You are on page 1of 25

REFERAT

SIKLUS SIRKADIAN

Disusun Oleh :
Rahel Octivia 1115016

Pembimbing:
dr. Dani, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Siklus sirkadian adalah siklus fisiologis dan perilaku dengan pengulangan


periodik sekitar 24 jam, yang terjadi karena adanya pacemaker biologis endogen,
yaitu suprachiasmatic nuclei (SCN) yang berada di hipotalamus anterior. Siklus ini
mengontrol berbagai proses biologis, diantaranya siklus tidur-bangun, suhu tubuh,
makan, sekresi hormon, homeostasis gula, dan regulasi sel.
Walaupun secara tidak sadar kita selalu mengadakan penyesuaian pada siklus
sirkadian, namun dapat terjadi gangguan pada siklus ini. Penyebabnya dapat
dibedakan menjadi gangguan endogen dan eksogen. Gangguan endogen muncul
karena adanya masalah pada organ dalam tubuh sedangkan gangguan eksogen
muncul karena masalah lingkungan sekitar.
Terganggunya siklus sikardian seseorang memiliki dampak negatif berupa kelelahan,
lemas, gangguan kognitif, kehilangan fokus, iritabilitas dan gangguan mood. Hal
tersebut dapat menurunkan produktivitas seseorang. Jika berlangsung lama dapat
mengganggu kesehatan jiwa dari penderita tersebut.
Gangguan pada siklus sikardian sebaiknya diketahui oleh semua orang. Hal
ini dapat membuat seseorang mengoptimalkan waktu kerja dan waktu istirahat, serta
memperbaiki siklus yang mungkin sudah mengalami gangguan. Dengan terjaganya
siklus sirkadian seseorang, waktu kerja akan menjadi efektif dan tenaga yang
digunakan seseorang akan lebih optimal dan produktif sehingga meningkatkan
tingkat produktivitas dari orang tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Sirkadian

Kata sirkadian berasal dari bahasa Yunani yaitu circa berarti sekitar, dies
berarti satu hari atau 24 jam. Jadi yang disebut sirkardian adalah perubahan fungsi-
fungsi tubuh pada diri manusia yang terjadi dalam satu hari. Karena perubahan
fungsi-fungsi tubuh tersebut mengikuti satu ritme tertentu, maka konsep sirkardian ini
lebih dikenal dengan sebutan ritme/ siklus sirkadian. Siklus sirkadian merupakan
siklus fisiologis dan psikologi syang terjadi secara periodik dalam waktu 24 jam dan
dikontrol oleh suprachiasmatic nucleus(SCN) yangmerupakan bagian dari
hipotalamus anterior. Siklus ini mengatur berbagai proses biologis, antara lain siklus
tidur dan bangun, makan, produksi urin, termoregulasi, sekresi hormon, denyut
jantung, dan perubahan tekanan darah. Secara fisiologis siklus ini dapat berubah dan
menyebabkan perubahan dalam hubungan setiap siklus satu sama lain, sehingga dapat
terjadi desinkronisasi internal. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya koordinasi
siklus yang berdampak negatif pada siklus tidur, menganggu aktivitas harian, fungsi
fisiologis, serta perilaku, bahkan dapat menimbulkan penyakit.

Tidur adalah salah satu iramabiologis tubuhyang sangat kompleks.


Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang
mengikuti jam biologisnya: individu akanbangun pada saat ritme fisiologis paling
tinggiatau paling aktif dan akan tidurpada saat ritme tersebut paling rendah.

Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan
alatelektroensefalogram (EEG),elektro-okulogram (EOG), dan
elektrokiogram(EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitunon-rapid eye
movement(NREM) dan rapid eye movement (REM).

1). Non Rapid Eye Movement (NREM).

Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karenagelombang


otak yangditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendekdaripada gelombang alfa
dan beta yangditunjukkan orang yang sadar.Pada tidur NREM terjadi penurunan
sejumlah fungsi fisiologitubuh. Disamping itu,semua proses metabolik termasuk
tanda-tanda vital,metabolisme, dankerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi
atas 4tahap. Tahap I-II disebutsebagai tidur ringan (light sleep) dan tahapIII-IV
disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep).

Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan cirisebagai
berikut : rileks,masih sadar dengan lingkungan, frekuensi nadidan nafas sedikit
menurun, bola mata bergerak dari samping kesamping, dapat bangun segera
selama tahap ini. Tahap ini berlangsungselama5 menit.
Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terusmenurun dengan
ciri sebagai berikut : bola mata berhenti bergerak,temperatur tubuh menurun, serta
frekuensi nadi dannafas menurunsecara jelas. Tahap ini berlangsung sekitar 10-15
menit.

Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensinafas serta
prosestubuh lainnya lambat, awal dari keadaan tidur lelap,disebabkan adanya
dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulituntuk dibangunkan. Berlangsung 15-
30 menit.

Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur nyenyak, gerakanbola mata cepat,
sekresilambung menurun, jarang bergerak, sulitdibangunkan, serta tonus otot
menurun.

2) Rapid Eye Movement (REM)

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-


30menit. Tidur REMtidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpiterjadi
pada tahap ini. Selama tidur REM,otak cenderung aktif dan metabolismenya
meningkat hingga 20%. Pada tahap individumenjadisulit untuk dibangunkan atau
justru dapat bangun dengan tiba-tiba,tonus ototterdepresi,sekresi lambung
meningkat,dan frekuensi jantungdan pernapasan sering kali tidak teratur.

Siklus Tidur
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur
seluruhnya normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui
empat hingga limasiklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulaidari tahap
NREM yang berlanjut ke tahapREM. Tahap NREM I-III berlangsungselama 30
menit, kemudian diteruskan ke tahap IVselama 20 menit.Setelah itu, individu
kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit.Tahap I NREM muncul sesudahnya
dan berlangsung selama 10 menit

2.2 Hipotalamus
Hipotalamus terletak di dasar otak tepat diatas kiasma optikum dan dibawah
ventrikel ketiga. Hipotalamus berhubungan langsung dengan kelenjar hipofisis dan
merupakan bagian dari otak sebagai sumber dari sekresi hipofisis. Secara anatomis
hipotalamus dibagi menjadi tiga zona, yaitu perivantrikuler, medial dan lateral.
Selanjutnya setiap zona dibagi lagi menjadi struktur yang dikenal sebagai nucleus,
yang masing-masing nucleus memiliki tipe sel saraf yang sama.

Hipotalamus bukan merupakan struktur yang terisolasi di dalam susunan saraf


pusat, hipotalamus memiliki hubungan yang luas dengan daerah lain di otak.
Hipotalamus merupakan sumber dari seluruh produksi hormon neruohipofise.

Diketahui adanya beberapa mekanisme umpan balik (feedback mechanism)


pada hipotalmus, yang dikenal sebagai mekanisme umpan balik panjang, pendek dan
sangat pendek. Mekanisme umpan balik yang panjang terdiri dari input endokrin dari
hormin sirkulasi, seperti umpan balik androgen dan estrogen terhadap reseptor steroid
yang terdapat pada hipotalamus. Hormon hipofisis juga akan memberikan efek
umpan balik pada hipotalamus melalui mekanisme umpan balik yang pendek,
sedangkan sekresi hipotalamus sendiri juga akan memberikan efek umpan balik yang
sangat pendek terhadap hipotalamus itu sendiri.

Hormon yang dihasilkan hipotalamus merupakan releasing factor bagi


hipofisis, yaitu:

a. Gonadotropin-releasing hormon (GnRH), yang mengatur sekresi dari


luteinizing hormon (LH) dan follicle stimulating hormon (FSH).

GnRH merupakan hormon yang paling unik, dimana hormon ini secara
simultan merangsang sekresi dari dua hormon, yaitu FSH dan LH. Selain itu GnRH
disekresi dalam bentuk pulsasi dan pelepasan GnRH secara pulsasi ini mempengaruhi
pelepasan dua hormon gonadotropin. Sekresi pulsasi GnRH secara kontinu sangat
diperlukan karena GnRH memiliki waktu paruh yang sangat pendek (2-4 menit).
Sekresi pulsasi dari GnRH bervariasi baik frekuensi maupun amplitudonya pada
siklus menstruasi. Fase folikuler ditandai dengan sekresi GnRH yang lebih sering
dengan amplitudo pulsasi yang kecil. Selama fase luteal, terdapat pemanjangan
interval antara pulsasi dan terjadi penurunan amplitudo. Variasi dari frekuensi dan
amplitudo pulsasi bertanggung jawab terhadap jumlah sekresi gonadotropin dari
hipofisis, walaupun pengaruh hormonal dari hipofisis akan mengatur kembali efek
dari GnRH

b. Corticotropin--releasing hormon (CRH), yang mengatur pelepasan


adrenocorticotropin hormon (ACTH).

