You are on page 1of 22

Gambut, Asap dan Banjir:

Sebuah Tantangan bagi


Ekonomi Hijau
Johan Kieft
Kepala Bagian Ekonomi Hijau
UNORCID
Isi
Dasar pengetahuan mengenai Gambut
Mengapa Gambut penting?
Kebakaran gambut
Isu penurunan permukaan tanah dan banjir
Jalan keluar?
Kesimpulan
:Hutan Gambut di Indonesia: Salah Satu Sumber Modal Alam
Gambut
Tanah yang hampir seluruhnya terdiri dari materi organik dan air dengan
struktur yang lemah:
90% air, semuanya dari air hujan, sehingga kandungan unsur haranya kurang
95-99% dari materi gambut bersifat organik dan bekas vegetasi.
Gambut terbentuk di daerah rawa:
Di daerah pantai, dasar gambut berada di bawah pemukaan air.
Tanah di bawahnya biasanya kurang subur (tanah asam sulfat)
Gambut menyerap dan menyimpan karbon
Lahan gambut biasanya di dataran rendah (di Papua, ada gambut di
daerah pegunungan)
Sangat kaya keanekaragaman hayati (orangutan, anggrek, kayu ulin/ramin)
yang bermanfaat bagi pembangunan berkelanjutan

Lahan gambut tropis mengandung 88,6 Gt karbon (15-19%


dari sumber karbon gambut global), 47% terletak di
Indonesia, dan kesalahan penggunaan menyebabkan 40%
emisi gas rumah kaca
Pola Terbentuknya Gambut
Sifat Lahan Gambut
Lahan gambut sulit dikelola untuk pertanian
secara berkelanjutan sebab:
Jika dilakukan pengeringan, materi organik terkena
udara, membusuk dan sebagian besar menguap yang
menyebabkan volume tanah berkurang.
Dengan pengurangan air, tanah dapat dipadatkan,
terutama di awal pembukaan lahan.
Karena kurang subur dan biomassa sulit diproses,
terutama pengusaha menengah dan petani kecil
mengunakan api untuk mengelola materi organik
dari hutan
Peta Luas Lahan Gambut

Di Indonesia, diperkirakan luas lahan gambut antara 15-24 juta ha


Dibandingkan dengan ekosistem lain di dunia, lahan gambut
tropis mengandung karbon paling banyak
Tanah
gambut
Laju pengeringan lahan gambut

Emisi tahunan (ton/tahun)


Oh, oh, it does not fit on the graph
(ha/tahun)

Jika lahan gambut yang dibuka setiap tahun tidak berubah,


emisi GRK akan naik sebab jumlah yang dibuka meningkat
Kebakaran Gambut
Pada dasarnya secara alami, lahan gambut jarang terbakar
(ada kasus tertentu, seperti 1911 saat El Nino sangat hebat)
tetapi setelah pembukaan hutan besar-besaran untuk kayu
(1980-an), sawit (Riau awal 1990-an) dan proyek 1 juta ha
gambut, intensitas dan frekuensi kebakaran gambut
mengingkat secara signifikan
Kaitan dengan ENSO sangat kuat, tetapi kerentanan
meningkat, yang menyebabkan frekuensi dan intensitas
kebakaran juga meningkat
Di Riau, 2 tahun terakhir ini, pengalaman menunjukkan 2
minggu tanpa hujan cukup untuk menyebabkan kebakaran
Gambut dan Kebakaran
Sifat Kebakaran Gambut Berbeda
dengan Lahan Kering
Kebakaran Terjadi di Lahan yang Sama
Bagan Sebab-Akibat Kerusakan
Gambut
Hubungan antara Penurunan
Permukaan Tanah dengan Rata-rata
Suhu Udara
Hubungan penurunan permukaan tanah - suhu
80
Penurunan permukaan tanah tahunan (mm/tahun)

70 Johor

60

50

40
Venice
watershed
30 Everglades
East Anglian
fenlands
20 Sacramento - San Joaquin delta

10
Dutch coastal plain

0
0 5 10 15 20 25 30
Rata-rata suhu tahunan (C)

Di Indonesia, proses penurunan permukaan tanah gambut 2-3 kali lebih cepat dibanding
daerah iklim sedang
Di Belanda, tanah sudah turun 4 m

Di Indonesia, antara 39%-61% gambut terancam hilang


Dampak mengairi gambut pada emisi
dari kebakaran
total peat land emissions
300 M

225 M
ton/year

150 M

75 M

0
2003 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 2027 2030
Time (year)
total p eat land emissions : CF_25_02_2014 total p eat land emissions : GE_25_02_2014
total p eat land emissions : BAU_25_02_2014
Upaya untuk Mengatasi Masalah
Kebakaran and Degradasi Gambut
Mengatasi Kebakaran: POSNAS and Sistem Peringatan Dini:
POSNAS Karhutla
Harus mengatasi ketidakjelasan tangung jawab
Mengatasi dampak harus lebih diperhatikan
Sistem peringatan dini disatukan dan beri arahan 3 bulan s/d 1 jam:
1-2 hari: Karhutla Monitoring System
2-7 hari: FDRS
Satu minggu: Anticipatory Fire Management System
Pelestarian gambut = Pengelolaan air
Harus diatur tapi dengan 40 cm, penurunan tanah tapi akan berjalan terus
(Perpu 71/2014):
Gambut harus dikelola berdasarkan kubah (dome)
Bukan pengeringan tapi pengelolaan air (ingat: air hanya dari dari air hujan).
Tata Ruang
Hutan gambut yang masih ada harus diberikan status konservasi
Menghindari kegiatan yang perlu pengeringan gambut
Dorong pengembangan pertanian dan kehutanan berdasarkan
Paludiculture
Sistem Peringatan Dini Kebakaran Berdasarkan Musim

Pemantauan curah
Perkembangan
hujan
risiko kebakaran
dan curah hujan
Ramalan dalam 10 tahun di
Analisis curah hujan
dan kerentanan kebakaran di provinsi/kabupaten
kebakaran tingkat provinsi

Kerentanan kebakaran
SFEW
di kabupaten
Ramalan risiko
kebakaran (1-2
Ramalan curah hujan Ramalan curah hujan
bulan sebelumnya)
musiman di tingkat musiman untuk lokasi
kabupaten tertentu di Kapuas

Dilakukan oleh Masih


sistem secara manual
otomatis
Langkah Baru: Paludiculture?

Jelutung, sebagai salah satu contoh Paludiculture di Indonesia


Kesimpulan, dan Pertanyaan?
Degradasi gambut merupakan masalah
lingkungan hidup tebesar di Indonesia dan
perlu ditangani secara khusus.
Kemampuan dan pengetahuan di daerah
tentang pengelolaan gambut harus
ditingkatkan
Rehabilitasi gambut tidak berarti semua
dihutankan kembali, melainkan harus
mengutamakan pengelolaan air

You might also like