You are on page 1of 15

1

EFEKTIVITAS VAKSINASI CAMPAK DAN PENGOBATAN VITAMIN A

Latar Belakang. Strategi ini dimanfaatkan oleh WHO (UNICEF) untuk mencapai
Visi Imunisasi Global dan Strategi (GIVS) 2010 dalam tujuan mengurangi kejadian
campak yang meliputi peningkatan cakupan vaksin campak, pengobatan vitamin A
dan penambahan suplementasi untuk memberikan dua dosis vaksin untuk semua
anak.
Metode. Kami melakukan tinjauan sistematis dari percobaan acak terkontrol (RCT)
dan quasi-eksperimental studi yang bertujuan untuk menentukan perkiraan efek
vaksin campak dan pemberian vitamin A untuk Lives Saved Tools/LIST. Kami
memanfaatkan standar abstraksi dan format penilaian untuk menentukan efek
perkiraan kematian dalam campak dengan memakai standar Child Health
Epidemiology Research Group Rules for Evidence Review/CHERG.
Hasil. Kami mengidentifikasi tiga vaksin campak dari percobaan acak terkontrol
(RCT) dan dua studi quasi-eksperimental (QE) dengan data terhadap pencegahan
penyakit campak. Studi meta-analisis dari penelitian ini menemukan bahwa
vaksinasi 85% efektif dalam mencegah penyakit campak, yang akan digunakan
sebagai proksi untuk kematian campak dalam LIST untuk negara yang memberikan
vaksinasi sebelum usia satu tahun. Literatur juga menunjukkan bahwa 95%
vaksinasi pada 1 tahun atau lebih dan 98% untuk dua dosis vaksin berbasis serologi.
Kami memasukkan enam percobaan acak terkontrol (RCT) pada studi meta-analisis
dari pemberian vitamin A pada campak yang tidak ditemukan penurunan yang
signifikan dalam mortalitas campak. Namun, pemberian vitamin A setidaknya dua
dosis ditemukan mengurangi angka kematian campak sebesar 62%.
Kesimpulan. Vaksin campak dan pemberian vitamin A adalah intervensi yang
efektif untuk mencegah kematian campak pada anak-anak.
Kata kunci. Campak, vaksin, vitamin A, pengobatan.
2

LATAR BELAKANG

Pada tahun 2005, Majelis Kesehatan Dunia menetapkan tujuan 90% untuk
mengurangi angka mortalitas campak pada tahun 2010 sebagai bagian dari Visi
Imunisasi Global dan Strategi (GIVS). WHO dan UNICEF telah membuat strategi
multi-komponen di 47 negara prioritas dengan kejadian campak yang tinggi
termasuk: mencapai dan mempertahankan cakupan 90% untuk dosis pertama
vaksin campak dengan usia 12 bulan, memberikan manajemen klinis yang tepat
termasuk pemberian vitamin A, meningkatkan pengawasan campak, dan
pemantauan cakupan vaksinasi. Sebagai tambahan, Strategis Advisory Group of
Experts on Immunization (SAGE) baru-baru ini mengajukan sebuah rekomendasi
global bahwa semua anak harus menerima 2 dosis vaksin campak.
Mempertahankan cakupan vaksinasi tetap tinggi merupakan hal yang penting dalam
upaya pengendalian campak di negara dengan beban campak relatif rendah, dan
negara-negara ini butuh untuk lebih meningkatkan cakupan guna mencapai tujuan
eliminasi campak.
Efektivitas vaksinasi campak didasarkan pada beberapa host dan vaksin
faktor. Faktor yang terpenting adalah usia saat divaksinasi dan penerimaan dosis
kedua. WHO merekomendasikan dosis campak pertama pada usia 9 bulan di negara
berkembang dengan risiko tinggi morbiditas dan mortalitas campak selama tahun
pertama kehidupan. Sejak tahun 2000, WHO telah merekomendasikan bahwa
semua anak menerima kali kedua untuk vaksinasi campak. Banyak negara-negara
berkembang dengan tingkat transmisi vaksinasi campak yang rendah pada usia 1
tahun atau lebih guna meminimalkan risiko gangguan antibodi ibu, dan telah
menerapkan pemberian dua dosis. Adapun efektivitas vaksin campak dalam
mencegah kematian tidak seragam di seluruh dunia, dan akan bervariasi
berdasarkan jadwal vaksin rekomendasi dan strategi pelaksanaan program vaksin
campak itu sendiri. WHO juga merekomendasikan pemberian vitamin A yang
terdiri dari dua dosis 50.000 IU untuk bayi usia <6 bulan, 100.000 IU untuk usia 6
bulan hingga 1 tahun, dan 200.000 IU untuk anak usia lebih dari 1 tahun.
Suplementasi rutin vitamin A adalah juga dianggap dapat mengurangi kasus
3