CRH merangsang produksi dan pelepasan ACTH dan endorfin oleh hipofisis
anterior, kerja ini diperkuat oleh vasopresin. CRH juga menghambat sekresi LHRH.
Peningkatan kadar CRH menghambat sekresi GnRH secara langsung dengan
meningkatkan konsentrasi opioid. Jalur fungsional ini menjelaskan hubungan antara
hiperkortisolisme dengan abnormalitas menstruasi.
c. Growth hormon--releasing hormon (GHRH), yang mangatur pelepasan
growth hormon (GH).
Produksi hormon pertumbuhan secara tonis ditekan oleh somatostatin,
sedangkan pelepasan episodiknya dirangsang oleh GHRH.
Sebagaimana GnRH, GHRH tergantung pada sekresi pulsatif untuk
menimbulkan efek fisiologis. Aktivitas fisik, stres, tidur dan keadaan hipoglikemia
menstimulasi pelepasan GH, sementara asam lemak bebas menghambat GH.
Estrogen, testosteron dan hormon tiroid juga berperan dalam meningkatkan sekresi
GH.

d. Thyrotropin-releasing hormon (TRH), yang mengatur sekresi thyroid-


stimulating hormon (TSH).
Hormon ini dihasilkan di hipofisis anterior untuk merangsang produksi baik hormon
perangsang tiroid (TSH) maupun prolaktin. Hal ini menerangkan mengapa kadar
prolaktin seringkali meningkat pada penderita-penderita dengan hipotiroidisme
primer adalah karena meningkatnya keluaran TRH

Beberapa fungsi dari hipotalamus diantaranya mengontrol pelepasan hormon


yang disekresikan oleh kelenjar hipofise sehingga mempengaruhi sistem endokrin,
mengontrol proses metabolisme tertentu, mengintegrasikanrespons-respons sistem
simpatis dan parasimpatis,mengontrol suhu tubuh, mengontrol keseimbangan air, rasa
lapar dan haus, mengontrol perilaku seksual dan reproduksi, berperan sebagai pusat
otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan, serta
mengontrol siklus harian dan perilaku fisiologis juga dikenal sebagai siklus sirkadian.

Pusat- pusat pengaturan yang terdapat di hipotalamus:


Suhu: suhu dingin atur oleh hipotalamus posterior, sedangkan suhu panas diatur
oleh hipotalamus anterior. Di bagian anterior dan posterior hipotalamus ada suatu
area luas, khususnya di area preoptik, berhubungan dengan pengaturan suhu
tubuh. Bila ada peningkatan suhu darahyang melewati area-area ini akan
meningkatkan aktivitas neuron-neuron yang peka terhadapsuhu, sedangkan
penurunan suhu akan menurunkan aktivitasnya. Di saat siang hari, ototsebagai
pengasil panas terbesar dalam tubuh aktif bekerja daripada malam hari,
sehingga panas yang dihasilkan pada waktu siang hari lebih banyak. Maka dari
itu, pada saat siang harisuhu tubuh lebih tinggi dari malam hari pada saat otot-otot
istirahat.
Pengaturan cairan tubuh: Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara:
(1) dengan caramencetuskan sensasi haus, yang akan menimbulkan hasrat untuk
minum, dan (2) dengan cara mengatur ekskresi air ke dalam urin. Di hipotalamus
bagian lateral ada suatu area yangdisebut sebagai pusat rasa haus. Bila elektrolit
yang terdapat di dalam neuron pusat ini ataudaerah yang berkaitan dengan
hipotalamus menjadi sangat pekat, maka akan timbul hasratuntuk meminum air.
Pengaturan ekskresi air oleh ginjal terutama dilakukan oleh nucleus supraoptikus.
Bila cairan tubuh menjadi sangat pekat, maka neuron-neuron di dalam area
iniakan terangsang. Serat-serat saraf dari neuron-neuron ini diproyeksikan ke
bawah melaluiinfundifulum ke kelenjar hipofisis posterior yang akan mensekresi
hormon yang disebut hormon anti diuretik. Selanjutnya hormon ini akan
diabsorbsi ke dalam darah dan akan bekerja pada duktus koligens ginjal agar
timbul banyak sekali reabsorbsi air yang hilang kedalam urin.
Pengaturan gastrointestinal dan hasrat makan: Perangsangan beberapa area
dalamhipotalamus dapat menyebabkan munculnya rasa lapar. Area yang sangat
berhubungandengan rasa lapar adalah area hipotalamus lateral. Pusat yang
berlawanan dengan hasratterhadap makanan, yang disebut pusat rasa kenyang,
terletak di dalam nukleus ventromedial. Bila pusat ini terangsang ketika kita
sedang makan, maka kita akan menghentikan makan.
Bau: pusat sensasi bau terletak di mammillary body di bagian posterior
hipotalamus.
Respon takut : diatur oleh hipotalamus lateral, yang akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah, dilatasi pupil, dan piloereksi.
Perilaku seskual : hipotalamus anterior dan diaktivasi oleh hormone seks
(testosterone dan estrogen) yang mengontrol aktivitas seksual pria dan wanita
Sekresi hipofisis posterior: hormon- hormon kelenjar hipofisis posterior disintesis
di badan sel saraf di nucleus supraoptik dan paraventrikular hipotalamus,
kemudian ditransport melalui akson ke ujung akson di lobus posterior. Neuron ini
memproduksi oksitosin dan antidiuretic hormone (ADH)/ vasopressin.
Sekresi hipofisis anterior: hormone-hormon yang disekresi oleh hipofisis anterior
dikontrol oleh hormone yang disekresi oleh neuron di hipotalamus.
Fungsi endokrin: diatur oleh nucleus suprakhiasma yang mengontrol sekresi
hormone ACTH dengan menerima informasi dari mata dan
mengkoordinasikannya dengan berbagai irama tubuh selama 24 jam (siklus
sirkardian).

