You are on page 1of 112

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 GAMBARAN UMUM


1.1.1 Keadaan Geografi
Kecamatan Kresek merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Tangerang terletak sebelah Barat Kabupaten Tangerang, dengan jarak 27
Km dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Luass wilayah 27.99
Km2, berupa dataran rendah dan berupa lahan pertanian dengan batas
wilayah Kecamatan Kresek sbb :
Sebelah Utara : Kecamatan Kronjo
Sebelah Barat : Kecamatan Serang
Sebelah Selatan : Kecamatan Sukamulya
Sebelah Timur : Kecamatan Gunung Kaler

Kecamatan Kresek memiliki 9 desa binaan/ wilayah kerja diantaranya :


1. Desa Kresek
2. Desa Talok
3. Desa Renged
4. Desa Patrasana
5. Desa Pasirampo
6. Desa Koper
7. Desa Jengkol
8. Desa Kemuning
9. Desa Rancailat

1
Gambar 1.1
PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRESEK

1.1.2 Keadaan Penduduk


Jumlah penduduk wilayah Kecamatan Kresek 64.153 jiwa, yang
terdiri dari :
Laki-laki : 32.338 jiwa
Perempuan : 31.815 jiwa
Jumlah Rumah Tangga : 17.363 KK. Dengan rata-rata per KK
3,69 jiwa, tingkat kepadatan penduduk
mencapai 2.292 jiwa per Km2 .

2
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Kecamatan Kresek tahun 2015

NO. JUMLAH PENDUDUK


KELOMPOK
UMUR LAKI-LAKI +
(TAHUN) LAKI PEREMPUAN PEREMPUAN
LAKI
1. <1 278 301 579
2. 1-4 2.088 2.517 4.605
3. 5-9 2.862 2.608 5.470
4. 10 - 14 3.255 3.037 6.292
5. 15 19 3.550 3.408 6.958
6. 20 24 3.356 3.214 6.570
7. 25 29 3.233 3.028 6.261
8. 30 34 2.669 2.796 5.465
9. 35 39 2.562 2.535 5.097
10. 40 - 44 2.244 2.195 4.439
11. 45 49 1.889 1.822 3.711
12. 50 - 54 1.611 1.511 3.122
13. 55 59 1.155 1.062 2.217
14. 60 64 750 717 1.467
15. 65 69 422 472 894
16. 70 74 249 334 583
17. 75+ 165 258 423
JUMLAH
(KECAMATAN) 32.338 31.815 64.153

3
Grafik 1.1

Jumlah Penduduk
Berdasarkan Kelompok Umur
Puskesmas Kresek Tahun
2015
7000

5250

3500

1750

0
<1 1 - 4 5 - 9 10 - 15 - 20 - 25 - 30 - 35 - 40 - 45 - 50 - 55 - 60 - 65 - 70 - 75>
14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 69 74

Laki - laki
Perempuan
Laki - laki + Perempuan

Indeks pembangunan Manusia


IPM merupakan kinerja pembangunan wilayah terhadap
pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas
penduduk sumber daya, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektual
(pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli) serta partisipasi
pembangunan akan meningkat.
Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu
angka harapan hidup (AHH), Angka indeks pendidikan (lama sekolah),
dan kemampuan daya beli (PPP).

4
1.1. 3 Keadaan Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan factor yang paling besar
pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Dengan keadaan lingkungan
yang sehat maka status derjat kesehatan akan terpelihara dan dapat lebih
meningkat, sebaliknya bila keadaan lingkungan kurang sehat dapat
mempengaruhi terhadap status kesehatan masyarakat.
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu bangunan yang memiliki jamban, sarana air bersih,
tempat sampah dan sarana pengelolaan air limbah, ventilasi rumah
yang cukup, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah
bersih dan kedap air.
Jumlah rumah yang ada 12.375 rumah dengan jumlah rumah yang
dibina 12.230 (98.83%) sedangkan jumlah yang memenuhi syarat
kesehatan 6.755 (51.06%) dari jumlah rumah yang diperiksa menurut
data PHBS.
2. Akses terhadap air bersih
Dari jumlah penduduk 64.153 Jiwa, yang mendapat akses air bersih
ada 61.542 Jiwa (95.9%), terdiri dari sumur gali terlindung 1.332 jiwa,
sumur bor dengan pompa 36.228 dan pengguna PDAM sebanyak
23.982 jiwa.
3. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi, jamban, tempat sampah
dan pengelolaan air limbah dari jumlah 12.230 rumah yang diperiksa
jumlah yang memiliki jamban keluarga 6.755 rumah (55.23%).
Tempat-tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan
Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak
orang dan berpotensi menjadi tempat prsebaran penyakit. TTU
meliputi terminal, pasar, tempat ibadah, stasiun, tempat rekreasi, dll.
Sedangkan TUPM meliputi hotel, restaurant, depot air, dll. TTU dan
TPM yang sehat adalah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu

5
memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah (SPAL), ventilasi yang baik dan luas lantai
ruangan yang sesuai dengan jumlah pengunjung dan memiliki
pencahayaan yang cukup.
Jumlah Tempat- tempat Umum yang ada di Kecamatan Kresek 47 unit
sedang yang memenuhi syarat kesehatan 19 unit (40.43%). Untuk
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) berjumlah 133 unit TPM
semuanya memnuhi syarat kesehatan (100%).

1.1.4 Keadaan Perilaku Masyarakat


Perilaku dapat diartikan sebagai suatu keadaan jiwa (berfikir, berpendapat,
bersikap) untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subyek yang
dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) atau aktif yaitu dengan adanya
tindakan. Komponen perilaku terdiri dari aspek pengetahuan, sikap, dan
tindakan, dari mulai mengetahui lalu menerima atau menolak dan
melakukan tindakan sebagai perwujudan dari fikiran dan jiwa.
Untuk menggambarkan perilaku masyarakat yang berpengaruh
terhadap kesehatan digunakan indicator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) yang terdiri dari 10 indikator.
a. Rumah Tangga Sehat
Jumlah PHBS Rumah Tangga yang dipantau 1.890 rumah, dari
numlah rumah tangga tersebut yang mempunyai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat hanya 1.188 rumah tangga (62.9%) menunjukkan
bahwa persentase rumah tangga sehat di Kecamatan Kresek masih
kurang jika dibandingkan dengan standar pelayanan minimal (65%).
b. ASI Ekslusif
Air Susu Ibu diyakini dan terbukti merupakan makanan bayi yang
paling tinggi manfaatnya bagi bayi dan semua aspek di Kecamatan
Kresek dari berbagai kegiatan seperti penyuluhan kepada ibu hamil
pembentukan Kelompok Peminat Keshatan Ibu dan Anak (KPKIA)
dari seluruh bayi 0-6 bulan yang ada 774 bayi yang diberi ASI

6
mencapai 584 bayi (75.5%), cakupan ini sudah melampaui target
pencapaian dibandingkan standar pelayanan minimal yaitu (75%).
c. Desa dengan garam beryodium yang baik
Dari jumlah 9 desa yang ada di Kecamatan Kresek seluruh desa
masyarakat masih ada yang menggunakan garam kasar (krosok) yang
kandungan yodiumnya sangat rendah, ini menunjukkan perilaku
masyarakat belum peduli terhadap manfaat kandungan yodium pada
garam yang digunakan sehari-hari.
d. Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat
berbagai upay`a dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada di masyarakat dengan Posyandu merupakan salah satu UKBM
yang sangat popular. Posyandu dikelompokkan menjadi Pratama,
Madya, Purnama, dan Mandiri. Di Kecamatan Kresek jumlah
Posyandu ada 57 pos, terdiri dari Posyandu Pratama berjumlah 0
Posyandu, Madya 55 Posyandu, Purnama 0 Posyandu, dan Mandiri 2
Posyandu. Dari data tersebut Posyandu di wilayah Kecamatan Kresek
masih di dominasi oleh Strata Madya.
e. Polindes dan Poskesdes
Pondok bersalin desa didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayan kesehatan ibu dan anak khususnya di wilayah pedesaan yang
jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan. Selain Polindes dalam
upaya mendukung pelaksanaan desa siaga di wilayah Kecamatan
Kresek terdapat 3 Polindes terdiri dari Desa Pasirampo dan Desa
Jengkol masih berfungsi sedangkan Polindes Desa Renged keadaan
bangunan tidak terawar karena keadaan bangunan sudah rusak.
f. Pelayanan Kesehatan Masyarat Miskin
Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan masyarakat yang
jauh Puskesmas Kresek melaksanakan Puskesmas Keliling yang
mengjangkau 9 desa dilaksanakan setiap hari Selasa dengan mobil
Puskesmas Keliling.

7
Grafik 1.1
Jumlah Kematian Bayi Puskesmas Kresek Tahun 2015

2.5 Region 1

1.5

0.5

0
a b c d e f g h i

Keterangan :
A. Kresek (198)
B. Talok (116)
C. Renged (174)
D. Patrasana (95)
E. Pasirampo (50)
F. Koper (55)
G. Jengkol (36)
H. Kemuning (29)
I. Rancailat (10)

8
Grafik 1.2
Presentase Jumlah Kematian Bayi Menurut Jenis Kelamin Puskesmas
Kresek Tahun 2015

Laki-laki Perempuan

33%

67%

1.2 SITUASI DERAJAT KESEHATAN


1.2.1 Jumlah Kematian
Jumlah Kematian Bayi dan Balita
Jumlah kelahiran hidup di Puskesmas Kecamatan Kresek pada
tahun 2015 adalah 1.366 bayi dengan jumlah kematian bayi sebanyak 9
bayi atau angka kematian bayi (yang dilaporkan) adalah 6.59/1.000
kelahiran hidup. Untuk balita berjumlah 4.260 balita tidak ada kematian
balita yang dilaporkan sedangkan jumlah ibu maternal 237 di Puskesmas
Kecamatan Kresek tahun 2015, tidak ada kematian yang dilaporkan.
Jumlah kematian bayi tahun 2015 di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kresek mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
2014 yang sebelumnya 2 (dua) kematian.

9
Tabel 1.1
Jumlah Kematian Bayi Puskesmas Kresek Tahun 2015
No. Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 KRESEK 0 0 0
2 TALOK 0 0 0
3 RENGED 1 0 1
4 PATRASANA 1 0 1
5 PASIRAMPO 1 1 2
6 KOPER 1 1 2
7 JENGKOL 1 0 1
8 KEMUNING 1 1 2
9 RANCAILAT 0 0 0
TOTAL 6 3 9

Adapun kematian balita di Puskesmas Kresek dalam 3 (tiga) tahun


terakhir rentang 2013-2015 tidak ditemukan.
Kejadian kematian bayi dan balita ini dapat dicegah dengan upaya
meningkatkan pengetahuan ibu pasangan usia subur, ibu hamil, keluarga
dan masyarakat terutama pola hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan
sehat serta pelayanan kesehatan yang baik.

Jumlah Kematian Ibu


Jumlah kematian ibu (AKI) di Puskesmas Kresek dari tahun 2014-
2015 tidak ada. Hal ini
menggambarkan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam
berperilaku hidup sehat, dan tingat pelayanan kesehatan pada ibu hamil,
ibu bersalin dan ibu nifas.

10
1.2.2 Jumlah Angka Kesakitan
Sepuluh Besar Penyakit

Grafik 1.3
10 Besar Penyakit di Puskesmas Kresek

6000 Region 1

4500

3000

1500

0
a b c d e f g h i j

Keterangan :
a. ISPA (5477)
b. Gastritis dan Duodenitis (1347)
c. Hipertensi dan Duodenitis (1227)
d. Faringitis Akut (1074)
e. Faringitis (1035)
f. Kehamilan dan Persalinan (1010)
g. Demam Yang Tidak DIketahui Penyebabnya (979)
h. Dermatitis Lainnya (944)
i. Gangguan Perkembangan (870)
j. Diare dan Gastroenteritis (852)
Dari grafik diatas 10 besar penyakit di Puskesmas Kresek penyakit
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) berada di posisi teratas yaitu

11
5477, diikuti gastritis sebanyak 1347 dan hipertensi 1227, sedangkan yang
ke 10 (sepuluh) yaitu penyakit diare sebanyak 852 kasus.
Selain itu penyakit tidak menular seperti hipertensi dan gastritis
juga banyak terjadi di wilayah Kresek ini, karena jumlah kunjungan yang
berulang-ulang.

1.2.3 Penyakit Menular


Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terdiri dari :
a. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan
pada kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di semua
wilayah.

Tabel 1.2
Data Kasus DBD Puskesmas Kresek Tahun 2015

No DESA JUMLAH KASUS MENINGGAL


L P L+P L P L+P
1 KRESEK 2 4 6 0 0 0
2 TALOK 1 1 2 0 0 0
3 RENGED 2 4 6 0 0 0
4 PATRASA 0 0 0 0 0 0
NA
5 PASIRAMP 0 1 1 0 0 0
O
6 KOPER 0 0 0 0 0 0
7 JENGKOL 0 2 2 0 0 0
8 KEMUNIN 0 0 0 0 0 0
G
9 RANCAILA 2 1 3 0 0 0
T
TOTAL 7 13 20 0 0 0

12
Grafik 1.4
Jumlah Penderita DBD Per Desa Puskesmas Kresek Tahun 2015

7.5 Region 1

4.5

1.5

0
a b c d e f g h i

Keterangan :
a. Kresek (6)
b. Talok (2)
c. Renged (6)
d. Patrasana (0)
e. Pasirampo (1)
f. Koper (0)
g. Jengkol (2)
h. Kemuning (0)
i. Rancailat (3)

b. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh protozoa
parasit golongan Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
Nyamuk Anopheles. Di wilayah kecamatan Kresek sampai sekarang
belum ditemukan penderita malaria.
c. Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang bersifat
kronik (menahun) disebabkan oleh cacing filariasis ditularkan melalui

13
gigitan nyamuk. Penderita filariasis dari 2011 s.d 2014 tidak
ditemukan.

