You are on page 1of 9

PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS

WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN


Danang Satrio GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS


WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

Oleh: Danang Satrio

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan
mendambakan terciptanya good governance. Namun, keadaan saat ini menunjukkan bahwa hal
tersebut masih sangat jauh dari harapan. Kepentingan politik, KKN, peradilan yang tidak adil,
bekerja di luar kewenangan, dan kurangnya integritas dan transparansi adalah beberapa masalah
yang membuat pemerintahan yang baik masih belum bisa tercapai. Sampai saat ini pun
kasus white collar crime masih saja merajalela di Indonesia. Tindakan hukum yang dberikan oleh
Lembaga-lembaga tersebut tidak juga memberikan efek jera kepada orang-orang yang melakukan
kecurangan atau fraud. Dengan penerapan Audit forensik pemerintah akan meminimalisasi
timbulnya resiko seperti, pelanggaran dan kasus korupsi yang terjadi sehingga mewujudkan
upaya good governance yang berlandaskan transparansi dan akuntabilitas.

Kata Kunci: Audit Forensik, White Collar Crime, Good Governance

PENDAHULUAN

Fenomena yang terjadi di negara kita saat ini adalah mayoritas tindakan
korupsi yang terjadi cenderung ditutup-tutupi oleh pemerintah dan pihak-pihak
tertentu yang berupaya melindungi si pelaku. Transparansi sama sekali tidak
tampak didalamnya yang pada akhirnya hanya menimbulkan tanda tanya besar
dikalangan masyarakat. Selain itu bisa dikatakan bahwa hukum di Indonesia
kurang tegas.

ISBN. 978-602-95322-7-2 | Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013 78


PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS
WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
Danang Satrio GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

Kejahatan kerah putih (white collar crime ) yang masih menjadi


keprihatinan masyarakat Indonesia saat ini adalah korupsi. Untuk memberantas
korupsi maupun penyalahgunaan jabatan dalam bentuk kolusi atau lainnya
diperlukan kemauan politik dan aksi politik yang konkrit dari pemerintah.
Keberadaan lembaga anti korupsi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang
No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN) perlu diwujudkan peran nyatanya untuk
membantu memberantas korupsi. Banyaknya tindakan korupsi di Indonesia
tentunya tidak terlepas dari lemahnya penegakan hukum di negara yang mengaku
dirinya negara hukum ini. Namun terlepas untuk berbicara tentang masalah
hukum yang tentunya akan lebih lengkap jika dipaparkan langsung oleh ahlinya,
disini penulis ingin membahas tentang akar dari tindakan korupsi itu sendiri.

Tindakan korupsi yang sudah menjamur tentunya memberikan dampak


negatif terhadap berbagai aspek dan kalangan khususnya bagi para muda-mudi
dan anak-anak calon pemimpin bangsa.Tak dapat dipungkiri para pejabat
pemerintah yang seharusnya menjadi teladan bagi para generasi penerus justru
memberikan contoh buruk yang dapat merusak jiwa dan kepribadian generasi
muda. Maraknya tindak kecurangan yang dilakukan oleh institusi pemerintah
maupun non pemerintah yang disebut dengan kejahatan kerah putih (white collar
crime). Kejahatan kerah putih yang meliputi korupsi, pencucian uang (money
laundering), perekayasaan anggaran, penyalahgunaan asset, penyalahgunaan
restitusi pajak, kredit macet, dan penipuan uang melalui internet sudah sering
ditemukan.

Budaya curang seakan-akan sudah membudaya di masyarakat bahkan


semakin berkembang dan lebih canggih seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Hal ini ditunjukkan oleh Banyaknya kasus kejahatan
kerah putih (white collar crime) tersebut membuat aksi pemberantasan terhadap
kejahatan kerah putih itu mulai banyak dilakukan. Salah satu cara yang digunakan
untuk memberantas kejahatan ini adalah pembentukan lembaga-lembaga
ISBN. 978-602-95322-7-2 | Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013 79
PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS
WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
Danang Satrio GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

pemerintah yang menangani tindak korupsi dan audit. Sayangnya, lembaga-


lembaga dan audit yang digunakan selama ini tidak efektif dan tidak
menimbulkan efek jera pada para pelaku kejahatan. Hal ini disebabkan karena
lemahnya hukum di Indonesia, sistem pengendalian intern yang kurang efektif,
dan juga kurangnya peran akuntan publik dalam menyikapi kecurangan yang
dilakukan dalam kejahatan ini.

