You are on page 1of 10

TUGAS AGAMA

NAMA : CATERINA CLAUDYANA ARA

NIM : 1506050061

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
KATA PENGANTAR

Tidak banyak buku, referensi ataupun tulisan yang


membahas tentang Paroki Melolo. Hal itu disebabkan karena
umat perdana yang ada di Melolo silih berganti, ada yang datang
menetap, bekerja lalu pergi dan tidak pernah kembali lagi.
Mereka datang ke Melolo sebenarnya hanya untuk mencari
pekerjaan, sedangkan berkumpul, beribadah bersama pada hari
Minggu hanyalah suatu kebiasaan mereka sebelumnya.

Karena itu, tulisan ini berusaha menyajikan beberapa


peristiwa penting sejak awal kedatangan orang-orang Misionaris
sampai dengan sekarang menjadi sebuah paroki.

Akhirnya saya sampaikan, mudah-mudahan tulisan ini


menjadi informasi yang bermanfaat.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

REFLEKSI

A. KEDATANGAN MSIONARIS
B. MASALAH YANG DIHADAPI MISIONARIS
C. CIKAL BAKAL PAROKI
1. KONSILIDASI
2. PERSIAPAN
D. MELOLO SEBAGAI PAROKI
1. KEPEMIMPINAN SVD
a. JUMLAH STASI
b. JUMLAH UMAT
2. KEPEMIMPINAN PROJO
a. PERKEMBANGAN STASI
b. PERKEMBANGAN UMAT
REFLEKSI

Pulau Flores itu adalah pulau agama Katolik sedangkan pulau


Sumba adalah pulau bagi Protestan. Demikianlah ungkapan yang sering
terdengar dalam pecakapan dan pergaulan sehari - hari dengan orang
Sumba di daerah daerah pelosok kampung pulau Sumba. Hal ini
berdasar, karena setiap orang Flores yang mereka jumpai di pulau Sumba,
baik pegawai maupun non pegawai, entah sebagai sopir, tukang kayu dan
lain sebagainya, sebagaian besar beragama Katolik.

Hal ini benar, karena dampak dari penjajahan. Sambil berdagang,


penjajah juga mengajarkan agama. Kalau bangsa Portugis yang nota bene
mayoritas beragama katolik lebih dahulu masuk pulau Flores, maka
sebaliknya, Bangsa Belanda yang mayoritas beragama Protestan masuk
pulau Sumba. Sehinga tidak heran jika penduduk pulau Sumba lebih
dahulu mengenal agama Protestan. Walau sebenarnya masih sangat
banyak atausebagain besar orang Sumba masih memeluk aliran
kepercayaan asli atau dikenal dengan Merapu.

Katolik yang telah hidup di pulau Flores, juga harus hidup dan
berkembang di pulau Sumba. Kiranya ini adalah tekad dan semangat
missioner para misionaris yang telah hadir di pulu Sumba. Tekad dan
semangat ini seyogyanya tetap menggema didalam situasi situasi baru
dan tekad perubahan di pulau Sumba tercinta ini. Dan jawabannya adalah
paroki. Paroki sebagai sebuah lembaga yang dapat menghimpun dan
membina umat.

Oleh karena itu, kehadiran para misionaris tentulah hal yang


paling utama dalam menjawab berdirinya sebuah paroki dan kita perlu
menjawab bersama-sama kebutuhan- kebutuhan missioner tersebut
secara aktif dan kreatif.
A. KEDATANGAN MISIONARIS

Menyeberanglah dan tolonglah kami! Bisikan Tuhan yang bernada


imperatif ini pula yang menghantar para misionaris perdana Serikat
Sabda Allah (SVD) ke pulau Sumba selanjutnya ke Melolo, menggerakan
mereka senantiasa selama kurang lebih dua puluh delapan tahun dalam
karya pewartaan Kabar Gembira di daerah ini. Selanjutnya diserahkan
kepada Konggregasi Redemtoris (CSSR), karena SVD mengalami
kekurangan tenaga. Selama bertahun tahun Konggregasi Redemtoris
(CSSR) melaksanakan karyanya di pulau Sumba dan termasuk di Melolo.

