Professional Documents
Culture Documents
NIM : 1608511050
SOAL
3. Basa purin dan pirimidin terikat pada atom C nomer berapa dalam molekul gula?
5 3
3 5
JAWABAN
Struktur sekunder DNA ditemukan oleh James D. Watson dan F.H.C Crick
(1953). Mereka menyusun pola difraksi sinar X yang menunjukkan model
polideoksiribonukleotida berbentuk heliks ganda.
Gambar diatas menjelaskan bahwa (A) pita pada diagram menunjukkan tulang
belakang gula-fosfat dari dua untai DNA. Heliks ini adalah heliks tangan kanan,
berlekuk keatas dengan arah kekanan. Kedua untaian diikat bersama oleh ikatan
hidrogen (digambarkan garis titik-titik) diantara basa nitrogen, yang berpasangan
dibagian dalam heliks ganda. (B) menunjukkan sebagian struktur kimia, dengan dua
untai yang diuraikan, untaian memiliki orientasi arah yang berlawanan. (C) pasangan
basa nitrogen yang terikat kuat tampak jelas pada model komputer (tiga dimensi).
Daya tarik menarik antara pasangan basa yang berpotongan mempunyai peranan
penting dalammempertahankan molekul.
Struktur Asam Ribonukleat (RNA)
Struktur sekunder RNA adalah kumparan acak tunggal dan beberapa bagian
berbentuk heliks yang menunjukkan pasangan basa. Struktur sekunder RNA
bermacam-macam sesuai jenis RNA-nya. Jenis mRNA dapat berbentuk heliks, tRNA
berbentuk daun semanggi dan rRNA berbentuk acak.
3. Basa purin atau pirimidin terikat pada pentosa oleh ikatan glikosidik, yaitu pada
atom karbon nomor 1.
Pada gambar diatas, purin atau pirimidin berikatan secara kovalen dengan
D-ribofuranosa (ribonukleosida) atau dengan 2-deoksi-D-ribofuranosa
(deoksiribonukleosida) dalam suatu ikatan N--glikosidik. Ikatan ini melibatkan
gugus hemiasetal C-1dari pentosa dan atom nitrogen N-9 dari suatu purin atau N-1
dari suatu pirimidin.
4.
5 3
3 5
Basa yang dimiliki analog dengan gugus rantai samping dari asam amino yakni
bervariasi tanpa mengubah struktur ikatan kovalen fosfodiester. Urutan ditulis dari
ujung 5' ke 3' : 5'-ATGCTAGC-3. Karena DNA merupakan rantai ganda dan
atom-atom karbon mempunyai aturan untuk mengikat basa nitrogen dan gugus fosfat
maka satu rantai DNA terlihat berdiri tegak sedangkan rantai pasangannya justru
terbalik. Maka pada notasi penulisan kode genetik DNA, ditulis -5 kode genetik -3,
sedangkan untuk rantai pasangannya justru ditulis -3 kode genetik -5. Pengaturan ini
disebut konfigurasi antiparalel.
5.
Struktur DNA seperti yang dikemukakan oleh Watson dan Crick dapat
dikelompokkan pada tipe B. Molekul DNA tipe B mempunyai lekukan besar dan
lekukan kecil. Dibandingkan dengan tipe A, lekukan besar pada tipe B lebih mudah
mengikat protein tertentu karena lekukan besar pada tipe A lebih dalam. Bentuk A
lebih menyerupai konformasi bagian untai-ganda molekul RNA (misalnya pada
tRNA). Molekul hibrid DNA-RNA juga cenderung mempunyai bentuk tipe A.
6. Basa guanin (G) selalu berikatan dengan basa sitosin (C) dan basa adenin (A)
selalu berikatan dengan timin (T). Perpasangan ini didasarkan pada penelitian
Chargaff, sehingga biasa disebut dengan aturan chargaff. Chargaff telah mengisolasi
DNA dari beberapa organisme, dan mendapatkan bahwa banyaknya basa purin selalu
sama dengan banyaknya basa pirimidin, banyaknya A selalu sama dengan T, dan
jumlah G sama dengan jumlah C atau (A+G)/(T+C)=1. Jumlah G+C tidak sama
dengan A+T, atau perbandingan (G+C)/(A+T) tidak sama dengan satu tetapi
bervariasi tergantung dari organismenya. Antara basa G dan C dapat terbentuk 3
ikatan hidrogen, dan antara A dan T dihubungkan dengan 2 ikatan hidrogen, sehingga
ikatan antara G-C lebih kuat dibandingkan dengan A-T. Oleh sebab itu DNA yang
banyak mengandung G dan C lebih sulit didenaturasi (dirusak atau diuraikan)
dibandingkan dengan DNA yang banyak mengandung A dan T.