

PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini
yang dialami penderita

Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik

F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang

F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik

F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran

F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi

F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa episode manik dibagi menjadi 3 menurut
derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik
dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan
yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.
Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang
meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan
daripada manik karena gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial.

Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir


seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu
optimis.Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi (suasana
perasaan yang meningkat). Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham
maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan. Bertolak belakang
dengan hipomanik/manik, gejala pada depresi terjadi sebaliknya. Suasana hati diliputi
perasaan depresif, tiada minat dan semangat, aktivitas berkurang, pesimis, dan timbul
perasaan bersalah dan tidak berguna. Episode depresi tersebut harus berlangsung
minimal selama 2 minggu baru diagnosis dapat ditegakkan. Bila perasaan depresi
sudah menimbulkan keinginan untuk bunuh diri berarti sudah masuk dalam depresif
derajat berat.

F31 Gangguan Afek bipolar

Gangguan ini bersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode)


dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi
dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan
sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung
lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada
orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup
yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress tidak esensial untuk
penegakan diagnosis).7
Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif.
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manik tunggal (F30).

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik


Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik , depresif,
atau campuran) di masa lampau.7
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik
(F30.1); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif,
atau campuran) di masa lampau.7
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik
(F30.2); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif
atau campuran) di masa lampau.7

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0)
atau pun sedang (F32.1); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran
di masa lampau.7
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa
gejala psikotik (F32.2); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran
di masa lampau.7
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik (F32.3); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran
dimasa lampau.7
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran

Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif


yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif
yang sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang
sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran
di masa lampau.7

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir
ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode
afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).7
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

Gangguan Bipolar pada Anak-anak

Kebanyakan kasus gangguan bipolar didiagnosis pada usia dewasa, tetapi penelitian
membuktikan bahwa sebagian anak yang didiagnosa dengan depresi sebenarnya menderita
gangguan bipolar. Anak-anak dengan gangguan bipolar sebaiknya tidak diberikan label
tertentu yang dapat membuat mereka terhindar dari pergaulannya. Anak-anak tersebut juga
beresiko tinggi menderita gangguan kecemasan dan juga Attention Deficit-Hyperactivity
Disorder (ADHD).7

Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan, episode depesi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6
bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam
episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental
lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis)
Episode manik terdiri dari :

a. Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik (F31.0)


Pedoman diagnostik gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik (F31.0)
Untuk menegakkan diagnostik pasti:
1) Episode yang sekarang harus memenuhi kiteria hipomania (F30.0)
2) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
deprsif, atau campuran) di masa lampau.
Pedoman diagnostik hipomania (F 30.0)).

1) Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F 30.1) afek yang meninggi
atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-
kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang
bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotima (F34.0) dan tidak
disertai halusinasi atau waham.
2) Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai
dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau
mnyeluruh maka diagnosis mania harus ditegakkan.
b. Gangguan afektif bipolar, episode kini tanpa gejala psikotik (F31.1)
Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik
menurut PPDGJ III (F31.1):

1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1); dan
2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran di masa lampau).
Pedoman diagnostik F30.1 mania tanpa gejala psikotik:
1. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu, dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas
sosial yan biasa dilakukan.
2. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlebih, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang
berkurang, ide-ide perihal kebesaran dan terlalu optimistik.
c. Gangguan afektif bipolar, episode kini dengan gejala psikotik (F31.2)
Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
menurut PPDGJ III (F31.2)

1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2) dan
2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran di masa lampau).
Pedoman diagnostik F30.2 mania dengan gejala psikotik :

1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania
tanpa psikotik)
2. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaan, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar,
waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut.
Untuk mendiagnosis gangguan bipolar episode manik dengan anamnesis yang terdiri
dari alloanamnesis dengan keluarga, saudara, atau teman pasien yang paham kondisi pasien,
selain itu autoanamnesis atau anamnesis terhadap pasien sendiri. Pemeriksaan lain seperti
fisik diagnostik, status mentalis, laboratorium, dan radiologi bila diperlukan (Videbeck,
2008).

