Professional Documents
Culture Documents
SIKLUS SIRKADIAN
Disusun Oleh :
Rahel Octivia 1115016
Pembimbing:
dr. Dani, M.Kes
TINJAUAN PUSTAKA
Kata sirkadian berasal dari bahasa Yunani yaitu circa berarti sekitar, dies
berarti satu hari atau 24 jam. Jadi yang disebut sirkardian adalah perubahan fungsi-
fungsi tubuh pada diri manusia yang terjadi dalam satu hari. Karena perubahan
fungsi-fungsi tubuh tersebut mengikuti satu ritme tertentu, maka konsep sirkardian ini
lebih dikenal dengan sebutan ritme/ siklus sirkadian. Siklus sirkadian merupakan
siklus fisiologis dan psikologi syang terjadi secara periodik dalam waktu 24 jam dan
dikontrol oleh suprachiasmatic nucleus(SCN) yangmerupakan bagian dari
hipotalamus anterior. Siklus ini mengatur berbagai proses biologis, antara lain siklus
tidur dan bangun, makan, produksi urin, termoregulasi, sekresi hormon, denyut
jantung, dan perubahan tekanan darah. Secara fisiologis siklus ini dapat berubah dan
menyebabkan perubahan dalam hubungan setiap siklus satu sama lain, sehingga dapat
terjadi desinkronisasi internal. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya koordinasi
siklus yang berdampak negatif pada siklus tidur, menganggu aktivitas harian, fungsi
fisiologis, serta perilaku, bahkan dapat menimbulkan penyakit.
Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan
alatelektroensefalogram (EEG),elektro-okulogram (EOG), dan
elektrokiogram(EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitunon-rapid eye
movement(NREM) dan rapid eye movement (REM).
Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan cirisebagai
berikut : rileks,masih sadar dengan lingkungan, frekuensi nadidan nafas sedikit
menurun, bola mata bergerak dari samping kesamping, dapat bangun segera
selama tahap ini. Tahap ini berlangsungselama5 menit.
Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terusmenurun dengan
ciri sebagai berikut : bola mata berhenti bergerak,temperatur tubuh menurun, serta
frekuensi nadi dannafas menurunsecara jelas. Tahap ini berlangsung sekitar 10-15
menit.
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensinafas serta
prosestubuh lainnya lambat, awal dari keadaan tidur lelap,disebabkan adanya
dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulituntuk dibangunkan. Berlangsung 15-
30 menit.
Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur nyenyak, gerakanbola mata cepat,
sekresilambung menurun, jarang bergerak, sulitdibangunkan, serta tonus otot
menurun.
Siklus Tidur
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur
seluruhnya normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui
empat hingga limasiklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulaidari tahap
NREM yang berlanjut ke tahapREM. Tahap NREM I-III berlangsungselama 30
menit, kemudian diteruskan ke tahap IVselama 20 menit.Setelah itu, individu
kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit.Tahap I NREM muncul sesudahnya
dan berlangsung selama 10 menit
2.2 Hipotalamus
Hipotalamus terletak di dasar otak tepat diatas kiasma optikum dan dibawah
ventrikel ketiga. Hipotalamus berhubungan langsung dengan kelenjar hipofisis dan
merupakan bagian dari otak sebagai sumber dari sekresi hipofisis. Secara anatomis
hipotalamus dibagi menjadi tiga zona, yaitu perivantrikuler, medial dan lateral.
Selanjutnya setiap zona dibagi lagi menjadi struktur yang dikenal sebagai nucleus,
yang masing-masing nucleus memiliki tipe sel saraf yang sama.
GnRH merupakan hormon yang paling unik, dimana hormon ini secara
simultan merangsang sekresi dari dua hormon, yaitu FSH dan LH. Selain itu GnRH
disekresi dalam bentuk pulsasi dan pelepasan GnRH secara pulsasi ini mempengaruhi
pelepasan dua hormon gonadotropin. Sekresi pulsasi GnRH secara kontinu sangat
diperlukan karena GnRH memiliki waktu paruh yang sangat pendek (2-4 menit).
