You are on page 1of 33

PROPOSAL TUGAS AKHIR (TTA-400)

Management Stockpile Batubara


Di PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk. Desa Loreh
Kecamatan Malinau selatan Kabupaten Malinau
Provinsi Kalimantan Utara

Diajukan Oleh :

ITANG SAMSUDIN

Teknik Pertambangan

(1007.01.11.142)

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1438 H/ 2017 M
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan Syukur pemohon panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan dan kesempatan kepada pemohon sehingga pemohon dapat

menyelesaikan proposal tugas akhir ini dengan baik. Proposal tugas akhir ini dibuat

sebagai syarat untuk mendapatkan kesempatan melakukan tugas akhir di salah

satu site pada tambang PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk.

Dalam proposal tugas akhir ini, pemohon mengajukan tema Management

Stockpile Batubara Di PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk. Desa Loreh,

Kecamatan Malinau selatan, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.

Pemohon menyadari bahwa proposal tugas akhir ini banyak kekurangannya,

baik itu tema maupun isinya. Pemohon bersedia dan siap apabila diberikan tema

yang lain. Tak lupa pemohon menyampaikan banyak terima kasih pada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini sehingga dapat

terselesaikan dengan baik.

Wassalamualaikum Wr. Wbr

Bandung, April 2017

Pemohon

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

PROPOSAL

TUGAS AKHIR (TTA - 400)

I. PENDAHULUAN

Kualitas dan kuantitas batubara merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan oleh produsen batubara untuk dapat memenuhi permintaan konsumen.

Salah satu cara untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari batubara setelah

ditambang adalah teknis penimbunannya. Permasalahan yang timbul dari

penimbunan batubara antara lain adalah adanya gejala swabakar pada timbunan

batubara yang sudah terlalu lama,dan permasalahan mengenai waktu kerja aktual

yang kurang efektif .

Pengaturan penimbunan batubara sangat penting karena hal ini terkait

dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di

timbunan utama. Untuk mengurangi penyebab terjadinya swabakar pada timbunan

batubara diperlukan teknik penanganan timbunan batubara. Hal-hal yang perlu

dilakukan dalam penanganan timbunan batubara diantaranya yaitu:

a) Pemadatan timbunan

Pemadatan sangat perlu dilakukan untuk mengurangi rongga-rongga yang

terdapat di dalam timbunan. Untuk itu bentuk timbunan perlu diperhatikan dengan

baik karena tanpa adanya pemadatan dapat mengakibatkan terjadinya swabakar.

Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Setelah batubara ditimbun (a), kemudian batubara disebarkan merata ke

seluruh area penimbunan dengan ketebalan 30 cm kemudian dipadatkan

(b). Apabila dilakukan penimbunan baru (c) dimana pemadatan terbatas

hanya pada bagian active pile.

Pemadatan pada sisi miring harus dijaga pada saat penimbunan atau

pembongkaran timbunan batubara. Untuk timbunan yang akan disimpan lama

(> 3 bulan) maka harus dilakukan pemadatan dengan baik.

b) Memonitor temperatur timbunan pada timbunan utama

Memonitor temperatur batubara di timbunan utama dan timbunan awal secara

reguler dimaksudkan agar setiap kenaikan temperatur batubara di timbunan awal

dan timbunan utama cepat terdeteksi agar dapat dilakukan tindakan

penanggulangan untuk mencegah terjadinya pembakaran spontan. Apabila hasil

pengukuran suhu mencapai titik puncak, maka tumpukan batubara harus segera

dibongkar atau dipadatkan.

PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk merupakan salah satu perusahaan

berkembang yang bergerak dibidang coal, penambangan batubara yang dilakukan

di indonesia mempunyai reputasi baik dan system penambangan yang sangat baik

pula dimana metode penambangan yang dilakukan adalah sistem contur mining,

sebagai perusahaan tambang yang sedang berkembang.

PT .MITRABARA ADIPERDANA tbk tidak mau adanya kelalaiaan dalam mengatur

manajemen di stockpile sehingga disini perlu adanya suatu Analisis kususnya dalam

menajemen stockpile. Analisis tersebut memiliki korelasi dengan teori kuliah yang

diajarkan di Jurusan Teknik Pertambangan sehingga dapat disimpulkan bahwa

Tugas Akhir di PT .MITRABARA ADIPERDANA tbk akan sangat menunjang perluasan

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

wawasan dan pengaplikasian ilmu Teknik Pertambangan di dunia industry secara

nyata.

II. PERUMUSAN MASALAH

Masalah penelitian yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Penerapan sistem First In First Out yang kurang baik dilakukan pada

penimbunan dan pembongkaran batubara serta pemadatan dan pemantauan

temperatur yang kurang, sehingga terjadi gejala swabakar.

2. Kualitas Batubara: kualitas kimia (proksimat dan ultimat) serta kualitas fisik

(HGI).

3. Menghitung waktu edar alat angkut actual.

4. Penerapan K3 yang kurang baik di dalam area stockpile.

III. TUJUAN

Tujuan dari dilaksanakannya tugas akhir ini untuk melakukan penelitian antara

lain :

1. Mengetahui kondisi dari teknis penimbunan batubara pada stockpile dan

melakukan kajian teknis terhadap sistem penimbunan batubara, sehingga

dapat melakukan upaya perbaikan manajemen penimbunan, menghindari

gejala swabakar,
2. Memperoleh waktu edar yang efesien
3. Mengetahui kualitas batubara saat proses pembongkaran berlangsung di

timbunan utama..
4. Pelaksanaan system keselamatan dan kesehatan kerja di area stockpile.