2.3 Mekanisme Siklus Sirkardian


Siklus sirkardian dikontrol olehpace maker setral, yaitu suprachiasmatic
nucleus(SCN), yang terletak di hipotalamus anterior pada otak. SCN dibagi atas inti
dan kulit dimana neurotransmitter yang dominan dalam inti yaitu -aminobutyric acid
sedangkan di kulitnya adalah somatostatin dan nerophysis. SCN ini menerima
informasi tentang siklus terang-gelap melalui jalur saraf khusus, yaitu
retinohypothalamic fiber yang melintas dari optic chiasm ke SCN. Serabut saraf
eferen dari SCN menginisiasi sinyal saraf dan humoral yang bekerja pada berbagai
irama sirkadian. Irama ini termasuk irama dalam sekresi ACTH dan hormon hipofisis
lain.

SCN sering disebut sebagai master circadian clock of the body karena
perannya dalam mengatur semua fungsi tubuh yang berhubungan dengan irama
sirkadian termasuk core body temperature, sekresi hormon, fungsi kardio-pulmoner,
ginjal, gastrointestinal, dan fungsi neurobehavioral.Mekanisme molekuler dasar
dimana neuron pada SCN mengatur dan mempertahankan iramanya adalah melalui
autoregulatory feedback loop yang mengatur produk gen sirkadian melalui proses
transkripsi, translasi,dan posttranslasi yang kompleks.

Penyesuaian antara irama sirkadian internal 24 jam dengan kondisi


lingkungan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain,terutama cahaya, aktivitas
fisik, pola makan, dan sekresi hormon melatonin oleh kelenjar pineal.

Cahaya merupakan rangsang eksternal yang paling berpengaruh dalam siklus


sirkardian dan berpengaruh langsung terhadap sekresi dari melatonin. Fotoreseptor
pada retina mata yang terlibat dalam irama sirkadian berbeda dengan fotoreseptor
yang berfungsi dalam pengelihatan (roddancone). Secara spesifik,suprachiasmatic
nucleus(SCN) menerima input rangsang cahaya dari sel ganglion pada retina mata
yang mengandung melanopsin (fotopigmen),baik secara direk, yaitu melalaui retino-
hypothalamic pathway (RH tract) dan beberapa secara indirek, yaitu melalui lateral
geniculate nucleus. Sinyal tersebut kemudian melewati paraventricular nucleus
(PVN), medula spinalis,dan superior cervical ganglion (SCG) menuju ke reseptor
Noradrenergic(NA) pada kelenjar pineal. Pelepasan norepinefrin ke pinealosit yang
diinduksi oleh keadaan gelap mengaktivasi reseptor b-adrenergik yang berhubungan
dengan aktivitas cAMP (cyclic adenosine monophosphate) dan aktivitas N-
acetyltransferase(NAT) yang merupakan enzim yang mengatur sintesis melatonin
dari serotonin, dimana keadaan gelap akan meningkatkan aktivitas NAT 30-70 kali
untuk mensekresi melatonin, sebaliknya adanya cahaya akan menghambat sekresi
melatonin. Sekresi melatonin mulai meningkat pada malam hari, sekitar 2 jam
sebelum jam tidur normal, kemudian terus meningkat selama malam hari dan
mencapai puncak antara pukul 02.00-04.00 pagi. Sekresi melatonin nokturnal
menyebabkan rasa kantuk, penurunan suhu inti tubuh dan denyut jantung,
peningkatan pelepasan prolactin, serta menghambat aktivitas metabolic. Setelah itu,
sekresi melatonin akan menurun secara gradual pada pagi hari dan mencapai level
yang sangat rendah pada siang hari. Kadar melatonin adalah sebuah marker dari fase
sirkadian yang stabil, dan sering digunakan untuk penelitian dan juga penentuan dari
puncak siklus sirkadian.

Sepanjang hari,suprachiasmatic nucleus (SCN) secara aktif memproduksi


arousal signal yangmempertahankan kesadaran dan menghambat dorongan untuk
tidur. Pada malam hari, sebagai respon pada keadaan gelap, terjadi feedback loop
pada SCN yang diawali dengan pengiriman sinyal untuk memicu produksi hormon
melatonin yang menghambat aktivitas SCN. Melatonin dapat memicu tidur dengan
cara menekan wakepromoting signal atauneuronal firingpada SCN. Di samping itu,
melatonin dapat mengatur wake-sleep cycle melalui mekanisme termoregulator
dengan menurunkan core body temperature.

