You are on page 1of 22

KINERJA GURU SDN 144 KOTA PEKANBARU

PERSPEKTIF KEPALA SEKOLAH

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kinerja guru, disiplin dan motivasi
guru di SDN 144 Kota Pekanbaru. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kinerja guru SDN 144 Kota Pekanbaru. Populasi dalam penelitian ini berjumlah
32 guru, dan sampel penelitian adalah keseluruhan jumlah populasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberarapa hal yang perlu diperhatikan bagi
kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru SDN 144 Kota Pekanbaru ini diantaranya
adalah 1). Upaya meningkatkan kinerja guru dengan meningkatkan motivasi kerja guru. 2).
Upaya meningkatkan kinerja guru dengan meningkatkan disiplin kerja guru

Kata Kunci: Kinerja guru, Perspektif Kepala Sekolah


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagaimana disadari bersama bahwa pendidikan memegang peran penting dalam
upaya mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Seperti dikatakan Hamzah Uno (2013)
Keberhasilan dalam proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, dan kurikulum. Dari
beberapa faktor tersebut, guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di
sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Lebih
lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan
mutu pendidikan di sekolah (Zainal Aqib, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru
sangat menentukan mutu pendidikan. Guru merupakan komponen pengajaran yang
memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar
sangat ditentukan oleh faktor guru (Agus Pramono dan Alwi Suddin, 2011) Tugas guru
adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam
proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi
sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya.
Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang disampaikan guru.
Menurut Dunkin dan Bidle, yang dikutip oleh Masud Zein, bahwa di antara faktor
yang menentukan keberhasilan pembelajaran disekolah diantaranya adalah variabel
antendent. Variabel ini meliputi pengalaman utuh guru (kelas sosial, usia, dan jenis kelamin),
pengalaman pelatihan guru (tingkat pendidikan, intensitas pelatihan, dan pengalaman
mengajar), serta kelayakan guru (keahlian, motivasi, inteligensi, dan kepribadian).
Pandangan ini, menegaskan bahwa aspek guru sangat menentukan dalam
keberhasilan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, kualitas kinerja seorang guru akan
berimplikasi kepada prestasi belajar yang diperoleh peserta didik. Hal ini dapat dipahami,
karena pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau
bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya
sendiri untuk mempelajari apa (what) yang teraktualisasi dalam kurikulum sebagai
kebutuhan (needs) peserta didik. Selanjutnya, dilakukan kegiatan untuk memilih,
menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai kondisi yang ada, agar kurikulum
dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam
diri peserta didik (Isjoni, 2006)
Dengan demikian, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan
kepada anak-anak didiknya, turut menentukan hasil belajar yang dicapai. Oleh karena itu,
dapat dikatakan disini bahwa faktor yang menentukan keberhasilan sekolah adalah kinerja
guru (Ngalim, 2000).
Menurut Hamzah Uno bahwa kinerja guru yang dimaksud adalah perilaku kerja guru
yang terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran,
yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja dan disiplin kerja dalam proses pembelajaran.
Artinya, kinerja guru yang dimaksud adalah perilaku kerja guru yang terefleksi dalam dalam
mendisain program pengajaran atau menyusun perencanaan pengajaran, pelaksanaan
pengajaran, hubungan antar pribadi, dan dalam mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan
kualitas kinerja guru dapat ditinjau dari segi proses, yaitu kemamuan dalam melibatkan
sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran.
Dari hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa kinerja guru SDN 144 masih belum
memuaskan, hal ini dapat dilihat dari pernyataan pengawas UPTD, yang memberikan
informasi bahwa dari 32 orang guru SDN 144 Kota Pekanbaru, kinerja guru masih belum
memuaskan pada aspek pembelajaran. Misalnya masih ada Guru di SDN 144 Kota
Pekanbaru yang hanya meng-copy ulang program pembelajaran dari teman guru yang lain
dan dalam proses pembelajaran di kelas, guru belum menggunakan metode pembelajaran
yang variatif, tapi cenderung monoton. Fenomena lain yang terjadi di SDN 144 Kota
Pekanbaru ini adalah lemahnya dukungan kepala sekolah dalam menciptakan suasana
disiplin kerja, juga tidak adanya penghargaan kepada guru yang berprestasi, serta kebijakan
lain yang kurang berpihak kepada guru.
Kondisi tersebut mencerminkan fenomena rendahnya kinerja guru di SDN 144 Kota
Pekanbaru . Hal ini tentu perlu untuk segera diselesaikan. Jika mereka masih memiliki
kinerja yang rendah, maka tujuan sekolah yang sudah ditetapkan, tidak akan tercapai
dengan baik.
Kinerja guru juga ditentukan oleh disiplin kerja yang tinggi. Keith Davis menyatakan
disiplin kerja sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
dipandang erat keterkaitannya dengan kinerja.
Persoalan tersebut, jika dibiarkan berlanjut tanpa adanya usaha bersama untuk
memperbaiki, tentu akan berpengaruh terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaranan,
dan perlu dicari jalan keluarnya. Kalau tidak akan berimplikasi pada rendahnya kinerja guru.
Untuk itulah peneliti tertarik memahami dan mengkaji lebih dalam dengan cara melakukan
penelitian tentang Kinerja Guru SDN 144 Kota Pekanbaru.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah penelitian dapat
diidentifikasikan sebagai berikut;
1. Pengalaman dan keterampilan guru sebagian kecil masih sangat minim dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah.
2. Masih ada guru yang kurang mampu menyusun perangkat pembelajaran di sekolah.
3. Peran guru sebagai demonstrator, mediator, dan fasilitator, dalam melaksnakanan
tugasnya di sekolah masih rendah.
4. Rendahnya motivasi sebahagian guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.
5. Disiplin kerja sebahagian guru masih lemah dalam menjalankan tugasnya di sekolah.
6. Peranan guru sebagai pengelola kelas, dalam melakasanakan tugasnya di sekolah masih
rendah.
7. Masih adanya kelemahan dalam pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja guru dalam
menjalankan tugasnya di sekolah.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah yang telah dikemukakan
tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
guru. Agar penelitian ini tidak melebar serta mengingat keterbatasan waktu dan sarana,
sehingga dapat memperoleh hasil yang baik dan bermanfaat, maka masalah dalam
penelitian ini akan dibatasi pada kinerja guru.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan pembatasan masalah tersebut,
maka rumusan penelitian yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana kinerja guru SDN 144 Kota Pekanbaru?.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah : Untuk mengetahui kinerja guru SDN 144 Kota
Pekanbaru.

