Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
masyarakat Indonesia terhadap produk dari minyak bumi. Tingkat konsumsi terhadap
minyak rata-rata naik 6 % pertahun (Suroso, 2005). Konsumsi terbesar adalah minyak
diesel (solar) yang pada tahun 2002 saja mencapai 22 juta kiloliter. Hal ini
bumi Indonesia saat tinggal 942.000 barrel perhari (Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, 2005), kurang dari quota minimal yang ditetapkan oleh OPEC.
Menurut Soedradjat (1999), jika tidak ditemukan atau dikembangkan sumber minyak
baru, maka pada tahun 2010 Indonesia diperkirakan tidak lagi berstatus sebagai net
exporter, atau bahkan menjadi net importer. Sari (2002) mengatakan bahwa jika
Indonesia tidak bersiap, maka pada tahun 2012 Indonesia akan menjadi net oil
importir. Sepuluh tahun kemudian (2022) akan menjadi total oil importer, karena
persediaan minyaknya habis sama sekali. sehingga nilai impor Indonesia akan lebih
besar daripada nilai ekspornya. Oleh karena itu diperlukan upaya guna mendapatkan
bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan, salah satunya adalah biodiesel
(Rahayu, 2005; Zuhdi, 2004; Zuhdi dkk, 2003; Zuhdi, 2002; Rahman, 1995; La
Puppung, 1986).
1
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati maupun lemak hewan (Briggs,
2004) yang memiliki sifat menyerupai minyak diesel. Biodiesel terdiri dari mono-
alkyl ester yang dapat terbakar dengan bersih (Howell dkk, 1996). Biodiesel bersifat
katalis basa ataupun asam yang menghasilkan methyl ester. Dalam proses ini dengan
satu kilogram bahan baku bisa diperoleh satu liter biodiesel (www.bppt.go.id).
Pada dasarnya semua minyak nabati atau lemak hewan dapat digunakan sebagai
secara luas sebagai bahan baku biodiesel . Pada saat ini telah dilakukan penelitian dan
pengembangan biodiesel dengan beberapa bahan baku seperti minyak kelapa sawit,
minyak jarak, minyak kedelai, dan minyak jelantah. Bahkan beberapa diantaranya
minyak kelapa pada motor diesel putaran tinggi, ternyata minyak kelapa bisa
Kebutuhan minyak diesel yang besar otomatis akan membutuhkam bahan baku yang
besar pula. Oleh karena itu diperlukan sumber bahan baku baru untuk menambah
stok bahan baku pembuatan biodiesel. Kriteria yang dibutuhkan adalah mudah
tumbuh, mudah dikembangkan secara luas, dan mengandung minyak nabati yang
cukup besar. Hal ini dilakukan karena diperkirakan bahan baku yang sudah ada
2
belum mencukupi stok kebutuhan biodiesel pada masa yang akan datang, karena
Malaysia), yang pada tahun 2002 produksinya mencapai 6,5 juta ton namun sebagian
besar produksinya masih dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak sayur
(Rahayu, 2005). Begitu pula dengan kedelai sebagian besar produksinya masih
Konsep memilih bahan baku biodiesel adalah bukan sebagai pengganti bahan baku
yang telah ada, tetapi untuk memenuhi kekurangan bahan baku pembuatan biodiesel.
