Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
1
Gambar 1.1
PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRESEK
2
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Kecamatan Kresek tahun 2015
3
Grafik 1.1
Jumlah Penduduk
Berdasarkan Kelompok Umur
Puskesmas Kresek Tahun
2015
7000
5250
3500
1750
0
<1 1 - 4 5 - 9 10 - 15 - 20 - 25 - 30 - 35 - 40 - 45 - 50 - 55 - 60 - 65 - 70 - 75>
14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 69 74
Laki - laki
Perempuan
Laki - laki + Perempuan
4
1.1. 3 Keadaan Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan factor yang paling besar
pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Dengan keadaan lingkungan
yang sehat maka status derjat kesehatan akan terpelihara dan dapat lebih
meningkat, sebaliknya bila keadaan lingkungan kurang sehat dapat
mempengaruhi terhadap status kesehatan masyarakat.
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu bangunan yang memiliki jamban, sarana air bersih,
tempat sampah dan sarana pengelolaan air limbah, ventilasi rumah
yang cukup, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah
bersih dan kedap air.
Jumlah rumah yang ada 12.375 rumah dengan jumlah rumah yang
dibina 12.230 (98.83%) sedangkan jumlah yang memenuhi syarat
kesehatan 6.755 (51.06%) dari jumlah rumah yang diperiksa menurut
data PHBS.
2. Akses terhadap air bersih
Dari jumlah penduduk 64.153 Jiwa, yang mendapat akses air bersih
ada 61.542 Jiwa (95.9%), terdiri dari sumur gali terlindung 1.332 jiwa,
sumur bor dengan pompa 36.228 dan pengguna PDAM sebanyak
23.982 jiwa.
3. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi, jamban, tempat sampah
dan pengelolaan air limbah dari jumlah 12.230 rumah yang diperiksa
jumlah yang memiliki jamban keluarga 6.755 rumah (55.23%).
Tempat-tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan
Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak
orang dan berpotensi menjadi tempat prsebaran penyakit. TTU
meliputi terminal, pasar, tempat ibadah, stasiun, tempat rekreasi, dll.
Sedangkan TUPM meliputi hotel, restaurant, depot air, dll. TTU dan
TPM yang sehat adalah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
5
memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah (SPAL), ventilasi yang baik dan luas lantai
ruangan yang sesuai dengan jumlah pengunjung dan memiliki
pencahayaan yang cukup.
Jumlah Tempat- tempat Umum yang ada di Kecamatan Kresek 47 unit
sedang yang memenuhi syarat kesehatan 19 unit (40.43%). Untuk
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) berjumlah 133 unit TPM
semuanya memnuhi syarat kesehatan (100%).
6
mencapai 584 bayi (75.5%), cakupan ini sudah melampaui target
pencapaian dibandingkan standar pelayanan minimal yaitu (75%).
c. Desa dengan garam beryodium yang baik
Dari jumlah 9 desa yang ada di Kecamatan Kresek seluruh desa
masyarakat masih ada yang menggunakan garam kasar (krosok) yang
kandungan yodiumnya sangat rendah, ini menunjukkan perilaku
masyarakat belum peduli terhadap manfaat kandungan yodium pada
garam yang digunakan sehari-hari.
d. Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat
berbagai upay`a dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada di masyarakat dengan Posyandu merupakan salah satu UKBM
yang sangat popular. Posyandu dikelompokkan menjadi Pratama,
Madya, Purnama, dan Mandiri. Di Kecamatan Kresek jumlah
Posyandu ada 57 pos, terdiri dari Posyandu Pratama berjumlah 0
Posyandu, Madya 55 Posyandu, Purnama 0 Posyandu, dan Mandiri 2
Posyandu. Dari data tersebut Posyandu di wilayah Kecamatan Kresek
masih di dominasi oleh Strata Madya.
e. Polindes dan Poskesdes
Pondok bersalin desa didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayan kesehatan ibu dan anak khususnya di wilayah pedesaan yang
jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan. Selain Polindes dalam
upaya mendukung pelaksanaan desa siaga di wilayah Kecamatan
Kresek terdapat 3 Polindes terdiri dari Desa Pasirampo dan Desa
Jengkol masih berfungsi sedangkan Polindes Desa Renged keadaan
bangunan tidak terawar karena keadaan bangunan sudah rusak.
f. Pelayanan Kesehatan Masyarat Miskin
Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan masyarakat yang
jauh Puskesmas Kresek melaksanakan Puskesmas Keliling yang
mengjangkau 9 desa dilaksanakan setiap hari Selasa dengan mobil
Puskesmas Keliling.