B. MASALAH MASALAH YANG DIHADAPI MISIONARIS

Bila orang mengagumi Indonesia sebagai negeri yang indah hijau


permai, Sumba adalah kontrasnya. Pulau ini disebut pulau sabana
lantaran padang padangnya yang membentang luas.

Bagi para penebar agama, Sumba dikenal sebagai tanah Merapu


yang kaya dengan ritus-ritusnya dan konon menjadi lahan perebutan para
penebar agama. Bila menoleh kebelakang maka kita akan menemukan
bahwa kisah tentang pengusiran para Misionaris, pertentangan antara
Katolik dan Protestan yang sudah lebih mendahului, serta
minimnyapanggilan lokal telah menjadi alasan menyerahnya para
misionaris untuk berkarya di Sumba.

Keadaan geografis yang amat sulit terjangkau karena letak tempat tinggal
umat sangat berjauhan dari suatu tempat ke tempat lainnya, sehingga sulit
pula memberikan pelayanan, ini kiranya menjadi alasan para misionaris
tidak bertahan. Namun demikian Tuhan tentu tidak akan pernah
meninggalkan umat yang dikasihNya.
C. CIKAL BAKAL PAROKI MELOLO

1. KONSILIDASI

Melolo bukanlah sebuah paroki, namun Tuhan tentu tetap menyayangi


umat pilihanNya. Melalui orang -orang pendatang dari pulaau Flores,
Sumba Barat, pulau Timor dan Jawa, baik sebagai pegawai negeri, polisi
maupun lainnya, mereka tetap dan selalu bekumpul, bekerja dan berdoa
bersam-sama, dan merayakan ibadah Hari Minggu bersama.
Melalui kesempatan kesempatan yang tidak resmi, umat perdana mulai
mewacanakan cikal bakal sebuah paroki, yakni paroki Melolo. Hal ini
wajar lantaran mereka merasa kurang dalam hidupnya jika tidak ada
pelayanan sakramen yang tetap di Melolo. Sementara mereka sudah
terbiasa menerima sakramen Maha Kudus setiap hari Minggu, sebagai
mana lazimnya di tempat asal mereka dahulu. Dan rupanya Tuhan
mendengar doa dan harapan mereka.

2. PERSIAPAN-PERSIAPAN

Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami. Untuk kedua


kalinya Tuhan mengajak ke Sumba dan tibalah Misionaris SVD
priode kedua. Karya misi SVD di Melolo pun mulai kembali
menjadi actual. Setelah mendapat restu dari beberapa provincial
SVD untuk menerima tawaran dari keuskupan Weetabula agar
SVD kembali berkarya di Sumba, maka Provinsi sudi percayakan
untuk mengkoordinir dan merealisir permintaan tersebut. Untuk
itu pada tanggal 17 September 1985 mendaratlah tiga misionaris
SVD yang terdiri dari P. Zenon Stezyeeki SVD, utusan Provinssi
Timor, P. Vinsent Jolasa SVD, utusan Provinsi Ende dan P.Yosef
Banamtuan SVD, utusan Provinsi Ruteng. Ketiga pastor itu
semuanya akan berkarya di Melolo.
D. MELOLO SEBAGAI SEBUAH PAROKI

Pada tanggal 9 Oktober 1985, adalah hari yang besejarah untuk


Melolo, melalui perayaan misa kudus yang dipimpin oleh Kepala
keuskupan Weetabula dan dihadiri seluruh umat paroki Melolo
dilangsungkan acara serah terima antara Keuskupan dengan Serikat
Sabda Allah ( SVD). Sejak saat itulah Melolo remi menjadi sebuah Paroki
dengan pelindungnya yakni, St. Hendrikus. Jadi nama lengkapnya paroki
Melolo adalah Paroki ST. Hendrikus Melolo.

