Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Pembimbing :
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
b. Enflurane
Anestesi inhalasi kuat yang digunakan pada berbagai jenis
pembedahan, juga sebagai analgetikum pada persalinan. Memiliki
daya relaksasi otot dan analgetik yang baik, melemaskan otot
uterus. Tidak begitu menekan SSP. Resorpsinya setelah inhalasi,
cepat dengan waktu induksi 2-3 menit. Sebagian besar
diekskresikan melalui paru-paru dalam keadaan utuh, dan sisanya
diubah menjadi ion fluoride bebas.
Pada system kardiovaskuler, Enflurane menimbulkan depresi
kontraktilitas miokard, disritmia dan hipotensi akibat turunnya
7
c. Isoflurane
Bau tidak enak. Termasuk anestesi inhalasi kuat dengan sifat
analgetik dan relaksasi otot baik. Daya kerja dan penekanannya
terhadap SSP = Enflurane. Efek samping: hipotensi, aritmia,
menggigil, konstriksi bronkhi, meningkatnya jumlah leukosit. Pasca
bedah dapat timbul mual, muntah, dan keadaan tegang. Sediaan :
Isoflurane 3-3,5% dlm O2; + NO2-O2 = induksi; maintenance :
1%-2,5%. MAC : 1,2.
Pada system kardiovaskuler, Isoflurane menimbulkan depresi
ringan pada jantung, curah jantung dipertahankan dengan
meningkatnya frekuensi jantung. Isoflurane dapat meningkatkan
aliran darah pada otot rangka, menurunkan tahanan vaskuler
sistemik, dan menurunnya tekanan darah. Isoflurane dapat
menyebabkan iskemik miocard karena dilatasi arteri coroner normal
yang menyebabkan aliran darah mengalir ke a. coronaria dan
menjauh dari a. coronaria yang mengalami stenosis.
Pada ginjal Isoflurane dapat menurunkan GFR dan produksi
urin.
d. Desflurane
Desflurane merupakan senyawa yang sangat stabil, jernih, tidak
berwarna, berbau tajam, tidak mudah terbakar. Desflurane sangat
mudah menguap dibandingkan anestesi volatil lain, sehingga perlu
8
e. Sevoflurane
Merupakan halogenasi eter, cairan jernih, tidak berwarna,
berbau enak, dan tidak iritatif. . Induksi dan pulih dari anestesi lebih
cepat dibandingkan dengan Isoflurane. Baunya tidak menyengat
dan tidak merangsang jalan napas.
Pada kardiovaskuler menimbulkan depresi ringan kontraksi
miokardium, penurunan tekanan vaskuler sistemi.. Sevoflurane
dapat memperpanjang interval QT. Efek terhadap sistem saraf pusat
seperti Isoflurane dan belum ada laporan toksik terhadap hepar.
Setelah pemberian dihentikan Sevoflurane cepat dikeluarkan oleh
badan. MAC : 2,0
2. Anestesi intravena
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol
mempunyai mula kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan
terhadap senyawa gas inhalasi yang terbaru, misalnya Desflurane
10
b. Ketamin
Sifat analgetik, anestetik, kataleptik dengan kerja singkat.
Analgetik kuat untuk sistem somatik, lemah untuk sistem visceral.
Ketamin sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi,
nyeri kepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual-muntah,
pandangan kabur, dan mimpi buruk.. Kalau harus diberikan
sebaiknya sebelumnya diberikan sedasi midazolam dengan dosis
0.1 mg/kg intravena dan untuk mengurangi salivasi diberikan sulfas
atropin 0.001 mg/kg. Dosis bolus untuk induksi intravena adalah 1-
2 mg/kg dan untuk intramuskular 3-10 mg.
11
d. Propofol
Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih
susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg).
Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa
detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena..
Dosis bolus untuk induksi 2-2.5 mg/kg, dosis rumatan untuk
anestesi intravena total 4- 12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk
perawatan intensif 0.2 mg/kg. . Pengenceran propofol hanya boleh
dengan dekstrosa 5%. Pada manula dosis harus dikurangi, pada
anak <3 tahun dan pada wanita hamil tidak dianjurkan.
e. Ketorolac
Tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi. Terapi Ketorolac
tromethamine baik secara injeksi ataupun tablet hanya diberikan
selama 5 hari untuk mencegah ulcerasi peptic dan nyeri abdomen.
