You are on page 1of 3

ANALISA KASUS

KASUS :
Karyawan Pabrik Gula Jatiroto Tewas di Kolam Penampungan Limbah.
Seorang karyawan pengolahan limbah tewas saat mengecek volume limbah tetes Pabrik Gula
(PG) Djatiroto di kolam penampungan. Wahyudi (43) tewas tenggelam setelah terjatuh dari
tangga.Peristiwa ini terjadi, saat korban bersama dua temanya, Sutrisno (55) dan Bagong (57)
mengecek limbah tetes. Korban yang berada tepat di belakang Sutrisno yang memegang tali
ukur kedalaman limbah, terpeleset dan jatuh..
Korban tidak bisa diselamatkan, karena limbah tetes pekat seperti lumpur dan terus
menenggelamkan korban. Limbah tetes ini kalau bergerak orang akan tenggelam dengan
sendirinya. Pada saat kejadian korban tidak dilengkapi alat pengaman untuk mengecek
limbah tetes. Bahkan pihak PG Djatiroto tidak menyediakan alat keselamatan bagi
pekerjanya.

ANALISA KASUS
Sebab - sebab Yang Sering Terjadi Pada Kecelakaan
(Santoso : 2004)
a. Faktor manajemen
1. Seperti standart kerja yang kurang baik
2. Standart perencanaan yang kurang tepat
3. Standart perawatan yang kurang tepat
4. Standart pembelian peralatan yang
kurang tepat
5. Keausan alat akibat keseringan dipakai,
dan pemakain yang abnormal.
b. Faktor pekerja
1. Seperti kurangnya pengetahuan pekerja
2. Kurang ketrampilannya pekerja
3. Motivasi yang kurang
4. Fisik yang tidak mendukung
5. Masalah mental dan stress fisik.
6. Ketidak seimbangan kemampuan
psikologis
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
di Pabrik Gula Jatiroto adalah :
1. Faktor Manajemen.
Yaitu Standart kerja yang kurang baik. Hal ini terlihat dari tidak tersedianya alat
keselamatan bagi pekerjanya, konstruksi kolam penampungan yang tidak berpagar.
2. Faktor Pekerja
Karyawan saat memasuki kolam penampungan limbah seharusnya juga mengenakan alat-
alat pelindung diri meski tidak disediakan agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam
bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen
yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap pekerjaan ini menyadari pekerjaan
ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian.

Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja dan Strategi Pengendalian :


Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari
adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina
Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal
yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja,
pakaian kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja.
1. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya
gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Jalan-jalan
yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih
atau kuning. Jalan yang berhubungan langsung dengan kolam diberi pagar. Tangga dan
lantai diusahakan tidak licin.
2. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang
terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin
atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi
aktivitas kerjanya.
3. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat
pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan
kerja. Tapi sayangnya, pabrik memang tidak menyediakan dan para pekerja tidak
mempunyai inisiatif menyediakan sendiri karna terkadang enggan memakai alat
pelindung diri karena terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja.

Strategi Pengendalian :
1. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi
yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat
pelindung diri, monitoring perlatan dan sebagainya.
2. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
3. Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan
pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi
mencegah terjadinya kecelakaan yang sama.
4. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan
5. Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus bertanggung jawab
menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencana penanganan darurat, serta melakukan
bimbingan pelaksanaan setiap bagian.
6. Komunikasi antar pegawai harus selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan
satu sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.
7. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi.

000

Penulis

ROCHMAN FATHONI
NIM. P1413201009

You might also like