Banyaknya kasus kejahatan kerah putih tersebut membuat aksi


pemberantasan terhadap kejahatan kerah putih itu mulai banyak dilakukan. Salah
satu cara yang digunakan untuk memberantas kejahatan ini adalah pembentukan
lembaga-lembaga pemerintah yang menangani tindak korupsi.

Audit forensik inilah yang dirasa mampu menekan kasus kriminal karena
audit forensik merupakan bentuk pengumpulan, pengevaluasian, dan pelaporan
bukti hasil kegiatan serta informasi keuangan pemerintah melalui pendekatan
akuntansi dan hukum sehingga segala bentuk kegiatan keuangan dapat diketahui
termasuk penyimpangan. Selain itu Audit forensik juga dapat digunakan sebagai
alat pengontrol dan investigasi setiap kegiatan keuangan pemerintah pusat dan
daerah sehingga dapat diketahui hasil bahkan pelanggarannya. Dengan itu, dapat
mencegah tindakan pidana yang mungkin terjadi serta mewujudkan pemerintah
yang baik serta profesional.

PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi audit forensik semakin pesat untuk menjawab


tantangan era baru white collar crime dan creative accounting sendiri. Dan dalam
melaksanakan pekerjaannya sendiri auditor forensik melakukan analisis,
menafsirkan, mengikhtisarkan, dan menyajikan masalah keuangan dan bisnis
sehingga dapat dipahami dengan dukungan bukti yang memadai seperti:
1. Penyidikan dan analisis bukti keuangan.
2. Mengkomunikasikan hasilnya dalam bentuk laporan.
ISBN. 978-602-95322-7-2 | Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013 80
PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS
WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
Danang Satrio GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

3. Memberikan kesaksian sebagai ahli di persidangan peradilan dengan


menyediakan dukungan bukti.
Dengan penerapan sistem seperti itu akan meminimalisasi timbulnya
resiko seperti, pelanggaran dan kasus korupsi yang terjadi sehingga mewujudkan
upaya good governance yang berlandaskan transparansi dan akuntabilitas.
Namun, untuk menjaga kualitas hasil audit dan kredibilitas para auditor, auditor
dituntut untuk semakin peka terhadap berbagai penyimpangan yang disengaja
(kecurangan) dan yang tidak disengaja (kekeliruan), baik yang terdeteksi maupun
yang tidak terdeteksi.

Audit forensik merupakan audit gabungan keahlian yang mencakup


keahlian akuntansi, auditing maupun bidang hukum/perundangan dengan harapan
bahwa hasil audit tersebut akan dapat digunakan untuk mendukung proses hukum
di pengadilan maupun kebutuhan hukum lainnya. Audit forensik dilakukan dalam
rangka untuk memberikan dukungan keahlian dalam proses legal pemberian
keterangan ahli dalam proses litigasi/litigation. Audit forensik yang sebelumnya
dikenal dengan akuntansi forensik mengandung makna antara lain yang
berkenaan dengan pengadilan. Selain itu, juga sesuatu yang berkenaan dengan
penerapan pengetahuan ilmiah pada permasalahan hukum.

Menurut Editor in chief dari Journal of Forensic Accounting D. Larry


Crumbley bahwa secara sederhana dapat dikatakan, bahwa akuntansi forensik
adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum, artinya akuntansi yang dapat
bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan atau proses
peninjauan judisial atau administratif. Secara makro cakupan audit forensik
meliputi investigasi kriminal, bantuan dalam konteks perselisihan pemegang
saham, masalah gangguan usaha (business interupstions)/jenis lain dan klaim
assuransi, maupun business/employee fraud investigation.