Efek yang paling dapat dijelaskan dari peranan melatonin dalam mengatur
mekasnisme tidur adalah menurunkan sleep onset latency melalui sleep-switch
model . Secara anatomi dan fisiologis ditemukan adanya inhibisi mutual pada
aktivitas pemicu tidur pada hypothalamic ventrolateral preopticnucleus dan aktivitas
pemicu terjaga pada lateral hypothalamus, locus coeruleus, dorsal raphe, dan
tuberomammillary nuclei, sistem yang dapat mengatur sleep switching.SCN dapat
mempengaruhi kedua subsistem ini melalui ventral subparaventricular zone menuju
ke hypothalamic dorsomedial nucleus,dimana berbagai fungsi sirkadian diregulasi.
Proyeksi dari dorsomedial nucleus menuju ventrolateral preoptic nucleus dapat
memicu tidur, sedangkan proyeksi menuju lateral hypothalamus berhubungan dengan
aktivitas yang terjadi dalam keadaan terjaga. Melatonin dapat mempengaruhis
witchingmechanismini dan mempercepat sleep onset melalui reseptor-reseptor yang
banyak terdapat pada SCN. Sedangkan peranan melatonin dalam sleep maintenance
tergantung pada durasi dan tingkat desensitisasi reseptor serta ketersediaan melatonin
dalam sirkulasi selama sleep period.

2.4 Gangguan pada siklus sirkadian

Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama
tidur-bangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga
untuk bangun/aktivitas. Siklus sirkadian dapat terganggu bila terdapat
ketidakseimbangan dari ritme sirkadian tersebut. Hal ini sering disebut circadian
rhythm sleep disorder(CRSD), yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan
bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini
sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Bagian-bagian
yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur badan,plasma
darah, urine,fungsi ginjal dan psikologi. Gangguan irama sirkadian dapat
dikategorikan dua bagian, yaitu bersifat sementara (acute work shift, jet lag) dan
bersifat menetap (shift worker). Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian
sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase
REM.

Berbagai macam gangguan tidur siklus sirkadian adalah sebagai berikut:

a. Delayed Sleep-Phase Disorder (DSPD)


DSPD ditandai dengan jadwal tidur- bangun seseorang secara teratur lebih
lambat dari yang seharusnya, biasanya lebih dari 2 jam. Pasien dengan DSPD
biasanya akan mengeluh kesulitan dalam bangun pagi dan selalu terlambat saat kerja
maupun sekolah, mengantuk pada siang hari, serta mengalami kesulitan mumulai
tidur. Etiologinya masih belum diketahui. Ketika penderita diberi waktu untuk tidur
dan menyesuaikan kembali siklus sirkadiannya, penderita akan segera normal
kembali.

Insidensi

Gangguan ini seringditemukan pada anak sekolah,pekerja sosial, terutama remaja


dandewasa muda dengan prevalensi 7-16%.

Gejala Klinis

Orang dengan DSPD cenderung "evening types" yang biasanya tetap terjaga
antara 01:00-05.00 dan bangun menjelang siang hari. Insomnia dapat terjadi sebagai
komplikasi dari DSPD. Diagnosis dapat ditegakkan dengan menanyakan jadwal
keseharian dan jadwal tidur dari penderita selama minimal 7 hari.

Penatalaksanaan

American Academy of Sleep Medicine (AASM) merekomendasikan beberapa


terapi untuk pasien dengan DSPD, diantaranya

Chronotherapy
Chronotherapy dianggap sebagai terapi utama pada pasien DSPD,
yaitu dengan menentukan jadwal tidur-bangun menurut ritme sirkardian
dengan harapan jika jadwal tidur-bangun dapat dibuat normal, maka siklus
sirkardian pun akan ikut normal kembali. Ketika jadwal tidur-bangun sudah
normal kembali, pasien diminta untuk mempertahankan jadwal tidur-bangun
tersebut.
Terapi sinar
Menjadwalkan tubuh untuk mendapat sinar matahari pada pagi hari.
selama kurang lebih 2 jam (biasanya 2-3 jam sebelum waktu bangun tidur
pasien) menunjukkan perubahan yang signifikan dalam siklus sirkadian pada
penderita DSPD
Pemberian melatonin
Pemberian melatonin saat sore atau malam hari 0,3-5 mg, biasanya
diberikan 2-5jam sebelum waktu tidur, sehingga dapat membantu penderita
untuk memulai tidur, namun angka terjadi relapse setelah pemberian selama 1
tahun mencapai 90% saat menghentikan melatonin.

b. Advanced Sleep-Phase Disorder (ASPD)


ASPD terjadi ketika seseorang secara teratur memiliki jadwal tidur dan
bangun beberapa jam lebih awal dari kebanyakan orang. Mereka memiliki kesulitan
untuk mempertahankan waktu sebelum tidur dan selalu terbangun terlalu awal saat
pagi hari sehingga penderita selalu tidur lebih awal dan bangun terlalu pagi. Tipe ini
jarang ditemukan. Walaupun pasien ini merasa waktu tidurnya cukup dan gambaran
tidur tampak normal, tetapi penempatan jadwal tidur-bangun tidak sesuai irama
tidur sirkadian, sehingga harus diperbaiki hingga normal kembali.

