You are on page 1of 16

TANTANGAN DAN MASALAH DALAM MENERAPKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR

NEGARA DAN PENDANGAN HIDUP BANGSA

Menjaga Eksistensi dan esensi pancasila terhadap Pengaruh globalisasi yang menyebabkan
bergesernya nilai-nilai pancasila itu sendiri sebagai dasar negara dan pedoman hidup bangsa. misalnya
paham-paham liberalisme,kapitalisme,hedoisme,chauvinisme.

PRAKTEK-PRAKTEKTERBAIK DALAM PENGIMPLEMENTASIAN PANCASILA DALAM


PERBUATAN

Sikap yang sesuai dengan sila pertama


Sila pertama pancasila berbunyi : Ketuhanan yang Maha Esa. Sila ini berhubungan dengan perilaku
kita sebagai umat beragama pada Tuhannya.

Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:

Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai ajaran agama yang dianut masing-masing

Menjalankan perintah agama sesuai ajaran yang dianut masing-masing

Saling menghormati antarumat beragama

Tidak memaksakan suatu agama pada orang lain

Sikap yang sesuai dengan sila kedua


Sila kedua pancasila berbunyi : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini berhubungan dengan
perilaku kita sebagai manusia yang pada hakikatnya semuanya sama didunia ini.

Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:

Tidak membeda bedakan manusia berdasarkan suku, agama, warna kulit, tingkat ekonomi, maupun
tingkat pendidikan

Menyadari bahwa kita diciptakan sama oleh Tuhan

Membela kebenaran dan keadilan

Menyadari bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama

Tidak melakukan diskriminatif


Sikap yang sesuai dengan sila ketiga.
Sila ketiga pancasila berbunyi : Persatuan Indonesia. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita
sebagai warga Negara Indonesia untuk bersatu membangun negeri ini.

Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:

Cinta pada tanah air dan bangsa

Menjaga nama baik bangsa dan Negara

Tidak membangga banggakan bangsa lain dan merendahkan bangsa sendiri

Ikut serta dalam ketertiban dunia

Menjunjung tinggi persatuan bangsa

Mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan

Sikap yang sesuai sila keempat


Sila keempat pancasila berbunyi : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita untuk selalu bermusyawarah
dalam menyelesaikan masalah.

Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:

Selalu mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah

Tidak memaksakan kehendak pada orang lain

Mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara

Menghormati hasil musyawarah

Ikut serta dalam pemilihan umum

Sikap yang sesuai sila kelima.


Sila kelima pancasila berbunyi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini berhubungan
dengan perilaku kita dalam bersikap adil pada semua orang.

Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:

Berusaha menolong orang lain sesuai kemampuan

Menghargai hasil karya orang lain


Tidak mengintimidasi orang dengan hak milik kita

Menjunjung tinggi nilai kekeluargaan

Menghormati hak dan kewajiban orang lain

SOLUSI DALAM BENTUK KEGIATAN KONKRIT YANG BISA MENDUKUNG


IMPLEMENTASI PANCASISILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP
BANGSA

Menanamkan nilai-nilai luhur kebangsaan kepada generasi muda.

Meningkatkan wawasan kebangsaan .

Mata air keteladanan .

Meningkatkan pemahaman nilai nilai Pancasila: Ketuhanan yang berkebudayaan, Kemanusian


universal, Persatuan dalam kebhinekaan, Demokrasi permusyawaratan dan keadilan sosial.

Membuat regulasi uu pencantuman kata pancasila dan rumusannya sbg ideologi nasional

meningkatkan sosialisasi terus menerus ttg pancasila mengilmukan pancasila

merumuskan metodologi hidup pancasila dalam kehidupan sehari hari

mempraktekkan nilai2 pancasila dalam hidup sehari-sehari

Kapitalisme yang Merasuk ke Dalam Indonesia

11 September 2013 20:07 Diperbarui: 24 Juni 2015 08:02 10071 0 1


Karena ini kontribusi pertama saya dalam artikel kompasiana. Maka dari itu saya mengangkat
kembali apa yang sudah pernah saya tulis sebelumnya dalam kumpulan artikel di blog pribadi
saya dengan judul "Sistem Ekonomi Modern - Kapitalis". Langsung saja kita nikmati ide pemikiran
saya, dibawah ini.