1.2.4 Penyakit Menular Langsung


a. Penyakit Diare
Penyakit diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari
dengan tinja encer dapat juga disertai darah/lendir.

Tabel 1.3
Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas

No DESA DIARE DITANGANI


L P L+P
1 KRESEK 97 101 198
2 TALOK 54 62 116
3 RENGED 87 87 174
4 PATRASANA 38 57 95
5 PASIRAMPO 22 28 50
6 KOPER 29 26 55
7 JENGKOL 19 17 36
8 KEMUNING 14 15 29
9 RANCAILAT 2 8 10
JUMLAH 362 401 763

14
Grafik 1.5
Jumlah Diare Yang DI Tangani Perdesa di Wilayah Puskesmas Kresek

250 Region 1

200

150

100

50

0
a b c d e f g h i

Keterangan :
a. Kresek (198)
b. Talok (116)
c. Renged (174)
d. Patrasana (95)
e. Pasirampo (50)
f. Koper (55)
g. Jengkol (36)
h. Kemuning (29)
i. Rancailat (10)
Dari grafik di atas Desa Kresek menempati urutan pertama
sebanyak 198 penderita, diikuti terendah Desa Renged 174 penderita,

15
dan Desa Talok 116 penderita. Adapun daerah terendah penderita
diare yang ditangani yaitu Desa Rancailat sebanyak 10 penderita.
b. Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan
Mycobacterium leprae dengan masa inkubasi rata-rata 3-5 tahun. Di
wilayah kerja puskesmas Kresek masih ditemukan kasus penyakit
kusta baru sebanyak 20 penderita. Penderita Pausi Basiler (PB) /
Kusta Kering sebanyak 2 orang dan kusta Multi Basiler (MB) / Kusta
Basah sebanyak 18 orang.

Grafik 1.6
Grafik Penderita Kusta Puskesmas Kresek

PB MB

10%

90%

c. HIV/AIDS/IMS
HIV/AIDS/IMS penyakit ini menular melalui hubungan
seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular.
Semakin sering ganti pasangan semakin besar kemungkinan untuk
tertular.

16
Jumlah kasus HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
pada tahun 2015 mennurut data tidak ditemukan kasus atau zero
kasus.
d. Pneumonia
Penyakit Pneumonia adalah penyakit peradangan pada paru
yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga
dapat disebabkan oleh iritasi kimia/fisik dari paru-paru akibat penyakit
lain.
Pada tahun 2015 di Puskesmas Kresek penderita penyakit
pneumonia ditemukan dan ditangani sejumlah 112 kasus.

Grafik 3.7
Kasus Pneumonia Puskesmas Kresek Tahun 2015

P L

48% 52%

17
e. TB Paru
Penderita tuberkulosis paru (TB Paru) di puskesmas Kresek tahun
2015 ditemukan suspek 431 kasus sedangkan TB paru BTA + dan
diobati sebanyak 58 kasus.

Grafik 1.8
Penderita Kasus Suspek TB Paru BTA +
Puskesmas Kresek Tahun 2015

300 Region 1

225

150

75

0
L = suspek L = BTA+ P = suspek P = BTA +

1.2.5 Status Gizi


Status gizi merupakan ekspresi suatu aspek atau lebih dari nutriture
seorang individu dalam suatu variable atau keadaan tubuh yang
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke
dalam tubuh dan utilisasinya.
Faktor yang menyebabkan kurangnya gizi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan
penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak dan penyebab tidak
langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

18
Balita Dengan Gizi Buruk
Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang
buruk. Dikarenakan akibat kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis
makanan yang tidak tepat atau dikarenakan seperti adanya penyakit infeksi
yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan.
Status gizi balita di wilayah Puskesmas Kresek memerlukan
perhatian yang lebih terhadap penanganan gizi buruk dan pada balita
Bawah Garis Merah (BGM) agar tidak menjadi gizi buruk.
Di wilayah kecamatan Kresek jumlah balita di Bawah Garis Merah
(BGM) dari tahun 2015 terdapat 34 balita.
Jumlah balita gizi buruk ini kebanyakan karena tingkat ekonomi
masyarakat dan juga kesalahan orang tua dalam mengatur pola asuh serta
pola makan anaknya.

Grafik 1.9
Kasus Balita Gizi Yang Ditemukan dan Di Rawat

Laki-laki = 12 Perempuan = 22

35%

65%

19
1.3 SITUASI UPAYA KESEHATAN
1.3.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Standar pelayanan antenatal pada ibu hamil minimal empat kali
pada masa kehamilan dari triwulan pertama sampai dengan triwulan
ketiga.
Ibu hamil memiliki banyak faktor resiko terhadap keselamatan ibu
hamil dan janinnya. Pemeriksaan ibu hamil pada trimester 1 di puskesmas
dan di posyandu dilakuakn dengan sistem 10T seperti timbang berat
badan, ukur tekanan darah, imunisasi TT 1, ukur tinggi fundus uteri,
pemberian tablet Fe1, temu wicara, tes laboratorium.
Pada tahun 2015 jumlah ibu hamil di puskesmas Kresek terdapat
1.461 ibu hamil, cakupan kunjungan K1 sebanyak 1.450 orang (99.2%)
dan kunjungan K4 1.191 orang (81.5%).

Grafik 1.10
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4

Region 1
1600

1200

800

400

K1

K4

20
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan yang aman dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan sesuai standar
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi
d. Melakukan MD
e. Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
Dari jumlah 1.394 ibu bersalin, cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015 sebanyak 1.391 orang.

Grafik 1.11

Nakes Non Nakes

0%

100%

Pertolongan Persalinan di Puskesmas Kresek Tahun 2015

21
Cakupan Kunjungan Neonatus KN 1 dan KN Lengkap
Pada usia kurang dari 1 bulan bayi merupakan golongan yang
beresiko tinggi terhadap kejadian gangguan kesehatan, sehingga berbagai
upaya dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut dengan melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan pada
neonatus dan cara perawatan bayi yang benar.
Pelayanan neonatus bayi umur 0-28 hari yang mendapatkan
pelayanan kesehatan minimal 3 kali (KN 3), yaitu 1 kali pada 6-48 jam
(KN 1), 1 kali 3-7 hari dan 1 kali pada umur 21-28 hari.
Pada tahun 2015 cakupan kunjungan neonatus 1 kali (KN 1)
sejumlah 1.366 bayi dan kunjungan lengkap (KN 3) sejumlah 1.366 bayi.
Semua neonatus di wilayah puskesmas Kresek mendapatkan pelayanan
kesehatan.

Grafik 1.13
Jumlah Kunjungan Neonatal KN1 dan KN Lengkap

Laki-laki Perempuan

712.5

700

687.5

675

662.5

650

637.5
Jumlah Bayi 1.366

22
Puskesmas Kresek Tahun 2015
Cakupan BBLR
Jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2015
sebanyak 71 atau mencapai (5.2%).

Grafik 1.14

Perempuan Laki-laki

44%
56%

Jumlah BBLR Berdasarkan Jenis Kelamin Puskesmas Kresek Tahun 2015


1.3.2 Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah Dan Usia Sekolah
Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI
Dari seluruh jumlah siswa-siswi SD di Puskesmas Kresek terdapat
1.181 siswa dan dalam penjaringan pemeriksaan kesehatan siswa pada
tahun 2015 tingkat SD sejumlah 1.160 siswa terdiri dari 614 siswa dan 546
siswi.

1.4 SITUASI SUMBER DAYA


1.4.1 Sumber Daya
Sarana Prasarana

23
UPT Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan gedung
tambahan yang diuraikan sebagai berikut:
a. Gedung Utama / Rawat Jalan :
Ruang Loket / Pendaftaran
Ruang Tunggu
Ruang Periksa BPU
Ruang Periksa Kesehatan Anak
Ruang Gigi
Kamar Obat / Apotik
Ruang Periksa Kesehatan Ibu
Ruang Gudang Farmasi
Ruang Administrasi Bidan
Ruang Tata Usaha
Ruang Pelayanan Terbatas 24 jam (UGD)
Ruang Kepala Puskesmas
Ruang Bendahara
Mushala Untuk Pegawai
Ruangan Kamar Rawat Inap dengan 5 tempat tidur
Ruangan Persalinan (PONED)
Ruang Klinik Gizi
Ruang Aula
Ruang Laboratorium
b. Gedung Tambahan yang berada di depan gedung utama terdiri dari:
Ruang Periksa TB Paru
Dan Pos Satpam
c. Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi antara lain:
Mobil Puskesmas Keliling 1 Unit,
Mobil Ambulans Untuk Merujuk Pasien Gawat Darurat 1 Unit,
Sepeda motor dinas 4 Unit.

24
Ketenagaan
Untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di UPT
Puskesmas Perawatan Kresek mempunyai tenaga 47 orang dengan rincian
sebagai berikut:

NO KATEGORI STATUS JUMLAH


TENAGA PNS PTT/TKK HONORER
1. Kepala Puskesmas 1 - -- 1
2. Kepala Tata Usaha 1 - - 1
3. Dokter Umum - 2 - 2
4. Dokter Gigi 1 - - 1
5. S2 Kesehatan 1 - - 1
6. SKM 1 - - 1
7. D IV Kebidanan - - 2
8. D III Kebidanan 5 11 3 18
9. D 1 Kebidanan 1 - - 1
10. S 1 Keperawatan 1 - - 1
11. D IV Keperawatan - - - -
12. D III Keperawatan 4 - 3 7
13. Perawat Kesehatan 1 - - 1
14. Sanitarian 1 - - 1
15. Nutrition - - - -
16. Perawat Gigi - - - -
17. Pekarya - - - -
18. Asisten Apoteker - - - -
19. Analis Kesehatan 1 - - 1
20. SMA / Administrasi - - 3 3
21. Petugas Kebersihan - 2 - 2
22. Sopir - 1 - 1
23. Petugas Keamanan - 5 - 5
Jumlah 21 21 9 51

25
Tabel 1.14 (Sumber : Puskesmas Kresek Tahun 2015)

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah

1. Rumah Sakit Umum 0


2. Rumah Sakit Jiwa 0
3. Rumah Sakit Bersalin 0
4. Rumah Sakit Khusus Lainnya 0
5. Puskesmas 1 ( Unit )
6. Poskesdes 9
7. Puskesmas Keliling 13 ( Pos )
8. Posyandu 57 ( Pos )
9. Polindes 3 ( Unit )
10. Posbindu 9 ( Pos )
11. Rumah Bersalin 0
12. Balai Pengobatan / Klinik 4
13. Apotik 3 ( Unit )
14. Toko Obat 0
15. Praktek Dokter Umum 4 ( Unit )
16. Praktek Dokter Gigi 2
17. Praktek Dokter Spesialis 0
JUMLAH 94

1.4.2 Fasilitas Penunjang Lainnya


Tabel 1.15

Pembiayaan Kesehatan
Selain sumber daya manusia dan sarana dalam suatu kesehatan
juga memerlukan biaya operasional yang merupakan salah satu factor
pendukung dalam peningkatan pelayanan, baik kegiatan dalam gedung
maupun luar gedung.
Adapun sumber biaya yang dipergunakan Puskesmas Kecamatan
Kronjo untuk menunjang pelaksanaan Program Puskesmas berasal dari

26
APBD Kabupaten, (Operasional), Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) juga terdapat sumber biaya dari Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK).
Berikut gambaran persentase sumber biaya sebagai berikut:

14%
4% Operasional
BOK
JKN

82%

1.5 Gambaran Keluarga Binaan


Lokasi Keluarga Binaan
Keluarga binaan bertempat di RT 014/RW 001, Kampung Renged,
DesaKresek, KelurahanRenged, KecamatanKresek, Kabupaten Tangerang,
ProvinsiBanten. Diagnosis komunitas, dilaksanakan dari tanggal 22
Februari sampai dengan 4 Maret2017. Adapun lokasi pemukiman keluarga
binaan kami adalah sebagai berikut:

27
Gambar 1. Denah rumah keluarga binaan

1.5.1 Masalah Medis dan Non Medis Pada Keluarga Binaan


1. Keluarga Tn. Ismawan
i. Data Dasar Keluarga Tn. Ismawan
Keluarga binaan Tn. ismawan terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu
Tn. Ismawan sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Arna
mempunyai seorang anak bernama An. Nia.
Tabel 1.16Data Dasar Keluarga Tn. Ismawan

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga Kelamin
1. Tn. Suami Laki-laki 31 th SD Pedagang Rp
Ismawan 1.500.000/bul
an
2. Ny. Arna Istri Perempuan 29 th SMA Ibu Rumah -
Tangga
3. An. Nia Anak Perempuan 2 th BelumSekol Tidak Bekerja -
ah