7
Grafik 1.1
Jumlah Kematian Bayi Puskesmas Kresek Tahun 2015
2.5 Region 1
1.5
0.5
0
a b c d e f g h i
Keterangan :
A. Kresek (198)
B. Talok (116)
C. Renged (174)
D. Patrasana (95)
E. Pasirampo (50)
F. Koper (55)
G. Jengkol (36)
H. Kemuning (29)
I. Rancailat (10)
8
Grafik 1.2
Presentase Jumlah Kematian Bayi Menurut Jenis Kelamin Puskesmas
Kresek Tahun 2015
Laki-laki Perempuan
33%
67%
9
Tabel 1.1
Jumlah Kematian Bayi Puskesmas Kresek Tahun 2015
No. Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 KRESEK 0 0 0
2 TALOK 0 0 0
3 RENGED 1 0 1
4 PATRASANA 1 0 1
5 PASIRAMPO 1 1 2
6 KOPER 1 1 2
7 JENGKOL 1 0 1
8 KEMUNING 1 1 2
9 RANCAILAT 0 0 0
TOTAL 6 3 9
10
1.2.2 Jumlah Angka Kesakitan
Sepuluh Besar Penyakit
Grafik 1.3
10 Besar Penyakit di Puskesmas Kresek
6000 Region 1
4500
3000
1500
0
a b c d e f g h i j
Keterangan :
a. ISPA (5477)
b. Gastritis dan Duodenitis (1347)
c. Hipertensi dan Duodenitis (1227)
d. Faringitis Akut (1074)
e. Faringitis (1035)
f. Kehamilan dan Persalinan (1010)
g. Demam Yang Tidak DIketahui Penyebabnya (979)
h. Dermatitis Lainnya (944)
i. Gangguan Perkembangan (870)
j. Diare dan Gastroenteritis (852)
Dari grafik diatas 10 besar penyakit di Puskesmas Kresek penyakit
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) berada di posisi teratas yaitu
11
5477, diikuti gastritis sebanyak 1347 dan hipertensi 1227, sedangkan yang
ke 10 (sepuluh) yaitu penyakit diare sebanyak 852 kasus.
Selain itu penyakit tidak menular seperti hipertensi dan gastritis
juga banyak terjadi di wilayah Kresek ini, karena jumlah kunjungan yang
berulang-ulang.
Tabel 1.2
Data Kasus DBD Puskesmas Kresek Tahun 2015
12
Grafik 1.4
Jumlah Penderita DBD Per Desa Puskesmas Kresek Tahun 2015
7.5 Region 1
4.5
1.5
0
a b c d e f g h i
Keterangan :
a. Kresek (6)
b. Talok (2)
c. Renged (6)
d. Patrasana (0)
e. Pasirampo (1)
f. Koper (0)
g. Jengkol (2)
h. Kemuning (0)
i. Rancailat (3)
b. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh protozoa
parasit golongan Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
Nyamuk Anopheles. Di wilayah kecamatan Kresek sampai sekarang
belum ditemukan penderita malaria.
c. Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang bersifat
kronik (menahun) disebabkan oleh cacing filariasis ditularkan melalui
13
gigitan nyamuk. Penderita filariasis dari 2011 s.d 2014 tidak
ditemukan.
Tabel 1.3
Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
14
Grafik 1.5
Jumlah Diare Yang DI Tangani Perdesa di Wilayah Puskesmas Kresek
250 Region 1
200
150
100
50
0
a b c d e f g h i
Keterangan :
a. Kresek (198)
b. Talok (116)
c. Renged (174)
d. Patrasana (95)
e. Pasirampo (50)
f. Koper (55)
g. Jengkol (36)
h. Kemuning (29)
i. Rancailat (10)
Dari grafik di atas Desa Kresek menempati urutan pertama
sebanyak 198 penderita, diikuti terendah Desa Renged 174 penderita,
15
dan Desa Talok 116 penderita. Adapun daerah terendah penderita
diare yang ditangani yaitu Desa Rancailat sebanyak 10 penderita.
b. Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan
Mycobacterium leprae dengan masa inkubasi rata-rata 3-5 tahun. Di
wilayah kerja puskesmas Kresek masih ditemukan kasus penyakit
kusta baru sebanyak 20 penderita. Penderita Pausi Basiler (PB) /
Kusta Kering sebanyak 2 orang dan kusta Multi Basiler (MB) / Kusta
Basah sebanyak 18 orang.
Grafik 1.6
Grafik Penderita Kusta Puskesmas Kresek
PB MB
10%
90%
c. HIV/AIDS/IMS
HIV/AIDS/IMS penyakit ini menular melalui hubungan
seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular.
Semakin sering ganti pasangan semakin besar kemungkinan untuk
tertular.
16
Jumlah kasus HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
pada tahun 2015 mennurut data tidak ditemukan kasus atau zero
kasus.
d. Pneumonia
Penyakit Pneumonia adalah penyakit peradangan pada paru
yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga
dapat disebabkan oleh iritasi kimia/fisik dari paru-paru akibat penyakit
lain.
Pada tahun 2015 di Puskesmas Kresek penderita penyakit
pneumonia ditemukan dan ditangani sejumlah 112 kasus.
Grafik 3.7
Kasus Pneumonia Puskesmas Kresek Tahun 2015
P L
48% 52%
17
e. TB Paru
Penderita tuberkulosis paru (TB Paru) di puskesmas Kresek tahun
2015 ditemukan suspek 431 kasus sedangkan TB paru BTA + dan
diobati sebanyak 58 kasus.
Grafik 1.8
Penderita Kasus Suspek TB Paru BTA +
Puskesmas Kresek Tahun 2015
300 Region 1
225
150
75
0
L = suspek L = BTA+ P = suspek P = BTA +
18
Balita Dengan Gizi Buruk
Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang
buruk. Dikarenakan akibat kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis
makanan yang tidak tepat atau dikarenakan seperti adanya penyakit infeksi
yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan.
Status gizi balita di wilayah Puskesmas Kresek memerlukan
perhatian yang lebih terhadap penanganan gizi buruk dan pada balita
Bawah Garis Merah (BGM) agar tidak menjadi gizi buruk.
