Professional Documents
Culture Documents
http://dokterpost.com/alur-diagnosis-pasien-dengan-penurunan-kesadaran/
Gambaran Klinis
Gejala klasik ensefalitis adalah berupa ensefalopati dengan gejala neurologis difus atau fokal
termasuk:
Pemeriksaan Fisik
Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi berdasarkan pada usia dan organisme penyebab
infeksi. Penting untuk diingat bahwa anak muda, jarang menunjukan gejala spesifik.
Pada bayi muda temuan yang pasti mengarah ke meningitis jarang spesifik:
Saat anak tumbuh lebih tua, pemeriksaan fisik menjadi lebih mudah dicari.
1. tanda-tanda meningeal lebih mudah di amati (misalnya, kaku kuduk, tanda kernig
positif dan Brudzinski juga positif)
1. tanda fokal neurologis dapat ditemukan sampai dengan 15% dari pasien yang
berhubungan dengan prognosis yang buruk
2. Kejang terjadi pada 30% anak dengan meningitis bakteri
3. Kesadaran berkabut (obtundation) dan koma terjadi pada 15-20 % dari pasien dan
lebih sering dengan meningitis pneumokokus.
Pada infeksi ensefalitis akut biasanya didahului oleh prodrome beberapa hari gejala spesifik,
seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, dan keluhan perut, yang diikuti dengan
gejala khas kelesuan progresif, perubahan perilaku, dan defisit neurologis. Kejang yang
umum pada presentasi.
Anak-anak dengan ensefalitis juga mungkin memiliki ruam makulopapular dan komplikasi
parah, seperti fulminant coma, transverse myelitis, anterior horn cell disease (polio-like
illness), atau peripheral neuropathy. Selain itu temuan fisik yang umum ditemukan pada
ensefalitis adalah demam, sakit kepala, dan penurunan fungsi neurologis. Penurunan fungsi
saraf termasuk berubah status mental, fungsi neurologis fokal, dan aktivitas kejang. Temuan
dapat membantu mengidentifikasi jenis virus dan prognosis. Misalnya akibat infeksi virus
West Nile, tanda-tanda dan gejala yang tidak spesifik dan termasuk demam, malaise, nyeri
periokular, limfadenopati, dan mialgia. Selain itu terdapat beberapa temuan fisik yang unik
termasuk makulopapular, ruam eritematous; kelemahan otot proksimal, dan flaccid paralysis.
Pada pemeriksaan fisik dicari tanda-tanda yang mendukung infeksi virus. Tanda-tanda
ensefalitis dapat bersifat difus maupun fokal, termasuk:
Jika dicurigai bakteri meningitis dan encephalitis, pungsi lumbal harus dilakukan. Pungsi
lumbal harus dihindari dengan adanya ketidakstabilan kardiovaskular atau tanda-tanda
tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan cairan serebrospinal rutin termasuk hitung
WBC, diferensial, kadar protein dan glukosa, dan gram stain. Bakteri meningitis ditandai
dengan pleositosis neutrophilic, cukup dengan protein tinggi nyata, dan glukosa rendah. Viral
meningitis ditandai dengan protein pleositosis limfositik ringan sampai sedang, normal atau
sedikit lebih tinggi, dan glukosa normal. Sedangkan pada encephalitis menunjukkan
pleositosis limfositik, ketinggian sedikit kadar protein, dan kadar glukosa normal.
Peningkatan eritrosit dan protein CSF dapat terjadi dengan HSV. Extreme peningkatan
protein dan rendahnya kadar glukosa menunjukan infeksi tuberkulosis, infeksi kriptokokus,
atau carcinomatosis meningeal. Cairan serebrospinal harus dikultur untuk mengetahui
bakteri, jamur, virus, dan mikobakteri yang menginfeksi. PCR digunakan untuk mendiagnosis
enterovirus dan HSV karena lebih sensitif dan lebih cepat dari biakan virus. Leukositosis
adalah umum ditemukan. Kultur darah positif pada 90% kasus.
Serologi studi harus diperoleh untuk arbovirus, EBV, Mycoplasma pneumoniae, cat-scratch
disease, dan penyakit Lyme. Sebuah uji IgM serum atau CSF untuk infeksi virus West Nile
tersedia, tetapi reaktivitas silang dengan flaviviruses lain (St Louis ensefalitis) dapat terjadi.
pengujian serologi tambahan untuk patogen kurang umum harus dilakukan seperti yang
ditunjukkan oleh perjalanan, sosial, atau sejarah medis. Selain pengujian serologi, sampel
CSF dan tinja dan usap nasofaring harus diperoleh untuk biakan virus. Dalam kebanyakan
kasus ensefalitis virus, virus ini sulit untuk mengisolasi dari CSF. Bahkan dengan pengujian
ekstensif dan penggunaan tes PCR, penyebab ensefalitis masih belum ditentukan di satu
pertiga dari kasus.