F. Kegunaan Hasil Penelitian


Penulis memiliki harapan semoga penelitian ini dapat memberikan hasil yang
bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat berguna, baik secara akademis maupun praktis.
Sementara secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :
1. Bagi guru SDN 144 Kota Pekanbaru, kesimpulan dan saran-saran yang akan dihasilkan
dalam penelitian ini, akan menjadi bahan pertimbangan, sehingga dapat meningkatkan
kinerja guru di masa yang akan datang.
2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam
melakukan kajian terhadap masalah yang sama dan menambah wawasan pengetahuan
bagi yang memanfaatkan.
3. Bagi Penulis, Proses maupun hasli penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan
wawasan pengetahuan penulis pada bidang ilmu sumber daya manusia (SDM),
khususnya pada variabel masalah yang diteliti, yaitu tentang kinerja guru.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

1. Hakikat Guru
Dalam peraturan pemerintah Bab I pasal I ayat I dijelaskan Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru merupakan suatu profesi,yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang
pendidikan. Walaupun pada kenyataanya masih terdapat hal hal tersebut diluar bidang
kependidikan. Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa
prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugas, yaitu sebagai berikut :
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserat didik pada materi pelajaran yanh
diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berfikir serta
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan
penyesuian dengan usia dan tahapan tugas peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi)agar peserta didik menjadi mudah dalam
memahami pelajaran yang diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran,diharapkan guru dapat unit
pelajaran secara berulang ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.
6. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antar mata
pelajaran dan atau praktikan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara
memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung ,menganati/meneliti,dan
menyimpulkan pengetahuan yang didapat.
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial baik
dalam kelas maupun luar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami peserta secara individual agar dapat melayani
siswa sesuai dengan perbedaan tersebut.

2. Peran dan Tugas Guru di Sekolah Dasar


Bab I pasal I ayat (13) dijelaskan Pendidikan Dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur
pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah yang diselenggarakan
pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau
bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan
pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau
bentuk lain yang sederajat.
Bab I pasal I ayat (14) dijelaskan Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah
salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
pada jenjang Pendidikan Dasar.
Kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal
52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam
penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan tugas tambahan, misalnya
menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan
dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat
manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP
nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Dari penjabaran tentang peraturan pemerintah di atas dapat di simpulkan bahwa
peran dan tugasa guru di SD melaksanakan tugasnya guna memenuhi tujuan dari
dibentuknya suatu pendidikan. Kegiatan bimbingan dan konseling di SD bisa dilakukan oleh
guru kelas maupun konselor hal ini terjadi karena sebagian sekolah dasar yang ada masih
belum memiliki guru SD.
Peran dan tugas guru di kelas sendiri selain mengajar adalah menyelengarakan
kegiatan bimbingan dan konseling terhadap seluruh sisiwa di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya. Hal ini terjadi karena guru kelas sebagai pembimbing dan pengasuh utama yang
setiap hari bersama sama siswa dalam proses pendidikan dasar yang sangat vital dalam
keseluruhan perkembangan siswa. Berkat hubungan keseharian yang terus menerus selama
satu tahun penuh itulah guru kelas diharapkan memeahami secara mendalam pribadi
siswanya seorang demi seorangvdalam berbagai aspek yaitu terutama dalam berpenamilan
siswa sehari hari baik di dalam maupun di luar kelas selama jam sekolah,kecenderungan
kemampuan akademik, bakat minata para siswa,hambatan dan permasalah yang
dialaminya( baik yang menyangkut pribadi,hubungan sosial,maupun kegiatan dalam hasul
belajarnya) serta kondisi keluarga dan lingkungan.
Untuk membuat keputusan yang tepat dalam mengembangkan suatu sistem
pengajaran, seorang guru SD paling tidak bertanggung jawab dalam :
1. Mengkondisikan agar menyukai, merasa gembira dan senang belajar di sekolah. Guru
dituntut mahir menciptakan suatu siatuasi yang memungkinkan anak terhindar dari rasa
stres, perasaan bimbang, khawatir dan perasaan mencekam. Hal tersebut adalah penting
tidak hanya bagi kemajuan belajar mereka tetapi juga menyangkut kehidupannya di masa
yang akan datang.
2. Mengembangkan berbagai cara dan metode yang bervariasi dan menarik di dalam
mengajar secara terpadu, seperti ceramah, bercerita dan sebagainya.
3. Menjembatani gap antara kehidupan sekolah dengan kehidupan anak itu sendiri dalam
pengajaran.
4. Mengobservasi gaya belajar, kebutuhan dan menaruh perhatian atas tuntutan individual
anak dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum yang berlaku.
Upaya yang perlu dilakukan guru SD selaku pembimbing untuk mewujudkan hal
tersebut Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah antara lain ditentukan oleh ketepatan
pemahaman guru terhadap perkembangan siswa. Pemahaman terhadap perkembangan
siswa tersebut dapat menjadi dasar bagi pengembangan strategi dan proses pembelajaran
yang membantu siswa mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru Perkembangan
siswa sekolah dasar meliputi aspek-aspek fisik, kecerdasan, emosi, sosial dan kepribadian.

