Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua
organisme atau toksin yang cenderung masuk ke jaringan dan organ. Kemampuan
ini dinamakan imunitas (imun) yang khusus untuk membentuk antibodi serta
limfosit untuk menyerang dan menghancurkan mikroorganisme spesifik atau
toksin. Ketika benda asing masuk ke dalam tubuh, segera dihasilkan zat yang
akan bereaksi dan membuat substansi tersebut tidak berbahaya. Protein asing
disebut antigen dan substansi yang dihasilkan untuk berespon terhadap antigen
disebut antibodi. Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing maka
ada 2 jenis respon imun yang mungkin terjadi yaitu respon imun spesifik dan non-
spesifik.
Semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan
tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas mengacu pada kemampuan tubuh
menahan atau mengeleminasi benda asing atau sel abnormal yang potensial
berbahaya. Aktivitas yang berkaitan dengan sistem pertahanan imun, yang
berperan penting dalam mengenali dan menghancurkan atau menetralisasi benda-
benda di dalam tubuh yang diangggap asing oleh tubuh normal.
Pengaruh yang tidak menguntungkan dari proses imun menjadi dasar bagi
banyak penyakit pada manusia dan dapat mengganggu fungsi setiap sistem organ
yang penting. Selain itu, perubahan karakteristik pada reaktan imun yang
memberikan kunci diagnostic penting menyertai banyak keadaan sebagai akibat
atau peristiwa yang parallel. Antibody normal dan respons yang diperantarai sel
terdiri dari serangkaian langkah, yang masing-masing diatur oleh kelompok-
kelompok sel tertentu. Gangguan pada proses pengawasan ini dapat menyebabkan
reaksi imun yang berlebihan atau reaksi imun yang tidak semestinya. Keadaan
yang lebih jarang, akan terjadi penyakit apabila mekanisme hipersensitivitas tipe
cepat dan lambat yang dalam keadaan normal bersifat melindungi, terganggu atau
1
gagal berkembang secara normal. Berbagai keadaan imunologik dapat dipandang
sebagai satu keseimbangan antara pengaruh patogenik dari agen asing suatu
penyakit yang berpotensi membahayakan (misalnya, mikroorganisme) dan
respons pertahanan tubuh, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan atau
gangguan fungsi pada jaringan sekitarnya.
2
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi dari sistem imun
tubuh.
1.4.4 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami klasifikasi dari sistem
imun tubuh pada manusia.
1.4.5 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami nfaktor-faktor yang
berpengaruh pada sistem imun pada tubuh manusia.
1.4.6 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami gangguan apa sajakah
yang dapat mengenai system imun tubuh manusia.
1.4.7 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara mempertahankan
system imun tubuh manusia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam
tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan
di dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan
menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat sangat diperlukan bagi tubuh kita.
Sistem imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas :
a. Pertahanan lini pertama tubuh, merupakan bagian yang dapat dilihat oleh tubuh
dan berada pada permukaan tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air liur, bulu hidung,
keringat, cairan mukosa, rambut.
b. Pertahanan lini kedua tubuh, merupakan bagian yang tidak dapat dilihat seperti
timus, limpa, sistem limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/ leukosit, antibodi, dan
hormon.
Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan masuknya virus,
bakteri, jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki tubuh melalui kulit, hidung,
mulut, atau bagian tubuh lain. Sistem imun kita tersebar di seluruh tubuh dan tidak
berada di bawah perintah otak, tetapi bekerja melalui rangkaian informasi pada tiap
bagian dari sistem imun. Jumlah sel-sel imun lebih banyak 10 kali lipat dari sistem
saraf dan mengeluarkan empat puluh agen imun yang berbeda-beda untuk melindungi
tubuh dari penyakit. Sistem pertahanan tubuh pada manusia atau lebih kita kenal
sebagai sistem imun sering diartikan sebagai suatu efektor dalam menghalau musuh
yang terdiri atas zat asing yang akan memasuki tubuh. Istilah Imun berasal dari
suatu istilah pada era Romawi yang berarti suatu keadaan bebas hutang. Dengan
demikian, sistem imun lebih tepat diartikan sebagai suatu sistem yang menjamin
terjalinnya komunikasi antara manusia dan lingkungan yaitu media hidupnya secara
setara dan tidak saling merugikan.
5
2.3 Fungsi Sistem Imun
Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai berikut.
6
b. Memikro organismeri dan amplifikasi, mengingat kembali kontak
sebelumnya
c. Pengenalan bagian diri, membedakan agen asing dan sel tubuh sendiri
7
Respon imun spesifik
Spesifik
Limfosit B Limfosit T
Sel B Sel T
Imunoglobulin G, A, M, E, D
2) Imunoglobulin A
Terdapat dalam darah dan cairan jaringan 15% dalam serum, keringat, saliva,
air mata, pernapasan, genitourinaria dan sekresi usus serta air susu ibu.