Biopsi otak mungkin diperlukan untuk diagnosis definitif dari penyebab ensefalitis, terutama
pada pasien dengan temuan neurologik fokal. Biopsi otak mungkin cocok untuk pasien
dengan ensefalopati berat yang tidak menunjukkan perbaikan klinis jika diagnosis tetap tidak
jelas. HSV, rabies ensefalitis, penyakit prion-terkait (Creutzfeldt-Jakob penyakit dan kuru)
dapat didiagnosis dengan pemeriksaan rutin kultur atau biopsi patologis jaringan otak. Biopsi
otak mungkin penting untuk mengidentifikasi arbovirus dan infeksi Enterovirus, tuberkulosis,
infeksi jamur, dan penyakit non-menular, terutama primer SSP vasculopathies atau
keganasan.
Leukosit Protein
Kondisi Tekanan Glukosa (mg/dL) keterangan
(/L) (mg/dL)
<4; 60-70%
limfosit,
1-3%
neutrophil
100-60,000 +; Organisme
Terdepresi apabila
Meningitis biasanya dapat dilihat
Biasanya dibandingkandengan
beberapa ribu; 100-500 pada Gram
meningkat glukosa darah;
bakterial akut PMNs stain dan
biasanya <40
mendominasi kultur
1-10,000;
didominasi
PMNs tetapi
mononuklear Organisme
sel biasa normal dapat
Meningitis
mungkin dilihat;
bakterial yang Normal atau Terdepresi atau
mendominasi >100 pretreatment
sedang menjalani meningkat normal
dapat
pengobatan
Apabila menyebabkan
pengobatan CSF steril
sebelumnya
telah lama
dilakukan
Biasanya 10-500; 100-500; Bakteri tahan
Tuberculous <50 usual; menurun
meningkat: PMNs lebih tinggi asam
meningitis khususnya apabila
dapat sedikit mendominasi khususnya mungkin
meningkat pada awalnya saat terjadi pengobatan tidak dapat terlihat
karena namun blok cairan adekuat pada
bendungan kemudian serebrospinal pemeriksaan
cairan limfosit dan usap CSF;
serebrospinal
monosit
pada tahap mendominasi
tertentu pada akhirnya
25-500;
PMNs
mendominasi
<50; menurun
pada awalnya
Biasanya khususnya apabila Budding yeast
Fungal namun 20-500
meningkat pengobatan tidak dapat terlihat
kemudian
adekuat
monosit
mendominasi
pada akhirnya
PMNs
mendominasi
pada awalnya
namun Secara umum
kemudian normal; dapat
Viral meningitis Normal atau
monosit terdepresi hingga 40
atau meningkat 20-100
mendominasi pada beberapa
meningoencefalitis tajam
pada akhirnya infeksi virus (15-
; jarang lebih 20% dari mumps)
dari 1000 sel
kecuali pada
eastern equine
0-100 PMNs Profil
Abses (infeksi Normal atau
kecuali pecah 20-200 Normal mungkin
parameningeal) meningkat
menjadi CSF normal
Etiologi
Etiologi Meningoensefalitis
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau beberapa kasus yang jarang disebabkan
oleh jamur. Istilah meningitis aseptic merujuk pada meningitis yang disebabkan oleh virus
tetapi terdapat kasus yang menunjukan gambaran yang sama yaitu pada meningitis yang
disebabkan organisme lain (lyme disease, sifilis dan tuberculosis); infeksi parameningeal
(abses otak, abses epidural, dan venous sinus empyema); pajanan zat kimia (obat NSAID,
immunoglobulin intravena); kelainan autoimn dan penyakit lainnya.
Bakteri yang sering menyebabkan meningitis bacterial sebelum ditemukannya vaksin Hib,
S.pneumoniae, dan N. meningitidis. Bakteri yang menyebabkan meningitis neonatus adalah
bakteri yang sama yang menyebabkan sepsis neonatus.
Salmonella
Neonatus
Listeria monocytogenes
Enterobacter
Pseudomonas aeruginosa
L. monocytogenes
Virus yang menyebabkan meningitis pada prinsipnya adalah virus golongan enterovirus
dimana termasuk didalamnya adalah coxsackieviruses, echovirus dan pada pasien yang tidak
vaksinasi (poliovirus). Virus golongan enterovirus dan arbovirus (St. Louis, LaCrosse,
California vencephalitis viruses) adalah golongan virus yang paling sering menyebabkan
meningoencephalitis. Selain itu virus yang dapat menyebabkan meningitis yaitu HSV, EBV,
CMV lymphocytic choriomeningitis virus, dan HIV. Virus mumps adalah virus yang paling
sering menjadi penyebab pada pasien yang tidak tervaksinasi sebelumnya. Sedangkan virus
yang jarang menyebabkan meningitis yaitu Borrelia burgdorferi (lyme disease), B. hensalae
(cat-scratch virus), M. tuberculosis, Toxoplasma, Jamur (cryptococcus, histoplasma, dan
coccidioides), dan parasit (Angiostrongylus cantonensis, Naegleria fowleri, Acanthamoeba).
