You are on page 1of 16

BUDAYA PENGASUHAN TERHADAP PERAN AYAH DALAM

PENCEGAHAN DIARE BALITA

(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh
NURUL KOMARIYAH
NIM: 13142010177

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
BANGKALAN
2017
PARENTING CULTURE TO THE FATHERS ROLE FOR
PREVENTION OF INFANTS DIARRHEA
(Study in Bangkalan Puskesmas Workspace)

NURUL KOMARIYAH
STIKes Ngudia Husada Madura
ABSTRACT
Introduction:Prevention of infants diarrhea is one of the fathers role in risky
protection. But, most of father has still a lower role of it. It is because of the parenting
culture that used by father. Maduras culture looks fathers role as a leader and an
economic provider. This research meant to analyze the infuence of parenting culture to
the fathers role for prevention of infants diarrhea.
Method: This research design was an observasional researchby cross sectional
approach.This variables research used exogen and endogen variables. The exogen
variables was the fathers characteristics and parenting culture. The endogen variables
was the fathers role and prevention of infants diarrhea. This research population was
87 fathers with 72 fathers research sample using cluster samplingmethod.This
instrument research was a questionnaire research. This research used Binary Logistic
Regression.
Result and Analyze: The result of this research using Binary Logistic Regression showed
that the fathers characteristics significantly influenced to the fathers role, the fathers
role significantly influenced to the prevention of infants diarrhea with sig. 0,001< 0,05.
The parenting culture significantly influenced to fathers role with sig. 0,009< 0,05. The
parenting culture significantly influenced toprevention of infants diarrhea with sig.
0,019< 0,05. It showed that the fathers characteristics would improve the fathers role,
the fathers role would improve the prevention of infants diarrhea, the parenting culture
would improve the fathers role, and the parenting culture would improve the prevention
of infants diarrhea. The influence of parenting culture was directly stronger influencing
the prevention of infants diarrhea than the indirect influence of the parenting culture to
the prevention of infants diarrhea trough the fathers role. The fathers characteristics
and parenting culture could directly influence the prevention of infants diarrhea without
passing the fathers role.
Discussion:Education gives accurate, true and scientifically information.It is different
from prior related behaviour that the fact is still doubtfull.The parenting culture is useful
for father in improving his prevention role and important for nurses for understanding
their self culture before understanding transcultural nursing in the society.

Keywords :Fathers Characteristics, Parenting Culture, Fathers Role, Prevention of


Infants Diarrhea
BUDAYA PENGASUHAN TERHADAP PERAN AYAH DALAM
PENCEGAHAN DIARE BALITA
(Studi di Wilayah Kerja PuskesmasBangkalan)
NURUL KOMARIYAH
STIKes Ngudia Husada Madura
ABSTRAK
Pendahuluan:Pencegahan diare balita salah satunya merupakan peran ayah dalam
perlindungan dari resiko/bahaya. Namun, sebagian besar ayah masih berperan pasif dalam
hal tersebut. Hal itu dikarenakan budaya pengasuhan yang digunakan ayah. Budaya
Madura melihat peran ayah hanya sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah dalam
keluarga. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh budaya pengasuhan terhadap
peran ayah dalam pencegahan diare balita.
Metode: Desain penelitian ini adalahobservasional dengan pendekatan cross sectional.
Variabel dalam penelitian ni menggunakan variabel eksogen dan endogen. Variabel
eksogen yaitu karakteristik ayah dan budaya pengasuhan sedangkan variabel endogen
yaitu peran ayah dan pencegahan diare balita. Populasi penelitian sebanyak 87 ayah
dengan sampel penelitian 72 ayahmenggunakan metode cluster sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner penelitian. Penelitian ini menggunakan uji
statistik Regresi Binary Logistik.
Hasil dan Analisis: Hasil penelitian dengan uji Regresi Binary Logistik menunjukkan
bahwakarakteristik ayah berpengaruh secara signifikan terhadap peran ayah, peran ayah
secara signifikan berpengaruh terhadap pencegahan diare balita dengan hasil sig 0,001<
0,05. Budaya pengasuhan secara signifikan berpengaruh terhadap peran ayah dengan hasil
sig 0,009< 0,05. Budaya pengasuhan secara signifikan berpengaruh terhadap
pencegahan diare balita dengan hasil sig 0,019< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
karakteristik ayah akan meningkatkan peran ayah, peran ayah akan meningkatkan
pencegahan diare balita, budaya pengasuhan akan meningkatkan peran ayah, dan budaya
pengasuhan akan meningkatkan pencegahan diare balita. Pengaruh budayapengasuhan
secaralangsung lebih kuat mempengaruhi pencegahan diare balita dibandingkan pengaruh
tidak langsung budayapengasuhan terhadap pencegahan diare balita melalui peran ayah.
Karakteristik ayah dan budaya pengasuhan dapat secara langsung mempengaruhi
pencegahan diare balita tanpa memerlukan mediasi peran ayah.
Diskusi:Pendidikan memberikan informasi secara akurat, benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Berbeda dengan pengalaman sebelumnya yang
tidak dapat dijamin kebenarannya. Budaya pengasuhan bermanfaat bagi ayah dalam
meningkatkan perannya dalam pencegahan diare balita dan penting bagi perawat untuk
memahami cultural sendiri sebelum memahami keperawatan transkultural yang
diterapkan untuk masyarakat.