28
ii. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Ismawan tinggal di RT 014/RW 001 Kampung
Renged, Desa Kresek. Di Rumah ini Tn. Ismawan tinggal bersama istri
dan seorang anaknya. Saat ini Tn. berusia 31 tahun, bekerja sebagai
pedagang dengan penghasilan sekitar Rp 1.500.000,00/bulan, dengan latar
belakang pendidikan SD. Istrinya Ny. Arna yang berusia 29 tahun, tidak
bekerja. Tn. Ismawan memiliki seorang anak yang berusia 2 tahun
bernama An. Nia.
Keluarga Tn. Ismawan tinggal disebuah bangunan rumah
berukuran 3 x 8 m. Ventilasi di rumah tersebut sangat kurang baik karena
hanya terdapat sebuah ventilasi yang terletak diatas pintu masuk rumah
dan cahaya matahari hanya dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Pada
ruang pertama terdapat TV, rak, lemari, kipas angin, kasur, dan karpet.
Ruangan tersebut digunakan sebagai ruang keluarga. Pada ruang kedua,
terdapat lemari, kipas angin, sound sistem, rak piring, dapur sederhana dan
sebuah kasur tidur. Ruangan kedua tersebut juga digunakan sebagai ruang
tidur serta untuk memasak sehari-hari. Diantara kedua ruangan tersebut
dipisahkan hanya dengan anyaman bambu yang digunakan sebagai
pembatas ruangan tanpa disertai pintu, Pada ruangan ketiga, terdapat
kamar mandi dengan jamban berbentuk leher angsa dan pada ruang
tersebut juga digunakan sebagai tempat mencuci. Rumah ini mempunyai
1 pintu depan, 1 daun pintu di dapur, 1 jendela di ruang pertama (bagian
depan rumah). Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan lantai ubin,
dinding rumah terbuat dari bata merah, kemudian atap rumah terbuat dari
genteng tanah liat. Keluarga Tn.Ismawanmenggunakan air PDAM sebagai
sumber air untuk keperluan mandi dan mencuci. Sedangkan untuk
memasak dan minum menggunakan air gallon isi ulang.Keluarga
Tn.Ismawan mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas
dan sebelum makan.

29
Gambar 2. Denah rumah Tn.Ismawan

iii. Lingkungan Pemukiman


Rumah Tn.Ismawan terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Di bagian depan terdapat jalan setapak, di samping kiri terdapat rumah
kontrakan lainnya yang hanya berbataskan tembok. Terdapat beberapa
kandang ayam dan bebek yang terbuat dari bambu dan tidak terawat
kebersihannya. Binatang peliharaan tersebut berkeliaran di sekitar
kontrakan dan sering kali masuk kedalam teras kontrakan dan juga sering
hinggap di jemuran-jemuran warga yang terletak berdekatan dengan
kandang binatang peliharaan. Terdapat tempat pembuangan sampah di
depan rumah dengan jarak 1,5m dan terdapat sebuah tempat penampungan
sampah bagi warga kontrakan yang terletak di lahan kosong sebelah
kontrakan. Sampah tersebut dibakar jika telah menumpuk yang
menimbulkan asap ke sekitar kontrakan.

iv. Pola Makan


Ny.Arna memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering
memasak makanan dengan sayur-sayuran menu seperti bayam dan
kangkung. Ny. Arna mengaku sering mengkonsumsi daging ayam. Sehari-

30
harinya mereka makan besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa
mereka mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan.

v. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Anak Tn.Ismawan lahir di bidan desa di daerah indramayu. Setiap
kehamilan, Ny.Arna mengaku selalu rutin untuk mengontrol
kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi, Ny. Arna rutin mambawa
anaknya untuk dilakukan imunisasi di Posyandu. Ny.Arna mengaku
anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 1 tahun 6 bulan,
kemudian setelah itu anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI.
Kemudian saat ini Ny. Arna menggunakan KB suntik secara rutin.

vi. Kebiasaan Berobat


Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Ismawan berobat ke sebuah
klinik mantri yang tidak jauh dari kontrakannya untuk berobat jika
terdapat salah satu anggota keluarganya yang sakit. Gangguan kesehatan
yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk, pilek, demam
dan sakit kepala. Menurut Ny. Arna mereka lebih memilih ke klinik mantri
dibandingkan ke puskesmas setempat dikarenakan merasa kurang cocok
dan kurang nyaman.

vii. Riwayat Penyakit


Keluarga Tn. Ismawan tidak pernah mengalami sakit serius yang
membutuhkan pengobatan di RumahSakit.

viii. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Ismawan, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari
mampu menghabiskan sebungkus rokok dan sering merokok di dalam
rumah. Keluarga Tn.Ismawan mengaku mencuci tangan sebelum makan
dan jika tangan tampak kotor. Tn. Ismawan beserta istri dan anak tidak
memiliki kebiasaan berolahraga. Tn. Ismawan beserta keluarga memiliki

31
kebiasaan mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi. Dan juga
Ny. Arna mengaku membersihkan rumahnya setiap hari.

Tabel 1.16. Faktor Internal Keluarga Tn. Ismawan


No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn.Ismawan menghabiskan sebungkus rokok setiap
harinya
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga
3 Pola Makan Ny.Arna memasak makanan sendiri untuk keluarganya.
Ia sering memasak makanan dengan menu seperti
bayam, kangkung dan ayam. Sehari-harinya mereka
makan besar 2 kali.
4 Pola Pencarian Menurut Ny.Arna, mereka segera membawa berobat ke
Pengobatan klinik mantri jika salah satu anggota keluarganya ada
yang sakit.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena merasa pas-
pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai pedagang, bekerja setiap hari
dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak belum bersekolah.

7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Ismawan menggunakan KB.

32
Tabel 1.17. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ismawan
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3x8 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran 3x3 m, ruang kedua
berukuran 3x3 m, ruang ketiga berukuran 3x1 m.

3. Jamban Keluarga Tn. Ismawan memiliki jamban dengan jenis


leher angsa di rumahnya.
4. Ventilasi Terdapat sebuah ventilasi udara yang terletak pada
atas pintu masuk rumah.
5. Pencahayaan Terdapat 1 lampu pencahayaan yang kurang baik di
ketiga ruang tersebut.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Ismawan menggunakan air
PDAM yang digunakan untuk mandi dan mencuci
baju, serta membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum dan memasak sehari-hari.
7. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
8. Tempat pembuangan Keluarga Tn.Ismawan tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah didepan rumahnya dan
membuang sampahnya di lahan kosong di sekitar
kontrakannya.
9. Lingkungan sekitar Di samping kiri rumah terdapat rumah tetangga yang
rumah hanya dibatasi oleh sebuah tembok. Tiga meter dari
depan rumah tersebut terdapat selokan air yang
tampak kotor tetapi sedikit mengalir. Terdapat
banyak kandang binatang peliharaan yang kurang
terawat kebersihannya dan terletak berdekatan

33
dengan jemuran warga. Warga membakar
sampahnya yang menimbulkan asap kelingkungan
sekitar kontrakan.

2. Keluarga Tn. Apen Supendi


i. Data Dasar Keluarga Tn. Apen Supendi
Keluarga binaan Tn. Apen Supendi terdiri dari 4 anggota keluarga,
yaitu Tn. Apen Supendi sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny.
Rogaya. Mempunyai dua orang anak bernama An. Fitri Alifiah dan An.
Viola.
Tabel. 1.18. Data dasar Keluarga Tn. Apen Supendi

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga Kelamin

1. Tn. Apen Suami Laki-laki 42 th SLTP Pedagang Rp2.000.000


Supendi /bulan

2. Ny. Rogaya Istri Perempuan 36 th SLTP Ibu Rumah -


Tangga

3. An. Fitri Anak I Perempuan 16 th SLTP Pelajar -

4. An. Viola Anak II Perempuan 5 th Belum - -


sekolah

Keluarga Tn. Apen tinggal di RT 014/RW 001 Kampung Renged,


Desa Kresek. Di rumah ini Tn. Apen tinggal bersama dengan istri dan
kedua anaknya. Tn. Apen yang saat ini berusia 42 tahun bekerja sebagai
pedagang dengan penghasilan sekitar Rp 2.000.000,00/bulan, dengan latar

34
belakang pendidikan SLTP. Istrinya Ny. Rogaya yang berusia 36 tahun,
tidak bekerja. Tn. Apen memiliki 2 orang anak. Anak pertamanya, An.
Fitri berusia 16 tahun, sedang dalam pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Kemudian anak keduanya An. Viola berusia 5 tahun, saat ini belum
bersekolah.

ii. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Apen tinggal disebuah bangunan rumah berukuran 3
x 8 m. Ventilasi di rumah tersebut sangat kurang baik karena hanya
terdapat sebuah ventilasi yang terletak diatas pintu masuk rumah dan
cahaya matahari hanya dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Pada ruang
pertama terdapat TV, rak, lemari, kipas angin, kasur, dan karpet. Ruangan
tersebut digunakan sebagai ruang keluarga dan ruang tidur. Pada ruang
kedua, terdapat lemari, kulkas, mesin cuci, kipas angin, rak piring, kipas
angin dan sebuah kasur tidur. Ruangan kedua tersebut juga digunakan
sebagai ruang tidur. Diantara kedua ruangan tersebut dipisahkan hanya
dengan anyaman bambu yang digunakan sebagai pembatas ruangan tanpa
disertai pintu, Pada ruangan ketiga, terdapat jamban berbentuk leher angsa
dan juga terdapat kompor yang letaknya sangat berdekatan. Pada ruang
tersebut juga digunakan sebagai tempat mencuci dan menjemur pakaian
dalam. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 daun pintu di dapur, 1
jendela di ruang pertama (bagian depan rumah). Seluruh ruang di rumah
ini teralasi dengan lantai ubin, dinding rumah terbuat dari bata merah,
kemudian atap rumah terbuat dari genteng tanah liat.
Keluarga Tn. Apen sering menggunakan air sumur pompasebagai
sumber air untuk keperluan mandi dan mencuci. Sedangkan untuk
memasak dan minum menggunakan air galon isi ulang. Keluarga Tn.
Apen mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan
sebelum makan.

35
Gambar 3. Denah Rumah Tn. Apen

iii. Lingkungan Pemukiman


Rumah Tn. Apen terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak, di samping kanan dan kiri terdapat
rumah kontrakan lainnya yang hanya berbataskan tembok. Terdapat
beberapa kandang ayam dan bebek yang terbuat dari bambu dan tidak
terawat kebersihannya. Binatang peliharaan tersebut berkeliaran di sekitar
kontrakan dan sering kali masuk kedalam teras kontrakan dan juga sering
hinggap di jemuran-jemuran warga yang terletak berdekatan dengan
kandang binatang peliharaan. Tidak terdapat tempat pembuangan sampah
di depan rumah. Terdapat sebuah tempat penampungan sampah bagi
warga kontrakan yang terletak di lahan kosong sebelah kontrakan. Sampah
tersebut dibakar jika telah menumpuk yang menimbulkan asap ke sekitar
kontrakan.

iv. Pola Makan


Ny. Rogaya memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia
sering memasak makanan dengan sayur-sayuran menu seperti pare, wortel,
kembang kol dan brokoli. Ny. Rogaya mengaku jarang sekali
mengkonsumsi daging, ikan, dan ayam. Sehari-harinya mereka makan

36
besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci tangannya
sebelum dan sesudah makan.

v. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Kedua anak Tn. Apen lahir di bidan desa di daerah Tegal. Setiap
kehamilan, Ny. Rogaya mengaku selalu rutin untuk mengontrol
kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi, Ny. Rogaya rutin mambawa
kedua anaknya untuk dilakukan imunisasi di bidan. Ny. Rogaya mengaku
anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 6 bulan, kemudian
setelah 6 bulan anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI.
Kemudian saat ini Ny. Rogaya menggunakan KB suntik secara rutin.

vi. Kebiasaan Berobat


Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Apen berobat ke sebuah klinik
mantri yang tidak jauh dari kontrakannya untuk berobat jika terdapat salah
satu anggota keluarganya yang sakit. Gangguan kesehatan yang sering
dialami anggota keluarganya antara lain batuk, pilek, demam, sakit kepala,
dan maag. Menurut Ny. Rogaya, mereka lebih memilih ke klinik mantri
dibandingkan ke puskesmas setempat dikarenakan merasa kurang cocok
dan tidak memiliki asuransi kesehatan.

vii. Riwayat Penyakit


Keluarga Tn. Apen tidak pernah mengalami sakit yang serius yang
membutuhkan pengobatan di Rumah Sakit.

viii. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Apen, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari mampu
menghabiskan 5 sampai 7 batang rokok perhari. Keluarga Tn.Apen
mengaku mencuci tangan sebelum maka dan jika tangan tampak kotor. Tn.
Apen beserta istri dan anak mengaku berolahraga jalan santai bersama
pada hari Minggu pagi. Tn. Apen beserta keluarga memiliki kebiasaan

37
mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi. Dan juga Ny.
Rogaya mengaku membersihkan rumahnya setiap hari.

