You are on page 1of 9

ANALISA GAS DARAH

AGD

PENGERTIAN

AGD merupakan salah satu pemeriksaan diagnotik yang bertujuan untukmengetahui


pertukaran gas pulmonal. AGD diindikasikan untuk mengkaji sifat, rangkaian dan beratnya
gangguan metabolik dan pernafasan. Gas daerah arteri memungkinkan pengukuran PH (
keseimbangan asam dan basa ), oksigenasi, karbondioksida, bicarbonat, saturasi oksegen,
kelebihan dan kekurangan basa.

NILAI NORMAL GAS DARAH ARTERI DAN VENA

Komponen Darah arteri Darah vena

PH 7,35 7,45 7,32 7,42

PaCO2 35 45 mmHg 41 51
mmHg

Pa O2 Bayi........................... 60 70 mmHg
<65 Thn...................... 80 95 mmHg

>65 Thn...................... 75 85 mmHG

HCO3 22 26 mEq/L 24 28
mEq/L

TCO2 23 27 mmol

Base Axces (BE) -2 - +2 0 - +4

% SO2 96-97%

PH DARAH

PH darah adalah logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen dan juga kesamaan
dan kebasaan dari darah. PH turun menyebabkan asidemia ( Status asam dalam darah ),
penurunan ion hidrogen menyebabkan peningkatan PH dan terjadi kebasaan.
Kondisi yang menyebabkan asidemia dan alkalemia dipengaruhi oleh banyak proses
yang meliputi fungsi pernafasan, ginjal, oksigen jaringan, sirkulasi, kehilangan elektrolit dari
saluran gastrointestinal.

Secara fisiologi PH darah arteri lebih tinggi dari darah vena, hal ini disebabkan karena
konsentrasi CO2 yang tinggi pada darah vena.

ISTILAH ASAM BASAH

Pengukuran PH satu-satunya cara untuk mengetahui apakah tubuh dalam keadaan asam
atau basa ( alkali )

ASIDEMIA : Darah dalam kondisi asam PH < 7,35

ALKALEMIA : Darah dalam kondisi basah PH > 7,45

ASIDOSIS : Proses terjadi Asidemia

ALKALOSIS : Proses terjadi alkalemia

Pada peninggian CO2, baik karena kegagalan fungsi pernafasan mengeluarkan CO2
maupun bertambahnya produksi CO2 jaringan yang tidak dikompensasi oleh paru-paru akan
menyebabkan penurunan PH darah, hal ini disebut ASIDOSIS. Sebaliknya bila CO2 yang
dikeluarkan oleh jaringan lebih dari pada yang dikeluarkan oleh paru-paru akan
menmyebabkan PH darah menjadi alkali atau ALKALOSIS. Alkalosis dapat pula terjadi karena
pemberian zat-zat yang mengandung alkali baik oral maupun parenteral.

PaO2

Oksigen yang terikat dengan HB tidakmempunyai tekanan, tetapi oksigen yang terlarut
dalam plasma menyebabkan tekanan/desakan yang dapat diukur dan diketahui sebagai
PaO2. PaO2 bukan merupakan ukuran jumlah oksigen dalam darah.

Ada tiga cara untuk mengetahui oksigen dalam darah :

1. Menghitung kandungan oksigen dalam darah ; jumlah mililiter oksigen yang terbawa
oleh 100ml darah. Kandungan oksigen yang terikat dengan Hb : 19,4 ml oksigen/ 100
cc darah pada saturasi 97%, sedangkan kandungan oksigen yangterlarut dalam
plasma : 0,3 ml, sehingga jumlah total kandungan oksigen dalam 100 ml darah
adalah 19,7 ml kandungan oksigen dapat dihitung dengan rumus :
Kandungan O2 yang dibawa Hb/100ml darah = jml ml O2 yang dapat dibawa / gr Hb (
1,34 ml ) x jml gr Hb x % Saturasi O2 pada ketinggian permukaan laut (97 %).
2. PaO2 atau tekanan yang diciptakan oleh desakan/tekanan yang dihasilkan oleh 0,3
ml yang terlarut dalam plasma adalah 90 mmHg.
3. Saturasi oksigen menggunakan oksimetri, sensor pancaran sinar dan penerima sinar
menghitung jumlah absorpsi sinar oleh Hb yang mengandung oksigen dalam arteri.
Caranya sensor oksimetri diletakkan pada ujung jari/ daun telinga.

PaCO2

PaCO2 merupakan suatu tekanan/ desakan yang dihasilkan oleh gas CO2 yang terlarut
dalam darah. PaCO2 hanya dipengaruhi oleh faktor pernafasan/ paru-paru.

PaCO2 yang kita hirup jumlahnya sangat sedikit, CO2 yang terdapat dalam darah
merupakan hasil metabolisme tubuh untukmenghasilkan energi, dimana makanan yang kita
makan diubah oleh jaringan tubuh menjadi air dan gas CO2. Bila CO2 melebihi 45 mmHg,
maka gas CO2 akan berpindah dari sel ke plasma darah. Dalam plasma CO2 berikatan
dengan H2O untuk membentuk H2CO3 ( asam carbonat ). Gas CO2 disebut sebagai
substansi asam, karena bila ia berikatan dengan air akan membentuk asam carbonat (
H2CO3 ).