Ilustrasi yang menggambarkan Kapitalisme

Definisi Ideologi Kapitalisme (yang menurut saya; cinta harta) oleh Adam Smith adalah sebuah
ideologi yang digunakan oleh sebagian besar golongan atas/konglomerat untuk meraup keuntungan
sebanyak-banyaknya kepada dirinya sendiri. Dalam hal ini, masyarakat digunakan sebagai alat
penggerak kesejahteraan bagi dirinya dengan cara mempekerjakan orang banyak dengan upah
'secukupnya'. Oleh sebab itu jangan heran apabila sekarang banyak orang yang mau jadi dibayar kecil,
tetapi dengan resiko pekerjaan yang tinggi, seperti buruh. Bahkan banyak buruh yang ditindas,
diperas, dan dijadikan alat oleh seorang yang kapitalis. Tanpa definisi, kita tidak akan pernah bisa
sampai pada sebuah konsep. (Ibnu Sina) Tinta Sejarah, Upaya Revolusi Ekonomi Ketika kita bebas
dari kolonialisme, ekonomi Indonesia sangatlah memprihatinkan. Indonesia yang belum mempunyai
kekuatan ekonomi untuk membiayai rakyatnya sendiri saja sudah mempunyai hutang bermilyar-
milyar Pondsterling kepada pihak Belanda sesuai perjanjian KMB. Atas dasar itulah timbul pemikiran
dari Presiden Soekarno untuk dapat membawa ekonomi Indonesia menjadi maju dan berkembang
secara perlahan namun pasti. Melawan kekuatan ekonomi dunia, Soekarno mencanangkan progamkan
berdikari (Berdiri Diatas Kaki Sendiri) kepada rakyat Indonesia. Hal ini bertujuan agar tidak ada
perbedaan golongan kaya atau miskin dalam masyarakat, dan tidak meminjam-minjam uang lagi
kepada negara lain. Bangsa Indonesia diajar untuk tidak menganut kapitalisme atau sosialisme,
melainkan mencari jalan tengah terbaik dengan menggabungkan kedua paham ekonomi tersebut.
Pemikiran Soekarno ini sangat ditentang oleh beberapa golongan yang fanatik akan ideologi
Kapitalisme, terutama oleh 'Barat' yang menganggap Indonesia semakin dekat dengan Komunis-
Sosialis. Sebab mereka ingin memasuki wilayah Indonesia sebagai jajahan ekonominya. Potensi SDA
Indonesia yang begitu melimpah membuat siapapun yang sadar akan hal itu tergiur dan bersedia
melakukan apapun untuk mendapatkan kekayaan tersebut. Sayangnya, kekuatan dan keberanian
Soekarno dalam menentang Barat membuat mereka tidak dapat memasuki 'pemahaman' tersebut ke
Indonesia. Soekarno sudah dapat meramalkan apa yang terjadi jika rakyat Indonesia menganut
Kapitalisme semata. Oleh sebab itu, ia menutup rapat-rapat celah masuknya Kapitalisme di Indonesia.
Kekhawatiran Barat - terutama Amerika Serikat pasca tewasnya Presiden J.F. Kennedy, sahabat dekat
yang mendukung pemikiran Soekarno - semakin muncul apabila Soekarno masih menjadi orang yang
sangat berpengaruh bagi rakyat Indonesia dalam mencegah masuknya kapitalis di Indonesia. Oleh
sebab itu, mereka berusaha mencari cara untuk menyingkirkan Soekarno dan antek-anteknya dengan
cara menggulingkan mereka dari pemerintahan, membinasakan peran beliau di mata masyarakat, dan
mengisi pemerintahan RI baru dengan sosok yang pro terhadap Barat dan berpaham kapitalis. Baru
setelah itu, mereka mengobarkan paham 'Globalisasi' kepada masyarakat Indonesia dengan iming-
iming kemajuan,yang padahal hanya sebagai alat kaum kapitalis untuk memperkuat dan memperlebar
jaringannya di dunia. Jika dihubungkan dengan peran Amerika Serikat dalam peristiwa G 30 S, kita
dapat menarik suatu benang merah bahwa salah satu faktor pendorong terjadinya insiden
kontroversial tersebut ialah keganasan Amerika, dkk melalui CIA untuk menggulingkan Soekarno
dari kekuasaanya. Peristiwa G 30 S hanyalah sebuah praktik dari rekayasa barat terhadap Indonesia
agar Indonesia terlepas dari berdikari dan hubungan dekatnya dengan komunis Uni Soviet yang
akhirnya menyebabkan pemerintahan Soekarno jatuh dan digantikan dengan pemerintahan dengan
sebuah sistem ekonomi baru yang dipimpin Presiden Soehato, bernama kapitalis. Era Baru, Revolusi
Dimulai Bangsa Indonesia mulai memasuki era Ekonomi Kapitalis sejak pasca G 30 S. Dimana,
para Jendral yang menjadi korban adalah korban dari sebuah Kapitalisme yang diagung-agungkan
oleh Barat. Era Baru Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Soeharto sangat membuka jalan bagi
Globalisasi/Kapitalisme untuk masuk di Indonesia. Banyak Revolusi yang terjadi kepada rakyat. Bagi
ia yang ber-uang dan berilmu dapat dengan mudah memperoleh status Konglomerat, dan bagi dia
yang bodoh dan miskin mendapat status Kaum Papa. Di era Soeharto, Indonesia terus menerus
meminjam dana kepada barat yang terus menambah hutang luar negeri Indonesia. Dimana hutang ini
akan jatuh tempo pada tahun 1998. Praktik Awal daripada Revolusi Praktik daripada revolusi ini
sudah terbentuk sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan. Mengapa saya berasumsi bahwa
PBB merupakan cara praktik pertama Barat menguasai dunia? Karena PBB memiliki The Big 5.
Jika tujuan PBB untuk membantu dunia lepas dari belenggu kemiskinan, mengapa harus ada The Big
5 yang punya hak veto?

