Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok 5
D-IV Keperawatan Tingkat II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang
Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul " Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Hemoroid" mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah di Politeknik Kesehatan Denpasar tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................... 4
1.5 Metode Penulisan .................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Hemoroid ......................................................................................... 5
1. Pengertian Hemoroid ........................................................................................... 5
2. Etiologi Hemoroid .............................................................................................. 6
3. Klasifikasi Hemoroid ........................................................................................... 7
4. Tanda dan Gejala Hemoroid ................................................................................ 10
5. Pathofisiologi Hemoroid...................................................................................... 12
6. Manifestasi Klinis Hemoroid............................................................................... 12
7. Pemeriksaan Diagnostik Hemoroid ..................................................................... 14
8. Penatalaksanaan Hemoroid.................................................................................. 15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hemoroid ............................................ 29
1. Pengkajian ........................................................................................................... 29
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................ 33
3. Intervensi ............................................................................................................. 33
4. Implementasi ....................................................................................................... 57
5. Evaluasi` .............................................................................................................. 59
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir
anus mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan.Setiap orang pasti
memiliki hemoroid, hanya karena ukurannya yang kecil hemoroid ini sering
diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan masalah bila ia membesar dan
berdarah. Meskipun hemoroid dapat dijumpai pada setiap orang, namun yang
membesar dan menimbulkan masalah hanya 4% dari total populasi. Kejadian
hemoroid tidak memandang jenis kelamin dan umumnya meningkat pada usia
45 sampai 65 tahun.
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti
mengalir, sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang
mengalir. Namun secara klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam
pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik, tetapi akan
menjadi patologik apabila tidak mendapat penanganan/pengobatan yang baik.
Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa/vena saja, tetapi juga diikuti oleh
penambahan jaringan disekitar vasa atau vena. Hemoroid adalah kondisi
anorektal sangat umum terjadi yang didefinisikan sebagai pembesaran dan
perpindahan ke distal dari bantalan anus normal yang menimbulkan gejala.
Hemoroid mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia dan menjadi masalah
medis dan sosial ekonomi yang utama. Banyak faktor dicurigai sebagai
penyebab dari munculnya hemoroid, termasuk di dalamnya konstipasi dan
mengedan yang berkepanjangan. Dilatasi yang abnormal dan distorsi dari jalur-
jalur pembuluh darah, bersamaan dengan perubahan yang destruktif pada
jaringan ikat penyangga dalam bantalan anus, merupakan temuan penting dari
penyakit hemoroid. Reaksi inflamasi dan hiperplasia vaskular bisa dijadikan
bukti hemoroid.
Keluhan penyakit ini antara lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa
panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur, dan lain-lain.
Sejak dulu, hemoroid hanya diobati oleh dukun-dukun hemoroid dan dokter
1
bedah. Akan tetapi, karena akhir-akhir ini kasusnya makin banyak, maka semua
dokter diperbolehkan mengangani hemoroid. Hemoroid memiliki faktor resiko
cukup banyak, antara lain kurang mobilisasi, lebih banyak tidur, konstipasi, cara
buang air besar yang tidak benar, kurang minum air, kurang makanan berserat,
faktor genetika, kehamilan, penyakit yang meningkatkan tekanan intra-abdomen
(tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis hati.
Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar
karena terasa sakit apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan.
Pada penderita hemoroid parah terkadang sulit diobati sehingga bisa diberi
tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa memberi efek samping yang
terkadang tidak baik.Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan ditangani
dengan baik agar mudah diobati.
2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Konsep Dasar dari
Penyakit Hemoroid.
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Pengertian dari
Penyakit Hemoroid.
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Etiologi dari
Penyakit Hemoroid.
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Klasifikasi dari
Penyakit Hemoroid .
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Tanda dan Gejala
dari Penyakit Hemoroid.
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Patofisiologi dari
Penyakit Hemoroid.
6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Manifestasi Klinis
dari Penyakit Hemoroid.
7. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Pemeriksaan
Diagnostik dari Penyakit Hemoroid.
8. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Penatalaksanaan
dari Penyakit Hemoroid .
3
1.4 Manfaat Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat
menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson,
2006).
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis (Sudoyo, 2006).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales (Bacon). Patologi keadaan ini dapat bermacam-macam,
yaitu thrombosis, ruptur, radang, ulserasi, dan nekrosis (Mansjoer,
2008).
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih
vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar
pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni
melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan
otot di sekitar anorektal (Felix, 2006).
2.1.2 Etiologi
Hemoroid timbul karena kongesti vena yang disebabkan gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis sehingga terjadi dilatasi, pembengkakan,
atau inflamasi vena hemoroidalis yang diawali oleh faktor-faktor
pencetus/risiko. Faktor risiko hemoroid antara lain : mengejan pada saat
buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak
memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca),
peningkatan tekanan intra abdomen yang disebabkan oleh adanya tumor
(tumor usus, tumor abdomen, kehamilan (disebabkan karena tekanan janin
pada abdomendan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare
kronik atau diare yang berlebihan, hubungan seks per-anal, kurang minum
6
air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang
berolahraga/imobilisasi).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Mansjoer (2008), etiologi
dari hemoroid adalah :
a) Faktor predisposisi :
Herediter atau keturunan
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh
darah, dan bukan hemoroidnya.
Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga
darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di
pleksus hemoroidalis.
Makanan misalnya, kurang makan-makanan berserat.
Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat.
Psikis
b) Faktor presipitasi :
Faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan
intraabdominal) misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
Fisiologis
Radang
Konstipasi menahun
Kehamilan
Usia tua
Diare kronik
Pembesaran prostat
Fibroid uteri
Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal
2.1.3 Klasifikasi
Sistem klasifikasi hemoroid tidak hanya berfungsi untuk membantu
pemilihan terapi, tetapi juga memungkinkan untuk membandingkan hasil
7
terapi. Hemoroid dibagi berdasarkan lokasi dan derajat prolaps. Hemoroid
interna berasal dari pleksus vena hemoroid inferior di atas dari linea dentate
dan ditutupi dengan mukosa, sementara hemoroid eksterna merupakan
pleksus vena hemoroid inferior yang mengalami dilatasi dan berlokasi di
bawah linea dentate dan ditutupi oleh epitel squamous.Hemoroid campuran
(interno-external) adalah hemoroid yang muncul dari atas dan bawah linea
dentate.
hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya bisa dilihat dengan
yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara
prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari; dan
8
Grade Diagram Gambar
I
II
III
IV
9
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemoroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutan di
dalam jaringan di bawah epitel anus. Hemoroid eksternal dikelompokkan
dalam 2 kategori yaitu:
Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut
sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor
nyeri.
Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
10
Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat
lama)
Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar
semua
11
2.1.5 Pathofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena
hemoroidalis mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid
terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui vena hemoroidalis.
Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah
vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena
(varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan
pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu
pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa
nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh
sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan
vena portal dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena
anorektal. Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan
tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan
berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal
dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah
dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh
darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat
berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering
menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit
tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah
kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena
ruptur. Jika ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa
menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
12
Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan
edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah
dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai
hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps Smeltzer
dan Bare, 2002).
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada
hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang
hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya
timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis. Perdarahan
umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar
berwarna merah segar karena kaya zat asam. Perdarahan luas dan intensif di
pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah
arteri.
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat
timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan
akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya
penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi
spontan sesudah selesai defekasi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Pasien
harus memasukkan sendiri setelah defekasi. Pada tahap lanjut, akhirnya
sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan. Kotoran di
pakaian dalam menjadi tanda hemoroid yang mengalami prolaps permanen.
Kulit di daerah perianal akan mengalami iritasi. Nyeri akan terjadi bila
timbul trombosis luas dengan edema dan peradangan.
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang
keras, yang membutuhkan tekanan intraabdominal tinggi (mengejan), juga
sering pasien harus duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri
yang merupakan gejala radang (Mansjoer, 2008). Hemoroid eksterna dapat
13
dilihat dengan inspeksi, apalagi bila telah terjadi trombosis. Bila hemoroid
interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil
musin akan dapat dilihat pada satu atau beberapa kuadran. Selanjutnya
secara sistematik dilakukan pemeriksaan dalam rectal secara digital dan
dengan anoskopi. Pada pemeriksaan rektal secara digital mungkin tidak
ditemukan apa-apa bila masih dalam stadium awal. Pemeriksaan anoskopi
dilakukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak mengalami
penonjolan. Pada pemeriksaan kita tidak boleh mengabaikan pemeriksaan
umum karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti
sindrom hipertensi portal (Mansjoer, 2008).
14
akan terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen.
Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain
seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan.
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), Sudoyo (2006) dan Mansjoer
(2008), penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non
farmakologis, farmakologis, dan tindakan minimal invasive.
Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I
sampai dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi
operasi atau pasien menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah
ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua
derajat hemoroid yang tidak respon terhadap pengobatan medis.
1. Penatalaksanaan Medis Non Farmakologis
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola
makan dan minum, perbaiki pola/ cara defekasi. Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan
derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program
(BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku buang air. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal
pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang
lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar rektum. Posisi
jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak karena mengedan dan
konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid (Sudoyo, 2006).
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene
personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satu-satunya
tindakan yang diperlukan (Smeltzer dan Bare, 2002).
15
2. Penatalaksanaan medis farmakologis
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu
pertama : memperbaiki defekasi, kedua : meredakan keluhan subyektif,
ketiga : menghentikan perdarahan, dan keempat : menekan atau mencegah
timbulnya keluhan dan gejala.
a. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam
BMP yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool
softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain
psyllium atau isphagula Husk (misal Vegeta, Mulax, Metamucil,
Mucofalk). Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain
Natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadine), Dulcolax, Microlac dll.
Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant,
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi
cairan kedalam tinja. Dosis 300 mg/hari (Sudoyo, 2006).
b. Obat simtomatik : bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di
daerah anus. Obat pengurang keluhan seringkali dicampur pelumas
(lubricant), vasokonstriktor, dan antiseptic lemah. Sediaan penenang
keluhan yang ada di pasar dalam bentuk ointment atau suppositoria
antara lain Anusol, Boraginol N/S, dan Faktu. Bila perlu dapat
digunakan kortikosteroid untuk mengurangi radang daerah hemoroid
atau anus antara lain Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct. Sediaan
bentuk suppositoria digunakan untuk hemoroid interna, sedangkan
sediaan ointment/krem digunakan untuk hemoroid eksterna (Sudoyo,
2006).
c. Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanya
luka pada dinding anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis.
Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin
(90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk Micronized, dengan nama
dagang Ardium atau Datlon. Psyllium, Citrus bioflavanoida yang
berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki
permeabilitas dinding pembuluh darah (Sudoyo, 2006).
16
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid : pengobatan
dengan Ardium 500 mg menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala
yang lebih cepat pada hemoroid akut bila dibandingkan plasebo.
Pemberian Micronized flavonoid (Diosmin dan Hesperidin) (Ardium) 2
tablet per hari selama 8 minggu pada pasien hemoroid kronik. Penelitian
ini didapatkan hasil penurunan derajat hemoroid pada akhir pengobatan
dibanding sebelum pengobatan secara bermakna. Perdarahan juga makin
berkurang pada akhir pengobatan dibanding awal pengobatan (Sudoyo,
2006).
17
4. Penatalaksanaan bedah
Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama
pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid
diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.
Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter
untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah. Penempatan Gelfoan atau
kassa oxygel dapat diberikan diatas luka anal (Smeltzer dan Bare, 2002).
Teknik operasi Whitehead dilakukan dengan mengupas seluruh
hemoroidales interna, membebaskan mukosa dari submukosa, dan
melakukan reseksi. Lalu usahakan kontinuitas mukosa kembali. Sedang
pada teknik operasi Langenbeck, vena-vena hemoroidales interna dijepit
radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur dibawah klem dengan chromic
gut no. 2/0, eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur dibawah klem diikat (Mansjoer, 2008).
Penatalaksanaan hemoroid bervariasi dari pengaturan diet dan
modifikasi gaya hidup hingga pembedahan yang radikal, tergantung dari
derajat hemoroid dan keparahan gejalanya. Penatalaksanaan hemoroid yang
terbaru ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
18
Sebagai tambahan, beberapa penelitian meta-analisis menunjukkan
bermacam-macam pilihan terapi hemoroid ditunjukkan pada tabel di bawah
ini.
