You are on page 1of 14

Makalah Agama Hakikat Manusia

Menurut Islam
February 17, 2015 / Desiyunitas_mathedu

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang sangat
klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan
berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.

Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai zaman modern sekarang
ini juga belum berakhir dan mungkin tak akan pernah berakhir. Ternyata orang menyelidiki
manusia itu dari berbagai sudut pandang. Ada yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu
antropologi fisik, adapula yang menyelidiki dengan sudut pandang budaya yaitu antropologi
budaya. Sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut antropologi
filsafat.

Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara
sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.
Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal
dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam
hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di
muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-
hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar
tentang manusia itu sendiri, yaitu apa dari mana dan mau kemana manusia itu.

Oleh karena itu pada makalah ini kami akan membahas tentang hakikat manusia dalam
filsafat pendidikan islam yang meliputi hakikat Allah menciptakan manusia, apa hakikat
manusia, mengapa manusia memerlukan pendidikan, dan mengapa manusia bisa di didik.
Semoga dengan pembhasan ini dapat menambah wawasan bagi kita dalam memahami
hakikat diri kita sebagai manusia di muka bumi ini.

Rumusan Masalah

1. Jelaskan siapakah manusia itu!


2. Jelaskan persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain!
3. Jelaskan tujuan penciptaan manusia!
4. Jelaskan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia!
5. Jelaskan tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah!
6. Jelaskan apa saja hakikat manusia itu!

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manusia

1. Manusia dalam arti Filosofi

Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies
baru yang berasal dari spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi. Teori
evolusi berpengaruh pula pada bidang-bidang lainnya, termasuk psikologi yang obyeknya
manusia. Misalnya saja, Sigmund Freud, seorang ahli psikologi Jerman, beraliran
Psikoanalisis mengemukakan bahwa manusia mengalami proses perkembangan dari bayi
menjadi dewasa melalui tahap-tahap tertentu, yaitu tahap oral (oral stage), tahap anal (anal
stage), tahap falik (phallic stage), tahap latensi (latency stage), dan tahap genital (genital
stage).

Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung


metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.

Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki prilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia
tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).

Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia
mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa
jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang
alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang tampak
saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses
pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir).
Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif
pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam
pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan
sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.

Jika dilihat dari segi biologis, hampir tidak dapat dibedakan antara manusia dan hewan.
Perbedaan terdapat pada sisi rohani yang dimiliki manusia, dan akal budinya. Dengan akal
inilah manusia melahirkan kebudayaan dan peradaban. Dengan akalnya tersebut, manusia
dapat berimajinasi dan memiliki tujuan. Manusia merupakan homo sapiens yaitu makhluk
yang memiliki tujuan, Manusia disebut pula homo faber karena manusia adalah makhluk
yang pandai menggunakan alat. Manusia adalah homo religious yaitu makhluk yang percaya
kepada takdir dan kepada Tuhan. (Djumrasnsjah, 2008:103).

Berikut diuraikan pendapat para filosof Barat tentang pengertian manusia ini sebagai berikut:

1. Plato memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran, kehendak,
dan nafsu-nafsu;
2. Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk rasional yang memiliki kesatuan
organik antara tubuh dan jasad;
3. Sartre mendefinisikan manusia sebagai nol yang me-nol-kan pour soi yang bukan
merupakan objek melainkan subjek, yang kodratnya bebas (Loren Bagus, 2000:266)

Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi memiliki karakter paling unik.
Secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang sehingga para pemikir sering
menyamakannya dengan binatang. Letak perbedaan yang utama antara manusia dengan
makhluk lainnya terletak pada kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan ini
hanya dimiliki manusia sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan yang bersifat
instingtif.
1. Manusia Menurut Pandangan Islam

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.

Manusia adalah makhluk yang penuh misteri, dia tidak akan mampu mengungkap siapa
dirinya yang sebenarnya. Manusia adalah makhluk yang diberi akal oleh Allah, dengan
akalnya manusia akan berpikir, dengan berpikir manusia akan banyak timbul pertanyaan yang
akan dicari jawabannya.