Kata Kunci: Karakteristik Ayah, Budaya Pengasuhan, Peran Ayah, Pencegahan Diare
Balita
PENDAHULUAN Tabel 1.1 menunjukkan bahwa selama
3 bulan terakhir terjadi peningkatan jumlah
Penyakit diaremerupakan salah satu
balita penderita diare yang menunjukkan
masalah kesehatan di negara berkembang
rendahnya pencegahan diare balita oleh
terutama di Indonesia, karena morbiditas
orang tua.
dan mortalitasnya masih tinggi terutama
Keluarga berperan penting dalam
pada anak (usia kurang dari 5 tahun/balita)
semua bentuk pencegahan (Campbell,
(Dinas Kesehatan Kab. Bangkalan, 2015).
2000; Doherty, 1992 dalam Friedmann et
Diare lebih dominan menyerang balita
al, 2013). Keluarga secara peran terdapat
karena daya tahan tubuh balita yang masih
peran secara formal dan informal. Peran
lemah sehingga balita sangat rentan terkena
formal keluarga dibagi menjadi peran
diare. Selain itu, pada anak usia balita, anak
sebagai ayah, peran sebagai ibu, dan peran
akan mengalami fase oral yang membuat
sebagai anak (Efendi dan Makhfudli, 2009).
anak usia balita cenderung mengambil
Peran penting ibu di sebagian besar
benda apapun dan memasukkannya ke
keluarga yaitu sebagai pemimpin kesehatan
dalam mulut sehingga memudahkan kuman
dan pemberi asuhan (Friedmann, 2013).
masuk ke dalam tubuh (Sanusingawi, 2011
Menurut penelitian Jannah, et al (2016) ibu
dalam Kosasih, 2015).
memiliki tindakan pencegahan diare yang
Menurut Joventino, Ximenes, Almeida,
kurang baik. Oleh karena itu diperlukan
& Oria, (2012) dalam Astuti dan Elfi
peran ayah yang menjadi peran sekunder,
(2013), kunci untuk menurunkan angka
atau penyokong peran ibu (Pedersen &
mordibitas dan mortalitas akibat diare
Robson, 1969 dalam Friedmann 2013).
adalah dengan pencegahan diare.
Keluarga secara peran terdapat peran secara
Pencegahan diare pada balita antara lain
formal dan informal. Peran formal keluarga
memberikan ASI, memperbaiki makanan
dibagi menjadi peran sebagai ayah, peran
pendamping ASI, menggunakan air bersih,
sebagai ibu, dan peran sebagai anak (Efendi
mencuci tangan, membuang tinja bayi
dan Makhfudli, 2009). Peran penting ibu di
dengan benar, mencuci botol susu
sebagian besar keluarga yaitu sebagai
denganbenardan memberikan imunisasi
pemimpin kesehatan dan pemberi asuhan
campak karena pemberian imunisasi
(Friedmann, 2013). Menurut penelitian
campak dapat mencegah terjadinya diare
Jannah, et al (2016) ibu memiliki tindakan
yang lebih berat (Depkes, 2010 dalam
pencegahan diare yang kurang baik. Oleh
Febriyana dan Siti, 2011).
karena itu diperlukan peran ayah yang
Berdasarkan data di dunia tahun 2014
menjadi peran sekunder, atau penyokong
penyakit diare urutan ketiga penyebab
peran ibu (Pedersen & Robson, 1969 dalam
kematian balita, membunuh lebih dari 2,4
Friedmann 2013).
juta orang pertahun (Dep Kes Kab.
Perananayah dalam keluarga yang
Bangkalan, 2015).Secara nasional angka
umum adalah sebagaikepala keluarga,
kematian (CFR) pada KLB diare pada
selain itu peran yang lainnya adalahsebagai
tahun 2014 sebesar 1,14%.Sedangkan target
pengambilankeputusan.Pengambilankeputu
CFR pada KLB Diare diharapkan <1%.
san di keluarga lebih menekankan
Dengan demikian secara nasional,
padainteraksi antara anggota keluarga
CFRKLB diare tidak mencapai target
sebagai upayadalam negosiasi atau
program (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
pengambilan keputusan. Peran ayah di
keluarga ini dapat diukurdari bagaimana
ayah beperan dalam
pengambilankeputusan, pencari nafkah,
perlindungan dariresiko/bahaya, pemberi
dukungan dan motivasi, danpemberi
perawatan kesehatan (Setyowati et al, karena dalam budaya Madura peran ayah
2013). sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah
Penelitian Setyowati et al (2013) dalam keluarga (Marizka P, et al, 2015).
menunjukkan bahwasebagian besar ayah Sedangkan peran ibu sebagai perawatan
memiliki peran aktif didalamkeluarganya anak (Andayani, 2006).