IV. RENCANA TEMA

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Tema yang direncanakan adalah : Management Stockpile Batubara Di PT.

MITRABARA ADIPERDANA tbk. Desa Loreh, Kecamatan Malinau selatan,

Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Bila ditemui permasalahan lain di

lapangan, maka rencana judul ini akan disesuaikan dengan permasalahan tersebut.\

V. RUANG LINGKUP

Penelitian ini hanya mengkaji teknis dan nonteknis sistem Manajemen

stockpile pada stockpile PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk. Penelitian akan

menekankan kepada masalah-masalah mekanisme penimbunan dan

pembongkaran batubara,swabakar, genangan air asam, dan saluran terbuka, dan

juga kepada penetapan alat di area stockpile, penerapan system K3 dan juga

manajemen data pada perusahaan PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk.

VI. METODA PENELITIAN

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggabungkan antara teori yang ada dengan keadaan sebenarnya di lapangan

dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Yaitu dengan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan masalah

yang akan dibahas melalui buku-buku literatur, mempelajari penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya, maupun dari laporan perusahaan.

2. Orientasi Lapangan

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Maksud dari orientasi lapangan adalah melakukan pengamatan secara

langsung terhadap masalah yang akan dibahas yaitu kondisi daerah penambangan

batubara, sistem penambangan yang digunakan, kondisi stockpile saat ini, serta

topografi daerah penelitian.

3. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan setelah dilakukannya studi literatur dan

orientasi lapangan selesai dilaksanakan. Pengambilan data direncanakan mulai dari

tanggal 1 juni 2017. Adapun data yang diambil berupa data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran dan pengamatan

di lapangan seperti kualitas batubara, kondisi timbunan batubara di stockpile

effesiensi kerja, cycle time alat angkut, jarak angkut, kondisi jalan, kapasitas

timbunan,luasan penimbunan dan pola penimbunan.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diambil dari literatur dan laporan perusahaan seperti

peta lokasi, curah hujan, data kualitas batubara, produksi /bulan dan lain-lain.

4. Pengolahan Data.

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa perhitungan ataupun

penggambaran yang selanjutnya akan direalisasikan dalam bentuk perhitungan,

grafik, tabel yang menuju perumusan penyelesaian masalah.

5. Evaluasi dan Analisa Hasil Pengolahan Data

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Melakukan evaluasi dan analisa terhadap hasil pengolahan data dan

memberikan alternatif penyelesaian untuk pembahasan permasalahan.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan akan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil

pengolahan data-data yang ada dengan permasalahan yang diteliti. Dengan adanya

kesimpulan berarti telah diperoleh hasil akhir sebagai pemecahan masalah yang

diteliti serta dapat memberikan rekomendasi yang dapat digunakan oleh

perusahaan

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer
Data Sekunder
Effesiensi Kerja
Cycle Time Alat Angkut Dari Stockpile Data Kualitas Batubara
Ke Jety DiRunOff Mined Coal
Jarak Angkut Produksi /Bulan
Kondisi Jalan
Kapasitas Timbunan
Luasan Timbunan
Pola Penimbunan

Pengolahan Data

Effesiensi Kerja
Menghitung Waktu Edar Dumptruck
Rekomendasi Tumbukan
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Batubara

Rekomendasi Penerapan Sistem


Management Stockpile

Selesai

Gambar 1
Diagram Alir Penelitian

VII. LANDASAN TEORI

7.1 Management Stockpile Batubara

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Management stockpile adalah proses pengaturan atau prosedur yang terdiri

dari pengaturan kualitas dan prosedur penumpukan batubara di stockpile.

Management stockpile merupakan suatu upaya agar batubara yang diproduksi

dapat dikontrol, dari kualitasnya maupun kuantitasnya. Selain itu stockpile

management juga di maksudkan untuk mengurangi kerugian yang mungkin muncul

dari proses handling atau penanganan batubara di stockpile. Seperti misalnya

terjadi penyusutan kuantitas batubara baik yang diakibatkan oleh erosi pada musim

hujan , debu pada musim kering, atau terbuang yang di sebabkan oleh terbakarnya

batubara di stockpile.

Stockpile management secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian

pekerjaan yatu :

1. Storage atau stocking management

2. Quality dan Quantity management

3. Blending management

Ketiga langkah pekerjaan tersebut diatas merupakan satu kesatuan yang

harus dikerjakan secara bersama sama.

Prosedur management stockpile disuatu tempat dengan tempat lainnya

tergantung pada situasi dan kondisi masing masing tempat dan keperluan.