3. Syarat Menjadi Guru


Untuk menjadi guru yang baik haruslah memenuhi syarat syarat yang telah ditetapakan
oleh pemerintah ( Ngalim Purwanto,1985 : 170-175) syarat utama menjadi guru yaitu
sebagai berikut :
a. Guru harus berijasah
Yang dimaksud berijazah adalah ijazah yang dapat memeberi wewenang untuk menjalankan
tugas sebagai seorang guru di suatu sekolah tertentu.
b. Guru harus harus sehat jasmani dan rohani
Kesehatan jasmani dan rohani merupakan syarat penting dalam setiap pekerjaan. Karena
,orang tidak akan dapat melakukan tugasnya dengan baik jika ia diserang suatu penyakit.
Sebagi seorang guru syarat tersebut merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan.
Misalnya seorang guru yang terkena penyakit menular tentu ssaja akan membahayakan bagi
peserta didik.
c. Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik.
Sesuai dengan tujuan pendidikan ,yaitu membentuk manusia susila yang yang bertakwa
kepada tuhan YME maka sudah selayaknya guru sebagi pendidik harus dapat menjadi
contoh dalam melaksanakan ibadah dan berkelakuan baik.
d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik,pemebelajar dan pembimbing
bagi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung yang telah dipercayakan orang
tua/wali kepadanya hendaknya dapat dilaksanakan dengan sebaik baiknya. Selain itu guru
juga bertanggung jawab terhadap keharmonisan perilaku masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.
e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional
Bangsa Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa yang mempunyai bahasa dab adat
istiadat berlainan. Untuk menanamkan jiwa kebangsaan merupakan tugas utama seorang
guru,karena itulah guru harus terlebih dahulu berjiwa nasional.
Syarat syarat diatas umum yang berhubungan jabatan sebagi seorang guru. Selain
itu juga terdapat syarat lain yang sangat erat hubunganya dengan tuga guru di
sekolah,sebagai berikut :
a. Harus adil dan dapat dipercaya
b. Sabar, rela berkorban, dan menyanyangi peserta didiknya.
c. Memiliki kewibawaan dan tanggung jawa akademis.
d. Bersikap baik kepada rekan guru, staf disekolah dan masyarakat.
e. Harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan menguasai benar mata pelajaran
yang dibinanya.
f. Harus selalu intropeksi diri dan siap menerima kritik dari siapapun.
g. Harus berupaya meningkatkan pendidikan kejenjang yang lebih tingg

4. Pengembangan Profesionalisme Guru


Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki
tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era
hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan
adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam
dirinya.Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek
intelektual, social, emosional dan ketrampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan
saja guru harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan
harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai
professional.
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan pada penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister dalam
Isjoni (2008) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi
dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari
seorang teknisi bukan hanya memiliki ketrampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah
laku yang dipersyaratkan.
Untuk menjadi guru yang memiliki atribut professional yang tinggi seorang guru
dituntut untuk memiliki ciri lima hal :
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya;
2. Guru menguasai secara mendalam bahan (mata pelajaran) yang diajarkannya serta cara
mengajarnya kepada siswa;
3. Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi;
4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya;
5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya.
Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang professional dipersyaratkan
sebagai berikut :
1. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan
masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21;
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka.
Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset
pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia;
3. Pengembangan kemampuan professional berkesinambungan antara LPTK dengan praktik
pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya
program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau
manajemen pendidikan yang lemah.
Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru
untuk melahirkan profil guru Indonesia yang professional di abad 21, yaitu :
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
2. Penguasaan ilmu yang kuat;
3. Ketrampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi;
4. Pengembangan profesi secara berkesinambungan .
Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan
dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang
professional.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan mengubah
peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan
pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional akan
mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan
dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning
environment. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu
sebagai fasilitator, motivator, informatory, komunikator, transformator, change agent,
innovator, konselor, evaluator dan administrato).
Kunandar (2011) menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang
memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan
beberapa pihak terutama pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan kurang menjamin
kesejahteraan karena rendah gajinya.Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya; (2)
profesionalisme guru masih rendah. Selain dua masalah tersebut, faktor lain yang
menyebabkan rendahnya profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain:
1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, Hal ini disebabkan oleh
banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada.
2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan.
3. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum
mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan.
4. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikan kepada calon guru.
5. Belum adanya standar baku professional guru sebagaimana tuntutan di Negara-negara
maju.
6. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut
untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.
7. masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal
meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang
tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai
mengupayakan profesionalisme para anggotanya.