kematian akibat campak, selain kemungkinan mengurangi angka kematian dari


beberapa faktor, termasuk diare. LIST memperlihatkan bahwa suplementasi
vitamin A pada berbagai penyebab kematian ditentukan oleh penurunan angka
kematian campak-spesifik sebesar 19%.
Beberapa review dari efektifitas vaksin campak dan pengobatan dengan
vitamin A telah diterbitkan. Bagaimanapun sebagian besar ulasan ini memiliki data
serologi untuk menentukan perkiraan kematian campak-spesifik. Review terbaru
dari Cochrane meninjau bahwa pengobatan vitamin A pada anak-anak dengan
campak adalah keliru, termasuk percobaan pemberian suplementasi; oleh karena
itu, kami telah merevisi analisis di luar percobaan ini. Di sini kami menyajikan
tinjauan sistematis mengenai vaksin campak dan pengobatan vitamin A dalam
rangka untuk menentukan perkiraan efek dan ketidakpastian untuk daftar LIST.

METODE

Kami secara sistematis meninjau semua literatur yang telah dipublikasikan


sejak 1960-2008 untuk mengidentifikasi studi mengenai vaksin campak dan
pengobatan vitamin A. Berdasarkan CHERG, PubMed, Perpustakaan Cochrane,
dan database regional WHO yang dicari dalam berbagai bahasa. Pencarian untuk
studi mengenai vaksin campak meliputi kombinasi dari 'vaksin campak',
'percobaan', 'efek', 'kematian', dan 'non spesifik'. Pencarian mengenai pengobatan
dengan vitamin A meliputi: 'vitamin A', 'percobaan', 'efek', 'kematian' dan 'campak'.
Studi abstrak untuk analisis termasuk percobaan acak terkontrol (RCT) dan studi
quasi-eksperimen (QE). Studi observasional dimasukkan dalam analisis semua
penyebab kematian untuk vaksin campak merujuk pada data yang minimal dari
percobaan acak terkontrol (RCT) atau studi quasi-eksperimen (QE). Tiga studi
melaporkan data untuk dua studi kohort yang menggunakan metode yang berbeda;
oleh karenanya kami memilih untuk menganalisis studi kohort ini secara terpisah
dan sumber referensi studi ini menunjukkan kelompok 'a' dan 'b'. Jika dua atau lebih
studi memperlihatkan data untuk populasi yang sama selama periode waktu yang
4