yaitu sebagai pengambil Dampak dari lemahnya peran ayah
keputusan,perlindungan dari bahaya atau dalam pencegahan diare akan
resiko, sertamemberikan dukungan mempengaruhi perkembangan balita
motivasi kepada istrinya,sedangkan (Andayani dan Koentjoro, 2014). Diare
beberapa ayah memiliki peran pasifdalam akan menyebabkan peningkatan penyakit
keluarganya yaitu tidak melakukan diare pada balita. Apabila diare tersebut
peranannyadalam perlindungan dari bahaya tidak dideteksi dan diobati secara cepat dan
atau resiko, selainitu ayah yang berperan tepat dapat menyebabkan komplikasi yang
pasif tidak ikut serta dalammerawat anak berujung kematian akibat dehidrasi berat
ketika anaknya sakit. yang disebabkan oleh kehilangan cairan
Hasil wawancara kepada ayah balita di dan elektrolit melalui feses secara terus-
Desa Bilaporah Barat Kecamatan Socah menerus (DepKes, 2010 dalam Surya S,
Kabupaten Bangkalan pada tanggal 11 2015). Efek yang kedua adalah menambah
Desember 2016 didapatkan bahwa dari beban ibu karena dianggap sebagai
10ayah balitadiantaranya terdapat 4 ayah pengasuh utama dan penanggungjawab
balita yang berperan aktif dalam penuh atas segala urusan
pencegahan diare balita yaitu pengambilan kerumahtanggaaan (Andayani dan
keputusan untuk mencegah resiko diare Koentjoro, 2014).
dengan memberikan makanan pendamping Kebudayaan merupakan hal terpenting
ASI yang bergizi dan memberikan motivasi dalam konseling dan pendidikan kesehatan
kepada istrinya dalam pemberian ASI dan pada keluarga. Maka guna mencegah diare
imunisasi. Sedangkan 6 ayah balita balita, keluarga Madura memerlukan
berperan pasif dalam pencegahan diare pemahaman mengenai budaya pengasuhan
balita yaitu tidak berperan dalam ayah. Strategi mencegah diare balita sesuai
pengambilan keputusan dalam pencegahan teori transcultural nursing Leininger (2001)
diare dan tidak memberikan motivasi dalam Fitriyah (2016), perawat dapat
kepada istrinya dalam pemberian ASI dan membantu ayah dengan mempertahankan
imunisasi. Alasan ayah berperan pasif budaya pengasuhan (culture care
dalam pencegahan diare balita karena preservation) apabila budaya pengasuhan
menurut mereka sebagai laki-laki Madura sudah menguntungkan dalam mencegah
peran mereka hanya sebatas sebagai kepala diare balita. Tetapi tidak menutup
keluarga dan pencari nafkah dalam kemungkinan terjadi negosiasi budaya
keluarga. pengasuhan (culture care accomodation)
Faktor yang mempengaruhi lemahnya bahkan rekonstruksi budaya keluarga
peran ayah pada pencegahan diare balita (culture care restructuring) apabila
terdiri dari dua faktor yaknifaktor internal penerapan budaya pengasuhan dari ayah
dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri memberikan peluang kurang
dari usia,pendidikan, pekerjaan dan menguntungkan dalam mencegah diare
pengalaman sebelumnya.Faktor eksternal balita.
berasal dari lingkungan fisik, petugas
kesehatan, budaya pengasuhan dan sosial
ekonomi (Setyowati et al, 2013 dan Astuti BAHAN DAN METODE
dan Elfi, 2013). Berdasarkan aspek budaya Desain penelitian yang digunakan
pengasuhan penyebab lemahnya peran ayah adalah observasional dengan pendekatan
dalam pencegahan diare balita adalah Cross Sectional yakni penelitian yang
dilakukan dengan mengambil waktu
tertentu yang relatif pendek dan tempat
tertentu.
Populasi dalam penelitian ini adalah Tabel 2 Hasil Uji Regresi Binary Logistik
ayah yang memiliki balita di wilayah kerja Karakteristik Ayah terhadap
Puskesmas Kota Bangkalan sebanyak 87 Pencegahan Diare Balita
orang. Besar sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 72 orang dengan
metode pengambilan sampel menggunakan
teknik clusster sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner
penelitian Analisis statistik diperoleh
dengan perangkat komputer menggunakan Berdasarkan data hasil penelitian pada
uji statistik Regresi Binary Logistik dengan tabel 2 didapatkan bahwa karakteristik ayah
derajat kemaknaan p < (0,05). Tujuan secara signifikan berpengaruh terhadap
penelitian untuk menganalisis pengaruh pencegahan diare balita dengan hasil sig
budaya pengasuhan terhadap peran ayah 0,004< 0,05 sehingga Ha diterima.
dalam pencegahan diare balita.