Insidensi

Onset dari ASPD biasanya muncul saat usia pertengahan dan bertambah
seiring bertambahnya usia, namun lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut.

Gejala Klinis

Orang dengan ASPD cenderung "morning types", yaitu tertidur pada pukul
18.00-21.00 dan terbangun pada pukul 02.00-05.00. Penderita ASPD biasanya
mengeluhkan mengantuk saat sore hari karena terbagun terlalu pagi dan kesulitan
mengatur jam tidur.
Penatalaksanaan

American Academy of Sleep Medicine (AASM) merekomendasikan


chronoteraphy yaitu pengaturan jadwal waktu bangun-tidur sesuai siklus
sirkardian,serta penjadwalan ekspos cahaya, yaitu pemberian cahayasaat malam hari
selama 2 jam antara pukul 19.00-23.00 dan menghindari cahaya pagi hari Jika
terdapat kesulitan tidur(insomnia) dapat diberikan hypnotic agent.

c. Irregular Sleep-Wake Rhythm Disorder (ISWRD)


Gangguan ini terjadi ketika seseorang memiliki siklus tidur-bangun yang tidak
teratur. Tidur seseorang terfragmentasi menjadi serangkaian tidursiang yang terjadi
sepanjang periode 24 jam.Hal ini dapat terjadi karena melemahnya osilasi central dari
SCN. Dapat juga dosebabkan rendahnya kadar cahaya dalam rumah atau gangguan
pada mata seperti katarak yang dapat menghalangi cahaya untuk masuk ke dalam
SCN. Penderita mengeluhinsomnia kronis, kantuk berlebihan atau keduanya.

Insidensi

Biasanya terjadi pada lansia dengan gangguan saraf seperti demensia dan pada
anak-anak dengan gangguan perkembangan seperti retardasi mental.

Gejala Klinis

Biasanya orang dengan ISWRD waktu tidurnya singkat dan terpotong-potong,


namun waktu tidurnya bisa lebih dari 2 kali selama 1 hari dam biasanya tidur selama
1-3 jam, sehingga biasanya penderita akan mengantuk di siang hari dan akan
mengalami insomnia atau sering terbangun pada malam hari.

Penatalaksanaan

American Academy of Sleep Medicine (AASM) merekomendasikan untuk


mengatur pola waktu tidur-bangun, diberikan jadwal untuk meningkatkan kegiatan
yang dapat dilakukan selama pagi ke sore hari, diikuti dengan suasana kondusif pada
malam hari untuk mencegah terbangun pada malam hari. Menurut penelitian,
pemberian cahaya 2500 lux 2 jam setiap pagi hari selama 1 bulan memberikan hasil
yang baik dalam meningkatkan kewaspadaan pada siang hari, penurunan frekuensi
tidur siang dan meningkatkan waktu tidur pada malam hari.

d. Non-24-Hour Sleep-Wake Disorder (N24HSWD) 0r Free Running Disorder


(FRD)

GangguanN24HSWD ini terjadi ketika seseorang memiliki variabel siklus


tidur-bangun yang bergeser lambat setiap harinya,dimana tidak terjadinya
penyesuaian dari siklus sirkadian. Ini paling sering terjadi ketika otak tidak menerima
pencahayaan dari lingkungan sekitarnya, misalnya pada tuna netra. Kadang-kadang,
gangguan ini berhubungan dengan retardasi mental atau demensia.

Gejala klinis

Gejala yang timbul tergantung dari waktu tidur masing-masing penderita,


tetapi biasanya penderita datang dengan keluhan mengantuk di siang hari sehingga
mengganggu aktivitas, insomnia, ataupun keduanya yang terjadi dalam beberapa
minggu.

