You are on page 1of 36

BAB I

PERKEMBANG BIAKAN HEWAN

1. Perkembang biakan pada katak

Kodok (bahasa Inggris: frog) dan katak alias bangkong (b. Inggris: toad) adalah hewan
amfibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Anak-anak biasanya menyukai kodok
dan katak karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit
dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau takut yang
tidak beralasan terhadap kodok.

Kedua macam hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus,
berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor).
Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya
katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali
kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai
melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura

Kehidupan kodok dan katak

Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di
sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan
menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis
kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang
akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok
kecil.Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas
induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.

Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong (b. Inggris: tadpole),
yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama
hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan
tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru.
Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil.

Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau
pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi
untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti
kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula
baleata), kerap membentuk grup nyanyi, di mana beberapa hewan jantan berkumpul
berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung
suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala
digunakan.

Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung
betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki
belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran
telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air,
sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.

Telur kodok Dua ekor berudu Kodok tegalan dewasa

Habitat dan makanan

Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas.
Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat
(temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena
kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya
untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.
Dendrobates pumilio, kodok berukuran 1822 mm dengan kulit beracun dari Amerika
Tengah.

Hewan ini dapat ditemui mulai dari hutan rimba, padang pasir, tepi-tepi sungai dan rawa,
perkebunan dan sawah, hingga ke lingkungan pemukiman manusia. Bangkong kolong,
misalnya, merupakan salah satu jenis katak yang kerap ditemui di pojok-pojok rumah
atau di balik pot di halaman. Katak pohon menghuni pohon-pohon rendah dan semak
belukar, terutama di sekitar saluran air atau kolam.

Kodok memangsa berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui
berkerumun di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga
yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut.

Sebaliknya, kodok juga dimangsa oleh pelbagai jenis makhluk yang lain: ular, kadal,
burung-burung seperti bangau dan elang, garangan, linsang, dan juga dikonsumsi
manusia.

Kodok membela diri dengan melompat jauh, mengeluarkan lendir dan racun dari kelenjar
di kulitnya; dan bahkan ada yang menghasilkan semacam lendir pekat yang lengket,
sehingga mulut pemangsanya akan melekat erat dan susah dibuka.

Kodok dan manusia

Sudah sejak lama kodok dikenal manusia sebagai salah satu makanan lezat. Di rumah-
rumah makan Tionghoa, masakan kodok terkenal dengan nama swie kee. Disebut 'ayam
air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih
mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur
kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok.

Katak berperan sangat penting sebagai indikator pencemaran lingkungan. Tingkat


pencemaran lingkungan pada suatu daerah dapat dilihat dari jumlah populasi katak yang
dapat ditemukan di daerah tersebut. Latar belakang penggunaan katak sebagai indikator
lingkungan karena katak merupakan salah satu mahluk purba yang telah ada sejah ribuan
tahun lalu. Jadi katak tetap exist dengan perubahan iklim bumi. Tentunya hanya pengaruh
manusialah yang mungkin menyebabkan terancamnya populasi katak. Salah satunya
adalah pembuangan limbah berbahaya oleh manusia ke alam. Limbah berbahaya inilah
yang bisa mengancam keberadaan katak pada daerah yang tercemar. Selain itu, karena
pentingnya kedudukan katak dalam rantai makanan, maka pengurangan jumlah katak
akan menyebabkan terganggunya dinamika pertumbuhan predator katak. Bahkan
terganggunya populasi katak dapat berakibat langsung dengan punahnya predator katak.

Akan tetapi yang lebih mengancam kehidupan kodok sebenarnya adalah kegiatan
manusia yang banyak merusak habitat alami kodok, seperti hutan-hutan, sungai dan
rawa-rawa. Apalagi kini penggunaan pestisida yang meluas di sawah-sawah juga merusak
telur-telur dan berudu katak, serta mengakibatkan cacat pada generasi kodok yang
berikutnya.

Jenis-jenis kodok dan katak

Beberapa jenis kodok yang umum didapatkan, di antaranya:

bangkong bertanduk (Megophrys montana), di gunung-gunung


bangkong serasah (Leptobrachium hasseltii), di hutan
bangkong sungai (Bufo asper), di sekitar sungai
bangkong kolong (B. melanostictus), di lingkungan rumah
belentung (Kaloula baleata)
kongkang kolam (Rana chalconota), di sekitar kolam, saluran air dan sungai
kongkang gading (Rana erythraea), di kolam dan telaga
bancet hijau (Occidozyga lima), di sawah-sawah
kodok tegalan (Fejervarya limnocharis), di sawah dan tegalan
kodok sawah (Fejervarya cancrivora), di sawah dan pematang
kodok batu (Limnonectes macrodon), di sekitar sungai dan saluran air di kebun
katak-pohon bergaris (Polypedates leucomystax), di dekat kolam dan genangan di
kebun
precil jawa (Microhyla achatina)

Kodok hutan:

kongkang racun (Rana hosii), di hutan pedalaman


kodok-puru hutan (Ingerophrynus biporcatus)
katak kepala-pipih kalimantan (Barbourula kalimantanensis), berstatus terancam
kepunahan, satu-satunya kodok yang tidak berparu-paru
bangkong tuli (Limnonectes kuhlii), di tepi sungai atau aliran air

Berikut adalah beberapa jenis kodok yang berstatus kritis dan terancam di Indonesia.

kodok merah (Leptophryne cruentata), berstatus kritis, endemik Jawa Barat


kodok pohon ungaran (Philautus jacobsoni), kritis, endemik hutan Jawa Tengah
kongkang jeram (Hula masonii), berstatus rentan, endemik Taman Nasional
Gunung Halimun
kodok pohon mutiara (Nytixalus margaritifer), rentan, endemik Taman Nasional
Gunung Halimun
kodok pohon kaki putih (Philautus pallidipes), rentan, endemik Taman Nasional
Gunung Halimun
kodok pohon jawa (Rhacophorus javanus), rentan, endemik Taman Nasional
Gunung Halimun

2. PERKEMBANG BIAKAN PADA IKAN

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)[1] yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka
ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan
tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan;
biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk
lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies
termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak (jv, bjn), jukut (vkt).

Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft)
hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa
hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan
duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.

Klasifikasi

Ikan adalah kelompok parafiletik: ini berarti, setiap kelas yang memuat semua ikan akan
mencakup pula tetrapoda yang bukan ikan. Atas dasar ini, pengelompokan seperti Kelas
Pisces, seperti pada masa lalu, tidak layak digunakan lagi.

Berikut adalah unit-unit yang mencakup semua vertebrata yang biasa disebut sebagai
ikan:

Subkelas Pteraspidomorphi (ikan tak berahang primitif)


o Kelas Thelodonti
o Kelas Anaspida
o (tidak berstatus) Cephalaspidomorphi (ikan tak berahang primitif)
(tidak berstatus) Hyperoartia
Petromyzontidae (lamprey)
o Kelas Galeaspida
o Kelas Pituriaspida
o Kelas Osteostraci
Infrafilum Gnathostomata (vertebrata berahang)
o Kelas Placodermi (ikan berperisai, punah)
o Kelas Chondrichthyes (ikan bertulang rawan: hiu, pari)
o Kelas Acanthodii (hiu berduri, punah)
Superkelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati: mencakup hampir semua ikan
penting masa kini)
o Kelas Actinopterygii (ikan bersirip kipas)
o Kelas Sarcopterygii (ikan sirip berdaging/ikan bersirip cuping)
Subkelas Coelacanthimorpha (coelacanth)
Subkelas Dipnoi (ikan paru)

Ekologi ikan

Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air
tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan
hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Namun, danau yang terlalu asin seperti
Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan
untuk dipelihara untuk dipamerkan dalam akuarium.

Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea
kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan.
Menangkap ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga sering disebut
sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100
juta ton.

Overfishing adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan penangkapan
ikan secara berlebihan. Fenomena ini merupakan ancaman bagi berbagai spesies ikan.
Pada tanggal 15 Mei 2003, jurnal Nature melaporkan bahwa semua spesies ikan laut yang
berukuran besar telah ditangkap berlebihan secara sistematis hingga jumlahnya kurang
dari 10% jumlah yang ada pada tahun 1950. Penulis artikel pada jurnal tersebut
menyarankan pengurangan penangkapan ikan secara drastis dan reservasi habitat laut di
seluruh dunia.

Ikan laut

Barakuda
Coelacanth
Haring
Hiu
Tengiri
Tongkol
Terubuk
Lion Fish
Ikan Kerapu
Blowfish
Ikan Teri
Ikan Kakap
Ikan Pipis

Ikan air payau

Bandeng - bentuk tubuhnya agak panjang

Ikan air tawar


Arowana, Arwana
Belut
Betok
Gabus
Gurami, Gurame, Gurameh
Ikan Mas
Mujair
Lele
tawes
nilem
jelawat
semah
mola
kowan (grasscarp)
hampal
patin
baung
lais
tambakan
bawal
sepat siam
betutu
nila
sidat
papuyu
Paedocypris progenetica - ikan terkecil di dunia
Sepat

Mamalia yang hidup di air


Hewan-hewan di bawah ini bukanlah ikan secara harafiah. Mereka sebenarnya mamalia
tetapi memiliki predikat ikan karena hidupnya di air:

Lumba-lumba
Ikan paus

3. PERKEMBANG BIAKAN CACING

A. Cacing tanah

Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang
dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini
kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila
diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.

Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak
pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah
keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing
koot dan cacing kalung.
B. Cacing filaria

Cacing filaria mempunyai inang perantara hewan Arthropoda, misalnya nyamuk, dan
inang tetap yaitu manusia pada bagian pembuluh getah bening. Pada siang hari, larva
berada di paru-paru atau di pembuluh darah besar. Pada malam hari, cacing pindah ke
pembuluh arteri atas dan vena perifer di dekat kulit. Apabila cacing yang mati
menyumbat pembuluh getah bening, maka menyebabkan pembengkakkan atau terjadinya
penyakit kaki gajah (elephantiasis). Mikrofilaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk Culex

C. Cacing parasit

Cacing parasit adalah cacing yang hidup sebagai parasit pada organisme lain, baik
hewan atau tumbuhan. Mereka adalah organisme yang seperti cacing yang hidup dan
makan pada tubuh yang ditumpangi serta menerima makanan dan perlindungan
sementara menyerap nutrisi tubuh yang ditumpangi. Penyerapan ini menyebabkan
kelemahan dan penyakit. Penyakit yang diakibatkan oleh cacing parasit biasanya disebut
secara umum sebagai kecacingan.

Cacing parasit umumnya merupakan anggota Cestoda, Nematoda, dan Trematoda.

Beberapa cacing parasit hewan/manusia:

Cacing gelang (Ascaris), penyebab askariasis


Cacing hati (Fasciola), menghuni organ hati hewan ternak (terutama sapi dan
babi)
Cacing kremi (Enterobius), menghuni usus manusia dan menyebabkan gatal di
sekitar dubur
Cacing pipih darah, penyebab skistosomiasis (Schistosomia)
Cacing pita (Taenia)
Cacing tambang, penyebab ankilostomiasis (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus)
Cacing penyebab filariasis, seperti Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia
timori, Loa loa, Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, Dracunculus
medinensis, Mansonella perstans, dan Mansonella ozzardi

Beberapa cacing parasit tumbuhan:

cacing puru akar (Pratylenchus dan Heterodera)


nematoda akar (P. coffeae, Radopholus similis, dan beberapa Meloidogyne.

4. PERKEMBANG BIAKAN AYAM


Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang
untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya
disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam
hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa
(bankiva fowl). Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau
galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong
(untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula
dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida
mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar.

Dengan populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly's Bird Encyclopaedia
menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam
menyediakan dua keperluan pokok diet manusia sebagai sumber protein: daging ayam
dan telur.