Tabel 3 Hasil Uji Regresi Binary Logistik
HASIL PENELITIAN Peran Ayah Terhadap Pencegahan Diare
Hasil penelitian menunjukkan terdapat Balita
pengaruh karakteristik ayah terhadap peran
ayah, pengaruh karakteristik ayah terhadap
pencegahan diare balita, pengaruh peran
ayah terhadap pencegahan diare balita,
pengaruh budaya pengasuhan terhadap
peran ayah, pengaruh budaya pengasuhan Berdasarkan data hasil penelitian pada
terhadap pencegahan diare balita. Hasil tabel 3 didapatkan bahwa peran ayah
analisis uji statistik dengan menggunakan secara signifikan berpengaruh terhadap
Regresi Binary Logistik dapat dilihat pada pencegahan diare balita dengan hasil sig
tabel 1, 2, 3, 4 dan 5. Sedangkan pengaruh 0,001< 0,05 sehingga Ha diterima.
karakteristik ayah terhadap peran ayah
dalam pencegahan diare balita dan budaya Tabel 4 Hasil Uji Regresi Binary Logistik
pengasuhan terhadap peran ayah dalam Budaya Pengasuhan Terhadap Peran
pencegahan diare balita dapat dilihat pada Ayah
gambar 1, tabel 6, dan tabel 7.

Tabel 1 Hasil Uji Regresi Binary Logistik


Karakteristik Ayah terhadap Peran
Ayah Berdasarkan data hasil penelitian pada
tabel 4didapatkan bahwa peran ayah secara
signifikan berpengaruh terhadap peran ayah
dengan hasil sig 0,001< 0,05 sehingga Ha
diterima.
Berdasarkan data hasil penelitian pada
tabel 1 didapatkan bahwa karakteristik ayah
secara signifikan berpengaruh terhadap
peran ayah dengan hasil sig 0,001< 0,05
sehingga Ha diterima
Tabel 5 Hasil Uji Regresi Binary Logistik Tabel 7 Jalur Pengaruh Tidak Langsung
Budaya Pengasuhan Terhadap
Pencegahan Diare Balita

Tabel 7 menjelaskan bahwa


Berdasarkan data hasil penelitian pada pencegahan diare balita secara tidak
tabel 5didapatkan bahwa peran ayah secara langsung pertama yaitu, karakteristik ayah
signifikan berpengaruh terhadap melaui peran ayah dengan nilai 0,263.
pencegahan diare balita dengan hasil sig Pengaruh tidak langsung terkuat kedua
0,001< 0,05 sehingga Ha diterima. untuk pencegahan diare balita melalui
budaya pengasuhan dan peran dengan nilai
Gambar 1 Gambaran Jalur Pengaruh 0,235. Hasil penelitian ini menunjukkan
Budaya Pengasuhan terhadap Peran bahwa pengaruh langsung dalam
Ayah dalam Pencegahan Diare Balita pencegahan diare balita lebih kuat
dibandingkan pengaruh tidak langsung.

PEMBAHASAN
1. Karakteristik Ayah terhadap Peran
Ayah
Karakteristik ayah yang dibentuk oleh
konstruk pendidikan dan pengalaman
sebelumnya mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap peran ayah yang
Gambaran jalur pengaruh variabel dibentuk oleh konstruk pengasuh, pendidik
eksogen ke variabel endogen diatas dapat dan pemberi contoh, pengawas dan
menjelaskan pengaruh langsung dan tidak pendisiplin, pelindung, dan pendukung
langsung budaya pengasuhan terhadap dengan hasil sig 0,001< 0,05 (Tabel 1).
peran ayah dalam pencegahan diare balita. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik
Nilai pengaruh langsung dan tidak langsung ayah meningkatkan peran ayah.
dijelaskan pada tabel 6 dan 7 sebagai Karakteristik secara umum mendorong
berikut proses pembentukan peran ayah sebagai
bentuk dari faktor internal yang bersumber
Tabel 6 Jalur Pengaruh Langsung dari diri ayah sendiri. Perilaku balita
dipengaruhi oleh peran ayah. Peran ayah
dipengaruhi oleh karakteristik ayah.
Karakteristik ayah menjadi faktor yang
utama dalam membentuk perilaku balita.
Peneliti menganalisis bahwa hampir
seluruh ayah memiliki peran yang baik
Perhitungan nilai pengaruh langsung
dalam merawat balita, sebagai teladan bagi
dari karakteristik ayah terhadap pencegahan
balita, mengawasi dan menjadi pendisiplin
diare balita adalah 0,401 dan budaya
bagi perilaku balita, melindungi balita dari
pengasuhan terhadap pencegahan diare
segala hal berbahaya di sekitar
balita adalah 0,369. Sedangkan perhitungan
lingkungannya, serta mendukung balita
nilai pengaruh tidak langsung dijelaskan
untuk memenuhi kebutuhannya mengenal
pada tabel 7 sebagai berikut
kelurga besar. Dengan tercapainya seluruh
indikator tersebut, maka keterlibatan ayah
dalam seluruh aspek balita dan keluarga ayah yang baik akan memimpin anaknya
dapat dinilai baik. menjadi anak yang baik pula.