sama pula, studi yang paling banyak dipakai berdasarkan metode dan analisis
adalah studi meta-analisis. Studi menggunakan titer vaksin campak yang tinggi
dikeluarkan, vaksin ini dikaitkan dengan peningkatan mortalitas pada anak
perempuan.
Semua studi akhirnya memiliki kriteria inklusi dan eksklusi yang disarikan
menjadi bentuk standar untuk setiap hasilnya. Kami menggambarkan variabel-
variabel yang berkaitan dengan identifikasi penelitian dan konteks, desain
penelitian dan keterbatasan, intervensi spesifik, dan efek hasilnya. Tiap studi dinilai
dan ditingkatkan berdasarkan CHERG, GRADE. Percobaan acak atau kluster
menerima penilaian awal yang 'tinggi'. Tingkatan diturunkan setingkat untuk setiap
studi keterbatasan desain studi. Sebagai tambahan, studi melaporkan sebuah analisa
yang secara statistik memiliki hubungan yang signifikan (>80% pengurangan)
mendapatkan penurunan 1-2 tingkat. Setiap studi dengan nilai akhir yang 'sangat
rendah' dikeluarkan dari penelitian ini.
Adapun hasil akhir dengan lebih dari satu studi, kami menghubungkan studi
meta analisis dan melaporkan risiko relatif (RR) Mantel-Haenszel dan interval
kepercayaan koresponden 95%. Ketika terdapat heterogenitas, DerSimonian-Laird
mengumpulkan risiko relatif (RR) dan 95% interval kepercayaan yang dilaporkan.
Jika nol peristiwa terjadi pada kelompok perlakuan, 0,5 ditambahkan pada yang
diberi pengobatan maupun yang tidak diberi pengobatan guna menghitung 95%
interval kepercayaan dan sesuai nilai P. Pada studi meta-analisis yang memuat data
mengenai efek vaksinasi campak terhadap kematian, tidak ditemukan kematian
pada yang divaksinasi; oleh karena itu kami memilih untuk tidak menghitung efek
estimasi dengan interval kepercayaan karena metode kami untuk memperhitungkan
nol kejadian secara signifikan menurunkan efek estimasi. Hasil disajikan dalam
bentuk keuntungan relatif (1-RR), yang lebih umum dikenal sebagai keberhasilan
atau keefektifan. Semua analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
statistik STATA 10 SE.
Kami menyimpulkan bukti dan hasil akhir termasuk penilaian kualitatif dari
kualitas studi dan pengukuran kuantitatif menurut pedoman standar untuk setiap
5

hasil akhir. CHERG diterapkan untuk mengumpulkan vaksinasi campak dan


pemberian vitamin A untuk mengestimasi efek pada kematian akibat campak.

HASIL

Kami mengidentifikasi 3.179 judul dari pencarian mengenai vaksin campak.


Setelah menskrining, kami memasukkan tiga studi dengan kematian campak yang
spesifik, 23 studi dari semua penyebab angka kematian dan sembilan studi yang
melaporkan campak sebagai hasil akhir. Pada tabel 1, dilaporkan penilaian kualitas
vaksin campak, serta hasil dari studi meta-analisis. Dalam dua studi RCT dan satu
QE studi mengenai kematian spesifik campak, tidak ada kematian yang terjadi pada
anak yang divaksinasi.
Selanjutnya, diikutsertakan studi meta-analisis untuk melihat pengaruh
vaksinasi campak pada semua penyebab kematian. 13 studi observasional dan satu
RCT memenuhi persyaratan ini, dan hasilnya menunjukkan bahwa vaksinasi
campak dikaitkan dengan penurunan dalam semua penyebab kematian sebanyak
43%. Empat studi dikeluarkan dari studi meta-analisis pengaruh vaksinasi campak,
dan satu RCT yang merupakan kesalahan klasifikasi diferensial campak
berdasarkan status vaksinasi, satu studi RCT yang diberikan imunoglobulin pada
anak dengan kontak terhadap campak, satu studi QE dimana sebagian vaksin
campak dalam kondisi penyimpanan yang tidak tepat, dan studi QE yang tidak
mempublikasikan jumlah peserta sidang atau interval kepercayaan. Lima studi yang
tersisa yaitu tiga RCT dan dua QE, menemukan bahwa satu dosis vaksin campak
mengurangi kejadian campak sebesar 85%.
Sebanyak 270 judul diidentifikasi untuk mengevaluasi pemberian vitamin
A. Adalah tujuh studi yang diikutsertakan, enam RCT dan satu QE, untuk
pemberian vitamin A pada campak. Studi Ellison dikeluarkan dari meta-analisis
karena kurangnya pengacakan dan penggunaan dosis vitamin A yang lebih kecil
(~3000 IU) dibandingkan dengan studi RCT. Sebuah studi meta-analisis dari enam
studi RCT berkualitas tinggi tidak menemukan penurunan yang signifikan dalam
6

angka kematian campak. Namun, ketika stratifikasi analisis terhadap dosis


pemberian vitamin A , setidaknya dua dosis dari 200.000 IU untuk anak usia >1
tahun dan 100.000 IU untuk bayi, ditemukan pengurangan angka kematian campak.
7