1. Anamnesis (Alloanamnesis)
a. Riwayat Gangguan Sekarang
Gejala-gejala dari tahap gangguan bipolar episode mania adalah sebagai
berikut (Tomb, 2003).:

1. Gembira berlebihan
2. Mudah tersinggung sehingga mudah marah
3. Merasa dirinya sangat penting
4. Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
5. Penuh ide dan semangat baru
6. Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
7. Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
8. Nafsu seksual meningkat
9. Menyusun rencana yang tidak masuk akal
10. Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
11. Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
12. Menghamburkan uang
13. Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
14. Merasa sangat mengenal orang lain
15. Mudah melempar kritik terhadap orang lain
16. Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
17. Sulit tidur
18. Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam
b. Riwayat Gangguan Dahulu
Riwayat stress, riwayat melahirkan, riwayat epilepsi, riwayat trauma
pasca operasi, riwayat penggunaan obat antidepresan, alkohol, antikonvulsan,
bronkodilator, cimetidin, dekongestan, disulfiram, halusinogen, steroid,
isoniazid, prokainamid. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder (
gangguan bipolar) yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja
kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang
menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Memiliki keluarga dengan riwayat yang sama. Gen bawaan adalah
faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua
yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko
mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya
mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko mengidap
bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder
memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada
yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada
bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak
kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari
pasien yang mengalami gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu
episode gangguan mood).

d. Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya
penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-
peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan
perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat.
Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus
sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Stres dapat memicu gangguan bipolar pada
seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan
perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan
pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
2. Autoanamnesis Episode Manik :
a. Deskriksi Umum atau kesan umum
1. Penampilan : umumnya pasien dalam episode manik penampilannya rapi,
menggunakan pakaian yang berwarna cerah, terkadang tidak tampak sakit
jiwa.
2. Tatapan mata: bias berbinar atau hidup, dan sering mengarah pada orang
yang mengajak bicara, misalnya pemeriksa.
b. Sikap : pasien episode manik biasanya kooperatif atau mau bekerja sama
dengan pemeriksa, tetapi sedikit agresif.
c. Tingkah laku : biasanya hiperaktif (aktivitas motorik meningkat),
bersemangat, dan terkadang seperti menantang.
d. Orientasi
1) Waktu : bisa baik, bisa buruk
2) Orang : bias baik, bisa buruk
3) Tempat: bias baik, bisa buruk
4) Situasi : bisa baik, bisa buruk
e. Kesadaran :compos mentis
f. Proses pikiran
1) Bentuk pikir : bisa realistis atau nonrealistik, pada hipomanik, manik tanpa
psikosis umumnya realitis atau sesuai kenyataan. Sedangkan pada manik
dengan gejala psikosis bentuk pikirnya nonrealistik karena pasien dengan
psikosis mempunyai waham dan atau halusinasi.
2) Isi pikir: terdapat waham atau tidak. Isi pikirannya termasuk tema
kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali perhatiannya mudah dialihkan
3) Progresi pikir: flight of idea atau penuturan pikiran dan pembicaraan yang
meloncat-loncat, logorrhea atau intonasi bicara keras dan cepat alurnya
banyak bicara tidak dapat disela, sirkumtangensial atau bicara memutar-
mutar.
g. Roman muka: biasanya banyak mimik
h. Afek: terkadang afek inappropriate atau afek tidak sesuai , selain itu pasien
manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki toleransi frustasi
yang rendah, yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan.
Secara emosional adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah .
i. Gangguan Persepsi : jika nonpsikosis tidak ada halusinasi, tetapi jika psikosis
ada halusinasi.
j. Hubungan jiwa: jika non psikosis hubungan jiwa bias masih baik, tetapi jika
psikosis umumnya hubungan jiwa cenderung buruk.
k. Perhatian : bias mudah ditarik atau sukar ditarik, dan mudah dicantum atau
sukar dicantum.
l. Insight/ tilikan berbeda-beda setiap pasien:
Jenis - jenis tilikan:
1) Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya
2) Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya
3) Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
4) Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum tidak
memahami penyebab sakitnya
5) Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor - faktor yang
berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku
praktisnya
6) Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan

You might also like