Pender (2002) dalam model yang Fathering merupakan peran yang
telah direvisi memunculkan teori tentang dimainkan seseorang yang berkaitan
hubungan antara karakteristik dan dengan anak, bagian dari sistem keluarga,
pengalaman, kognisi dan afek spesifik komunitas, dan budaya (Lynn, dalam
perilaku, dan hasil akhir perilaku individu. Frogman, et al,2002 dalam Hidayati, et al,
Hal ini menunjukkan karakteristik 2011).Penelitian yang dilakukan oleh
berpengaruh terhadap perilaku ayah. Setyowati, et al (2013) menunjukkan
Teori Hart (1999)dalam Muna (2015) karakteristik mempengaruhi peran ayah
yang tegas langsung mengatakan arti yaitu faktor internal yang berasal dari diri
keterlibatan ayah bagi anak ayah sendiri. Semakin baik karakteristik
sebagai:economic provider, friend and ayah, semakin baik pula peran ayah yang
playmate, care giver, teacher and role akan dijalankannya (Setyowati, et al, 2013).
model, monitor and disciplinarian, Peran ayah dibentuk oleh karakteristik
protector, advocate, resource. Namun individu yang berasal dari dirinya sendiri.
diantara kedelapan indikator tersebut Berkaitan dengan teori Pender (2002),
peneliti memilih 5 diantaranya yaitu: care karakteristk berhubungan langsung dengan
giver, teacher and role model, monitor and perilaku afektif dan kognitif dalam
disciplinarian, protector,resource yang pengaruh interpersonal yaitu adanya peran
sesuai dengan variabel endogen yang kedua ayah yang kemudian akan membentuk
yaitu pencegahan diare balita. suatu perilaku promosi kesehatan
Kelimaindikator tersebut akan pencegahan diare balita.
mempengaruhi peran ayah dalam 2. Karakteristik Ayah terhadap
pencegahan diare balita. Pencegahan Diare Balita
Dalam pandangan Islam, peran ayah Karakteristik ayah yang dibentuk oleh
merupakan benteng utama terhadap konstruk pendidikan dan pengalaman
pembentukan perilaku anak yang dibentuk sebelumnya mempunyai pengaruh yang
oleh karakteristik ayah. Dan (ingatlah) signifikan terhadap pencegahan diare balita
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di yang dibentuk oleh konstruk pengetahuan,
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: sikap, dan tindakan dengan hasil 0,004<
"Hai anakku, janganlah kamu 0,05 (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa
mempersekutukan Allah, sesungguhnya karakteristik ayah meningkatkan
mempersekutukan (Allah) adalah benar- pencegahan diare balita.
benar kezaliman yang besar"(QS. Luqman Karakteristik ayah menentukan
ayat 13). perilaku ayah dalam sisi apapun.
Hadis dari Abdullah bin Umar Pencegahan diare balita merupakan
Sesungguhnya Rasulullah bersabda : Setiap perilaku ayah dalam hal pencegahan
kalian adalah pemimpin yang bertanggung resiko/bahaya. Karakteristik menjadi dasar
jawab terhadap apa yang dipimpinnya. bagi ayah untuk memiliki perilaku baik
Seorang pemimpin bertanggung jawab ataupun tidak sehingga jika karakteristik
terhadap rakyatnya, Dan seorang lelaki ayah baik maka perilaku pencegahan diare
(suami) adalah pemimpin keluarganya, balita akan baik pula.
dimana ia bertanggung jawab terhadap Pender (2002) menggambarkan
kepemimpinannya. Seorang istri adalah pengaruh secara langsung yang dapat
pemimpin di rumah suami dan anak- dibentuk dari karakteristik terhadap hasil
anaknya, serta ia bertanggung jawab akhir perilaku individu yaitu pencegahan
terhadap kepemimpinannya(HR.Bukhari). diare balita. Karakteristik dianggap
Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa mempengaruhi kecenderungan terhadap
keterlibatan dalam perilaku promosi Keluarga berperan penting dalam
kesehatan. semua bentuk pencegahan (Campbell,
3. Peran Ayah terhadap Pencegahan 2000; Doherty, 1992 dalam Friedmann et
Diare Balita al, 2013). Keluarga secara peran terdapat
Peran ayah yang dibentuk oleh peran secara formal dan informal. Peran
konstruk pengasuh, pendidik dan pemberi formal keluarga dibagi menjadi peran
contoh, pengawas dan pendisiplin, sebagai ayah, peran sebagai ibu, dan peran
pelindung dan pendukung berpengaruh sebagai anak (Efendi dan Makhfudli,
secara signifikan terhadap pencegahan 2009). Penelitian Setyowati et al (2013)
diare balita yang dibentuk oleh konstruk menunjukkan bahwasebagian besar ayah
pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan memiliki peran aktif didalamkeluarganya
hasil 0,001< 0,05(Tabel 3). Hal ini yaitu sebagai pengambil
menunjukkan bahwa peran ayah keputusan,perlindungan dari bahaya atau
meningkatkan pencegahan diare balita. resiko, sertamemberikan dukungan
Peran ayah akan menjadi suatu motivasi kepada istrinya,sedangkan
motivator yang menimbulkan perilaku beberapa ayah memiliki peran pasifdalam
kesehatan. Peran ayah dalam keluarga keluarganya yaitu tidak melakukan
adalah melindungi keluarga dari peranannyadalam perlindungan dari bahaya
ancaman/resiko kesehatan. Ketika peran atau resiko, selainitu ayah yang berperan
yang dijalankan ayah baik maka akan pasif tidak ikut serta dalammerawat anak
mendorong ayah untuk menghasilkan ketika anaknya sakit.