Tabel 1.19. Faktor Internal Keluarga Tn. Apen


No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Apen merokok 5 - 7 batang/hari
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak pernah berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Rogaya memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti pare, brokoli, kembang kol. Sehari-harinya
mereka makan besar 2 kali.
4 Pola Pencarian Menurut Ny. Rogaya, mereka segera membawa berobat
Pengobatan ke klinik mantri jika salah satu anggota keluarganya ada
yang sakit.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena merasa kurang
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai pedagang, bekerja setiap hari
dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama masih duduk dibangku sekolah
menengah atas.
d. Anak kedua belum sekolah.

7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Apen menggunakan KB.

38
Tabel 1.20. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Apen
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3x8 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran 3x3 m, ruang kedua
berukuran 3x3 m, ruang ketiga berukuran 3x1 m.

3. Jamban Keluarga Tn. Apen memiliki jamban dengan jenis


leher angsa di rumahnya.
4. Ventilasi Terdapat sebuah ventilasi udara yang terletak pada
atas pintu masuk rumah.
5. Pencahayaan Terdapat 1 lampu pencahayaan yang kurang baik di
ketiga ruang tersebut.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Apen menggunakan air
sumur pompa yang digunakan untuk mandi dan
mencuci baju. Serta membeli air galon isi ulang
untuk kebutuhan air minum dan memasak sehari-
hari.
7. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
8. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Apen tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah didalam rumah, maupun
didepan rumahnya dan membuang sampahnya di
lahan kosong di sekitar kontrakannya.
9. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah
rumah tetangga yang hanya dibatasi oleh sebuah tembok.
Tiga meter dari depan rumah tersebut terdapat
selokan air yang tampak kotor tetapi sedikit
mengalir. Terdapat banyak kadang binatang
peliharaan yang kurang terawat kebersihannya dan

39
terletak berdekatan dengan jemuran warga. Warga
membakar sampahnya yang menimbulkan asap ke
lingkungan sekitar kontrakan.

3. Keluarga Tn. Agus Arip


i. Data Dasar Keluarga Tn. Agus Arip
Keluarga binaan Tn. Agus Arip terdiri dari 4 anggota keluarga,
yaitu Tn. Agus Arip sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Dede
Ia Darisita. Mempunyai dua orang anak bernama An. Indri Susylawaty
Alifiah dan An. Isfi Sabila.

Tabel. 1.21. Data dasar Keluarga Tn. Agus Arif

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga Kelamin

1. Tn. Agus Suami Laki-laki 42 th SLTA Rp2.000.000


Arif Pedagang /bulan

2. Ny. Dede Ia Istri Perempuan 38 th SLTP Ibu -


Darsita Rumah
Tangga

3. An. Indri Anak I Perempuan 17 th SD Pelajar -


Susylawaty

40
4. An. Isfi Anak II Perempuan 8 th TK Pelajar -
Sabila

Keluarga Tn. Agus tinggal di RT 014/RW 001 Kampung Renged,


Desa Kresek. Di rumah ini Tn. Agus tinggal bersama dengan istri dan
kedua anaknya. Tn. Agus yang saat ini berusia 42 tahun bekerja sebagai
pedagang alat alat dapur dengan penghasilan sekitar Rp
2.000.000,00/bulan, dengan latar belakang pendidikan SLTP. Istrinya Ny.
Dede Ia Darsita yang berusia 38 tahun, tidak bekerja. Tn. Agus memiliki 2
orang anak. Anak pertamanya, An. Indri Susylawaty berusia 17 tahun,
sedang dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Kemudian anak
keduanya An. Isfi Sabila berusia 8 tahun, saat ini sedang dalam pendidikan
Sekolah Dasar kelas 4.

ii. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Agus tinggal disebuah bangunan rumah berukuran 3
x 8 m. Ventilasi di rumah tersebut sangat kurang baik karena hanya
terdapat sebuah ventilasi yang terletak diatas pintu masuk rumah dan
cahaya matahari hanya dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Pada ruang
pertama terdapat TV, rak, lemari, kipas angin, kasur, dan karpet. Ruangan
tersebut digunakan sebagai ruang tamu dan ruang tidur. Pada ruang kedua,
terdapat lemari, kasur, dispenser, mesin cuci, kipas angin, rak piring dan
kompor gas. Ruangan kedua tersebut juga digunakan sebagai ruang tidur
keluarga dan dapur. Diantara kedua ruangan tersebut dipisahkan hanya
dengan anyaman bambu yang digunakan sebagai pembatas ruangan tanpa
disertai pintu dan tanpa adanya pencahayaan yang masuk ke dalam
ruangan, Pada ruangan ketiga, terdapat jamban berbentuk leher angsa dan
juga sebagai tempat mencuci pakaian yang letaknya sangat berdekatan.
Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 daun pintu di dapur, 1 jendela di
ruang pertama (bagian depan rumah). Seluruh ruang di rumah ini teralasi

41
dengan lantai ubin, dinding rumah terbuat dari bata merah, kemudian atap
rumah terbuat dari genteng tanah liat.
Keluarga Tn. Agus sering menggunakan air PDAM yang di
tampung dikolam sekitar kontrakan dan di pompa kembali ke kamar
mandi, air PDAM tersebut yang di pompasebagai sumber air untuk
keperluan mandi dan mencuci. Sedangkan untuk memasak dan minum
menggunakan air galon isi ulang. Keluarga Tn. Apen mengaku selalu
mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan.

Gambar 4. Denah Rumah Tn. Agus Arip

iii. Lingkungan Pemukiman


Rumah Tn. Agus terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak, di samping kanan dan kiri terdapat
rumah kontrakan lainnya yang hanya berbataskan tembok. Terdapat
beberapa kandang ayam dan bebek yang terbuat dari bambu dan tidak
terawat kebersihannya. Binatang peliharaan tersebut berkeliaran di sekitar
kontrakan dan sering kali masuk kedalam teras kontrakan dan juga sering
hinggap di jemuran-jemuran warga yang terletak berdekatan dengan
kandang binatang peliharaan. Tidak terdapat tempat pembuangan sampah
di depan rumah. Dan hanya terdapat sebuah tempat penampungan sampah
bagi warga kontrakan yang terletak di lahan kosong sebelah kontrakan.
Sampah tersebut dibakar jika telah menumpuk yang menimbulkan asap ke
sekitar kontrakan.

42
iv. Pola Makan
Ny. Dede Ia Darsita memasak makanan sendiri untuk keluarganya.
Ia sering memasak makanan dengan sayur-sayuran menu seperti bayam,
brokoli, wortel dan kembang kol. Ny. Dede Ia Darsita mengaku
keluarganya tidak tentu mengkonsumsi daging, ikan, dan ayam. Sehari-
harinya mereka makan besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa
mereka mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan.

v. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Kedua anak Tn. Agus lahir di bidan desa di daerah Tasikmalaya.
Setiap kehamilan, Ny. Dede Ia Darsita mengaku selalu rutin untuk
mengontrol kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi, Ny. Dede Ia Darsita
rutin mambawa kedua anaknya untuk dilakukan imunisasi di bidan. Ny.
Dede Ia Darsita mengaku anak pertamanya diberikan ASI eksklusif
sampai usia anak usia 6 bulan, kemudian setelah 6 bulan anaknya
diberikan makanan tambahan selain ASI., namun anak kedua hanya di
berikan ASI sampai usia 4 bulan dan dilanjutkan dengan susu formula.
Kemudian saat ini Ny. Dede Ia Darsita tidak menggunakan KB.

vi. Kebiasaan Berobat


Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Agus berobat ke Puskesmas
yang tidak jauh dari kontrakannya untuk berobat jika terdapat salah satu
anggota keluarganya yang sakit. Gangguan kesehatan yang sering dialami
anggota keluarganya antara lain hipertensi, batuk, pilek, demam dan sakit
kepala.

vii. Riwayat Penyakit


Keluarga Tn. Agus tidak pernah mengalami sakit yang serius yang
membutuhkan pengobatan di Rumah Sakit. Namun Tn. Agus dan Ny.
Dede mempunyai penyakit Hipertensi yang harus rutin minum obat anti
hipertensi sehari 1 kali.

43
viii. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Tn. Agus, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari mampu
menghabiskan 1 bungkus rokok perhari. Keluarga Tn. Agus mengaku
mencuci tangan sebelum maka dan jika tangan tampak kotor. Tn. Agus
mengaku jarang berolahraga karena merasa pekerjaan sehari harinya
menjual alat alat dapur sudah di rasakan seperti berolahraga. Ny. dede
dan anak mengaku jarang berolahraga hanya berjalan santai ke pasar
bersama pada sore hari. Tn. Agus beserta keluarga memiliki kebiasaan
mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi. Dan juga Ny. Dede
mengaku membersihkan rumahnya setiap hari.

Tabel 1.22. Faktor Internal Keluarga Tn. Agus

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tn. Agus merokok 1 bungkus/hari

2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak pernah berolahraga.

3 Pola Makan Ny. Dede Ia Darsita memasak makanan sendiri untuk


keluarganya. Ia mengaku sering memasak makanan
dengan sayur-sayuran menu seperti bayam, brokoli,
wortel dan kembang kol. Ny. Dede mengaku
keluarganya tidak tentu mengkonsumsi daging, ikan, dan
ayam. Sehari-harinya mereka makan besar 2 kali.

4 Pola Pencarian Menurut Ny. Dede Ia Darsita, mereka segera membawa


Pengobatan berobat ke Puskesmas.

5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena merasa uangnya


pas pasan untuk memenuhi kegiatan sehari hari.

44
No Faktor Internal Permasalahan

6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai pedagang penjual alat alat


dapur, bekerja setiap hari tidak tentu namun sore hari
sudah di rumah.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama masih duduk dibangku sekolah
menengah pertama.
d. Anak kedua masih duduk dibangku sekolah dasar.

7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Agus tidak menggunakan KB.

Tabel 1.23. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Agus

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 3x8 m

2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran 3x3 m, ruang kedua


berukuran 3x3 m, ruang ketiga berukuran 3x1 m.

3. Jamban Keluarga Tn. Agus memiliki jamban dengan jenis


leher angsa di rumahnya.

4. Ventilasi Terdapat sebuah ventilasi udara yang terletak pada


atas pintu masuk rumah.

5. Pencahayaan Terdapat 1 lampu pencahayaan yang kurang baik di


ketiga ruang tersebut.

45
No Kriteria Permasalahan

6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Agus sering menggunakan


air PDAM yang di tampung dikolam sekitar
kontrakan dan di pompa kembali ke kamar mandi, air
PDAM tersebut yang di pompasebagai sumber air
untuk keperluan mandi dan mencuci.

7. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.


limbah

8. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Agus tidak memiliki tempat


sampah pembuangan sampah didalam rumah, maupun
didepan rumahnya dan membuang sampahnya di
lahan kosong di sekitar kontrakannya.

9. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah


rumah tetangga yang hanya dibatasi oleh sebuah tembok.
Tiga meter dari depan rumah tersebut terdapat
selokan air yang tampak kotor tetapi sedikit mengalir.
Terdapat banyak kadang binatang peliharaan yang
kurang terawat kebersihannya dan terletak
berdekatan dengan jemuran warga. Warga membakar
sampahnya yang menimbulkan asap ke lingkungan
sekitar kontrakan.

4. Keluarga Tn. Ary Safrizal


i. Data Dasar Keluarga Tn. Ary Safrizal
Keluarga binaan Tn. Ary Afrizal terdiri dari 3 anggota keluarga,
yaitu Tn. Ary Afrizal sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny.
Mulyati. Mempunyai satu orang anak bernama An. Arum Bunga.

46
Tabel. 1.24. Data dasar Keluarga Tn. Ary Afrizal
No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin

1. Tn. Ary Suami Laki-laki 35 th SLTA Wiraswasta Rp 2.700.000


Afrizal /bulan

2. Ny. Mulyati Istri Perempuan 33 th SLTP Ibu Rumah -


Tangga

3. An. Arum Anak I Perempuan 8 th TK Pelajar -


Bunga

Keluarga Tn. Ary Afrizal tinggal di RT 014/RW 001 Kampung


Renged, Desa Kresek. Di rumah ini Tn. Ary Afrizal tinggal bersama
dengan istri dan seorang anaknya. Tn. Ary Afrizal yang saat ini berusia 35
tahun bekerja sebagai satpam dengan penghasilan sekitar Rp
2.700.000,00/bulan, dengan latar belakang pendidikan SLTA. Istrinya Ny.
Rogaya yang berusia 33 tahun, tidak bekerja. Tn. Ary Afrizal memiliki 1
orang anak. Anaknya An. Fitri berusia 8 tahun, sedang dalam pendidikan
Sekolah Dasar.

ii. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Ary Afrizal tinggal disebuah bangunan rumah
berukuran 3 x 8 m. Ventilasi di rumah tersebut sangat kurang baik karena
hanya terdapat sebuah ventilasi yang terletak diatas pintu masuk rumah
dan cahaya matahari hanya dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Pada
ruang pertama terdapat TV, rak, lemari, kipas angin dan kasur. Ruangan
tersebut digunakan sebagai ruang keluarga dan ruang tidur. Pada ruang
kedua, terdapat kompor, kulkas, rak sepatu dan sangkar burung. Diantara
kedua ruangan tersebut dipisahkan hanya dengan anyaman bambu yang

47
digunakan sebagai pembatas ruangan tanpa disertai pintu, Pada ruangan
ketiga, terdapat jamban berbentuk leher angsa dan beberapa gantungan
handuk dan ember. Pada ruang tersebut juga digunakan sebagai tempat
mencuci dan menjemur pakaian dalam. Rumah ini mempunyai 1 pintu
depan, 1 daun pintu di dapur, 1 jendela di ruang pertama (bagian depan
rumah). Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan lantai ubin, dinding
rumah terbuat dari bata merah, kemudian atap rumah terbuat dari genteng
tanah liat.
Keluarga Tn. Ary Afrizalsering menggunakan air sumur
pompasebagai sumber air untuk keperluan mandi, mencuci, memasak dan
minum. Keluarga Tn. Ary Afrizal mengaku selalu mencuci tangan setelah
melakukan aktivitas dan sebelum makan, namun tidak menggunakan
sabun.