Dihasilkan dalam dinding usus halus.
3) Imunoglobulin M
8
Pertahanan garis pertama terhadap mikro organisme yang bersirkulasi dan
berusaha bermultifikasi dalam darah.
4) Imunoglobulin D
Fungsi belum jelas, terdapat dalam darah dan limfe relatif sedikit. Daya kerja
memicu respon imun.
5) Imunoglobulin E terdapat dalam darah sangat rendah
Daya kerja bertanggung jawab terhadap asma ekstrinsik dan rinitis alergika
yang terjadi karena allergen.
Jenis Imunitas
Jenis Komunitas
buatan
alami
Hepatatitis, 9
Seumur hidup
(campak, Gonore,
cacar) pneumoni)
Mekanisme pertahanan tubuh
Agen Asing
Mekanisme
Pertahanan
Tubuh
Non Spesifik Spesifik
Kulit
Imunitas humoral Imunitas seluler
Asam Laktat
Cilia
Anti Bodi Limfosit
Lizozim
Fisik
Sel B Sel T
Mukus
Proses Inflamasi
Interfero
Bersin
Bilasan Saliva
HCL lambung
Kimiawi
B. PERTAHANAN TUBUH NON SPESIFIK
Dikatakan tidak spesifik karena berlaku untuk semua organisme dan memberikan
perlindungan umum terhadap berbagai jenis agen. secara umum pertahanan tubuh non
spesifik ini terbagi menjadi pertahanan fisik, mekanik, dan kimiawi
1. Pertahanan fisik
pertahanan tubuh non spesifik dengan pertahanan fisik dalam tubuh manusia
antara lain adalah
a. Kulit
Kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena
sifatnya yang permeabel terhadap infeksi berbagai organisme.
b. Asam laktat
dalam keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan pH kulit tetap
rendah, sehingga sebagian besar mikroorganisme tidak mampu bertahan
hidup dalam kondisi ini.
c. Cillia
Mikroorganisme yang masuk saluran nafas diangkut keluar oleh gerakan
cillia yang melekat pada sel epitel.
d. Mukus
Membran mukosa mensekresi mukus untuk menjebak mikroba dan
partikel asing lainnya serta menutup masuk jalurnya bakteri atau virus.
e. Granulosit
Granulosit mengenali organisme sebagai musuh dan menelan serta
menghancurkan mereka.
f. Proses inflamasi
Invasi jaringan oleh mikroorganisme merangsang respon inflamasi pada
tubuh dengan tanda inflamasi sebagai berikut :
Kemerahan
Panas
Pembengkakan
Nyeri
11
Hilangnya fungsi
Granulosit dan Mikro organismenosit keluar
- Aliran darah
Fasodilatasi - Kemerahan
- Nyeri
berdenyut
- Panas
- Marginasi
Kemotasis
- Diapedesis
Pemuihan
12
Serotonin dari trombosit
Prostaglandin, Leukotrien, Tromboksan ( derivat asam arakidonat)
Kinin ( Protein plasma teraktivasi )
Dari produksi faktor kimia ini, kemudian timbul vasodilatasi diameter
pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran darah dan menyebabkan
kemerahan, nyeri berdenyut dan panas.
Peningkatan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan
pembengkakan atau edema.
Pembatasan area cedera dengan cara lepasnya fibrinogen menjadi
fibrin.
Tahap selanjutnya adalah ke mikro organisme ( gerakan fagosit ke
area cedera ) terjadi dalam 1 jam setelah permulaan proses
inflamasi ( marginasi atau perekatan) dan diapedesis ( migrasi
fagosit ) oleh neutrofil dan mikro organismenosit.
Neutrofil dan makrofag terurai secara enzimatik dan mati setelah
menelan mikro organisme.
Leukosit mati, sel jaringan mati dan berbagai cairan tubuh
membentuk pus dan terus terbentuk sampai infeksi teratasi.
Pus bergerak ke permukaan tubuh untuk diuraikan dan
dihancurkan dan diabsorbsi oleh tubuh.
Jika respon inflamasi tidak bisa mengatasi cedera maka akan
terjadi abses / granuloma
Abses adalah kantong pus terbatas yang dikelilingi oleh jaringan
terinflamasi ( abses ini biasanya tidak terurai secara spontan
sehingga harus dikeluarkan ).
Granuloma biasanya terjadi akibat proses inflamasi kronik dalam
merespon iritasi berulang. Granuloma ini merupakan akumulasi
sel-sel fagosit dan mikro organisme yang dikelilingi kapsul firosa.
