Professional Documents
Culture Documents
STRUKTUR INFORMASI
OLEH :
KELOMPOK V
1. PENDAHULUHAN
Struktur informasi dalam teks, mulai dari masa pengembangannya oleh para ahli dari
mazhab Praha, yang di antara upayanya diketahui telah mengintegrasikan pembedaan antara
tema dan rema ke dalam sistem tata bahasa. Upaya mereka menggunakan pendekatan fungsional,
yang menekankan urgensi struktur informasi dalam berkomunikasi melalui penggunaan bahasa,
adalah suatu hal yang patut menjadi catatan. Pemikiran tentang pengemasan informasi dapat
dipandang sebagai bagian implikatif dari pendekatan fungsional itu.
Struktur informasi, ternyata tidak kalah pentingnya pembicaraan tentang satuan-satuan
informasi, baik yang bersifat tutur maupun yang hurufiah, yang merupakan pengkajian terhadap
struktur informasi setelah menjadikan pembedaan antara lama-baru dalam konteks bahasa tulis.
Dengan alasan kalimat tulis tidak memiliki intonasi, maka sejumlah ahli menerapkan struktur
intonasi terhadapnya.
Ciri lebih informatif dan kurang informatif juga melengkapi uraian ini. Susunan kata
ataupun intonasi dijadikan dasar pertanda atas pembedaan keduanya. Disebutkan bahwa bagian
yang dipandang lebih informatif posisinya berada sesudah bagian yang kurang informatif. Dari
segi prosodi, bagian yang lebih informatif ditandai oleh ciri intonasi yang paling menonjol
berupa aksen nada. Bagian kalimat lainnya, yang kurang menonjol dari segi intonasi dipandang
sebagai bagian yang kurang informatif. Terhadap bagian berurutan yang disebutkan ada juga
yang mengidentikkannya dengan pembedaan bagian kalimat atas fokus-latar atau lama-baru.
Makalah ini akan membahas tentang, bagaimanakah memahami konsep struktur
informasi dan analisisnya.
2. PEMBAHASAN
Realisasi perbedaan dalam memotong-motong ini akan dibicarakan pada bagian yang berikut ini.
Susunan dalam satuan informasi, berhubungan dengan cara didistribusikannya
informasi latar dan baru di dalam satuan itu. Secara khas penutur akan menepatkan informasi
latar pada urutan sebelum informasi yang baru. Urutan struktur informasi yang tak tertanda
adalah urutan latar-baru. Yang wajar, informasi yang mengawali wacana hanya akan
mengandung informasi yang baru.
Suku kata tonis berfungsi untuk memfokuskan informasi baru dalam kelompok ton.
Dalam kasus tak tertanda, suku kata tonis memfokuskan unsur leksikal yang terakhir dalam
kelompok ton, yang umunya kata kepala konstituen yang berisi infosmasi baru. Perhatikan cara
seorang anak perempuan berumur 4 tahun menceritakan dongeng peri yang sangat baik
diketahuinya:
1. Jeda diperpanjang. Ini jeda panjang yang pada petikan di atas, lamanya antara 3.2 sampai
16 detik (yang terdapatpada titik-titik yang disitu penutur telah memberikan informasi
yang cukup kepada pendengar untuk menggambar atau menulis apa yang telah
dideskripsikan). Jeda seperti itu kami realisasikan dalam transkripsi dengan ++.
2. Jeda panjang. Ini jeda yang berkisar dari 1.0 sampai 1.9 detik pada petikan di atas. Jeda
seperti ini kami realisasikan dengan +.
3. Jeda pendek. Ini berkisar antara 0.6 sampai 0.6 detik pada petikan di atas. Jeda seperti itu
kami realisasikan dengan -.