Ilustrasi cinta uang

Justru, dengan adanya The Big 5 (Inggris, Perancis, Amerika Serikat, China/RRC, Rusia/Uni Soviet)
malah membuat dunia semakin terpuruk. Karena, hak the big 5 membuat negara-negara lain tidak bisa
berekspresi bebas untuk negaranya (seperti halnya pembuatan nuklir, yang hanya boleh dilakukan
oleh The Big 5). Ditambah dengan hak veto, yaitu hak membatalkan perjanjian di dalam
perundingan. Praktek Berikut daripada Revolusi Organisasi IMF (International Monetary Fund),
World Bank, IGGI dan Organisasi lainnya, terutama terhadap lembaga ekonomi yang berdomisili di
bawah naungan PBB merupakan alat penggerak program Kapitalisme terhadap dunia miskin dan
berkembang. Terutama kawasan Asia-Afrika, dan wilayah miskin-berkembang lainnya. PT. Freeport
menjadi bukti bahwa perjanjian kapitalisme terhadap Indonesia masih terjadi hingga saat ini. Borok di
Papua tersebut masih tidak bisa diusir sampai saat ini. Globalisasi dalam ekonomi, semakin membawa
Indonesia menjadi budak para konglomerat barat. Minyak Indonesia saja 92% dikuasai konglomerat,
sisanya 8% baru dikuasai PERTAMINA. Oleh sebab itu, harga minyak sangat mahal. Bagi saya,
untuk apa kita mengikuti tren harga minyak dunia jika kita punya surga minyak di bawah kaki negara
ini sendiri? Itu baru contoh kecil. Masih banyak lagi contoh kekuasaan kapitalis yang menggerogoti
Indonesia, salah satunya adalah ketergantungan masyarakat Indonesia untuk menggunakan merk-
merk buatan luar negeri. Padahal bahan mentahnya diproduksi dari Indonesia. Sungguh ironis sekali
melihat mental masyarakat kita yang sangat mengagungkan Barat. Bagaimana kita dapat keluar dari
jeratan kapitalis ini? Semua sudah terjadi. Sulit memang, sangat sulit. Sebab 'kanker' tersebut sudah
merasuk terlalu dalam ke dalam mental bangsa. Hanya satu yang dapat kita lakukan, tetaplah
mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan diri sendiri! Mari kita mulai dari hal yang kecil saja,
contohnya dengan membeli produk-produk buatan asli Indonesia sehingga menambah kemakmuran
orang Indonesia itu sendiri. JAYALAH INDONESIA! (bossga)

Meskipun undang-undang dasar (UUD) 1945 mengamanatkan Indonesia sebagai negara dengan
sistem ekonomi Pancasila yang mengutamakan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat, tetapi
dalam praktiknya Indonesia menjadi sebenar-benar negara kapitalis.

Meskipun pasal 33 UUD 1945 mewajibkan negara memanfaatkan kekayaan alam untuk kemakmuran
rakyat, tetapi dalam pelaksanaannya seperti jauh panggang dari api.