Di wilayah kecamatan Kresek jumlah balita di Bawah Garis Merah
(BGM) dari tahun 2015 terdapat 34 balita.
Jumlah balita gizi buruk ini kebanyakan karena tingkat ekonomi
masyarakat dan juga kesalahan orang tua dalam mengatur pola asuh serta
pola makan anaknya.
Grafik 1.9
Kasus Balita Gizi Yang Ditemukan dan Di Rawat
Laki-laki = 12 Perempuan = 22
35%
65%
19
1.3 SITUASI UPAYA KESEHATAN
1.3.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Standar pelayanan antenatal pada ibu hamil minimal empat kali
pada masa kehamilan dari triwulan pertama sampai dengan triwulan
ketiga.
Ibu hamil memiliki banyak faktor resiko terhadap keselamatan ibu
hamil dan janinnya. Pemeriksaan ibu hamil pada trimester 1 di puskesmas
dan di posyandu dilakuakn dengan sistem 10T seperti timbang berat
badan, ukur tekanan darah, imunisasi TT 1, ukur tinggi fundus uteri,
pemberian tablet Fe1, temu wicara, tes laboratorium.
Pada tahun 2015 jumlah ibu hamil di puskesmas Kresek terdapat
1.461 ibu hamil, cakupan kunjungan K1 sebanyak 1.450 orang (99.2%)
dan kunjungan K4 1.191 orang (81.5%).
Grafik 1.10
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Region 1
1600
1200
800
400
K1
K4
20
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan yang aman dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan sesuai standar
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi
d. Melakukan MD
e. Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
Dari jumlah 1.394 ibu bersalin, cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015 sebanyak 1.391 orang.
Grafik 1.11
0%
100%
21
Cakupan Kunjungan Neonatus KN 1 dan KN Lengkap
Pada usia kurang dari 1 bulan bayi merupakan golongan yang
beresiko tinggi terhadap kejadian gangguan kesehatan, sehingga berbagai
upaya dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut dengan melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan pada
neonatus dan cara perawatan bayi yang benar.
Pelayanan neonatus bayi umur 0-28 hari yang mendapatkan
pelayanan kesehatan minimal 3 kali (KN 3), yaitu 1 kali pada 6-48 jam
(KN 1), 1 kali 3-7 hari dan 1 kali pada umur 21-28 hari.
Pada tahun 2015 cakupan kunjungan neonatus 1 kali (KN 1)
sejumlah 1.366 bayi dan kunjungan lengkap (KN 3) sejumlah 1.366 bayi.
Semua neonatus di wilayah puskesmas Kresek mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Grafik 1.13
Jumlah Kunjungan Neonatal KN1 dan KN Lengkap
Laki-laki Perempuan
712.5
700
687.5
675
662.5
650
637.5
Jumlah Bayi 1.366
22
Puskesmas Kresek Tahun 2015
Cakupan BBLR
Jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2015
sebanyak 71 atau mencapai (5.2%).
Grafik 1.14
Perempuan Laki-laki
44%
56%
23
UPT Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan gedung
tambahan yang diuraikan sebagai berikut:
a. Gedung Utama / Rawat Jalan :
Ruang Loket / Pendaftaran
Ruang Tunggu
Ruang Periksa BPU
Ruang Periksa Kesehatan Anak
Ruang Gigi
Kamar Obat / Apotik
Ruang Periksa Kesehatan Ibu
Ruang Gudang Farmasi
Ruang Administrasi Bidan
Ruang Tata Usaha
Ruang Pelayanan Terbatas 24 jam (UGD)
Ruang Kepala Puskesmas
Ruang Bendahara
Mushala Untuk Pegawai
Ruangan Kamar Rawat Inap dengan 5 tempat tidur
Ruangan Persalinan (PONED)
Ruang Klinik Gizi
Ruang Aula
Ruang Laboratorium
b. Gedung Tambahan yang berada di depan gedung utama terdiri dari:
Ruang Periksa TB Paru
Dan Pos Satpam
c. Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi antara lain:
Mobil Puskesmas Keliling 1 Unit,
Mobil Ambulans Untuk Merujuk Pasien Gawat Darurat 1 Unit,
Sepeda motor dinas 4 Unit.
24
Ketenagaan
Untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di UPT
Puskesmas Perawatan Kresek mempunyai tenaga 47 orang dengan rincian
sebagai berikut:
25
Tabel 1.14 (Sumber : Puskesmas Kresek Tahun 2015)
Pembiayaan Kesehatan
Selain sumber daya manusia dan sarana dalam suatu kesehatan
juga memerlukan biaya operasional yang merupakan salah satu factor
pendukung dalam peningkatan pelayanan, baik kegiatan dalam gedung
maupun luar gedung.
Adapun sumber biaya yang dipergunakan Puskesmas Kecamatan
Kronjo untuk menunjang pelaksanaan Program Puskesmas berasal dari
26
APBD Kabupaten, (Operasional), Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) juga terdapat sumber biaya dari Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK).
Berikut gambaran persentase sumber biaya sebagai berikut:
14%
4% Operasional
BOK
JKN
82%
27
Gambar 1. Denah rumah keluarga binaan
28
ii. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Ismawan tinggal di RT 014/RW 001 Kampung
Renged, Desa Kresek. Di Rumah ini Tn. Ismawan tinggal bersama istri
dan seorang anaknya. Saat ini Tn. berusia 31 tahun, bekerja sebagai
pedagang dengan penghasilan sekitar Rp 1.500.000,00/bulan, dengan latar
belakang pendidikan SD. Istrinya Ny. Arna yang berusia 29 tahun, tidak
bekerja. Tn. Ismawan memiliki seorang anak yang berusia 2 tahun
bernama An. Nia.