Asal Kejadian Manusia

Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia
pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi dengan segala
karakter kemanusiaannya.

Setelah penciptaan nadi Adam As. manusia selanjutnya diciptakan melalui proses
pencampuran antara laki-laki dan perempuan, hal ini sesuai dengan Al-Quran surat Al-
Mukminun ayat 12-14:

)( ) (







)(

Artinya :

Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS. Al- Muminuun
23 : 12-14).

Tahapan-tahapan penciptaan manusia Allah Subhanahu wa Taala berfirman :

Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan
dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi . )Al Hajj : 5(
Tahap pertama manusia dibuat dari saripati tanah melalui makanan yang dimakan oleh laki-
laki dan perempuan. Sebagian dari zat yang dimakan menjadi bahan sperma (air mani), bahan
awal penciptaannya manusia. Unsur-unsur yang menyusun tubuh manusia menurut penelitian
ditemukan pada jenis-jenis tanah, karena itu ayat di atas dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.

Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada
keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Begitu pula
penggambaran penciptaan nabi Adam yang Allah ciptakan dari suatu saripati yang berasal
dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk, yang tertera dalam surat Al
Hijr ayat 26, Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

Setelah Allah SWT menciptakan nabi Adam dari tanah. Allah ciptakan pula Hawa dari
Adam, sebagaimana firman-Nya : Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia
jadikan daripadanya istrinya . )Az Zumar : 6(

Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan
istrinya, agar dia merasa senang kepadanya . )Al Araf : 189(

Dari Adam dan Hawa Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi
dan berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada
perempuan hingga hari kiamat nanti. (Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)

Allah SWT menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan
perempuan dan bertemu ketika terjadi jima( dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu.
Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk
menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya :

Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia
dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan. )Al Mursalat : 20-22)

Dari nuthfah, Allah jadikan alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di dinding
rahim. Dari alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki
bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa
Taala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang
dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut
agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi
makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba. (dapat dilihat keterangan tentang
hal ini dalam kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan
lain-lain)

Setelah manusia sempurna dalam pembentukan, maka Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh
manusia tersebut dan Allah juga menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati (qolb).

Hal ini sesuai dengan firman Allah:




)(

)(


Atinya :

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S
assajadah 8-9)

Dari pembahasan diatas, terdasarlah kita bahwa kita tak patut untuk menyombongkan diri
karena kita ini adalah ciptaan yang Maha Kuasa. Ciptaan yang diciptakan dengan sebaik-
baiknya. Patutlah kita mensyukurinya dan beribadah kepada-Nya.

Menurut Mustafa Zahri di dalam Jamal Syarif (2003 : 59-60) mengatakan bahwa unsur-unsur
immateri yang ada pada diri manusia adalah:

1. Roh adalah pemberian hidup dari Allah kepada manusia.


2. Hati (qolb) adalah tempat bersembunyi yang dianugerahkan oleh Allah kepada
manusia.
3. Akal adalah pemberian Allah yang paling sempurna, dengan akal manusia dapat
mempelajari alam semesta.
4. Nafsu adalah kemauan atau kehendak yang ada di dalam diri manusia.

Penyebutan Nama Manusia

Di dalam Al-Quran, Allah sebagai Dzat pencipta manusia, menyebutkan beberapa istilah
yang menunjuk kepada manusia, yaitu:

1. Bani adam )Qs. Al Arof: 31(, manusia disebut bani adam, karena dilihat dan aspek
historis penciptaannya, yaitu makhluk ciptaan Allah yang merupakan keturunan nabi
Adam.
2. Basyar (Qs. Al- mukminun : 33), penyebutan ini sesuai dengan sifat-sifat biologis
manusia, yaitu makhluk Allah yang memiliki sifat-sifat fisik, kimia, biologis dalam
kehidupannya, yang membutuhkan makan, minum.
3. Insan )Qs. Al Ala : 5( ini manusia memiliki sifat-sifat psikologis dan kecerdasan,
yaitu makhluk yang berfikir mampu menyerap ilmu pengetahuan.
4. An nas (Qs. Al bakarah, dari aspek sosiologis, manusia merupakan makhluk ciptaan
Allah yang mempunyai sifat-sifat dan kecenderungan untuk hidup berkelompok
dengan sesamanya, sehingga disebut makhluk sosial.
5. Abdun )hamba( yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus
tunduk dan patuh )Saba : 9(