Berikut sedikitnya 5 alasan mengapa Indonesia layak disebut sebagai negara kapitalis, bahkan lebih
kapitalis dari negara kapitalis sekalipun:

1. Harga barang-barang kebutuhan dasar masyarakat (basic need) diserahkan kepada mekanisme
pasar. Terakhir pemerintah mencabut subsidi bbm dan membiarkan harga bbm berubah-ubah sesuai
harga keekonomian. Dengan sistem seperti ini harga-harga kebutuhan pokok menjadi sulit dikontrol
dan terus cenderung mengalami kenaikan.

Kebijakan pemerintah tersebut melanggar UU migas yang telah diuji materiil MK. Sebelumnya MK
menganulir pasal dalam UU migas yang menyerahkan harga bbm kepada pasar karena dianggap
bertentangan dengan UUD 1945.

Bahkan negara-negara kapitalis seperti Jepang, Uni Emirat dan Malaysia pun masih memberikan
subsidi bbm kepada rakyatnya.

2. Penguasaan perbankan oleh investor asing yang boleh mencapai 99%.

Akibat kebijakan ini hampir seluruh bank besar dimiliki oleh asing dengan kepemilikan saham
mayoritas. Tercatat enam dari 10 bank terbesar di Indonesia milik asing, yaitu BCA (Mauritius),
CIMB Niaga (Malaysia), Danamon (Singapura), Panin (Australia), Permata (Inggris) dan BII
Maybank (Malaysia). Sisanya empat bank merupakan bank plat merah, yaitu BRI, Mandiri, BNI dan
BTN.

3. Kekayaan alam dikelola dan dikuasai asing.

Hampir seluruh sektor pertambangan mineral dan energi dikuasai asing. Tambang emas dikangkangi
Freeport (AS), nikel menjadi milik Vale (Brazil), minyak dikuasai six sister company AS (Chevron
dll), batubara dikuasai China.

Bahkan bukan hanya sektor energi dan mineral yang dikuasai asing, air kita juga menjadi bancakan
asing. Danone Perancis melalui PT Aqua Golden Missisipi menguasai sebagian besar sumber air di
Sukabumi dan daerah-daerah lain di Indonesia. Dengan menjual air dari tanah kita, Aqua
membukukan penjualan mencapai Rp 20 triliun.

4. Jauh sebelum pasar bebas Asean (Asean Economic Community) diberlakukan, Indonesia sudah
menerapkan pasar bebas terlebih dahulu.

Pasar dalam negeri dibanjiri produk impor. Hampir semua komoditas dikuasai barang dari luar negeri
mulai dari elektronik, otomotif hingga tekstil. Bahkan pasar perbankan juga tidak memberikan
proteksi bagi bank lokal dari serbuan bank asing. Di Malaysia, bank dari Indonesia sulit membuka
cabang, tetapi di Indonesia, bank milik asing bebas membuka kantor layanan hingga ke desa-desa.

5. Pemerintah tidak memberikan proteksi bagi UMKM untuk bersaing dengan perusahaan besar.

Pendirian minimarket dan supermarket hingga ke dalam gang adalah salah satu bentuk nyata dari
sistem ekonomi kapitalis yang dianut pemerintah. Jutaan pedagang kecil dan UMKM mati akibat
kebijakan ini.

Belum lagi jika kita bicara manufaktur. Setiap tahun ada ratusan ribu bahkan jutaan industri kecil dan
industri rumah tangga mati akibat gagal bersaing dengan industri besar. [sharia/voa-islam.com]

Meskipun undang-undang dasar (UUD) 1945 mengamanatkan Indonesia sebagai negara dengan
sistem ekonomi Pancasila yang mengutamakan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat, tetapi
dalam praktiknya Indonesia menjadi sebenar-benar negara kapitalis.

Meskipun pasal 33 UUD 1945 mewajibkan negara memanfaatkan kekayaan alam untuk kemakmuran
rakyat, tetapi dalam pelaksanaannya seperti jauh panggang dari api.

Berikut sedikitnya 5 alasan mengapa Indonesia layak disebut sebagai negara kapitalis, bahkan lebih
kapitalis dari negara kapitalis sekalipun:
1. Harga barang-barang kebutuhan dasar masyarakat (basic need) diserahkan kepada mekanisme
pasar. Terakhir pemerintah mencabut subsidi bbm dan membiarkan harga bbm berubah-ubah sesuai
harga keekonomian. Dengan sistem seperti ini harga-harga kebutuhan pokok menjadi sulit dikontrol
dan terus cenderung mengalami kenaikan.