Gambar 6. Denah Rumah Tn. Ary Afrizal

iii. Lingkungan Pemukiman


Rumah Tn. Ary Afrizal terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Di bagian depan terdapat jalan setapak, di samping kanan dan
kiri terdapat rumah kontrakan lainnya yang hanya berbataskan tembok.
Terdapat beberapa kandang ayam dan bebek yang terbuat dari bambu dan
tidak terawat kebersihannya. Binatang peliharaan tersebut berkeliaran di
sekitar kontrakan dan sering kali masuk kedalam teras kontrakan dan juga
sering hinggap di jemuran-jemuran warga yang terletak berdekatan dengan

48
kandang binatang peliharaan. Tidak terdapat tempat pembuangan sampah
didalam rumah maupun depan rumah. Terdapat sebuah tempat
penampungan sampah bagi warga kontrakan yang terletak di lahan kosong
sebelah kontrakan. Sampah tersebut dibakar jika telah menumpuk yang
menimbulkan asap ke sekitar kontrakan.

iv. Pola Makan


Ny. Mulyati memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia
sering memasak makanan ayam, ikan, dengan sayur-sayuran menu seperti
bayam, wortel, dan sawi. Ny. Mulyati mengaku jarang sekali
mengkonsumsi daging. Sehari-harinya mereka makan besar 2 - 3 kali.
Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci tangannya sebelum dan
sesudah makan, namun tidak menggunakan sabun.

v. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Kedua anak Tn. Ary Afrizal lahir di bidan desa di daerah Tegal.
Setiap kehamilan, Ny. Mulyati mengaku selalu rutin untuk mengontrol
kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi, Ny. Mulyati rutin mambawa
anaknya untuk dilakukan imunisasi di bidan. Ny. Mulyati mengaku
anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 1 tahun. Kemudian
saat ini Ny. Mulyati menggunakan KB spiral.

vi. Kebiasaan Berobat


Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Ary Afrizal berobat ke
puskesmas setempat untuk berobat jika terdapat salah satu anggota
keluarganya yang sakit. Keluarga Tn. Ary Afrizal memiliki kartu jaminan
kesehatan/ BPJS. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek, dan demam.
vii. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Ary Afrizaltidak pernah mengalami sakit yang serius
yang membutuhkan pengobatan di Rumah Sakit.

49
viii. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Tn. Ary Afrizal, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari
mampu menghabiskan 8 sampai 10 batang rokok perhari. Keluarga Ary
Afrizal mengaku mencuci tangan sebelum maka dan jika tangan tampak
kotor, namun tidak menggunakan sabun. Tn. Ary Afrizal beserta istri dan
anak mengaku tidak pernah berolahraga. Tn. Ary Afrizal beserta keluarga
memiliki kebiasaan mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi.
Dan juga Ny. Mulyati mengaku membersihkan rumahnya setiap 3 hari
sekali.

Tabel 1.24. Faktor Internal Keluarga Tn. Ary Afrizal


No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Ary Afrizal merokok 8 - 10 batang/hari
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak pernah berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Mulyati memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti ayam, ikan, bayam, wortel, kangkung dan sawi.
Sehari-harinya mereka makan besar 2-3 kali.
4 Pola Pencarian Menurut Ny. Mulyati mereka segera membawa berobat
Pengobatan ke puskesmas setempat jika salah satu anggota
keluarganya ada yang sakit.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena merasa kurang
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai satpam, dengan waktu tidak
menentu pagi, siang, atau malam, dengan waktu
bekerja kurang lebih 8 jam perhari
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama masih duduk dibanggu sekolah dasar

7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Ary Afrizal menggunakan KB.

50
Tabel 1.25. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ary Afrizal
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3x8 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran 3x3 m, ruang kedua
berukuran 3x3 m, ruang ketiga berukuran 3x1 m.

3. Jamban Keluarga Tn. Ary Afrizal memiliki jamban dengan


jenis leher angsa di rumahnya.
4. Ventilasi Terdapat dua buah ventilasi udara yang terletak pada
atas pintu masuk rumah dan kamar mandi.
5. Pencahayaan Terdapat 1 lampu pencahayaan yang kurang baik di
ketiga ruang tersebut.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Ary Afrizal menggunakan
air sumur pompa yang digunakan untuk mandi,
mencuci baju, memasak dan minum sehari-hari.
7. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
8. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Ary Afrizaltidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah didalam rumah, maupun
didepan rumahnya dan membuang sampahnya di
lahan kosong di sekitar kontrakannya.
9. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah
rumah tetangga yang hanya dibatasi oleh sebuah tembok.
Tiga meter dari depan rumah tersebut terdapat
selokan air yang tampak kotor tetapi sedikit
mengalir. Terdapat banyak kadang binatang
peliharaan yang kurang terawat kebersihannya dan
terletak berdekatan dengan jemuran warga. Warga
membakar sampahnya yang menimbulkan asap ke
lingkungan sekitar kontrakan.

51
5. Keluarga Tn. Ajad
i. Data Dasar Keluarga Tn. Ajad
Keluarga binaan Tn. Terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu Tn.
Sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Mumun mempunyai
seorang anak bernama An. Wulan.

Tabel. . Data dasar Keluarga Tn. Ajad

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga Kelamin
1. Tn. Ajad Suami Laki-laki 28 th SMP Pedagang Rp
1.000.000/bul
an
2. Ny. Mumun Istri Perempuan 22th SMA Ibu Rumah -
Tangga
3. An. Wulan Anak Perempuan th Belum Tidak Bekerja -
Sekolah
Keluarga Tn. Ajad tinggal di RT 014/RW 001 Kampung Renged,
Desa Kresek. Di Rumah ini Tn. Tinggal bersama istri dan seorang
anaknya. Saat ini Tn. Ajad berusia 28 tahun, bekerja sebagai pedagang
dengan penghasilan sekitar Rp 1.000.000,00/bulan, dengan latar belakang
pendidikan SMP. Istrinya Ny. Mumun yang berusia 22 tahun, tidak
bekerja. Tn. Ajad Memiliki seorang anak yang berusia tahun bernama An.
Anggun.

ii. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Ajad tinggal disebuah bangunan rumah berukuran 3
x 8 m. Ventilasi di rumah tersebut sangat kurang baik karena hanya
terdapat sebuah ventilasi yang terletak diatas pintu masuk rumah dan
cahaya matahari hanya dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Pada ruang

52
pertama terdapat TV, lemari, kipas angin, dan karpet. Ruangan tersebut
digunakan sebagai ruang keluarga. Pada ruang kedua, terdapat,
kipasangin, dansebuahkasurtidur. Ruangan kedua tersebut
jugadigunakansebagai ruang tidur sehari-hari. Diantara kedua ruangan
tersebut dipisahkan hanyadengan anyaman bambu yang digunakan sebagai
pembatas ruangan tanpa disertai pintu, Pada ruangan ketiga, terdapat dapur
sederhana dilengkapidengan kompor dan rak piring serta kamar mandi
dengan jamban berbentuk leher angsa. Pada ruang tersebut juga digunakan
sebagai tempat mencuci.Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 daun
pintu di dapur, 1 jendela di ruang pertama (bagian depan rumah). Seluruh
ruang di rumah ini teralasi dengan lantai ubin, dinding rumah terbuat dari
bata merah, kemudian atap rumah terbuat dari genteng tanah liat. Keluarga
Tn.Ajad menggunakan air PDAM sebagai sumber air untuk keperluan
mandi dan mencuci. Sedangkan untuk memasak dan minum menggunakan
air gallon isi ulang.Keluarga Tn. Ajad mengaku selalu mencuci tangan
setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan.

Gambar 7. Denah rumah Tn Ajad

iii. Lingkungan Pemukiman


Rumah Tn.Ajad terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak, di samping kanan terdapat rumah

53
kontrakan lainnya yang hanya berbataskan tembok. Terdapat beberapa
kandang ayam dan bebek yang terbuat dari bambu dan tidak terawat
kebersihannya. Binatang peliharaan tersebut berkeliaran di sekitar
kontrakan dan sering kali masuk kedalam teras kontrakan dan juga sering
hinggap di jemuran-jemuran warga yang terletak berdekatan dengan
kandang binatang peliharaan. Terdapat tempat pembuangan sampah di
depan rumah dengan jarak 1,5m dan terdapat sebuah tempat penampungan
sampah bagi warga kontrakan yang terletak di lahan kosong sebelah
kontrakan. Sampah tersebut dibakar jika telah menumpuk yang
menimbulkan asap ke sekitar kontrakan.

iv. Pola Makan


Ny.Mumun memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia
sering memasak makanan dengan sayur-sayuran menu seperti kol, pare,
dan kangkung. Ny. Mumun mengaku sering mengkonsumsi daging ayam
dan ikan. Sehari-harinya mereka makan besar 2 kali. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka mencuci tangannya sebelum dan sesudah
makan.

v. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Anak Tn. Ismawan lahir di bidan desa di daerah Tegal. Setiap
kehamilan, Ny.Mumun mengaku selalu rutin untuk mengontrol
kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi, Ny. Mumun rutin mambawa
anaknya untuk dilakukan imunisasi di Posyandu. Ny.Mumun mengaku
anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, kemudian setelah itu
anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI. Kemudian saat ini Ny.
Mumun menggunakan KB suntik secara rutin.

vi. Kebiasaan Berobat


Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Ajad berobat ke sebuah klinik
mantri yang tidak jauh dari kontrakannya untuk berobat jika terdapat salah

54
satu anggota keluarganya yang sakit. Gangguan kesehatan yang sering
dialami anggota keluarganya antara lain batuk, pilek, kejang demam dan
sakit kepala. Menurut Ny. Mumun, mereka lebih memilih ke klinik mantri
dibandingkan ke puskesmas setempat dikarenakan merasa kurang cocok.

vii. Riwayat Penyakit


Anak dari Tn. Ajad sering mengalami kejangdemam, hal ini
diturunkan secara langsung dariTnAjad yang memiliki riwayat kejang
sebelumnya.

viii. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Ajad, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari mampu
menghabiskan sekurangnya 5 batang rokok dan sering merokok di dalam
rumah. Keluarga Tn.Ajad mengaku mencuci tangan sebelum makan dan
jika tangan tampak kotor. Tn.
Ajadbesertaistridananaktidakmemilikikebiasaanberolahraga. Tn. beserta
keluarga memiliki kebiasaan mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap
kali mandi. Dan juga Ny. Mumun mengaku membersihkan rumahnya
setiap hari.

Tabel 1.26. Faktor Internal Keluarga Tn. Ajad


No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Ajad menghabiskan sekurangnya 5 batang rokok
setiap harinya
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga
3 Pola Makan Ny.Mumun memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti daun kol, pare, kangkung, ayam dan ikan.
Sehari-harinya mereka makan besar 2 kali.
4 Pola Pencarian Menurut Ny.Mumun, mereka segera membawa berobat

55
Pengobatan ke klinik mantri jika salah satu anggota keluarganya ada
yang sakit.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena merasa pas-
pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai pedagang, bekerja setiap hari
dari jam 6 pagi sampai jam 1 siang.
b. Ibu sebagaiibu rumah tangga.
c. Anak belum bersekolah.
7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Ajad menggunakan KB.

Tabel 1.27. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ajad

No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3x8 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran 3x3 m, ruang kedua
berukuran 3x3 m, ruang ketiga berukuran 3x1 m.

3. Jamban Keluarga Tn. Ajad memiliki jamban dengan jenis


leher angsa di rumahnya.
4. Ventilasi Terdapat sebuah ventilasi udara yang terletak pada
atas pintu masuk rumah.
5. Pencahayaan Terdapat 1 lampu pencahayaan yang kurang baik di
ketiga ruang tersebut.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Ajad menggunakan air
PDAMyang digunakan untuk mandi danmencuci
baju. Serta membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum dan memasak sehari-hari.
7. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.

56
limbah

8. Tempat pembuangan Keluarga Tn.Ajad tidak memiliki tempat


sampah pembuangan sampah didepan rumahnya dan
membuang sampahnya di lahan kosong di sekitar
kontrakannya.
9. Lingkungan sekitar Di samping kanan rumah terdapat rumah tetangga
rumah yang hanya dibatasi oleh sebuah tembok. Tiga meter
dari depan rumah tersebut terdapat selokan air yang
tampak kotor tetapi sedikit mengalir. Terdapat
banyak kandang binatang peliharaan yang kurang
terawatt kebersihannya dan terletak berdekatan
dengan jemuranwarga. Warga membakar sampahnya
yang menimbulkan asap kelingkungan sekitar
kontrakan.