Misalnya stockpile management yang dilakukan stockpile supplier batubara atau

diperusahaan tambang batubara lebih ditujukan bagaimana mensupplai batubara

agar kualitas dan kuantitasnya disesuikan dengan permintaan pasar. Lebih jauh

lagi, blending sistem yang dijalankan lebih bertujuan untuk menyediakan batubara

dengan berkualitas yang bervariasi sehingga dapat memasok batubara mengikuti

permintaan costumer, sehingga range penjualan semakin besar. Lain halnya

stockpile management yang dilakukan di end user seperti power plant, stockpile
Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

management lebih ditujukan tentang bagaimana maintenance kualitas batubara di

stockpile agar dapat bertahan lebih lama tanpa ada resiko terbakar di stockpile. Hal

ini disebabkan biasanya batubara di power plant harus terjaga kuantitas

minimumnya agar tidak terjadi shortage batubara yang akan mengakibatkan

kerugian yang lebih besar karena apabila batubara di stockpile habis,

kemungkinannya mengganti bahan bakar dengan minyak atau gas. Selain itu,

sistem blending yang dilakukan lebih bertujuan bagaimana mengatur kualitas

batubara yang di umpankan keboiler sesuai dengan desain kualitas batuabara

bentuk boiler yang bersangkutan sistem blending di end user seperti di power plant

sangat penting, karena biasanya untuk menjaga keamanan suplai batubara,

perusahaan seperti power plant tidak mengambil batubara dari satu pemasok saja

melainkan biasanya diambil dari beberapa pemasok. Resikonya adalah bahwa

kualitas batubara dari satu pemasok yang satu dengan lainnya kadang kadang

berbeda dan bervariasi. Apalagi kualitas yang menjadi target bagi suatu power plant

tidak hanya sebatas kalori melainkan juga karakteristik abu yang sangat penting

untuk diketahui, karena biasanya masalah yang timbul dari satu boiler akibat dari

sifat sifat abu yang kurang baik, seperti misalnya terjadinya slagging atau fouling.

Oleh karena itu blending management di suatu power plant sangat penting untuk

dijaga kontiniutas operasional boiler terjaga.

Namun walaupun demikian secara umum tujuan dari target yang ingin

dicapai dari suatu management stockpile baik dipemasok batubara atau di end user

pada prinsipnya sama yaitu memelihat dan mengontrol kuantitas dan kualitas

batubara di stockpile.

7.1.1 Storage Management

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Pengaturan penyimpanan batubara sangat penting karena hal ini terkait

dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di

stockpile. Management penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile yang

sesuai yang berorientasi pada pemeliharan kuantitas dan kualitas serta pada

lingkungan. Berorientasi pada pemeliharaan kuantitas karena suatu storage

mangement harus menpertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat

semaksimum mungkin pada area yang tersedia tetapi tetap memperhatikan faktor

kualitas dan lingkungan. Sedangkan berorientasi pada pemeliharaan kualitas

karena desain suatu stockpile harus mempertimbangkan kualitas yang efisien

sehingga keperluan untuk pengaturan kualitas seperti blending, penumpukan yang

didasarkan pada kualitas produk dan lain-lain, berorientasi pada lingkungan karena

desain stockpile harus benar-benar memiliki fasilitas pengolahan atau pengelolaan

limbah yang berasal dari stockpile.

Kemungkinan limbah yang dihasilkan dari stockpile diantaranya adalah :

a. Fine coal yang mungkin terbawa oleh air, baik yang berasal dari air hujan atau

dari proses penyemprotan stockpile.

b. Terjadinya leaching terhadap batubara atau material bedding stockpile yang

mungkin melarutkan zat-zat yang dapat menyebabkan penyakit atau

membahayakan kesehatan apabila air tersebut dikonsumsi baik oleh hewan,

tumbuh-tumbuhan maupun manusia.

c. Debu yang berasal dari proses operasional stockpile tersebut, seperti proses

crushing, penyetokan, dan proses pemuatan batubara keatas truck, wagon,

tongkang atau kapal.

7.1.2 Desain Stockpile

Desain suatu stockpile akan ditentukan atau bergantung pada :


Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

a. Kapasitas dan volume batubara yang akan dikelola

b. Jumlah pengelompokan kualitas yang akan dijadikan main produk

c. Blending system yang akan diterapakan

d. Sistem penumpukan/stacking sistem yang digunakan

Namun demikian, prinsip-prinsip pembuatan stockpile yang berorientasi

pada pemeliharaan kuantitas, pemeliharaan kualitas serta berwawasan lingkungan

pada dasarnya sama, baik itu stockpile berkapasitas kecil maupun berkapasitas

besar. Pada desain stockpile ini ada beberapa bagian yang perlu diperhatikan

antara lain adalah sebagai berikut :

1. Desain Permukaan Dasar Stockpile

Permukaan dasar dari suatu stockpile harus dibuat stabil dan dibuat bedding

dengan menggunakan material yang cukup kuat untuk menopang berat tumpukan

batubara. Selain itu permukaan dasar stockpile harus dibuat agak cembung agar

drainage stockpile lancar. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi genangan air yang

terjebak di tengah stockpile pada saat hujan. Pada penumpukan batubara yang

menyerupai kerucut, titik berat akan berada disekitar pusat lingkaran. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya penurunan dasar stockpile.