Berdasarkan realisasinya nanti dapat dibandingkan dan dibuat pilihan bahan apa yang
lebih efektif untuk dikembangkan dalam skala besar sebagai bahan baku pembuatan
biodiesel (Briggs, 2004). Dari sekian banyak potensi alam yang dimiliki oleh
Indonesia, alga (ganggang) dapat dicoba untuk dikembangkan sebagai salah satu
Alga mengandung vegetable oil (minyak nabati) yang sangat tinggi, bahkan beberapa
acid (asam lemak) yanga besar dalam alga (Cohen, 1999). Dalam percobaan yang
dilakukan oleh Aguk Zuhdi dengan bahan baku minyak sawit dan minyak jarak, fatty
acid inilah yang selanjutnya diproses menjadi biodiesel. Semakin banyak kandungan
fatty acid dalam suatu bahan maka semakin besar pula biodiesel yang dihasilkan
3
Alga termasuk tumbuhan autrotof, yang tidak tergantung pada makhluk hidup lain
dan termasuk tumbuhan fotosintesis. Dua hal pokok yang dibutuhkan alga dalam
pertumbuhanya adalah sinar matahari yang cukup dan karbondioksida (CO 2). Salah
satu jenis alga yang sudah dikenal dan dibudidayakan di Indonesia adalah seaweed
(rumput laut). Alga dapat tumbuh dan berkembang pada air asin dan air tawar, tetapi
kebanyakan spesiesnya hidup pada perairan laut yang dangkal (Graham, Linda E,
2000). Hal ini sangat sesuai dengan kondisi perairan Indonesia sebagai negara
kepulauan yang menyediakan banyak perairan dangkal dengan sinar matahari yang
1. Apakah alga dapat dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku
pembuatan biodiesel ?
biodiesel.
4
3. Mengetahui bentuk, cara, dan kemungkinan pembudidayaan alga yang dapat
dilakukan di Indonesia.
1. Alga dapat dikembangkan sebagai salah satu bahan baku biodiesel disamping
2. Alga dapat menambah stok bahan baku biodiesel untuk memenuhi kebutuhan
bahan bakar motor diesel pada masa yang akan datang, sehingga Indonesia tidak
5
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Biodiesel
(ASTM), sebagai industri energi alternatif, berasal dari asam lemak yang
sumbernya dapat diperbaharui dan terdiri dari mono-alkyl ester yang dapat terbakar
dengan bersih (Howell, 1996). Biodiesel juga dapat ditulis dengan B100, yang
biodiesel yang terdapat dalam campuran. B20 berarti terdapat biodiesel 20% dan
sebagai bahan baku minyak diesel serta tingginya tingkat polusi yang diakibatkan
oleh bahan bakar konvensional tersebut. Hal inilah yang menjadi faktor pendorong
adanya penelitian terhadap biodiesel sebagai bahan bakar alternatif (Zuhdi dkk,
2003).
Biodiesel terbuat dari fatty acid (asam lemak), baik yang berasal dari minyak nabati
maupun lemak hewan, yang merupakan sumber bahan baku yang bersifat
6
renewable (dapat diperbaharui). Pada dasarnya semua minyak nabati atau lemak
penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan bahan baku alternatif yang
Diantaranya adalah minyak sawit, minyak jelantah, minyak jarak, dan minyak
tranesterifikasi, yaitu proses katalisasi minyak atau asam minyak dengan methanol
atau ethanol. Katalis yang digunakan bisa berupa asam maupun basa. Dari proses
ini dihasilkan methil ester (Zuhdi, 2002 dan Solistia, 2004), yang selanjutnya
Biodiesel memiliki tingkat polusi yang lebih rendah dari pada solar dan dapat
digunakan pada motor diesel tanpa modifikasi sedikitpun (Briggs, 2004). Rahman
(1995) mengatakan bahwa dari percobaan yang telah dilakukan di Amerika Serikat,
peserta mencatat adanya penurunan asap, unjuk kerja engine tidak kurang atau lebih
baik dilihat dari segi emisi, start, dan konsumsi bahan bakar.