Keluarga Tn. Ismawan tinggal disebuah bangunan rumah
berukuran 3 x 8 m. Ventilasi di rumah tersebut sangat kurang baik karena
hanya terdapat sebuah ventilasi yang terletak diatas pintu masuk rumah
dan cahaya matahari hanya dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Pada
ruang pertama terdapat TV, rak, lemari, kipas angin, kasur, dan karpet.
Ruangan tersebut digunakan sebagai ruang keluarga. Pada ruang kedua,
terdapat lemari, kipas angin, sound sistem, rak piring, dapur sederhana dan
sebuah kasur tidur. Ruangan kedua tersebut juga digunakan sebagai ruang
tidur serta untuk memasak sehari-hari. Diantara kedua ruangan tersebut
dipisahkan hanya dengan anyaman bambu yang digunakan sebagai
pembatas ruangan tanpa disertai pintu, Pada ruangan ketiga, terdapat
kamar mandi dengan jamban berbentuk leher angsa dan pada ruang
tersebut juga digunakan sebagai tempat mencuci. Rumah ini mempunyai
1 pintu depan, 1 daun pintu di dapur, 1 jendela di ruang pertama (bagian
depan rumah). Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan lantai ubin,
dinding rumah terbuat dari bata merah, kemudian atap rumah terbuat dari
genteng tanah liat. Keluarga Tn.Ismawanmenggunakan air PDAM sebagai
sumber air untuk keperluan mandi dan mencuci. Sedangkan untuk
memasak dan minum menggunakan air gallon isi ulang.Keluarga
Tn.Ismawan mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas
dan sebelum makan.
29
Gambar 2. Denah rumah Tn.Ismawan
30
harinya mereka makan besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa
mereka mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan.
31
kebiasaan mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi. Dan juga
Ny. Arna mengaku membersihkan rumahnya setiap hari.
32
Tabel 1.17. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ismawan
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3x8 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran 3x3 m, ruang kedua
berukuran 3x3 m, ruang ketiga berukuran 3x1 m.
33
dengan jemuran warga. Warga membakar
sampahnya yang menimbulkan asap kelingkungan
sekitar kontrakan.
34
belakang pendidikan SLTP. Istrinya Ny. Rogaya yang berusia 36 tahun,
tidak bekerja. Tn. Apen memiliki 2 orang anak. Anak pertamanya, An.
Fitri berusia 16 tahun, sedang dalam pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Kemudian anak keduanya An. Viola berusia 5 tahun, saat ini belum
bersekolah.
35
Gambar 3. Denah Rumah Tn. Apen
36
besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci tangannya
sebelum dan sesudah makan.
37
mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi. Dan juga Ny.
Rogaya mengaku membersihkan rumahnya setiap hari.
38
Tabel 1.20. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Apen
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3x8 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran 3x3 m, ruang kedua
berukuran 3x3 m, ruang ketiga berukuran 3x1 m.
39
terletak berdekatan dengan jemuran warga. Warga
membakar sampahnya yang menimbulkan asap ke
lingkungan sekitar kontrakan.
40
4. An. Isfi Anak II Perempuan 8 th TK Pelajar -
Sabila
41
dengan lantai ubin, dinding rumah terbuat dari bata merah, kemudian atap
rumah terbuat dari genteng tanah liat.
Keluarga Tn. Agus sering menggunakan air PDAM yang di
tampung dikolam sekitar kontrakan dan di pompa kembali ke kamar
mandi, air PDAM tersebut yang di pompasebagai sumber air untuk
keperluan mandi dan mencuci. Sedangkan untuk memasak dan minum
menggunakan air galon isi ulang. Keluarga Tn. Apen mengaku selalu
mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan.
42
iv. Pola Makan
Ny. Dede Ia Darsita memasak makanan sendiri untuk keluarganya.
Ia sering memasak makanan dengan sayur-sayuran menu seperti bayam,
brokoli, wortel dan kembang kol. Ny. Dede Ia Darsita mengaku
keluarganya tidak tentu mengkonsumsi daging, ikan, dan ayam. Sehari-
harinya mereka makan besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa
mereka mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan.
43
viii. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Tn. Agus, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari mampu
menghabiskan 1 bungkus rokok perhari. Keluarga Tn. Agus mengaku
mencuci tangan sebelum maka dan jika tangan tampak kotor. Tn. Agus
mengaku jarang berolahraga karena merasa pekerjaan sehari harinya
menjual alat alat dapur sudah di rasakan seperti berolahraga. Ny. dede
dan anak mengaku jarang berolahraga hanya berjalan santai ke pasar
bersama pada sore hari. Tn. Agus beserta keluarga memiliki kebiasaan
mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi. Dan juga Ny. Dede
mengaku membersihkan rumahnya setiap hari.