Sekresi pulsasi dari GnRH bervariasi baik frekuensi maupun amplitudonya pada
siklus menstruasi. Fase folikuler ditandai dengan sekresi GnRH yang lebih sering
dengan amplitudo pulsasi yang kecil. Selama fase luteal, terdapat pemanjangan
interval antara pulsasi dan terjadi penurunan amplitudo. Variasi dari frekuensi dan
amplitudo pulsasi bertanggung jawab terhadap jumlah sekresi gonadotropin dari
hipofisis, walaupun pengaruh hormonal dari hipofisis akan mengatur kembali efek
dari GnRH
CRH merangsang produksi dan pelepasan ACTH dan endorfin oleh hipofisis
anterior, kerja ini diperkuat oleh vasopresin. CRH juga menghambat sekresi LHRH.
Peningkatan kadar CRH menghambat sekresi GnRH secara langsung dengan
meningkatkan konsentrasi opioid. Jalur fungsional ini menjelaskan hubungan antara
hiperkortisolisme dengan abnormalitas menstruasi.
c. Growth hormon--releasing hormon (GHRH), yang mangatur pelepasan
growth hormon (GH).
Produksi hormon pertumbuhan secara tonis ditekan oleh somatostatin,
sedangkan pelepasan episodiknya dirangsang oleh GHRH.
Sebagaimana GnRH, GHRH tergantung pada sekresi pulsatif untuk
menimbulkan efek fisiologis. Aktivitas fisik, stres, tidur dan keadaan hipoglikemia
menstimulasi pelepasan GH, sementara asam lemak bebas menghambat GH.
Estrogen, testosteron dan hormon tiroid juga berperan dalam meningkatkan sekresi
GH.
SCN sering disebut sebagai master circadian clock of the body karena
perannya dalam mengatur semua fungsi tubuh yang berhubungan dengan irama
sirkadian termasuk core body temperature, sekresi hormon, fungsi kardio-pulmoner,
ginjal, gastrointestinal, dan fungsi neurobehavioral.Mekanisme molekuler dasar
dimana neuron pada SCN mengatur dan mempertahankan iramanya adalah melalui
autoregulatory feedback loop yang mengatur produk gen sirkadian melalui proses
transkripsi, translasi,dan posttranslasi yang kompleks.
Efek yang paling dapat dijelaskan dari peranan melatonin dalam mengatur
mekasnisme tidur adalah menurunkan sleep onset latency melalui sleep-switch
model . Secara anatomi dan fisiologis ditemukan adanya inhibisi mutual pada
aktivitas pemicu tidur pada hypothalamic ventrolateral preopticnucleus dan aktivitas
pemicu terjaga pada lateral hypothalamus, locus coeruleus, dorsal raphe, dan
tuberomammillary nuclei, sistem yang dapat mengatur sleep switching.SCN dapat
mempengaruhi kedua subsistem ini melalui ventral subparaventricular zone menuju
ke hypothalamic dorsomedial nucleus,dimana berbagai fungsi sirkadian diregulasi.
Proyeksi dari dorsomedial nucleus menuju ventrolateral preoptic nucleus dapat
memicu tidur, sedangkan proyeksi menuju lateral hypothalamus berhubungan dengan
aktivitas yang terjadi dalam keadaan terjaga. Melatonin dapat mempengaruhis
witchingmechanismini dan mempercepat sleep onset melalui reseptor-reseptor yang
banyak terdapat pada SCN. Sedangkan peranan melatonin dalam sleep maintenance
tergantung pada durasi dan tingkat desensitisasi reseptor serta ketersediaan melatonin
dalam sirkulasi selama sleep period.
Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama
tidur-bangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga
untuk bangun/aktivitas. Siklus sirkadian dapat terganggu bila terdapat
ketidakseimbangan dari ritme sirkadian tersebut. Hal ini sering disebut circadian
rhythm sleep disorder(CRSD), yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan
bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini
sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Bagian-bagian
yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur badan,plasma
darah, urine,fungsi ginjal dan psikologi. Gangguan irama sirkadian dapat
dikategorikan dua bagian, yaitu bersifat sementara (acute work shift, jet lag) dan
bersifat menetap (shift worker). Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian
sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase
REM.
Insidensi
Gejala Klinis
Orang dengan DSPD cenderung "evening types" yang biasanya tetap terjaga
antara 01:00-05.00 dan bangun menjelang siang hari. Insomnia dapat terjadi sebagai
komplikasi dari DSPD. Diagnosis dapat ditegakkan dengan menanyakan jadwal
keseharian dan jadwal tidur dari penderita selama minimal 7 hari.