antara lain:
7
1. Biodiesel mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan minyak diesel,
sehingga dapat langsung dipakai pada motor diesel tanpa melakukan modifikasi
2. Biodiesel memberikan efek pelumasan yang lebih baik daripada minyak diesel
biodiesel menawarkan konsumsi bahan bakar, HP, dan torsi yang hampir sama
2.1.1. Esterifikasi
Minyak nabati dapat dibuat mempunyai sifat-sifat yang mirip minyak solar dengan
memakai senyawa alkohol seperti methanol atau ethanol dalam suatu proses yang
mengubah minyak nabati atau lemak menjadi methyl ester. Methyl ester inilah yang
disebut sebagai biodiesel (Rahayu, 2005; Zuhdi dkk, 2003; Gabrosky dan Mc
Pada umumnya minyak nabati mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari range
yang telah ditentukan oleh National Biodiesel Board. Esterifikasi bertujuan untuk
8
dihasilkan masuk dalam range yang distandartkan oleh National Biodiesel Board
Menurut Zuhdi dkk (2003) ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengubah
Secara rinci prosesnya adalah methanol dicampur dengan katalis. Katalis yang digunakan
adalah sodium hidroksida. Campuran ini lalu ditambahkan pada minyak dan dimasukkan
kedalam reaktor. Pemanasan sampai suhu 150 derajat Fahrenheit dilakukan selama 1
sampai 8 jam. Dari campuran ini dihasilkan dua zat yang mempunyai masa jenis yang
berbeda, yaitu methyl ester dan gliserin. Campuran ini dapat dipisahkan dengan proses
sentrifugal. Pada beberapa sistem, methanol dipisahkan setelah campuran ini terpisah.
Sodium hidroksida
9
Methyl ester lalu dicuci dengan air hangat, untuk membersihkan sisa katalis dan
sabun. Tidak ada bahan yang terbuang dari proses pengolahan biodiesel ini
10
Sebagai bahan bakar, biodiesel harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
ASTM. Salah satu parameter yang penting untuk menentukan kualitas bahan bakar
adalah cetane number. Cetane number merupakan ukuran yang menyatakan kualitas
pembakaran bahan bakar, dalam ruang bakar motor diesel. Cetane number adalah
fungsi dari banyaknya CH3 dan CH2 dalam komposisi bahan bakar (Connemann dan
Fischer, 1998).
Kisaran cetane number adalah 1 sampai 100. bahan bakar dengan nilai cetane
number 100 adalah cetane (hexsadeca), bahan bakar dengan nilai cetane number
Cetane number dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik bahan bakar, seperti
cetane number berdasarkan sifat kimianya dianggap lebih baik. Salah satu formula
yang dapat digunakan untuk menghitung cetane number adalah yang diajukan oleh
Dimana H3 adalah semua metil hydrogen kecuali yang terikat langsung pada gugus
aromatik. H2 adalah semua metilen dan hydrogen metilen kecuali yamg terikat
langsung pada gugus aromatik. H1 adalah semua hydrokarbon atau gugus karbon
yang terikat pada gugus aromatik. HA adalah semua hydrogen mono aromatik. HD
11
adalah semua hydrogen poly aromatik. Formula lain yang lebih mendekati adalah
hasil regresi yang diberikan oleh Conner, Forrester, Scruller (1992) yaitu :
Dari perbandinganya dengan hasil percobaan, formula hasil regresi non linear
(2002). Konsumsi terbesar minyak diesel adalah dibidang transportasi darat (60 %),
industri, dan bidang pertanian. Sekitar 30 % dari kebutuhan minyak diesel dalam
negeri saat ini masih diimpor, angka ini diperkirakan makin tinggi akibat
permintaan solar yang terus meningkat, sementara pembangunan dan produksi atau
kemampuan kilang tidak meningkat. Hal ini merupakan peluang pasar yang besar
Alga merupakan tumbuhan autrotrof dan fotosintesis. Alga mempunyai bentuk yang
bermacam-macam, ada yang menyerupai benang dan ada yang berbentuk tumbuhan
12
tinggi. Ciri utamanya adalah tidak mempunyai alat berupa akar, batang, dan daun
Dalam artikelnya Michael Briggs mengatakan bahwa alga adalah tumbuhan yang
sinar matahari dalam proses fotosintesis, walaupun sinar matahari terhalang oleh
ukuranya alga dibedakan menjadi dua jenis yaitu macroalgae, yang berukuran besar
Macroalga dibagi menjadi 3 jenis, yaitu (1) Alga coklat, yang dapat mencapai
ukuran paling besar, biasa disebut dengan seaweed (rumput laut), (2) Alga hijau,
dikembangkan untuk keperluan riset dan teknologi. Hal ini karena microalgae
13
Dua faktor terpenting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan alga adalah sinar
matahari yang cukup dan karbondioksida. Selain itu alga juga membutuhkan
beberapa nutrisi tambahan seperti nitrogen, phosphate, dan zat besi agar
pertumbuhanya cepat dan optimal. Beberapa jenis alga juga membutuhkan silikon
Alga dapat berkembang pada air laut dan air tawar, bahkan pada daerah yang basah
dan lembab seperti pegunungan dan derah salju. Alga mempunyai ukuran yang
bervariasi, dari yang panjangnya satu mikrometer sampai raksasa laut yang
tingginya lebih dari 50 meter (Graham dan Wilcox, 2000). Alga sejenis rumput laut
(seaweed) tingginya dapat mencapai 70 meter. Alga dalam bentuk mikro biasa
(en.wikipedia.org).