perilaku pencegahan diare balita yang baik Dalam model Pender (2002), hasil
pula. akhir perilaku dipengaruhi oleh rasa
Model Promosi Kesehatan Pender komitmen seseorang terhadap rencana
(2002) yang telah direvisi menekankan tindakan dengan strategi khusus yang
pentingnya kognisi, dan afek perilaku yang teridentifikasi, dan kapasitas seseorang
spesifik sebagai motivator primer perilaku untuk menekan persaingan antara tuntutan
pencegahan diare balita. Enam kognisi dan dan pilihan yang dalam hal ini adalah peran
afek spesifik perilaku yang ayah. Perilaku promosi kesehatan adalah
dipertimbangkan menjadi motivasi utama hasil akhir tindakan dalam model tersebut.
dalam mendorong individu terlibat dalam Pender dan rekan menekankan bahwa
promosi kesehatan diidentifikasi dalam perilaku promosi kesehatan yaitu
model tersebut sebagai: Manfaat tindakan, pencegahan diare balita akhirnya bertujuan
hambatan terhadap tindakan, dan mencapai hasil akhir kesehatan yang positif
kecakapan diri yang dirasakan, afek terkait bagi klien yang harus menghasilkan
aktivitas, pengaruh interpersonal, serta pengalaman kesehatan yang positif bagi
pengaruh situasional. Kognisi dan afek balita.
spesifik perilaku, yaitu peran ayah yang Peran ayah meningkatkan pencegahan
dihipotesis secara langsung terkait dengan diare balita. Menurut Pender (2002) kognisi
tindakan promosi kesehatan meliputi dan afek spesifik perilaku yang dihipotesis
persepsi positif terhadap hasil akhir yang secara langsung terkait dengan tindakan
diharapkan dan diduga, hambatan untuk promosi kesehatan meliputi persepsi positif
bertindak minimal, perasaan efektif dan terhadap hasil akhir yang diharapkan dan
terampil, perasaan positif mengenai diduga, hambatan untuk bertindak minimal,
perilaku sehat, adanya dukungan sosial perasaan efektif dan terampil, perasaan
keluarga dan teman sebaya, model peran positif mengenai perilaku sehat, adanya
yang positif, dan ketersediaan konteks dukungan sosial keluarga dan teman
lingkungan yang sesuai, aman, serta sebaya, model peran yang positif yaitu
menyenangkan. peran ayah, dan ketersediaan konteks
lingkungan yang sesuai, aman, serta secara langsung lebih kuat mempengaruhi
menyenangkan. pencegahan diare balita dibandingkan
Menurut Joventino, Ximenes, Almeida, pengaruh tidak langsung karakteristik ayah
& Oria, (2012) dalam Astuti dan Elfi terhadap pencegahan diare balita melalui
(2013), kunci untuk menurunkan angka peran ayah.
mordibitas dan mortalitas akibat diare Karakteristik ayah memiliki pengaruh
adalah dengan pencegahan diare. yang lebih kuat secara langsung terhadap
Pencegahan diare balita mempunyai 3 peran ayah dengan nilai 0,494
tingkatan menurut Syafrudin (2015) yaitu, dibandingkan pengaruh langsung
primary prevention, secondary prevention, karakteristik ayah terhadap pencegahan
tertiery prevention. diare balita dengan nilai 0,401 (Gambar
Primary prevention adalah promosi 4.2). Selain itu, peran ayah juga memiliki
kesehatan dan tindakan pencegahan yang pengaruh yang kuat terhadap pencegahan
dilakukan untuk mempertahankan kondisi diare balita dengan nilai 0,533 (Gambar
sehat lebih lama dan mencegah datangnya 4.2).
suatu penyakit, secondary prevention Hal tersebut menunjukkan bahwa
adalah diagnosis dini dan pengobatan yang karakteristik ayah lebih berpengaruh dalam
tepat, sedangkan tertiery prevention adalah meningkatkan peran ayah secara langsung
fase pemulihan kondisi sakit dengan tujuan dibandingkan pengaruh karakteristik ayah
mengurangi dampak komplikasi penyakit dalam meningkatkan pencegahan diare
yang diderita dengan cara memperbaiki balita. Selain itu, peran ayah secara
kualitas aktivitas kesehatan dan keseharian. langsung berpengaruh dalam meningkatkan
Peran ayah meliputi pengasuh, pencegahan diare balita. Sehingga dapat
pendidik dan pemberi contoh, pengawas disimpulkan bahwa karakteristik ayah
dan pendisiplin, pelindung, dan pendukung. berpengaruh kuat secara langsung dalam
Kelima peran ini akan membentuk peran meningkatkan peran ayah untukmencapai
ayah dalam pencegahan diare balita. Peran pencegahan diare balita dan peran ayah
ayah merupakan suatu motivator dari afek secara langsung mempengaruhi pencegahan
kognitif spesifik dalam pengaruh diare balita.
interpersonal yang dikemukakan oleh Karakteristik ayah akan
Pender (2002) yang akan mempengaruhi meningkatkan peran ayah. Faktor personal
perilaku promosi kesehatan pencegahan tersebut berhubungan secara langsung
diare balita. untuk meningkatkan peran ayah.