Jeda-jeda diperpanjang dan panjang mungkin saja dijadikan batas-batas satuan, sedangkan jeda-
jeda pendek mungkin saja dianggap termasuk satuan. Dengan menganut pandangan ini dapat
disajikan sebagai berikut:
A: halfway down the page - draw - a red - horizontal line - of about - two inches ++
on eh + the right hand side just above the line + in black - write ON ++
B: ON ++
A: above the line ++
draw - a black - triangle + ehm + a righ-angle - triangle + starting to the lef - of the red line +
about + half a centimetre above it ++
Jarak-jarak perbedaan panjang jeda yang terdapat antara para subjek pada data ini dapat
diringkas sebagai berikut:
a. in a FAR-away LAND +
b. there LIVED a BAD NAUGHty FAIRy ++
c. and a HANDsome PRINCE +
d. and a LOVEly PRINcesI ++
e. she was a REALly WICKed fairy ++
Suku kata-suku kata yang secara fonologis menojol direalisasikan dengan huruf-huruf besar.
Setelah ini akan direalisasikan kata yang secara fonologis menonjol sebagai menonjol, tidak
pandang apa yang dengan tujuan-tujuan kita sekarang ini, tak relevan dengan fonologis kata itu.
Distribusi penonjolan fonologis berkenaan dengan informasi yang diketahui dimasukan
ke dalam wacana untuk pertama kalinya dan berkenaan dengan informasi yang diketahui sudah
dimasukan. Ungkapan-ungkapan yang memasukan informasi baru direalisasikan dengan
penonjolan fonologis seperti pada:
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Struktur informasi terkait dengan upaya penutur (pembicara atau penulis) mengatur,
menempatkan, dan menyajikan informasi berdasarkan pola-pola tertentu. Pengaturan informasi
berhubungan dengan bagaimana informasi latar dan baru disampaikan. Informasi baru
merupakan informasi yang ada dalam proposisi dan diduga belum atau tidak diketahui oleh
kawan atau lawan bicara karena tidak ada penyebutan sebelumnya di dalam wacana ataupun
ketiadaan konteks yang berhubungan dengan wacana itu. Informasi latar merupakan informasi
yang diperkirakan sudah diketahui oleh kawan bicara berdasarkan konteks yang ada atau karena
informasi tersebut memang sudah ada rujukannya di dalam wacana.
Status informasi ditentukan tidak oleh struktur wacana tetapi oleh penutur. Tidak ada
juga kaidah-kaidah untuk menentukan status informasi baru dan latar bagi penutur. Namun, ada
keteraturan-keteraturan dan juga penekanan intonasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brown,G. & Yule. G. 1996. Analisis Wacana: Discourse Analysis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
utama.
Hasibuan, N. H. 2006. Aneka Pandangan Di Sekitar Struktur Informasi. http://repository.
usu.ac. Id/bitstream/123456789/16009/1/was-jun2006-%20%286%29.pdf. (Diakses, 15 Oktober
2012).
Lubis, A. Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung:Angkasa.
Utami, Treasiana S. D. 2011. Analisis Struktur Informasi Latar-Baru pada Wacana Putra
Khadafi Dikabarkan Tewas dalam Harian Seputar Indonesia. http://diahutamidot
com.wordpress.com/2011/05/08/42/. (Diakses, 15 Oktober 2012).
A. Struktur Informasi
Struktur informasi difokuskan pada pemahaman lebih lanjut lagi sampai satuan-
satuan yang paling kecil pada struktur wacana: satuan-satuan lokal kecil pada tingkat
frase atau klausa. Informasi dikemas di dalam struktur-struktur yang begitu kecil dan
khususnya, akal dan keterampilan apa saja yang dapat digunkan para penutur/penulis
untuk menunjukan kepada kawan bicara mereka status informasi yang dimasukan ke
dalam wacana.
1. Struktur Informasi dan Pengertian latar/baru dalam intonasi
Menurut Halliday (dikutip, Brown dan Yule, 1996:152) salah satu fungsi intonasi
dalam bahasa inggris adalah untuk memisahkan informasi mana yang oleh penutur
dianggap latar
.
(1) a. Jhon has gone into the garden with Mary atau menjadi 2 atau 3 potong
seperti pada
Realisasi perbedaan dalam memotong-motong ini akan dibicarakan pada bagian yang
berikut ini.
Susunan dalam satuan informasi, berhubungan dengan cara didistribusikannya
informasi latar dan baru di dalam satuan itu. Secara khas penutur akan menepatkan
informasi latar pada urutan sebelum informasi yang baru. Urutan struktur informasi yang
tak tertanda adalah urutan latar-baru. Yang wajar, informasi yang mengawali wacana
hanya akan mengandung informasi yang baru.