Jenis alga yang sudah dikenal dan dibudidayakan di Indonesia adalah rumput laut
(seaweed). Rumput laut berbentuk koloni dan berkembang pada perairan yang
dangkal, pesut jernih, berpasir, dan berlumpur. Rumput laut biasanya menempel
pada karang mati, potongan kerang, dan substrat yang keras lainya, baik yang
Menurut Sheehan dkk (1998) dari departemen energi Amerika Serikat, ada 3
komponen zat utama yang terkandung dalam alga, yaitu (1) Karbohidrat, (2)
14
alkohol, protein dapat diolah menjadi produk makanan dan kecantikan, dan
Fatty acid merupakan produk dari alga yang berupa minyak nabati. Alga
mengandung minyak nabati yang sangat besar. Menurut Briggs (2004), alga
mengandung minyak lebih dari 50 % beratnya. Salah satu jenis alga yang diteliti
oleh Sheehan dkk (1998) kandungan minyaknya bahkan dapat mencapai lebih dari
(Rahayu, 2005; Zuhdi, 2004; Zuhdi dkk, 2003; Zuhdi, 2002; Rahman, 1995; La
Puppung, 1986).
ternak, dan pupuk. Alga sangat besar perananya dalam biogeochemistry, yaitu
seperti menyerap polusi dan pencemaran yang berlebihan (Graham dan Wilcox,
2000). Alga juga dapat dimanfaatkan pada bidang farmasi sebagai bahan pembuatan
obat-obatan (Cohen, 1999), seperti adanya kandungan zat anti HIV dan anti Herves
(Catie, 1998).
15
Selain itu alga juga dapat diproses menjadi menjadi minyak nabati, yang
Salah satu propertis utama yang terdapat didalam alga adalah fatty acid (asam minyak
nabati) yang terdiri dari senyawa triacyglycerol, yang besarnya tergantung pada masing-
masing jenis alga (Cohen, 1999). Briggs (2004) mengatakan bahwa kandungan vegetable
oil (minyak nabati) dari beberapa jenis alga dapat mencapai lebih dari 50 %. Fatty acid
atau minyak nabati inilah yang selanjutnya akan diproses menjadi biodiesel (Zuhdi dkk,
R= C15H31
16
Pembuatan biodisel tidak hanya memerlukan bahan baku saja, tetapi juga
mirip dengan minyak diesel (Rahman, 1995). Alkohol dapat diperoleh dengan cara
biodiesel alga harus diekstraksi terlebih dahulu menjadi minyak nabati. Menurut
Sheehan dkk (1998) ada beberapa tahapan untuk mendapatkan biodiesel dari alga ,
yaitu :
1. Pengeringan.
Untuk membuat alga menjadi biodiesel maka alga harus dijadikan minyak terlebih
dahulu. Minyak inilah yang selanjutnya diproses menjadi biodiesel (Sheehan dkk,
1998). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengubah alga menjadi
minyak nabati, salah satunya adalah dengan pengepresan. Ini merupakan cara yang
paling mudah , tetapi efisiensinya rendah yaitu sekitar 70 % (Laarhoven dkk, 2005).