DISKUSI

WHO memperkirakan 750.000 kematian akibat campak di seluruh dunia


pada tahun 2000, dan menurun menjadi 197.000 pada tahun 2007. Penurunan ini
merupakan usaha keras dari WHO/UNICEF dan program-program lainnya dalam
menyediakan suplementasi vitamin A dan peningkatan cakupan vaksinasi campak
meliputi pemberian vaksinasi kedua pada negara-negara dengan angka kejadian
campak yang tinggi.
Vaksin campak diperkenalkan pertama kali di Amerika Serikat dan negara-
negara maju pada tahun 1960; hal ini berdasarkan pada pencegahan penyakit
campak dan korelasi imunologis mengenai imunitas sebagai dasar terjadinya
penyakit campak. Tinjauan secara sistematis mendapati tiga percobaan acak
terkontrol (RCT) dapat mengidentifikasi angka kematian campak secara spesifik
sebagai suatu tujuan akhir. Yang mana didapatkan hanya 14 kematian campak
terjadi pada kombinasi ketiga percobaan (semua termasuk dalam kelompok yang
tidak divaksinasi) dan bila mengikuti CHERG sebagai bukti untuk tinjauan ulang,
kami tidak mampu menentukan perkiraan suatu efek langsung. Pada studi
observasional, sebagai tambahan pada RCT, analisa seluruh penyebab kematian
bertujuan untuk menunjukkan hipotesis bahwa vaksin campak berpengaruh atas
kematian yang tidak disebabkan oleh campak. Studi meta-analisis kami
menemukan bahwa vaksin campak dapat mengurangi semua penyebab angka
kematian sebesar 43%, tetapi kualitas pembuktian yang rendah berdasar CHERG
membuat sebagian besar dari data yang timbul cenderung mengalami bias dan
memungkinkan bentuk format lain yang tak dikenali juga mengalami bias. Merujuk
pada bukti yang belum jelas mengenai efek vaksinasi campak yang tidak spesifik
pada semua penyebab angka kematian pada campak, penilaian ini tidak tercakup
dalam LIST. Diikutsertakannya tiga studi RCT dan dua studi QE dalam studi meta-
analisis mengenai efektifitas vaksinasi campak. Studi ini menemukan vaksin
campak dapat mengurangi angka kejadian penyakit campak sebanyak 85% dan
berdasarkan Rule 7, hasil pengukuran ini dapat digunakan sebagai alat untuk
pencegahan terhadap angka kematian campak. Banyak penelitian studi metodologis
8

yang telah menafsirkan adanya angka penurunan kematian campak dengan data
yang akurat atas efektivitas vaksin campak; bagaimanapun, berdasarkan LIST
studi-studi ini dinilai rendah dan merupakan sumber bukti yang tidak kuat untuk
diperbandingkan terhadap studi RCT. Adapun studi lain mungkin akan
menganggap sepele atas kemanjuran vaksin campak. Anggapan ini terjadi
berdasarkan diberikannya vaksin selama perjangkitan campak terjadi, hasil
kemanjurannya kurang begitu dianggap karena dilakukannya vaksinasi pada
sebelum usia yang dianjurkan.
Efektifitas vaksinasi campak konsisten dengan review serologi Cutts
dengan tingkat seroconversi 85% ketika pemberian vaksin diutamakan dalam satu
tahun dan review Singh yang memperkirakan efektivitas 8590% berdasrkan studi
kelayakan penyelenggaraan vaksin di India. Penemuan ini dapat dilaksanakan
untuk program vaksinasi pada negara berkembang, anak-anak yang akan diberi
vaksinasi campak harus termasuk dalam kriteria usia antara 6 bulan hingga 5 tahun.
Bagaimanapun, perkiraan ini bersifat konservatif untuk efek vaksinasi pada angka
kematian campak karena beberapa studi sebelumnya mendokumentasikan bahwa
telah memberikan vaksinasi campak mengurangi tingkat kejadian campak
dibandingkan dengan anak yang sama sekali tidak diberikan. Tidak ada satupun
dalam studi meta-analisis secara rinci merujuk program vaksinasi pada negara
berkembang, yang mana vaksinasi direkomendasikan pada umumnya 12 bulan.
Vaksin campak menjadi lebih efektif ketika diberikan pada anak-anak yang lebih
tua.
WHO SAGE baru-baru ini merekomendasikan pada negara-negara dengan
kejadian campak yang rendah untuk meningkatan usia pemberian dosis vaksin yang
pertama yaitu mulai dari 9 hingga 12 bulan sebagai tambahan terhadap pemberian
dosis rutin kedua selama tahun kedua. Sekitar 95% individu berubah ketika vaksin
campak diberikan pada tahun pertama atau lebih tua. Oleh karena itu, jika LIST
digunakan untuk menaksir angka kematian campak pada negara-negara yang
diberikan vaksinasi pada tahun pertama atau lebih besar, pemakai bisa
meningkatkan efektifitas vaksin campak. Sebagai tambahan, kita memilih tidak
memasukkan imunitas di dalam LIST untuk vaksin dosis tunggal. Angka
9