5. Kinerja Guru
Banyak definisi yang dikemukakan para ahli mengenai kinerja, diantaranya adalah
sebagaimana yang dikemukakan oleh Kamars dalam Hurmaini, yang menyatakan bahwa
kinerja merupakan terjemahan dari kata performance, yang berarti kemauan dan
kemampuan melakukan sesuatu pekerjaan (M. Hurmaini, 2011).
Dalam konteks perilaku, kinerja merupakan selesainya pekerjaan yang diharapkan,
spesifik atau bersifat formal dalam sebuah organisasi. Sementara dalam konteks
tanggungjawab, kinerja berarti sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang, bukan yang
dihasilkan. Secara psikologis, kinerja merupakan perilaku atau respon yang memberi hasil
yang mengacu kepada apa yang dikerjakan ketika menghadapi suatu tugas (performance).
Menurut M. Hurmaini, 2010) Performance ini mempunyai arti kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian atau hasil kerja/penampilan kerja.
Sedangkan dari pendapat yang lain dikemukakan oleh Sihombing, bahwa dalam
lembaga pendidikan pengertian konsep kinerja mencakup efisiensi, efektivitas dan
produktivitas. Efisien menunjukkan pada biaya yang paling murah namun tujuan tetap
tercapai. Bekerjanya dengan efektif bararti bekerja dengan waktu yang relative singkat
tujuan tercapai. Sedangkan produktivitas merupakan perbandingan antara masukan dengan
keluaran.
Berdasarkan pengertian tentang kinerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai hasil dalam
bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu. Artinya, kinerja berarti tingkat pelaksanaan
tugas yang dapat dicapai seseorang dengan menggunakan kemampuan yang ada dan
batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Sementara guru merupakan orang yang bekerja pada bidang pendidikan dan
pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai
kedewasaan masing-masing sesuai dengan potensi dirinya. Menurut Hadari Nawawi (2011)
Guru merupakan komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang sangat
berperan dalam mengantarkan siswa-siswanya pada tujuan pendidikan yang telah
ditentukan. Gurulah yang memikul tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan
program pengajaran. Pengertian guru dalam masyarakan Jawa diartikan melalui akronim
Guru artinya digugu (dianut) dan ditiru (teladan) (Hadi Supeno, 2015). Guru dalam
pengertian UU Sisdiknas tahun 2003 adalah tenaga pendidikan yang diangkat dengan tugas
utama mengajar pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas. Dalam pengertian
Uzer Usman, Guru adalah orang yang mempunyai jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru, karena pekerjaan guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang di luar bidang kependidikan.
Menurut Isjoni (2007) guru adalah seseorang yang karena panggilan jiwanya,
sebagaian besar waktu, tenaga dan pikirannya digunakan untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepada orang lain disekolah atau lembaga formal.
Menurut Ahmad Tafsir (2004) pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik, baik potensi kognitif, afektif, maupun potensi
psikomotorik. Dalam Peraturan Pemerintah Replubik Indonesia Nomor 74 tahun 2008
tentang Guru menjelaskan Guru adalah pendidik profesional, dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Guru sebagai tenaga professional di bidang pendidikan, disamping memahami hal-hal
yang bersifat filosofis, dan konseptual, harus juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal
yang bersifat teknis antara lain melaksanakan interaksi belajar mengajar dengan memiliki
dua modal dasar dalam interaksi tersebut yaitu kemampuan mendesain program dan
ketrampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik, modal ini akan dimiliki
oleh guru yang memiliki tingkat kompetensi.
Berkaitan dengan kinerja guru, maka ketika seorang guru telah melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Dalam hal ini, terdapat Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-
undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru dan dosen yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran (Sardiman AM, 2012)
Sementara menurut Supriyono (2002) bahwa dalam kinerja guru harus
memperhatikan proses pencapaian. Jika hal ini diterapkan dalam proses belajar-mengajar,
maka kinerja guru meliputi tampilan yang dapat dicapai dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, kinerja guru tidak lepas dari tugas guru. Tugas guru menurut Usman
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni: (1) tugas dalam bidang profesi; (2) tugas
kemanusiaan; dan (3) tugas dalam bidang kemasyarakatan (Moh. Uzer Usman, 2011).
Sedangkan menurut Zamroni (2000), tugas guru mengajar itu merupakan suatu seni
untuk mentransfer pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang diarahkan oleh nilai nilai
pendidikan, kebutuhan-kebutuhan individu siswa, kondisi lingkungan, dan keyakinan yang
dimiliki oleh guru. Budiono (2004) menjelaskan bahwa kinerja guru terdiri dari penyusunan
program perencanaan pengajaran meliputi: penguasaan materi, analisis materi pelajaran,
program tahunan dan program catur wulan/semester, program satuan pelajaran, rencana
pengajaran, analisis hasil ulangan harian, pelaksanaan pengajaran, evaluasi tidak bisa
dipisah-pisahkan. Dalam setiap melaksanakan tugas pengajaran, guru harus berpedoman
pada tugas-tugas guru sebagai seorang pengajar yang meliputi: membuat rencana
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi.
Menurut Nana Sudjana (1995), kinerja guru terlihat dari keberhasilannya di dalam
meningkatkan proses dan hasil belajar, yang meliputi:
1. Merencanakan program belajar mengajar. Sebelum melaksanakan tugas pengajaran,
guru terlebih dahulu membuat rencana pengajaran secara baik dan benar. Tugas guru
dalam merencanakan pembelajaran tersebut, diantaranya dengan membuat rencana
pengajaran dan satuan pelajaran agar kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan
dengan lancar. Menurut Popham rencana pengajaran memang penting, karena ia
merupakan antisipasi yang baik dari guru tentang apa yang akan terjadi di kelas
sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan. Rencana pengajaran dapat berfungsi
sebagai pedoman, tetapi sekaligus sebagai pembatasan.
2. Melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar. Yang perlu diperhatikan dalam
proses ini adalah menciptakan lingkungan belajar yang menarik, bebas, memberi
dorongan kepada siswanya untuk sadar demi belajar. Menurut Arikunto (2003) bahwa
kegagalan atau ketidak berhasilan guru dalam melaksanakan tuganya sangat mungkin
bukan karena mereka kurang menguasai bidang studi, tetapi karena mereka tidak tahu
bagaimana mereka mengelola kelas.
3. Menilai kemajuan proses belajar mengajar.
4. Menguasai bahan pelajaran.
Menurut Suharsimi Arikunto, kinerja guru dapat dilihat dari kegiatan mengajar yang
dilaksanakan melalui prosedur yang tepat, yaitu dengan:
1. Membuat persiapan mengajar, berupa menyusun persiapan tertulis, mempelajari
pengetahuan yang akan diberikan atau ketrampilan yang akan dipraktekkan di kelas,
menyiapkan media, dan alat-alat pengajaran yang lain, menyusun alat evaluasi.
2. Melaksanakan pengajaran dikelas, berupa membuka dan menutup, memberikan
penjelasan, memberikan peragaan, mengoperasikan alat-alat pelajaran serta alat
Bantu yang lain, mengajukan pertanyaan, memberikan jawaban melakukan program
remedial.
3. Melakukan pengukuran hasil belajar, berupa pelaksanaan kuis (pertanyaan singkat),
melaksanakan tes tertulis, mengoreksi, memberikan skor, menentukan nilai akhir.
Menurut Syafrudin Nurdin, kinerja guru itu terlihat dari aktifitas yang dilakukan dalam
mempersiapkan pengajaran dikelas, yang meliputi:
1. Mengidentifikasi secara cermat pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang telah
digariskan dalam kurikulum.
2. Menentukan kelas atau semester dan alokasi waktu yang akan digunakan.
3. Merumuskan tujuan intruksional umum.
4. Merumuskan tujuan intruksional khusus.
5. Merinci materi pelajaran yang didasarkan kepada bahan pengajaran dan GBPP dan TIK
yang hendak dicapai.
6. Merencanakan kegiatan belajar mengajar secara cermat, jelas dan tegas, sistematis,
logis sesuai dengan TIK dan materi pelajaran.
7. Mempersiapkan dan melakukan variasi dan kebutuhan siswa lainya.
8. Memilih alat peraga, sumber bahan dari buku dan masyarakat.
9. Merancang secara teliti prosedur penilaian dan evaluasi.
10. Menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami dan sesuai dengan EYD.
11. Menyusun satuan pelajaran.
Adapun menurut Suryosubroto bahwa kinerja guru dapat dilihat dari tugas yang
dilakukan berkenaan dengan pembelajaran atau proses belajar mengajar yang tercakup
dalam 10 kompetensi guru, yaitu:
1. Menguasai bahan pelajaran
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media atau sumber
5. Menggunakan lndasan-landasan pendidikan
6. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi siswa
8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Agar
proses pengajaran berjalan dengan lancar salah satunya dengan menggunakan prosedur
yang tepat dalam mengajar.
Sehubungan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, maka
diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Adams dan Decey dalam Uzer Usman peranan guru antara lain; guru sebagai pengajar,
pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana,
supervisor, motivator, dan konselor. Yang akan dikemukakan di sini adalah peranan yang
dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Demonstrator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran
yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan
sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2. Guru Sebagai Pengelola Kelas, sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi
yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan
3. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator, Sebagai mediator guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar.
4. Guru Sebagai Evaluator, dalam kegiatan proses belajar mengajar guru hendaknya
menjadi seorang evaluator yang baik. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu
dan terampil melaksanakan penilaian karena, dengan penilaian guru dapat
mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar
mengajar.
Dalam Peraturan Pemerintah Tentang Guru Nomor 74 tahun 2008 Pasal 1 menjelaskan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Menurut Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo bahwa terdapat dua tugas guru yang
dapat dijadikan sebagai standar pengukuran kinerja guru, yaitu tugas yang berkaitan dengan
proses pembelajaran dan tugas yang berkaitan dengan penataan, serta perencanaan tugas-
tugas pembelajaran. Berdasarkan hal ini, maka menurut Hamzah B. Uno dan Nina
Lamatenggo:
.terdapat tiga kriteria dasar yang berkaitan dengan kinerja guru, yaitu proses,
karakteristik-karakteristik guru, dan hasil atau produk (perubahan sikap siswa. Dalam
proses pembelajaran, kinerja guru dapat dilihat pada kualitas kerja yang dilakukan
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang mengacu pada kompetensi guru
yang profesional
Lebih lanjut, untuk mengukur kinerja guru, menurut Hamzah B. Uno dan Nina
Lamatenggo adalah;
.menguasai bahan, mengelola proses pembelajaran, mengelola kelas, menggunakan
media atau sumber belajar, menguasai landasan pendidikan, merencanakan program
pengajaran, memimpin kelas, mengelola interaksi belajar mengajar, melakukan
penilaian hasil belajar siswa, menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran,
memahami dan melaksanakan fungsi dan layanan bimbingan penguluhan, memahami
dan menyelenggarakan administrasi sekolah, serta memahami dan dapat menafsirkan
hasil-hasil penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan uraian tentang kinerja guru tersebut, maka dapat penulis sintesiskan
bahwa kinerja guru adalah aktivitas atau perilaku yang ditonjolkan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya, yang dapat diukur dengan indikator: 1). Guru merencanakan
program pengajaran; 2). Guru menguasai bahan yang akan disampaikan; 3). Guru mampu
mengelola kelas; 4). Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar di kelas; dan 5).
Guru mampu mengelola penilaian hasil belajar.

6. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru


Teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja guru menurut
T.R. Mithcell (1978) yaitu:
a. Motivasi
Motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang berhubungan dengan perilaku
individu maupun perilaku organisasi. Motivasi merupakan unsur penting dalam diri manusia
yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau pekerjaan individu.
Menurut Stoner (1992: 440) motivasi diartikan sebagai faktor-faktor pe-nyebab yang
menghubungkan dengan sesuatu dalam perilaku seseorang. Me-nurut Maslow (1970: 35)
sesuatu tersebut adalah dorongan berbagai kebutuh-an hidup individu dari mulai kebutuhan
fisik, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan insentif keuangan
sebagaimana dikemukakan Adam Smith (1976), pendekatan standar kerja se-bagaimana
dijelaskan oleh Frederick Taylor (1978: 262), dan pendekatan ana-lisis pekerjaan dan
struktur penggajian (job analysis and wage structure approach) yaitu mengklasifikasikan
sikap, skill, dan pengetahuan dalam usa-ha untuk mempertemukan kemampuan dan skill
individu dengan persyaratan pekerjaan. Analisis tugas adalah suatu proses pengukuran sikap
pegawai dan penetapan tingkat pentingnya pekerjaan untuk menetapkan keputusan
konpen-sasi.
Berdasarkan pendekatan di atas, maka di kalangan para guru, jabatan guru dapat dipandang
secara aplikatif sebagai salah satu cara dalam memoti-vasi (pemotivasi) para guru untuk
meningkatkan kemampuannya.
2. Abilitas
Abilitas adalah faktor yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja, abilitas
berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimi-liki individu. Menurut Bob
Davis at. al. (1994: 235) skill dan abilitas adalah dua hal yang saling berhubungan. Abilitas
seseorang dapat dilihat dari skill yang diwujudkan melalui tindakannya.
Berkenaan dengan abilitas dalam arti kecakapan guru A. Samana (1994: 51) menjelaskan
bahwa, Kecakapan profesional guru menunjuk pada suatu tindakan kependidikan yang
berdampak positif bagi proses belajar dan per-kembangan pribadi siswa. Bentuk tindakan
dalam pendidikan dapat berwu-jud keterampilan mengajar (teaching skills) sebagai
akumulasi dari pengeta-huan (knowledge) yang diperoleh para guru pada saat menempuh
pendidikan seperti di SPG, PGSD, atau sejenisnya.
3. Kinerja
Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan yang meliputi
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran/KBM, dan melakukan penilaian hasil
belajar. Hubungan alur kinerja, motivasi, dan abilitas guru dapat digambarkan sebagai
berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah SDN 144 Kota Pekanbaru, penelitian ini
dilakukan selama 4 (empat) bulan. Penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, tahap
pertama adalah tahap persiapan, tahap kedua adalah turun ke lapangan, sedangkan tahap
ketiga adalah penulisan laporan.