44
No Faktor Internal Permasalahan
No Kriteria Permasalahan
45
No Kriteria Permasalahan
46
Tabel. 1.24. Data dasar Keluarga Tn. Ary Afrizal
No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin
47
digunakan sebagai pembatas ruangan tanpa disertai pintu, Pada ruangan
ketiga, terdapat jamban berbentuk leher angsa dan beberapa gantungan
handuk dan ember. Pada ruang tersebut juga digunakan sebagai tempat
mencuci dan menjemur pakaian dalam. Rumah ini mempunyai 1 pintu
depan, 1 daun pintu di dapur, 1 jendela di ruang pertama (bagian depan
rumah). Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan lantai ubin, dinding
rumah terbuat dari bata merah, kemudian atap rumah terbuat dari genteng
tanah liat.
Keluarga Tn. Ary Afrizalsering menggunakan air sumur
pompasebagai sumber air untuk keperluan mandi, mencuci, memasak dan
minum. Keluarga Tn. Ary Afrizal mengaku selalu mencuci tangan setelah
melakukan aktivitas dan sebelum makan, namun tidak menggunakan
sabun.
48
kandang binatang peliharaan. Tidak terdapat tempat pembuangan sampah
didalam rumah maupun depan rumah. Terdapat sebuah tempat
penampungan sampah bagi warga kontrakan yang terletak di lahan kosong
sebelah kontrakan. Sampah tersebut dibakar jika telah menumpuk yang
menimbulkan asap ke sekitar kontrakan.
49
viii. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Tn. Ary Afrizal, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari
mampu menghabiskan 8 sampai 10 batang rokok perhari. Keluarga Ary
Afrizal mengaku mencuci tangan sebelum maka dan jika tangan tampak
kotor, namun tidak menggunakan sabun. Tn. Ary Afrizal beserta istri dan
anak mengaku tidak pernah berolahraga. Tn. Ary Afrizal beserta keluarga
memiliki kebiasaan mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi.
Dan juga Ny. Mulyati mengaku membersihkan rumahnya setiap 3 hari
sekali.
50
Tabel 1.25. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ary Afrizal
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3x8 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran 3x3 m, ruang kedua
berukuran 3x3 m, ruang ketiga berukuran 3x1 m.
51
5. Keluarga Tn. Ajad
i. Data Dasar Keluarga Tn. Ajad
Keluarga binaan Tn. Terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu Tn.
Sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Mumun mempunyai
seorang anak bernama An. Wulan.
52
pertama terdapat TV, lemari, kipas angin, dan karpet. Ruangan tersebut
digunakan sebagai ruang keluarga. Pada ruang kedua, terdapat,
kipasangin, dansebuahkasurtidur. Ruangan kedua tersebut
jugadigunakansebagai ruang tidur sehari-hari. Diantara kedua ruangan
tersebut dipisahkan hanyadengan anyaman bambu yang digunakan sebagai
pembatas ruangan tanpa disertai pintu, Pada ruangan ketiga, terdapat dapur
sederhana dilengkapidengan kompor dan rak piring serta kamar mandi
dengan jamban berbentuk leher angsa. Pada ruang tersebut juga digunakan
sebagai tempat mencuci.Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 daun
pintu di dapur, 1 jendela di ruang pertama (bagian depan rumah). Seluruh
ruang di rumah ini teralasi dengan lantai ubin, dinding rumah terbuat dari
bata merah, kemudian atap rumah terbuat dari genteng tanah liat. Keluarga
Tn.Ajad menggunakan air PDAM sebagai sumber air untuk keperluan
mandi dan mencuci. Sedangkan untuk memasak dan minum menggunakan
air gallon isi ulang.Keluarga Tn. Ajad mengaku selalu mencuci tangan
setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan.
53
kontrakan lainnya yang hanya berbataskan tembok. Terdapat beberapa
kandang ayam dan bebek yang terbuat dari bambu dan tidak terawat
kebersihannya. Binatang peliharaan tersebut berkeliaran di sekitar
kontrakan dan sering kali masuk kedalam teras kontrakan dan juga sering
hinggap di jemuran-jemuran warga yang terletak berdekatan dengan
kandang binatang peliharaan. Terdapat tempat pembuangan sampah di
depan rumah dengan jarak 1,5m dan terdapat sebuah tempat penampungan
sampah bagi warga kontrakan yang terletak di lahan kosong sebelah
kontrakan. Sampah tersebut dibakar jika telah menumpuk yang
menimbulkan asap ke sekitar kontrakan.
54
satu anggota keluarganya yang sakit. Gangguan kesehatan yang sering
dialami anggota keluarganya antara lain batuk, pilek, kejang demam dan
sakit kepala. Menurut Ny. Mumun, mereka lebih memilih ke klinik mantri
dibandingkan ke puskesmas setempat dikarenakan merasa kurang cocok.
55
Pengobatan ke klinik mantri jika salah satu anggota keluarganya ada
yang sakit.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena merasa pas-
pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai pedagang, bekerja setiap hari
dari jam 6 pagi sampai jam 1 siang.
b. Ibu sebagaiibu rumah tangga.
c. Anak belum bersekolah.
7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Ajad menggunakan KB.
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3x8 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran 3x3 m, ruang kedua
berukuran 3x3 m, ruang ketiga berukuran 3x1 m.
56
limbah
Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah,
Tidak tersedia jamban sehat,
57
Kurangnya kebiasaan berolahraga,
Terdapat peliharaan unggas di sekitar lingkungan tempat tinggal,
Letak penampungan sampah yang sangat dekat dengan lingkungan tempat
tinggal.
58
Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah maupun
diluar rumah, sehingga keluarga membuangnya ke lahan kosong dekat
rumah.
Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang.
Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah.
Terdapat hewan peliharaan unggas yang terletak dekat dengan rumah yang
kebersihannya sangat kurang sekali.
Tidak tersedia jamban sehat.
59
e. Keluarga Tn. Ajad
Masalah Medis
ISPA
Kejang demam
Masalah Non Medis
Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan sekitar,
Perilaku Merokok,
Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah,
Kurangnya kebiasaan berolahraga,
Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang,
Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah,
Tidak tersedia jamban sehat,
Letak penampungan sampah yang sangat dekat dengan lingkungan tempat
tinggal,
Terdapat hewan peliharaan unggas di sekitar lingungan tempat tinggal.
60
4. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
maupun diluar rumah, sehingga keluarga membuangnya ke lahan
kosong dekat rumah.
5. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
6. Kurangnya kebiasaan berolahraga.
7. Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang.
8. Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan
dapat dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah.
9. Terdapat hewan peliharaan unggas yang terletak dekat dengan rumah
yang kebersihannya sangat kurang sekali.
10. Kurangnya kesadaran berobat di puskesmas atau dokter.
11. Tidak tersedia jamban sehat.
1.3.1.1.Metode Delphi
61
Gambar 1.9 Proses Metode Delphi
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan yang bertempat tinggal di RT 014/RW 001, Kampung
Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, maka dilakukanlah diskusi kelompok
danmerumuskan serta menetapkan area masalah yaitu Perilaku
Pencegahan Terjadinya ISPA di Keluarga Binaan Di RT 014/RW 001,
Kampung Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Metode Delphidalam
penelitian inidigunakan sebagai penentu area masalah.
62
Kresek terdapat berbagai area permasalahan pada keluarga binaan tersebut,
yaitu :
1. Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan
sekitar.
2. Perilaku Merokok.
3. Kurangnya pencegahan terhadap faktor resiko ISPA
4. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
maupun diluar
rumah, sehingga keluarga membuangnya ke lahan kosong dekat
rumah.
5. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
6. Kurangnya kebiasaan berolahraga.
7. Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang.
8. Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang
dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah.
9. Terdapat hewan peliharaan unggas yang terletak dekat dengan
rumah yang
kebersihannya sangat kurang sekali.
63
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
64
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2011) :
1 Responden respon atau reflexive response
Responden respon ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan yang semacam
ini disebut dengan eliciting stimulusi karena menimbulkan respon-
respon yang relatif tetap. Sebagai contoh makanan yang lezat
menimbulkan keluarnya air liur.
Responden respon ini mencangkup juga emosi respon atau
emotional behavior. Emotional behaviorini timbul karena hal yang
kurang mengenakkan yang bersangkutan, misalnya menangis
karena sedih atau sakit.
2 Instrumen respon atau Operant response
Instrumen respon ialah respon yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut
reinforcing stimulus/reinforcerkarena perangsangan-perangsangan
tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh manusia.
Oleh karena itu rangsangan mengikuti atau memperkuat suatu
perilaku tertentu yang telah dilakukan. Sebagai contoh seorang
anak belajar kemudian memperoleh suatu hadiah maka ia akan
menjadi lebih giat belajar dengan kata lain responnya akan menjadi
lebih inntensif / lebih kuat lagi.
65
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen
kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian
komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat
menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagian
tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah
untuk masing-masing komponen tersebut.
4. Melakukan pembentukan perilaku yang menggunakan urutan
komponen yang telah tersusun, sampai seluruh perilaku yang
diharapkan terbentuk.
66
Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit yakni :
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (health promotion behavior) misalnya makanan bergizi,
olahraga, dsb.
b. Perilaku pencegahan penyakit misalnya tidur memakai kelambu
untuk mencegah gigitan nyamuk dan imunisasi.
c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health
seeking behavior) misal mengobati sendiri penyakitnya atau
mencari pengobatan ke puskesmas, rumah sakit, dukun, dsb.
d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabilitation behavior) misal melakukan diet, mematuhi
anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatan.
67
Menurut Becker (1979), seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011),
mengajukan klasifikasi prilaku yang berhubungan dengan kesehatan
(health related behavior) :
- Perilaku kesehatan (health behavior)
- Perilaku sakit (sick behavior)
- Perilaku peran sakit (the sick behavior)
68
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a. Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya
intelegensia, minat dan kondisi fisik.
b. Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga,
masyarakat, atausarana.
c. Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar,
misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.
69
e. Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan baru.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi /
objek.
2) Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
70
3) Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat
kedua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
71
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
72
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya:
pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan
kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi
kesehatan ibu sendiri dan janinnya. disamping itu kadang-kadang
kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat
mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan.
Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk
suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak
cacat.Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah
terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
2. Faktor-faktor pendorong (enabling factors):
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta
dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan
sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaaan
kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena dia
tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu tersebut
dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah
sakit. fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor
pendukung.
73
3. Faktor-faktor pendukung(reinforcing factors):
Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),
tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan.
Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari
pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas. disamping itu undang-undang
juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut
seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas
periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan
yang mengharuskan ibu hamil periksa kehamilan.
74
2.5.1 Gejala Klinis ISPA
a. Gejala dari ISPA Ringan
1) Batuk
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 atau jika dahi anak
diraba.
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak
yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan
ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.
Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
75
c. Gejala dari ISPA Berat
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
76
- Karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor
virulensi (misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis
mikroba (ukuran inokulum).
