Professional Documents
Culture Documents
ISI
2.1 Pengertian
Secara etimologi, dalam konteks pendidikan islam pendidik disebut
dengan murabbi, muallim,.muaddib. kata murabbi berasal dari kata rabba,
yurabbi. Kata muallim berasal isim fail dari allama, yuallimu sebagaimana
dikemukakan dalam Al-quran (QS.Al-Baqarah : 31), sedangkan kata muaddib
berasal dari addaba, yuaddibu, sesuai sabda Rasulullah, Allah mendidikku, maka
Dia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan.
Secara terminologi para pakar menggunakan rumusan yang berbeda
tentang pendidik.
a) Zakiah Daradjat, berpendapat bahwa pendidikan adalah individu yang
akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta
didik.
b) Marimba, beliau mengartikan sebagai orang yang memikul
pertanggungjawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena
hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta
didik.
c) Ahmad Tasir, mangatakan bahwa pendidik dalam islam sama dengan teori
di Barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik.
3
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S. Al-
Mujadalah/59 : 11)
Al-Quran juga telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu
pengetahuan, sebagaimana dalam al-Quran surah at-Taubah ayat 122:
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi
kelangsungan hidup manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan
mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang
membawa manfaat dan yang membawa madharat. Dalam sebuah sabda Nabi saw.
dijelaskan:
Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim. (HR. Ibnu Majah)
4
Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa
menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan
keduanya, maka harus dengan ilmu.
Dari sini, sudah seharusnya manusia selalu berusaha untuk menambah kualitas
ilmu pengetahuan dengan terus berusaha mencarinya hingga akhir hayat. Dalam
al-Quran surat Thahaa ayat 114 disebutkan:
Katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.
5
g) Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya baik dalam bidang
yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarnya.
h) Guru harus mengamalkan ilmunya, dan jangan berbuat yang berlawanan
dengan ilmu yang diajarkan.
2.4 Peran Pendidik dalam Pendidikan
a) Fasilisator, yaitu menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan oleh
peserta didik.
b) Pembimbing, yaitu memberikan bimbingan terhadap peserta didik dalam
interaksi belajar-mengajar, agar siswa tersebut mampu belajar dengan
lancer dan berhasil secara efektif dan efisien.
c) Motivator, yaotu memberikan dorongan dan semangat agar siswa mau giat
belajar.
d) Organisator, yaitu mengorganisasikan kegiatan belajar peserta didik
maupun pendidik.
e) Manusia sumber, yaitu ketika pendidik dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan peserta didik, baik berupa pengetahuan (kognitif),
keterampilan (afektif) maupun sikap (psikomotorik).
1
Muslim life Style Community, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Pendidik,
PT. Lentera Abadi, Jakarta,2011, H.40
6
2.5.2 Metode Istinshat
Yaitu menyuruh anak murid untuk diam dan mendengarkan (perkataan
pendidik). Penjelasan tersebut seperti hadist Jarir bin Abdullah Al-Bajli
mengatakan bahwa Nabi saw berkata kepadanya dalam Haji Wada, suruhlah
manusia untuk diam. Lalu beliau bersabda, janganlah engkau mengembalikan
(setelahku) orang-orang kafir, yang sebagian dari kalian memukul sebagian
budak-budak yang lain (H.R.Bukhari).
Ibnu Hajar berkata, Khutbah beliau terjadi pada waktu haji wada dan
banyak sekali kaum muslim yang berkumpul saat itu untuk keperluan melempar
jumrah dan menjalankan rukun-rukun haji lainnya. Jumlah kaum muslim yang
begitu banyak menyebabkan suasana agak ramai dan gaduh sehingga
menyebabkan Nabi saw menyuruh mereka untuk diam saat Nabi saw
menyampaikan khutbah.
Konten hadist Nabi saw sebagaimana tersebutkan memberikan pelajaran
berharga kaum muslimin tentang arti pentingnya sikap diam dan mendengarkan
dengan baik khutbah dan pesan-pesan religius yang disampaikan oleh khatib.
Hiruk pikuk dan keramaian menyebabkan materi dakwah sulit untuk bisa
diterima secara baik. Saat hiruk pikuk terjadi, Nabi saw menyuruh sahabat Jarir
bin Abdullah Al-Bajli untuk menenangkan suasana.2
2
Ibid
7
sahabat Anshar dan kaum Muslimin yang lain. Barang siapa menguasai sesuatu
dari umat Muhammad, maka ia bisa membahayakan seseorang, terimalah
kebaikannya dan tinggalkanlah keburukannya. (HR. Bukhari).