Apabila terjadi penurunan dasar stockpile maka akan menyebabkan air terjebak

dalam cekungan tersebut yang mengakibatkan terjadinya perbedaan humiditas

dalam tumpukan batubara tersebut yang dalam jangka panjang akan memicu

terjadinya self heating atau menjadi akselelator pada saat batubara bagian atas

mengalami kenaikan temperatur. Selain itu cekungan tersebut semakin lama akan

semakin dalam dengan kegiatan operasional di stockpile yang pada akhirnya akan

menimbun sebagian batubara kedalam tanah. Pada saat pengambilan batubara

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

atau reclaiming, yang dijadikan dasar permukaan adalah level disekitar pinggiran

stockpile yang belum turun. Sehingga pada saat pengambilan batubara dibagian

tengah tumpukan, batubara dalam cekungan yang akan diakibatkan dari batubara

tersebut akan tertinggal dan semakin lama semakin banyak. Dengan membuat

dasar stockpile yang cukup kuat dan relatif cembung, maka diharapkan penurunan

pada dasar permukaan stockpile dapat dihindarkan.

2. Pembuatan Saluran di Sekililing Stockpile

Untuk mengalirkan air yang berada di tumpukan batubara, baik yang berasa dari

air hujan, maupun yang berasal dari penyemprotan air, disekeliling areal stockpile

tersebut harus dibuat paritan atau saluran air yang akhirnya akan dialirkan settling

pond atau kolam pengendapan. Air yang melewati tumpukan batubara akan

melarutkan batubara halus dari tumpukan batubara, sehingga partikel batubara

yang halus akan terbawa oleh aliran air. Oleh karena itu sebelum air tersebut

dialirkan ke sungai, perlu ada pengolahan air stockpile tersebut, atau paling tidak

dibuatkan kolam pengendap. Dengan demikian partikel batubara yang terbawa oleh

air dari stockpile tersebut tidak mencemari lingkungan khususnya tidak mencemari

sungai. Selain kolam pengendap apabila terbukti dari pengukuran bahwa air yang

berasal dari stockpile tersebut bersifat asam, maka perlu juga dilakukan netralisasi.

Netralisasi air asam dari batubara dapat menggunakan kapur. Proses netralisasi

dilakukan setelah air tersebut melewati kolam pengendap, atau dilakukan sebelum

air dibunag ke sungai atau laut.

3. Pembuatan Wind Sield atau Penangkal Angin

Angin yang bertiup ke dan dari stockpile dapat mengakibatkan kerusakan pada

batubara dan berakibat buruk bagi lingkungan. Angin yang bertiup kearah tumpukan

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

batubara akan mempercepat terjadinya oksidasi batubara, yang akan berlanjut pada

terjadinya self heating atau pemanasan pada tumpukan batubara tersebut. Apabila

hal ini tidak dapat dikendalikan maka akan berakhir dengan terjadinya pembakaran

spontan. Tentunya hal ini akan merugikan, baik akibat hilangnya kuantitas batubara

maupun biaya untuk merelokasi batubara yang terbakar. Selain itu angin yang

bertiup dari arah stockpile ke luar akan mengakibatkan debu di udara dan dapat

berpengaruh pada lingkungan. Masalah debu ini akan semakin besar pengaruhnya

apabila lokasi stockpile berada dekat pemukiman penduduk. Untuk mencegah hal

tersebut diatas dibuat semacam greenbelt di sekitar stockpile, atau paling tidak di

daerah dimana biasanya angin berhembus.

Greenbelt tersebut biasanya dapat dibuat dengan membuat jaring pepohonan di

sekitar stockpile, sehingga pada saat angin berhembus ke arah stockpile dapat

dipecah atau dihalangi dengan oleh pepohonan tersebut.

4. Sistem Penumpukan Batubara

Sistem penumpukan batubara harus diatur sedemikian rupa agar segresi atau

pemisahan stock berdasarkan perbedaan kualitas dapat dilakukan dengan baik,

juga tumpukan tersebut dapat meminimimalkan resiko terjadinya pembakaran

spontan di stockpile. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menumpuk batubara

memanjang searah dengan arah angin agar permukaan tumpukan batubara yang

menghadapa kearah datangnya angin menjadi kecil.

Selain penumpukan dibuat sejajar dengan arah angin, untuk penyimpanan

batubara yang relatif lama, bagian permukaan yang menghadap ke arah angin

harus dipadatkan dan sudut slopnya diperkecil.

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Pemadatan terhadap seluruh permukaan dapat dilakukan apabila batubara

tersebut akan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Namun demikian hal

tersebut dapat dilakukan tergantung pada desain penumpukan batubara di stockpile

tersebut. Untuk penumpukan batubara dengan sistem stacking biasa, pemdatan

permukaan batubara dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi untuk penumpukan

yang dilakukan dengan sistem skyline, pemadatan relatif agak sulit dilakukan.

7.2 Manajemen Penimbunan

Pengaturan penimbunan batubara sangat penting karena hal ini terkait

dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di

stockpile.

7.2.1 Syarat Teknis Penimbunan

Dalam pelaksanaan penimbunan dan pembongkaran yang dilakukan harus

dapat dilakukan pengaturan penimbunan atau pembongkaran yang baik. Hal ini

untuk menghindari terjadinya penimbunan yang melebihi kapasitas penimbunan.