19
suplemen serat menjadi bagian dalam terapi inisial hemoroid maupun
sebagai regimen tambahan pada terapi hemoroid lainnya.
Modifikasi gaya hidup juga disarankan kepada semua penderita
hemoroid dengan semua derajat keparahan sebagai bagian dari terapi.
Modifikasi gaya hidup meliputi peningkatan intake serat dalam makanan
dan minuman, mengurangi konsumsi lemak, olahraga secara teratur,
meningkatkan hygiene anus, hindari mengedan selama defekasi, dan
menghindari penggunaan obat-obatan yang dapat menimbulkan konstipasi
dan diare.
20
akut. Telah dibuktikan bahwa calcium dobesilate menurunkan permeabilitas
kapiler, menginhibisi agregasi platelet dan memperbaiki kekentalan darah,
sehingga mengurangi edema jaringan. Penelitian ujicoba klinis
menunjukkan bahwa calcium dobesilate, jika digunakan bersamaan dengan
suplemen serat, dapat menurunkan kejadian perdarahan akut, dan
mengurangi reaksi inflamasi pada hemoroid.
Pengobatan topikal: Tujuan utama dari sebagian besar pengobatan
topikal adalah untuk mengontrol gejala dan bukan untuk menyembuhkan
penyakit. Dengan demikian, pengobatan terapi lainnya tetap diperlukan.
Sejumlah sediaan topikal yang tersedia di pasaran berupa krim dan
supositoria, dan sebagian besar dapat dibeli tanpa resep dokter. Bukti yang
mendukung efektivitas dari obat-obat ini sebenarnya kurang. Obat-obat
topikal dapat berisi berbagai bahan seperti anestesi lokal, kortikosteroid,
antibiotik dan anti-inflamasi. Pengobatan topikal mungkin efektif pada
kelompok tertentu dari pasien hemoroid. Misalnya, Tjandra dkk
menunjukkan hasil yang baik dengan salep topikal trinitrate gliseril 0,2%
untuk menghilangkan gejala hemoroid pada pasien dengan grade rendah
hemoroid dan tekanan tinggi lubang anus saat istirahat. Namun, 43% dari
pasien mengalami nyeri kepala selama penggunaan obat topikal. Perrotti et
al melaporkan kemanjuran dari aplikasi lokal salep nifedipin dalam
pengobatan thrombosis akut hemoroid eksternal. Perlu dicatat bahwa
pengaruh aplikasi topikal nitrit dan calcium channel blocker untuk
mengurangi gejala-gejala hemoroid mungkin akibat dari efek relaksasinya
terhadap sfingter anal internal, bukan pada jaringan hemoroid.
Selain obat topikal yang mempengaruhi tekanan sfingter anal internal,
beberapa pengobatan topikal menargetkan vasokonstriksi dari saluran
pembuluh darah dalam hemoroid seperti Preparation-H (Pfizer,
AmerikaSerikat), yang berisi fenilefrin 0,25%, petrolatum, minyak mineral
ringan, dan minyak hati ikan hiu. Fenilefrin adalah vasokonstriktor yang
berpengaruh vasopressor di situs sirkulasi arteri, sedangkan bahan lainnya
dianggap protectants. Preparation-H tersedia dalam berbagai bentuk,
termasuk salep, krim, gel, supositoria, dan tisu obat portabel. Sediaan ini
21
mengurangi gejala akut hemoroid sementara, seperti perdarahan dan nyeri
pada buang air besar.
Terapi Non-Bedah
Skleroterapi: Prosedur ini pertama kali ditetapkan 2 abad yang lalu
sebagai pengobatan untuk penyakit hemoroid. Saat ini, skleroterapi
dianjurkan sebagai pilihan pengobatan untuk pasien hemoroid non-prolaps
grade I dan II, kadang-kadang, pada beberapa kasus hemoroid grade III.
Skleroterapi sering dilakukan tanpa anestesi; anoscope atau proctoscope
dilewatkan melalui lubang anus ke ampula rektum dan kemudian ditarik
sampai mukosa hemoroid prolaps ke arah ujung scope.
22
Meskipun skleroterapi dapat dilakukan secara aman dalam beberapa
menit, dokter perlu berhati-hati ketika menyuntik di daerah ini karena
kedekatan rektum pada saraf parasimpatis periprostatic. Jika saraf
parasimpatis periprostatic terluka, maka dapat menyebabkan disfungsi ereksi
setelah skleroterapi. Infeksi lokal dan pembentukan abses jarang tetapi
mungkin terjadi. Sensasi terbakar dan ketidaknyamanan sering dialami oleh
pasien yang menjalani beberapa suntikan. Hemoroid tingkat lanjut dengan
tanda-tanda peradangan, infeksi, atau ulserasi sebaiknya tidak ditangani
dengan skleroterapi. Penyakit penyerta seperti anal fistula, tumor, dan anal
fissures adalah kontraindikasi untuk pengobatan dengan skleroterapi.
Skleroterapi bukanlah pilihan pengobatan untuk penyakit hemoroid
eksternal, dan mungkin mengakibatkan jaringan parut dan striktur jika
diterapkan pada hemoroid eksternal. Profilaksis antibiotik diindikasikan
untuk pasien dengan predisposisi immunodefisiensi karena kemungkinan
bakteremia setelah skleroterapi. Jika pasien tidak mengalami gejala yang
mengganggu setelah skleroterapi, kunjungan selanjutnya tidak diperlukan.
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi dan
membandingkan modalitas pengobatan yang berbeda untuk penyakit
hemoroid dengan hasil yang tidak konsisten, meskipun skleroterapi
tampaknya menjadi pilihan yang kurang efektif .
Rubber band ligation (RBL): Ligasi dari jaringan hemoroid dengan
karet gelang menyebabkan nekrosis iskemik, ulserasi, dan jaringan parut,
yang menghasilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum.