ISBN. 978-602-95322-7-2 | Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013 81


PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS
WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
Danang Satrio GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

Kecurangan (Fraud)

Howard Silverstone dan Michael Sheetz (2004) mendefinisikan


kecurangan (fraud) sebagai sebuah aktivitas yang mengambil lokasi di bidang
sosial dan memiliki konsekuensi yang besar untuk perekonomian, perusahaan, dan
individu-individu. Perbedaan kecurangan (fraud) dan kekeliruan (error) adalah
apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadi salah saji dalam
laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.

Kecurangan dapat terjadi apabila terdapat motif, kesempatan, dan


pembenaran. Banyaknya kasus kecurangan yang terjadi berasal dari ketiga elemen
ini. Dalam lingkungan bisnis, fraud mempunyai arti yang lebih khusus yakni
adanya ketidakjujuran atau salah saji yang disengaja mengenai aset-aset
perusahaan atau manipulasi data keuangan untuk keuntungan pihak-pihak tertentu

Kejahatan Kerah Putih (White Collar Crime)

Menurut Federal Beureau Investigation (FBI) kejahatan kerah putih (white


collar crime) adalah berbohong, curang, dan mencuri. Istilah ini diciptakan pada
tahun 1939 dan sekarang identik dengan berbagai macam penipuan yang
dilakukan oleh para profesional bisnis dan pemerintah
Menurut Federal Beureau Investigation (FBI) kejahatan kerah putih (white
collar crime) adalah berbohong, curang, dan mencuri. Istilah ini diciptakan pada
tahun 1939 dan sekarang identik dengan berbagai macam penipuan yang
dilakukan oleh para profesional bisnis dan pemerintah. Sebuah kejahatan tunggal
dapat menghancurkan sebuah perusahaan, keluarga bahkan menghancurkan atau
memusnahkan kehidupan mereka melalui tabungan, atau investasi.
Menurut Dony Kleden Rohaniwan (2011) seorang Pemerhati politik,
kejahatan kerah putih (white collar crime) adalah istilah temuan Hazel Croal
untuk menyebut berbagai tindak kejahatan di lembaga pemerintahan yang terjadi,

ISBN. 978-602-95322-7-2 | Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013 82


PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS
WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
Danang Satrio GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

baik secara struktural yang melibatkan sekelompok orang maupun secara


individu.
Seperti diketahui bahwa prinsip pemerintahan yang baik atau good
governance memiliki prinsip transparansi, akuntabilitas, keadilan, kemandirian,
integritas dan partisipasi. Namun kenyataannya itu sulit diwujudkan karena aparat
pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia, kini marak melakukan tindakan
kriminal seperti korupsi dan penggelapan dana lainnya sehingga kasus tersebut
semakin meningkat tajam dan kian memprihatinkan.
Kasus tersebut muncul karena mudahnya pelaku menerapkan semacam
penipuan atau fraud sehingga kejahatannya sulit dididentifikasi dan hanya
pengadilan forensik yang bisa melacaknya. Dengan itu, dapat mencegah tindakan
pidana yang mungkin terjadi serta mewujudkan pemerintah yang baik serta
profesional
Menurut Exellent Lawyer (2010) dalam hal korupsi, auditor forensik
mempergunakan standar audit yang berlaku. Standar audit lapangan yang kedua
harus dilaksanakan dengan patuh sebagai langkah awal. Standar tersebut
mengatakan pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan luas
pengujian yang akan dilakukan. Perkembangan konsep pengendalian intern yang
mutakhir harus dicermati oleh auditor forensik karena peranannya terbukti sangat
besar dalam setiap audit.

Mewujudkan Good Governance di Indonesia

Seperti diketahui bahwa prinsip pemerintahan yang baik atau good


governance memiliki prinsip transparansi, akuntabilitas, keadilan, kemandirian,
integritas dan partisipasi. Namun kenyataannya itu sulit diwujudkan karena aparat
pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia, kini marak melakukan tindakan
kriminal seperti korupsi dan penggelapan dana lainnya sehingga kasus tersebut
semakin meningkat tajam dan kian memprihatinkan.