Dalam hal ini perlu diperhatikan teknis penimbunannya. Syarat teknis penimbunan

meliputi:

1. Batubara

Batubara sebagai salah satu syarat teknis penimbunan juga harus

diperhatikan. Kondisi batubara yang berpengaruh sebagai berikut:

a. Batubara yang Ditimbun Diusahakan Sejenis

Untuk menghindari terbakarnya batubara kelas lebih tinggi maka untuk setiap

satu lokasi penimbunan digunakan batubara yang sejenis (kelas dan kualitas yang

sama). Hal tersebut dikarenakan batubara kelas lebih rendah lebih mudah dan

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

cepat untuk terbakar dengan sendirinya, sehingga panas yang dihasilkan oleh

batubara kelas lebih rendah terakumulasi dan mempengaruhi batubara kelas lebih

tinggi untuk terbakar.

b. Ukuran Butir

Ukuran butiran memiliki pengaruh terhadap timbulnya swabakar, sehingga

dalam penanganan penimbunan batubara sebaiknya dengan menghindarkan

produksi batubara dengan ukuran seragam, karena besar butiran yang hampir sama

akan menimbulkan rongga-rongga yang cukup banyak pada timbunan dan

memudahkan terjadinya aliran udara.

2. Keadaan Tempat Penimbunan

Keadaan tempat timbunan yang berpengaruh terhadap syarat teknis

penimbunan adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Lantai Stockpile

Lantai tempat penimbunan batubara harus dibuat stabil dan dibuat bedding

dengan menggunakan material yang cukup kuat untuk menopang berat

timbunan batubara. Selain itu lantai dasar stockpile harus cukup padat dan

mempunyai kemiringan yang cukup untuk mengalirkan air.

b. Area Penimbunan yang Bersih

Area penimbunan batubara harus bebas dari segala material yang mudah

terbakar seperti kayu dan sampah. Selain itu juga harus bebas dari potongan -

potongan logam.

c. Sumber Air Bertekanan Tinggi

Sumber air bertekanan tinggi sangat dibutuhkan apabila terjadi kebakaran pada

daerah sekeliling timbunan, misalnya hidran. Sumber air bertekanan tinggi

dibutuhkan apabila kebakaran di sekitar timbunan tidak segera dipadamkan


Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

maka akan mempengaruhi naiknya suhu timbunan dan mempercepat proses

swabakar pada timbunan.

d. Posisi Stockpile

Posisi stockpile harus memperhatikan arah angin. Dengan mengetahui arah

angin maka posisi stockpile diusahakan memanjang searah dengan arah angin,

sehingga permukaan timbunan yang diterpa angin akan semakin kecil yang

bertujuan menghindari proses oksidasi pada timbunan.2 1

7.2.2 Pola Penimbunan

Sistem penimbunan memiliki dua metode yaitu metode penimbunan terbuka

(open stockpile) dan metode penimbunan tertutup (coverage storage). Penimbunan

yang umum dilakukan di dalam kegiatan pertambangan adalah : dengan metode

penimbunan terbuka (open stockpile). Open stockpile atau stockpile adalah

penumpukan material di atas permukaan tanah secara terbuka dengan ukuran

sesuai tujuan dan proses yang digunakan. Pola penimbunan antara lain sebagai

berikut:

1. Cone ply merupakan pola dengan bentuk kerucut pada salah satu ujungnya

sampai tercapai ketinggian yang dikehendaki dan dilanjutkan menurut panjang

stockpile. Pola ini menggunakan alat curah, seperti stacker reclaimer.

1,2,3,4 = Urutan Penimbunan.

Gambar 2
Pola penimbunan cone ply
Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

(Sumber : Sanwani,1998)

2. Chevron merupakan pola dengan menempatkan timbunan satu baris material,

sepanjang stockpile dan tumpukan dengan cara bolak balik hingga mencapai

ketinggian yang diinginkan. Pola ini baik untuk alat curah seperti belt conveyor

atau stacker reclaimer.

1,2,3,4 = Urutan Penimbunan.

Gambar 3
Pola penimbunan chevron
(Sumber : Sanwani,1998)
3. Chevcon merupakan pola penimbunan dengan kombinasi antara pola

penimbunan chevron dan pola peinmbunan cone ply.

4. Windrow merupakan pola dengan tumpukan dalam baris sejajar sepanjang lebar

stockpile dan diteruskan sampai ketinggian yang dikehendaki tercapai.

Umumnya alat yang digunakan adalah backhoe, bulldozer, dan loader.

5.

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

1,2,3,4. = Urutan Penimbunan.

Gambar 4
Pola penimbunan windrow
(Sumber : Sanwani,1998)

7.2.3. Penanganan Timbunan Batubara

Untuk mengurangi penyebab terjadinya swabakar pada timbunan batubara

diperlukan teknik penanganan timbunan batubara. Hal-hal yang perlu dilakukan

dalam penanganan timbunan batubara diantaranya yaitu:

1. Pemadatan Timbunan

Pemadatan sangat perlu dilakukan untuk mengurangi rongga-rongga yang

terdapat di dalam timbunan. Untuk itu bentuk timbunan perlu diperhatikan

dengan baik karena tanpa adanya pemadatan dapat mengakibatkan terjadinya

swabakar. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:

a. Pemadatan pada sisi miring harus dijaga pada saat penimbunan atau

pembongkaran timbunan batubara. Untuk timbunan yang akan disimpan lama (>

3 bulan) maka harus dilakukan pemadatan dengan baik.

b. Setelah batubara ditimbun (a), kemudian batubara disebarkan merata ke seluruh

area penimbunan dengan ketebalan 30 cm kemudian dipadatkan (b). Apabila

dilakukan penimbunan baru (c) dimana pemadatan terbatas hanya pada bagian

active pile.

