Professional Documents
Culture Documents
Hiperventilasi
Hiperventilasi alveolar menghasilkan banyak tanda dan gejala yang dapat dikaji.
Hemoglobiln tidak membebaskan oksigen ke jaringan dengan mudah sehingga
terjadi hipoksia jaringan. Apabila gejala memburuk, klien menjadi lebih terganggu,
yang pada tahap lanjut akan meningkatkan frekuensi pernapasan dan
menyebabkan alkalosis respiratorik.
Hipoventilasi
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang
berlebihan dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien beradaptasi terhadap kadar
karbondioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida
pada hakikatnya tidak berfungsi. Klien ini terstimulus untuk bernafas jika PaO2
menurun. Apabila jumlah oksigen yang diberikan berlebihan, maka kebutuhan
oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernafas negatif. Konsentrasi oksigen yang
tinggi (misal lebih besar dari 24 % sampai 28% [1 sampai 3 liter/menit])
mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernafas,
sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti
nafas.
Tanda dan gejala hipoventilasi tertera dalam kotak di bawah. Apabila tidak
ditangani, maka kondisi klien akan menurun dengan cepat. Akibatnya, dapat
terjadi kebingungan, tidak sadar, dan kematian.
Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
Kondisi ini terjadi akibat defisiensi penghantaran oksigen atau penggunaan
oksigen diselular. Hipoksia dapat disebabkan oleh (1) penurunan kadar
hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen, (2)
penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi, (3) ketidakmampuan jaringan
untuk mengambil oksigen dari darah, seperti yang terjadi pada kasus keracunan
sianida, (4) penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti yang terjadi
pada kasus pneumonia, (5) perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan
yang buruk, seperti yang terjadi pada syok, dan (6) kerusakan ventilasi, seperti
yang terjadi pada fraktur iga multipel atau trauma dada.
Tanda dan gejala klinis hipoksia termasuk rasa cemas, gelisah, tidak mampu
berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, pusing, perubahan perilaku. Klien
yang mengalami hipoksia tidak mampu berbaring, tampak letih dan gelisah.
Perubahan tanda vital meliputi peningkatan frekuensi nadi dan peningkatan
prekuensi dan kedalaman pernafasan. Selama tahap awal hipoksia, tekanan
darah meningkat, kecuali jika kondisi tersebut disebabkan syok. Seiring dengan
semakin memburuknya hipoksia, maka frekuensi pernafasan menurun sebagai
akibat keletihan otot pernafasan.
Sianosis, suatu perubahan warna kulit dan membran mukosa menjadi kebiruan
akibat adanya hemoglobin yang tersaturasi di kapiler, merupakan tanda hipksia
tahap lanjut. Ada tidaknya sianosis bukan merupakan alat ukur status oksigenasi
yang dapat dipercara. Sianosis pusat, yang terlihat di lidah, palatum mole, dan
konjungtiva mata, tempat aliran darah tinggi, mengindikasikan hipokasemia.
Sianosis perifer, yang terlihat pada ekstremitas, bantalan kuku, dan daun telinga
seringkali merupakan akibat vasokonstriksi dan aliran darah yang mengalami
stagnansi.