You are on page 1of 7

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/295186489

PENGARUH BLANCHING DAN SUHU


PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN
COCONUT OIL YANG DIPROSES...

Article November 2007

CITATIONS READS

0 866

3 authors, including:

Moh Su'i
Universitas Widyagama
25 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Moh Su'i on 20 February 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH BLANCHING DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP
KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL YANG DIPROSES DENGAN METODE
PENGERINGAN

EFFECT OF BLANCHING AND DRYING TEMPERATURE TO VIRGIN


COCONUT OIL QUOLITY PROCESSED WITH
DRYING METHOD

Moh. Su'I , Enny Sumaryati dan Nailil Maghfiroh


Fakultas Pertanian Univ. Widyagama Malang

ABSTRAK
Pengolahan virgin coconut oil biasanya menggunakan pemanasan atau fermentasi. Tetapi
kedua metode ini memerlukan kontrol yang ketat untuk mencegah kerusakan. Penelitian ini bertujuan
mengkaji pengaruh blanching dan suhu pengeringan pada pengolahan virgin coconut oil dengan metode
pengeringan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan dua faktor yaitu perlakuan
blanching (tanpa blanching dan diblanching) dan suhu pengeringan (50, 60 dan 70 oC) . Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan diulang tiga kali.
Pengamatan dilakukan terhadap asam lemak bebas, peroksida, angka TBA(jumlah malonaldehid), dan
uji organoleptik (aroma dan warna). Hasil penelitian diperoleh perlakuan dengan blanching
menurunkan FFA, angka peroksida dan nilai TBA serta meningkatkan kesukaan warna. Suhu
pengeringan hanya berpengaruh terhadap angka peroksida yaitu peningkatan suhu pengeringan akan
menurunkan angka peroksida. Tetapi kedua faktor tidak ada interaksi yang nyata terhadap semua
variabel yang diamati.

Kata kunci : virgin coconut oil, blanching, pengeringan

ABSTRACT
The objective of this research is to study effect of blanching and temperature of drying for
virgin coconut oil quality. The method used in the research was Randimized Completed Block Design
consisting blanching (no blanching and blanching) and temperature of draying (50, 60 and 70 oC).
The quality parameters evaluated in virgin coconut oil were free fatty acid, perokside, TBA value, and
organoleptic aspects including smell and colour. The statisical analysis result indicated that blanching
can decreasing FFA, peroside value, TBA and increasing colour. Temperature of draying only
significanly effect to perokside value.