Kelompok-kelompok ton dibedakan secara fonologis oleh satu, dan hanya satu,
suku kata tonis yang terdapat di dalamnya. Suku kata tonis ditandai dengan satuan tinggi
nada maksimal padanya. Kelompok-kelompok ton, karena diucapkan pada bahasa lisan,
juga berhubungan dengan ritme bahasa lisan (Abercrombie dikutip Brown dan Yule,
1996:154). Setiap suku (foot) mulai dengan suku kata bertekanan dan berisi jumlah suku
kata tak bertekanan yang mengikutinya. Jadi, kelompok-kelompok ton harus mulai
dengan suku kata bertekanan. Tetapi kadang-kadang suku kata pertama pada suku kata
permulaan kelompok ton tak bertekanan. Lalu, didalilkan iktus senyap (sepadan dengan
pukulan senyap dalam musik) sebagai permulaan dalam kelompok ton. Pada contoh
berikut ini tonik ditandai dengan huruf besar, batas kelompok ton dengan / /, dan iktus
senyap dengan L:
Suku kata tonis berfungsi untuk memfokuskan informasi baru dalam kelompok
ton. Dalam kasus tak tertanda, suku kata tonis memfokuskan unsur leksikal yang terakhir
dalam kelompok ton, yang umunya kata kepala konstituen yang berisi informasi baru.
Perhatikan cara seorang anak perempuan berumur 4 tahun menceritakan dongeng peri
yang sangat baik diketahuinya:
Adalah penting untuk tidak menganggap bahwa status infomasi ditentukan oleh
apakah suatu wujud sudah diacu atau belum di dalam wacana. Seperti kata Halliday
(dikutip, Brown dan Yule, 1996:155) yang konsisten dan betul Inilah pilihan-pilihan
manasuka pada pihak penutur yang tidak ditentukan oleh lingkungan tekstual atau
situasional; apa yang baru, yang akhirnya terserah kepada penutur, adalah apa yang
dipilihnya untuk dikemukahkan sebgai baru, dan ramalan-ramalan dari wacana hanya
dikemukakan sebagai baru, dan ramalan-ramalan dari wacana hanya berkemungkinan
besar terpenuhi.
Jika sering kali sukar atau tidak mungkin mengidentifikasikan satu saja puncak
yang menonjol yang disekelilingnya terbentuk kelompok ton, seharusnya mungkin, pada
asasnya untuk menentukan batas-batas itu. Halliday (dikutip, Brown dan Yule, 1996:156)
menunjakan bahwa batas-batas itu akan ditentukan oleh struktur ritmis ujaran: kelompok
ton adalah satuan fonologis yang berfungsi sebagai realisasi struktur informasi.
Kelompok ton tidak ko-ekstensif dengan kalimat atau klausa atau satuan struktur kalimat
apa pun yang lain; tetapi ko-ekstensif dengan satuan informasi di dalam batasan-batasan
yang ditentukan oleh ritme itu. Desakan untuk mengikat satuan informasi secara langusng
dengan bentuk realisasi fonologis ini menghasilkan beberapa satuan informasi yang
tmapak ganjil seperti pada:
(3) / / not only THAT but you / / didnt know / where to start / LOOKing for the /
other and a / / GAIN as I / / say....
Batasbatas kelompok ton itu rasanya berlawanan dengan instuisi jika benar-
benar dipandang sebagai pengkodean langsung batas-batas satuan-satuan informasi dalam
wicara. Kemudian ada masalah-masalah dengan identifikasi tonik-tonik dan kelompok-
kelompok ton dalam wicara spontan.
We didnt see snow till we came up kmi tdk melihat salju smpai kmi dtg. the
motorway (jln tol)
Yang di situ we latar dalam konteks wacana itu. Akan tetapi, kita lihat frase
dipilih sebagai satuan informasi, akan jarang-jarang terjadi bahwa di situ terdapat
informasi latar, kecuali jika frase secara keseluruhan diberikan sebagai latar.
