You are on page 1of 9

akalah Tentang HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu
timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantungcongestive, gagal ginjal, dan penyakit
vaskuler. Hipertensi disebut silent killerkarena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun
menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan
dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yang menyertainya.Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2005 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15
milyar kasus di tahun 2005. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dantuberkulosis, yakni


mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur diIndonesia. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahuihampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia
usia di atas 10 tahunmengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18tahun ke atas. Dari
jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.Sedangkan sisanya pada jantung, gagal
ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg
menyebabkan peningkatan60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.Berdasarkan
American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatanrata-rata kematian akibat
hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun1999. Secara keseluruhan kematian akibat
hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai
penyebabkematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8%dari
proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.Angka-angka prevalensi hipertensi
di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak
penderita yang belumterjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun
penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita
hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%
tetapi angka-angka ekstrim rendah sepertidi Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim
Pegunungan Jaya Wijaya, IrianJaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.Kebanyakan orang
merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil Riskesdas Tahun 2007, sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya,
yang dapatmenyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Oleh karena cukup
besarnyaangka kejadian hipertensi maka, akan dikaji lebih lanjut mengenai penyakit hipertensi
tersebut.
2.2 Penyebab Hipertensi

Hipertensi terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi, dapat berlangsung cepat maupun
perlahan-lahan.

Penyebab hipertensi diantaranya adalah :

1. Usia yang semakin tua

2. Stres dan tekanan mental

3. Makan berlebihan

4. Merokok

5. Terlalu banyak minum alcohol

6. Kelainan pada ginjal

1. Usia yang semakin tua

Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga banyak
zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia)
menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat.

Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan penyempitan


pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu peningkatan
tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak
dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang
lancar.

Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi.
Keadaan ini diperburuk lagi dengan adanya arteriosclerosis, tekanan darah menjadi semakin
meningkat.

Oleh karena pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri, maka hanya tekanan
sistole yang meningkat tinggi. Tekanan sistole dan tekanan diastole pada orang tua memiliki
perbedaan yang besar.

2. Stres dan tekanan mental

Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon adrenalin. Hormon ini
dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah
tepi.Hal ini berakibat terjadi peningkatan tekanan darah. Saraf simpatis di pusat saraf pada orang
yang stres atau mengalami tekanan mental bekerja keras. Bisa dimaklumi, mengapa orang yang
stres atau mengalami tekanan mental jantungnya berdebar-debar dan mengalami peningkatan
tekanan darah. Hipertensi akan mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami
ketegangan pikiran yang berlarut-larut.

Hal-hal yang membuat stres seperti : terjebak kemacetan, menemui permasalahan yang sulit
dipecahkan, mental merasa tertekan, menghadapi ujian/tes, suasana keluarga yang sering ribut,
suasana kerja/sekolah yang sering gaduh, suasana bising dan terburu-buru.

3. Makan Berlebihan

Jumlah lemak total yang diperlukan tubuh maksimum 150 mg/dl, kandungan lemak baik (HDL)
optimum 45 mg/dl dan kandungan lemak jahat (LDL) maksimum 130 mg/dl. Lemak baik masih
diperlukan tubuh, sedang lemak jahat justru merusak organ tubuh.

Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas). Kegemukan lebih cepat terjadi
dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olahraga). Jika makanan yang dimakan banyak
mengandung lemak jahat (seperti kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan lemak di
sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah menjadi
kurang lancar.

Pada orang yang memiliki kelebihan lemak (hyperlipidemia), dapat menyebabkan penyumbatan
darah sehingga mengganggu suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh. Penyempitan dan
sumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi, agar dapat memasok
kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat, maka terjadilah
hipertensi.

4. Merokok

Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti tar, nikotin dan gas
karbon monoksida.

Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa jantung
untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu pengeluaran zat catecholamine
tubuh seperti hormon adrenalin.
Hormon adrenalin memacu kerja jantung untuk berdetak 10 sampai 20 X per menit, dan
meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat volume darah meningkat dan
jantung menjadi cepat lelah.

Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah, sehingga darah menjadi lebih
kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah memaksa
jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan darah meningkat.

Selain orang yang merokok (perokok aktif), orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap
rokok juga memiliki resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok pasif. Resiko perokok pasif
bahayanya 2X dari perokok aktif.

5. Terlalu banyak minum alkohol

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf simpatis terganggu, maka
pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula. Pada seorang yang sering minum
minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat
tinggi.

Alkohol juga meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini
memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang
membutuhkan dengan cukup. Ini berarti terjadi peningkatan tekanan darah

6. Kelainan pada ginjal

Hipertensi dapat karena adanya penurunan massa ginjal yang dapat berfungsi dengan baik,
kelebihan produksi angiotensin dan aldosteron serta meningkatnya hambatan aliran darah dalam
arteri ginjal.Ginjal yang mengalami penurunan fungsi dalam menyaring darah, menyebabkan sisa
metabolisme yang seharusnya dibuang ikut beredar kembali ke bagian tubuh yang lain.
Akibatnya volume darah total meningkat, sehingga darah yang dikeluarkan jantung juga
meningkat. Dengan demikian darah yang beredar melalui kapiler jaringan akan meningkat
sehingga terjadi pengkerutan sfingter prekapiler. Peningkatan volume darah total yang keluar
dari jantung dan peningkatan hambatan pada pembuluh darah tepi yang mengkerut,
menyebabkan tekanan darah meningat

3.1 Pengobatan

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik
(spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah
obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan
mengeluarkan garam lewat kulit).

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

3.1.1 Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga


pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan
pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat
dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan


asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak
dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada
pengobatan farmakologis.

Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4
kali seminggu.

Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol

Perbanyak maknan yg mengandung kalsium,kalium dan magnesium

Perbanyak makanan yg mengandung serat

Menjaga berat badan

9. Hindari kebiasaan minum kopi berlebihan


3.1.2 Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini.

Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.

Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas ).

Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis
betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan
seperti asma bronkial.

Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.

Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia
(kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya
bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.

Penghambat ensim konversi Angiotensin


Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya
yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam
golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari
faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

4.1 KESIMPULAN

Definisi Hipertensi :Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang
tekanansistoliknya 140 mmhg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmhg atau lebih atau
sedang memakai obat anti hipertensi.

Faktor Resiko Hipertensia.

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi, seperti :

Mekanisme Terjadinya Penyakit Hipertensi Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui


terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE).
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensinI. Oleh
ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Aksi
kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Cara Pencegahan Penyakit
HipertensiHipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik, serta aktivitas
fisik yang cukup seperti olahraga secara teratur. Selain itu dengan menghindari kebiasaan buruk
seperti merokok dan konsumsi alkohol, sertakonsumsi natrium/sodium yang berlebih seperti
garam dapur yang berlebihan penyedap rasa (MSG). Selain itu, dengan melakukan diagnosis dini
sebagai cara pencegahan
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.Tanpatahun.PenyakitDarahTinggi(Hipertensi).www.w3.orgArmilawaty,
dkk..2007.

Hipertensi dan Faktor Resiko dalam Kajian Epidemiologi. Makassar :FKM


Unhas.Bustan, M.N. 2007.

Epidemiologi Penyakit Menular Jakarta : Rineka CiptaDedy. 2010.

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Sidenreng.comSitorus, Sampe. 2009.

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Wordpress.comSurya, Andari. Tanpa tahun.

Makalah Hipertensi www.scribd.comTohaga, Edwin. Tanpa tahun.Hipertensi,


Gejala dan Komplikasi.Wordpress.comhttp://id.wikipedia.org

You might also like