Kebijakan pemerintah tersebut melanggar UU migas yang telah diuji materiil MK. Sebelumnya MK
menganulir pasal dalam UU migas yang menyerahkan harga bbm kepada pasar karena dianggap
bertentangan dengan UUD 1945.

Bahkan negara-negara kapitalis seperti Jepang, Uni Emirat dan Malaysia pun masih memberikan
subsidi bbm kepada rakyatnya.

2. Penguasaan perbankan oleh investor asing yang boleh mencapai 99%.

Akibat kebijakan ini hampir seluruh bank besar dimiliki oleh asing dengan kepemilikan saham
mayoritas. Tercatat enam dari 10 bank terbesar di Indonesia milik asing, yaitu BCA (Mauritius),
CIMB Niaga (Malaysia), Danamon (Singapura), Panin (Australia), Permata (Inggris) dan BII
Maybank (Malaysia). Sisanya empat bank merupakan bank plat merah, yaitu BRI, Mandiri, BNI dan
BTN.

3. Kekayaan alam dikelola dan dikuasai asing.

Hampir seluruh sektor pertambangan mineral dan energi dikuasai asing. Tambang emas dikangkangi
Freeport (AS), nikel menjadi milik Vale (Brazil), minyak dikuasai six sister company AS (Chevron
dll), batubara dikuasai China.

Bahkan bukan hanya sektor energi dan mineral yang dikuasai asing, air kita juga menjadi bancakan
asing. Danone Perancis melalui PT Aqua Golden Missisipi menguasai sebagian besar sumber air di
Sukabumi dan daerah-daerah lain di Indonesia. Dengan menjual air dari tanah kita, Aqua
membukukan penjualan mencapai Rp 20 triliun.

4. Jauh sebelum pasar bebas Asean (Asean Economic Community) diberlakukan, Indonesia sudah
menerapkan pasar bebas terlebih dahulu.

Pasar dalam negeri dibanjiri produk impor. Hampir semua komoditas dikuasai barang dari luar negeri
mulai dari elektronik, otomotif hingga tekstil. Bahkan pasar perbankan juga tidak memberikan
proteksi bagi bank lokal dari serbuan bank asing. Di Malaysia, bank dari Indonesia sulit membuka
cabang, tetapi di Indonesia, bank milik asing bebas membuka kantor layanan hingga ke desa-desa.

5. Pemerintah tidak memberikan proteksi bagi UMKM untuk bersaing dengan perusahaan besar.
Pendirian minimarket dan supermarket hingga ke dalam gang adalah salah satu bentuk nyata dari
sistem ekonomi kapitalis yang dianut pemerintah. Jutaan pedagang kecil dan UMKM mati akibat
kebijakan ini.

Belum lagi jika kita bicara manufaktur. Setiap tahun ada ratusan ribu bahkan jutaan industri kecil dan
industri rumah tangga mati akibat gagal bersaing dengan industri besar. [sharia/voa-islam.com]

Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.[1]

Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan
berpikir bagi para individu.[2] Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari
pemerintah dan agama.[2]

Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini
dikarenakan keduanya sama-sama didasarkan pada kebebasan mayoritas.[3]. Banyak suatu negara
yang tidak mematuhi peraturan tersebut

Sebelum menjelaskan tentang contoh-contoh sekularisme di Indonesia, saya akan menjelaskan


mengenai konsep dari sekularisme terlebih dahulu. Sekularisme secara garis besar adalah sebuah
ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan atau negara harus berdiri terpisah dari
agama. Jadi Sekularisme adalah pemikiran yang memisahkan antara agama dengan kehidupan
duniawi. Menurut pemikiran ini, agama dianggap hanya sebagai urusan ibadah saja, terkait dengan
bagaimana beribadah kepada sang Pencipta. Sementara untuk urusan kehidupan duniawi, agama tidak
boleh ikut campur. Pendukung sekularisme menyatakan bahwa meningkatnya pengaruh sekularisme
dan menurunnya pengaruh agama di dalam negara tersekularisasi adalah hasil yang tak terelakan dari
pencerahan yang karenanya orang-orang mulai beralih kepada ilmu pengetahuan dan rasionalisme
dan menjauh dari agama dan takhyul. Sementara penentang sekularisme melihat pandangan diatas
sebagai arrogan, mereka menganggap bahwa pemerintahan yang sekular menciptakan lebih banyak
masalah dari pada menyelesaikannya, dan bahwa pemerintahan dengan etos keagamaan adalah lebih
baik.

