Professional Documents
Culture Documents
Watson dkk (1987), menyatakan bahwa jika sebuah sel Hfr berdekatan dengan sebuah
-
sel (F ), terjadilah replikasi DNA yang terinduksi oleh konjugasi; dan karena ujung pengarah
faktor F berdekatan dengan kromosom utama, akan terjado juga transfer materi genetik
kromosom utama (Gambar. 1.4)
EKSPRESI KELAMIN PADA MAKHLUK HIDUP EUKARIOTIK
Ekspresi Kelamin Pada Tumbuhan Eukariotik
Chlamydomonas
Sel-sel Chlamydomonas biasanya haploid, dan dapat bereproduksi secara vegetatif
dengan pembelahan. Pada beberapa jenis, tiap sel berpotensi menjadi gamet; dan reproduksi
seksual terjadi di kala sel-sel motil yang berkelamin berlawanan saling bersatumembentuk
zigot yang diploid. Segera setelah terbentuknya zigot, terjadilah meiosis yang menghasilkan 4
sel haploid. Keempat sel haploid itu dapat bereproduksi secara vegetatif, menghasilkan lebih
banyak lagi sel Chlamydomonas.
Adrian dan Owen (1960), melaporkan bahwa beberapa fungsi pada perkelaminan
Chlamydomonas bersangkut paut dengan kerja senyawa-senyawa tertentu serupa hormon.
Setiap senyawa dibentuk dibawah kendali suatu gen tertentu. Fungsinya antara lain seperti: (1)
Pertumbuhan flagel (2) Konjugasi gamet (3) Penentuan jenis kelamin (4) Faktor kemandulan
dan (5) Prekursor dari senyawa-senyawa penyebab kemandulan.
Stansfield (1983) menyatakan bahwa secara genetik ada 2 kelamin (mating type) pada
Chlamydomonas, yaitu tipe (+) dan tipe (-) yang tidak dapt dibedakan secara morfologi. Pada
Adrian dan Owen (1960) jenis kelamin pada Chlamydomonas dinyatakan sebagai sifat jantan
dan betina, dan perkelaminan tersebut bersifat relatif. Disebutkan pula sifat jantan maupun
betina, terbagi menjadi lima tingkat (valensi) yang berkisar dari yang kuat sampai yang lemah.
Satu individu jantan dari tingkat apapun dapat berkonjugasi dengan betina dari tiap tingkat;
bahkan individu jantan tertentu dapat juga berkonjugasi dengan jantan lainnya jika jarak
tingkatannya cukup jauh (demikian pula pada yang betina). Dalalm hubungannya Stansfield
(1983) menyatakan bahwa individu-individu haploid yang memiliki alela kelamin (mating
type) yang sama biasanya tidak dapat bergabung satu sama lain membentuk zigot; sel-sel
haploid yang memiliki konstitusi alela yang berlawanan (komplementer) dapat bergabung
Saccharomyces dan Neurospora
Kelamin pada S. cerevisiae dan N. crassa bersifat monogenik atau berada dibawah
kontrol satu gen. Pada S. cerevisiae dibedakan menjadi kelamin (+) dan (-) begitu pula pada N.
crassa dibedakan menjadi kelamin (+) dan (-) yang secara morfologis todak dapat dibedakan .
Watson dkk. (1987), membedakan kelamin pada S. cerevisiae sebagai kelamin a
(dispesifikasi oleh alela MAT a ) dan (dispesifikasi oleh alela MAT ). Kelamin-kelamin itu
termanifestasi bila mana salah satu alela tersebut menempati lokus MAT (pada kromosom 3).
Kelas Jamur Basidiomycetes
Sekitar 90% spesies jamur dalam kelas Basidiomycetes tergolong heterotalik. Pada
sekitar 37% spesies heterotalik tersebut (bipolar) kompabilitas kelamin dipengaruhi oleh 1
pasang faktor Aa yang berperilaku seperti halnya pada Mucorales heterotalik atau semacam
Ascomycetes seperti Neurospora sitophila (saat ini dikenal sebagai N. crassa). Informasi lain
dari raper (1953-1960) dalam Alexopoulus (1962), menyebutkan adanya benyak alela ganda
untuk setiap kelamin (mating type). Alela ganda itu ditemukan pada beberapa gen yang
berdekatan letaknya, yang secara bersama menentukan kelamin (mating type) pada tiap lokus.