Key word : virgin coconut oil, blanching, draying

PENDAHULUAN tersabunkan, bilangan penyabunan, kadar


Virgin coconut oil adalah minyak air)
kelapa murni dimana proses pengolahannya Proses pembuatan virgin coconut oil
tanpa atau sedikit panas dan tanpa umumnya menggunakan cara pemanasan
penambahan bahan kimia. Virgin coconut oil dan fermentasi. Pengolahan dengan
sangat bermanfaat bagi kesehatan seperti pemanasan dilakukan dengan cara :
menurunkan kolesterol, mencegah penyakit kelapa diparut dan dipres sehingga
jantung, diabetes milletus, anti bakteri dan diperoleh santan. Santan didiamkan
virus (Anonimous b., 2004). selama 2 3 jam sehingga krim terpisah
Mutu virgin coconut oil ditentukan oleh di bagian atas. Krim diambil dan
sifat fisik seperti warna, bau, titik leleh, berat dipanaskan pada suhu 90 100 oC hingga
jenis) dan sifat kimia ( FFA, peroksida, minyak terpisah. (Anonimous a., 2004).
kolesterol, bilangan iodium, jumlah tidak
Proses dengan cara fermentasi Blanching dapat menurun-kan
sebagai berikut. Krim yang diperoleh pencoklatan pada rajangan ubi jalar. Ini
dengan cara yang sama kemudian dicampur ada kaitannya dengan aktivitan enzin
dengan starter ragi Sacharomyces cereviseae. poliphenol oksidase (PPO) yang
Campuran ini difermentasi selama 24 36 menurun karena pengaruh panas
jam sehingga minyak terpisah dari airnya. (Kumalaningsih, dkk., 2004). Menurut
Minyak kemudian dipisahkan sehingga Ma et al.(1992), makin tinggi suhu dan
diperoleh virgin coconut oil (Anonimous c., makin lama waktu blanching dapat
2004). menurunkan pencoklatan.
Proses dengan pemanasan harus Venere et. al. (2000) menyatakan
dilakukan pengawasan yang ketat karena bahwa, blanching dapat menonaktifkan
pemanasan yang berlebih akan merusak enzim peroksidase dan polifenol oksidase
mutu virgin coconut oil. Dengan metode pada buah artichoke. Krinsky dan Sanders
fermentasi, kemungkinan hidrolisa sangat (2005) menambahkan bahwa blanching
besar serta kebersihan alat dan tempat pada kedelai dapat menonaktifkan enzim
sangat menentukan mutu virgin coconut oil. lipoksigenase.
Kedua metode tersebut memerlukan Suhu yang tinggi pada saat
keahlian dan keterampilan khusus agar tidak blanching dapat berakibat kerusakan
terjadi kerusakan produk yang dihasilkan. vitamin C. Apabila suhu terlalu tinggi,
Ada metode lain dalam pengolahan maka akan menurunkan jumlah zat gizi.
virgin coconut oil yaitu metode pengeringan. Blanching yang menggunakan uap lebih
Metode ini diadopsi dari pengolahan minyak baik dari pada menggunakan air
kelapa dari kopra. Tetapi cara ini perlu mendidih. Hal ini karena penggunaan air
dilakukan modifikasi karena selama mendidih dapat menghilangkan zat gizi
pengeringan terjadi oksidasi yang yang terlarut (Winarno, 1980).
menurunkan mutu. Oleh karena itu perlu dikaji
Blanching akan menonaktifkan kemungkinan penggunaan metode
enzim-enzim yang menyebabkan perubahan pengeringan tersebut untuk mengha-
warna, hidrolisa atau oksidasi. Blanching silkan virgin coconut oil yang masih
juga ditujukan untuk menghilangkan udara memenuhi standar mutu. Cara ini relatif
dari jaringan sayuran atau buah-buahan, lebih mudah dalam pelaksanaannya
mengurangi jumlah mikroba, memudahkan daripada kedua metode yang telah ada.
pengisian karena bahan menjadi lunak
(Susanto dan Yunianta, 1987). BAHAN DAN METODE
Blanching merupakan perlakuan Penelitian dilaksanakan di
pemberian panas pada bahan dengan jalan laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian
mencelupkan pada air panas maupun dengan Universitas Widya Gama Malang dan
pemberian uap panas. Blanching bisa Laboratorium Pangan Universitas
menonaktifkan enzim-enzim yang ada di Brawijaya Malang.
dalam bahan pangan tersebut. Blanching Alat yang digunakan dalam
biasanya dilakukan pada suhu 82oC 93 oC penelitian ini meliputi : timbangan,
selama 3 5 menit (Winarno, 1980). baskom, pisau, blower, pres hidrolik,
parut, kain saring dan alat analisa yang
terdiri dari pipet tetes, pipet ukur, Erlenmeyer, setelah airnya mencapai suhu 80 oC dan
gelas ukur, buret dan pemanas air. dibiarkan selama 10 menit. Kemudian
Bahan baku yang digunakan dalam ditiriskan untuk menghilangkan air yang
penelitian ini meliputi kelapa berjenis menempel pada permukaan daging buah
hibrida yang diperoleh dari pasar Blimbing kelapa, setelah proses perendaman.
Malang dan Na-metabisulfit diperoleh dari Kelapa diparut dengan posisi membujur