B. Teknik Pengambilan Cuplikan


Populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru SDN 144 Kota Pekanbaru yang
berjumlah 21 orang.
Sedangkan Penarikan sampel sejumlah 18 orang yakni guru kelas, dan ini yang
menjadi responden dalam penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data


Di samping itu ada beberapa teknik pengumpulan data yangdigunakan dalam
penelitian ini, seperti :
1. Observasi, yaitu secara langsung turun ke lapangan menemui para responden.
2. Wawancara, dilakukan terhadap semua responden, kepala sekolah, dan pihak yang terkait
lainnya.
3. Angket, diberikan beberapa pertanyaan kepada guru, beserta dengan alternatif
jawabannya, serta diberikan kolom untuk memberikan komentar, usul dan saran.
4. Kepustakaan, mencari literatur-literatur yang sesuai dengan lingkup bahasan penelitian
ini.

D. Teknik Analisis Data


Penelitian ini bersifat diskriptif dan menggunakan analisis kualitatif.Artinya rumusan
hasil penelitian di analisis dan diolah, maka diturunkan rumusan atau uraian naratif, sesuai
dengan jawaban para respondenn.
Di samping itu kami memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan
komentar, usul dan saran, kemudian kami rangkum dan menjadi suatu preposisi. Agar
penelitian ini lebih bermutu dan akurat, serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Ubahan-Ubahan Yang Diteliti


Penelitian ini mengkaji satu ubahan, yakni tentang : Kinerja guru SDN 144
Kota Pekanbaru. Dalam pelaksanaanya kami mencoba untuk mengkaji sejauhmana guru
sudah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran di kelasnya.

A. Penjelasan Instrumen Penelitian


Untuk mengumpulkan data primer dari ubahan yang akan diteliti dari penyajian dan analisis
data, maka kami menggunakan pertanyaan kepada guru guru SDN 144 Kota Pekanbaru.
Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada guru-guru SDN SDN 144 Kota Pekanbaru
sebanyak 25 item, dalam bentuk tertulis. Dalam penyajian dan analisis data, kami berpegang
kepada hasil wawancara dan dan pengamatan langsung penulis terhadap guru-guru SDN
144 Kota Pekanbaru

