Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Alisius Heru Setiawan Nainggolan 14700094
Lambert Hezekiah Eddy 14700096
Muhammad Deniansyah 14700098
Afsar Dwi Bangsawan 14700100
Anita Riana 13700138
A. NEVUS OF OTA
Nevus of Ota adalah perubahan warna pada lapisan dermal akibat kegagalan
migrasi melanosit pada Neural crest menuju lapisan dermal epidermal (Bohra,
2015).
Menurut Tanino Nevus of Ota dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan regionya yaitu
Tipe I - mild, Tipe II - moderate, Tipe III - severe dan Tipe IV Bilateral (Bohra,
2015).
Patofisiologi pada Nevus of Ota sendir belum diketahui dengan pasti tetapi pada
umumnya bersifat asymptomatic dan pada kasus tertentu juga terdapat melanoma.
Pada Opthalmic division komplikasi yang dapat terjadi pada ocular biasanya adalah
glaucoma, melanoma pada siliaris, iris dan juga komplikasi pada nervus optikus
(Bohra, 2015).
Pengobatan yang dapat dilakukan tetapi dapat menimbulkan scar antara lain
cryotherapy, dermabasion dan microsurgery. Terdapat juga terapi lain yang tanpa
menimbulkan scar antara lain Q-switched Nd:YAG laser (QSYL) dan Q-switched
ruby laser (QSRL) (Bohra, 2015).
2. Selective Photothermolysis
C. INFANTILE HEMANGIOMA
Infantile hemangioma adalah tumor vaskular jinak yang paling umum pada
masa bayi dan masa anak-anak. Karena hemangioma bisa mengalami kemunduran
secara spontan, umumnya tidak memerlukan perawatan kecuali proliferasi
mengganggu fungsi normal atau menimbulkan risiko kerusakan serius dan
komplikasi tidak mungkin sembuh tanpa pengobatan. Berbagai metode untuk
mengobati hemangioma bayi telah didokumentasikan, termasuk menunggu dan
melihat kebijakan, terapi laser, terapi obat, skleroterapi, radioterapi, pembedahan
dan sebagainya, namun tidak satu pun terapi ini dapat digunakan untuk semua
hemangioma. Untuk mendapatkan hasil pengobatan terbaik, protokol pengobatan
harus bersifat individual dan komprehensif serta berurutan (Wei et al., 2013).
Hemangioma ditandai dengan proliferasi sel endotel dan jalur alami dapat
dibagi menjadi: fase proliferasi cepat (0-1 thn), tahap involuting (1-5 tahun) dan
fase involuted (5-10 thn). Dengan regresi spontan hemangioma, pilihan pengobatan
masih kontroversial. Melalui studi lanjutan terhadap 159 kasus dengan
hemangioma involuting, Finn dkk menemukan bahwa 81% kasus dapat mencapai
efek 'sempurna' saat regresi terjadi sebelum 6 tahun. Dengan demikian, banyak
dokter menekankan pendekatan pengamatan hati-hati namun tidak aktif melakukan
perawatan. Hemangioma ini biasanya tidak mengancam jiwa atau mengganggu
fungsi, namun berbagai masalah psikologis akan muncul karena kerusakan, seperti
evaluasi citra diri negatif, kurangnya rasa percaya diri dan kesusahan, dll. Faktanya,
sekitar 40% -50% dari semua hemangioma tidak tuntas, meninggalkan perubahan
permanen pada kulit, seperti telangiektasis, jaringan parut, anetoderma atau
epidermal atrophy, hipopigmentasi dan / atau kulit berlebihan dengan residu fibro-
lemak dll. Beberapa hemangioma dapat menyebabkan kerusakan serius dan
disfungsi, dan bahkan menjadi mengancam jiwa. Agar tidak meninggalkan gejala
cacat dan psikologis, disarankan agar penanganan aktif dilakukan daripada
observasi. Dengan kemajuan teknologi modern, perawatan aktif tidak hanya
memiliki efek terapeutik yang pasti, namun juga dapat meminimalkan tekanan
psikososial yang disebabkan oleh lesi. Metode pengobatan saat ini dari
hemangioma kepala dan leher terutama meliputi terapi obat, terapi laser, dan
pembedahan. Rencana perawatan hemangioma harus bersifat individu dan
bergantung pada lokasi utama, luasnya, fase pertumbuhan lesi dan teknik yang ada.