1. PAROKI MELOLO DIBAWAH PIMPINAN SVD

Tiga misionaris pertama yang bertugas di Paroki Melolo adalah P.


Zenon Stezyeeki SVD, utusan Provinssi Timor, P. Vinsent Jolasa SVD,
utusan Provinsi Ende dan P.Yosef Banamtuan SVD, utusan Provinsi
Ruteng. P. Zenon sebagai Pastor Paroki dan dibantu oleh dua pastor
kapelan yakni P.Yosef dan P. Vinsent. Segeralah terbentuk dewan paroki
St. Hendrikus Melolo, lengkap dengan seksi-seksi.

Tugas berikutnya, ketiga Pastor, membuat jadwal pelayanan


pastoralnya. Dengan semangat membara, terutama kedua pastor muda,
P.Yosef dan P. Vinsent, mereka pergi ke stasi-stasi bertemu dan melayani
sakramen bagi umat Katolik dan simpatisan.

Dalam perjalanan pastoral, P.Zenon hanya setahun bertugas , lalu


karena Dia sangat dibutuhkan , maka beliau di panggil ke Roma bertugas
di sana, karena beliau adalah satu-satunya ahli peta Katolik dunia.
Sementar itu pula P. Vinsent dibutuhkan di Seminari Weetabula, maka
beliau juga dipangil ke sana. Lalu sebagai pengganti Pastor Paroki
datanglah P. Yakobus Weke, SVD (asal Bajawa). Kurang lebih dua tahun
kemudian P. Yakobus juga rupanya harus belajar di Australia akirnya P.
Yosef Banamtuan diangkat sebagi pastor Paroki dibantu oleh P. Gabriel
Manek. P. Gabriel diganti P. Wilwrid Parera, yang kemudian juga harus
pindah ke SMAK Syuradikara Ende sebagai pengajar, lalu diganti oleh P.
Bernard, lalu giganti oleh P. Kris yang akhirnya P. Yosef pindh Ke Paroki
Sang Penebus Lewa dan P. Kris diangkat menjadi Pastor Paroki.
Penggantinya adalah P. Yakobus Modhodan Romao Fidel Pr sebagai
pastor pembantu. Kemudian P. Yakobus pindah ke Seminari
Weetabulasebagai pengajar semenari, diganti oleh P. Goris SVD. Selama
5 tahun bertugas lalu akhirnya dialihkan ke Projo, lalu R. Fidel diangkat
sebagai Pastor Paroki. Demikian berakhirlah kepemimpinan SVD di
Paroki Melolo.

a. JUMLAH STASI

Pada tahun 1985, wilayah Paroki St. Hendrikus Melolo mencakup


empat kecamatan, yakni kec. Pahungalodu, kec. Paberiwai, kec. Rindi
umalulu dan kec. Pandawai. Jumlah stasi 24 stasi.

Wilayah kecamatan Rindi Umalulu meliputi stasi; Melolo, Ngaru


kanoru dan Wanga. Wilayah kecamatan Pahunga lodu meliputi stasi:
Mburu kulu, Ngalu, Wula, Pamburu, Kuruwaki, Tama, Baing, Lai
pandak, Lai Njanji dan Lumbu Manggit. Wilayah kecmatan Paberiwai
meliputi stasi: Kananggar, Kaju, Anadawai, Praiwitu, Laomang, Hamba
wutang, Maumalulu, dan Nggongi.