A: halfway down the page (0.3) draw (0.6) a red (0.4) horizontal line (0.2) of
about (0.5) two inches (16) on eh (1.1)the right hand side just above the line (1.9) in
black (0.1) write ON (3.2)
B: ON (3.4)
A: above the line (14) draw (0.2) a black (0.65) triangle (1.0) ehm (1.9) a righ-
angle (0.2) triangle (1.9) starting to the lef (0.2) of the red line (1.0) about (0.9) half
a centimetre above it (4.0)
Pada petikan tersebut tipe-tipe jeda berikut yang ditentuksn berdasarkan panjang
relatif, dapat diindentifikasikan.
1. Jeda diperpanjang. Ini jeda panjang yang pada petikan di atas, lamanya antara 3.2
sampai 16 detik (yang terdapatpada titik-titik yang disitu penutur telah
memberikan informasi yang cukup kepada pendengar untuk menggambar atau
menulis apa yang telah dideskripsikan). Jeda seperti itu kami realisasikan dalam
transkripsi dengan ++.
2. Jeda panjang. Ini jeda yang berkisar dari 1.0 sampai 1.9 detik pada petikan di atas.
Jeda seperti ini kami realisasikan dengan +.
3. Jeda pendek. Ini berkisar antara 0.6 sampai 0.6 detik pada petikan di atas. Jeda
seperti itu kami realisasikan dengan -.
Jeda-jeda diperpanjang dan panjang mungkin saja dijadikan batas-batas satuan,
sedangkan jeda-jeda pendek mungkin saja dianggap termasuk satuan. Dengan menganut
pandangan ini dapat disajikan sebagai berikut:
A: halfway down the page - draw - a red - horizontal line - of about - two inches ++
on eh + the right hand side just above the line + in black - write ON ++
B: ON ++
Jarak-jarak perbedaan panjang jeda yang terdapat antara para subjek pada data ini
dapat diringkas sebagai berikut:
Banyak ahli yang menyelidiki intonasi, terutama yang menyelidiki intonasi pada
wicara percakapan, telah meninggalkan keharusan bahwa satuan-satuan informasi,
bagaimanapun direalisasikannya, mesti mengandung satu fokus saja, jadi direalisasikan
hanya dengan satu tonik. Perhatikan contoh berikut:
a. in a FAR-away LAND +
Suku kata-suku kata yang secara fonologis menonjol direalisasikan dengan huruf-
huruf besar. Setelah ini akan direalisasikan kata yang secara fonologis menonjol sebagai
menonjol, tidak pandang apa yang dengan tujuan-tujuan kita sekarang ini, tak relevan
dengan fonologis kata itu.
b. at the END... of this line write the word ON just ABOVE the line
A. (i) Satuan-satuan leksikal yang disebutkan untuk kedua kalinya seperti pada a dan
b, terutama yang dengan ungkapan-ungkapan tentu.
(ii) Satuan-satuan leksikal yang dikemukakan sebagai ada di dalam bidang
semantis satuan leksikal yang disebut sebelumnya seperti pada c, d, e, dan f lagi
terutama yang dengan ungkapan-ungkapan tertentu.
1) Saya melihat sepeda motor merah di parkiran. Motor itu masih baru.
2) Kamu harus membawa semua alat tulismu. Pensil terutama.
3) Ayah, ibu, dan anak itu sedang berwisata bersama. Mereka terlihat bahagia.
4) Hal ini wajib mereka lakukan. Saling menghormati.
5) Si A sedang membaca buku. Si B melakukan juga.
Berdasarkan beberapa contoh di atas, dapat dikatakan bahwa informasi lama dan
baru dapat dianalisis dengan memperkirakan apakah unsur leksikal tertentu sudah
disebutkan sebelumnya atau belum, baik secara fisik maupun secara kontekstual ada di
dalam wacana, sehingga diduga sudah diketahui atau tidak oleh pendengar atau pembaca.
Informasi diduga belum atau tidak diketahui disebut informasi baru, sedangkan informasi
yang diperkirakan sudah diketahui disebut informasi lama atau latar.
Pada bagian sebelumnya, kita amati bentuk ungkapan nominal yang dipakai untuk
mengacu kepada wujud-wujud yang untuk pertama kali disebut dan sesudahnya. Kami
kemukakan bahwa, segera setelah data lbih banyak dan menyangkut predikat-predikat
perubahan keadaan, perbedaan yang jelas antara yang disebutkan untuk pertama kali dan
sesudahnya menjadi kabur. Tidak mungkin lagi penganalisis untuk menganggap,
disebutkannya dalm teks dan menyatakan dalam wujud yang disebutkan sebelumnya,
bahwa itu, mesti, latar (yang juga kami permasalahkan).