Efek analgetik selama 4-6 jam setelah injeksi.
Injeksi intramuscular :
Pasien dengan umur <65 tahun diberikan dosis 60 mg
Ketorolac/dosis.
12
Angka
Klasifikasi
Deskripsi Pasien Kematian
ASA
(%)
Kelas I Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun 0,06- 0,08
sistemik selain penyakit yang akan dioperasi
Kelas II Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan 0,27-0.4
sampai dengan sedang selain penyakit yang
akan dioperasi
Kelas III Pasien yang memiliki kelainan sistemik berat 1,8-4,3
selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi
belum mengancam jiwa.
Kelas IV Pasien yang memiliki kelainan sistemik berat 7,8-23
yang mengancam jiwa selain penyakit yang
akan dioperasi.
Kelas V Pasien dalam kondisi sangat jelek dimana 9,4- 51
tindakan anestesi mungkin saja dapat
menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh
lebih besar.
Kelas VI Pasien yang telah dinyatakan telah mati
otaknya yang mana organnya akan diangkat
untuk kemudian diberikan sebagai organ donor
bagi yang membutuhkan.
2.3 Premedikasi1
Maksud dan tujuan dari premedikasi yang terpenting adalah :
5. Menimbulkan amnesia
6. Mengurangi volume dan meningkatkan keasaman isi lambung
Contoh: Ranitidin 150 mg oral
Omeprazol 40 mg oral
7. Menghindari terjadinya vagal reflex
8. Membatasi respons simpatoadrenal
2 .Glikopirolat
Merupakan senyawa garam amonium kwartener dengan
khasiat anti kholinergik yang kuat dan panjang efek sampingnya
tidak begitu kuat dibanding dengan sulfas atropin. Glikopirolat
15
1. Diazepam
Merupakan obat golongan sedatif yang banyak digunakan
sebagai premedikasi untuk anak, karena berkhasiat menenangkan
pada sekitar 80% kasus tanpa mendepresi nafas dan sedikit sekali
menimbulkan muntah.
2. Midazolam
Termasuk golongan benzodiazepin yang mudah larut dalam
air dengan waktu kerja sangat cepat dan lama kerja yang tidak
terlalu lama Dapat diberikan secara parenteral dan oral. Dosis :
IM : 0,05 mg per kg BB Per oral : 7,5 15 mg, Per rectal : 0,35
0.45 mg per kg BB.
3. Promethazine (Phenergan)
Termasuk golongan antihistamin yang mempunyai efek
sedasi cukup baik, dapat diberikan secara peroral dengan dosis
1mg per kg BB. Dosis maksimal 30 mg.
4. Trimeprazine (Valergan)
Telah digunakan untuk premedkasi pada anak sejak tahun
1959, dalam bentuk larutan dengan dosis 2 4 mg per kg BB per
oral 2 jam sebelum induksi. Dengan dosis ini cukup efektif untuk
anak usia 2 10 tahun. Kerugian dari obat ini menimbulkan
takikardia post operatif, tetapi keuntungannya selain
menimbulkan sedasi , juga bersifat anti emetik.
16
5. Barbiturat
Terdapat dua sediaan yang sering digunakan untuk
premedikasi yaitu Pentobarbitone (Nembutal) dan Quinal
Barbitone (Seconal) diberikan secara oral 1 jam pra bedah
dengan dosis 2 5 mg per kg BB. Obat ini tidak pernah diberikan
pada bayi dibawah usia 6 bulan karena metabolismenya lama dan
juga tidak dianjurkan untuk diberikan secara intramuskular karena
akan menimbulkan rasa sakit , nekrosis dan abses.
Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui mulut atau
hidung. Intubasi terbagi menjadi 2 yaitu intubasi orotrakeal (endotrakeal) dan intubasi
nasotrakeal. Intubasi endotrakeal adalah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam
trakea melalui rima glottidis dengan mengembangkan cuff, sehingga ujung distalnya
berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea. Intubasi
nasotrakeal yaitu tindakan memasukan pipa nasal melalui nasal dan nasopharing ke
dalam oropharing sebelum laryngoskopi.