Tidak ada pengobatan "standar emas" yang berlaku untuk semua pasien, dan
manajemen multidisiplin sering dibutuhkan untuk kemanjuran terbaik (Wei et al.,
2013).
D. KERATINOSIT
1. Stratum basale
Merupakan sel selapis kubus yang terletak di atas lamina basalis pada
perbatasan epidermis-dermis. Stratum basale memiliki aktivitas mitosis yang
tinggi yang bertujuan untuk pembaruan sel-sel epidermis secara
berkesinambungan (Junqueira, 2007).
2. Startum spinosum
Terdiri dari sel-sel kubus, inti ditengah dengan cabang-cabang yang berisi
berkas filamen. Proses mitosis hanya terjadi pada lapisan stratum malpighi, yang
teridiri atas stratum basale dan stratum spinosum (Junqueira, 2007).
3. Stratum granulosum
4. Stratum lusidum
Tampak jelas pada kulit tebal, bersifat translusen. Organel dan inti tidak
tampak. Sel tidak memiliki nukleus atau organel dan dipenuhi oleh filamen keratin
(Junqueira, 2007).
5. Stratum korneum
Lapisan ini terdiri dari lapisan berlapis pipih berkeratin tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Sel-sel yang mengalami keratinisasi dan
menebal akan membentuk sel tanduk (Junqueira, 2007).
E. SEL-SEL PADA EPIDERMIS
1. Melanosit
Melanosit berasal dari sel krista neural. Melanosit memiliki badan sel bulat,
dan dari badan sel tersebut terjulur cabang-cabang yang tak teratur dan panjang
ke dalam epidermis, yang berjalan di antara sel-sel stratum basale dan stratum
spinosum. Bagian ujung juluran ini berakhir dalam invaginasi sel yang berada
di kedua lapisan tersebut. Mikroskop elektron memperlihatkan sel pucat yang
mengandung banyak mitokondria kecil, sebuah kompleks golgi yang
berkembang baik, dan sisterna pendek di retikulum endoplasma kasar.
Hemidesmosom mengikat melanosit ke lamina basalis (Junqueira, 2007).
2. Sel Langerhans
3. Sel Merkel
Sel Merkel biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki,
yang agak menyerupai sel epitel epidermis tetapi memiliki granula padat kecil
di dalam sitoplasmanya (Junqueira, 2007). Karena sel ini berhubungan erat
dengan akson aferen (sensorik) tidak bermielin, sel ini diduga berfungsi sebagai
meanoreseptor untuk mendeteksi tekanan (Eroschenko, 2008).
F. KELENJAR KERINGAT EKRIN DAN APOKRIN
kelenjar ekrin dan apokrin adalah dua jenis kelenjar keringat. Mereka
mengeluarkan zat mereka langsung keluar ke permukaan tubuh, bukan ke dalam
aliran darah.
Kelenjar keringat apokrin yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu,
pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan
cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap
orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat
menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada
saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak
dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin
mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
Bohra, A., dan Bhateja, S., 2015, Nevus of Ota: A Rare Oro-Facial Pigmentation-
Short Review, volume 2, issue 8, Journal of Pigmentary Disorders.
Dong Li, YaLing He., et al., 2013, A new model of selective photothermolysis to
aid laser treatment of port wine stains, volume 58, issue 3, Chinese Science
Bulletin.
Eroschenko, VP, 2008, Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional, Edisi
9, Jakarta: EGC.
Junqueira, Carneiro., R.O. Kelley, 2007, Histologi Dasar. Edisi 5, Tambayang J.,
penerjemah. Terjemahan dari Basic Histology, Jakarta: EGC.