You are on page 1of 12

Tugas AIK I

Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat

Oleh:

Pramudito Rahadianto Akuntansi 20161220042

Universitas Muhammadiyah Surabaya

Surabaya

2017
I. Pendahuluan

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di yaumul

kiamah.Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliahAl-Islam dan

Kemuhammadiyahan I.

Masyarakat Madani, merupakan wacana dan fokus utama bagi masyarakat

dunia sampai saat ini. Apalagi di abad ke-21 ini, kebutuhan dan tuntutan atas

kehadiran bangunan masyarakat madani, bersamaan dengan maraknya issu

demokratisasi dan HAM. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, sejauh manakah

Islam merespon masyarakat tersebut. Jawabannya adalah bahwa Islam yang

ajaran dasarnya Alquran, adalah shlih li kulli zamn wa makn (ajaran Islam

senantiasa relevan dengan situasi dan kondisi). Karena demikian halnya, maka

jelas bahwa Alquran memiliki konsep tersendiri tentang masyarakat madani.

Indikator dalam menentukan kemakmuran suatu bangsa sangat tergantung

pada situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakatnya. Akhir-akhir ini

masyarakat Indonesia mencuatkan suatu kemakmuran yang didambakan yaitu

terwujudnya masyarakat madani. Munculnya istilah masyarakat madani pada era


reformasi ini, tidak terlepas dari kondisi politik negara yang berlangsung selama

ini. Sejak Indonesia merdeka, masyarakat belum merasakan makna kemerdekaan

yang sesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum banyak member

kesempatan bagi semua lapisan masyarakat mengembangkan potensinya secara

maksimal. Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani,

asalkan semua potensi sumber daya manusia.

II. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Masyarakat Madani?

b. Apakah ciri-ciri Masyarakat Madani?

c. Apa peran umat Islam dalam mewujudkan Masyarakat Madani?

III. Tujuan Makalah

a. Untuk mengetahui arti dari Masyarakat Madani.

b. Untuk mengetahui ciri-ciri Masyarakat Madani.

c. Untuk mengetahui speran umat Islam dalam mewujudkan

Masyarakat Madani.
IV. Pembahasan

Semua orang pasti mendambakan adanya sebuah susunan masyrakat yang

harmonis dan makmur. Masyarakat Madani merupakan sebuah system yang dapat

menciptakan sebuah masyarakat yang harmonis dan makmur. Konsep masyarakat

madani merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep civil society.

Terdapat kata kunci yang bisa menghampiri kita pada konsep masyarakat madani

(civil society), yakni kata ummah dan madinah. Dua kata kunci yang memiliki

eksistensi kualitatif inilah yang menjadi nilai-nilai dasar bagi terbentuknya

masyarakat madani. Kata ummah misalnya, yang biasanya dirangkaikan dengan

sifat dan kualitas tertentu, seperti dalam istilah-istilah ummah Islamiyah, ummah

Muhammadiyah, khaira ummah dan lain-lain, merupakan penata sosial utama yang

dibangun oleh Nabi Muhammad SAW segera setalah hijrah di Madinah.

Ummah dalam bahasa arab menunjukan pengertian komunitas keagamaan

tertentu, yaitu komunitas yang mempunyai keyakinan keagamaan yang sama. Secara

umum, seperti disyaratkan al-Quran, ummah menunjukan suatu komunitas yang

mempunyai basis solidaritas tertentu atas dasar komitmen keagamaan, etnis, dan

moralitas. Dalam perspektif sejarah, ummah yang dibangun oleh Nabi Muhammad

SAW di Madinah dimaksudkan untuk membina solidaritas di kalangan para pemeluk

Islam (kaum Muhajirin dan kaum Ansahar). Khusus bagi kaum muhajirin, konsep
ummah merupakan sistem sosial alternatif pengganti sistem sosial tradisional,

sistem kekabilahan dan kesukuan yang mereka tinggalkan lantaran memeluk Islam.

Dalam istilah Alquran, kehidupan masyarakat madani tersebut dikonteks-kan

dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafr yang secara harfiyah diarti-kan negeri

yang baik dalam keridhaan Allah. Istilah yang digunakan Alquran sejalan dengan

makna masyarakat yang ideal, dan masyarakat yang ideal itu berada dalam ampunan

dan keridahan-Nya. Masyarakat ideal inilah yang dimaksud dengan masyarakat

madani.

Perbedaan antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society

merupakan buah modernitas, dan gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan

Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk

Tuhan. Maka dapat dikatakan masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab,

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu

pengetahuan, dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai etik-moral

transendental yang bersumber dari wahyu Allah.

a) Masyarakat Madani menurut sejarah.

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai

masyarakat madani, yaitu: Masyarakat Saba (masyarakat di masa Nabi Sulaiman)

dan Masyarakat Madinah, perjanjjian Madinah antara Rasullullah SAW beserta umat

Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari
kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur

masyarakat untuk, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-

Quran sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin, dan

memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah

sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

b) Karakteristik Masyarakat Madani

Jika dicermati secara komprehensif, maka di dalam ajaran Islam terdapat

karakteristik-karakteristik universal baik dalam konteks relasi vertikal, maupun relasi

horizontal. Dalam hal ini Yusuf al-Qaradhawi mencatat, ada tujuh karakteristik

universal tersebut, yang kemudian ia jelaskan secara spesifik di dalam bukunya al-

Khash'ish al-Ammah li al-Islm. Ketujuh karakteristik tersebut antara lain;

ketuhanan (al-rabbniyah), kemanusiaan (al-insniyyah), komprehensifitas (al-

syumliyah), kemoderatan (al-wasathiyah), realitas (al-wqi`iyah), kejelasan (al-

wudhh), dan kohesi antara stabilitas dan fleksibelitas (al-jam bayna al-tsabt wa al-

murnah).