2. Memonitor Temperatur Timbunan pada Stockpile

Memonitor temperatur batubara di stockpile secara reguler dimaksudkan agar

setiap kenaikan temperatur batubara di stockpile cepat terdeteksi agar dapat

dilakukan tindakan penanggulangan untuk mencegah terjadinya pembakaran

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

spontan. Apabila hasil pengukuran suhu mencapai titik puncak, maka tumpukan

batubara harus segera dibongkar atau dipadatkan.

7.3 Pembongkaran Batubara

Pembongkaran merupakan kegiatan untuk mengambil atau membongkar

batubara yang ditimbun di tempat penimbunan. Pembongkaran timbunan memiliki

beberapa sistem antara lain yaitu:

1. Sistem LIFO (Last In First Out) yaitu dimana batubara yang terakhir kali ditimbun

paling awal diambil. Pada sistem ini kegiatan penimbunan dilakukan sesuai

dengan jadwal akan tetapi kegiatan pembongkaran timbunan dilakukan pada

batubara yang terakhir ditimbun, sehingga pola ini memungkinkan batubara

tertimbun lebih lama.

2. Sistem FIFO (First In First Out) yaitu dimana batubara yang pertama kali

ditimbun pertama kali diambil. Manajemen FIFO di setiap stockpile baik di

perusahaan tambang batubara maupun di end user harus diusahakan

terlaksana karena akan mencegah resiko terjadinya pembakaran spontan di

stockpile. Hal ini dikarenakan semakin lama batubara terekspose di udara

semakin besar kemungkinannya batubara tersebut mengalami oksidasi yang

berarti pula semakin besar kemungkinan terjadinya self heating sampai

terjadinya pembakaran spontan. Biasanya manajemen FIFO ini terkendala

dengan masalah kualitas. Ada kalanya batubara yang sudah ditumpuk pertama

kali di stockpile tidak dapat dimuat atau diambil karena alasan kualitas yang

tidak memenuhi. Namun demikian setiap kesempatan manajemen FIFO ini tetap

harus diprioritaskan dilakukan pada saat tidak ada alasan kualitas karena

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

diantara langkah pencegahan yang lain, manajemen FIFO adalah yang paling

murah.

7.3.1 Penanganan Kebakaran Timbunan Batubara

Apabila terjadi kebakaran pada timbunan batubara jangan melakukan

penyemprotan area timbunan dengan air, hal ini akan memperburuk kondisi

timbunan tersebut. Untuk menangani kebakaran timbunan batubara atau batubara

yang panas dapat dilakukan upaya dengan urutan sebagai berikut:

1. Gali dan ambil batubara yang terbakar atau panas agar panas yang terkandung

tidak terakumulasi terus menerus yang dapat mengakibatkan terbakarnya

batubara dalam jumlah besar.

2. Selanjutnya pindahkan batubara panas atau terbakar jauh-jauh dari area

penimbunan, agar batubara panas atau terbakar tidak mempengaruhi batubara

lain.

3. Setelah itu sebarkan batubara panas pada area yang aman, sehingga panas

yang ada dapat keluar.

4. Semprot dengan sumber air bertekanan tinggi batubara yang panas atau terbakar

hingga dingin.

7.4 Air Asam Tambang

Air asam tambang adalah air yang bersifat asam (pH < 7) dan mengandung

senyawa logam terlarut terutama Fe dan senyawa sulfat yang terbentuk akibat

teroksidasinya lapisan batuan yang mengandung pirit dan markasit. Air rembesan

dari timbunan batubara biasanya bersifat asam karena terbentuknya asam-asam

sulfat dan sulfit, juga asam hidrolik oleh reaksi air, sulfat piritik dan klorin (garam-

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

garaman). Air yang asam mempunyai sifat korosif terhadap fasilitas pengangkutan,

terutama bila temperatur lingkungannya mengalami kenaikkan. Selain itu dapat

mengganggu tumbuh tanaman, mengganggu kehidupan biota air, mencemari

sumber-sumber air, dan dapat menyebabkan air sadah (tidak berbuih).

Pada umumnya pembentukan air asam tambang tergantung pada tiga

pereaksi utama yaitu air, oksigen, dan materi (batuan) yang mengandung mineral-

mineral sulfida (pirit, markasit, dan lain-lain). Mineral sulfidis tersebut selanjutnya

akan teroksidasi membentuk persenyawaan oksida dan bila terjadi kontak dengan

air (baik yang berasal dari hujan maupun air dalam tambang) akan membentuk besi

sulfat dan asam sulfat. Faktor pembentuk air asam tambang merupakan faktor yang

memegang peranan dalam mempengaruhi laju oksidasi pirit (FeS2) atau mineral

sulfidis lainnya. Faktor-faktor pembentuk air asam tambang antara lain yaitu

(Hadiyan, 1997):

1. Luas Permukaan Reaksi dari Pirit

Luas permukaan reaksi pirit tergantung dari jumlah pirit yang terkandung dalam

batubara. Semakin banyak jumlah pirit semakin besar potensi asam yang akan

dihasilkan.

2. Bentuk Sulfur

Bentuk sulfur yang paling potensial menghasilkan air asam tambang adalah

sulfida (pirit) yang umumnya terdapat dalam batubara. Sulfur organik dan sulfat

biasanya dijumpai dalam jumlah kecil pada batubara dan kurang reaktif dalam

pembentukan air asam tambang.