Biologi dan Habitat

Ayam dipercaya para ahli berasal dari domestikasi ayam hutan merah (ayam bangkiwa,
Gallus gallus) yang hidup di India. Namun demikian, pengujian molekular menunjukkan
kemungkinan sumbangan plasma nutfah dari G. sonneratii, karena ayam hutan merah
tidak memiliki sifat kulit warna kuning yang menjadi salah satu ciri ayam peliharaan.

Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme


seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu
panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai. Ayam betina
(babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan,
berjengger kecil, dan bulu ekor pendek.

Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya.


Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan
tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan
kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau
kadang-kadang di pohon.
Ayam berukuran kecil kadang-kadang dimangsa oleh unggas pemangsa, seperti elang.

Macam-macamnya

Karena ayam termasuk unggas peliharaan populer dan murah, muncul berbagai istilah
teknis akibat kegiatan penangkaran dan peternakan ayam.

Berdasarkan fungsi

Menurut fungsinya, orang mengenal

ayam pedaging atau ayam potong (broiler), untuk dimanfaatkan dagingnya;


ayam petelur (layer), untuk dimanfaatkan telurnya;
ayam hias atau ayam klangenan (pet), untuk dilepas di kebun/taman atau
dipelihara dalam kurungan karena kecantikan penampilan atau suaranya
(misalnya ayam katai dan ayam pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke
sini meskipun bukan ayam peliharaan sejati);
ayam aduan, untuk dijadikan permainan adu ayam.

Istilah ayam sayur dipakai untuk ayam kampung atau ayam aduan yang selalu kalah, dan
tidak diseleksi khusus sebagai ayam pedaging.

Berdasarkan ras

Terdapat sejumlah ras lokal ayam akibat kegiatan domestikasi dan seleksi untuk
sifat/penampilan tertentu, seperti

ayam pelung, ras lokal dan unggul dari Priangan (Kabupaten Cianjur) yang
memiliki kokokan yang khas (panjang dan bernada unik), termasuk ayam hias;
ayam Kedu cemani, ras lokal dan mulia dari daerah Kedu dengan ciri khas warna
hitam legam hingga moncong dan dagingnya, termasuk ayam pedaging dan ayam
hias;
ayam Nunukan, ras lokal dan mulia dari Nunukan, Kaltim, dengan bentuk badan
tegap dan ukuran besar, keturunan ayam aduan, termasuk ayam pedaging dan
hias;

Terdapat pula beberapa istilah untuk menyebut penampilan fenotipe tertentu, namun sifat
itu tidak masuk dalam ras tertentu, seperti

ayam walik, ayam dengan bulu yang tidak menutupi badan tetapi tegak berdiri;
ayam Bali, ayam dengan leher tidak berbulu dan jambul di kepalanya, sekarang
mulai dibiakmurnikan.

Ayam "bantam", suatu ras murni setengah katai hasil seleksi


ayam katai, istilah umum untuk ayam dengan ukuran kecil (proporsi panjang kaki
dengan ukuran badan lebih kecil daripada ayam "normal"), terdapat berbagai ras
lokal dan ras murni seleksi yang masuk kategori ini

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Phasianidae
Genus: Gallus
Spesies: G. gallus
5. PERKEMBANG BIAKAN BUAYA

Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi
seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan (Tomistoma
schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk
menyebut buaya aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang
berlainan suku.

Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan
basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Makanan
utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan
mamalia, terkadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya.
Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak
zaman dinosaurus.

Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya buhaya
(Sd.); buhaya (bjn); baya atau bajul (Jw.; bicokok (Btw.), bekatak, atau buaya katak
untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk; senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.),
atau buaya julung-julung untuk menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni buaya yang
berwarna kehijauan; buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-
lain.

Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal dari penyebutan
orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil, krokodilos; kata
bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti batu kerikil, dan deilos yang berarti
cacing atau orang. Mereka menyebutnya cacing bebatuan karena mengamati
kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.

.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Sauropsida
Ordo: Crocodilia
Famili: Crocodylidae

Biologi dan perilaku

Buaya, seperti halnya dinosaurus, memiliki tulang-tulang iga yang termodifikasi menjadi
gastralia

Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang
kompleks. Tak seperti lazimnya reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat
rongga badan (diafragma) dan cerebral cortex. Pada sisi lain, morfologi luarnya
memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang "streamline"
memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang melekat
pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya mempertinggi
kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang, yang
meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat
berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau
untuk memulai berenang. Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya
perlu bergerak atau berjalan di air dangkal.

Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan juga di luar air.
Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat menggigit dengan kekuatan
luar biasa, menjadikannya sebagai hewan dengan kekuatan gigitan yang paling besar.
Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch; setara
dengan 315 kg/cm)[1]; bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing rottweiler yang cuma
335 psi, hiu putih raksasa sebesar 400 psi, atau dubuk (hyena) sekitar 800 1.000 psi.
Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna untuk memegangi mangsanya. Buaya
menyerang mangsanya dengan cara menerkam sekaligus menggigit mangsanya itu,
kemudian menariknya dengan kuat dan tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot di sekitar
rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat.
Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan
tokek. Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya
amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan pita perekat besar (lakban) beberapa
kali atau mengikatkan tali karet ban dalam di ujung moncong yang menutup, untuk
menjaganya agar mulut itu tetap mengatup sementara dilakukan pengamatan dan
pengukuran, atau manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman. Cakar dan kuku
buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu
mudah menyerang ke samping atau ke belakang.

Buaya memangsa ikan, burung, mamalia, dan kadang-kadang juga buaya lain yang lebih
kecil. Reptil ini merupakan pemangsa penyergap; ia menunggu mangsanya hewan darat
atau ikan mendekat, lalu menerkamnya dengan tiba-tiba. Sebagai hewan yang berdarah
dingin, predator ini dapat bertahan cukup lama tanpa makanan, dan jarang benar-benar
perlu bergerak untuk memburu mangsanya. Meskipun nampaknya lamban, buaya
merupakan pemangsa puncak di lingkungannya, dan beberapa jenisnya teramati pernah
menyerang dan membunuh ikan hiu.[2] Perkecualiannya adalah burung cerek Mesir, yang
dikenal memiliki hubungan simbiotik dengan buaya. Konon, burung cerek ini biasa
memakan hewan-hewan parasit yang berdiam di mulut buaya, dan untuk itu sang raja
sungai membuka mulutnya lebar-lebar serta membiarkan si cerek masuk
membersihkannya.

Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah
menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas
menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-
telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan
serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.

Embrio buaya tak memiliki kromosom seksual, yakni kromosom yang menentukan jenis
kelamin anak yang akan ditetaskan. Jadi tak sebagaimana manusia, jenis kelamin buaya
tak ditentukan secara genetik. Alih-alih, jenis kelamin ini ditentukan oleh suhu
pengeraman atau suhu sarang tempat telur ditetaskan. Pada buaya muara, suhu sekitar
31,6C akan menghasilkan hewan jantan, sedikit lebih rendah atau lebih tinggi dari angka
itu akan menghasilkan buaya betina. Masa pengeraman telur adalah sekitar 80 hari,
tergantung pada suhu rata-rata sarang.[3]

Buaya ditengarai memiliki insting untuk kembali ke tempat tinggalnya semula (homing
instinct).[4] [5] Tiga ekor buaya yang ganas di Australia Utara telah dipindahkan ke
lokasinya yang baru, sejauh 400 km, dengan menggunakan helikopter. Akan tetapi dalam
tiga minggu hewan-hewan ini diketahui telah tiba kembali di tempat asalnya. Kejadian ini
terpantau melalui alat pelacak yang dipasang pada tubuh reptil tersebut.

Menurut pengetahuan sekarang, buaya memiliki kekerabatan yang lebih erat dengan
burung dan dinosaurus, dibandingkan dengan kebanyakan reptil umumnya. Tiga
kelompok yang pertama itu, ditambah dengan kelompok pterosaurus, digolongkan
menjadi grup besar Archosauria (='reptil yang menguasai'[6]).[7]

Umur

Tidak ada cara yang meyakinkan untuk menghitung umur buaya, selain dengan
mengetahui waktu penetasannya dahulu, meskipun ada beberapa teknik yang telah
dikembangkan. Metode yang paling umum digunakan untuk menaksir umur hewan ini
ialah dengan menghitung lingkaran tumbuh pada tulang dan gigi. Tiap-tiap lapis
lingkaran menggambarkan adanya perubahan pada laju pertumbuhan, yang mungkin
disebabkan oleh perubahan musim kemarau dan hujan yang berulang setiap tahun. [3]
Dengan tetap mengingat peluang ketidaktepatan metode ini, buaya yang tertua
kemungkinan adalah spesies yang terbesar. Buaya muara (C. porosus) diperkirakan dapat
hidup rata-rata hingga 70 tahun, dengan sedikit individu yang terbukti dapat melebihi
umur 100 tahun. Salah satu buaya tertua yang tercatat, mati di kebun binatang Rusia pada
usia sekitar 115 tahun.[3]

Seekor buaya air tawar jantan yang dipelihara di Kebun Binatang Australia diperkirakan
berumur 130 tahun. Hewan ini diselamatkan Bob Irwin dan Steve Irwin dari alam liar
setelah ditembak dua kali oleh pemburu. Akibat tembakan senjata itu, buaya tersebut
(yang kini dijuluki sebagai "Mr. Freshy") kehilangan mata kanannya.[8]

Ukuran

Ukuran tubuh buaya sangat bervariasi dari jenis ke jenis, mulai dari buaya kerdil hingga
buaya muara raksasa. Spesies bertubuh besar dapat tumbuh lebih panjang dari 5 m dan
memiliki berat melebihi 1.200 kg. Walaupun demikian, bayi-bayi buaya hanya berukuran
sekitar 20 cm tatkala menetas dari telur. Spesies buaya terbesar adalah buaya muara, yang
hidup di wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara.

Ukuran terbesar buaya muara hingga kini masih diperdebatkan. Buaya terbesar yang
pernah tercatat adalah seekor buaya muara raksasa sepanjang 8,6 m, yang tertembak oleh
seorang guru sekolah di Australia.[2] Sedangkan buaya terbesar yang masih hidup adalah
seekor buaya muara sepanjang 7,1 m di Suaka Margasatwa Bhitarkanika, Orissa, India.
Pada bulan Juni 2006, rekornya dicatat pada The Guinness Book of World Records.[9]

Dua catatan lain yang terpercaya mengenai ukuran buaya terbesar adalah rekor dua ekor
buaya sepanjang 6,2 m. Buaya yang pertama ditembak di Sungai Mary, Northern
Territory, Australia pada 1974 oleh seorang pemburu gelap, yang kemudian diukur oleh
seorang petugas kehutanan. Sedangkan buaya yang kedua dibunuh di Sungai Fly, Papua
Nugini. Ukuran buaya kedua ini sebetulnya diperoleh dari kulit, yang diukur oleh Jerome
Montague, seorang peneliti margasatwa. Dan karena ukuran kulit selalu lebih kecil
(menyusut) dari ukuran hewan aslinya, dipercaya bahwa buaya kedua ini sedikitnya
berukuran 10 cm lebih panjang ketika hidup.

Buaya terbesar yang pernah dipelihara di penangkaran adalah seekor blasteran buaya
muara dengan buaya Siam yang diberi nama Yai (Th.: , berarti besar) (menetas pada
10 Juni 1972) di Kebun Penangkaran Buaya Samutprakarn yang terkenal di Thailand.
Binatang melata ini memiliki panjang tubuh hingga 6 m dan berat mencapai 1.114,27 kg.

Buaya raksasa peliharaan yang lain adalah seekor buaya muara yang bernama Gomek.
Hewan ini ditangkap oleh George Craig di Papua Nugini dan kemudian dijual ke St.
Augustine Alligator Farm di Florida, Amerika. Buaya ini mati karena penyakit jantung
pada Februari 1997 dalam usia yang cukup tua. Menurut catatan penangkaran tersebut,
ketika mati Gomek memiliki panjang 5,5 m dan mungkin berusia antara 7080 tahun.