Penatalaksanaan

Menurut penelitian yang dilakukan pada tuna netra, pemberian melantonin 0.5
mg (physicological dose) sama efektifnya dengan pemberian melatonin dosis tinggi
5-10mg (pharmacological dose), bahkan pada beberapa kasus terbukti lebih efektif
dalam membantu mengembalikan siklus sirkadian normal, diberikan 1 jam sebelum
waktu tidur selama 3-9 minggu, dibantu dengan pengaturan jadwal aktifitas di siang
hari. Dibutuhkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi, jika tidak dapat terjadi
relaps.

e. Jet-Lag Disorder
Jet lag adalah suatu kondisi sementara setelah tiba di tujuan dengan gejala
yang bertahan sekitar satu hingga dua hari setelah menempuh perjalanan jauh
melewati beberapa zona waktu. Dalam lokasi yang baru ini orang harus tidur dan
bangun pada waktu yang sesuai dengannya atau jam biologis tubuhnya, sehingga
terjadi kesalahan penyesuaian dari siklus sirkadian dengan zona waktu setempat.
Tingkat keparahan masalah meningkat dengan jumlah zona waktu yang dilewati.
Kurang tidur,posisi duduk lama tidak nyaman, kualitas udara dan tekanan, stress,
kafein yang berlebihan dan penggunaan alkohol dapat meningkatkan keparahan
insomnia dan gangguan kewaspadaan dan fungsi yang terkait dengan perjalanan
transmeridian.

Insidensi

Jet lag dapat terjadi pada semua kelompok umur.

Gejala klinis

Gejala biasanya bertahan 1- 2 hari setelah tiba di tujuan, dapat berupa


kelelahan, gangguan tidur, insomnia berulang, waktu tidur terpotong-potong,
terbangun terlalu pagi. Penderita jet lag juga sering mengeluh somnolen dan
kehilangan fokus di siang hari, penurunan nafsu makan, gangguan kognitif,
iritabilitas, dan kecemasan, sehingga mengganggu dan mengakibatkan penurunan
fungsi tubuh saat beraktivitas pada siang hari.

Penatalaksanaan
Menurut American Academy of Sleep Medicine (AASM) penatalaksanaan
nonfarmakologis adalah hal yang paling penting dalam mengatasi jet lag. Dianjurkan
untuk menyesuaikan jadwal waktu tidur-bangun di tempat tujuan agar irama
sirkardian tidak terganggu. Pemberian cahaya kurang berefek signifikan dalam
mengurangi gejala jetlag. Menurut penelitian, pemberian melatonin 0,5-10 mg 3 hari
sebelum keberangkatan diikuti dengan pemberian sebelum tidur saat di tempat tujuan
selama 5 hari terbukti dapat mengurangi gejala dari jetlag dan memperbaiki pola
tidur. Bisa juga diberikan hipnotic agent untuk membantu aktifitas dan saat tidur
penderita di tempat tujuan. Menurut penelitian, pemberian hypnotic agents
benzodiazepine, yaitu Temazepam 20 mg saat waktu tidur, maupun non
benzodiazepine, yaitu Zolpidem 10 mg saat waktu tidur selama 3-4 hari berefek
signifikan terhadap total waktu tidur dan kualitas tidur, serta mengurangi fase
terbangun saat tidur.

f. Shift Work Disorder (SWD)

Gangguan shift work muncul ketika terjadi pergesaran jam kerja seseorang
dimana dijadwalkan selama periode tidur normal yang bertolak belakang dengan
siklus sirkardian normal yang berlangsung selama minimal 1 bulan. Ditandai dengan
adanya rasa kantuk yang berlebih saat bekerja, atau insomnia saat waktu
tidur.Biasanya dapat diatasi dengan penyesuaian kembali jadwal tidur sesuai dengan
waktu normal atau waktu yang dibutuhkan.

Gejala Klinik

Gejala yang sering muncul adalah kelelahan kronis, lemas, mood disorder,
dan gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti
dispepsia. Namun gejala akan hilang setelah penyesuaian kembali dari siklus
sirkadian.
Penatalaksanaan
Chronotherapy
Chronotherapy merupakan penatalaksanaan berupa penyesuaian jam kerja dan
jam tidur agar kembali menjadi normal. Berdasarkan penelitian, penyesuaian jam
kerja dan jam tidur hanya dapat dilakukan pergeseran satu sampai dua jam per hari,
tetapi ada pula pendapat bahwa penyesuaian lebih rasional apabila langsung
dilakukan secara cepat. Banyak yang mengatakan bahwa kemampuan bekerja
seseorang dapat lebih dari 10-12 jam, mereka memilih bekerja lebih panjang agar
dapat memiliki waktu luang lebih maksimal. Selain perencanaan jam kerja ada pula
perencanaan jam tidur, berdasarkan penelitian orang yang tertidur sebelum jam tidur
apalagi ditambah kafein, akan meningkatkan kewaspadaan.

Terapi cahaya
Merupakan teknik penatalaksanaan dengan memperhatikan kuantitas cahaya
dan lama terpapar terhadap cahaya tersebut, namun berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, penatalaksanaan ini sangat sulit dilakukan, dikarenakan belum diketahui
pasti kuantitas cahaya yang diperlukan pada saat bekerja, dan apakah lingkungan
kerja dapat mengakomodir kebutuhan cahaya tersebut. Hal ini dilakukan pada pekerja
dengan waktu kerja malam.