Sekularisme di Indonesia ibarat gurita yang kaki-kakinya menjerat erat semua sisi kehidupan. Hampir
tidak ada satu pun sendi kehidupan yang terlepas dari jeratan sekularisme, mulai dari sisi-sisi
kehidupan pribadi sampai kehidupan bermasyarakat dan bernegara, semua terwarnai oleh ajaran
sekuler. Berikut beberapa contoh dari kenyataan sekulerisme di Indonesia:
1. Tidak Perduli Dengan Urusan Duniawi

Contohnya seperti orang-orang beragama yang tidak mau memberi sedekah untuk pembangunan jalan
raya atau rumah sakit (sebagai fasilitas umum) karena dianggap hal itu merupakan urusan negara,
bukan urusan agama, sehingga mereka hanya mau bersedekah untuk hal-hal yang berbau agama
seperti pembangunan masjid, pembangunan pondok pesantren dan hal-hal yang berbau agama lainnya
termasuk ritual keagamaan lainnya. Selain itu, orang yang tidak peduli dengan ilmu ekonomi atau
tidak mau menganalisis perkembangan ekonomi umatnya karena dianggap masalah duniawi, hal
tersebut sebenarnya merupakan bentuk sekulerisme dikalangan umat beragama sendiri. Intinya dalam
kehidupan sehari-hari masih banyak yang menganggap beda (memisahkan) antara perintah Allah
dan perintah dari negara.

2. HAM Sebagai dasar Hukum

Sebagaimana yang telah kita ketahui dan nyata di tanah air kita ini, terlihat dengan jelas bahwa hukum
atau Undang-Undang di Indonesia tidak berdasarkan agama islam lagi, bahkan hampir seluruhnya
hukum di Indonesia bersekularisme dan membatasi hukum yang berdasarkan Kitab Suci Alquran.
Misalkan saja hukum qishas dalam Islam dianggap sangat kejam, tidak memenuhi nilai-nilai Islam
dan penuh dengan pembalasan. Ini tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusian, maka hukum Islam
dianggap salah karena menyalahi hak seorang manusia. Tidak ada prisip moral diajarkan melainkan
sebuah kejahatan. Hukuman syariah Islam yang dijalankan oleh Provinsi NAD dimana pemerintah
provinsinya memberlakukan hukum cambuk dirasa tidak manusiawi oleh pengamat HAM di Ibu kota.

3. Kondisi Ekonomi

Kapitalisme sebagai sistem ekonomi juga merupakan anak kandung dari sekularisme. Prinsip-prinsip
yang diajarkannya seperti kebebasan individu, persaingan bebas, mekanisme pasar, dan sebagainya
ternyata telah menghancurkan dunia. Kalaupun ada yang untung, itu hanya dinikmati oleh mereka
yang kuat. Sedangkan mayoritas manusia yang lemah, harus rela menderita dalam kemiskinan,
keterbelakangan, dan penderitaan akibat kapitalisme. Hal ini bisa dibuktikan, baik di Indonesia, AS
maupun di belahan bumi lainnya. Indonesia yang sebenarnya secara resmi menganut sistem ekonomi
pancasila (demokrasi ekonomi) namun pada kenyataannya hal itu cuma sekedar dijadikan hiasan yang
tertulis di undang-undang tanpa diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut dapat kita
lihat dengan jelas bahwa kehidupan ekonomi di indonesia lebih condong kepada ekonomi kapitalis
dimana pemilik modal lah yang dapat menguasai pasar, sementara rakyat kecil tetap hidup menderita
dalam belenggu kemiskinan.

4. Budaya Sekularisme

Mungkin tidak aneh lagi, bayangan sekulerisme bagaikan sebuah kebutuhan trend anak muda dewasa
ini, harus sesuai dengan perkembangan zaman. Kita disajikan dengan gaya hidup ala barat, jauh dari
nilai-nilai budaya Indonesia apalagi mengikuti syariat Islam. Program TV, Media, Internet sebagai
wadah untuk mempromosikan pemikiran yang mereka bawa kepada masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia sudah disuguhkan melalui media, segala bentuk budaya barat, mulai dari
remaja, dewasa dan orangtua. Mereka telah mengatur sendiri sesuai level yang akan mereka
pengaruhi, jadi tidak aneh lagi, kalau seorang wanita memakai celana pendek, karena sesuai dengan
trendnya bukan sesuai dengan Syariat lagi.