2.2 Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain

Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan fisiologisnya.
Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada
gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat
perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet)
yang lebih tinggi dapat di temukan intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai
tujuan yang diinginkan, sehinnag memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang
telah di gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-
elemen dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.

Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat
dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan dan
kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran, dan
tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan makhluk
lain. Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu
membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka
di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami
ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan taat
kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa alasan yang
mendukung pernyataan tsb.

Pertama, Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersyujud (hormat) kepada
Adam as. Allah berfirman saat awal penciptaan manusia ;

Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka
sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia adalah termasuk golongan
kafir. ( QS. Al Baqarah 34).

Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (nama-nama ilmu
pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT.

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya


kepada para malaikat, lalu berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang
kami katahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah
kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu,
Allah berfirman, Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan. (Q S. Al Baqarah 33)
Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak
memiliki hawa nafsu sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan
yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan.

Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi, Ingatlah ketika
Tuhan mu berfirman kepada para malaikat, : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah dimuka bumi(QS.Al Baqarah 30)

Manusia memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain yang paling mirip
sekalipun. Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan adanya konsekuensi
kemanusiaan di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Diantara karakteristik
manusia adalah:

1. Aspek kreasi

Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah di rakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan
sempurna. Hal ini bisa di bandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya.
Mungkin banyak kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari tangan sinpanse,
demikian pula organ-organ lainnya.

2. Aspek ilmu

Hanya manusia yang punya kesempatan memahami lebih jauh hakekat alam semesta di
sekelilingnya. Pengatahuan hewan hanya berbatas pasa naluri dasar yang tidak bisa di
kembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan
peradaban yang terus berkembang.

3. Aspek kehendak

Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam hidup.
Makhluk lain hidup dalam suatu pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah. Para
malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.

4. Pengarahan akhlak

Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelulmnya
baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi penjahat. Demikian pula
sebaliknya. Oleh karena itu lembaga pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan
generasi yang akan datang.

2.3 Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan


kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual
yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum
Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut
hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut
horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).
Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap
terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu
penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun
pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku
tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka
member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).

Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama yang
lurus. (Bayinnah, 98:5)

Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam
dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan
manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah
tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.

2.4 Fungsi dan Peranan Manusia

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai
pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk
menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang
dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :

1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada
ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Quran.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqarah : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah
maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu
Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan.
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Di dalam Al Quran disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.

Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada
nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau
melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah
Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum
dalam QS Az Dzariyat : 56 Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu.
Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah
bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di
hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi
orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam.
Hal ini tercantum dalam QS Al Araf : 172.
Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):Bukankah Aku ini Tuhanmu?.
Mereka menjawab:Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi.(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).
Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi
yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan
bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau
Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin
Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan
Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu
memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai
dunia ini.

2.5 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah

1. Tanggung jawab manusia sebagai Hamba Allah

Makna yang esensial dari kata abd )hamba( adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.

Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta makhluk-makhluk yang di


tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi hamba
Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia adalah amat luas di dalam
kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya. Tanggung
jawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis berikut. Dari
Ibnu Umar RA katanya; Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggungjawabkan
terhadap apa yang digembalainya. Seorang laki-laki adalah pengembala dalam keluarganya
dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah
suaminya dan akan ditanya tentang pengembalaannya.Seorang khadam juga pengembala
dalam harta tuannya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Maka semua orang dari
kamu sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya .(Muttafaq
alaih)

Allah mencipta manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia dicipta untuk
dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya atas setiap usaha dan
amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan
hakikat wujudnya hari pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya
perlu dilaksanakan.
2. Tanggung jawab manusia sebagai Khalifah Allah

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan
dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam.