13
Pemulihan merupakan regenerasi jaringan atau pembentukan
jaringan parut dan sel jaringan yang sehat akan membelah secara
mitosis.
Bagan efek sistemik inflamasi
Inflamasi
Bakteri Leukosit
Pirogen Pirogen
eksogen endogen
Kompensasi tubuh
14
- Sistem komplemen, adalah sekelompok protein plasma inaktif yang
bersikulasi dalam darah. Fungsi untuk menyerang dan menghancurkan mikro
organisme penyusup.
2. Pertahanan mekanik
Pertahanan tubuh non spesifik denan cara pertahanan mekanik antara lain
adalah :
a. Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing ( bakteri, virus, benda dan
lain-lain yang masuk hidung ) reaksi tubuh untuk mengeluarkan dengan
bersin.
b. Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata berlebih untuk
mengeluarkan benda tersebut.
c. Bilasa saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva berlebih untuk
menetralkan.
d. Urine dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera
mengeluarkannya.
3. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi anatara lain adalah :
a. Enzim dan asam dan cairan dalam pencernaan berfungsi sebagai
pelindung bagi tubuh.
b. HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
c. Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
d. Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
15
2. Respon vaskuler yang diinduksi 2. Proliferasi dan diferensiasi klon sel
oleh histamin untuk meningkatkan B menjadi sel plasma dan sel
aliran darah ke tempat pengikat. Sekresi antibodi oleh sel
peradangan, sehingga lebih plasma yang mengikat bakteri secara
banyak sel efektor imun dan spesisfik.
protein plasma.
3. Pengepungan tempat peradangan 3. Penguatan oleh interkulin yang
oleh bekuan fibrin. dikeluarkan oleh makrofag.
4. Emigrasi neutrofil 4. Penguatan oleh sel T penolong
anmonosit/makrofag ke tempat yang telah diaktifkan oleh antigen
peradangan untuk mencaplok dan bakteri yang sama yang telah diolah
menghancurkan benda asing dan dan disajikan oleh makrofag.
untuk membersihkan debris sel.
5. Sekresi zat perantara kimiawi oleh 5. Pengikat antibodi dengan bakteri
sel fagositik yang meningkatkan dan penguatan mekanisme
respons imun nonspesifik dan nonspesifik yang menyebabkan
spesifik serta mencetuskan gejala distruksi bakteri yang bersangkutan.
lokal dan sistemik yang terkait - Bakteri sebagai opsonin untuk
dengan infeksi. meningkatkan aktivitas fagosit.
- Pengaktifan sistem komplemen
-Stimulasi sel pembunuh, yang secara
langsung melisiskan bakteri.
Pengaktifan non-spesifik sistem
komplemen
6. Pembentukan tonjolan membran 6. Persistensi sel pengikat yang
attack complex yang mampu berespon secara lebih cepat
menimbulkan lubang di dinding dan kuat jika bakteri yang sama
bakteri mengalami lisis. Pengikat kembali masuk.
berbagai tahanan peradangan
16
2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sistem Imun
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi sistem imun pada tubuh
manusia, diantaranya sebagai berikut.
1) Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi meningkat pada usia lanjut, juga
terjadi penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap
mikroorganisme yang menginvasi. Terganggunya fungsi limfosit T dan B
menurunkan fungsi sistem organ yang berkaitan seperti lambung, sel kemih,
jaringan paru, penipisan kulit, neuropati perifer, dan penurunan sensibilitas
sirkulasi.
2) Gender (jenis kelamin)
a. Estrogen memodulasi aktivitas limfosit T (sel supresor)
b. Androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interkulin 2 dan
aktivitas sel sukresor
c. Estrogen cenderung menggalakkan imunitas sedangkan androgen bersifat
imunosupresif
3) Nutrisi:
a. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh insufisiensi protein kalori
terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA
dan protein.
b. Vitamin akan membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel
imun.
c. Kelebihan atau kekurangan unsure-unsur renik (tembaga, besi, mangan,
selenium, zink) akan memengaruhi fungsi imun.
4) Faktor psikoneuroimunologi
a. Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter dan hormon-hormon endokrin.
b. Proses imun dapat memengaruhi fungsi neural dan endokrin termasuk
perilaku.
17
5) Kelainan organ lain
Keadaan seperti luka bakar atau bentuk cedera lain (infeksi dan kanker) turut
mengubah fungsi sistem imun. Hilangnya serum dalam jumlah besar akan
menimbulkan deplesi (kehilangan) protein tubuh yang esensial, termasuk
immunoglobulin stressor fisiologis dan psikologis, disertai stress karena pembedahan
atau cedera akan menstimulasi (mendorong) pelepasan kortisol dari korteks adrenal
turut menyebabkan supresi respons imun yang normal.