Kata-kata Nabi saw, wahai manusia datanglah kepadaku! jelas itu
merupakan nida (panggilan) darinya dan pemerintah untuk mereka supaya
berkumpul dan diam, yaitu ketika beliau akan menjumpai mereka. Sedangkan
ucapan lalu mereka menghampirinya, artinya adalah berkumpul dan
datang.3
3
Ibid
4
Ibid
5
Ibid
8
2.6 Karakteristik Seorang Pendidik
2.6.1 Mengharap Ridha Allah
Seorang pendidik harus menanamkan prinsip ilmu dan amal yang ikhlas
semata untuk Allah. Faktor niat untuk memberikan nilai manfaat bagi khalayak
banyak dengan disertai dengan ki ikhlasan dalam berilmu dan beramal adalah
landasan utama pendidik untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Ketidak
ikhlasan dalam berilmu menghantarkan kita pada perbuatan yang sia-si, sesuai
dengan gambaran dalam hadits Abu Huraairah ra menuturkan tentang Rasulullah,
seseorang lelaki belajar ilmu dan membaca Al-Quran, lalu beliau
menghampirinya, mengetahui akan nikmat keutamaannya serta mengetahui
tentang perihal lelaki itu, lalu beliau bersabda, apa yang telah kamu kerjakan?.
Lelaki itu menjawab, aku belajar ilmu, memahaminya serta membaca Al-Quran
untuk Baginda. Rasul lalu menjawab, kamu bohong! Apa yang telah kamu
pelajari (ilmu), adalah untuk semata dianggap orang alim dan apa yang kamu
baca (Al-Quran) adalah ingin dianggap Qari. Lalu Allah memerintahkan
untuknya agar diseret kedalam neraka. (HR. Muslim, NasaI, Ahmad).
Dari Umar bin Khattab ra bahwa Rasulullah saw bersabda, semua
amalan tergantung pada niatnya dan setiap manusia pasti ada niatnya. Barang
siapa yang melakukan sesuatu karena ingin memperoleh keridhaan Allah dan
Rasul-Nya, maka yang ia akan mendapatkannya. Barang siapa melakukan
sesuatu untuk mencari kehidupan dunia atau ingin menikahi seorang wanita,
maka ia pun akan mendapatkannya. (HR. Muttafaqalaih).
9
seseorang mengetahui kebohongan seorang pendidik, maka kepercayaannya pun
serta merta pudar.6
Kejujuran juga merupakan kesuksesan manusia di dunia dan akhirat. Dan
Allah memuji orang yang berpilaku jujur. Sesuai dengan firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar (juju). (QS.at-Taubah : 119)
Nabi Muhammad juga menjelaskan bahwa kejujuran dapat menghantarkan
pelakunya ke surga, sebagaiman sabdanya, kejujuran mengantarkan pada
kebaikan dan kebaikan mengantarkan ke surga. Seorang lelaki yang baik akan
berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga Allah menuskan ia termasuk orang-
orang yang jujur. Kebohongan mengantarkan kepada kesesatan dan kesesatan
menghantarkan ke neraka. Seorang lelaki yang sesat, akan berbuat bohong dan
memilih kebohongan sehingga Allah mengecap dia sebagai pembohong. (HR.
Muttafaqalaih).7
6
Ibid, H.10
7
Ibid
10
buruk misalnya, maka ia harus tetap memperlakukan sama dengan murid-murid
lainnya dalam hak dan kewajibannya.
11
dibutukan dalam pendidikan. Setiap pendidik dituntut untuk bersikap tawadhu
karena memang aktifitasnya seorang pendidik yang ilmiah, dedukatif, dan
interaktif selalu bersentuhan dengan orang banyak (anak-anak didik), sehingga
mereka tidak akan canggung ketika bertanya ataupun berdialog.8
2.6.7 Berani
Keberanian dalam pendidikan adalah beranian berbicara dan mengakui
suatu kesalahan. Keberanian bagian dari sendi-sendi keberhasilan. Sikap berani
dalam dunia pendidikan dapat diimplementasikan dengan menyempaikan
pengetahuan dengan sejujurnya meskipun pengetahuan tersebut bersinggungan
dan bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan kebajikan sang penguasa.
8
Ibid, H. 22
9
Ibid, H.27
12
mampu menguasai manusia, akan tetapi kekuatan adalah ketika ia mampu
menguasai dirinya ketika marah. (HR. Muttafaqalaih).10
2.6.10 Baik dalam Tutur Kata
Perkataan kotor, cacian, memperolok-olok orang lain merupakan tindakan
yang tidak disukai, perangai buruk yang harus di hindari, lebih-lebih oleh seorang
pendidik yang menjadi teladan. Jika seorang pendidik melakukannya walaupun
hanya secara eksplisit, maka hal itu merupakan aib besar yang menciderai dunia
pendidikan. Akibatnya sangat berpengaruh buruk pada anak didiknya.11
Nabi Muhammad saw bersabda, seorang muslim tidak berlaku zalim,
mencaci, berkata kotor, dan tidak pula berkata keji. ( HR.Bukhari).12
10
Ibid
11
Ibid, H.28
12
Ibid
13