C. Penyajian dan Analisis Data


Pertanyaan pertama adalah persiapan sebelum pembelajaran, dari jawaban guru SDN 144
Kota Pekanbaru sejumlah 18 orang dari hasil penilaian penulis, ternyata seluruhnya telah
mempersiapkan Rencana Program Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan proses
pembelajaran. Walaupun masih ada kesalahan dan belum lengkap sebagaimana RPP yang
diharapkan.
Pertanyaan kedua adalah RPP berdasarkan analisis kemampuan awal siswa. Dari
hasil penilaian penulis, sebahagian besar RPP yang disusun guru SDN 144 Kota Pekanbaru
belum berdasarkan analisis kemampuan awal siswa. Jadi, guru harus memperbaiki lagi
RPPnya dengan mempedomani kemampuan awal siswa.
Pertanyaan ketiga adalah melaksanakan tes awal (pretest) pada setiap pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Dari hasil penilaian dan pengamatan bahwa sebahagian besar guru
SDN 144 Kota Pekanbaru belum melaksanakan tes awal (pre test) terhadap siswa. Padahal
itu sangat diperlukan sekali untuk mengetahui kemampuan awalatau pengetahuan yang
sudah diperoleh dari hasil pembelajaran sebelumnya.
Pertanyaan keempat berkenaan dengan penilaian pekerjaan siswa. Dari penilaian
dan pengamatan, bahwa belum semua guru SDN 144 Kota Pekanbaru menilaian pekerjaan
siswa secara objektif, dan belum dilakukan secara terus menerus.
Pertanyaan kelima berkenaan dengan pengambilan soal. Hasil penilaian dan
pengamatan sebahagian guru mengambil soal-soal yang akan dikerjakan siswa diambil dari
buku pegangan guru, dan tdak diambil dari bank soal. Pada umumnya guru tidak memiliki
bak soal.
Pertanyaan keenam berkenaan dengan pengembalian pekerjaan siswa. Hasil
penilaian dan pengamatan tidak semua guru SDN 144 Kota Pekanbaru tidak menyerahkan
hasil pekerjaan siswa, setelah di nilai guru. Terlihat masih bertumpuk di atas meka dan dilaci
guru.
Pertanyaan ketujuh berkenaan pelaksanaan remedial. Hasil penilaian dan
pengamatan sebahagian besar guru tidak melaksanakan program remedial pada setiap
pelaksanaan penilaian, padahal itu sangat perlu dilakukan. Program remedial hanya
dilakukan oleh guru di kala pelaksanaan ujian semester ganjil maupun genap.
Pertanyaan kedelapan berkenaan dengan penguasaan materi oleh guru SDN 144
Kota Pekanbaru. Hasil penilaian dan pengamatan sebahagian besar guru-guru sudah
menguasai materi yang akan diajarkan kepada siswa.
Pertanyaan kesembilan berkenaan dengan penjelasan dan contoh materi pelajaran.
Dari hasil penilaian dan pengamatan terhadap guru-guru SDN 144 Kota Pekanbaru, pada
umumnya atau sebagaian besar guru-guru sudah menjelaskan materi dengan memberikan
contoh-contoh sebagaimana di alami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari atau dunia
nyata siswa dilingkungannya.
Pertanyaan kesepuluh berkenaan dengan pemberian waktu kepada anak untuk
bertanya. Hasil penilaian dan pengamatan ternyata sebahagian besar guru belum
memberikan waktu kepada siswanya untuk bertanya. Sehingga alokasi pembelajaran lebih
banyak didominasi oleh guru saja (teacher active learning), belum mengarah kepada student
active learning.
Pertanyaan kesebelas berkenaan dengan pemberian materi merujuk kepada sumber
atau buku terbaru. Hasil penilaian dan pengamatan kepada guru SDN 144 Kota Pekanbaru
menunjukan belum semua guru didalam memberikan materi pelajaran merujuk kepada
buku-buku terbitan terbaru, dan masih berkutat atau menggunakan buku-buku terbitan
lama, atau istilahnya buku-buku itu saja.
Pertanyaan keduabelas berkenaan dengan materi pelajaran berdasarkan karkteristik
siswa. Hasil penilaian dan pengamatan sebahagian besar guru SDN 144 Kota Pekanbaru
belum mengajarkan materi sesuai dengan karakteristik siswa, misalnya terhadap siswa yang
termasuk golongan lower group, dan ini perlu kerja keras guru, atau ada siswa yang merasa
rendah diri dengan teman-temannya, sehingga lebih banyak mengasingkan diri dengan yang
lainnya.
Pertanyaan ketigabelas berkenaan dengan pengelolaan kelas. Hasil penilaian dan
pengamatan pada umunya atau sebahagian besar guru SDN 144 Kota Pekanbaru sudah
mampu mengelola kelas, dan selalu menegur siswanya yang suka membuat keributan,
terlihat malas, dan suka mengagnggu temannya jika sedang belajar. Demikian pula
sebaliknya siswa yang termasuk upper group, guru juga harus mampu menetapkan materi
yang lebih tinggi, dan nantinya bisa saja guru menunjuk tutor sebaya.
Pertanyaan keempatbelas berkenaan dengan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil penilaian dan pengamatan terhadap
guru-guru SDN 144 Kota Pekanbaru menunjukan bahwa guru-guru sudah memberikan
kesempatan yang sama kepada siswanya untuk berperan aktif dan berpartisipasi dalam
pembelajaran. Tidak ada diskriminasi terhadap siswa dalam pembelajaran, semua sama dan
terbentuknya suasana demokratis.
Pertanyaan kelimabelas berkenaan dengan perancangan RPP sesuai dengan silabus.
Hasil penilaian dan pengamatan terhadap guru-guru SDN 144 Kota Pekanbaru sebahagian
besar bahwa RPP yang disusun sudah sesuai dengan apa yang tertera pada silabus, dan
tentunya akan berdampak terhadap pencapaian kompetensi dasar siswa.
Pertanyaan keenambelas berkenaan dengan ketepatan waktu penyerahan RPP
kepada Kepala sekolah. Hasil penilaian dan pengamatan sebahagian besar guru-guru SDN
144 Kota Pekanbaru sudah menyerahkan RP sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan
sekolah. Artinya penyerahan RPP tepat waktu.
Pertanyaan ketujuhbelas berkenaan dengan menggunakan media pembelajaran.
Hasil penilaian dan pengamatan terhadap guru-guru SDN 144 Kota Pekanbaru akam
sebahagian besar guru belum atau tidak menggunakan media pembelajaran dalam proses
pembelajaran yang dilakukannya.
Pertanyaan kedelapan belas berkenaan dengan pemanfaatan LCD/Power point
dalam proses pembelajaran. Dari hasil penilaian dan pengamatan terlihat hanya sebagian
kecil saja guru SDN 144 Kota Pekanbaru yang menggunakan LCD/Power point dalam
kegiatan pembelajaran. Masih banyak guru yang belum memanfaatkan LCD di kelas,
padahal sekolah sudah menyediakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran guru di kelas.
Pertanyaan kesembilanbelas berkenaan dengan penerapan model pembelajaran.
Dari hasil penilaian dan pengamatan ternyata guru-guru SDN 144 Kota Pekanbaru tidak
memahami model-model pembelajaran yang diajarkan di depan kelas. Padahal model-
model pembelajaran itu sebagai salah satu strategi pendekatan aktif, inovatif, kreatif,
sefektif dan menyenangkan (PAIKEM).
Pertanyaan keduapuluh berkenaan dengan penerapan model pembelajaran di dalam
kelas. Hasil penilaian dan pengamatan ternyata guru-guru SDN 144 Kota Pekanbaru selalu
menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) di dalam kegiatan
pembelajaran.
Pertanyaan keduapuluhsatu berkenaan dengan model pembelajaran yang difahami
oleh guru. Hasil penilaian dan pengamatan ternyata sebahagian kecil guru-guru SDN 144
Kota Pekanbaru hanya menggunakan model pembelajaran koperatif inkuiri saja. Itupun
jarang digunakan.
Pertanyaan keduapuluhdua berkenaan dengan ketepat waktu masuk dan keluar
kelas. Dari hasil penilaian dan pengamatan terhadap guru SDN 144 Kota Pekanbaru,
sebahagian besar sudah menunjukan ketepatan waktu masuk dan keluar kelas setiap
harinya. Jadi, disiplin waktu sudah dilaksanakan secara penuh tanggungjawab.
Pertanyaan ketigabelas berkenaan dengan tanggungjawab tugas yang diberikan
kepala sekolah. Dari hasil penilaian dan pengamatan terhadap guru SDN 144 Kota
Pekanbaru terlihat bahwa sebahagian besar sudah menunjukan tanggungjawab
melaksanakan tugas yang diberikan oleh kepala sekolah.
Pertanyaan keempatbelas berkenaan dengan menjaga etika moral. Dari hasil
penilaian dan pengamatan terhadap guru-guru di SDN 144 Kota Pekanbaru. Terlihat dan
menunjukan setiap guru sudah menjaga etika moral yang baik, dan belum ada guru-guru
yang terkena sangsi karena melanggar etika moral di SDN 144 Kota Pekanbaru.
Pertanyaan kelimabelas berkenaan dengan tanggungjawab dalam menjalankan
aturan dan tata tertib sekolah. Dari hasil penilaian dan pengamatan menunjukan bahwa
guru-guru SDN 144 Kota Pekanbaru, baik secara bersama-sama maupun individu sudah
menjaga dan melaksanakan secara konsekuen semua aturan dan tata tertib sekolah.