23
Beberapa ahli bedah percaya bahwa semua 3 lokasi hemoroid dapat
diligasi dalam satu kali kunjungan rawat jalan, sedangkan yang lain lebih
konservatif dengan menawarkan satu ligasi pada lokasi utama per kunjungan
dengan interval 4 minggu atau sampai gejala hilang. Para pengguna cara
konservatif ini berkeyakinan bahwa hasil pengobatan tersebut lebih
sedikitmenimbulkan rasa sakit bagi pasien. Dalam uji coba secara acak
prospektif oleh Poon dan rekan, 205 pasien dengan hemoroid grade I hingga
II diacak untuk menerima rubber-band ligation konvensional (satu situs per
kunjungan), atau triple rubber-band ligation, para peneliti menyimpulkan
bahwa kedua metode efektif dalam mengobati hemoroid grade I sampai II
dan insiden komplikasi dan rasa sakit setelah kedua prosedur juga serupa.
Triple rubber-band ligation dinyatakan sebagai metode yang lebih
efektif dari segi biaya. Kekurangan dari RBL sebagai prosedur rawat jalan
adalah bahwa metode ini biasanya membutuhkan dua operator (operator dan
asisten), salah satu operator bertugas untuk mempertahankan anoscope /
proctoscope di posisinya, sementara yang lain memegang ligator dan
menggenggam forsep. Untuk meniadakan kebutuhan untuk asisten, berbagai
perangkat telah dikembangkan. Beberapa operator lebih memilih untuk
menggunakan dua band karet daripada satu untuk mencapai strangulasi lebih
baik dari mukosa dan untuk menghindari karet gelang putus atau selip.
Ketika karet gelang ditempatkan dekat dengan garis dentate, pasien
mungkin merasa tidak nyaman, sehingga sangat penting untuk
menempatkan karet gelang di dasar hemoroid internal, yang biasanya
terletak 1,5 sampai 2 cm proksimal ke baris dentate. Jika pasien mengalami
nyeri hebat, karet gelang dapat dilepas. Nyeri hebat selama atau segera
setelah prosedur jarang terjadi, dan muncul sebagai akibat dari karet
ditempatkan dekat atau distal dari garis dentate, inflamasi, dan edema;
penyebab lain harus disingkirkan dengan cara memeriksa daerah hemoroid
secara makroskopis. Jika pasien mengalami nyeri hebat dan kecemasan,
kebutuhan untuk sedasi atau anestesi umum harus dipertimbangkan, dan ini
akan memungkinkan pemeriksaan yang lebih menyeluruh dari daerah
hemoroid. Setelah karet dilepas, jika tidak ada tanda-tanda infeksi atau
24
penyebab nyeri yang lainnya, operator dapat mencoba lagi meligasi mukosa
hemoroid di daerah yang lebih proksimal, jauh dari garis dentate. Modifikasi
diet yang tepat, pelunak tinja, sitz bath, analgesik ringan tetap dilakukan.
Komplikasi umum dapat mencakup ketidaknyamanan selama
beberapa hari setelah prosedur, yang biasanya berkurang dengan sitz bath,
analgesik ringan, dan menghindari tinja yang keras. Komplikasi lain
mungkin termasuk nyeri yang hebat, perdarahan (1 sampai 2 minggu setelah
prosedur), trombosis hemoroid eksternal, ulserasi, selip karet gelang, sepsis
panggul, dan, meskipun sangat jarang, Fourniers gangrene. Kontraindikasi
untuk RBL termasuk pasien yang sedang mengguinakan antikoagulan,
karena peningkatan risiko perdarahan. Pasien-pasien ini dapat ditawarkan
pengobatan dengan modalitas lain seperti skleroterapi dan koagulasi
inframerah.
RBL dianggap sebagai alternatif yang sangat baik untuk pasien
dengan penyakit hemoroid. MacRae dan McLeod melakukan meta-analisis
yang membandingkan pilihan pengobatan untuk hemoroid grade I hingga
III. Delapan belas percobaan dimasukkan dalam meta-analisis itu. Mereka
menemukan bahwa pasien yang menjalani hemoroidektomi memiliki respon
yang lebih baik terhadap pengobatan daripada pasien yang diterapi dengan
RBL (p=0,001), meskipun komplikasi dan rasa nyeri yang lebih besar pada
kelompok hemoroidektomi. RBL menghasilkan respon yang lebih baik
terhadap pengobatan dibandingkan dengan skleroterapi, dan tingkat
komplikasi yang serupa pada kedua modalitas pengobatan. Baru-baru ini,
review sistematis atas penelitian acakmembandingkan RBL dengan
hemoroidektomi excisional diterbitkan.
Teknik eksisi jaringan hemoroid (terbuka, semiclosed, tertutup) dan
jenis instrumen yang digunakan untuk eksisi (gunting, dialog-thermy, laser,
stapler) bukan merupakan kriteria eksklusi. Artikel tersebut hanya
melibatkan tiga percobaan, dengan total 216 pasien dengan derajat hemoroid
yang berbeda. Tinjauan sistematis tersebut mengungkapkan heterogenitas
yang signifikan antar studi mengenai insidensi nyeri pasca operasi,
meskipun penulis menunjukkan bahwa secara signifikan lebih banyak pasien
25
yang menjalani hemoroidektomi mengalami komplikasi ini.
Hemoroidektomi dikaitkan dengan tingkat komplikasi individu yang lebih
besar, meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kejadian retensi
urin, perdarahan, dan stenosis anal. Kepuasan pasien secara keseluruhan
hampir samapada kedua kelompok. Para penulis menyimpulkan bahwa
hemoroidektomi memiliki khasiat yang lebih baik jangka panjang untuk
penyakit hemoroid kelas III dibandingkan dengan RBL, tetapi dengan
kekurangan pada nyeri pasca operasi, komplikasi yg lebih besar, dan lebih
banyak waktu libur kerja. Chew dan rekan melakukan penelitian retrospektif
untuk menilai hasil jangka panjang dari terapi gabunganskleroterapi
denganRBL.
Setiap hemoroid atau segmen mukosa yang prolaps disuntik dengan
5% fenol dalam minyak almond, dan kemudian dua karet gelang yang
diterapkan. Tingkat kekambuhan adalah 16%, tingkat keseluruhan
komplikasi adalah 3,1%, pendarahan kecil menjadi komplikasi yang paling
sering terjadi, dan perdarahan hebat yang memerlukan perawatan rumah
sakit terjadi pada 0,6% pasien. Komplikasi lain adalah rasa nyeri yang hebat
di dubur. Hemoroidektomi diperlukan pada 7,7% dari responden. Para
penulis menyimpulkan bahwa gabungan skleroterapi denganRBL adalah
pengobatan yang efektif untuk hemoroid awal dan prolaps mukosa
inkomplet, dengan tingkat kekambuhan, komplikasi, dan kebutuhan akan
hemoroidektomi yang rendah dan dengan mudah bisa diulang.