17
NTT yang telah dilubrikasi dengan jelly yang larut dalam air,
dimasukkan ke dasar hidung, dibawah turbin inferior. Bevel NTT berada disisi
lateral jauh dari turbin. Untuk memastikan pipa lewat di dasar rongga hidung,
ujung proksimal dari NTT harus ditarik ke arah kepala. Pipa secara berangsur-
angsur dimasukan hingga ujungnya terlihat di orofaring. Umumnya ujung distal
dari NTT dapat dimasukan pada trachea tanpa kesulitan. Jika ditemukan kesulitan
dapat diguankan forcep Magil. Penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati
agar tidak merusakkan balon. Memasukkan NTT melalaui hidung berbahaya
pada pasien dengan trauma wajah yang berat disebabkan adanya resiko masuk ke
intrakranial.
jaringan lunak yang menutupi jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud
dengan jaringan keras wajah adalah tulang kepala yang terdiri dari 7 :
1. Tulang hidung
2. Tulang arkus zigomatikus
3. Tulang mandibula
4. Tulang maksila
5. Tulang rongga mata
6. Gigi
7. Tulang alveolus.2,3
Gambar 4. (A) Laserasi yang menyilang garis Langer tidak menguntungkan mengakibatkan
penyembuhan yang secara kosmetik jelek. B. Insisi fasial ditempatkan sejajar dengan garis Langer
(Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut (Oral surgery). Alih bahasa Purwanto, Basoeseno.
Jakarta:EGC, 1987:226).
fraktur yaitu keadaan retak tulang, terutama pada anak dan jarang
terjadi.
2. Fraktur kompoun
Fraktur lebih luas dan terbuka atau berhubungan dengan jaringan lunak
Biasanya pada fraktur korpus mandibula yang mendukung gigi, dan
hampir selalu tipe fraktur kompoun meluas dari membran periodontal ke
rongga mulut, bahkan beberapa luka yang parah dapat meluas dengan
sobekan pada kulit.
3. Fraktur komunisi
Benturan langsung terhadap mandibula dengan objek yang tajam seperti
peluru yang mengakibatkan tulang menjadi bagian bagian yang kecil
atau remuk.
Bisa terbatas atau meluas, jadi sifatnya juga seperti fraktur kompoun
dengan kerusakan tulang dan jaringan lunak.
4. Fraktur patologis
keadaan tulang yang lemah oleh karena adanya penyakit penyakit tulang,
seperti Osteomyelitis, tumor ganas, kista yang besar dan penyakit tulang
sistemis sehingga dapat menyebabkan fraktur spontan.
II. Perluasan tulang yang terlibat
1. Komplit, fraktur mencakup seluruh tulang.
2. Tidak komplit, seperti pada greenstik, hair line, dan kropresi ( lekuk )
III. Konfigurasi ( garis fraktur )
1. Tranversal, bisa horizontal atau vertikal.
2. Oblique ( miring )
3. Spiral (berputar)
4. Komunisi (remuk)
IV. Hubungan antar Fragmen
1. Displacement, disini fragmen fraktur terjadi perpindahan tempat
25
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. FAA
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Ruang : Kutilang
No. CM : C603289
MRS : 19 September 2016
Tgl Operasi : 29 September 2016
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama:
Nyeri pada wajah
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
3 jam yang sebelum pasien mengalami kecelakaan lalu lintas saat
mengendarai sepeda motor, pasien tiba-tiba terjungkal saat menghindari orang
yang menyebrang, pada saat di lokasi kejadian tidak dilakukan tindakan apapun
pasien langsung dibawa ke RSDK, pasien sadar sepenuhnya, tidak pingsan, tidak
muntah, dan mengeluh adanya nyeri pada bagian wajah pipi sebelah kiri.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma disangkal
Riwayat alergi disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi udang
Riwayat penyakit keganasan disangkal
E. Riwayat Sosial Ekonomi
26
27
Cor :
Inspeksi : iktus cordis tak tampak
Palpasi : iktus cordis di SIC V, 2 cm medial LMCS
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi: BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), tidak didapatkan suara tambahan
pada kedua lapangan paru.
