You are on page 1of 8

Affandi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Affandi

Lahir Affandi Koesoema

Monumen Museum Affandi

Guru
Pekerjaan
Tukang sobek karcis

Artisan pembuat gambar reklame bioskop di


salah satu gedung bioskop di Bandung.

Komisi Perikemanusiaan,Konstituante.

Organisasi Kelompok Lima Bandung.

Lembaga Kebudayaan Rakyat.

Poesat Tenaga Rakjat, Seksi Kebudayaan


Poetera.

Anggota Akademi Hak-Hak Azasi Manusia,


Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace
PAX MUNDI di Castelo San Marzano,
Florence, Italia.

Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni


Indonesia),Yogyakarta, 1986.

Dikenal karena Pelukis ekspresionisme atauabstrak

Agama Islam

Pasangan Maryati (istri pertama)

Rubiyem (istri kedua)

Anak Kartika Affandi

Juki Affandi

Orang tua Raden Koesoema

Kerabat Helfy Dirix (cucu)

Penghargaan Piagam Anugerah Seni, Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, 1969.

Doktor Honoris Causa dari University of


Singapore, 1974.

Dag Hammarskjld, International Peace Prize


(Florence, Italia, 1997).

Bintang Jasa Utama, tahun 1978.

Julukan Pelukis Ekspresionis Baru Indonesia


oleh KoranInternational Herald Tribune.

Gelar Grand Maestro di Florence, Italia.

Affandi Koesoema (Cirebon, Jawa Barat, 1907 - 23 Mei 1990) adalah seorang pelukis yang
dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di
dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya dan romantisme yang khas. Pada tahun 1950-
an ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, danAmerika Serikat. Pelukis
yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Biografi
2Affandi dan melukis
3Museum Affandi
4Affandi di mata dunia
5Pameran
o 5.1Buku tentang Affandi
6Lihat pula
7Pranala luar
Biografi[sunting | sunting sumber]
Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di
pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki
pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh
pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan yang hanya
diperoleh oleh segelintir anak negeri.
Namun, bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam
kehidupannya, dan memang telah menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh atau pemuka
bidang lainnya.
Pada umur 26 tahun, pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor.
Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya
sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.
Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang
sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung.
Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis.
Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima
pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi
yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup
besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan
Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama
dan kerja sama saling membantu sesama pelukis.
Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera
Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat
Serangkaiyang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. MohammadHatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai
Haji Mas Mansyurmemimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut
ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana
dan S. Soedjojonosebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan
Bung Karno.
Poster propaganda Boeng, ajo, Boeng! karya Affandi, 1945

Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta
dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup
pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas
membuat poster. Poster yang merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang
dirantai tapi rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata yang
dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair Chairil Anwar.
Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.
Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam
kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis
diSantiniketan, India, suatu akademi yang didirikan olehRabindranath Tagore. Ketika telah tiba di
India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan
melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan
pameran keliling negeri India.
Sepulang dari India, Eropa, pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh PKI untuk mewakili
orang-orang tak berpartai dalam pemilihan Konstituante. Dan terpilihlah dia, seperti Prof.
Ir. Saloekoe Poerbodiningrat dsb, untuk mewakili orang-orang tak berpartai. Dalam sidang
konstituante, menurut Basuki Resobowo yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi
cuma diam, kadang-kadang tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk
komisi Perikemanusiaan (mungkin sekarang HAM) yang dipimpin Wikana, teman dekat Affandi
juga sejak sebelum revolusi.
Topik yang diangkat Affandi adalah tentang perikebinatangan, bukan perikemanusiaan dan
dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis rendah hati yang
masih dekat dengan flora, fauna, dan lingkungan walau hidup di era teknologi. Ketika Affandi
mempersoalkan 'Perikebinatangan' tahun 1955, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
hidup masih sangat rendah.
Affandi juga termasuk pimpinan pusat Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi
kebudayaan terbesar yang dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni
Rupa) bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya.
Pada tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS sedang mengagresi Vietnam cukup
gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'. Film-film
Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan untuk pameran di gedung
USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana.
Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi yang
pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada
yang nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tapi dia tak bisa membedakan antara
Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan kalem. Keruan saja semua tertawa.
Meski sudah melanglangbuana ke berbagai negara, Affandi dikenal sebagai sosok yang
sederhana dan suka merendah. Pelukis yang kesukaannya makan nasi dengan tempe bakar ini
mempunyai idola yang terbilang tak lazim. Orang-orang lain bila memilih wayang untuk idola,
biasanya memilih yang bagus, ganteng, gagah, bijak, seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima, Krisna.
Namun, Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang itu
menurutnya merupakan perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yang tampan. Meskipun
begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya
dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu
tertua Affandi) gambar yang digunakan untuk perangko itu adalah lukisan self-portrait Affandi
tahun 1974, saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus
kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta.