ISBN. 978-602-95322-7-2 | Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013 83


PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS
WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
Danang Satrio GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai


keadaan yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat
sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi.
Prasyarat minimal untuk mencapai good governance adalah adanya transparansi,
akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan
keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan,
efektif dan efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasar keadilan. Sebagai
bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan masyarakat di
setiap jenjang proses pengambilan keputusan (Hunja, 2009).

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu


kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai
oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintahaan dalam suatu negara. Negara berperan memberikan pelayanan demi
kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan sistem pemerintahan
yang dapat dipertanggungjawaban kepada publik.

SIMPULAN

Adanya tindak kecurangan keuangan dan kejahatan kerah putih di tanah air
Indonesia yang semakin canggih tetapi tidak didukung oleh fundamental hukum
yang kuat, menimbulkan keprihatinan masyarakat. Perlunya sarana untuk
memberantas kejahatan kerah putih ini sangat dibutuhkan. Audit laporan
keuangan tidak cukup untuk mendeteksi dan mengungkapkan kecurangan dalam
kejahatan keuangan.Salah satu ilmu yang dikembangkan di Indonesia untuk
membantu audit laporan keuangan yaitu akuntansi forensik. Auditor forensik yang
diharuskan memiliki kompetensi khusus yang berbeda dengan auditor laporan
keuangan melihat dari peran pentingnya dalam pemberantasan kejahatan kerah
putih.
ISBN. 978-602-95322-7-2 | Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013 84
PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS
WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
Danang Satrio GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

Audit forensik merupakan bentuk pengumpulan, pengevaluasian, dan


pelaporan bukti hasil kegiatan serta informasi keuangan pemerintah melalui
pendekatan akuntansi dan hukum sehingga segala bentuk kegiatan keuangan dapat
diketahui termasuk penyimpangan. Dengan penerapan sistem seperti itu akan
meminimalisasi timbulnya resiko seperti, pelanggaran dan kasus korupsi yang
terjadi sehingga mewujudkan upaya good governance yang berlandaskan
transparansi dan akuntabilitas

REFERENSI

Audit Forensik Untuk Mendeteksi Risiko Fraud atau Kecurangan.


http://mediainformasi.org/audit-forensik-untuk-mendeteksi-risiko-fraud-
atau-kecurangan/, diakses Januari 2013

Forensic Accounting and Fraud Investigation for Non-Experts Howard


Silverstone and Michael Sheetz (Jan 2, 2004)
Good Governance Paradigma Pencegahan Korupsi.
http://www.ambonekspres.com/index.php?
option=read&cat=42&id=42340 diakses Januari 2013

Good Governance & Pemberantasan Korupsi,


http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/ detail.php?catid=&id=421, diakses
Januari 2013

Journal of Forensic Accounting D. Larry Crumbley (Louisiana State University)


Editor-In-Chief:
Korupsi adalah Inti Good Governance http://feb.ub.ac.id/korupsi-adalah-inti-dari-
good-governance.html, diakses Januari 2013

Mengkritisi Clean And Good Governance Di Indonesia. Hunja 2009.

ISBN. 978-602-95322-7-2 | Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013 85


PERANAN AUDIT FORENSIK DALAM MEMBERANTAS
WHITE COLLAR CRIME DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
Danang Satrio GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

Mengungkap Tindak Kecurangan (Korupsi) Dengan bantuan Forensic Accountant


(Fraud Auditor). Excellent Lawyer. April 2010. http://excellent-
lawyer.blogspot.com/2010/04/mengungkap-tindak-kecurangan-
korupsi.html, diakses Januari 2013
Review Kejahatan Kerah Putih (white Collar Crime).
http://merliastarina.blogspot.com/2013/01/review-kejahatan-kerah-putih-
white.html, diakses Januari 2013

ISBN. 978-602-95322-7-2 | Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013 86

You might also like