Masalah Medis dan Non Medis Pada Keluarga Binaan


a. Keluarga Tn. Ismawan
Masalah Medis
ISPA

Masalah Non Medis


Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan sekitar,
Perilaku Merokok,
Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah maupun diluar
rumah, sehingga keluarga membuangnya ke lahan kosong dekat rumah,
Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah,
Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang,

Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah,
Tidak tersedia jamban sehat,

57
Kurangnya kebiasaan berolahraga,
Terdapat peliharaan unggas di sekitar lingkungan tempat tinggal,
Letak penampungan sampah yang sangat dekat dengan lingkungan tempat
tinggal.

b. Keluarga Tn. Apen


Masalah Medis
Tidak terdapat masalah medis

Masalah Non Medis


Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan sekitar,
Perilaku Merokok,
Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah maupun
diluar rumah, sehingga keluarga membuangnya ke lahan kosong dekat
rumah,
Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah,
Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang,
Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah,
Terdapat hewan peliharaan unggas di sekitar lingkungan tempat tinggal,
Kurangnya kesadaran berobat di puskesmas atau dokter,
Tidak tersedia jamban sehat.

c. Keluarga Tn. Agus Arip


Masalah Medis
Hipertensi

Masalah Non Medis


Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan sekitar.
Perilaku Merokok.

58
Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah maupun
diluar rumah, sehingga keluarga membuangnya ke lahan kosong dekat
rumah.
Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang.
Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah.
Terdapat hewan peliharaan unggas yang terletak dekat dengan rumah yang
kebersihannya sangat kurang sekali.
Tidak tersedia jamban sehat.

d. Keluarga Tn. Ary Afrizal


Masalah Medis
ISPA

Masalah Non Medis


Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan sekitar,
Perilaku Merokok,
Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah maupun
diluar rumah, sehingga keluarga membuangnya ke lahan kosong dekat
rumah,
Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah,
Kurangnya kebiasaan berolahraga,
Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang,
Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah,
Terdapat hewan peliharaan unggas di sekitar lingkungan tempat tinggal,
Kurangnya kesadaran berobat di puskesmas atau dokter,
Tidak tersedia jamban sehat.

59
e. Keluarga Tn. Ajad
Masalah Medis
ISPA
Kejang demam
Masalah Non Medis
Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan sekitar,
Perilaku Merokok,
Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah,
Kurangnya kebiasaan berolahraga,
Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang,
Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah,
Tidak tersedia jamban sehat,
Letak penampungan sampah yang sangat dekat dengan lingkungan tempat
tinggal,
Terdapat hewan peliharaan unggas di sekitar lingungan tempat tinggal.

1.6 Penentuan Area Masalah

Dari pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan kepada


masing-masing keluarga binaan, didapatkan berbagai macam permasalahan
yaitu:
Masalah Medis :
1. ISPA
Masalah Non Medis
1. Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan
sekitar.
2. Perilaku Merokok.
3. Kurangnya pencegahan terhadap faktor resiko ISPA

60
4. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
maupun diluar rumah, sehingga keluarga membuangnya ke lahan
kosong dekat rumah.
5. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
6. Kurangnya kebiasaan berolahraga.
7. Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang.
8. Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang dihasilkan
dapat dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah.
9. Terdapat hewan peliharaan unggas yang terletak dekat dengan rumah
yang kebersihannya sangat kurang sekali.
10. Kurangnya kesadaran berobat di puskesmas atau dokter.
11. Tidak tersedia jamban sehat.

1.3.1. Rumusan Area Masalah

1.3.1.1.Metode Delphi

Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan


yang dibuat oleh suatu kelompok orang yang mempunyai keahlian
yang sama. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan
identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya. (Harold, et all,
1975).

61
Gambar 1.9 Proses Metode Delphi
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan yang bertempat tinggal di RT 014/RW 001, Kampung
Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, maka dilakukanlah diskusi kelompok
danmerumuskan serta menetapkan area masalah yaitu Perilaku
Pencegahan Terjadinya ISPA di Keluarga Binaan Di RT 014/RW 001,
Kampung Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Metode Delphidalam
penelitian inidigunakan sebagai penentu area masalah.

1.3.2. Alasan Pemilihan Area Masalah


Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu
dengan menganalisis perilaku keluarga binaan terhadap pencegahan faktor
resiko terjadinya ISPA di wilayah Kampung Renged, Desa Kresek.Jumlah
pasien ISPA yang tercatat di Puskesmas Kresek pada bulan Januari tahun
2017 adalah ada 210 pasien.
Kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan kader
desa setempat. Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan
observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung Renged, Desa

62
Kresek terdapat berbagai area permasalahan pada keluarga binaan tersebut,
yaitu :
1. Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan
sekitar.
2. Perilaku Merokok.
3. Kurangnya pencegahan terhadap faktor resiko ISPA
4. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
maupun diluar
rumah, sehingga keluarga membuangnya ke lahan kosong dekat
rumah.
5. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
6. Kurangnya kebiasaan berolahraga.
7. Kurangnya ventilasi dan pencahayaan di tiap ruang.
8. Letak kompor pada ruangan tertutup, sehingga asap yang
dihasilkan dapat
dihirup oleh anggota keluarga saat didalam rumah.
9. Terdapat hewan peliharaan unggas yang terletak dekat dengan
rumah yang
kebersihannya sangat kurang sekali.

Dari data presurvey didapatkan perilaku merupakan masalah terkait


dengan pencegahan terjadinya ISPA. Setelah mendapatkan data sekunder
dari puskesmas selanjutnya diidentifikasi langsung pada 5 keluarga binaan
di Kampung Renged, Desa Kresek. Dari data tersier didapatkan jumlah
penderita ISPA pada Negara berkembang sebesar 26 30% dibandingkan
denga negara maju menurut WHO, 2011. Sedangkan di Indonesia menurut
Depkes RI, kasus ISPA mencapai 23% dari jumlah kasus kesehatan yang
ada di Indonesia. Prevalensi tertinggi di Indonesia terdapat pada balita
lebih dari 35%.

63
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau
masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian
melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis
dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari
ilmu kedokteran komunitas.Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan
intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan
diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan
masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen
kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan gizi).

2.2 Konsep Perilaku


2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan dan
aktivitas organisme yang bersangkutan. Pada hakikatnya adalah suatu
aktivitas dari manusia sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas antara lain : berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, bahkan kegiatan
internal (internal activity)seperti berfikir, persepsi dan emosi juga
merupakan prilaku manusia. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang diamati langsung, maupun secara tidak langsung (Notoatmodjo,
2011).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011),
merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan tanggapan dan respon.

64
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2011) :
1 Responden respon atau reflexive response
Responden respon ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan yang semacam
ini disebut dengan eliciting stimulusi karena menimbulkan respon-
respon yang relatif tetap. Sebagai contoh makanan yang lezat
menimbulkan keluarnya air liur.
Responden respon ini mencangkup juga emosi respon atau
emotional behavior. Emotional behaviorini timbul karena hal yang
kurang mengenakkan yang bersangkutan, misalnya menangis
karena sedih atau sakit.
2 Instrumen respon atau Operant response
Instrumen respon ialah respon yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut
reinforcing stimulus/reinforcerkarena perangsangan-perangsangan
tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh manusia.
Oleh karena itu rangsangan mengikuti atau memperkuat suatu
perilaku tertentu yang telah dilakukan. Sebagai contoh seorang
anak belajar kemudian memperoleh suatu hadiah maka ia akan
menjadi lebih giat belajar dengan kata lain responnya akan menjadi
lebih inntensif / lebih kuat lagi.

2.3 Prosedur Pembentukan Perilaku


Untuk membentuk suatu jenis respon atau perilaku ini perlu
diciptakan adanya suatu kondisi tertntu yang disebut operant
conditioning.Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning
ini menurut skinner adalah sebagai berikut :
1. Melakukan indentifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupa hadiah-hadiah bagi perilaku yang akan terbentuk.

65
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen
kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian
komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat
menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagian
tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah
untuk masing-masing komponen tersebut.
4. Melakukan pembentukan perilaku yang menggunakan urutan
komponen yang telah tersusun, sampai seluruh perilaku yang
diharapkan terbentuk.

2.4 Perilaku Kesehatan


2.4.1 Pengertian Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2011) adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan,
minuman dan serta lingkungan.
Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan nyata atau praktis).
Sedangkan stimulus terdiri dari empat unsur pokok yakni : sakit, dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.

2.4.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2011) ini mencakup :
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana
manusia berespon baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan
mempersepsikan penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan
diluar dirinya) maupun aktif (tindakan yang dilakukan sehubungan
dengan penyakit dan sakit tersebut).

66
Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit yakni :
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (health promotion behavior) misalnya makanan bergizi,
olahraga, dsb.
b. Perilaku pencegahan penyakit misalnya tidur memakai kelambu
untuk mencegah gigitan nyamuk dan imunisasi.
c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health
seeking behavior) misal mengobati sendiri penyakitnya atau
mencari pengobatan ke puskesmas, rumah sakit, dukun, dsb.
d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabilitation behavior) misal melakukan diet, mematuhi
anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatan.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan


Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan
modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap
fasilitas kesehatan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-
obatan.

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)


Perilaku terhadap makanan adalah respon seseoramg terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Unsur-unsur yang
terkandung didalamnya zat gizi, pengolahan makanan, dsb.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan.


Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon seseorang
terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku
ini mencakup air bersih, pembuangan air kotor, limbah, rumah yang
sehat dan pembersihan sarang-sarang nyamuk.

67
Menurut Becker (1979), seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011),
mengajukan klasifikasi prilaku yang berhubungan dengan kesehatan
(health related behavior) :
- Perilaku kesehatan (health behavior)
- Perilaku sakit (sick behavior)
- Perilaku peran sakit (the sick behavior)

2.4.3 Domain Perilaku


Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan
yang berhubungan dengan perilaku &norma, sikap, tujuan, dan perilaku.
Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu
sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan
perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan
secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan
perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai
sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972;
Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab akibat
yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku
dan keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan
tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen
model dan hubungan sebab akibat diantara komponen yang ditentukan
dengan jelas (Ajzen dan Fishbein, 1980).Semua tipe ukuran menggunakan
5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan
untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa

68
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a. Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya
intelegensia, minat dan kondisi fisik.
b. Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga,
masyarakat, atausarana.
c. Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar,
misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :


a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap
suatu materiyang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
d. Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

69
e. Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan baru.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi /
objek.
2) Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

70
3) Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat
kedua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni


dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam
diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

71
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.4.4 Asumsi Determinan Perilaku


Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6
macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah
satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci
perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala
kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah
pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia
berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor
diluar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau
dibentuk oleh :
1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors):

72
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya:
pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan
kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi
kesehatan ibu sendiri dan janinnya. disamping itu kadang-kadang
kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat
mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan.
Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk
suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak
cacat.Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah
terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
2. Faktor-faktor pendorong (enabling factors):
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta
dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan
sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaaan
kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena dia
tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu tersebut
dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah
sakit. fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor
pendukung.

73
3. Faktor-faktor pendukung(reinforcing factors):
Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),
tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan.
Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari
pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas. disamping itu undang-undang
juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut
seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas
periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan
yang mengharuskan ibu hamil periksa kehamilan.

2.5 Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)


ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit
menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap
tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah.
Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak dan orang lanjut
usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan
menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama
konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada
bagian perawatan anak.
Bakteri adalah penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah,
dan Streptococcus pneumoniae di banyak negara merupakan penyebab
paling umum pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit yang
disebabkan oleh bakteri. Namun demikian, patogen yang paling sering
menyebabkan ISPA adalah virus, atau infeksi gabungan virus-bakteri.
Sementara itu, ancaman ISPA akibat organisme baru yang dapat
menimbulkan epidemi atau pandemi memerlukan tindakan pencegahan
dan kesiapan khusus.

74
2.5.1 Gejala Klinis ISPA
a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu


atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk

2)Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara


(misal pada waktu berbicara atau menangis).

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 atau jika dahi anak
diraba.

b. Gejala dari ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala


dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak
yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan
ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.
Untuk menghitung dapat digunakan arloji.

2) Suhu lebih dari 39 C (diukur dengan termometer).

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

75
c. Gejala dari ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-


gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:

1) Bibir atau kulit membiru.

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu


bernafas.

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4)Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak


gelisah.

5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7) Tenggorokan berwarna merah.

2.5.2 Faktor Resiko ISPA


Terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut beberapa faktor.
Penyebaran dan dampak penyakit berkaitan dengan:
- Kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota
keluarga), kelembaban, kebersihan, musim, temperatur);
- Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah
pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin,
akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi);
- Faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu
menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya
atau infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi
kesehatan umum; dan

76
- Karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor
virulensi (misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis
mikroba (ukuran inokulum).