Affandi dan melukis[sunting | sunting sumber]


Potret diri Affandi diabadikan dalam perangko Indonesia seri Seniman Indonesia tahun 1997.

Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya yang
dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia selalu
memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor Honoris Causa dari
University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya, lebih sering
menumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya,
bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang
sesuatu.
Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of
Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliran
ekspresionisme atau abstrak. Sehingga seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang
lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa penjelasannya. Namun
bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya tarikny
Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri ketika
kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan Affandi
dianggap memberikan corak baru aliran ekspresionisme. Tapi ketika itu justru Affandi balik
bertanya, Aliran apa itu?.
Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan ia dikenal
sebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil dan renik
dianggapnya momok besar.
Bahkan, dalam keseharian, ia sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis kerbau, julukan
yang diakunya karena dia merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin karena kerbau adalah
binatang yang dianggap dungu dan bodoh. Sikap sang maestro yang tidak gemar berteori dan
lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan kesungguhan dirinya menjalankan profesi
sebagai pelukis yang tidak cuma musiman pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya,
dia tidak overacting.
Misalnya jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng, dia
menjawab, Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa
yang saya gunakan adalah bahasa lukisan.Bagi Affandi, melukis adalah bekerja. Dia melukis
seperti orang lapar. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut
sebagai tukang gambar.

Lebih jauh ia berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian besar untuk disebut
seniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas kepentingan keluarga. Kalau anak saya sakit,
saya pun akan berhenti melukis,ucapnya.

Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap menggeluti profesi sebagai pelukis. Kegiatan
yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia dimakamkan tidak jauh dari museum yang
didirikannya itu.

Museum Affandi[sunting | sunting sumber]


Museum yang diresmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu
dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh Mantan Presiden Soeharto dan Mantan Perdana
Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad pada Juni 1988 kala keduanya masih berkuasa.
Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah yang menjadi tempat tinggalnya.

Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di antaranya
adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif
yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai, sehingga tidak dijual.

Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, dan lain-
lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi.

Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun 1997, saat ini terpajang lukisan-lukisan
terbaru Kartika Affandiyang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara lain "Apa yang Harus
Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari 99), "Tidak Adil"
(Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya" (Juli 99), dan
lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi.

Affandi di mata dunia[sunting | sunting sumber]


Affandi memang hanyalah salah satu pelukis besar Indonesia bersama pelukis besar lainnya
seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah dan lain-lain. Namun karena berbagai kelebihan dan
keistimewaan karya-karyanya, para pengagumnya sampai menganugerahinya berbagai sebutan
dan julukan membanggakan antara lain seperti julukan Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia
bahkan julukan Maestro. Adalah Koran International Herald Tribuneyang menjulukinya sebagai
Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia, sementara di Florence, Italia dia telah diberi gelar Grand
Maestro.

Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir
seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada tahun 1977 ia mendapat
Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld. Bahkan Komite Pusat Diplomatic
Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya
menjadi anggota Akademi Hak-Hak Asasi Manusia.

Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di antaranya,
penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugerahkan Pemerintah Republik Indonesia pada
tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut
Seni Indonesia) di Yogyakarta. Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun
pernah menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul "Kepada Pelukis
Affandi".

Untuk mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta seni lukis,
Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia telah mengadakan
pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai negara di Eropa, Amerika
serta Australia. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran antara lain
di London, Amsterdam, Brussels, Paris, dan Roma. Begitu juga di negara-negara benua Amerika
seperti di Brasil, Venezia, San Paulo, dan Amerika Serikat. Hal demikian jugalah yang membuat
namanya dikenal di berbagai belahan dunia. Bahkan kurator terkenal asal Magelang, Oei Hong
Djien, pernah memburu lukisan Affandi sampai ke Rio de Janeiro.

Pameran[sunting | sunting sumber]

1. Museum of Modern Art (Rio de Janeiro, Brasil, 1966)


2. East-West Center (Honolulu, 1988)
3. Festival of Indonesia (AS, 1990-1992)
4. Gate Foundation (Amsterdam, Belanda, 1993)
5. Singapore Art Museum (1994)
6. Centre for Strategic and International Studies (Jakarta, 1996)
7. Indonesia-Japan Friendship Festival (Morioka, Tokyo, 1997)
8. ASEAN Masterworks (Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-1998)
9. Pameran keliling di berbagai kota di India.
10. Pameran di Eropa al: London, Amsterdam, Brussels, Paris, Roma
11. Pameran di benua Amerika al: Brasilia, Venezia, So Paulo, Amerika Serikat
12. Pameran di Australia
13. Affandi Alive di Museum Lippo Plaza Jogja
Buku tentang Affandi[sunting | sunting sumber]

