You are on page 1of 5

HADIS NAILUL AUTHAR KEPEMILIKAN JAMINAN HUTANG (GADAI) NO

INDEKS 2302

A. MATAN DAN TERJEMAH HADIS

Dari Abi Hurairah dari Nabi s.a.w berkata : jangan mendekati pada gadai (jaminan /
cicilan) dari sahabat yang memilikinya, baginya domba dan denda atasnya.

B. MUFRADAT

: orang yang mempunyai atau memiliki tunggakan (cicilan)


: denda atas cicilan yang terlambat/ tidak sesuai janji.

C. DATA HADIS

1.

Hadis ini ditemukan dalam kitab di bab

2.

Hadis ini ditemukan dalam kitab di bab
D. SKEMA SANAD

E. FIQHUL HADIS (KONSEP JAMINAN DALAM ISLAM)

Secara umum, jaminan dalam hukum Islam (fiqh) dibagi menjadi dua; jaminan
yang berupa orang (personal guaranty) dan jaminan yang berupa harta benda. Jaminan
yang berupa orang sering dikenal dengan istilah dlaman atau kafalah, sedangkan
jaminan yang berupa harta benda dikenal dengan istilah rahn.

A. Kafalah

Secara etimologis, kafalah berarti al-dhamanah, hamalah, dan zaamah,


ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama, yakni menjamin atau
menanggung.1 Sedangkan menurut terminologi Kafalah didefinisikan sebagai:

1
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, cet. 6, 2002), hal. 4141
Jaminan yang diberikan oleh kafiil (penanggung) kepada pihak ketiga atas
kewajiban/ prestasi yang harus ditunaikan pihak kedua (tertanggung).2
Mazhab Hanafi, kafalah adalah, "menggabungkan dua tanggungan
dalam permintaan dan hutang.
Mazhab Maliki, Kafalah adalah Orang yang mempunyai hak
mengerjakan tanggungan pemberi beban serta bebannya sendiri yang disatukan,
baik menanggung pekerjaan yang sesuai (sama) maupun pekerjaan yang
berbeda.
Mazhab syafii, Kafalah adalah akad yang menetapkan iltizam hak
yang tetap pada tanggungan (beban) yang lain atau menghadirkan zat benda
yang dibebankan atau menghadirkan badan oleh orang yang berhak
menghadirkannya.
Mazhab Hanbali, kafalah adalah Iltizam sesuatu yang diwajibkan
kepada orang lain serta kekekalan benda tersebut yang dibebankan atau iltizam
orang yang mempunyai hak menghadirkan 2 harta (pemiliknya) kepada orang
yang mempunyai hak.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kafalah adalah
jaminan dari penjamin (pihak ketiga), baik berupa jaminan diri maupun harta
kepada pihak kedua sehubungan dengan adanya hak dan kewajiban pihak kedua
tersebut kepada pihak lain (pihak pertama). Konsep ini agak berbeda dengan
konsep rahn yang juga bermakna barang jaminan, namun barang jaminannya
dari orang yang berhutang. Ulama madzhab fikih membolehkan kedua jenis
kafalah tersebut, baik diri maupun barang.

B. Rahn
Rahn adalah akad penyerahan barang atau harta dari nasabah kepada
bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang. Harta atau barang tersebut
sebagai agunan atau jaminan semata-mata atas hutangnya kepada bank.3
Dalam fiqh muamalah dikenal dengan kata pinjaman dengan jaminan
yang disebut ar-Rahn, yaitu menyimpan suatu barang sebagai tanggungan

2
Kafalah diisyaratkan oleh Allah SWT. pada Al-Quran Surat Yusuf ayat 72; yang artinya : Penyeru itu berseru,
Kami kehilangan piala raja dan barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh makanan
(seberat) beban unta dan aku menjamin terhadapnya dan juga hadis Nabi saw; Pinjaman hendaklah
dikembalikan dan yang menjamin hendaklah membayar (H.R. Abu Dawud).
3
Dewan Syariah Nasional MUI, Konsep & Implementasi Bank Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005), hal. 54.
hutang. ar-Rahn (gadai) menurut bahasa berarti al-tsubut dan al-habs yaitu
penetapan dan penahanan. Dan ada pula yang menjelaskan bahwa rahn adalah
terkurung atau terjerat, di samping itu rahn diartikan pula secara bahasa dengan
tetap, kekal dan jaminan.4

C. Daman
Daman adalah menjamin (menanggung) untuk membayar utang,
mengadakan barang, atau menghadirkan orang pada tempat yang telah
ditentukan.
Daman mengandung tiga permasalahan, yaitu:5
1. Jaminan atas utang seseorang, misalnya A menjamin utang B kepada C,
maka C boleh menagih piutangnya kepada A atau kepada B
2. Jaminan dalam pengadaan barang, misalnya A menjamin
mengembalikan barang yang dipinjam oleh B dari C, apabila B tidak
mengembalikan barang itu kepada C, maka A wajib mengembalikannya
kepada C
3. Jaminan dalam menghadirkan seseorang di tempat tertentu, misalnya A
menjamin mengehadirkan B yang sedang dalam perkara ke muka
pengadilan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.

Dari pengertian di atas, diketahui bahwa daman dapat dan boleh


diterapkan dalam berbagai bidang dalam lapangan muamalah, menyangkut
jaminan atas harta benda dan jiwa manusia. Imam al-Mawardi, ulama Mazhab
Syafii mengatakan bahwa aman dalam pendayagunaan harta benda,
tanggungan dalam masalah diat, jaminan terhadap kekayaan, jaminan terhadap
jiwa, dan jaminan terhadap beberapa perserikatan sudah menjamin kebiasaan
masyarakat. Dengan demikian, daman dapat diterapkan dalam masalah jual
beli, pinjam meminjam, titipan, jaminan, kerangka patungan atau qirad, barang
temuan, peradilan, kisas, gasab, pencurian, dan lain-lain.6

4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. I; 2002), hal. 105.
5
Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve), hal. 248
6
Ibid, hal. 285.
Menurut sebagian ahli fikih Islam, sebagaimana telah diuraikan oleh
Syaikh Taqiyyudin An-Nabhani bahwa ada 5 (lima) rukun syarat sahnya akad
jaminan (dhaman), yaitu:7

1. Adanya pihak yang menjamin (dhamin).


2. Adanya pihak yang dijamin (madhmun anhu).
3. Ada yang menerima jaminan (madhmun lahu).
4. Adanya barang atau beban (harta) yang harus ditunaikan, berupa hak
harta yang wajib dibayar atau akan jatuh tempo pemenuhannya.
5. Adanya ikrar atau ijab qabul antara pihak penjamin atau penanggung
dengan pihak yang ditanggung.

7
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 91.

You might also like