Manusia selaku khalifah di muka bumi mempunyai tugas dan kewajiban mengelola dan
memakmurkan alam semesta sesuai dengan aturan dan ketentuan Allah, menegakkan
kebenaran dan keadilan, serta melakukan amar maruf nahyi mungkar.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah
memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Firman Allah
SWT:

Artinya:

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di
bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini
orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa
bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa
yang kamu tidak ketahui. (Al-Baqarah:30)

Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan
tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling
istimewa. Firman Allah SWT :
Artinya :

Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan
bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan
bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk
memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup
memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan
kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.(Al-Ahzab:
72)

2.6 Hakikat Manusia

Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas
memilih dan bertanggung jawab.

1. Makhluuq (yang diciptakan)


2. Berada dalam fitrah. Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati
nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]
3. Lemah sebagai makhluk. Manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan
keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa:48]
4. Bodoh beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat
makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut.
[QS Al Ahzab;72]
5. Memiliki kebutuhan sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan.
Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS
Faathir:15]
6. Mukarram (yang dimuliakan)
7. Ditiupkan ruh [QS As Sajdah:9]
8. Diberi keistimewaan [QS Al Isra:70]
9. Ditundukkan alam untuknya . Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah
peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]
10. Mukallaf (yang mendapatkan beban)
11. Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai
konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]
12. Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al
Baqarah:30]
13. Mukhayyar (yang bebas memilih)

Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]

5. Majziy (yang mendapat balasan)


6. Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya,
Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu
mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As
Sajdah:19, Al Hajj:14]
7. Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang
Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan
hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]

Hakikat manusia adalah sebagai berikut :

Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur
dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan
jiwa yang arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT.
Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca
indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal,
nafsu, kalbu, dan sebagainya.

Hakikat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi ini. Yang mampu
merubah bumi ini kearah yang lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah
adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal
dan perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan
Allah yang paling sempurna.

Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan
makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara,
diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut
untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung
jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi.

Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya sebagai
khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu belajar,
mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai khalifah yang
berarti wakil Allah adalah mewujudkan kemakmuran di muka bumi, mengelola dan
memelihara bumi.

Sebenarnya Al Quran sudah membahas semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung
jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat
memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia, sehingga dapat
menjalani kehidupan dengan penuh makna.

Daftar Pustaka
Arista. 2012. Makalah Hakikat Manusia dalam Islam, (Online),
(http://aristasefree.wordpress.com/tag/makalah-hakikat-manusia-dalam-islam/, diakses 12
Februari 2014).

Hermawan, A.Heris. 2009. Filsafat pendidikan Islam. Jakarta: Kementrian Agama.

http://alafshoh99.wordpress.com/hakikat-manusia-dalam-islam/

http://konsepblackbook.blogspot.com/2012/03/hakikat-manusia-menurut-islam.html

http://sarkopas.blogspot.com/2013/04/hakikat-manusia-dalam-filsafat.html

Imtihana, Aida, dkk. 2009. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Prinina, Endang. 2013. Makalah Agama Islam Hakikat Manusia, (Online),


(http://endangprinina.wordpress.com/2013/06/06/makalah-agama-islam-hakikat-manusia/,
diakses 12 Februari 2014).

Rahman, Irfandy. 2013. Makalah Hakikat Manusia menurut Islam, (Online),


(http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-hakikat-manusia-menurut-islam.html, diakses
12 Februari 2014).

Shiraishi, Raicho. 2011. Makalah Hakikat Manusia Menurut Islam, (Online),


(http://raichoshiraishi.wordpress.com/2011/12/14/makalah-hakikat-manusia-menurut-islam/,
12 Februari 2014).

Suryana, Toto, dkk. 1977. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Tiga
Mutiara.

You might also like