1. Buku kenang-kenangan tentang Affandi, Prix International Dag Hammarskjld, 1976, 189
halaman. Ditulis dalam empat bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Belanda, Perancis, dan
Indonesia.
2. Nugraha Sumaatmadja, buku tentang Affandi, Penerbitan Yayasan Kanisius, 1975
3. Ajip Rosidi, Zaini, Sudarmadji, Affandi 70 Tahun, Dewan Kesenian Jakarta, 1978.
Diterbitkan dalam rangka memperingati ulang tahun ketujuh puluh.
4. Raka Sumichan dan Umar Kayam, buku tentang Affandi, Yayasan Bina Lestari Budaya
Jakarta, 1987, 222 halaman. Diterbitkan dalam rangka memperingati 80 tahun Affandi,
dalam dua bahasa, yakni Bahasa Inggris dan Indonesia.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Museum Affandi

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

(Indonesia) Affandi, Pelukis Humanis Indonesia - Mengenang 15 Tahun Kepergiannya


http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/5/22/g5.html
(Inggris) Museum Affandi http://www.affandi.org/
(Inggris) Ensiklopedia Tokoh Indonesia
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/affandi/index.shtml
(Inggris) Biografi Affandi http://www.affandi.org/in/data/biografi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Affandi

You might also like

  • Pandangan Medis Kelamin Ganda
    Pandangan Medis Kelamin Ganda
    Document5 pages
    Pandangan Medis Kelamin Ganda
    ega
    No ratings yet
  • Panca Sila
    Panca Sila
    Document6 pages
    Panca Sila
    katerin aldyrus
    No ratings yet
  • Patofisi DM Cari
    Patofisi DM Cari
    Document9 pages
    Patofisi DM Cari
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Sumber PBL Nyeri
    Sumber PBL Nyeri
    Document1 page
    Sumber PBL Nyeri
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Ca
    Ca
    Document1 page
    Ca
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Fraktur pada anak-anak dan dewasa prognosis baik
    Fraktur pada anak-anak dan dewasa prognosis baik
    Document8 pages
    Fraktur pada anak-anak dan dewasa prognosis baik
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • C
    C
    Document1 page
    C
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Waktu
    Waktu
    Document1 page
    Waktu
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Frak
    Frak
    Document5 pages
    Frak
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • C
    C
    Document1 page
    C
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Sumber PBL 3 Respi
    Sumber PBL 3 Respi
    Document1 page
    Sumber PBL 3 Respi
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Sumber PBL Nyeri
    Sumber PBL Nyeri
    Document1 page
    Sumber PBL Nyeri
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Sumber PBL 3 Respi
    Sumber PBL 3 Respi
    Document1 page
    Sumber PBL 3 Respi
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Bronkhitis Kronik
    Bronkhitis Kronik
    Document18 pages
    Bronkhitis Kronik
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • PBL Muskulo No.8
    PBL Muskulo No.8
    Document3 pages
    PBL Muskulo No.8
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Abbbb
    Abbbb
    Document5 pages
    Abbbb
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Sumber PBL Nyeri
    Sumber PBL Nyeri
    Document1 page
    Sumber PBL Nyeri
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Materi KRR
    Materi KRR
    Document4 pages
    Materi KRR
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • PBL Muskulo No.8
    PBL Muskulo No.8
    Document3 pages
    PBL Muskulo No.8
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Sumber PBL Nyeri
    Sumber PBL Nyeri
    Document1 page
    Sumber PBL Nyeri
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • HEMATOPOIESIS
    HEMATOPOIESIS
    Document14 pages
    HEMATOPOIESIS
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Cover Tugas Bahasa Indonesia
    Cover Tugas Bahasa Indonesia
    Document1 page
    Cover Tugas Bahasa Indonesia
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Aborsi
    Aborsi
    Document1 page
    Aborsi
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Kerusakan Sel
    Kerusakan Sel
    Document1 page
    Kerusakan Sel
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • HEMATOPOIESIS
    HEMATOPOIESIS
    Document14 pages
    HEMATOPOIESIS
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Laporan Akhir PKM K 2017 Kerangka
    Laporan Akhir PKM K 2017 Kerangka
    Document10 pages
    Laporan Akhir PKM K 2017 Kerangka
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Mekanisme Bilirubin!
    Mekanisme Bilirubin!
    Document3 pages
    Mekanisme Bilirubin!
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Baru
    Baru
    Document1 page
    Baru
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Dafpus BMD
    Dafpus BMD
    Document1 page
    Dafpus BMD
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Document21 pages
    Kelompok 3
    Adinda Wulan Novia Triningrum
    No ratings yet