Melatonin
Berdasarkan penelitian yang ada, kegunaan melatonin untuk tidur pada siang
hari sangat bervariasi, tidak dapat ditentukan kadar dan lama pemberian melatonin,
sehingga sangat sulit untuk menarik simpulan akan hal ini. Ada teori yang
menjelaskan bahwa melatonin memiliki efek yang baik terhadap pekerja malam yang
tidur di siang hari, namun berdasarkan observasi penelitian, perbaikan pada waktu
tidur berhubungan juga dengan efek hipnotik dan juga penyesuaian jam kerja.

Hypnotic agent
Hasil penelitian yang dilakukan mengatakan bahwa efek hypnotic agent pada pekerja
malam memberikan waktu tidur siang hari yang lebih baik, namun penelitian lainnya
meragukan adanya peningkatan kewaspadaan pada saat bekerja.Walaupun begitu
hypnotic agent pada pekerja malam dapat membantu meningkatkan kualitas tidur
siang hari pada pekerja malam sehingga meningkatkan kualitas kerja dan keamanan
kerja.
BAB III
KESIMPULAN

Kata sirkadian berasal dari bahasa Yunani yaitu circa berarti sekitar, dian
berarti satu hari atau 24 jam. Siklus sirkadian merupakan siklus fisiologis yang terjadi
secara periodik dalam waktu 24 jam dan dikontrol oleh suprachiasmatic
nucleus(SCN) yangmerupakan bagian dari hipotalamus anterior. Siklus ini mengatur
berbagai proses biologis, antara lain siklus tidur dan bangun, makan, produksi urin,
termoregulasi, sekresi hormon, denyut jantung, dan perubahan tekanan darah.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme siklus sirkadian,


yaitufaktor eksogen yang berasal dari luar tubuh/ lingkungan sekitar dan faktor
endogen yang berasal dari dalam tubuh.

Terganggunya siklus sikardian seseorang dapat berdampak negatif berupa


kelelahan, berkurangnya konsentrasi, daya ingat, lemas, gangguan kognitif,
kehilangan fokus, iritabilitas dan gangguan mood. Hal tersebut dapat menurunkan
produktivitas seseorang. Jika berlangsung lama dapat menyebabkan terganggunya
kesehatan jiwa dari penderita tersebut. Gangguan irama sirkadian tersebut dapat
bersifat sementara maupun menetap.

Gangguan pada siklus sikardian perlu diperhatikan dan mendapat pengobatan.


Pengobatan dapat berupa non medikamentosa, seperti chronotherapy, yaitu terapi
perilaku termasuk mempertahankan jadwal rutin tidur-bangun serta memperbaiki
siklus tidur, terapi cahaya, maupun secara medikamentosa, yaitu diberikan obat-
obatan, salah satunya adalah melatonin.
Jika siklus sirkardian terjaga dengan baik, waktu kerja akan menjadi efektif
dan tenaga seseorang akan lebih optimal sehingga akan meningkatkan produktivitas
dan mencegah terjadinya kesalahan maupun kecelakaan dalam bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Auger, R Robert.,etc. 2015.American Academy of Sleep Medicine Clinical Practice


Guideline :Clinical Practice Guideline for the Treatment of IntrinsicCircadian
Rhythm Sleep-Wake Disorders: Advanced Sleep-Wake Phase Disorder
(ASWPD), Delayed Sleep-Wake Phase Disorder (DSWPD), Non-24-Hour
Sleep-Wake Rhythm Disorder (N24SWD), and Irregular Sleep-Wake Rhythm
Disorder (ISWRD). Available at
http://www.aasmnet.org/resources/practiceparameters/review_circadianrhyth
m.pdf [Accesed 18 November 2016]

Darien, 2008. Circadian Rhythm Sleep Disorders. American Academy of


SleepMedicine,IL 60561(AASM)

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Iswari, N. & Wahyuni, A. 2008.Melatonin sebagaiPenanganan Insomnia Primer


Kronis. FakultasKedokteran Udayana

NCBI. (2005). Sleep and Circadian Rythm in Human. Neuroscience.

Sack, Robert L.,etc. 2007.American Academy of Sleep Medicine Clinical Practice


Guideline :Circadian Rhythm Sleep Disorders: Part II, Advanced Sleep Phase
Disorder, Delayed Sleep Phase Disorder, Free-Running Disorder, and
Irregular Sleep-Wake Rhythm. Available at

http://www.aasmnet.org/resources/practiceparameters/review_circadianrhyth
m2.pdf [Accesed 19 November 2016]

Sapper, et al. (2005). Hipotalamic Regulation of Sleep and Circadian Rhythms.


Massachusetts: NATURE.

You might also like