Jarak dari satu stasi ke stasi lainya sangat berjauhan dapat


ditempuh dengan motor tetapi ada juga stasi yang dapat dijangkau dengan
hanya berjalan kaki saja.

b. JUMLAH UMAT

Sebagai sebuah Paroki yang baru, jumlah umat perdana sekitar 120.
Umatnya bervariasi,baik dari asal maupun pekerjaan. Bila di pusat paroki
(Melolo), mayoritas umat pegawai maka lain halnya di stasi-stasi adalah
petani. Mayoritas umat di Melolo berasal dari Flores, Sumba Barat, Timor
dan Jawa, maka di stasi- stasi adalah penduduk asli, dan juga berasal dari
Suku Sabu akibat kawin mawin atau karena kemauannya sendiri.
Perkembangan umat dari tahun ke tahun memang mengalami kemajuan,
baik jumlah umat maupun penambahan stasi- stasi yang baru. Walau tak
dapat dipungkiri banyak juga kendala yang dihadapi para penebar, baik
oleh orang local yang sudah terkondisi oleh agama yang sudah ada
sebelumnya maupun bahasa, karena para pastor semuanya berasal dari
luar sumba Timur, bahkan sebagian besarnya berasal dari Flores. Namun
hal itu tidak menyurutkan perjuangan, sekali berarti berarti sesudah itu
mati, demikianlah semboyan misionaris dalam tanda kutip.

Seiring dengan bertambahnya jumlah umat katolik dan untuk


mendekatkan pelayanan, maka pada tahun 1998, terjadi pemekaran
paroki baru, yakni paroki Ngalu, yang berjarak 50 km dari pusat
paroki. Dan pada tahun 2010, dimekarkan lagi sebuah parksi baru yakni
paroki Nggongi, 80 km dari pusat paroki. Kini sebagai paroki yang
telah dimekarkan menjadi beberapa paroki baru, Paroki st. Hendrikus
Melolo memiliki stasi 17 stasi dan umat 3000 umat katolik.
Satu hal yang sangat membanggakan paroki St, Hendrikus
Melolo, telah menghasilakan 2 orang pastor, yakni P. Niko Lobo Ratu,
SVD ( tugas di Irlandia Utara) dan Rm. Stef Tamu Ama, Pr, yang kini
bertugas di Seminari tinggi St. Mikael Penfui.
Kita berdoa semoga perkembangannya semakin pesat baik jumlah
umat maupun pastor yang akan ditahbiskan. Amin.

2. PAROKI MELOLO DIBAWAH KEPEMIMPINAN PROJO

Segala keberhasilan yang dicapai oleh para Pastor SVD dilanjutkan juga
oleh pastor Projo.

a. PERKEMBANGAN STASI
Kian tahun perkembangan umat semakin bertambah. Demikian
pula jumlah stasi semakin bertambah pula seiring dengan pertambahan
jumlah umat Katolik baik di pusat stasi Melolo maupun di stasi- stasi.
Bahkan ada stasi yang jumlah umat membludak sehingga terkadang
dalam guyonan, ingi melepaskan diri juga dari Melolo ingin dan menjadi
sebuah Paroki baru. Mudah-mudahan hal tersebut bisa terwujud, karena
dengan demikian semakin banyak Paroki maka semakin dekat pula
pelayanan.
Jumlah stasi sekarang sudah mencapai sembilan belas stasi. Stasi
terjauh mencapai 60 km, yakni stasi Anadawai dan Kaju sedangkan stasi
terdekat berjarak 8 km yakni stasi Waimarang. Kendala yang dihadap
sama dengan sebelumnya. Memang ini perlu kerja ekstra.

b. PERKEMBANGAN UMAT

Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, kondisi umat relative


hampir sama, walau demikian tentu ada perubahan. Perubahan yang
sangat dirasakan sekarang adalah umat local mulai berdatangan menjadi
umat katolik. Demikian juga simpatisan semakin bertambah. Hanya
pelayan masih terasa kurang memadai. Kalau sebelumnya paroki memiliki
tiga orang pastor, kini tersisa dua orang karena seorangnya harus dicopot
oleh Bapak Uskup, ditempat di PUSPAS sebagai Ketua Komisi Kitab Suci.
Kita berdoa kiranya panggilan menjadi imam semakin bertumbuh seiring
dengan perkembangan umat. Dan ini adalah tugas kita bersama.

You might also like