Bila gas CO2 dalam tubuh tinggi, maka tubuh harus membuang sisa produksi CO2 dengan
cara :

a. Gas CO2 diubah menjadi asam carbonat yang berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3-,
yang kemudian ion H+ dikeluarkan oleh ginjal dalam bentuk NH4+.
b. Pelepasan CO2 oleh paru-paru.

PaCO2 = Parameter pernafasan / respirasi

PaCO2 normal = Ventilasi paru normal


PaCO2 tinggi = Hypercarbia = Hipoventilasi
PaCO2 rendah = Hypocarbia = Hyperventilasi

Ada dua kondisi abnormal yang berhubungan dengan PaCO2 yaitu :

Acidosisi respiratorik ( PaCO2 tinggi )


Alkalosis respiratorik ( PaCO2 turun )
Tanda dan Gejala Gangguan Asam Basa :

Asidosis Respiratorik :

- Sakit kepala
- Mengantuk
- Koma
- Peningkatan HR
- Berkeringat
- Penurunan responsibilitas
- Tremor/Asteriksis
- Dispnea

Alkalosis Respiratorik :

- Kebas
- Pusing
- Kesemutan, kram otot

Dikatakan asidosis respiratorik bila : PH turun, PCO2 tinggi, HCO3 normal

Kemungkinan penyebab :

- PPOM/ obstruksi akut jalannafas


- Sedasi yang berlebihan
- Gangguan neuromuskuler
- Hypoventilasi dengan ventilasi mekanik
- Pembatasan respiratori akibat obesitas
- Kondisi yangmempengaruhi alat pernafasan

Dikatakan alkalosis Respiratorik apabila :

PH tinggi, PCO2 turun, HCO3 normal

Kemungkinan penyebab :

- Hypoksia
- Emboli paru/ fibrosis
- Hyperventilasi dengan ventilasi mekanik
- Cidera otak
- Demam
- Asma
- Anemia berat
- Pneumonia
- Gagal jantung kongestif
HCO3- dan BE ( Base Exces )

HCO3 dan BE hanya dipengaruhi oleh metabolik. Bila proses metabolisme


menyebabkan akumulasi asam dalam tubuh ataukehilangan bicarbonat, maka nilai
bicarbonat akan turun dibawah rental normal dan nilai BE menjadi negatif, tetapi bila proses
metabolisme menyebabkan kehilangan asam atau akumulasi kelebihan bicarbonat, maka
nilai bicarbonat meningkat diatas normal dan nilai BE menjadi positif.

HC03 + Parameter metabolik


PH turun, HCO3 turun = BE menjadi negatif
PH naik, HC03 naik + BE menjadi positif

Demikian pula dengan HCO3, dua kondisi yang berhubungan yaitu :

ASIDOSIS METABOLIK dan ALKALOSIS METABOLIK

Dikatakan asidosis metabolik apabila :

PH turun, HCO3 turun, BE (negatif)

Kemungkinan penyebab :

- Ketoasidosis
- Keracunan
- Asidosis laktat
- Gagal ginjal
- Diare
- Terafi asetozolamid

Dikatakan alkalosis metabolik apabila :

PH naik, HCO3 naik, BE positif

Kemungkinan penyebab :

- Kehilangan cairan gastrointestinal atas, muntah kehilangan asam


- Kekurangan kalium
- Pemberian alkali ( phenitoin yang banyak mengandung PH alkalin )
- MEKANISME KOMPONEN

Tubuh berkompensasi terhadap berbagai abnormalitas asam basa dengan mencoba


mengembalikan perbandingan antara HCO3 dan PCO2 menjadi 20 : 1 sehingga PH akan
menjadi normal. Bila proses abnormal adalah pernafasan maka sistem kompensasi adalah
metabolik atau sebaliknya.

Asidosis Respiratorik : Dimana PCO2 meningkat, sistem yang terganggu adalah pernafasan
dan kompensasi terjadi melalui proses metabolik, yakni ginjal mengeksresikan lebih banyak
asam dan sedikit HCO3-, sehingga kadar HCO3 meningkat di dalam darah.

Alkalosis respiartorik : Dimana terjadi penurunan PCO2, sistem kompensasi melalui


metabolik dimana ginjal berkompensasi dengan mengeluarkan HCO3.

Asidosis metabolik ( kekurangan HCO3 ), tubuh berkompensasi dengan sistem pernafasan


dimana terjadi hyperventilasi sehingga terjadi pembuangan PCO2 lebih banyak sehingga
kadar PCO2 dalam darah menjadi turun dan PH menjadi normal.