3. pH dari Larutan

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Air yang memiliki pH rendah akan mempercepat proses pembentukan besi- feri

yang akan menjadi katalisator proses oksidasi besi sulfida menghasilkan air

asam tambang.

4. Bakteri Thiobacillus

Dalam kondisi di bawah kondisi abiotik perubahan besi fero menjadi feri berjalan

lambat, akan tetapi dengan hadirnya bakteri thiobacillus proses oksidasi besi-

fero akan berlangsung sangat cepat, sehingga pembentukan air asam tambang

meningkat berjuta kali lipat. Secara umum reaksi pembentukan air asam

tambang adalah sebagai berikut (Hadiyan, 1997) :

FeS2 + 3 O2 FeSO4 + SO2 + 0,61 Kkal

SO2 + 1/2 O2 SO3 + 0,62 Kkal

SO3 + H2O H2SO4 + 0,62 Kkal

FeS2 + 7/2 O2 + H2O FeSO4 + H2SO4 + 49,6 Kkal

7.4 Manajemen Data

Dalam pengembangan sumber daya mineral, satu hal yang penting adalah

pelaporan atau catatan mengenai informasi dan data yang telah dikumpulkan. Hal

ini terutama karena kegiatan pengembangan sumber daya mineral mencakup kurun

waktu yang lama. Oleh karena itu, pelaporan sangat penting dan sistem

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

pengelolaan sangat diperlukan, agar data tersimpan dengan baik dan dapat dilacak

kembali dengan mudah

7.5 Lingkungan hidup

Kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam akan memberikan

sumbangan berarti sebagai modal dasar kegiatan pembangunan, namun di sisi lain

memungkinkan terjadinya alih fungsi lingkungan dimana sumberdaya alam tersebut

dikelola. Dalam rangka mencapai tujuan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya

alam dengan meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkannya, maka

Pemerintah telah mencanangkan dan telah melaksanakan kebijakan pembangunan

yang berwawasan lingkungan dan bersifat berkelanjutan (sustainable).

Dalam konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

pada setiap kegiatan usaha untuk pemanfaatan sumberdaya alam perlu menjaga

dan memelihara kelestarian dan keseimbangan ekosistem lingkungannya. Karena

dengan terjaganya keseimbangan ekosistem lingkungan, kualitas kehidupan berada

dalam keadaan baik. Disamping itu pembangunan pertambangan diarahkan dalam

upaya pengembangan sumberdaya mineral yang potensial untuk dimanfaatkan

secara hemat dan optimal bagi kepentingan dan kemakmuran rakyat.

7.6 Manajement keselamatan dan kesehatan kerja pada stockpile


Keselamatan dan kesehatan kerja mengutamakan upaya prevektif. Oleh

karena itu, perlu upaya untuk identifikasi, evaluasi dan pengendalian resiko dan

bahaya potensial yang ada ditempat kerja. Identifikasi dapat dilakukan melalui

inspeksi, survey dan monitoring tempat kerja dan lingkungan kerja. Untuk tempat

kerja dengan resiko bahaya tertentu perlu dilakukan audit keselamatan kerja serta

berbagai analisis yang bersifat prediktif.


Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Pelaksanaan SMK3 untuk menilai pelaksanaan program dilakukan apabila

manajemen telah menetapkan kebijakan K3 serta menyusun dan melaksanakan

program K3. SMK3 juga dapat dilaksanakan pada perusahaan yang baru memulai

upaya keselamatan dan kesehatan kerja untuk indentifikasi masalah serta

menyusun data dasar sebagai perbandingan keberhasilan pelaksanaan K3.


SMK3 diartikan sebagai suatu sistem pengujian terhadap kegiatan operasi

yang dilakukan secara kritis dan sistematis untuk menetukan kelemahan unsur

sistem, sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan sebelum muncul kecelakaan

atau kerugian. Manfaat adanya sistem manajemen K3 adalah :


a. Manajemen mengetahui kelemahan unsur sistem operasi sehingga gangguan

operasi dapat dihindari dan kerugian dapat ditekan


b. Diperoleh gambaran yang jelas mengenai status mutu pelaksanaan K3,

sasaran yang ingin dicapai dan pemenuhan terhadap peraturan perundang

undangan K3 yang berlaku


c. Diperoleh peningkatan pengetahuan, pematangan dan kesadaran tentang K3

bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan SMK3


d. Peningkatan citra perusahaan

Pelaksanan atau penerapan prinsip K3 ditentukan oleh kemauan,

pengetahuan dan kemampuan semua pihak yang terlibat dalam proses produksi

atau pekerja tersebut. Penerapan sistem manajemen membutuhkan persiapan yang

benar secara matang melibatkan seluruh anggota perusahaan. Dan dalam

perusahaan itu harus tercipta suasana yang menunjang penerapan sistem

manajemen itu sendiri.

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

(Diklat Pelatihan K3 PPTM, 2010)


Gambar 5
Bagan Alir Pengawasan K3

7.7 Pengangkutan (Hauling)


Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Pengangkutan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk

mengangkut endapan bahan galian dari suatu operasi penambangan.Pengangkutan

ini sangat mempengaruhi kegiatan penambangan, kadang-kadang untung dan rugi

suatu perusahaan pertambangan terletak pada lancar atau tidaknya pengangkutan.