toko kimia di Malang. Sedangkan bahan (bukan memarut untuk santan) untuk
untuk analisa yang digunakan adalah HCl, mendapatkan parutan yang agak besar.
NaOH, I2, K-oksalat, formaldehid, alkohol, Pengeringan dilakukan sesuai dengan
indikator pp dan Aquades. perlakuan sehingga diperoleh kadar air
Penelitian ini menggunakan kurang lebih 5 % (bisa dipres untuk
metode eksperimental yang melibatkan dua diambil minyak). Kelapa yang telah
faktor yaitu : Faktor I : Suhu Pengeringan kering selanjutnya dipres dengan
yang terdiri atas tiga level yaitu : 50 oC, 60 oC tekanan 180 kg/cm2 selama 15 menit
dan 70 oC. Faktor II : Blanching (B) yang untuk mengeluarkan minyak dari daging
terdiri atas dua level : tanpa blanching dan buah kelapa. Minyak hasil pengepresan
blanching (direbus selama 10 menit 80 oC). disaring dengan kertas saring Whatman
Lama pengeringan disusaikan dengan suhu 42 untuk menghilangkan kotoran yang
pengeringan sehingga mendapatkan kadar terikut. Minyak hasil penyeringan
air kelapa kurang lebih 5 %. merupakan virgin coconut oil.
Kedua faktor disusun secara
faktorial sehingga diperoleh 10 kombinasi HASIL DAN PEMBAHASAN
perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
tiga kali. Rancangan percobaan yang Hasil analisa kadar asam lemak
digunakan adalah Rancangan Acak bebas virgin coconut oil berkisar antara
Kelompok (RAK). 0,027 % hingga 0,034%. Berdasarkan
Pengamatan terhadap virgin coconut analisis ragam diperoleh bahwa
oil meliputi kadar asam lemak bebas (FFA), perlakuan blanching berpengaruh sangat
angka peroksida, nilai TBA (Sudarmadji, nyata terhadap kadar FFA. Sedangkan
dkk., 1989), organoleptik (warna dan aroma) suhu pengeringan dan interaksi
dengan metode hedonik. keduanya tidak berpengaruh nyata.
Pelaksanaan penelitiaan sebagai Hasil uji BNT diketahui bahwa,
berikut: memilih buah kelapa tua (umur 11 perlakuan blanching akan menghasilkan
12 bulan). Tempurung dan testa virgin coconut oil dengan kadar FFA
dipisahkan dimaksudkan untuk lebih rendah daripada tanpa blanching.
mendapatkan daging buah kelapa yang Kadar FFA virgin coconut oil yang
bersih. Kelapa dibelah menjadi empat dibalching 0.028 % dan tanpa blanching
bagian dan airnya ditampung. Selanjutnya 0.032 %. Hal ini karena dengan
dicuci untuk menghilangkan kotoran yang perlakuan blanching akan
menempel pada daging buah kelapa, menonaktifkan enzim lipase dalam
pencucian menggunakan air mengalir. kelapa sehingga hidrolisa minyak dalam
Kelapa yang sudah bersih diblanching sesuai kelapa selama proses pengolahan sangat
dengan perlakuan. Kelapa dimasukkan rendah. Sesuai dengan pendapat
Winarno (1980), blanching terhadap buah- enzim peroksidase dan polifenol
buahan dan sayur-sayuran bertujuan untuk oksidase pada buah artichoke. Krinsky
menonaktifkan enzim-enzim yang ada di dan Sanders (2005) menambahkan
dalam bahan pangan tersebut. bahwa blanching pada kedelai dapat
Angka Peroksida menonaktifkan enzim lipoksigenase.
Hasil pengamatan terhadap virgin Hasil uji BNT pengaruh suhu
coconut oil menunjukkan bahwa angka pengeringan diketahui bahwa, makin
peroksida berkisar antara 0,4 -0,6 meq/kg. tinggi suhu pengeringan angka
Hasil analisis ragam diperoleh bahwa peroksida makin rendah. Pengaruh suhu
perlakuan blanching berpengaruh sangat pengeringan terhadap angka peroksida
nyata terhadap angka perokasida. Begitu dapat dilihat pada Tabel 1. Hal ini
pula suhu pengeringan berpengaruh nyata karena selama pengeringan terjadi
terhadap angka peroksida. Sedangkan oksidasi lemak yang menghasilkan
interaksi antara keduanya tidak berpengaruh peroksida. Menurut Ketaren (1986),
nyata. oksigen yang berasal dari udara
Hasil uji BNT diketahui bahwa, pengering menyebabkan oksidasi lemak
perlakuan blanching menghasilkan virgin tidak jenuh. Dalam penelitian ini, suhu
coconut oil dengan angka peroksida lebih pengeringan yang lebih tinggi (70 oC)
rendah daripada tanpa blanching. Angka waktunya lebih cepat dari pada suhu
Peroksida yang diblanching 0.433 meq/kg, pengeringan 50 oC dan 60 oC. Suhu
tanpa blanching 0.55 meq/kg. Hal ini pengeringan 50, 60 dan 70 oC lama
karena blanching akan mencegah oksidasi pengeringannya berturut-turut 4 jam, 3
yang disebabkan oleh enzim lipoksigenase jam dan 2,5 jam. Dengan demikian,
dan peroksidase yang menyebabkan oksidasi suhu pengeringan 70 oC tingkat
lemak yang menghasilkan peroksida. Sesuai oksidasinya lebih rendah.
dengan pendapat Venere et. al. (2000)
bahwa, blanching dapat menonaktifkan