Alkalosis Metabolik : kompensasi terjadi sebaliknya dari asidosis metabolik, yakni sistem
kompensasi adalah hypoventilasi. Untuk membuktiukan apakah benar abnormalitas asam
basa terkompensasi, hal tersebut dapat dihitung dengan cara :

Ubah nilai PCO2mmHg menjadi mEq/L dengan cara nilai PCO2 dikalikan dengan angka 0,03
kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai HCO3-

Misalnya : PCO2 = 40MMhG X 0,03 = 1,2mEq/L.

KOREKSI ABNORMALITAS ASAM BASA

Keadaan dimana terjadi abnormalitas PH dikembalikan ke keadaan normal dengan


cara mengubah komponen yang secara primer/utama terpengaruh, misalnya PCO2 yang
tinggi ( asidosis respiratorik ), maka komponen yang harus diubah adalah menurunkan PCO2
tersebut dengan cara membuat pernafasan hyperventilasi, atau lakukan bronchotoilet bila
PCO2 tinggi karena obstruksi sekret/ slym.

PCO2 yang rendah ( alkalosis respiratorik ) dapat dikoreksi dengan cara memasang
rebreating bag( sungkup ), atau pada pasien yang menggunakan ventilator : membuat
pernafasan hypoventilasi/ menurunkan jumlah tidal volume pada ventilator.

HCO3- yangrendah (asidosis metabolik ), dikoreksi dengan cara meningkatkan kadar


HCO3- dengan pemberian bicarbonat.

Rumus pemberian Bicarbonat :


Jml NaHCO3- yang harus diberikan = BBx 0,3 x Kekurangan Asam ( BE )
Contoh : 70 (BB ) X 30% X 10 (BE) = 210 Meq BicNat yangharus diberikan. Kalau nya 105
Meq.
Perhatian : Pemberian BicNat ini biasanya diberikan dalam keadaan EMG, dan hanya 50%
dari jumlah yang di hitung , sisannya diberikan 2 jam kemudian. Lihat juga kondisi pasien
!!

PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH ARTERI

Pengertian :

Tindakan mengambil darah melalui pembuluh darah arteri untuk menganalisa gas darah
dalam hubungannya dengan fungsi pernafasan dan non pernafasan (metabolisme)

Tujuan :

1. Mengetahui suplay oksigen dalam darah dan metabolisme sel.

2. Mengetahui oksigenasi (Pertukaran gas O2 dan CO2)

3. Mengetahui keseimbangan asam dan basa

Tempat / daerah pengambilan darah arteri :

- Pilihan I : arteri dorsalis pedis 15-30 derajat

- Pilihan II : arteri radialis 30-45 derajat

- Pilihan III : arteri brachialis 45-60 derajat

- Pilihan IV : arteri femoralis 90 derajat

Persiapan Alat :

- 1 buah spuit analisa gas darah

- Alkohol swap

- Extra needle no.23

- Plester

- Sarung tangan
- Es dalam tempatnya bila pemeriksaan jauh

- Formulir pemeriksaan yang telah diisi (nama, register, medical record, kelas, rekening,
tanggal, jam pemeriksaan, HB pasien terakhir, PaO2 yang diberikan, suhu tubuh, diagsona
medis, ruangan)

- Penutup udara (Jelly atau Gabus )

Prosedur pengambilan darah arteri :

- Menjelaskan kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah arteri


- Mencuci tangan
- Mendekatkan alat ke dekat pasien
- Memakai sarung tangan
- Menentukan daerah arteri yang akan ditusuk
- Bila menggunakan spuit AGD, maka lepaskan dulu karet semprit AGD dan memasang
jarum spuit
- Pergelangan tangan dihiperekstensi dan tangan dirotasikan keluar
- Daerah yang akan ditusuk, dilokalisasikan dengan palpasi menggunakan jari tengah
dan jari telunjuk, temukan titik maksimum denyut nadi
- Hapus hamakan area yang akan ditusuk
- Jarum ditusukkan dengan perlahan ke arteri tepat pada area yang mempunyai
pulsasi penuh dengan posisi kemiringan 45-90 derajat terhadap kulit dan lubang
jarum mengarah kearah datangnya aliran darah
- Seringkali jarum masuk menembus pembuluh darah arteri dan hanya dengan
menarik jarum secara perlahan dan darah akan masuk ke dalam semprit dengan
sendirinya dan sebagai indikasi bahwa darah tersebut adalah darah arteri
- Darah diambil sebanyak 0,5ml
- Jarum ditarik/dilepaskan dan area tusukan ditekan selama 5 menit dengan kapas
alkohol ( 10 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan )dan fiksasi dengan
plester
- Keluarkan gelembung udara dari dalam spuit
- Tusukkan jelly / gabus pada jarum spuit sebagai penutup udara dan bila
menggunakan spuit AGD, maka gunakan karet spuit sebagai penutup spuit
- Putar spuit yang berisi darah diantara kedua telapak tangan
- Spuit diberi label dan segera masukkan ke dalam wadah yang telah diisi es
- Kirim sampel ke laboratorium
- Merapikan alat
- Mencuci tangan
- Mendokumentasikan tindakan

You might also like