Infrared coagulation (IRC):Sinar inframerah menembus jaringan dan
berubah menjadi panas. Dengan mengubah pengaturan instrumen dapat
mengatur tingkat kerusakan jaringan. Prosedur ini menciptakan koagulasi,
oklusi, dan sclerosis dari jaringan hemoroid, akhirnya fibrosis terbentuk.
Prosedur ini cepat, dengan komplikasi yang relatif kecil.
26
Sebuah meta-analisis dari 5 percobaan prospektif melibatkan
862pasien dengan hemoroid grade I - II yang menerima pengobatan dengan
koagulasi inframerah, RBL, atau skleroterapi. Meskipun RBL menunjukkan
keberhasilan jangka panjang lebih besar daripada skleroterapidan koagulasi
inframerah, tetapi RBL terkait dengan kejadian nyeri pasca prosedur yang
lebih tinggi secara signifikan. Para penulis menyimpulkan bahwa koagulasi
inframerah adalah pengobatan non-bedah paling menguntungkan untuk
hemoroid. Meskipun koagulasi inframerah merupakan prosedur yang aman
dan cepat, tetapi tidak cocok digunakan pada hemoroid yang besar dan
prolaps.
Radiofrequency ablation: Radiofrequency ablation (RFA)
merupakan modalitas terapi yang masih baru terhadap hemoroid. Sebuah
elektroda berbentuk bulat yang dihubungkan dengan generator frekuensi
radio ditempatkan di jaringan hemoroid dan menyebabkan jaringan yg
bersentuhan dengan elektroda mengalami koagulasi dan menguap.Dengan
metode ini, komponen vaskular hemoroid berkurang danmassa hemoroid
akan terfiksasi ke jaringan di bawah fibrosis .
27
RFA dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dan menggunakan
anoscope seperti prosedurskleroterapi.Komplikasi yang mungkin terjadi bisa
berupa retensi urine, infeksi luka dan trombosis perianal.Meskipun RFA
adalah prosedur yang hampir tanpa rasa sakit, namun RFA
berhubungandengan perdarahan berulang dan prolaps yang lebih tinggi
dibandingkan dengan prosedur lain.
Cryotherapy: Cryotherapy mengikis jaringan hemoroid dengan
menggunakan freezing cryoprobe. Cryotherapy diklaim hanya sedikit
menimbulkan rasa sakit karena saraf sensorik dihancurkan dengan
menggunakan suhu yang sangat rendah. Akan tetapi, beberapa penelitian
ujicoba klinis menunjukkan cryotherapy berhubungan dengan nyeri yang
berkepanjangan, munculnya sekret yang berbau busuk, dan massa hemoroid
yang menetap. Oleh karena itu, modalitas terapi hemoroid ini jarang
digunakan.
Ada dua meta-analisis yang membandingkan hasil antara tiga terapi
non-operatif hemoroid yang sering dilakukan (skleroterapi, RBL dan IRC).
28
Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa RBL mengakibatkan gejala
hemoroid berulang paling sedikit dan kebutuhan akan terapi ulang yang
rendah, tetapi kejadian timbulnya rasa nyeri setelah prosedur RBL
meningkat lebih tinggi secara signifikan. Oleh karena itu, RBL dapat
direkomendasikan sebagai modalitas non-operasi awal untuk pengobatan
hemoroid grade I - III. Dalam sebuah survei di Inggris terhadap hampir 900
dokter bedah umum dan kolorektal, RBL adalah prosedur yang paling
umum dilakukan, diikuti dengan skleroterapi dan hemoroidektomi.
29
tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan inflamasi juga harus
dinilai (Nisar dan Scholefield, 2003).
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita
hemoroid pre dan post hemoroidektomi menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan
Price dan Wilson (2006) ada berbagai macam, meliputi:
a. Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang
berusia lebih dari 25 tahun. Laki-laki maupun perempuan bisa mengalami
hemoroid. Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan pada saat
defekasi, pola makan yang salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan
terjadinya hemoroid, kehamilan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi portal,
pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.
c. Pengkajian pasien hemoroid menurut Smeltzer dan Bare (2002) dijelaskan
dalam pola fungsional Gordon, meliputi :
Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan
Konsumsi makanan rendah serat, pola BAB yang salah (sering mengedan
saat BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif, kurang olahraga atau
imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat, duduk atau berdiri
terlalu lama.
Pola nutrisi dan metabolik
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran mukosa kering,
kadar hemoglobin turun.
Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
Pola aktivitas dan latihan
Kurang olahraga atau imobilisasi, Kelemahan umum, keterbatasan
beraktivitas karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah
operasi).
30
Pola persepsi sensori dan kognitif
Pengkajian kognitif pada pasien hemoroid pre dan post hemoroidektomi
yaitu rasa gatal, rasa terbakar dan nyeri, sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi dan adanya pus.
Pemeriksaan fisik
a) Keluhan umum :
Malaise, lemah, tampak pucat.
b) Tingkat kesadaran :
Kompos mentis sampai koma.
c) Pengukuran antropometri :
Berat badan menurun.
d) Tanda vital :
Tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi, hipotensi.
e) Abdomen :
Nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
f) Kulit :
Turgor kulit menurun, pucat
g) Anus :
Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada
anus, nyeri pada anus, perdarahan.
31
Pemeriksaan penunjang
Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan
sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi
tingkat pembesaran hemoroid (Halverson, 2007). Side-viewing pada anoskopi
merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemoroid.
Allonso-Coello dan Castillejo (2003) dalam Kaidar-Person, Person, dan Wexner
(2007) menyatakan bahwa ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel,
anoskopi mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah
anorektal.
Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal
dengan derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum
dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan
rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal,
dan kanker. Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema X-ray atau
kolonoskopi harus dilakukan pada pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada
pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap
hemoroid (Canan, 2002).
Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), pemeriksaan penunjang pada
penderita hemoroid yaitu :
a) Colok dubur, apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup
bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat
apabila penderita diminta mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid
intern tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi,
dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rectum.
b) Anoskop, diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol
ke luar. Anoskop dimasukkan dan di putar untuk mengamati keempat
kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai stuktur vascular yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
c) Proktosigmoidoskopi, perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan ditingkat yang
32
lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda
yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
2.2.3 Intervensi
Rencana Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
33
tanpa teraba retsistensi indikator untuk dengan dokter
otot mencegah tentang
Anoraksa konstipasi penurunan dan
Borbogirigmi Feses lunak dan peningkatan
Darah merah pada berbentuk bising usus
feses - Mitor tanda dan
Perubahan pada pola gejala ruptur
defekasi usus/ peritonitis
feses tindakan
34
seperti pasta didalam gejala pecahnya
rektum usus
Perkusi abdomen - Jelaskan etiologi
pekek masalah dan
Sering flatus pemikiran
Mengejan pada saat tindakan untuk
defekasi pasien.
Tidak dapat - Evaluasi profil
mengeluarkan feses obat untuk efek
Muntah samping
35
mengandung olahraga, dan
aluminium cairan sembelit
- Antikolinergik, - Menyarankan
antikonvulsan pasien untuk
- Antidepresan berkonsultasi
- Agens dengan dokter
antimilipenik jika sembelit
- Garam bismuth atau infeksi terus
- Kalsium karbonat ada
- Penyekat saluran - Menginformasik
kalsium an pasien
- Diuretik, garam prosedur
besi penghausan
- Penyalahgunaan manual dari
laktasif tinja, jika perlu
- Agens - Lepaskan
antiinflamasi non impaksi tinja
steroid secara manual,
- Opiate, fenotiazid, jika perlu
sedative - Timbang pasien
- Simpatomimemik secara teratur
Mekanis - Ajarkan pasien
- Ketidakseimbangan dan keluarga
elektrolit pasien tentang
- Kemoroid proses
- Penyakit pencernaan yang
hirschsprung normal
- Gangguan - Ajarkan pasien
neurologist dan keluarga
- Obesitas pasien tentang
36
- Kehamilan sembelit.
- Pembesaran prostat
- Abses rektal
- Fisura anak rektal
- Struktur anak rektal
- Prolas rektal, ulkus
rektal
- Rektokel, tumor
Fisiologis
- Perubahan pola
makan
- Perubahan
makanan
- Penurunan
motilitas traktus
gastrointestinal
- Dehidrasi
- Ketidakadekuatan
gigi geligi
- Ketidakadekuatan
higiene oral
- Asupan serat tidak
cukup
- Asupan cairan tidak
cukup
- Kebiasaan makan
buruk
2. Ansietas b.d rencana NOC NIC
pembedahan dan rasa malu. Anxiety self- Anxiety Reduction
Definisi :perasaan tidak control (penurunan
nyaman atau kekawatiran Anxiety level kecemasan)
yang samar disertai respon Coping - Gunakan
37
autonom perasaan takut yang Kriteria hasil: pendekatan yang
disebabkan oleh antisipasi Klien mampu menenagkan
terhadap bahaya. mengidentifikasi - Nyatakan
Batasan karakteristik: dan dengan jelas
Perilaku mengungkapkan harapan pelaku
- Penurunan gejala cemas pasien
produktifitas Mengidentifikasi, - Jelaskan semua
- Gerakan yang mengungkapkan, prosedur dan
ireleven dan menunjukan jelaskan apa
- Gelisah teknik untuk yang dirasakan
- Melihat sepintas mengontrol cemas setiap prosedur
- Insomnia Vital sign dalam - Pahami
- Kontak mata yang batas normal prespektif pasien
buruk Postur tubuh, terhadap situasi
- Mengepresikan eksprsi wajah, stres
kekawatiran karena bahasa tubuh dan - Temana pasien
perubahan dalam tingkataktivitas untuk
peristiwa hidup menujukan memberikan
- Agitasi berkurangnya keamanan dan
- Mengintai kecemasan. mengurangi
- Tampak waspada takut
Affektif : - Dorong keluarga
- Gelisah, distres, untuk manemani
sendiri - Identifikasi
- Peningkatan tingkat
kewaspadaan kecemasan
38
- Iritabilitas - Bantu pasien
- Gugup senang mengenal situasi
berlebihan yang kecemasan
- Rasa nyeri yang - Dorong pasien
tidak meningkatkan untuk
keberdayaan mengungkapkan
- Binggung, menyesal perasaan,
- Ragu, tidak percaya ketakutan ,
diri persepsi
- Khwatir - Intruksikan
Fisiologis pasien
- Wajah tegang menggunakan
tremor tanggan teknik relaksasi
- Peningkatan - Berikan obat
keringat untuk
- Peningkatan mengurangibkec
keteganggan emasan
- Gemetar, tremor
- Suara bergetar
Simpatik
- Anoreksia
- Aksitasi
kardiovaskuler
- Diare, mulut
kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-
debar
- Peningkatan
tekanan darah
- Peningkatan
denyut nadi
39
- Peningkatan
reflek
- Peningkatan
frekuensi
pernapasan , pupil
melebar
- Kesulitan
bernapas
- Vasokontraksi
superfisial
- Lemah, kedutan
pada otot
Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan
tekanan darah
- Penurunan denyut
nadi
- Diare, mual,
vertigo
- Letih, gangguan
tidur
- Kesemutan pada
extremita
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan segera
berkemih
Kongnitif
- Menyadari gejela
fisiologis
- Bloking fikiran
40
- Penurunan lapang
persepsi
- Kesulitan
berkonsentrasi
- Penurunan
kemampuan
untuk belajar
- Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