Buaya Bhitarkanika yang terbesar diperkirakan sepanjang 7,62 m. Dugaan ini diperoleh
para ahli berdasarkan ukuran sebuah tengkorak buaya yang disimpan oleh keluarga
Kerajaan Kanika. Buaya tersebut kemungkinan ditembak mati di dekat Dhamara sekitar
tahun 1926 dan kemudian tengkoraknya diawetkan oleh Raja Kanika ketika itu. Dugaan
panjang di atas didapat melalui perhitungan, dengan mengingat bahwa panjang tengkorak
buaya sekitar sepertujuh panjang total badannya.

Taksonomi dan penyebaran

Buaya moncong-ramping, Crocodylus cataphractus


Buaya-buaya tengah berjemur

Buaya Amerika pada La Manzanilla, Jalisco, Mexico

Kebanyakan buaya tergolong ke dalam marga Crocodylus. Dua marga lain yang masih
hidup anggota suku Crocodylia ini adalah Osteolaemus dan Tomistoma, masing-
masingnya bersifat monotipik.

Suku Crocodylidae
o Anak suku Mekosuchinae (punah)
o Anak suku Crocodylinae
Marga Euthecodon (punah)
Marga Rimasuchus (punah, sebelumnya Crocodylus lloydi)
Marga Osteolaemus
Buaya kerdil, Osteolaemus tetraspis (para ahli berbeda
pendapat apakah spesies ini sebetulnya terdiri dari dua
spesies. Kebanyakan berpandangan bahwa buaya kerdil
adalah satu spesies dengan dua anak jenis (subspesies): O.
tetraspis tetraspis & O. t. osborni)
Marga Crocodylus
Crocodylus acutus, buaya Amerika
Crocodylus cataphractus, Buaya moncong-ramping (kajian
DNA terbaru menyarankan bahwa spesies ini mungkin
lebih tepat digolongkan ke dalam marga tersendiri,
Mecistops)
Crocodylus intermedius , buaya Orinoco
Crocodylus johnsoni, buaya air-tawar Australia
Crocodylus mindorensis, buaya Filipina
Crocodylus moreletii , buaya Meksiko
Crocodylus niloticus, buaya Nil atau buaya Afrika (anak
jenis Madagaskar terkadang dinamai buaya hitam)
Crocodylus novaeguineae, buaya Irian
Crocodylus palustris, buaya India atau buaya rawa
Crocodylus porosus , buaya muara
Crocodylus rhombifer , buaya Kuba
Crocodylus siamensis, buaya Siam atau buaya air-tawar
Asia
o Anak suku Tomistominae (kajian terbaru mendapatkan bahwa kelompok
ini sesungguhnya lebih dekat berkerabat dengan gavial, suku Gavialidae)
Marga Kentisuchus (punah)
Marga Gavialosuchus (punah)
Marga Paratomistoma (punah)
Marga Thecachampsa (punah)
Marga Rhamphosuchus (punah)
Marga Tomistoma
Tomistoma schlegelii, buaya senyulong atau gavial Malaya
Tomistoma lusitanica (punah)
Tomistoma cairense (punah)
Tomistoma machikanense (punah, spesies kala Pleistosen
dari Jepang)
Buaya di Indonesia

Sejauh ini diketahui sekitar tujuh spesies (atau subspesies) buaya yang ditemukan di
Indonesia[10], yakni:

Buaya Mindoro atau buaya Filipina (Crocodylus mindorensis)


Buaya Irian (C. novaeguineae)
Buaya muara (C. porosus)
Buaya Kalimantan (C. raninus)
Buaya air tawar atau buaya Siam (C. siamensis)
Buaya Sahul (Crocodylus sp.nov.), dan
Buaya senyulong (Tomistoma schlegelii)

Keberadaan buaya Mindoro di Indonesia (yakni di Sulawesi timur dan tenggara) baru
dilaporkan semenjak 1996. Buaya Kalimantan (diketahui dari Kalimantan Barat dan
Selatan) statusnya masih diperdebatkan, mengingat jenis ini serupa bentuk dan habitatnya
dengan buaya air tawar, namun dengan beberapa ciri lain yang membedakannya.
Demikian pula status buaya Sahul, yang selama ini dianggap identik dengan buaya Irian.
Buaya Sahul menyebar terbatas di sebelah selatan Papua, sementara buaya Irian di
sebelah utara pegunungan tengah. [10]

Kerabat dekat

Aligator dan kaiman (caiman atau cayman) adalah kerabat dekat buaya yang termasuk
suku Alligatoridae. Aligator memiliki tubuh mirip buaya, yang terkadang dikelirukan satu
sama lain. Bedanya, aligator memiliki moncong yang cenderung lebar ujungnya, bentuk
huruf U apabila dilihat dari atas; sedangkan buaya bermoncong lebih sempit meruncing,
bentuk huruf V. Gigi ke-4 di rahang bawah buaya berukuran besar dan muncul di sisi luar
rahang atas manakala moncongnya terkatup. Gigi-gigi rahang bawah aligator
tersembunyi oleh bibir atasnya manakala moncongnya terkatup.

Gavial alias buaya julung-julung adalah jenis buaya lain lagi yang tergolong suku
Gavialidae. Buaya ini memiliki tubuh yang gemuk, namun dengan moncong yang
panjang dan kurus, bukan tak mirip dengan kepala ikan julung-julung. Buaya ini juga
disebut buaya ikan, karena memang makanan utamanya adalah ikan. Selain itu gavial
juga hampir sepenuhnya akuatik, dan hanya sesekali naik ke darat untuk berjemur.
Crocodylidae, Alligatoridae dan Gavialidae tergolong ke dalam bangsa (ordo) Crocodilia.

Beberapa kerabat buaya yang telah punah, anggota kelompok yang lebih besar lagi, yakni
Crocodylomorpha, adalah bersifat herbivora.

BAB II
GENETIKA

A. Genetika

Dari bahasa Yunani atau genno yang berarti "melahirkan") merupakan cabang
biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut
pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan
prion). Ada pula yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen.
Nama "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada
Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang
Genetika ke-3 pada tahun 1906.