Abnormalitas fungsi sistem imun menyebabkan timbulnya penyakit imun melalui
dua cara yaitu penyakit defisiensi dan serangan imun yang tidak sesuai. Penyakit
defisiensi terjadi apabila sistem imun gagal berespons secara adekuat terhadap invasi
(serangan) benda asing. Keadaan ini dapat bersifat congenital (sejak lahir) atau non-
herediter. Penderita tahanan yang sangat terbatas terhadap organisme patogen dan
meninggal semasa bayi kecuali pasien hidup dalam lingkungan yang bebas kuman.
Penyakit defisiensi imun yang paling baru dan tragisnya paling sering dijumpai
adalah AIDS yang disebabkan oleh virus HIV yang menyerang dan melumpuhkan sel
T helper. Serangan imun spesifik yang tidak sesuai dan menimbulkan reaksi yang
merugikan tubuh mencakup:
1. Respons autoimun, yaitu sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri.
2. Penyakit kompleks imun. Respon antibodi yang berlebihan dan merusak
jaringan normal.
3. Alergi. Akuisisi (pemindahan) reaktivitas imun spesifik yang tidak sesuai atau
hipersensitivitas terhadap bahan lingkungan yang dalam keadaan normal tidak
berbahaya (mis; debu, serbuk sari).
18
Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang
kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang
pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE yang
terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam
tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan dengan
mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam proses
inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti
bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala
alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.
b) Autoimunitas
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi
yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu
membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh
gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan
beberapa kelainan, yaitu :
1. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di
pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh
kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.
2. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga
otot lurik mengalami kerusakan.
3. Addisons disease
Addisons disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal.
Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadargula darah menurun, mudah lelah,
dan pigmentasi kulit meningkat.
4. Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada
penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :
19
Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang
menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang
dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya
telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel
fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan
oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin
bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam
jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
5. Radang sendi (artritis reumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan
dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan
ditandai dengan radang pada membransinovial dan struktur sendi, atrofi otot, serta
penipisan tulang.
c) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai
penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T
pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T
lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan
berbagai kuman penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut
terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein
pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu.
Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai
memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi
secara eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada
penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini
20
menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan
tampak sehat,tetapi dapat menularkan virus HIV.Penderita AIDS adalah
penderitaHIV positif yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang
dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif
lama,yaitu antara 5-10 tahun.Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur
hidupnya tidak menjadi penderita AIDS.Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam
tubuh membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita.
Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan
menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS
atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
Gangguan pada sistem saraf
Penurunan libido
Sakit kepala
Demam
Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
Diare
Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh
Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
Terjadi penurunan berat badan secara drastis
Cara penularan virus HIV/AIDS :
Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu
penderita HIV/AIDS
Cara mencegah penularan HIV/AIDS :
Menghindari hubungan seks di luar nikah
21
Memakai jarum suntik yang steril
Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS
22
3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan
Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme
sistem imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan
menghasilkan hormon kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif
bagi sistem kekebalan tubuh kita.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Imunologi berasal dari gabungan dua kata, yaitu immunis (berarti bebas dari
beban) dan logos (berarti ilmu). Secara sederhana, imunologi didefinisikan sebagai
suatu mekanisme perthanan yang dapat dimobilisasi tubuh untuk memerangi
ancaman invasi asing. Asal mula istilah imunologi berawal dari sebuah serangan
wabah cacar di China pada abad XI. Masyarakat di China pada saat itu mencegah
penyakit cacar dengan pengisapan kerak cacar. Sistem kekebalan atau sistem imun
adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan
organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Klasifikasi sistem imun
pada manusia secara garis besar dapat dibagi menjadi 32 jebis yaitu: sistem imun
spesifik dan non spesifik. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi sistem kekebalan
tubuh manusia; Usia, Gender (jenis kelamin), Nutrisi, Faktor psikoneuroimunologi,
dan Kelainan organ lain. Gangguan pada sistem imunitas secara garis besar dapat
dibagi menjadi 3 jenis: alergi, autoimunitas dan AIDS. Cara mempertahankan sistem
imun meliputi nutrisi yang sempurna, olahraga yang sesuai, senantiasa gembira dan
bijak menangani tekanan.
3.2 Saran
Melalui penulisan makalah ini penulis menyarankan kepada para pembaca agar
dapat memahami materi sistem imun pada tubuh manusia secara lebih mendalam dan
spesifik, karena hal ini akan sangat membantu sebagai bahan panduan dalam
penerapan teori dan aplikasi pelayanan kesehatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25