4. Karakteristik Ayah terhadap Peran Karakteristik secara umum mendorong
Ayah dalam Pencegahan Diare proses pembentukan peran ayah sebagai
Balita bentuk dari faktor internal yang bersumber
Nilai pengaruh langsung dari dari diri ayah sendiri. Karakteristik ayah
karakteristik ayah terhadap pencegahan mempengaruhi peran ayah melalui
diare balita adalah 0,401 (Tabel 6). kecenderungan sifat yang sering
Sedangkan perhitungan nilai pengaruh tidak ditampilkan ayah dan ekspresi emosi ayah
langsung menjelaskan bahwa pencegahan yang berperan dalam pembentukan perilaku
diare balita secara tidak langsung paling balita. Karakteristik ayah dapat membentuk
kuat adalah pengaruh karakteristik ayah peran ayah melalui pendidikan dan
melalui peran ayah dengan nilai 0,263 pengalaman sebelumnya.
(Tabel 7). Peran ayah adalah segala keterlibatannya
Hasil penelitian tersebut tentang anak. Ayah dapat mengasuh,
menunjukkan bahwa pengaruh langsung mendidik dan memberi contoh, mengawasi
dalam pencegahan diare balita lebih kuat dan menjadi pendisiplin, melindungi, dan
dibandingkan pengaruh tidak langsung. mendukung segala kebutuhan anak.Peran
Sehingga pengaruh karakteristik ayah ayah dibentuk oleh karakteristik individu
yang berasal dari dirinya sendiri. Berkaitan perilaku pada pengaruh interpersonal yaitu
dengan teori Pender (2002), karakteristk peran ayah sehingga menghasilkan perilaku
berhubungan langsung dengan perilaku akhir promosi kesehatan pencegahan diare
afektif dan kognitif dalam pengaruh balita.
interpersonal yaitu adanya peran ayah yang Budaya sendiri menurut Sunrise Model
kemudian akan membentuk suatu perilaku Leininger (2001), perawat dapat membantu
promosi kesehatan pencegahan diare balita. ayah dengan mempertahankan budaya
5. Budaya Pengasuhan terhadap Peran pengasuhan (culture care preservation)
Ayah apabila budaya pengasuhan sudah
Budaya pengasuhan yang dibentuk menguntungkan. Tetapi tidak menutup
oleh konstruk tugas dan waktu secara kemungkinan terjadi negosiasi budaya
signifikanberpengaruh terhadap peran ayah pengasuhan (culture care accomodation)
yang dibentuk oleh konstruk pengasuh, bahkan rekonstruksi budaya keluarga
pendidik dan pemberi contoh, pengawas (culture care restructuring) apabila
dan pendisiplin, pelindung, dan pendukung penerapan budaya pengasuhan dari ayah
dengan hasil sig 0,009< 0,05 (Tabel 4). memberikan peluang kurang
Hal ini menunjukkan budaya pengasuhan menguntungkan.
meningkatkan peran ayah. 6. Budaya Pengasuhan terhadap
Budaya pengasuhan yang baik maka Pencegahan Diare Balita
akan mengahasilkan pula peran ayah yang Budaya pengasuhan yang dibentuk
baik dalam merawat balita. Budaya oleh konstruk tugas dan waktu secara
diciptakan secara turun-menurun sebagai signifikan berpengaruh terhadap
proses belajar untuk menciptakan perilaku pencegahan diare balita yang dibentuk oleh
seseorang. Budaya menjadi dasar keluarga konstruk pengetahuan, sikap, dan tindakan
untuk menentukan perilakunya. Budaya dengan hasil sig 0,019< 0,05 (Tabel 5).
menjadi salah satu karakteristik ayah yang Hal ini menunjukkan bahwa budaya
akan menentukan motivator primer dalam pengasuhan meningkatkan pencegahan
melaksanakan peran ayah. diare balita.
Orientasi atau latar belakang Budaya menjadi dasar seseorang dalam
kebudayaan keluarga dapat menjadi membentuk perilakunya. Budaya yang
variabel yang paling berhubungan dalam dimiliki ayah diperoleh secara turun-
memahami perilaku keluarga, sistem nilai temurun dari generasi ke generasi sehingga
dan fungsi keluarga. Karena kebudayaan dapat melingkupi perilaku ayah. Perilaku
menembus dan mengitari tindakan individu, ayah kemudian akan diturunkan juga
keluarga dan sosial, konsekuensinya nantinya kepada anaknya sehingga
pervasif dan implikasi pada praktik menjadi berkesinambungan membentuk perilaku
luas (Friedmann, 2013). sang anak juga. Namun budaya dapat
Leininger (2001) mengartikan berubah sesuai perkembangan jaman.
paradigma keperawatan transkultural Dalam penelitian ini ayah sudah
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai- menggunakan salah satu intervensi yang
nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya ditawarkan Leininger sehingga budaya
asuhan keperawatan yang sesuai dengan pengasuhan asli Madura tidak keseluruhan
latar belakang budaya terhadap empat dipergunakan.
konsep sentral keperawatan, yaitu: manusia, Revisi model promosi kesehatan
komponen sehat sakit, lingkungan serta Pender (2002) secara langsung
keperawatan (Andrew and Boyle, 1995 mengungkapkan bahwa faktor personal
dalam Andiansyah, et al, 2011). dapat mempengaruhi proses akhir perilaku
Menurut Pender (2002), budaya promosi kesehatan. Faktor personal yang
merupakan faktor personal yang dibahas disini diantaranya adalah budaya
berhubungan dengan afek kognitif spesifik pengasuhan yang dapat secara langsung
mempengaruhi perilaku promosi kesehatan langsung dalam meningkatkan peran ayah
pencegahan diare balita. Namun budaya untukmencapai pencegahan diare balita dan
tersebut dapat berubah seiring waktu peran ayah secara langsung mempengaruhi
dengan konsep yang ditawarkan oleh pencegahan diare balita.