Clark dan clark (1977:93) melaporkan suatu eksperimen yanag dilakukan oleh
Hornby (1972). Hornby memberikan kepada subyek serangkaian kalimat tertulis yang
dibaca keras. Kalimat-kalimat itu disajikan kembali pada (24) seperti yang terdapat dalam
pembicaraan clark dan clark.
Ketiga, Hornby dan rupanya juga Clark & Clark menganggap bahwa suatu
focus informasi disebabkan oleh setuap kalimat. Satu-satunya kalimat dalam
perangkat itu yang langsung dapat dihubungkan dengan klausa menurut paham
Halliday adalah kalimat 5. Semua kaliamt yang lain direalisasikan dengan 2
klausa. Dalam analisis merutut Halliday keduan klausa itu masing-masing
diharapkan mengandung focus informasi seperti yang ditunjukakan pada contoh-
contoh serupa yang di bicarakan dalam Halliday (1967:226)
b. / / JHON / / was the one who peinted the SHED / / last week / /
keempat, istilah latar tidal lagi dipakai sebagai istilah analistis untuk
mendeskrtipsikan status referen ungkapan di dalam klausa (atau kelompok ton),
tetapi di pakai untuk mendeskripsikan status praanggapan yang di pandang di
sebabkan oleh klausa di dalam kalimat.
Ahli yang telah melestarikan tafsiran sempit mengenai status informasi latar dan,
benar-benar, mencoba mendefinisikan kembali istilah itu untukmemaksakan tafsiran
sempit adalah Wallace Chafe, dalam serangkaian penerbitan (1970, 1972, 1974, 1976).
Tulisnya:
Tata istilah itu telah dan terus akan menyesatkan para linguis dan psikolog yang
memakainya. Menyebut sesuatu sebagai informasi lama menunjukakan bahwa
itu adalah apa yang diharapkan dan diketahui oleh pendengar.
(1976:30)
Chafe mendesak agar status latar di batasi pada pengetahuan yang oleh penutur di
anggap dalam kesadaran kawan bicaranya pada waktu ujaran dibuat (1976:30). Ia
mengembangkan serangkaian perumpamaan, seperti misalnya di garis depan pikiran
(1970:211) dan disoroti dalam perhatian pndengan, demi mengingatkan kembali akan
maksud penonjolan di sini dan sekarang yang di berikannya kepada status latar pada
waktu ujaran dibuat. Ditegaskannya bahwa status menjadi latar adalah status sementara:
salah satu sifat kesadaran yang tidak dapat dibantah adalah bahwa kemampuannya
sangat terbatas. Bilamana gagasan-gagasan baru masuk di dalamnya, maka gagasan-
gagasan yang lama pergi. Oleh karna itu, anggapan penutur mengenai suatu hal sebagai
latar mestinya berakhir apabila ia berpendapat bahwa hal itu sudah tidak ada lagi dalam
kesadaran kawan bicaranya (1976:32). Dalam analisis Chafe, seperti dalam analisis
Halliday, mungkin sekali penutur mengatakan I saw your father yesterday, yang di situ
your father dianggap baru, jika penutur berpendapat bahwa ayah kawan bicara tidak ada
dalam kesadaran kawan bicara itu pada waktu ujaran dibuat.
2. Taksonomi Status Informasi
Prince (1981) memberikan dasar bagi suatu taksonomi yang luas. Ia menyarankan
agar kita memandang teks sebagai seperangkat petunjuk tentang bagaimana bentuk
MODEL WACANA (discourse model) tertentu. Model itu mengandung WUJUD-
WUJUD WACANA (discourse entities), ATRIBUT-ATRIBUT, dan HUBUNGAN-
HUBUNGAN (links) antara wujud-wujud (1981:235). Bagaimanakah model seperti itu
akan dibentuk?