Abdomen :
Inspeksi : datar, distensi (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak terjadi pembesaran
Perkusi : timpani pada lapangan abdomen
Ekstremitas :
Akral dingin -/-
Edema -/-
Sianosis -/-
Capillary refill <2/<2
IV. DIAGNOSIS
a. Diagnosis preoperasi :
Laki laki usia 18 tahun
Fraktur zygomaticus sinistra
29
V. TINDAKAN OPERASI
Rekonstruksi fraktur tulang wajah
2. Terapi cairan :
BB : 80 kg
EBV : 70 cc/kgBB x 80 kg = 5600 cc
Jumlah perdarahan : 100 cc
30
3. Obat tambahan:
I. Obat suntik:
Propofol 1 amp
Rocuronium 1 amp
Ketorolac 1 amp
Tramadol 1 amp
Ondansetron 1 amp
Midazolam 1 amp
Fentanyl 1 amp
Lidocain 1 amp
II. Obat inhalasi :
Sevoflurane 1 MAC
O2 : ventilator 2 L/menit
31
Ureum 24 mg/dL 15 - 39
Kreatinin 1,2 mg/dL 0,6 - 1,3
Elektrolit
Natrium 139 mmol/L 136 - 145
Kalium 4,2 mmol/L 3,5 - 5,1
Chlorida 104 mmol/L 98 - 107
Koagulasi
Plasma prothrombin time
Waktu prothrombin 10,0 detik 9,4 - 11,3
PPT control 10,5 detik
Partial thromboplastin
Time (PTTK) 32,3 detik 23,4 - 36,8
Tromboplastin
APTT control 32,7 detik
33
Kesan :
- fraktur pada os zigomatikus kiri, os nasal kiri, dinding anterior, medial dan lateral
serta superior maxillaris kiri, dinding inferior cavum orbita kiri
- Hematosinus pada frontalis kiri , etmoid kiri, maxillaris kiri serta hematom pada
cavum nasi kiri
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, tindakan yang dilakukan adalah rekonstruksi fraktur tulang
wajah pada fraktur zygomaticus sinistra dengan keadaan umum dan tidak ada
kelainan sistemik maka anestesi yang dipilih dalam tindakan pada pasien ini adalah
general anestesi. Pemilihan GA dilakukan selain untuk kemudahan operator bekerja
juga untuk kenyamanan pasien. Premedikasi dengan midazolam diberikan agar pasien
tidak cemas saat akan dilakukan induksi dan memberikan efek sedasi. Premedikasi
ini diberikan di OK. Induksi menggunakan Propofol dengan dosis 150 mg untuk
memperdalam sedasi.
Intubasi dilakukan menggunakan laringoskop macintosh dan berukuran
no.3,5. Endotracheal tube no.7 jenis non-king-king yang digunakan dengan cuff.
Intubasi endotrakeal ini juga memiliki risiko maupun komplikasi, salah satunya
adalah gigi patah, perdarahan saluran nafas, serta vagal reflex, sehingga sebelum
dilakukan tindakan pembiusan serta pemasangan intubasi dilakukan penjelasan dan
pesetujuan kepada keluarga pasien sehingga mereka telah siap dengan segala risiko
komplikasi intubasi. Intubasi dilakukan sesudah pasien tidur tanpa pelumpuh otot.
Maintenance anestesi diberikan melalui inhalasi agen sevoflurane dan O2.
Pemilihan agen anestesi sevoflurane dipilih karena sevoflurane merupakan anestesi
kuat dengan sifat analgetik dan relaksasi otot yang baik. Walaupun agen inhalasi
seperti sevoflurane maupun isoflurane dapat meningkatkan tekanan intrakranial pada
saat operasi ini, tetapi sevoflurane tetap menjadi pilihan karena lebih menguntungkan
berdasarkan kondisi fisik pasien. Selama operasi berlangsung, obat-obatan yang
diberikan adalah propofol, rocuronium, lidocain, fentanyl, ketorolac, dan tramadol.
Propofol untuk memperdalam sedasi, fentanyl, ketorolac, tramadol, dan lidocain
sebagai analgetik opioid, dan rocuronium sebagai muscle relaxant.
34
35
36
37