Encephalitis adalah suatu proses inflamasi pada parenkim otak yang biasanya merupakan
suatu proses akut, namun dapat juga terjadi postinfeksi encephalomyelitis, penyakit
degeneratif kronik, atau slow viral infection. Encephalitis merupakan hasil dari inflamasi
parenkim otak yang dapat menyebabkan disfungsi serebral. Encephalitis sendiri dapat bersifat
difus atau terlokalisasi. Organisme tertentu dapat menyebabkan encephalitis dengan satu dari
dua mekanisme yaitu (1). Infeksi secara langsung pada parenkim otak atau (2) sebuah respon
yang diduga berasal dari sistem imun (an apparent immune-mediated response) pada sistem
saraf pusat yang biasanya bermula pada beberapa hari setelah munculnya manifestasi
ekstraneural.
Tabel 2. Virus penyebab meningitis
Akut Subakut
Adenoviruses HIV
1. Amerika utara JC virus
Prion-associated encephalopathies
Eastern equine encephalitis (Creutzfeldt-Jakob disease, kuru)
California encephalitis
Japanese encephalitis
Tick-borne encephalitis
Epstein-Barr virus
Varicella-zoster virus
Human herpesvirus-6
Human herpesvirus-7
HIV
Influenza viruses
Lymphocytic choriomeningitis virus
Measles virus (native atau vaccine)
Mumps virus (native atau vaccine)
Virus rabies
Virus rubella
Virus adalah penyebab utama pada infeksi encephalitis akut. Encephalitis juga dapat
merupakan hasil dari jenis lain seperti infeksi dan metabolik, toksik dan gangguan neoplastik.
Penyebab yang paling sering menyebabkan encephalitis di U.S adalah golongan arbovirus
(St. Louis, LaCrosse, California, West nile encephalitis viruses), enterovirus, dan herpesvirus.
HIV adalah penyebab penting encephalitis pada anak dan dewasa dan dapat berupa acute
febrile illness.
Etiologi KDK
Hingga kini etiologi kejang demam kompleks belum diketahui dengan pasti. Demam sering
disebabkan oleh :
infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media,
pneumonia,
gastroenteritis, dan
infeksi saluran kemih.
Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang.
Penyebab lain kejang disertai demam adalah penggunaan obat-obat tertentu seperti difenhidramin,
antidepresan trisiklik, amfetamin, kokain, dan dehidrasi yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan air-elektrolit.4
Cacat lahir pada bagian tengkorak, karena cidera, atau karena bedah otak.
Implan koklea (cochlear implant), salah satu pilihan solusi untuk mengatasi gangguan
pendengaran berat. Biasanya dilakukan pada anak-anak. Penelitian menunjukan
bahwa anak-anak dengan implant konklea memiliki resiko tinggi terhadap infeksi
meningitis bakteri.
Tertular dari ibu, biasanya terjadi pada masa kehamilan. Virus seperti enterovirus dan
virus herpes, serta beberapa jenis bakteri, dapat di tularkan kepada bayi selama proses
kelahiran.
Genetika
Beberapa orang mungkin memiliki resiko meningitis karena faktor keturunan. Jika
mereka bersinggungan dengan organisme yang menyebabkan infeksi meningitis,
maka resiko mereka lebih besar dari pada orang lain pada umumnya.
Laki-laki
Laki-laki cenderung memiliki resiko untuk mengidap meningitis lebih tinggi dari
perempuan.
Kehamilan
Jika anda hamil, anda memiliki resiko tertular listeriosis, yaitu infeksi oleh bakteri
listeria, yang pada tahap selanjutnya bisa menyebabkan meningitis. Jika pada saat
hamil anda terinfeksi bakteri ini, maka janin atau calon bayi anda juga akan
mendapatkan resiko infeksi yang sama.
Usia
Kebanyak pengindap meningitis ditemukan memiliki usia dibawah 5 tahun.
Meningitis bakteri umunya ditemukan pada penderita dibawah usia 20 tahun,
khususnya mereka yang tinggal di lingkup komunitas yang padat.
Bepergian ke daerah rawan meningitis
Daerah rawan meningitis memangnya ada? Ada! Sebagai contoh, orang-orang yang
suka bepergian kewilayah yang disebut sebagai sabuk meningitis, sebuah area di sub
sahara Afrika, harus mendapatkan suntikan vaksinasi meningokokus, salah satu
bakteri penyebab meningitis. Tanpa vaksinasi, resiko terinfeksi saat berpergian di
daerah itu amat sangat tinggi.
Penatalksanaan kejang