- Ketakutan
terhadap
konsekuensi yang
tidak s[esifik
- Lupa, gangguan
perhatian
- Khawatir
melamun
- Cenderung
menyalahkan
orang lain
Faktor yang
berhubungan:
- Perubahan dalam
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status
peran
- Pemajanan toksin
41
- Terkait keluarga
- Herediter
- Infeksi
- Penularan
penyakit
interpersonal
- Krisis maturasi,
krisis situasional
- Stres, ancaman
kematian
- Penyalahgunaan
zat
- Konflik tidak
disadari mengenai
tujuan penting
hidup
- Kebutuhan yang
tidak dipenuhi
3 Nyeri b.d iritasi, tekanan, NOC NIC
sensitifitas pada area rectal/ Pain level Pain
anal sekunder akibat penyakit Pain control management
anoraktal dan spasme sfingter Comfort level - Lakukan
pada pascaoperatif Kriteria hasil: pengkajian nyeri
Definisi: pengalaman sensori Mampu secara
dan emosional yang tidak mengontrol nyeri komperehensif
menyenangkan yang muncul Melaporkan - Observasi reaksi
akibat kerusakan jaringan bahwa nyeri non verbal dari
yang aktual atau potensial berkurang dengan ketidaknyamana
atau digambarkan dalah hal mengunakan n
kerusakan kesedemikian rupa manajemen nyeri - Gunakan teknik
awitan yang tiba-tiba atau Mampu komu ikasi
lambat dari insensitas ringan mengenali nyeri terapeutik untuk
42
hingga berat dengan akhir Menyatakan rasa mengetahui
yang dapat diantisipasi atau di nyaman saat nyeri pengalaman
prediksi berlangsung <6 bulan berkurang nyeri pasien
Batasan karakteristik: - Kaji kultur yang
Perubahan selera mempengaruhi
makan respon nyeri
Perubahan tekanan - Evaluasi
darah pengalaman
Perubahan frekwensi nyeri masa
jantung lampau
Perubahan frekwensi - Evaluasi
pernapasan bersama pasien
43
Faktor yang berhubungan: - Berikan
Agen cedera misalnya analgetik untuk
biologis, zat kimia, mengurangi
fisik, psikologis nyeri
- Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan
istirahat
- Kolaborasi
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri yang tidak
berhasil
- Monitor
penerimaan
pasien tetang
manajemen
nyeri
Analgesic
Administration
- Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat
- Cek intruksi
44
dokter tentang
jenis obat
dosis dan
frekuensi
- Cek riwayat
alergi
- Pilih
analgesik
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari analgesik
ketika
pemberian
lebih dari satu
- Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung
tipe dan
beratnya nyeri
- Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian
dan dosis
optimal
- Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
45
analgesik
pertama kali
- Berikan
anlgesik tepat
waktu
terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala.
46
Tirah baring atau imobilisasi secara verbal, takikardi,
Kelemahan umum pemahaman tentang disritmia, dispnea,
Ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen, diaforesis, pucat.
suplai dan kebutuhan oksigen pengobatan dan atau e. Monitor asupan
Imobilitas alat yang dapat nutrisi untuk
Gaya hidup monoton
meningkatkan memastikan ke
toleransi terhadap adekuatan sumber
4. Klien mampu energi.
berpartisipasi dalam f. Monitor respon
perawatan diri tanpa terhadap
bantuan atau dengan pemberian
bantuan minimal oksigen : nadi,
tanpa menunjukkan irama jantung,
kelelahan frekuensi
5. Klien mampu Respirasi terhadap
berpindah dengan aktifitas
atau tanpa batuan perawatan diri.
alat g. Letakkan benda-
6. Status benda yang sering
kardiopulmonari digunakan pada
adekuat tempat yang
7. Sirkulasi status baik mudah dijangkau
8. Status respirasi : h. Kelola energi
pertukaran gas dan pada klien dengan
ventilasi adekuat pemenuhan
kebutuhan
makanan, cairan,
kenyamanan /
digendong untuk
mencegah
tangisan yang
menurunkan
47
energi.
i. Kaji pola istirahat
klien dan adanya
faktor yang
menyebabkan
kelelahan.
Terapi Aktivitas
a. Bantu klien
melakukan
ambulasi yang
dapat ditoleransi.
b. Rencanakan
jadwal antara
aktifitas dan
istirahat.
c. Bantu dengan
aktifitas fisik
teratur : misal:
ambulasi,
berubah posisi,
perawatan
personal, sesuai
kebutuhan.
d. Minimalkan
anxietas dan
stress, dan
berikan istirahat
yang adekuat
e. Kolaborasi
dengan medis
untuk pemberian
48
terapi, sesuai
indikasi
49
1. Mata cekung tidak pasien pada
tidak ditemukan. posisi supine,
2. demam tidak kaki elevasi
ditemukan untuk
3. TB dbn peningkatan
4. Hematokrit dbn preload yang
tepat.
j Lihat dan
pelihara
kepatenan jalan
nafas
k Berikan cairan iv
dan atau oral
yang tepat
l Berikan
vasodilator yang
tepat
m Ajarkan keluarga
dan pasien
tentang tanda dan
gejala datangnya
syok
n Ajarkan keluarga
dan pasien
tentang langkah
untuk mengatasi
gejala syok.
Syok Management
a. Monitor fungi
neurologis
b. Monitor fungsi
renal (e.g BUN
50
dan Cr Lavel)
c. Monitor tekanan
nadi
d. Monitor status
cairan input dan
output
e. Catat gas darah
arteri dan oksigen
dijaringan
f. Monitor EKG
sesuai
g. Memanfaatkan
pemantauan jalur
arteri untuk
meningkatkan
akurasi
pembacaan
tekanan darah
sesuai.
h. Menggambar gas
darah arteri dan
memonitor
jaringan
oksigenasi.
i. Memantau tren
dalam parameter
hemodinamik
(misalnya
CVP,MAP,tekana
n kapiler
pulmonal/arteri)
j. Memantau faktor
51
penentu
pengiriman
jaringan oksigen
(misalnya, PaO2
kadar
hemoglobin
SaO2, CO), jika
tersedia.
k. Memantau
tingkat karbon
dioksida
sublingual dan /
atau tonometry
lambung sesuai.