77
Banyak rumah yang secara teknis memenuhi syarat kesehatan,
tetapi apabila penggunaannya tidak disesuaikan dengan peruntukannya,
maka dapat terjadi gangguan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian, kenyataan di lapangan ditemukan
sebagian besar responden yang memiliki hunian kamar yang padat. Karena
banyak rumah dari responden yang sedikit orangnya tapi hanya memiliki
satu kamar saja sehingga semua anggota keluarga tidur bersama-sama.
Dan banyak dari responden yang memiliki banyak kamar tetapi ukuran
kamarnya kecil sementara penghuni kamarnya banyak. Misalnya kamar
rumah yang dibangun untuk dihuni oleh 2 orang tidak jarang dihuni oleh
lebih dari 3-4 orang. Hal itu dapat menyebabkan kamar jadi pengap
sehingga memudahkan sumber penyakit mudah menyerang kepada
penghuni kamar yang ada didalamnya.
Pencemaran Udara
Pencemaran udara dalam rumah juga mempengaruhi terjadinya
ISPA pada balita. Pencemaran udara dalam rumah biasanya berasal dari
asap dapur, asap rokok, dan asap obat nyamuk bakar. Pada salah satu
keluarga didapatkan bahwa orang tua anak kadang-kadang merokok di
dalam rumah. Anak pada kondisi tersebut secara tidak langsung juga
menjadi perokok pasif. Anggota keluarga biasanya merokok dalam rumah
pada saat bersantai bersama keluarga termasuk anak sehingga anak dalam
rumah tangga tersebut memiliki resiko tinggi untuk terpapar oleh asap
rokok. Paparan asap rokok khususnya pada anak-anak dapat meningkatkan
resiko untuk mengalami ISPA dan gangguan paru-paru lainnya. Anak
maupun anggota keluarga dari perokok lebih mudah menderita gangguan
pernapasan dibanding anak maupun anggota keluarga yang bukan
perokok.
Asap hasil memasak menggunakan kompor di dalam rumah tanpa
ventilasi yang memadai dengan konsentrasi tinggi juga dapat merusak
78
mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA
pada anak.
79
2.6 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
perilaku Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Nilai-nilai
- Keyakinan
Faktor Pendukung
Faktor Pendorong
- Sikap dan
Perilaku
Petugas
Kesehatan
80
2.7 Kerangka Konsep
Perilaku Pencegahan
Terjadinya ISPA Di
81
2.8 Definsi Operasional
82
terserang batuk
pilek
83
6. Sarana dan Segala sesuatu Kuesi Waw Ordinal Mendukung
Prasarana yang dapat oner ancara (Skor 2)
dipakai
Tidak
sebagai alat
Mendukung
serta
(Skor <2)
penunjangnya
yang
memudahkan
pencegahan
ISPA
84
BAB III
METODE PENELITIAN
85
3.4 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan
teknik wawancara, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga
binaan mengenai seputar masalah kesehatan yang kemudian kami
kumpulkan data dan kami angkat sebagai area masalah bersama.
Selanjutnya kami lakukan survey dengan tekhnik wawancara, dengan
kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu,
dilakukan juga observasi langsung ke rumah dan lingkungan keluarga
binaan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi
sampel adalah satu keluarga binaan di DesaKresek, KecamatanKresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
86
sudah tersusun. Disamping itu interview menjadi terlalu formal, sehingga
hubungannyadengan responden kurang fleksibel.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusia dalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel yaitu :
1. Bersedia untuk menjadi informan
2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Usia di atas 17 tahun
4. Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Berusia di atas 65 tahun dan kurang dari 17 tahun.
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
4. Memiliki gangguan mental
No Tanggal Kegiatan
87
2. Kamis, 23Februari 2017 Pengumpulan data dasar dari masing-
masing keluarga binaan dilanjutkan dengan
penentuan area masalah
dandokumentasirumahkeluargabinaan
Pengumpulan data dari Puskesmas.
3. Jumat, 24Februari 2017 Penentuan dan pembuatan instrumen
pengumpul data.
Pembagian kuesioner kekeluarga binaan
88
Lingkungan tempat tinggal yang menjadi faktor upaya
pencegahanterjadinya ISPA
Sarana dan prasarana yang menunjang keluarga binaan dalam upaya
pencegahanterjadinya ISPA.
89
BAB IV
HASIL
a. Karakteristik Responden
Hasil analisis ini ditampilkan melalui bentuk tabel dan diagram yang
diambil dari data karakteristik responden yang terdiri dari 17 orang dalam
lima keluarga binaan di RT 014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek,
Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, yakni: Keluarga Tn. I, Tn. Apen ,Tn. Agus, Tn. Ary Afrizal dan Tn.
5.
Usia
1 16 tahun 6
2 17 25 tahun 2
3 26 35 tahun 5
4 36 - 45 tahun 4
5 46 55 tahun -
6 56 64 tahun -
7 >65 tahun -
90
Berdasarkan tabel 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia responden di
keluarga binaan didapatkan jumlah responden berusia 16 tahun (6 orang),
17 25 tahun (2 orang), 26 35 tahun (5 orang) dan 36 - 45 tahun (4 orang).
TINGKAT PENDIDIKAN
7%
22%
TK SD
50%
SMA SMP
21%
91
PEKERJAAN
10%
40% PEDAGANG
IRT
JASA
50%
b. Variabel
Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel berdasarkan
variabel variabel dalam kuesioner yang dijawab 7 responden pada bulan
Februari 2017.