Ketujuh karakteristik inilah yang kemudian menjadi paradigma integral setiap

Muslim dari masa ke masa. Dari ketujuh karakteristik tersebut, ada dua karakteristik

fundamental yang menjadi tolak ukur pembangunan masyarakat madani, yaitu

humanisme (al-insniyyah) dan kemoderatan (al-wasathiyyah). lima karakteristik

yang lainkecuali al-rabbniyyahsetidaknya bisa diintegrasikan ke dalam kategori


toleran (al-samhah). Karena al-rabbniyah, menurut al-Qaradhawi, merupakan

tujuan dan muara dari masyarakat madani itu sendiri. Pengintegrasian karakteristik-

karakteristik tersebut tidak lain merupakan upaya untuk menyederhanakan konsep

masyarakat madani yang dibahas dalam makalah ini, sebab Islam sendirimenurut

Umar Abdul Aziz Quraysymerupakan agama yang sangat toleran, baik di dalam

masalah akidah, ibadah, muamalah, maupun akhlaknya.

V. Keseahteraan Umat.

Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial dan

ekonomi haruslah berlandaskan tauhid (keesaan Allah). Dengan demikian realitas

dari adanya hak milik mutlak tidak dapat diterima dalam Islam melainkan hanya

milik Allah saja, sedangkan manusia hanyalah memiliki hak milik nisbi atau relatif.

Pernyataan dan batas-batas hak milik dalam Islam sesuai dengan sistem keadilan hak-

hak semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Islam mempunyai dua prinsip utama, yakni pertama, tidak seorangpun yang

berhak mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak ada sekelompok orangpun boleh

memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan untuk membatasi kegiatan sosial

ekonomi di kalangan mereka saja. Sebagaimana dalam QS. al-Syuara ayat 183,


381:62-


artinya: Janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu

merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.

Dalam komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan, keadilan

ekonomi dan sosial. Akan tetapi, konsep Islam dalam distribusi pendapatan dan

kekayaan serta konsepsinya tentang keadilan sosial tidaklah menuntut bahwa semua

orang harus mendapat upah yang sama tanpa memandang kontribusinya kepada

masyarakat. Islam mentoleransi ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat tertentu,

karena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan, dan pelayanannya dalam

masyarakat. Dalam Q.S. An-Nahl ayat 71 disebutkan,


:816:-

yang artinya: Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam

hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan

rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama

(merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah.

Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai

dengan kebutuhannya. Kelebihan penghasilan atau kekayaannya harus dibelanjakan

sebagai sedekah karena Alah. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. An-nisa ayat

114,


41::4-

yang artinya: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali

bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat

maruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang

berbuat demikian Karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak kami memberi

kepadanya pahala yang besar.

Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara,

yaitu hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dalam

masyarakat. Dengan melaksanakan kedua hubungan itu dengan baik, maka hidup

manusia akan sejahtrera baik di dunia maupun di akhirat kelak.

VI. Peran umat Islam.

Tercatat dalam sejarah, pada masa abbasiyah masa di mana potensial dan

keunggulan umat Islam sangat di puji-puji oleh dunia, masa dimana anda akan

menemukan banyak sekali penumuan dalam bidang sains dan lain sebagainya yang di

sumbangkan oleh umat Islam seperti oleh; Ibnu Sina, Imam al-Ghazali, al-Farabi,al-

Kindi dan yang lain. Dalam masa ini kesadaran umat Islam sebagai Ummah

sangatlah tinggi, oleh sebab itu konsep Masyarakat Madani berhasil diterapkan

dalam zaman ini. Berbeda dengan zaman sekarang yang sangat marak dengan
sekularitas serta usaha-usaha untuk memakmurkan diri sendiri tanpa mempedulikan

orang lain. Oleh sebab itu untuk menciptakan Masyarakat Madani kita memerlukan

beberapa hal;

a. Kualitas SDM umat Islam yang baik.

Firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 110,

21::3-

yang artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah. sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang yang fasik..

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya umat Islam merupakan umat yang terbaik, dan

sebagai umat yang terbaik hendaknya kita selalu menjalankan amar maruf nahi

munkar atau menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

b. Posisi umat Islam.

Islam merupakan agama yang dominan di Indonesia, namun SDM umat Islam

saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul. Karena itu dalam

peranannya di masyarakat, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang signifikan.

Di Indonesia sendiri umat Islam masih kurang menunjukan potensinya sebagai

ummat yang terbaik terbukti masih banyak hal yang terjadi di Indonesia yang

bertentangan dengan apa yang di ajarkan dalam Al-Quran.

VII. Kesimpulan

Hendaknya sebagai warga Negara Indonesia serta sebagai ummat Islam, kita

harus mampu berperan aktif dalam masyarakat demi menciptakan Masyarakat

Madani di Indonesia sehingga masyarakat Indonesia tidak lagi hidup dalam ketidak

harmonisan serta hidup dalam ketidak sejahteraan. Dengan adanya kesadaran kita

sebagai ummah kita bisa menciptakan sebuah system masyarakat yang jauh lebih

baik dari sekarang. Sehingga kelak masyarakat Indonesia akan kembali berjaya serta

berada di puncak kemakmurannya.


Sumber:

Al-Quran, quran.com

http://makalahkite.blogspot.co.id/2013/12/masyarakat-madani-dan-kesejahteraan-

umat.html

http://toniyp.blogspot.co.id/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

You might also like