Beberapa alat angkut yang sering digunakan pada tambang terbuka adalah,

a. Dump Truck

Alat angkut ini banyak dipakai untuk mengangkut material-material seperti

tanah, endapan bijih, batuan untuk bangunan dan lainnya pada jarak yang dekat

sampai sedang.Dump truck cukup fleksibel, artinya dapat dipakai untuk mengangkut

bermacam-macam barang dengan muatan, bentuk dan jumlahnya beranekaragam

dan tidak tergantung pada jalur jalan.Alat angkut ini dapat digerakkan dengan

menggunakan motor bensin, diesel, butane dan propane. Jenis alat ini dapat

dibedakan menjadi:

1. Rigid Dump Truck

Dump truck jenis ini memiliki bagian kabin yang bersatu dengan bagian

vesselnya, sehingga pergerakannnya kaku atau tidak fleksibel (Gambar 3.2).

2. Articulated Dump Truck

Tipe kerangka dari alat ini bagian kabin terpisah dari kerangaka bagian belakang

atau vesselnya, sehingga dalam pengoperasiannya menjadi lebih fleksibel dan

mempunyai jari-jari putar yang lebih kecil.Jika dilihat dari perbandingan antara

articulated dan dump truck yang kelasnya sama maka ukuran vessel lebih kecil dari

rigid dump truck.

Adapun waktu edar dump truck merupakan waktu yang dihitung sejak dump

truck tersebut melakukan suatu kegiatan yang serupa dalam satu putaran. Waktu

edar dump truck yang dihitung meliputi:


Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

1. Waktu untuk memuat

2. Waktu saat hauling

3. Waktu untuk manuver dumping

4. Wakttu untuk dumping

5. Waktu kembali kosong

6. Waktu menunggu untuk dimuat

7. Waktu untuk manuver muat

VIII. LOKASI DAN JADWAL TUGAS AKHIR

Tugas Akhir ini dilaksanakan di CV Putra Parahyangan Mandiri. Pemilihan

lokasi kegiatan ini dengan pertimbangan, bahwa untuk mengkaji potensi sumber

daya alam yang dimiliki, sehingga hasil Tugas Akhir ini akan dapat bermanfaat baik

dari segi keilmuan maupun pengalaman kerja.

Kegiatan Tugas Akhir ini dilakukan pada pertengahan Bulan September 2015

dan berakhir pada akhir Bulan Oktober 2015. Tahapan kegiatan Tugas Akhir dapat

dijelaskan dengan matriks sebagai berikut :

Tabel 1.1
Matriks Kegiatan Tugas Akhir
juni juli
Jenis
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
Penetapan
Pembimbing
Studi
Pendahuluan
Studi
lapangan
Pengolahan
Data

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

Pembuatan
Laporan
Lain-Lain

IX. PESERTA KERJA PRAKTEK

Adapun data peserta kegiatan Tugas Akhir di PT. MITRABARA ADIPERDANA

tbk adalah sebagai berikut :

Nama : Itang Samsudin

NPM : 1007.01.11.142

Prodi : Teknik Pertambangan

Universitas : Universitas Islam Bandung (UNISBA)

X. PERMOHONAN FASILITAS

Untuk mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan Tugas Akhir ini,

maka kami mengharapkan sekiranya dari pihak perusahaan menyediakan fasilitas

berupa :

1. Tempat tinggal (mess) selama kegiatan berlangsung


2. Konsumsi selama kegiatan berlangsung.
3. Penyediaan alat-alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) selama

kegiatan Tugas Akhir (bila diperlukan).


4. Penyediaan transportasi selama kegiatan berlangsung.
5. Peralatan dan perlengkapan penunjang kegiatan.
6. Biaya transportasi dari Bandung Kalimantan Timur dan Kalimantan Timur -

Bandung.
7. Dan lain - lain yang berupa sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam

kegiatan Tugas Akhir.

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

XI. PENUTUP

Demikianlah proposal ini saya buat sebagai acuan dalam melaksanakan

Tugas Akhir ini. Besar harapan saya akan bantuan segenap direksi dan karyawan

PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk.

Demi kelancaran serta suksesnya pelaksanaan Tugas Akhir yang akan

penulis laksanakan.

Bandung, April 2017

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

DAFTAR PUSTAKA

Partanto, P.Ir, Pemindahan Tanah Mekanis,(1996)

Soelistijo, U, W. Manajemen Industri Pertambangan. UNISBA. (2006).

Partanto, P.Ir, Tambang Terbuka. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum.

Bandung. (1991).

Sanwani, Edi, dkk. Pencucian Batubara, Jurusan Teknik Pertambangan-

FTM, Pertambangan, Institut Teknologi Bandung.(1998)

LEMBAR PENGESAHAN

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)
Proposal Tugas Akhir
PT. MITRABARA ADIPERDANA tbk

JUDUL : MANAGEMENT STOCKPILE BATUBARA DI PT.


MITRABARA ADIPERDANA tbk. Desa Loreh, Kecamatan
Malinau selatan, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan
Utara.

Diajukan oleh : Itang Samsudin (100.701.11.142)

Bandung, April 2017

Menyetujui,

Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Jl. Taman Sari No 1 022 4203368 (Hunting)

You might also like