Penatalaksanaan
Chronotherapy
Chronotherapy dianggap sebagai terapi utama pada pasien DSPD,
yaitu dengan menentukan jadwal tidur-bangun menurut ritme sirkardian
dengan harapan jika jadwal tidur-bangun dapat dibuat normal, maka siklus
sirkardian pun akan ikut normal kembali. Ketika jadwal tidur-bangun sudah
normal kembali, pasien diminta untuk mempertahankan jadwal tidur-bangun
tersebut.
Terapi sinar
Menjadwalkan tubuh untuk mendapat sinar matahari pada pagi hari.
selama kurang lebih 2 jam (biasanya 2-3 jam sebelum waktu bangun tidur
pasien) menunjukkan perubahan yang signifikan dalam siklus sirkadian pada
penderita DSPD
Pemberian melatonin
Pemberian melatonin saat sore atau malam hari 0,3-5 mg, biasanya
diberikan 2-5jam sebelum waktu tidur, sehingga dapat membantu penderita
untuk memulai tidur, namun angka terjadi relapse setelah pemberian selama 1
tahun mencapai 90% saat menghentikan melatonin.
Insidensi
Onset dari ASPD biasanya muncul saat usia pertengahan dan bertambah
seiring bertambahnya usia, namun lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut.
Gejala Klinis
Orang dengan ASPD cenderung "morning types", yaitu tertidur pada pukul
18.00-21.00 dan terbangun pada pukul 02.00-05.00. Penderita ASPD biasanya
mengeluhkan mengantuk saat sore hari karena terbagun terlalu pagi dan kesulitan
mengatur jam tidur.
Penatalaksanaan
Insidensi
Biasanya terjadi pada lansia dengan gangguan saraf seperti demensia dan pada
anak-anak dengan gangguan perkembangan seperti retardasi mental.
Gejala Klinis
Penatalaksanaan
Gejala klinis
Penatalaksanaan
Menurut penelitian yang dilakukan pada tuna netra, pemberian melantonin 0.5
mg (physicological dose) sama efektifnya dengan pemberian melatonin dosis tinggi
5-10mg (pharmacological dose), bahkan pada beberapa kasus terbukti lebih efektif
dalam membantu mengembalikan siklus sirkadian normal, diberikan 1 jam sebelum
waktu tidur selama 3-9 minggu, dibantu dengan pengaturan jadwal aktifitas di siang
hari. Dibutuhkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi, jika tidak dapat terjadi
relaps.
e. Jet-Lag Disorder
Jet lag adalah suatu kondisi sementara setelah tiba di tujuan dengan gejala
yang bertahan sekitar satu hingga dua hari setelah menempuh perjalanan jauh
melewati beberapa zona waktu. Dalam lokasi yang baru ini orang harus tidur dan
bangun pada waktu yang sesuai dengannya atau jam biologis tubuhnya, sehingga
terjadi kesalahan penyesuaian dari siklus sirkadian dengan zona waktu setempat.
Tingkat keparahan masalah meningkat dengan jumlah zona waktu yang dilewati.
Kurang tidur,posisi duduk lama tidak nyaman, kualitas udara dan tekanan, stress,
kafein yang berlebihan dan penggunaan alkohol dapat meningkatkan keparahan
insomnia dan gangguan kewaspadaan dan fungsi yang terkait dengan perjalanan
transmeridian.
Insidensi
Gejala klinis
Penatalaksanaan
Menurut American Academy of Sleep Medicine (AASM) penatalaksanaan
nonfarmakologis adalah hal yang paling penting dalam mengatasi jet lag. Dianjurkan
untuk menyesuaikan jadwal waktu tidur-bangun di tempat tujuan agar irama
sirkardian tidak terganggu. Pemberian cahaya kurang berefek signifikan dalam
mengurangi gejala jetlag. Menurut penelitian, pemberian melatonin 0,5-10 mg 3 hari
sebelum keberangkatan diikuti dengan pemberian sebelum tidur saat di tempat tujuan
selama 5 hari terbukti dapat mengurangi gejala dari jetlag dan memperbaiki pola
tidur. Bisa juga diberikan hipnotic agent untuk membantu aktifitas dan saat tidur
penderita di tempat tujuan. Menurut penelitian, pemberian hypnotic agents
benzodiazepine, yaitu Temazepam 20 mg saat waktu tidur, maupun non
benzodiazepine, yaitu Zolpidem 10 mg saat waktu tidur selama 3-4 hari berefek
signifikan terhadap total waktu tidur dan kualitas tidur, serta mengurangi fase
terbangun saat tidur.