Bidang kajian genetika dimulai dari wilayah molekular hingga populasi (lihat entri
biologi). Secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan

material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),


bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain
(pewarisan genetik).

Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali


naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya kajian genetika
sudah dikenal sejak masa prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan trah-trah
murni (pemuliaan) ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan
perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal
tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang
penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang sebelum itu. Kala itu, kajian
semacam ini disebut "ilmu pewarisan" atau hereditas.

Kronologi perkembangan genetika

Setelah penemuan ulang karya Mendel, genetika berkembang sangat pesat.


Perkembangan genetika sering kali menjadi contoh klasik mengenai penggunaan metode
ilmiah dalam ilmu pengetahuan atau sains.

Berikut adalah tahapan-tahapan perkembangan genetika:

1859 Charles Darwin menerbitkan The Origin of Species, sebagai dasar variasi
genetik.;
1865 Gregor Mendel menyerahkan naskah Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman;
1878 E. Strassburger memberikan penjelasan mengenai pembuahan berganda;
1900 Penemuan kembali hasil karya Mendel secara terpisah oleh Hugo de Vries
(Belgia), Carl Correns (Jerman), dan Erich von Tschermak (Austro-Hungaria)
==> awal genetika klasik;
1903 Kromosom diketahui menjadi unit pewarisan genetik;
1905 Pakar biologi Inggris William Bateson mengkoinekan istilah 'genetika';
1908 dan 1909 Peletakan dasar teori genetika populasi oleh Weinberg (dokter dari
Jerman) dan secara terpisah oleh James W. Hardy (ahli matematika Inggris) ==>
awal genetika populasi;
1910 Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen-gen berada pada kromosom,
menggunakan lalat buah (Drosophila melanogaster) ==> awal sitogenetika;
1913 Alfred Sturtevant membuat peta genetik pertama dari suatu kromosom;
1918 Ronald Fisher (ahli biostatistika dari Inggris) menerbitkan On the
correlation between relatives on the supposition of Mendelian inheritance (secara
bebas berarti "Keterkaitan antarkerabat berdasarkan pewarisan Mendel"), yang
mengakhiri perseteruan antara teori biometri (Pearson dkk.) dan teori Mendel
sekaligus mengawali sintesis keduanya ==> awal genetika kuantitatif;
1927 Perubahan fisik pada gen disebut mutasi;
1928 Frederick Griffith menemukan suatu molekul pembawa sifat yang dapat
dipindahkan antarbakteri (konjugasi);
1931 Pindah silang menyebabkan terjadinya rekombinasi;
1941 Edward Lawrie Tatum and George Wells Beadle menunjukkan bahwa gen-
gen menyandi protein, ==> awal dogma pokok genetika;
1944 Oswald Theodore Avery, Colin McLeod and Maclyn McCarty mengisolasi
DNA sebagai bahan genetik (mereka menyebutnya prinsip transformasi);
1950 Erwin Chargaff menunjukkan adanya aturan umum yang berlaku untuk
empat nukleotida pada asam nukleat, misalnya adenin cenderung sama banyak
dengan timin;
1950 Barbara McClintock menemukan transposon pada jagung;
1952 Hershey dan Chase membuktikan kalau informasi genetik bakteriofag (dan
semua organisme lain) adalah DNA;
1953 Teka-teki struktur DNA dijawab oleh James D. Watson dan Francis Crick
berupa pilin ganda (double helix), berdasarkan gambar-gambar difraksi sinar X
DNA dari Rosalind Franklin ==> awal genetika molekular;
1956 Jo Hin Tjio dan Albert Levan memastikan bahwa kromosom manusia
berjumlah 46;
1958 Eksperimen Meselson-Stahl menunjukkan bahwa DNA digandakan
(direplikasi) secara semikonservatif;
1961 Kode genetik tersusun secara triplet;
1964 Howard Temin menunjukkan dengan virusRNA bahwa dogma pokok dari
tidak selalu berlaku;
1970 Enzim restriksi ditemukan pada bakteri Haemophilus influenzae,
memungkinan dilakukannya pemotongan dan penyambungan DNA oleh peneliti
(lihat juga RFLP) ==> awal bioteknologi modern;
1977 Sekuensing DNA pertama kali oleh Fred Sanger, Walter Gilbert, dan Allan
Maxam yang bekerja secara terpisah. Tim Sanger berhasil melakukan sekuensing
seluruh genom Bacteriofag -X174;, suatu virus ==> awal genomika;
1983 Perbanyakan (amplifikasi) DNA dapat dilakukan dengan mudah setelah
Kary Banks Mullis menemukan Reaksi Berantai Polymerase (PCR);
1985 Alec Jeffreys menemukan teknik sidik jari genetik.
1989 Sekuensing pertama kali terhadap gen manusia pengkode protein CFTR
penyebab cystic fibrosis;
1989 Peletakan landasan statistika yang kuat bagi analisis lokus sifat kuantitatif
(analisis QTL) ;
1995 Sekuensing genom Haemophilus influenzae, yang menjadi sekuensing
genom pertama terhadap organisme yang hidup bebas;
1996 Sekuensing pertama terhadap eukariota: khamir Saccharomyces cerevisiae;
1998 Hasil sekuensing pertama terhadap eukariota multiselular, nematoda
Caenorhabditis elegans, diumumkan;
2001 Draf awal urutan genom manusia dirilis bersamaan dengan mulainya Human
Genome Project;
2003 Proyek Genom Manusia (Human Genome Project) menyelesaikan 99%
pekerjaannya pada tanggal (14 April) dengan akurasi 99.99% [1]

Cabang-cabang Genetika

Genetika berkembang baik sebagai ilmu murni maupun ilmu terapan. Cabang-cabang
ilmu ini terbentuk terutama sebagai akibat pendalaman terhadap suatu aspek tertentu dari
objek kajiannya.