Lumut Hati
Pada 1919 perangkat kromosom lumut hati Sphaerocarpos dilaporkan terdiri dari 7
pasangan yang masing-masing kromosomnya setangkup, serta sepasang (pasangan ke 8) yang
tidak setangkup; pada pasangan ke 8 ini, salah satu kromosom lebih besar dari pada yang
lainnya yang disebut sebagai kromosom X, sedangkan kromosom yang lebih kecil disebut
kromosom Y.
Disaat meiosis, kromosom X dan Y memisah ke empat meiospora yang dihasilkan pada
tiap meiocyte, dua diantaranya menerima kromosom Y. Meiospora yang mengandung
kromosom berkembang menjadi gametofit betina; sedangkan yang mengandung kromosom Y
berkembang menjadi gametofit jantan; Genotip sporofit adalah XY.
Tumbuhan Berumah Satu dan Berumah Dua
Sebagian besar spermatophyta diketahui sebagian besar diantaranya merupakan
tumbuhan berumah satu (monocius). bunga jantan maupun bunga betina berada bersama-
sama pada satu individu, tanpa memperhatikan apakah keduanya terletak pada kuntum yang
sama atau tidak (sel kelamin jantan dan sek kelamin betina dihasilkan oleh 1 individu). Pada
hewan biasanya disebut hemaprodit.
Terdapat kasus tentang perubahan sifat, dari yang berumah satu menjadi yang berumah
dua. Contoh pada jagung gen mutan ba (barren stalk) dan ts (tassel seed). Apabila dalam
keadaan homozigot baba, tanaman jagung akan berbunga jantan, dan ketika keadaan
homozigot tsts tanaman jagung hanya akan berbunga betina. Dalam hal ini terlihat bahwa
kelainan pada jagung, dikendalikan oleh 2 gen pada lokus yang berlainan.
Pada contoh berumah dua yang sudah umum dikanal bunga jantan dan betinna
berada pada individu yang berlainan keadaannya tidak jauh berbeda. Biasanya keaadan
berumah dua itu secara genetik dikendalikan oleh gen pada satu lokus saja. Pada Ecballium
elaterium jenis kelamin ditentukan oleh kombinasi pasangan dari tiga alela aD, a+, dan ad.
Dikatakan bahwa aD dominan terhadap a+ maupun ad. Pada kombinasi pasangan aD aD , aD a+
, aD ad, individu yang bersangkutan berkelamin jantan. Pada kombinasi pasangan a+ a+ dan a+
ad individu itu tergolong berumah satu; sedangkan pada kombinasi pasangan ad ad, individu itu
berkelamin betina. Dapat disimpulkan Ecballium elaterium dapat merupakan tumbuhan
berumah satu, tetapi dapat pula berumah dua; jelas terlihat bahwa jenis kelamin pada Ecballium
elaterium ditentukan hanya oleh gen pada satu lokus.
Marga Melandrium
Melandrium (nama baru. Lychnis) anggota suku Caryophyllaceae adalah contoh
tumbuhan lain yang jenis kelaminnya juga bersangkut-paut dengan adanya kromosom kelamin.
Melandrium tergolong marga tumbuhan berumah dua, ditemukan adanya kromosom kelamin
X dan Y. Kromosom Y pada marga Melandrium secara fisik lebih besar dari pada kromosom
X; bahkan dikatakan bahwa kromosom Y sudah diketahui pasti sebagai pembawa faktor jantan.
Berkenaan dengan ekspresi kelamin pada Melandrium yang terkait dengan
perimbangan antar gen. Dinyatakan bahwa perimbangan X/A tidak ada kaitannya dengan
kelamin; sedangkan melalui penelitian yang melibatkan banyak kromosom diketahui bahwa
perimbangan X/Y adalah yang paling berkaitan dengan kelamin. Dalam hal ini rasio X/Y
sebesar 0,5 dan 1.0 maupun 1,5 memunculkan tumbuhan yang hanya memili stamen (bunga
jantan); sedangkan pada rasio X/Y sebesar 2 dan 3 terkadang bunga sempurna terbentuk
diantara semua bunga lainnya yang berstamen. Dinyatakan pula bahwa pada tumbuhan yang
mempunyai 4 perangkat autosom dan 4 kromosom X serta 1 kromosom Y, ditemukan juga
bunga sempurna, sekalipun kadang-kadang ada juga yang bestamen. Rincian selengkapnya
tentang perimbangan X/Y pada Melandrium serta fenotip kelaminnya seperti yang telah
disebutkan, ditunjukkan pada tabel.