17
Menurut Laarhoven dkk (2005), efisiensi tersebut dapat ditingkatkan dengan cara
minyak yang ada pada campuran. Kemudian minyak tersebut dipisahkan dari
Biodiesel dari alga didapatkan dengan cara melakukan proses esterifikasi atau
tranesterifikasi, yaitu proses katalisasi minyak atau asam minyak dengan methanol
atau ethanol. Katalis yang digunakan bisa berupa asam maupun basa. Dari proses
ini dihasilkan methil ester (Zuhdi, 2002 dan Solistia, 2004), yang selanjutnya
C2H5ONa
18
Gambar 4. Esterifikasi dengan katalisator sodium ethanolat (Laarhoven Maurick
College)
19
BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan karya ilmiah ini dimulai dengan pencarian data-data dan informasi berupa
pengamatan secara langsung serta data sekunder yang berasal dari surat kabar, buku-
buku teks, jurnal-jurnal, laporan hasil penelitian, dan artikel-artikel dari internet. Dalam
menyelesaikan masalah, karya tulis ini didekati dengan studi literatur dan komunikasi
Proses selanjutnya adalah pembuatan outline, yang berisi ide-ide umum yang akan
dimuat dalam tulisan ini. Hal ini berguna untuk membatasi karya tulis agar sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Outline juga mempermudah proses data collecting
(pengumpulan data).
Data-data dan informasi yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sesuai dengan outline,
tema, dan tujuan penulisan. Hasil pengolahan ditulis berdasarkan Pedoman Umum
Tinggi/Wilayah/Nasional.
Pembahasan tulisan ini dilakukan berdasarkan literatur dan fakta yang ada di lapangan,
induksi dan deduksi. Saran dirumuskan berdasarkan fakta yang ada dengan kesimpulan
20
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Alga Sebagai Salah Satu Alternatif Bahan Baku Pembuatan Biodiesel.
Tiga komponen biomasa utama yang terkandung dalam alga adalah karbohidrat,
produk makanan dan kecantikan, dan TAGs dapat digunakan untuk memproduksi
bermacam-macam bahan kimia, salah satunya adalah fatty acid. Kandungan fatty
acid dalam alga sangat besar. Beberapa jenis alga mempunyai kandungan fatty acid
Komponen utama alga yang digunakan sebagai bahan baku biodiesel adalah fatty
acid (asam minyak). Semakin besar kandungan fatty acid dalam suatu bahan maka
semakin besar biodiesel yang akan dihasilkan. Untuk mendapatkan biodiesel maka
dilakukan proses esterifikasi dengan katalisator asam atau basa, yang menghasilkan
methyl ester. Methyl ester inilah yang selanjutnya disebut sebagai biodiesel.
Untuk membuat biodisel tidak hanya diperlukan bahan baku saja, tetapi juga
21
Keuntungan dari pengembangan alga sebagai biodiesel adalah methanol atau
alkohol yang digunakan untuk proses esterifikasi dapat diproduksi dari alga itu
sendiri. Hal ini dilakukan dengan cara fermentasi karbohidrat yang terkandung
dalam alga. Karbohidrat yang difermentasikan merupakan sisa dari proses ekstraksi
biodiesel alga harus diekstraksi terlebih dahulu menjadi minyak nabati. Menurut
Sheehan dkk (1998) ada beberapa tahapan untuk mendapatkan biodiesel dari alga ,
yaitu :
1. Pengeringan.
Proses yang harus dilakukan sebelum membuat alga menjadi biodiesel adalah
ekstraksi alga menjadi minyak nabati. Minyak inilah yang selanjutnya diproses
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengubah alga menjadi minyak
nabati, yaitu Could press, Hexane Solvent oil Extraction, dan Supercritical Fluid
70% (Laarhoven dkk, 2005). Hexane Solvent oil Extraction efisiensinya mencapai
22
92 %, sedangkan Supercritical Fluid Extraction efisiensinya dapat mencapai 100 %.
Dari ketiga cara diatas pengepresan merupakan cara yang paling mudah dan murah.