Gangguan shift work muncul ketika terjadi pergesaran jam kerja seseorang
dimana dijadwalkan selama periode tidur normal yang bertolak belakang dengan
siklus sirkardian normal yang berlangsung selama minimal 1 bulan. Ditandai dengan
adanya rasa kantuk yang berlebih saat bekerja, atau insomnia saat waktu
tidur.Biasanya dapat diatasi dengan penyesuaian kembali jadwal tidur sesuai dengan
waktu normal atau waktu yang dibutuhkan.
Gejala Klinik
Gejala yang sering muncul adalah kelelahan kronis, lemas, mood disorder,
dan gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti
dispepsia. Namun gejala akan hilang setelah penyesuaian kembali dari siklus
sirkadian.
Penatalaksanaan
Chronotherapy
Chronotherapy merupakan penatalaksanaan berupa penyesuaian jam kerja dan
jam tidur agar kembali menjadi normal. Berdasarkan penelitian, penyesuaian jam
kerja dan jam tidur hanya dapat dilakukan pergeseran satu sampai dua jam per hari,
tetapi ada pula pendapat bahwa penyesuaian lebih rasional apabila langsung
dilakukan secara cepat. Banyak yang mengatakan bahwa kemampuan bekerja
seseorang dapat lebih dari 10-12 jam, mereka memilih bekerja lebih panjang agar
dapat memiliki waktu luang lebih maksimal. Selain perencanaan jam kerja ada pula
perencanaan jam tidur, berdasarkan penelitian orang yang tertidur sebelum jam tidur
apalagi ditambah kafein, akan meningkatkan kewaspadaan.
Terapi cahaya
Merupakan teknik penatalaksanaan dengan memperhatikan kuantitas cahaya
dan lama terpapar terhadap cahaya tersebut, namun berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, penatalaksanaan ini sangat sulit dilakukan, dikarenakan belum diketahui
pasti kuantitas cahaya yang diperlukan pada saat bekerja, dan apakah lingkungan
kerja dapat mengakomodir kebutuhan cahaya tersebut. Hal ini dilakukan pada pekerja
dengan waktu kerja malam.
Melatonin
Berdasarkan penelitian yang ada, kegunaan melatonin untuk tidur pada siang
hari sangat bervariasi, tidak dapat ditentukan kadar dan lama pemberian melatonin,
sehingga sangat sulit untuk menarik simpulan akan hal ini. Ada teori yang
menjelaskan bahwa melatonin memiliki efek yang baik terhadap pekerja malam yang
tidur di siang hari, namun berdasarkan observasi penelitian, perbaikan pada waktu
tidur berhubungan juga dengan efek hipnotik dan juga penyesuaian jam kerja.
Hypnotic agent
Hasil penelitian yang dilakukan mengatakan bahwa efek hypnotic agent pada pekerja
malam memberikan waktu tidur siang hari yang lebih baik, namun penelitian lainnya
meragukan adanya peningkatan kewaspadaan pada saat bekerja.Walaupun begitu
hypnotic agent pada pekerja malam dapat membantu meningkatkan kualitas tidur
siang hari pada pekerja malam sehingga meningkatkan kualitas kerja dan keamanan
kerja.
BAB III
KESIMPULAN
Kata sirkadian berasal dari bahasa Yunani yaitu circa berarti sekitar, dian
berarti satu hari atau 24 jam. Siklus sirkadian merupakan siklus fisiologis yang terjadi
secara periodik dalam waktu 24 jam dan dikontrol oleh suprachiasmatic
nucleus(SCN) yangmerupakan bagian dari hipotalamus anterior. Siklus ini mengatur
berbagai proses biologis, antara lain siklus tidur dan bangun, makan, produksi urin,
termoregulasi, sekresi hormon, denyut jantung, dan perubahan tekanan darah.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://www.aasmnet.org/resources/practiceparameters/review_circadianrhyth
m2.pdf [Accesed 19 November 2016]