2.5.3 Lingkungan Sebagai Faktor Resiko ISPA


Ventilasi Rumah
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi yang pertama
adalah menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar sehingga
keseimbangan O2 tetap terjaga, karena kurangnya ventilasi menyebabkan
kurangnya O2 yang berarti kadar CO2 menjadi racun. Fungsi kedua adalah
untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
patogen dan menjaga agar rumah selalu tetap dalam kelembaban yang
optimum. Artinya kurangnya ventilasi menyebabkan kurangnya O2 di
ruangan yang berarti kadar CO2 meningkat sehingga menjadi racun dan
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen di udara ruangan menjadi
meningkat pula.
Hal ini sama dengan penelitian Maisyarah (2014) bahwa ISPA lebih
banyak ditemukan pada anak balita yang kondisi ventilasi kamar yang
tidak memenuhi syarat daripada kondisi ventilasi kamar yang memenuhi
syarat.
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan kelompok kami, dari
lima keluarga binaan seluruhnya tidak memiliki ventilasi yang memenuhi
syarat rumah sehat. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman mereka
tentang fungsi kesehatan dari ventilasi, dan keadaan rumah yang
berdekatan sehingga kurang celah untuk membuat ventilasi yang
seharusnya, mereka beranggapan bahwa ventilasi apabila dibuka akan
mengakibatkan banyaknya debu dan kuman yang masuk ke rumah, dan
akan banyak nyamuk yang masuk rumah nantinya.

Kepadatan Hunian Kamar

77
Banyak rumah yang secara teknis memenuhi syarat kesehatan,
tetapi apabila penggunaannya tidak disesuaikan dengan peruntukannya,
maka dapat terjadi gangguan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian, kenyataan di lapangan ditemukan
sebagian besar responden yang memiliki hunian kamar yang padat. Karena
banyak rumah dari responden yang sedikit orangnya tapi hanya memiliki
satu kamar saja sehingga semua anggota keluarga tidur bersama-sama.
Dan banyak dari responden yang memiliki banyak kamar tetapi ukuran
kamarnya kecil sementara penghuni kamarnya banyak. Misalnya kamar
rumah yang dibangun untuk dihuni oleh 2 orang tidak jarang dihuni oleh
lebih dari 3-4 orang. Hal itu dapat menyebabkan kamar jadi pengap
sehingga memudahkan sumber penyakit mudah menyerang kepada
penghuni kamar yang ada didalamnya.

Pencemaran Udara
Pencemaran udara dalam rumah juga mempengaruhi terjadinya
ISPA pada balita. Pencemaran udara dalam rumah biasanya berasal dari
asap dapur, asap rokok, dan asap obat nyamuk bakar. Pada salah satu
keluarga didapatkan bahwa orang tua anak kadang-kadang merokok di
dalam rumah. Anak pada kondisi tersebut secara tidak langsung juga
menjadi perokok pasif. Anggota keluarga biasanya merokok dalam rumah
pada saat bersantai bersama keluarga termasuk anak sehingga anak dalam
rumah tangga tersebut memiliki resiko tinggi untuk terpapar oleh asap
rokok. Paparan asap rokok khususnya pada anak-anak dapat meningkatkan
resiko untuk mengalami ISPA dan gangguan paru-paru lainnya. Anak
maupun anggota keluarga dari perokok lebih mudah menderita gangguan
pernapasan dibanding anak maupun anggota keluarga yang bukan
perokok.
Asap hasil memasak menggunakan kompor di dalam rumah tanpa
ventilasi yang memadai dengan konsentrasi tinggi juga dapat merusak

78
mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA
pada anak.

2.5.4 Pengaruh Pendapatan Terhadap Kesehatan Lingkungan dan ISPA


Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa keluarga
dengan pekerjaan Wiraswasta memiliki perilaku kesehatan lingkungan
yang kurang. Pekerjaan atau pendapatan keluarga merupakan salah satu
sumber daya dan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku
khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, sehingga
semakin tinggi kemampuan ekonomi keluarga maka dapat meningkatkan
kesadaran serta kemampuan keluarga dalam upaya menyehatkan
perumahan dan lingkungannya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
tentang determinan sanitasi rumah dan sosial ekonomi keluarga terhadap
kejadian ISPA pada anak balita yang menunjukkan ada pengaruh
pendapatan keluarga terhadap kejadian ISPA pada anak balita.

79
2.6 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
perilaku Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

Faktor Predisposisi

- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Nilai-nilai
- Keyakinan

Faktor Pendukung

- Lingkungan PERILAKU KESEHATAN


- Sarana dan
Prasarana

Faktor Pendorong

- Sikap dan
Perilaku
Petugas
Kesehatan

80
2.7 Kerangka Konsep

Sikap responden terhadap


pengendalian lingkungan

Perilaku Pencegahan
Terjadinya ISPA Di

Pengetahuan responden Keluarga Binaan Di RT

mengenai ISPA 014/ RW 001 Kampung


Renged, Desa Kresek,
Kelurahan Renged,
Kecamatan Kresek,
Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten

Lingkungan responden sebagai


faktor resiko ISPA

81
2.8 Definsi Operasional

Variabe Definisi Alat Ukur Cara Skala Hasil Variabel


l Operasional Ukur ukur Ukur

1. Perilaku Kegiatan atau Kuesi Wawa Ordinal Baik : Bila


Pencegahan aktivitas untuk oner ncara skor > 8,
ISPA menurunkan
Cukup : bila
angka kejadian
skor 5-8,Buruk
ISPA seperti,
: bila skor < 5
tidak merokok
di dalam
rumah,
menerapkan
etika batuk
yang baik,
menghindari
pencemaran
udara,
memfungsikan
setiap ruangan
sesuai dengan
fungsinya
(kapasitas dan
fungsi tidak
menyalahi
aturan yang
ada),segera
memeriksakan
ke fasilitas
kesehatan jika

82
terserang batuk
pilek

2. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesi Waw Ordinal Baik (Skor >4)


yang oner ancara
Buruk (Skor
responden
<4)
ketahui
mengenai
pencegahan
ISPA

3. Sikap Reaksi atau Kuesi Waw Ordinal Baik (Skor 6)


respon oner ancara
Buruk (Skor
responden
<6)
terhadap
pencegahan
ISPA

4. Keyakinan Sikap yang Kuesi Waw Ordinal Baik (Skor 6)


ditunjukan oner ancara
Buruk (Skor
responden
<6)
setelah merasa
tahu mengenai
pencegahan
ISPA

5. Lingkungan Keadaan Kuesi Wawa Ordinal Mempengaruhi


sekitar oner ncara (Skor 6)
individu yang
Tidak
berpengaruh
Mempengaruhi
terhadappence
(Skor <6)
gahan ISPA

83
6. Sarana dan Segala sesuatu Kuesi Waw Ordinal Mendukung
Prasarana yang dapat oner ancara (Skor 2)
dipakai
Tidak
sebagai alat
Mendukung
serta
(Skor <2)
penunjangnya
yang
memudahkan
pencegahan
ISPA

84
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif.
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang
sedang berlangsung, bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi
sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini
merupakan penelitian yang mendeskripsikan suatu masalah yang terjadi
pada masing-masing lima keluarga binaan diRT 014/RW 001, Kampung
Renged, DesaKresek, Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek,
KabupatenTangerang, ProvinsiBanten.

3.2 Populasi Pengumpulan Data


Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat
sosial, perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel.
Populasi adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002).
Dalam hal ini, yang menjadi populasi adalah seluruh keluarga binaan di
RT 014/RW 001, KampungRenged, DesaKresek, KelurahanRenged,
KecamatanKresek, KabupatenTangerang, ProvinsiBanten.

3.3 Sampel Pengumpulan Data


Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah lima keluarga
binaan yaitu keluarga Tn. Ismawan, keluarga Tn. Apen, keluarga Tn.Agus
Arip, keluarga Tn. Ary Afrizal dan Tn. Ajad yang memenuhi kriteria
inklusi.

85
3.4 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan
teknik wawancara, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga
binaan mengenai seputar masalah kesehatan yang kemudian kami
kumpulkan data dan kami angkat sebagai area masalah bersama.
Selanjutnya kami lakukan survey dengan tekhnik wawancara, dengan
kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu,
dilakukan juga observasi langsung ke rumah dan lingkungan keluarga
binaan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi
sampel adalah satu keluarga binaan di DesaKresek, KecamatanKresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.5 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di DesaKresek, KecamatanKresek,
Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama 4 hari,
pada tanggal 22 - 25Februari 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman
- pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan secara menyeluruh
sebelumnya. Sehingga interviewer hanya membacakan pertanyaan-
pertanyaan tersebut kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan di dalam
kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup variabel -
variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. Keuntungan dari wawancara
terpimpin ini antara lain:
Pengumpulan dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti.
Hasilnya dapat disajikan kualitatif maupun kuantitatif.
Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya
pertanyaan -pertanyaan yang uniform.
Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain pelaksanaan
wawancara kaku, interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang

86
sudah tersusun. Disamping itu interview menjadi terlalu formal, sehingga
hubungannyadengan responden kurang fleksibel.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusia dalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel yaitu :
1. Bersedia untuk menjadi informan
2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Usia di atas 17 tahun
4. Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Berusia di atas 65 tahun dan kurang dari 17 tahun.
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
4. Memiliki gangguan mental

Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:


Tabel 3.1. Pengumpulan Data

No Tanggal Kegiatan

1. Rabu, 22Februari 2017 Perkenalan dengan kelima keluarga binaan.


Sambung rasa denganmasing-
masinganggotakeluargabinaan.

87
2. Kamis, 23Februari 2017 Pengumpulan data dasar dari masing-
masing keluarga binaan dilanjutkan dengan
penentuan area masalah
dandokumentasirumahkeluargabinaan
Pengumpulan data dari Puskesmas.
3. Jumat, 24Februari 2017 Penentuan dan pembuatan instrumen
pengumpul data.
Pembagian kuesioner kekeluarga binaan

4. Sabtu, 25 Februari 2017 Pengolahan data kuesioner dan pembuatan


laporan
Menetapkan rencana intervensi

3.6 Pengolahan dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang Perilaku Pencegahan Terjadinya
ISPA Pada Keluarga Binaan di Desa KresekKecamatan Kresek Kabupaten
Tangerang Propinsi Banten digunakan cara manual dan bantuan software
pengolahan data menggunakan Microsoft Word. Untuk menganalisa data-
data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali
setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk
meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data
tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut
dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
Perilaku pencegahanterjadinyaISPA pada responden
Pengetahuan responden tentang upaya pencegahanterjadinya ISPA
Sikap reponden terhadap perilaku pencegahanterjadinya ISPA
Keyakinan terhadap perilaku pencegahanterjadinya ISPA di
keluarga binaan

88
Lingkungan tempat tinggal yang menjadi faktor upaya
pencegahanterjadinya ISPA
Sarana dan prasarana yang menunjang keluarga binaan dalam upaya
pencegahanterjadinya ISPA.

89
BAB IV

HASIL

a. Karakteristik Responden
Hasil analisis ini ditampilkan melalui bentuk tabel dan diagram yang
diambil dari data karakteristik responden yang terdiri dari 17 orang dalam
lima keluarga binaan di RT 014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek,
Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, yakni: Keluarga Tn. I, Tn. Apen ,Tn. Agus, Tn. Ary Afrizal dan Tn.
5.

Usia

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT


014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek, Februari 2017.

NO USIA JUMLAH RESPONDEN

1 16 tahun 6

2 17 25 tahun 2

3 26 35 tahun 5

4 36 - 45 tahun 4

5 46 55 tahun -

6 56 64 tahun -

7 >65 tahun -

Sumber: Depkes, 2009

90
Berdasarkan tabel 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia responden di
keluarga binaan didapatkan jumlah responden berusia 16 tahun (6 orang),
17 25 tahun (2 orang), 26 35 tahun (5 orang) dan 36 - 45 tahun (4 orang).

TINGKAT PENDIDIKAN

7%

22%

TK SD
50%
SMA SMP

21%

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di


Keluarga Binaan di RT 014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek,
Februari 2017.

Berdasarkan dari diagram 4.1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak


responden di keluarga binaan adalah Sekolah Dasar (56%).

91
PEKERJAAN
10%

40% PEDAGANG
IRT
JASA

50%

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Keluarga Binaan,


di RT 014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek, Februari 2017

Dari diagram 4.2 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga


binaan adalah Pedagang (50%).

b. Variabel
Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel berdasarkan
variabel variabel dalam kuesioner yang dijawab 7 responden pada bulan
Februari 2017.

92
Tabel 4.2. Distribusi Responden mengenai perilaku pencegahan ISPA pada
keluarga binaan di RT 014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek,
Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Februari 2017.

Perilaku Pencegahan Jumlah Responden Persentase (%)


ISPA

Baik 0 0%
6 85,7%
Cukup
1 14,3%
Buruk

Total 7 100%

Berdasarkan tabel 4.2 Didapatkan responden terbanyak memiliki perilaku


pencegahan ISPA pada keluarga binaan yang cukup (85,7%) dan memiliki
perilaku pencegahan ISPA pada keluarga binaan yang buruk (14,3%).

Tabel 4.3. Distribusi Responden mengenai pengetahuan tentang perilaku


pencegahan ISPA pada keluarga binaan di RT 014/RW 001, Kampung
Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017.

Pengetahuan Responden Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 2 28,6%
Buruk 5 71,4%

Total 7 100%

93
Berdasarkan tabel 4.3. Didapatkan responden terbesar yaitu yang memiliki
pengetahuan buruk tentang pencegahan ISPA (71,4%).

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi responden tentang sikap terhadap perilaku


pencegahan ISPA pada keluarga binaan di RT 014/RW 001, Kampung
Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017.