Estraksi alga dengan could press sangat cocok dipakai untuk produksi dalam skala kecil.
Proses pengepresan mempunyai efisiensi rendah karena untuk mendapatkan minyak, alga
yang sudah dikeringkan dipress sehingga hancur. Cairan minyak nabati bersih yang
dihasilkan sekitar 70% dari jumlah minyak yang terkandung dalam alga. Sedangkan
Cyclohexane dengan cara distilasi (penyulingan). Dengan proses ini, hasil akhir
Setelah alga diolah menjadi menjadi minyak nabati, maka proses selanjutnya adalah
esterifikasi. Untuk merubah minyak nabati menjadi biodiesel dapat dipakai perbandingan
campuran yang digunakan Zuhdi (2003), yaitu minyak nabati 87 %, Alkohol 12%, dan
katalis 1%. Campuran ini kemudian dimasukkan kedalam reaktor untuk dipanaskan
sampai suhu 150 derajat Fahrenheit selama 1 sampai 8 jam. Proses esterifikasi ini akan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dihitung secara kasar, berapa besar biodiesel yang
didapatkan dari proses esterifikasi. Perhitungan dilakukan dengan tiga tahap, yaitu (1)
Minyak nabati yang dihasilkan dari proses pengepresan (2) Setelah dilakukan proses
23
Tabel 1. Biodiesel yang diperoleh dari 10 kg alga kering
Kandungan Fatty
Hasil Pengepresan Hasil Penyulingan Methyl ester
acid dlm alga
Alga dapat tumbuh pada air laut maupun air tawar. Dua hal penting yang sangat
pertumbuhanya, yaitu nitrogen, phosphate, dan zat besi (Graham dan Wilcox,
2000). Alga juga dapat tumbuh subur dengan memanfatkan sisa kotoran hewan,
Indonesia mempunyai perairan dangkal yang luas dengan sinar matahari yang
membudidayakan alga. Hal ini sangat tergantung pada nilai ekonomis dan manfaat
yang dapat diambil. Alga yang sudah dibudidayakan dan dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia saat ini adalah rumput laut, yang termasuk jenis alga coklat.
24
Alga dapat diproduksi menjadi makanan yang dikonsumsi manusia, makanan
ternak, dan pupuk. Alga juga dapat dimanfaatkan pada bidang farmasi sebagai
bahan pembuatan obat-obatan (Cohen, 1999), seperti adanya kandungan zat anti
HIV dan anti Herves (Catie, 1998). Alga sangat besar peranannya dalam
dibicarakan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini adalah alga
sebagai biodiesel.
Indonesia memiliki berbagai jenis alga yang berkembang alami, terutama pada
daerah pantai yang dangkal dan berpasir. Alga juga tumbuh dan berkembang pada
air tawar, seperti kolam dan danau. Kebanyakan alga ini termasuk jenis makro,
BioDieselNow Forums (2005) kandungan minyak dalam alga makro adalah sekitar
25 % sampai 40 %.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa alga yang tumbuh alami dapat digunakan
dan diproses menjadi biodiesel. Cara ekstraksi menjadi minyak adalah dengan
pengepresan, sehingga prosesnya mudah dan biayanya murah. Sisa ekstraksi ini
budidaya alga dengan menggunakan alga mikro. Menurut Sheehan dkk (1998)
25
kandungan minyak nabati dalam alga mikro dapat mencapai 60%. Kelebihan alga
mikro adalah kandungan minyak nabatinya besar dan pertumbuhanya sangat cepat.