5. Pendidikan

Manajemen pendidikan kita telah dirasuki oleh pengaruh sekuler, terbukti dengan bahan Filsafat lebih
wajib dipelajari dibanding Tauhid. Referensi Keyakinan lebih dikuasai oleh pemikiran para filsuf
dibanding dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kisah pengunjingan yang dilakukan di
UIN Bandung menjadi bukti ketajaman gerakan yang dilakukan untuk menanamkan pada mahasiswa
tentang pemikiran mereka. Dunia Intelektual sangat berperan dalam masyarakat, karena itu perlu
untuk menghancurkan pondasi dengan memasukkan studi-studi sekuler dalam label pendidikan
Nasional di Indonesia. Kurikulum pendidikan di Indonesia pun sudah sangat jelas memisahkan antara
ilmu agama (pendidikan agama) dan ilmu umum (pendidikan sains), banyak tenaga pengajar (guru)
ilmu umum yang tidak memperkenankan muritnya mengkait-kaitkan sains dengan ajaran agama, hal
tersebut terbukti dari tidak diperbolehkannya menulis suatu artikel ilmiah yang bersumber
(berreferensi) dari kitab suci agama.

6. Media Massa

Siapa saja yang mengamati media massa Indonesia akan dengan mudah menyimpulkan bahwa ia
berada dalam genggman sekularisme. Itu ditandai oleh kebebasan yang tanpa batas dalam menyatakan
pendapat. Dengan dalih kebebasan berekspresi atau menyatakan pendapat, semua pemikir-pemikir
sesat seperti JIL, kaum sekuler dan lain-lainnya bebas berbicara apa saja. Dan lebih parah lagi,
sebagian besar yang disesatkan oleh media massa tersebut adalah umat Islam. Tidak jarang kita dapati
di koran-koran nasional kita, tulisan tentang kecaman terhadap penerapan syariat Islam, dukungan
terhadap pornografi dan porno aksi, pengolok-olokan terhadap sebagian hukum Islam dan sebagainya.

Media massa kita tidak mengenal batas-batas syariat, baik dalam pemikiran maupun dalam akhlak.
Tidak sedikit pemikiran-pemikirannya yang menyimpang dari aqidah Islam bahkan telah keluar dari
Islam, nampang di televisi atau muncul di koran-koran dan majalah. Penyimpangan dari sisi akhlak
juga terlihat sangat jelas. Wanita-wanita yang mengumbar aurat semakin membanjiri pertelevisian
dan media massa kita. Bahkan majalah paling porno sedunia telah mengantongi izin terbit dari
pemerintah. Padahal para ulama dan masyarakat telah lantang berteriak menolaknya. Sedang stasiun-
stasiun televisi swasta berlomba-lomba menampilkan para penyanyi wanita dan artis-artis erotis
dalam rangka menyedot iklan dan untungan materi.

7. Memelintir Ayat-ayat Al-Quran

Banyak ayat AlQuran yang dinilai sempit oleh banyak pemikir liberal. Seperti ayat Al-Quran yang
mengatur tentang perkawinan seperti pada QS An-Nisaa : 4 disalah artikan sebagai petunjuk untuk
melakukan poligami. Padahal ayat tersebut merupakan salah satu bukti bahwa islam memuliakan
wanita. Bahwa jika seseorang tidak dapat berperilaku adil pada wanita yang akan dinikahinya
disarankan untuk hanya menikai satu wanita. Kemudian islam sudah dengan jelas memisahkan antara
peran wanita dan pria terutama ketika sudah berumah tangga, namun hal tersebut ditentang oleh kaum
feminisme yang menganggap agama mendiskriminasi kaum wanita sehingga ajaran agama dinilai
tidak adil dan harus dipisahkan dengan kehidupan duniawi agar keadilan dan kesamaan hak antara
pria dan wanita dapat ditegakkan.