l. Memonitor gejala
gagal nafas
(misalnya rendah
PaO2
peningkatan
PaCO2 tingkat,
kelelahan otot
pernafasan)
m. Monitor nilai
laboratorium
n. Masukan dan
memelihara
besarnya kobosan
akses IV
52
organisme patogenik X 24 jam diharapkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko: status kekebalan px dipakai px lain
1. Penyakit kronis : DM dan meningkat dengan KH : 2. Pertahankan
Obesitas 1. Klien bebas dari tanda teknik isolasi
2. Pengetahuan yang tidak dan gejala infeksi 3. Batasi pengunjung
cukup untuk menghindari 2. Mendeskripsikan bila perlu
pemanjangan patogen proses penularan 4. Instruksikan pada
3. Pertahanan tubuh primer penyakit , faktor yang pengunjung untuk
yang tidak adekuat : memengaruhi mencuci tangan
gangguan peritalsis, penularan serta saat berkunjung
kerusakan integritas kulit penatalaksanaannya dan setelah
(pemasangan kateter IV, 3. Menunjukkn berkunjun
prosedur invasif) , kemampuan untuk meninggalkan px
perubahan sekresi pH, mencegahtimbunya 5. Gunakan sabun
penurunan kerja siliaris, infeksi antimikroba untuk
pecah ketuban dini, pecah 4. Jumlah leukosit dalam cuci tangan
ketuban lama, merokok, batas normal 6. Cuci tangan setiap
stasis ciran tubuh, trauma 5. Menunjukkan perilaku sebelum dan
jaringan ( mis, trauma hidup sehat sesudah tindakan
destruksi jaringan) kolaboratif
4. Ketidak adekuatan 7. Gunakan
pertahanan sekunder : baju,sarung
penurunan Hb, tangan sebagai
imunosupresan (mis. alat pelindung
Imunitas didapat tidak 8. Pertahankan
aekuat, agen lingkungan
farmaseutikal termasuk aseptik selama
imunosupresan,steroid, pemasangan alat
antibodi monoklonal, 9. Ganti letak IV
imunomudulator,suoresi perifer dan line
respon inflamasi) central dan
5. Vaksinasi tidak adekuat dressing sesuai dg
53
6. Pemajangan terhadap petunjuk
patogen lingkungan 10. Gunakan kateter
meningkat : wabah intermiten utk
7. Prosedur invasif menurunkan
8. Malnutrisi infeksi kandung
kemih
11. Tingkatkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu infection
protection
(proteksi terhadap
infeksi)
13. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
14. Monitor hitung
granulosit, WBC
15. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
16. Pertahankan
teknik aseptik pd
px yg beresiko
17. Pertahankan
teknik isolasi k/p
18. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
19. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
54
terhadap
kemerahan, panas
dan drainase
20. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
21. Dorong masukan
nutrisi yg cukup
22. Dorong masukan
cairan
23. Dorong istirahat
24. Instruksikan px
utk minum
antibiotik sesuai
resep
25. Ajarkan px dan
keluarga tanda
dan gejala infeksi
26. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
27. Laporkan
kecurigaan infeksi
28. Laporkan kultur
positif
7 Gangguan rasa nyaman NOC NIC
Definisi :merasa kurang Ansiety Anxiety reduction
senang, lega dan sempurna Fear leavel (penurunan
dalam dimensi fisik, Sleep deprivation kecemasan)
psikospiritual, lingkingan, dan Comfort, readines - Gunakan
social. for enchanced pendekatan
Batasan karakteristik: yang
Kriteria hasil
Ansietas menenangkan
55
Menangis Mampu - Nyatakan
Gangguan pola tidur mengontrol dengan jelas
Takut kecemasan harapan
Ketidakmampuan untuk Status lingkungan pelaku pasien
56
kontrolsituasional identifikasi
Stimulasi lingkungan tingkat
yang menganggu kecemasan
Efek samping terkait - Bantu pasien
terapi mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong
pasien untuk
mengungkapk
an perasaan,
ketakutam,
persepsi
- Intruksikan
pasien
mengunakan
teknik
relaksasi
- Berikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan
2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan
merupakan tindakan pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata
untuk membantu klien mencapai tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat.
57
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu
persiapan, perencanaan dan dokumentasi.
a. Fase persiapan, meliputi:
- Review tindakan keperawatan
- Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
- Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
- Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
- Persiapan lingkungan yang kondusif
- Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b. Fase intervensi:
- Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau
perintah dokter atau tim kesehatan lain.
- Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim
kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dan lainnya).
- Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana
tindakan medis dilaksanakan.
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
- Sources Oriented Records (SOR)
- Problem Oriented Records (POR)
58
- Computer Assisted Records (CAR)
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)
59
- d.Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
- Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid adalah:
1. Pasien tidak mengalami konstipasi dengan tidak mengabaikan dorongan
untuk defekasi.
2. Pasien tidak mengalami ansietas yang berhubungan dengan rencana
pembedahan dan rasa malu.
3. Pasien tidak merasa nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan
sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat penyakit anorektal dan
spasme sfingter pada pascaoperatif.
4. Pasien tidak mengalami intoleransi aktivitas
5. Tidak ada risiko syok (hipovolemi)
6. Tidak ada risiko infeksi
7. Tidak ada gangguan rasa nyaman.
Hal ini sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan pada tahap
perencanaan tindakan.
60
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa
hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi vena di dalam plexus
hemoroidalis. Hemoroid timbul karena kongesti vena yang disebabkan
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis sehingga terjadi dilatasi,
pembengkakan, atau inflamasi vena hemoroidalis yang diawali oleh faktor-
faktor pencetus/risiko. Faktor risiko hemoroid antara lain : mengejan pada
saat buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih
banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil
membaca), peningkatan tekanan intra abdomen yang disebabkan oleh
adanya tumor (tumor usus, tumor abdomen, kehamilan (disebabkan karena
tekanan janin pada abdomendan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi
kronik, diare kronik atau diare yang berlebihan, hubungan seks per-anal,
kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah),
kurang berolahraga/imobilisasi).
Tanda dari hemoroid antara lain; terjadi benjolan-benjolan disekitar
dubur setiap kali buang air besar, rasa sakit atau perih, rasa sakit yang
timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali ) dari anus
terjepit karena danya thrombus, perdarahan segar disekitar anus dikarenakan
adanya ruptur varises, perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan
berjalan tidak kuat lama), keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi
rektum belum keluar semua
3.2 Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan
pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang
pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
61
- Minum banyak air, makan makanan yang mengandung banyak serat
(buah, vitamin K, dan vitamin B12, sayuran, sereal, suplemen serat, dll)
sekitar 20-25 gram sehari
- Olahraga teratur
- Mengurangi mengedan
- Menghindari penggunaan laksatif (perangsang buang air besar) Membatasi
mengedan sewaktu buang air besar.
- Penggunaan celana dalam yang ketat dapat mencetuskan terjadinya wasir dan
dapat mengiritasi wasir yang sudah ada.
62
DAFTAR PUSTAKA