Tabel 1. Rata-rata angka peroksida virgin coconut oil pada perlakuan suhu pengeringan
Suhu pengeringan Rata-rata (meq/kg) BNT
50 oC 0,530 b 0,060
60 C
o 0,475 ab
70 c
o 0,466 a
Keterangan : angka yang didampingi huruf (notasi) yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata

Angka Thiobar Bituric Acid (TBA) suhu pengeringan dan interaksi antara
Hasil pengamatan angka TBA keduanya tidak berpengaruh nyata.
terhadap virgin coconut oil menunjukkan Hasil uji BNT diperoleh bahwa,
bahwa nilainya berkisar antara 0,071 sampai perlakuan blanching menghasilkan virgin
0,150. Hasil analisis ragam diperoleh bahwa coconut oil dengan nilai TBA lebih rendah
perlakuan blanching berpengaruh sangat daripada tanpa blanching. Angka TBA
nyata terhadap angka peroksida. Sedangkan karena pengaruh blanching 0.093 dan
tanpa blanching 0.120 Hal ini karena
dengan perlakuan blanching oksidasi akan interaksi antara keduanya tidak
lebih rendah sehingga menurunkan nilai TBA. berpengaruh nyata.
Hasil ini sesuai dengan angka peroksida (Tabel Hasil uji lanjut BNT diketahui
3). Peroksida dan TBA merupakan senyawa bahwa, perlakuan blanching
hasil oksidasi lemak. Menurut Ketaren (1986), menghasilkan tingkat kesukaan warna
oksidasi lemak akan menghasilkan peroksida lebih tinggi (lebih bening) daripada
yang selanjutnya akan dipecah menjadi aldehid tanpa blanching. Skor warna yang
dan keton. Dua senyawa terakhir ini dibalnching 4.40 dan tanpa blanching
dinyatakan dengan nilai TBA. 3.53 Hal ini karena blanching akan
mencegah reaksi pencoklatan yang
Organoleptik Aroma disebabkan oleh enzim polifenolase.
Hasil pengamatan organolep-tik Menurut Venere et. al. (2000) bahwa,
tingkat kesukaan aroma (skor) dari virgin blanching dapat menonaktifkan enzim
coconut oil menunjukkan bahwa skornya polifenol oksidase pada buah artichoke.
berkisar antara 2,8 sampai 3,2. Nilai Kumalaningsih dkk. (2004)
terendah diperoleh pada perlakuan suhu menambahkan bahwa blanching
pengeringan 70 oC tanpa blanching dan menurunkan aktivitas enzim polipenol
tertinggi pada pengeringan suhu 70 oC oksidase. Enzim ini dapat mengaki-
dengan blanching. batkan pencoklatan.
Hasil analisis ragam diperoleh
bahwa perlakuan blanching, suhu KESIMPULAN DAN SARAN
pengeringan dan interaksi antara keduanya Kesimpulan
tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat Perlakuan blanching dengan
kesukaan aroma. Aroma minyak kelapa perebusan dalam air dapat meningkatkan
berhubungan dengan hasil oksidasi lemak kualitas virgin coconut oil karena
yang berupa aldehid dan keton (nilai TBA). menurunkan kadar asam lemak bebas,
Nilai TBA berbeda nyata, tetapi aroma tidak angka peroksida, nilai TBA dan
berbeda nyata. Hal ini kemungkinan karena meningkatkan kesukaan warna virgin coconut
perbedaan nilai TBA belum sampai batas oil.
yang menyebabkan perbedaan aroma. Suhu pengeringan 70 oC lebih baik
karena dapat menurunkan angka
Organoleptik Warna peroksida, meskipun suhu pengeringan 50
Hasil uji organoleptik tingkat 70 oC tidak berpengaruh nyata terhadap
kesukaan warna (skor) dari virgin coconut oil FFA, TBA, aroma dan warna.
menunjukkan bahwa skornya berkisar antara
3,5 sampai 4,5. Nilai terendah diperoleh Saran
pada perlakuan suhu pengeringan 50 oC Pengamatan terhadap variabel
tanpa blanching dan tertinggi pada mutu virgin coconut oil dalam penelitian ini
pengeringan suhu 60 oC dengan blanching. hanya dilakukan pada hari ke 0 (tanpa
Hasil analisis ragam diperoleh penyimpanan). Apakah setelah disimpan,
bahwa perlakuan blanching berpengaruh pengaruh blanching dan suhu pengeringan
sangat nyata terhadap tingkat kesukaan terhadap variabel mutu masih sama
warna. Sedangkan suhu pengeringan dan dengan hari ke 0.
DAFTAR RUJUKAN

Anonimous (a), 2004, Bukan Minyak Kelapa Biasa, Trubus 417-Agustus 2004/XXXV

Anonymous (b), 2004, Does Coconut Oil Affect Cholesterol Levels ?,


http://www.tropicaltradisionals.com/cholesterol.htm

Anonimous (c), 2004, Mudahnya Produksi Minyak Perawan, Trubus 417-Agustus


2004/XXXV

Kumalaningsih S., Harijono dan Amir Y. F., 2004, Pencegahan Pencoklatan Ubi Jalar
untuk Pembuatan Tepung : Kombinasi Konsentrasi Asam Askorbat dan Sodium
Acid Pyrophosphate, Jurnal Teknologi Pertanian Jurnal Teknologi Pertanian, Vo.
5 No.1. April 2004.

Ma. S., Silva J.L, Hearnsberger J.D. and Garner J.D.Jr., 1992, Prevention of Enzymatic
Darkening in Frozen Sweet Patato by Water Blanching, Relationship Among
Darkening, Phenol and PPO activities, J. Agric. Food Chem. 40. (5).

Susanto dan Yunianto. 1987. Pengawetan Dan Pengolahan Hasil Pertanian.


Universitas Brawijaya. Malang.

Winarno FG, dkk. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia. Jakarta.

View publication stats

You might also like