reproduktif untuk campak adalah 1520 dan >95% pada populasi diperlukan untuk
kekebalan dalam rangka menghentikan transmisi endemic campak. Lagipula,
kekebalan individu akan memiliki kesamaan dalam suatu populasi, asumsi tidak
dapat dibuat karena banyak negara berkembang tidak mencapai cakupan pemberian
vaksinasi >90%. Bagaimanapun, para pemakai LIST mempunyai kapasitas untuk
melakukan penyesuaian efektivitas vaksinasi campak dengan level cakupan, dan
kita mendukung negara pengguna untuk mengatur efektifitas spesifik hingga 100%
jika data surveilans mengindikasi tidak ditemukan transmisi campak.
Manfaat pemberian dosis kedua dari vaksinasi campak pada kejadain
campak atau kematian akibat campak dibandingkan dengan tidak diberikannya
vaksinasi belum dievaluasi terhadap anak-anak pada studi acak prospektif karena
percobaan ini kurang tepat. Oleh karena itu, perkiraan terbaik dari manfaat terhadap
pemberian jadwal dua dosis vaksinasi campak harus diperkirakan dari data
serologis, diperlihatkan efektifitas dari pemberian dua dosis dibandingkan
pemberian satu dosis dalam suatu penelitian. Harus diperhatikan ketika
menggunakan data serologis untuk memperkirakan dampak kematian akibat
campak. Studi terbaru WHO mereview studi serologis yang mendapatkan angka
median 97% pada anak yang gagal serokonversi pada dosis pertama dalam
mengembangkan kekebalan untuk dosis kedua. Jika efektifitas 85% diasumsikan
untuk pemberian vaksinasi dosis pertama, hasil serologi ini dihubungkan dengan
efektifitas 99,6% untuk kedua dosis vaksinasi dalam kisaran 98,1-100%
berdasarkan IQR. Efektifitas dari dosis vaksinasi campak akan tergantikan dengan
mengatur ulang usia vaksinasi. Studi epidemiologi membandingkan efektifitas awal
dari dosis vaksinasi terhadap dosis tunggal, dan menemukan banyak hasil pada
negara berkembang; studi di Niger menemukan dua dosis (dosis pertama usia 6-8
bulan, dan dosis kedua pada usia 9 bulan) 23% lebih sedikit efektifitasnya
dibandingkan dengan pemberian dosis tunggal, dimana studi di India (dosis pertama
pada usia 9-12 bulan dan dosis kedua usia 15-18 bulan) dan Guinea Bissau (dosis
pertama usia 6-8 bulan dan dosis kedua 9-12 bulan) yang ditentukan oleh dua dosis
vaksinasi yaitu 83% dan 90% lebih efektif dibandingkan dosis tunggal. Untuk
menghasilkan efektifitas terhadap dua dosis vaksinasi campak berdasarkan LIST,
10

kami memasukkan 98% pada quartile yang rendah menurut WHO mengenai dua
dosis vaksinasi campak dirasa cukup beralasan.
Defisiensi vitamin A diketahui sebagai faktor resiko dalam menderita
campak dan sejak 1987 WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian
pengobatan vitamin A pada anak yang menderita campak. Kami memperlihatkan
sebuah studi meta-analisis terhadap 6 studi RCT pengobatan vitamin A dengan
angka kematian spesifik-campak dan kami tidak menemukan penurunan kejadian
kematian campak yang signifikan. Bagaimanapun, ketika kami membuat analisa
terhadap dosis pemberian pengobatan vitamin A, 200.000 IU untuk anak usia 1
tahun dan 100.000 IU pada bayi ditemukan penurunan angka kematian campak
sebesar 62%. Hasil ini mendukung rekomendasi pemberian dua dosis vitamin A
pada anak yang menderita campak. Suatu pengecualian berdasarkan Rule 0
(setidaknya 50 kematian campak) sehingga dianggap sesuai dengan CHERG yang
menunjukkan suatu pembuktian yang berkualitas dari tiga studi RCT. Hasil yang
didapatkan, 62% perkiraan efek yang tidak pasti akan digunakan dalam LIST.
11