Prince menyebut kelas wujud yang kedua sebagai wujud yang dapat diduga
(inferrables). Ini adalah wujud-wujud yang oleh penutur dianggap dapat diduga oleh
pendengar dari suatu wujud wacana yang sudah dikemukakan. Jadi, the driver kiranya
dapat diduga dari tafsiran ungkapan the car, selama Anda memiliki pengetahuan latar
belakang bahwa cars have driver. Tidak ada kesulitan dalam menafsirkan ungkapan the
driver pada:
There was car approaching the junction + but the driver didnt stop at the give
way sign.
Dengan kata-kata Prince, inilah hubungan yang dapat diduga dan memungkinkan kita
menafsirkan kalimat yang kedua pada (16c-f) sebagai berhubungan dengan kaliamt yang
pertama dalam setiap kasus. Kelas wujud yang dapat diduga kemungkinan akan
mencakup wujud-wujudberdasarkan scenario yang oleh Sanford & Garrod (1981:114)
diklarifikasi sebagai latar (misalnya, scenario ruang pengadilan = lawyer).
Di dalam data menggambar diagram yang terbatas dan yang sudah kami pada
bagian-bagian sebelumnya dapat dilihat dari kategori dan wujud berbeda yang di
definisikan oleh Prince seperti dikemukakanya, dan dapat pula diamati bentuk
ungkapan yang dipakai untuk mengakunya, hasil analisisi seperti itu disajikan pada
(pembicaraan yang terperinci mengenai segi-segi yang berbeda dalam analisis ini
terdapat dalam Yule, 1981 dan Brown, 1983)
1. Wujud-wujud baru
a. Baru sekali (i) draw a black triangle
(ii) draw a straight line
(iii) write OUT in black
(iv) theres a circle in the middle
b. Tak dipakai Tidak ada contohnya pada data yang terbatas ini
2. Wujud-wujud yang dapat diduga
(i) Its right through the middle (circle)
(ii) You start at the edge (triangle)
(iii) With the right-angle (triangle)
(iv) The corner (triangle)
3. Wujud-wujud yang ditimbulkan
a. Situasi (i) in the middle of the page
(ii) you got a triangle
b. Teks-berlaku (i) to the left of the red line
About half a centimeter above it
(ii) theres a black circle
Above it theres
(iii) draw a line in the middle and above it write ON
(iv) It,s a right angle triangle
The bottom line of the triangle
(v) A. its in red
B.in red
c. teks diganti (i) draw a black triangle
underneath the triangle
(ii) to the lift of the red line
(iii) the black one
(iv) at the base of the red one
Dari sudut pandang sintaksis ada beberapa bentuk ungkapan yang tersedia bagi
penutur yang salahsatu yang dapat dipilihnya untuk mengacu pada suatu wujud ini
dapat diringkas secara biasa yaitu:
A (+ sifat-sifat) X
The (+ sifat-sifat) X
It
(elipsis)
Bagai mana distribusi buntuk-bentuk itu pada data tersebut. Seperti akan anda lihat,
wujud-wujud yang baru sekali secara teratur dikemukakan dengan a (+ sifat-sifat) X
yang disatu spesifikasi sifat-sifat tidak selalu ada. Kata-kata IN dan OUT pada data
itu diacu dengan menyebutkan nama kata, persoalan nama tidak akan kami bicarakan
disini. Wujud-wujud yang dapat diduga (inferrable) biasanya dikemukakan dengan
ungkapan-ungkapan tertentu. Pada data itu, wujud-wujud yang dapat diduga meliputi
sifat-sifat atau cirri-ciri lingkaran (middle, adge, radius, buttom) segitiga (apex,
angle, side,dan kadang-kadang right,-engles ) , halaman buku (middle, corner, side,
top) atau garis (end, edge, top) bentuk yang ditimbulkan situasi kebanyakan dipakai
untuk menyebutkan halaman yang digambari oleh pendengar (you) dan pena merah
dan hitam yang dipakai pendengar untuk menggambar.
C. Kesimpulan
Status informasi ditentukan tidak oleh struktur wacana tetapi oleh penutur. Tidak
ada juga kaidah-kaidah untuk menentukan status informasi baru dan latar bagi penutur.
Namun, ada keteraturan-keteraturan dan juga penekanan intonasi.
ANALISIS WACANA
OLEH KLOMPOK V