8. Hubungan antara Laki-laki dan Perempuan

Hubungan antara laki-laki dan perempuan sebelum menikah (pacaran) saat ini sudah merupakan hal
yang biasa dan lumrah dilakukan. Bahkan mereka hampir menganggap hal itu wajib dilakukan, karena
untuk melihat apakah comfortable atau tidak pasangannya. Mereka sangat khawatir setelah menikah
akan terjadi ketidakcocokan bidang seks diantara mereka. Bahkan setelah menikah mereka masih
saling menanyakan di antara teman mereka apakah mereka cukup puas dalam bidang seks dengan
pasangannya. Mereka tidak memperdulikan sama sekali ajaran agama yang mengharamkan pacaran
apalagi sampai melakukan hubungan seks bebas. Menurut mereka campur tangan ajaran agama hanya
menghalangi mereka untuk mendapatkan pasangan hidup yang comfortable dan juga menghalangi
mereka untuk mendapatkan kesengangan dimasa mudanya. Untuk itu mereka benar-benar tidak
perduli akan ajaran agama dan memisahkannya dengan kehidupan gaul anak muda jaman sekarang
yang menganggap pacaran dan melakukan hubungan seks bebas merupakan suatu hal yang wajar
dilakukan.

Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sekularisme adalah satu paham yang
memisahkan antara urusan agama dan kehidupan dunia seperti politik, pemerintahan, ekonomi,
pendidikan dan sebagainya. Dan paham sekularisme tersebut sudah banyak kita jumpai pada sendi-
sendi kehidupan di Indonesia bahkan tidak menutup kemungkinan sering kita aplikasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar.

Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi
akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan
kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan
kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural
mengandung satu kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan
kesatuan pertahanan dan keamanan. Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan
kondisi geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan
dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan menentukan
bangsa menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan
dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan
semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan
menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa mendatang serta
berbagai potensi bangsa.

Revisi Undang-undang untuk kepentingan golongan atau masyarakat

Afdoli ApMsi 09.49 Koras , Perseorangan , Pilkada

Ketika menjelang Tahun Politik, perubahan peraturan seakan menjadi hal wajib dilakukan. Anda tentu
merasa hal ini merupakan perbaikan menuju perubahan yang lebih baik. Namun terkadang kesan
tersebut menjadi sirna ketika pertimbangan-pertimbangan politik lebih mengemuka. Sehingga tidak
heran memunculkan tanda tanya besar apakah Revisi Undang-undang memang untuk masyarakat atau
hanya untuk memenuhi kepentingan sekelompok golongan masyarakat?

Kita sebut saja Undang-undang Pilpres dan legislatif yang lalu, alasan revisi seakan memunculkan
untuk mengganjal satu pihak dengan pihak lain untuk dapat berkompetisi merebut hati rakyat. Anda
mungkin masih ingat perubahan persyaratan Calon Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana dalam
Undang-Undang Pilpres. Almarhum Gusdur pernah terganjal dengan aturan kesehatan. Demikian juga
Megawati Soekarno Putri menghangatkan revisi Undang-undang terkait dengan persyaratan
pendidikan terakhir calon Presiden.

Pada saat ini pasca pengesahan Perppu No 1 Tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota, revisi undang-undang kembali dilakukan. Menurut catatan Indonesia Baru Afdol terdapat 7
revisi UU pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota yang bakal dilakukan hingga rapat paripurna
tanggal 17 Februari ini.

Namun revisi ini memunculkan tanda Tanya apakah Revisi Undang-undang untuk kepentingan
golongan atau masyarakat. Karena revisi yang dilakukan dapat menjadikan UU Pilkada berpotensi
menghadang atau menghempang calon tertentu untuk dapat bersaing dalam pilkada. Hal ini seperti
rencana menaikkan tingkat pendidikan dan usia minimal bagi calon Gubernur, Bupati dan walikota.
Kita akui hal ini dapat berimplikasi baik, namun perlu dipertimbangkan juga bagi kandidat bakal
calon yang telah jauh-jauh hari mempersiapkan diri.
Disamping itu revisi uu pilkada juga dapat berupa ketidakadilan dan diskriminasi dalam Perppu No 1
Tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota karena pasal-pasal UU yang tidak adil
justeru tidak mendapatkan bahasan. Hal ini tentu semakin memperlihatkan bahwa aturan yang dibuat
hanya berpihak pada salah satu kelompok. Dan bahkan peraturan yang ada justeru berpotensi
menekan pada kelompok tertentu. Jauh dari asas materi muatan Peraturan Perundang-
undangan sebagaimana amanat UU No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan

Sumber : http://den.ayobai.org/2015/02/revisi-uu-kepentingan-masyarakat-
golongan.html#ixzz4u11kmtHr

You might also like