Cabang-cabang murni genetika :

genetika molekular
genetika sel (sitogenetika)
genetika populasi
genetika kuantitatif
genetika perkembangan

Cabang-cabang terapan genetika :

genetika kedokteran
ilmu pemuliaan
rekayasa genetika atau rekayasa gen

Bioteknologi merupakan ilmu terapan yang tidak secara langsung merupakan cabang
genetika tetapi sangat terkait dengan perkembangan di bidang genetika. Genetika arah-
balik (reverse genetics)

Kajian genetika klasik dimulai dari gejala fenotipe (yang tampak oleh pengamatan
manusia) lalu dicarikan penjelasan genotipiknya hingga ke aras gen. Berkembangnya
teknik-teknik dalam genetika molekular secara cepat dan efisien memunculkan filosofi
baru dalam metodologi genetika, dengan membalik arah kajian. Karena banyak gen yang
sudah diidentifikasi sekuensnya, orang memasukkan atau mengubah suatu gen dalam
kromosom lalu melihat implikasi fenotipik yang terjadi. Teknik-teknik analisis yang
menggunakan filosofi ini dikelompokkan dalam kajian genetika arah-balik atau reverse
genetics, sementara teknik kajian genetika klasik dijuluki genetika arah-maju atau
forward genetics.

Rekayasa genetika

Rekayasa genetika (Ing. genetic engineering) dalam arti paling luas adalah penerapan
genetika untuk kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaaan hewan
atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Demikian pula
penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula dimasukkan. Masyarakat ilmiah
sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-
teknik genetika molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau
mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.

Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari
bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan.
Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini.
Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk
peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk
mengembangkan bidang masing-masing.

Perkembangan

Ilmu terapan ini dapat dianggap sebagai cabang biologi maupun sebagai ilmu-ilmu
rekayasa (keteknikan). Dapat dianggap, awal mulanya adalah dari usaha-usaha yang
dilakukan untuk menyingkap material yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
yang lain. Ketika orang mengetahui bahwa kromosom adalah material yang membawa
bahan terwariskan itu (disebut gen) maka itulah awal mula ilmu ini. Tentu saja, penemuan
struktur DNA menjadi titik yang paling pokok karena dari sinilah orang kemudian dapat
menentukan bagaimana sifat dapat diubah dengan mengubah komposisi DNA, yang
adalah suatu polimer bervariasi.

Tahap-tahap penting berikutnya adalah serangkaian penemuan enzim restriksi


(pemotong) DNA, regulasi (pengaturan ekspresi) DNA (diawali dari penemuan operon
laktosa pada prokariota), perakitan teknik PCR, transformasi genetik, teknik peredaman
gen (termasuk interferensi RNA), dan teknik mutasi terarah (seperti Tilling). Sejalan
dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika,
bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan dan
efisiensi kerja bidang ini.

BAB III

REVOLUSI
A. Teori Evolusi

volusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi
organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama:

variasi
reproduksi
seleksi

Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada
keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika
organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru
dapat diperoleh dari perubahan gen oleh mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan
antara spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru
juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara
organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih
umum atau langka dalam suatu populasi.

Terdapat dua mekanisme utama yang mendorong evolusi:

1. seleksi alam yang merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris
yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi
lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi
lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang
menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak
individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan
ini.[1][2] Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan
kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.[3]
2. hanyutan genetika (Bahasa Inggris: Genetic Drift) yang merupakan sebuah proses
bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat dalam suatu
populasi. Hanyutan genetika dihasilkan dari probabilitas apakah suatu sifat akan
diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.

Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini
akan terakumulasi, menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme. Proses ini
mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru.[4] Dan sebenarnya,
kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa
semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses
divergen yang terjadi secara perlahan ini.[1]
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang
dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori
yang menjelaskan penyebabnya. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati
organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-
19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu.[5][6] Namun, mekanisme yang mendorong
perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin,
On the Origin of Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi
alam.[7] Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam
komunitas ilmiah.[8][9][10][11] Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan
dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi modern,[12] yang
menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam).
Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus
menimbulkan pertanyaan baru, dimana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern
yang memberikan penjelasan yang lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di
bumi.[9][10][13]

Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya
biologi evolusi telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah
ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan
menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin tentang evolusi yang terjadi
karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas masyarakat sains sebagai teori terbaik
dalam menjelaskan peristiwa evolusi.[14]

Pengenalan Mekanisme dan Proses

Adaptasi
Hanyutan genetika
Aliran gen
Mutasi
Seleksi alam
Spesiasi

Riset dan sejarah

Bukti
Sejarah evolusi kehidupan
Sejarah
Sintesis modern
Efek sosial
Teori dan fakta
Keberatan / Kontrovers

Teori carles darwin

Charles Darwin (1809-1882) memiliki nama panjang Charles Robert Darwin adalah
ilmuwan asal negara Inggris yang menemukan hasil penelitian di pulau galapagos untuk
menunjang teori evolusi. Charles Darwin disebut sebgai bapak evolusi karena memiliki
data yang lebih lengkap untuk menguatkan teori evolusi.

Charles Darwin mengeluarkan dua buah buku yang memberikan andil yang cukup
penting bagi perkembangan teori evolusi, yakni :
1. On the origin of species by means of natural selections - tahun 1859
2. The descent of man - tahun 1857

Dua inti pokok dari teori darwin :


1. Spesies yang hidup di masa sekarang berasal dari makhluk hidup yang berasal dari
masa lampau.
2. Evolusi terjadi karena adanya proses seleksi alam (natural selections)

Pengertian dan arti definisi seleksi alam adalah seleksi yang terjadi pada individu-
individu yang hidup di alam, sehingga individu yang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan tersebut akan terus hidup dan beranak pinak, sedangkan yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan alam lingkungan sekitarnya akan musnah dan hilang dimakan
waktu.

Contoh peristiwa seleksi alam adalah pada kupu-kupu biston betularia di inggris. Kupu-
kupu biston betularia terdapat dua jenis, yaitu yang bersayap terang cerah dengan yang
bersapap gelap. Awal mulanya lingkungan inggris yang bersih sangat baik untuk adaptasi
kupukupu yang bersayap cerah. Namun karena limbah jelaga industri di inggris yang
semakin banyak dan mengotori pepohonan sehingga pohon menjadi gelap yang akhirnya
menjadi lebih adaptif untuk kupu-kupu yang bersapap gelap daripada yang terang.
Hasilnya perkembangan kupu2 bersayap gelap meningkat tajam dan sayap cerah
berkurang drastis.