Hasil dari tinjauan ulang kami, ditemukan suatu angka efektifitas yang gagal
termasuk di dalam LIST, hal ini dirangkum dalam tabel 3. Hasil kami mendukung
strategi WHO/UNICEF untuk mengurangi angka kematian campak di negara
prioritas, yang meliputi peningkatan cakupan vaksinasi campak dan pemberian
vitamin A, sebagai tambahan untuk menawarkan kesempatan kedua untuk
pemberian vaksianasi pada semua anak. Tujuan GIVS 2010 untuk penyakit campak
memperlihatkan pencapaian dengan memberikan dua dosis vaksinasi di negara Asia
Tenggara guna memperlihatkan penurunan kematian campak 90%.
12

TELAAH KRITIS JURNAL

PICO
Patient of problem
Dalam usaha untuk mengurangi kejadian campak yang meliputi : Peningkatan
cakupan vaksinasi campak dengan pemberian 2 dosis vaksin campak dan
pemberian dua dosis vitamin A.

Intervention
Terdapat intervensi pada penelitian ini. Semua studi yang dikumpulkan akhirnya
memiliki kriteria inklusi dan eksklusi yang disarikan menjadi bentuk standar
untuk setiap hasilnya. Penelitian ini menggambarkan variabel-variabel yang
berkaitan dengan identifikasi penelitian dan konteks, desain penelitian dan
keterbatasan, intervensi spesifik, dan efek hasilnya. Tiap studi dinilai dan
ditingkatkan berdasarkan CHERG, GRADE.
CHERG diterapkan untuk mengumpulkan vaksinasi campak dan pemberian
vitamin A untuk mengestimasi efek pada kematian akibat campak.

Compare
Studi epidemiologi membandingkan efektifitas awal dari dosis vaksinasi campak
terhadap dosis tunggal, dan menemukan banyak hasil pada negara berkembang;
studi di Niger menemukan dua dosis (dosis pertama usia 6-8 bulan, dan dosis
kedua pada usia 9 bulan) 23% lebih sedikit efektifitasnya dibandingkan dengan
pemberian dosis tunggal, dimana studi di India (dosis pertama pada usia 9-12
bulan dan dosis kedua usia 15-18 bulan) dan Guinea Bissau (dosis pertama usia
6-8 bulan dan dosis kedua 9-12 bulan) yang ditentukan oleh dua dosis vaksinasi
yaitu 83% dan 90% lebih efektif dibandingkan dosis tunggal.
Terdapat tujuh studi yang diikutsertakan, 6 RCT dan 1 QE, untuk pemberian
vitamin A pada campak. Studi Ellison dikeluarkan dari meta-analisis karena
kurangnya pengacakan dan penggunaan dosis vitamin A yang lebih kecil (~3000
IU) dibandingkan dengan studi RCT. Sebuah studi meta-analisis dari enam studi
13

RCT berkualitas tinggi tidak menemukan penurunan yang signifikan dalam


angka kematian campak. Namun, ketika stratifikasi analisis terhadap dosis
pemberian vitamin A , setidaknya dua dosis dari 200.000 IU untuk anak usia >1
tahun dan 100.000 IU untuk bayi, ditemukan pengurangan angka kematian
campak.