92
Tabel 4.2. Distribusi Responden mengenai perilaku pencegahan ISPA pada
keluarga binaan di RT 014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek,
Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Februari 2017.
Baik 0 0%
6 85,7%
Cukup
1 14,3%
Buruk
Total 7 100%
Baik 2 28,6%
Buruk 5 71,4%
Total 7 100%
93
Berdasarkan tabel 4.3. Didapatkan responden terbesar yaitu yang memiliki
pengetahuan buruk tentang pencegahan ISPA (71,4%).
Baik 0 0%
Buruk 7 100%
Total 7 100%
Baik 0 0%
Buruk 7 100%
94
Total 7 100%
Mempengaruhi 0 0%
Total 7 100 %
Tabel 4.7. Distribusi frekuensi responden tentang sarana dan prasarana yang
mendukung perilaku pencegahan ISPA pada keluarga binaan RT 014/RW
001, Kampung Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017.
Mendukung 7 100%
Tidak Mendukung 0 0%
95
Total 7 100%
Jumlah
No Variabel Hasil Ukur Persentase
(orang)
96
Jumlah
No Variabel Hasil Ukur Persentase
(orang)
97
98
Tabel 4.9 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada
Keluarga Binaan di RT 014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017.
99
3. Kurangnya fasilitas Memberikan fasilitas Memberikan penyuluhan
untuk mendapatkan informasi mengenai tentang ISPA dan usaha
informasi pencegahan ISPA. pencegahan ISPA.
Memberikan poster dan
video tentang pencegahan
ISPA.
100
tempat sampah. Selain itu juga terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan
keterbatasan kemampuan dari peneliti untuk melakukan intervensi.
101
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Area Masalah
Perilaku Pencegahan Terjadinya ISPA Di Keluarga Binaan di RT
014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi BantenPeriode 22
Februari 2017 4 Maret 2017
102
Didapatkan bahwasarana dan prasarana mendukung perilaku
pencegahan terjadinya ISPA menurut responden (100%).
3. Hasil Fishbone
a. Kurangnya informasi mengenai hubungan antara gizi dan daya tahan
tubuh yang dikarenakan buruknya pengetahuan dan sikap mengenai
makanan bergizi dalam pencegahan ISPA.
b. Lingkungan yang tidak mendukung terhadap pencegahan ISPA yang
dikarenakan tidak adanya petugas kebersihan untuk mengelola sampah
sehingga terdapat tempat pembakaran sampah yang dekat dengan temat
tinggal.
c. Keyakinan responden mengenai perilakupencegahan ISPA yang salah
disebabkan oleh kebiasaan oleh kebiasaan yang salah dari orang-orang
dari sekitar responden dikarenakan kurangnya fasilitas untuk
mendapatkan informasi pencegahan ISPA.
d. Sarana dan prasarana yang tidak ditemukan akar masalah.
5.2 Saran
Intervensi Pemecahan Masalah
1. Memberikan penyuluhan tentang ISPA, cara mencegah terjadinya ISPA,
cara membuang sampah yang baik dan benar dan juga pentingnya
menggunakan masker yang baik dan benar terutama ketika adanya
paparan asap.
2. Memberikan tempat sampah berbahan plastik yang dapat dipindahkan
dan dibersihkan.
3. Memberikan masker yang efektif, aman, murah dan mudah digunakan.
4. Memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk menyiapkan petugas
kebersihan dalam mengelola sampah yang ada.
5. Memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk memberikan
penyuluhan tentang pencegahan ISPA untuk mencegahInsidence Rate di
kecamatan Kresek.
103
Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan dengan poster dan videotentang ISPA, makanan
bergizi dan cara mencegah terjadinya ISPA dengan menggunakan masker
saat terpapar asap.
2. Memberikan masker yang efektif, aman, murah dan mudah digunakan.
3. Memberikan tempat sampah berbahan plastik yang dapat dipindahkan
dan dibersihkan.
104
membuang sampah pada tempatnya dan menggunakan masker jika
terpapar oleh asap.
105
LAMPIRAN
KUISIONER SURVEY
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Alamat :
PERILAKU RESPONDEN
10. Apakah anda atau orang sekitar anda merokok di dalam rumah?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah anda atau orang sekitar anda menutup mulut saat batuk?
a. Ya
b. Tidak
106
12. Apakah anda menggunakan masker saat membakar sampah?
a. Ya
b. Tidak
PENGETAHUAN
3. Apakah anda tahu dengan mengobati batuk pilek sesegera mungkin dapat
mengurangi risiko ISPA?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
107
SIKAP
KURANGS TIDAK
No. Pernyataan SETUJU
ETUJU SETUJU
KEYAKINAN
KURANG TIDAK
No. Pernyataan SETUJU
SETUJU SETUJU
LINGKUNGAN RESPONDEN
1. Apakah tetangga anda membakar sampah dengan jarak tidak terlalu dekat
dengan rumah?
a. Ya
b. Tidak
108
b. Tidak
109
LAMPIRAN II
SKORING KUISIONER
I. ASPEK PERILAKU
Nilai tertinggi 10
1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0
4. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0
5. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
110
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0
111
Kurang setuju, mendapatkan poin1
Tidak setuju, mendapatkan poin 0
112