Budidaya alga dapat dioptimalkan menggunakan sistem terpadu. Pada sistem ini
(pembangkit tenaga). Panas dan sisa pembakaran dari power plant yang
Dengan menggunakan sistem ini maka proses pengeringan alga menjadi lebih cepat dan
kebutuhan karbondioksida alga terpenuhi. Selain itu pencemaran udara juga dapat
dikurangi, karena karbondioksida yang terkandung dalam asap pembakaran power plant
didaur ulang oleh alga. Berdasarkan literatur diatas maka pembudidayaan alga di
Indonesia dapat dilakukan didaerah yang berdekatan dengan pembangkit daya yang
menggunakan bahan bakar fosil. Salah satunya adalah Paiton di Jawa Timur. Paiton juga
berada didaerah pantai. Paiton menggunakan bahan bakar batu bara yang konsentrasi
karbondioksida dalam udara sisa pembakaranya tinggi. Pembudidayaan alga juga dapat
dilakukan pada daerah dengan konsentrasi pencemaran udara yang tinggi, misalnya
26
Gambar 5. Budidaya Alga Menggunakan Sistem Terpadu (Sheehan dkk, 1998)
Pengoptimalan alga juga dapat dilakukan pada pengolahan pasca panen. Seperti yang
telah dijelaskan, alga mempunyai tiga komponen biomasa utama, yaitu karbohidrat,
protein, dan minyak nabati. Karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol. Protein
dapat diolah menjadi produk makanan dan kecantikan. Minyak nabati dapat digunakan
dkk, 1998).
27
BAB V
5.1. Simpulan
1. Alga dapat dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku pembuatan
biodiesel di Indonesia.
2. Proses pembuatan biodiesel dari alga dibuat dengan tiga tahapan, yaitu (1)
Pengeringan, (2) Ekstraksi alga menjadi minyak nabati, dan (3) Esterifikasi
3. Alga dapat dibudidayakan secara luas di Indonesia. Paiton dan Pulau Seribu
diusulkan sebagai pilot projek pengembangan biodiesel dari alga dengan sistem
terpadu.
5.2. Saran
28
4. Perlu dicari suatu peralatan yang kompak, sederhana dan murah yang dapat
29
DAFTAR PUSTAKA
2005.
Adryan FT, [2002], Unjuk Kerja Motor Diesel Dengan Bahan Bakar Jelantah Methyl
Ester, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan- Fakultas Teknologi Kelautan
ITS.
Cohen, Zvi [1999], Chemicals from Microalgae, Tylor & Francis Ltd.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, [2005], Jumlah Produksi Minyak
Gabrosky, M.S., McCormick, R.L., Alleman, T.L., dan Herring, A.M., [1999], Effect
Gabrosky, M.S., dan McCormick, R.L., [1998], Combustion of Fts and Vegetable Oil
125-164.
Culshaw, F.A., [1993], The Potential of Biodiesel from Oilseed Rape, Journal of
Power and Energy, Proc. Instn. Mech. Engrs Vol 207 pp : 173-17.
30
Graham, LE., Wilcox, Lw., [2000], Algae, Prentice-Hall, USA.
Makmuri, [2002], Biodiesel Bahan Bakar dari Limbah CPO, BPPT, Jakarta.
Oconnor, C.T., Forester, R.D., dan Seurrell, M.S., [1992], Cetane Number
Rahayu, BS, [2005], Analisa Emisi NOx dan Partikel Smoke Pada Motor Diesel
Menggunakan Bahan Bakar Crude Palm Methyl Ester, Tugas Akhir, Institut Teknologi
Sheehan, J., Dunahay, T., Benemann, J., Roessler, P., [1998], A look Back at The U.S.
USA
Soeroso, [2005], Kilang Pengolahan BBM dioptimalkan, Harian Pagi Jawa Pos 11
Maret 2005.
31
Solistia W, S., [2005], Biodiesel Pilot Plant
Zuhdi, MFA, [2004], Uji Ketahanan Motor Diesel Dengan Bahan Bakar Komposisi
Castor Methyl Ester , Palm Methyl Ester, dan Minyak Solar, Prosiding Seminar
Zuhdi, MFA, [2003], Biodiesel Sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil
PadaMotor Diesel, Laporan Riset, RUT VIII Bidang Teknologi, Lembaga Ilmu
Zuhdi, MFA, (2002), Aplikasi Pengguanaan Waste Methyl Ester Pada High Speed
Marine Diesel Engine, Seminar Nasional Teori aplikasi Teknologi Kelautan FTK ITS
32