D. Kesimpulan Analisis Data


Dari analisis data di atas, maka selanjutnya penulis menguraikan kesimpulan dan analisis
data.
Dari hasil penilaian dan pengamatan terhadap analisis data di atas, maka
penulis rincikan sebagai berikut :
1. Kinerja Baik
2. Kinerja Belum baik.
Terlihat dari hasil wawancara dan analisis data, dapat disimpulkan Kinerja guru SDN 144
sudah baik, namun masih ada beberapa orang guru yang perlu manjadi perhatian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini dengan memperhatikan fakta-fakta di


lapangan dapat dikemukakan bahwa terdapat hubungan motivasi dan kinerja guru dengan
kinerja guru. Berdasarkan hal ini, maka implikasi yang dapat disampaikan adalah :
1. Upaya meningkatkan kinerja guru dengan meningkatkan motivasi kerja guru
Aspek motivasi sangat penting dalam diri seseorang. Motivasi akan mendorong
seseorang untuk berperilaku. Berdasarkan penjelasan para ahli, maka dapat penulis usulkan
hal-hal yang dapat diperhatikan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja
guru; (1) Menentukan arah kegiatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai; Kepala
sekolah hendaknya menentukan tujuan apa saja yang akan dicapai dalam setiap kegiatan
sekolah. Sehingga para guru termotivasi dalam menjalankan kegiatan tersebut; (2).
Menyeleksi kegiatan, yakni kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan
dengan menyisihkan kegiatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut; Kepala sekolah
hendaknya menentukan skala prioritas kegiatan, sehingga para guru termotivasi untuk
melaksanakan program kerja sekolah tersebut dengan efektif. (3) Sekolah hendaknya selalu
memberikan dana insentif kepada guru yang kinerjanya bagus, sehingga para guru
termotivasi untuk berprilaku kearah tercapainya tujuan.
2. Upaya meningkatkan kinerja guru dengan meningkatkan disiplin kerja guru
Kedisiplinan pada dasarnya merupakan fungsi operatif keenam dari manajemen
sumber daya manusia dan mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kinerja.
Semakin baik disiplin kerja guru semakin tinggi kinerjanya, kinerja guru yang baik akan
berdampak pada prestasi siswa yang dicapainya. Tanpa disiplin kerja yang baik, sulit bagi
sekolah mencapai hasil yang optimal. Dalam disiplin kerja, seseorang dituntut
kesanggupannya untuk mengahayati aturan, hukum dan tata tertib yang tinggi. Sehingga
secara sadar akan melaksanakannya dan mentaatinya. Disiplin kerja yang baik
mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadannya. Hal ini mendorong gairah kerja dan semangat kerja yang mendukung
terwujudnya tujuan organisasi, guru dan masyarakat.
Oleh karena itu, beberarapa hal yang perlu diperhatikan bagi kepala sekolah dalam
meningkatkan disiplin kerja guru ini diantaranya adalah 1). Memperkuat budaya kerja yang
baik. Artinya, kepala sekolah dan seluruh komponen sekolah membangun visi bersama
tentang apa saja yang harus dipatuhi dan apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai visi
tersebut. 2). Sekolah hendaknya terus mensosialisasikan aturan-aturan yang harus ditaati
oleh semua guru, sehingga aturan tersebut menjadi nilai dan semangat bagi guru untuk
meningkatkan kinerjanya.
A. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikemukakan hal-hal yang perlu
diperhatikan bersama sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kinerja guru di MTs Negeri Tandun Ujungbatu, dapat lakukan
dengan upaya meningkatkan motivasi dan disiplin kerja guru, yang pelaksanaannya
dapat dilakukan, baik secara bersamaan maupun secara terpisah.
2. Upaya peningkatan motivasi kerja para pegawai dapat dipacu oleh adanya penguatan
pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam setiap kegiatan sekolah tersebut.
Misalnya, melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan para guru serta penghargaan
atas pelibatan tersebut.
3. Disiplin kerja guru dapat ditingkatkan melalui upaya pengembangan karakteristik dan
kepribadian para guru dengan membuat peraturan-peraturan yang lebih terbuka dan
tidak memberatkan
4. Sekolah mesti mempertimbangkan motivasi dan disiplin kerja guru. Upaya
pengembangan sikap dari individu ataupun sekelompok untuk meningkatkan rasa
kesukarelaannya dalam bekerjasama dalam lembaga tersebut, menjadi sangat penting
untuk dilakukan. dengan demikian, seseorang agar dapat mencurahkan
kemampuannya secara menyeluruh dan total pada lembaga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Amran., Muhammad., 2009. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor
Departemen Sosial Kabupaten Gorontalo, Tesis, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makasar,
Amirullah dkk, 2002., Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu
AM., Sardiman., 2000., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali
Arikunto., Suharsimi., 2002., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta
Arikunto., Suharsimi., 2003., Manajemen Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Aqib., Zainal. 2009., Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Cendekia
Asnawi dan Usman., Basyiruddin, 2012., Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers,
Asad., Moh., 2003., Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty
Bambang., Siswanto Sastrohadiwiryo., 2003., Manajemen Tenaga Kerja Indonesia
Budiono, 2004., Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Erekha Cipta
Buchori, 2004., Motivasi dan Produktivitas Kerja, 3Jakarta : Rieneka Cipta
Davis., Keith, dan John W., Newstrom., 2010., Perilaku dalam Organisasi, Terjemahan Agus
Darma), Jakarta: Erlangga.
Manulang, 2001., Manajemen Personalia, Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Mudjiono, 2004., Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo,
Muhaimin, dkk., 2001., Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Bandung : Remaja Rosdakarya,
Mulyasa., E., 2009., Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru
dan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara
Muslich., Masnur, 2009., KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta :
Bumi Aksara
Nawawi., H. Hadari, 2005., Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung
Pramono., Agus dan Suddin., Alwi, 2011., Pengaruh Kecerdasan Emosional, dan Komitmen
Organiasi terhadap Kinerja Guru dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel
Moderating dalam Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Volume 5, No. 1
Juni 2011,
Saefullah., U., 2012., Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia
Siregar., Edi, 2011, Hubungan Motivasi Kerja dan Kompensasi Finansial dengan Kepuasan
Kerja dan Kinerja Guru dalam Jurnal Pendidikan Penabur, Nomor 16, Tahun ke-
10, juni 2011.
Sule., Ernie Tisnawati dan Saefullah., Kurniawan, 2010., Pengantar Manajemen, Jakarta:
Kencana
Sumidjo., Wahjo, 2003., Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
Supeno., Hadi, 2015., Potret Guru, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Tika., Moh. Pabundu, 2008., Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja, Jakarta: PT Bumi
Aksara
Tuu., Tulus, 2004, Peranan Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Gramedia
Yamin., Martinis & Maisah, 2010., Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta:Tim GP Press,

You might also like