Outcome
Manfaat terhadap pemberian dua dosis vaksinasi campak harus diperkirakan dari
data serologis, diperlihatkan efektifitas dari pemberian dua dosis dibandingkan
pemberian satu dosis dalam suatu penelitian. Studi terbaru WHO mereview studi
serologis yang mendapatkan angka median 97% pada anak yang gagal
serokonversi pada dosis pertama dalam mengembangkan kekebalan untuk dosis
kedua. Jika efektifitas 85% diasumsikan untuk pemberian vaksinasi dosis
pertama, hasil serologi ini dihubungkan dengan efektifitas 99,6% untuk kedua
dosis vaksinasi dalam kisaran 98,1-100% berdasarkan IQR. Efektifitas dari dosis
vaksinasi campak akan tergantikan dengan mengatur ulang usia vaksinasi
Sebuah studi meta-analisis terhadap 6 studi RCT pengobatan vitamin A dengan
angka kematian spesifik-campak, tidak ditemukan penurunan kejadian kematian
campak yang siginifikan. Namun, ketika dibuat analisa terhadap dosis
pemberian pengobatan vitamin A, 200.000 IU untuk anak usia 1 tahun dan
100.000 IU pada bayi, ditemukan penurunan angka kematian campak sebesar
62%. Hasil ini mendukung rekomendasi pemberian dua dosis vitamin A pada
anak yang menderita campak.
14

VIA
Validitas
Apakah hasil sistematik tinjauan ini valid?
Sampel
Terdapat 3.179 judul dari pencarian mengenai vaksin campak, dan setelah
diskrining dimasukkan tiga studi dengan kematian campak yang spesifik, 23
studi dari semua penyebab angka kematian dan sembilan studi yang melaporkan
campak sebagai hasil akhir. Berikutnya dilakukan skrining kembali untuk
mengeksklusi penelitian-penelitian yang : terdapat kesalahan dalam klasifikasi
diferensial campak berdasarkan status vaksinasi, pemberian imunoglobulin pada
anak dengan kontak terhadap campak, vaksin campak dalam kondisi
penyimpanan yang tidak tepat, dan studi yang tidak mempublikasikan jumlah
peserta atau interval kepercayaan.
Sebanyak 270 judul diidentifikasi untuk mengevaluasi pemberian vitamin A,
dimana terdapat tujuh studi yang diikutsertakan.

Metode
Tinjauan sistematis dari percobaan acak terkontrol (RCT) dan studi quasi-
eksperimental yang bertujuan untuk menentukan perkiraan efek vaksin campak
dan pemberian vitamin A untuk LIST.
Studi abstrak untuk analisis termasuk percobaan acak terkontrol (RCT) dan studi
quasi-eksperimen (QE). Studi observasional dimasukkan dalam analisis semua
penyebab kematian untuk vaksin campak merujuk pada data yang minimal dari
percobaan acak terkontrol (RCT) atau studi quasi-eksperimen (QE).

Analisis data statistik


Studi meta analisis dengan melaporkan risiko relatif (RR) Mantel-Haenszel dan
interval kepercayaan koresponden 95%. Hasil disajikan dalam bentuk keuntungan
relatif (1-RR), yang lebih umum dikenal sebagai keberhasilan atau keefektifan.
Semua analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak statistik STATA
10SE.
15

Keterbatasan dari penelitian


Studi meta-analisis penelitian ini menemukan bahwa vaksin campak dapat
mengurangi semua penyebab angka kematian sebesar 43%, tetapi kualitas
pembuktian yang rendah berdasar CHERG membuat sebagian besar dari data yang
timbul cenderung mengalami bias dan memungkinkan bentuk format lain yang tak
dikenali juga mengalami bias. Merujuk pada bukti yang belum jelas mengenai efek
vaksinasi campak yang tidak spesifik pada semua penyebab angka kematian pada
campak, penilaian ini tidak tercakup dalam LIST.

Kesimpulan:
Important
Apakah hasil penelitian ini penting?
Iya, karena hasil penelitian ini mendukung strategi WHO/UNICEF untuk
mengurangi angka kematian campak di negara prioritas, yang meliputi peningkatan
cakupan vaksinasi campak dan pemberian vitamin A, serta sebagai tambahan untuk
menawarkan kesempatan kedua untuk pemberian vaksinasi pada semua anak.
Tujuan GIVS 2010 untuk penyakit campak memperlihatkan pencapaian dengan
memberikan dua dosis vaksinasi di negara Asia Tenggara guna memperlihatkan
penurunan kematian campak 90%.

Applicable
Apakah penelitian ini dapat diaplikasikan?
Iya, hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di RSUD Raden Mattaher.

You might also like