Persamaan teori lamack dengan tori darwin adalah evolisi sama-sama terjadi karena
pengaruh faktor lingkungan. Sedangkan perbedaannya adalah pada yang menyebabkan
perubahan makhluk hidup, di mana lamarck disebabkan oleh kuantitas penggunaan organ
tubuh, sedangkan darwin pada seleksi alam.

Teori evolusi lamarck


Jean-Baptiste Pierre Antoine de Monet, Chevalier de Lamarck (lahir di Bazentin,
Picardie, 1 Agustus 1744 wafat di Paris, 18 Desember 1829 pada umur 85 tahun) adalah
biologiwan Perancis yang dikenal karena pendapatnya dalam teori tentang evolusi
kehidupan.

Sebagai seorang ilmuwan, jalan hidupnya luar biasa menurut ukuran masa kini. Ia lahir
sebagai anak bungsu keluarga miskin dan masih keturunan bangsawan. Pendidikan dasar
dan menengah ditempuhnya di suatu sekolah Jesuit di Amiens. Segera setelah ayahnya
meninggal di saat ia 17 tahun, ia menjadi tentara dan berpangkat letnan dalam Perang
Tujuh Tahun. Di masa kedinasan militer ini ia mulai belajar botani, yang segera
dilanjutkannya dengan belajar Kedokteran dan Botani selama empat semester di Paris.
Untuk menunjang hidup ia bekerja sebagai asisten penjualan (marketing). Tahun 1779
terbit buku pertamanya, Flore francoise. Buku ini menarik perhatian pemimpin Jardin du
Roi ("Kebun Kerajaan"), Georges-Louis de Buffon, yang lalu menariknya menjadi
pembantunya di Museum Nasional Paris untuk Sejarah Alam. Sejak 1786 ia menjadi
kurator Jardin du Roi dan 1793, setelah Revolusi Perancis, ia menjadi profesor untuk
hewan avertebrata. Kehidupannya penuh kesulitan. Ia beberapa kali kawin-cerai,
kemiskinan selalu menyertai sepanjang hidupnya, dan bahkan sejak 1818 ia buta total.

Dalam kariernya ia telah menulis buku di bidang yang cukup luas, mulai dari zoologi,
botani, meteorologi, dan kimia, namun sebetulnya minat utamanya adalah hubungan
antara makhluk hidup dan lingkungannya (ekologi). Ia memberi dasar klasifikasi baru
bagi hewan, dengan pertama-tama memisahkan dalam dua kelompok besar: hewan
bertulang belakang (Vertebrata) dan tak bertulang belakang (Avertebrata). Hal ini
dikemukakannya dalam buku karangannya "Filsafat Zoologi" (1809).

Pemikiran
Lamarck dikenal sebagai penggagas suatu bentuk teori evolusi kehidupan, yang
kemudian dikenal sebagai Lamarckisme. Ia percaya akan adanya perubahan linear pada
makhluk hidup dari bentuk tersederhana menuju bentuk yang lebih canggih. Walaupun
demikian, ia mendasarkan pada pendapat yang telah berlaku sejak masa Yunani Kuna
yang menyatakan bahwa setiap spesies sudah ada sejak penciptaan kehidupan. Pemikiran
ini bertentangan dengan banyak pendapat sarjana Perancis sezamannya, yang lebih
condong pada perkembangan spesies: spesies-spesies terbentuk dalam perkembangan
proses kehidupan, tidak "langsung jadi" begitu saja. Perubahan terjadi pada spesies
sebagai akibat reaksi mereka terhadap lingkungan (adaptasi). Anggota tubuh yang terlatih
akan menguat, sementara yang tidak terpakai akan melemah dan tereduksi. Hasil adaptasi
ini lalu diwariskan secara turun-temurun kepada anaknya.

Semenjak Charles Darwin dan Alfred Wallace mengemukakan teori mereka, teori
Lamarck sering kali disitir untuk menyanggah pendapat Darwinisme tentang seleksi
alam. Pertentangan pemikiran ini baru tuntas setelah genetika semakin dikenal orang
pada abad ke-20. Konsep-konsep genetika banyak memberi dukungan pada Darwinisme.

Tragedi akibat Lamarckisme

Para pendukung materialisme dialektika, pemikiran yang berkembang pesat di akhir abad
ke-19, menganggap Lamarckisme sesuai dengan ideologi mereka, dan melahirkan Neo-
Lamarckisme. Kaum ini menolak teori evolusi Darwin, mengadopsi Lamarckisme, dan
bahkan mempraktekkannya dalam program pertanian di negara-negara komunis.
Vernalisasi (perlakuan suhu rendah) terhadap benih gandum dianggap dapat "melatih"
tanaman sehingga tahan menghadapi musim dingin. Pendapat ini dipercaya karena hasil
penelitian Ivan Mitschurin, seorang pemulia tanaman Rusia, menunjukkan hal itu.
Penentang-penentangnya, di antaranya N.I. Vavilov, ditangkap dan diasingkan ke Siberia.
Eksperimen yang disokong Stalin ini membawa kehancuran pertanian Rusia, karena
tanaman gagal panen.

DAFTAR PUSTAKA
1) http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan
2) http://www.google.co.id/search?
hl=id&q=KATAK&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta=&aq=f&oq=
3) http://id.wikipedia.org/wiki/Ayam
4) http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing
5) http://id.wikipedia.org/wiki/Buaya
6) http://id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_genetika
7) http://www.google.co.id/search?q=genetika&hl=id&start=20&sa=N
8) http://organisasi.org/teori_evolusi_charles_darwin_tentang_seleksi_alam
_dari_inggris_dgn_buku_on_the_origin_of_species_by_means_of_natura
l_selections
9) http://id.wikipedia.org/wiki/Evolusi
10) http://id.wikipedia.org/wiki/Jean-Baptiste_de_Lamarck

You might also like