Sikap Responden Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 0 0%
Buruk 7 100%

Total 7 100%

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan responden memiliki sikap yang buruk


terhadap perilaku pencegahan ISPA (100%).

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi responden tentang keyakinan perilaku


pencegahan ISPA pada keluarga binaan di RT 014/RW 001, Kampung
Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017.

Keyakinan Responden Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 0 0%
Buruk 7 100%

94
Total 7 100%

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan responden memiliki keyakinan yang


buruk tentang perilaku pencegahan ISPA (100%).

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi responden tentang faktor lingkungan


mempengaruhi perilaku pencegahan ISPA pada keluarga binaan di RT
014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017.

Lingkungan Responden Jumlah Responden Persentase %

Mempengaruhi 0 0%

Tidak Mempengaruhi 7 100%

Total 7 100 %

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa faktor lingkungan responden


tidak mempengaruhi perilaku pencegahan ISPA (100%).

Tabel 4.7. Distribusi frekuensi responden tentang sarana dan prasarana yang
mendukung perilaku pencegahan ISPA pada keluarga binaan RT 014/RW
001, Kampung Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017.

Sarana dan Prasarana Jumlah Responden Persentase (%)

Mendukung 7 100%
Tidak Mendukung 0 0%

95
Total 7 100%

Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwa sarana dan prasarana


mendukung perilaku pencegahan ISPA menurut seluruh responden (100%).

Tabel 4.8.Hasil Analisis Univariat delapan variabel tentang perilaku


pencegahan ISPA pada keluarga binaan di RT 014/RW 001, Kampung
Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017.

Jumlah
No Variabel Hasil Ukur Persentase
(orang)

1 Perilaku Pencegahan Baik 0 0%


ISPA 6 85,7%
Cukup
1 14,3%
Buruk

2 Pengetahuan Responden Baik 2 28,6%


Buruk 5 71,4%

3 Sikap Responden Baik 0 0%


Buruk 7 100%

4 Keyakinan Responden Baik 0 0%


Buruk 7 100%

5 Lingkungan Responden Mempengaruhi 0 0%


Tidak mempengaruhi 7 100%

96
Jumlah
No Variabel Hasil Ukur Persentase
(orang)

6 Sarana dan Prasarana Mendukung 7 100%


Tidak mendukung 0 0%

c. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah


Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana
intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan
diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar
akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan
masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone
dapat dilihat sebagai berikut:
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah
yang ditemukan dapat dilihat melalui tabel 4.1, kemudian setelah ditemukan akar
penyebab masalah dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah dan rencana
intervensi.

97
98
Tabel 4.9 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada
Keluarga Binaan di RT 014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017.

No. Akar Penyebab Alternatif Rencana Intervensi


Masalah Pemecahan Masalah
1. Kurangnya informasi Memberikan informasi Memberikan penyuluhan
antara gizi dan daya mengenai gizi yang baik tentang makanan bergizi
tahan tubuh dan hubungannya dengan dalam pencegahan ISPA
daya tahan tubuh dan Memberikan poster
penyakit mengenai makanan yang
bergizi dalam usaha
pencegahan ISPA

2. Tidak ada petugas Memberikan informasi Memberikan penyuluhan


kebersihan untuk tentang bagaimana cara pentingnya membuang
mengelola sampah mengelola sampah yang sampah pada tempatnya.
baik dan benar. Memberikan tempat
sampah yang dapat
digunakan oleh keluarga
binaan.

99
3. Kurangnya fasilitas Memberikan fasilitas Memberikan penyuluhan
untuk mendapatkan informasi mengenai tentang ISPA dan usaha
informasi pencegahan ISPA. pencegahan ISPA.
Memberikan poster dan
video tentang pencegahan
ISPA.

4. Saran dan Prasarana Tidak terdapat masalah -


yang ditemukan.

d. Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih

Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Memberikan penyuluhan tentang ISPA, makakan bergizi, dan dampak
buruknya pencemaran udara.
2. Memberikan penyuluhan pentingnya membuang sampah pada
tempatnya.
3. Memberikan poster dan video tentang makanan bergizi dan pencegahan
ISPA.
4. Memberikan alat pencegahan berupa masker dan tempat sampah.

Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan penyuluhan merupakan


salah satu cara yang cukup efektif dan efisien untuk mengubah persepsi
masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi, tentang
ISPA, pentingnya melakukan pencegahan terjadinya ISPA, dan dampak
buruknya pencemaran udara. Pemberian poster dan video tentang
pentingnya makanan bergizi dan pencegahan ISPA kepada seluruh keluarga
binaan berfungsi sebagai alat bantu untuk memperlancar komunikasi dan
penyebar-luasan informasi serta pemberian bantuan alat berupa masker dan

100
tempat sampah. Selain itu juga terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan
keterbatasan kemampuan dari peneliti untuk melakukan intervensi.

101
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Area Masalah
Perilaku Pencegahan Terjadinya ISPA Di Keluarga Binaan di RT
014/RW 001, Kampung Renged, Desa Kresek, Kelurahan Renged,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi BantenPeriode 22
Februari 2017 4 Maret 2017

2. Akar Penyebab Masalah


a. Perilaku Pencegahan Terjadinys ISPA
Cukupnya perilaku pencegahan terjadinya ISPA pada sebagian besar
responden (85,7%), namun memiliki perilaku yang buruk pada
beberapa responden (14,3%).
b. Pengetahuan Responden
Didapatkan responden terbanyak memiliki pengetahuan yang buruk
mengenai pencegahan terjadinya ISPA sebagian besar responden
(71,4%)
c. Sikap Responden
Didapatkan responden memiliki sikap yang buruk terhadap perilaku
pencegahan terjadinya ISPA (100%).
d. Keyakinan Responden
Didapatkan responden memiliki keyakinan yang buruk tentang perilaku
pencegahan terjadinya ISPA (100%).
e. Lingkungan Responden
Didapatkan bahwa faktor lingkungan responden berpengaruh buruk
terhadapperilakupencegahan terjadinya ISPA (100%).
f. Sarana dan prasarana

102
Didapatkan bahwasarana dan prasarana mendukung perilaku
pencegahan terjadinya ISPA menurut responden (100%).
3. Hasil Fishbone
a. Kurangnya informasi mengenai hubungan antara gizi dan daya tahan
tubuh yang dikarenakan buruknya pengetahuan dan sikap mengenai
makanan bergizi dalam pencegahan ISPA.
b. Lingkungan yang tidak mendukung terhadap pencegahan ISPA yang
dikarenakan tidak adanya petugas kebersihan untuk mengelola sampah
sehingga terdapat tempat pembakaran sampah yang dekat dengan temat
tinggal.
c. Keyakinan responden mengenai perilakupencegahan ISPA yang salah
disebabkan oleh kebiasaan oleh kebiasaan yang salah dari orang-orang
dari sekitar responden dikarenakan kurangnya fasilitas untuk
mendapatkan informasi pencegahan ISPA.
d. Sarana dan prasarana yang tidak ditemukan akar masalah.

5.2 Saran
Intervensi Pemecahan Masalah
1. Memberikan penyuluhan tentang ISPA, cara mencegah terjadinya ISPA,
cara membuang sampah yang baik dan benar dan juga pentingnya
menggunakan masker yang baik dan benar terutama ketika adanya
paparan asap.
2. Memberikan tempat sampah berbahan plastik yang dapat dipindahkan
dan dibersihkan.
3. Memberikan masker yang efektif, aman, murah dan mudah digunakan.
4. Memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk menyiapkan petugas
kebersihan dalam mengelola sampah yang ada.
5. Memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk memberikan
penyuluhan tentang pencegahan ISPA untuk mencegahInsidence Rate di
kecamatan Kresek.

103
Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan dengan poster dan videotentang ISPA, makanan
bergizi dan cara mencegah terjadinya ISPA dengan menggunakan masker
saat terpapar asap.
2. Memberikan masker yang efektif, aman, murah dan mudah digunakan.
3. Memberikan tempat sampah berbahan plastik yang dapat dipindahkan
dan dibersihkan.

Bagi Masyarakat Kampung Renged


a. Hendaknya mengajak masyarakat sekitar bersama-sama untuk saling
mengingatkan satu sama lain mengenai perilaku pencegahan terjadinya
ISPA.
b. Diharapkan kepada keluarga binaan untuk menerapkan hasil dari
penyuluhan dan cara penggunaan memakai masker yang efektif, aman,
murah dan mudah digunakan serta menerapkan budaya membuang sampah
pada tempatnya.
c. Hendaknya petugas kesehatan menyiapkan petugas kebersihan untuk
pengelolaan sampah di Kampung Renged.

Bagi Puskesmas Kresek


a. Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berupa penyuluhan
tentang cara pencegahan terjadinya ISPA dan melakukan pemantauan
tentang perubahan perilaku pencegahan terjadinya ISPA secara rutin di
desa Kresek.
b. Meningkatkankerjasamadengan pemegang program ataupun pelayanan
kesehatan untuk bersama-sama mencegah kejadianInsidence Rate di Desa
Kresek.
c. Meningkatkan pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan
penyuluhan mengenai perilaku pencegahan terjadinya ISPA.
d. Melakukanpendekatan dengan tokoh masyarakat di Kampung Renged
untuk membantu menerapkan pencegahan terjadinya ISPA dan upaya

104
membuang sampah pada tempatnya dan menggunakan masker jika
terpapar oleh asap.

105
LAMPIRAN

KUISIONER SURVEY

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Alamat :

Jawablah pertanyaan berikut dengan cara melingkari jawaban yang saudara


anggap benar!

PERILAKU RESPONDEN

10. Apakah anda atau orang sekitar anda merokok di dalam rumah?
a. Ya
b. Tidak

11. Apakah anda atau orang sekitar anda menutup mulut saat batuk?
a. Ya
b. Tidak

106
12. Apakah anda menggunakan masker saat membakar sampah?
a. Ya
b. Tidak

13. Apakah anda sekeluarga tidur di satu kamar yang sama?


a. Ya
b. Tidak

14. Apakah anda memeriksakan ke fasilitas kesehatan bila terserang batuk/pilek?


a. Ya
b. Tidak

PENGETAHUAN

1. Bagaimana cara penularan ISPA?


a. Batuk dan bersin
b. Keringat
c. Bersentuhan badan

2. Apakah anda tahu mengenai cara pencegahan ISPA?


a. Ya,..
b. Tidak
c. Ragu-ragu

3. Apakah anda tahu dengan mengobati batuk pilek sesegera mungkin dapat
mengurangi risiko ISPA?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu

107
SIKAP

KURANGS TIDAK
No. Pernyataan SETUJU
ETUJU SETUJU

Saya akan segera memeriksakan diri bila terserang batuk


1
pilek

Saya akan selalu menggunakan masker setiap kali


2
membakar sampah

3 Saya akan menutup mulut ketika batuk

KEYAKINAN

KURANG TIDAK
No. Pernyataan SETUJU
SETUJU SETUJU

1 Pencemaran udara dapat menyebabkan ISPA

Merokok di dalam rumah dapat meningkatkan risiko


2
ISPA

Menutup mulut saat batuk dapat mengurangi risiko


3
penularan ISPA

LINGKUNGAN RESPONDEN

1. Apakah tetangga anda membakar sampah dengan jarak tidak terlalu dekat
dengan rumah?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah tetangga anda menutup mulut ketika batuk?


a. Ya

108
b. Tidak

3. Apakah tetangga anda segera berobat ketika terserang batuk pilek?


a. Ya
b. Tidak

SARANA DAN PRASARANA

1. Apakah terdapat ventilasi dirumah anda?


a. Ya
b. Tidak

2. Apakah ada petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan mengenai


pencegahan ISPA di tempat tinggal anda?
a. Ya
b. Tidak

3. Apakah anda memiliki asuransi kesehatan (BPJS/Askes/Jamkesmas)?


1. Ya
2. Tidak

109
LAMPIRAN II
SKORING KUISIONER

Perilaku Pencegahan ISPA di Keluarga Binaan


Di RT 01 / RW 04KampungPangkalan, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabuapaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode14 Juni 2016 22Juni 2016

I. ASPEK PERILAKU
Nilai tertinggi 10
1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0
4. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0
5. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2

110
b. Mendapatkan poin 0
Tidakmenjawabmendapatkanpoin 0

II. ASPEK PENGETAHUAN RESPONDEN


Nilai tertinggi 6
1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
c. Mendapatkan poin 1
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2 (alasansempurna, 1 alasan tidak
sempurna)
b. Mendapatkan poin 0
c. Mendapatkan poin 1
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
c. Mendapatkan poin 1
III. ASPEK SIKAP RESPONDEN
Nilai tertinggi 6
Untuk pertanyaan no.1-3 apabila menjawab :
Setuju, mendapatkanpoin2
Kurangsetuju, mendapatkanpoin1
Tidaksetuju, mendapatkanpoin0

IV. ASPEK KEYAKINAN RESPONDEN


Nilai tertinggi 6
Untuk pertanyaan no.1-3 apabila menjawab :
Setuju, mendapatkanpoin2

111
Kurang setuju, mendapatkan poin1
Tidak setuju, mendapatkan poin 0

V. ASPEK LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


Nilai tertinggi 6
1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0

VI. ASPEK SARANA DAN PRASARANA YANG MEMPENGARUHI


PERILAKU
Nilai tertinggi 6
1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0

112

You might also like