Leininger (2001) yaitu pemeliharan Budaya pengasuhan akan
terhadap budaya(culture care preservation), meningkatkan peran ayah. Faktor personal
negosiasi budaya(culture care tersebut berhubungan secara langsung
accomodation) dan merestrukturisasi untuk meningkatkan peran ayah. Budaya
budaya(culture care restructuring). menjadi dasar pembentukan perilaku
7. Budaya Pengasuhan terhadap Peran seseorang sehingga ayah dapat menjalankan
Ayah dalam Pencegahan Diare perannya dengan baik. Budaya pengasuhan
Balita dapat membentuk peran ayah melalui tugas
Nilai pengaruh langsung dari budaya dan waktu luang yang dilakukan dengan
pengasuhan terhadap pencegahan diare baik. Dengan tugas dan waktu yang
balita adalah 0,369 (Tabel 6). Sedangkan dilaksanakan dengan baik, maka peran yang
perhitungan nilai pengaruh tidak langsung dijalankan ayah pun akan baik.
menjelaskan bahwa pencegahan diare balita Peran ayah adalah segala
secara tidak langsung paling kuat adalah keterlibatannya tentang anak. Ayah dapat
pengaruh budaya pengasuhan melalui peran mengasuh, mendidik dan memberi contoh,
ayah dengan nilai 0,235 (Tabel 7). mengawasi dan menjadi pendisiplin,
Hasil penelitian tersebut melindungi, dan mendukung segala
menunjukkan bahwa pengaruh langsung kebutuhan anak.Dalam budaya pengasuhan
dalam pencegahan diare balita lebih kuat Maduratugas dan waktu ayah hanya
dibandingkan pengaruh tidak langsung. digunakan dalam mencari nafkah sehingga
Sehingga pengaruh budaya pengasuhan peran ayah dalam merawat anak tidak
secara langsung lebih kuat mempengaruhi terpenuhi. Namun, budaya pengasuhan
pencegahan diare balita dibandingkan Madura sudah bergeser sehingga tugas dan
pengaruh tidak langsung budaya waktu ayah berorientasi pada kebutuhan
pengasuhan terhadap pencegahan diare anak sehingga peran ayah dalam merawat
balita melalui peran ayah. anak menjadi terpenuhi.
Budaya pengasuhan memiliki Budaya pengasuhan sangat
pengaruh yang lebih kuat secara langsung diperlukan untuk meningkatkan peran ayah
terhadap peran ayah dengan nilai 0,440 dalam pencegahan diare balita. Faktor
dibandingkan pengaruh langsung budaya personal kemudian akan mempengaruhi
pengasuhan terhadap pencegahan diare afek kognitif spesifik perilaku yang akan
balita dengan nilai 0,369 (Gambar 4.2). mempengaruhi promosi kesehatan
Selain itu, peran ayah juga memiliki pencegahan diare balita (Pender, 2002).
pengaruh yang kuat terhadap pencegahan Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa
diare balita dengan nilai 0,533 (Gambar ada hubungan yang positif dan signifikan
4.2). antara peran ayah dengan pencegahan diare
Hal tersebut menunjukkan bahwa balita. Jika peran ayah meningkat maka
budaya pengasuhan lebih berpengaruh akan meningkat pula pencegahan diare
dalam meningkatkan peran ayah secara balita.
langsung dibandingkan pengaruh budaya Budaya pengasuhan memiliki
pengasuhan dalam meningkatkan hubungan yang signifikan dengan peran
pencegahan diare balita. Selain itu, peran ayah, perilaku kesehatan yang positif dalam
ayah secara langsung berpengaruh dalam melakukan pencegahan diare balita serta
meningkatkan pencegahan diare balita. sangat membantu balita untuk dapat
Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya menurunkan resiko balita terkena diare
pengasuhan berpengaruh kuat secara (Wong, et al, 2009).Budaya pengasuhan
dapat meningkatkan peran ayah dan lingkungannya untuk kesehatan pribadi
pencegahan diare balita. Ayah dengan dan anaknya
budaya pengasuhan yang baik akan 7. Pengaruh budaya pengasuhan secara
membuat ayah memiliki peran yang baik
langsung lebih kuat mempengaruhi
sehingga ayah dapat melakukan
pencegahan diare balita. pencegahan diare balita dibandingkan
pengaruh tidak langsung budaya
KESIMPULAN pengasuhan terhadap pencegahan diare
1. Karakteristik ayah meningkatkan peran balita melalui peran ayah
ayah di wilayah kerja Puskesmas
Bangkalan. Karakteristik ayah yang baik SARAN
dapat membuat peran ayah menjadi 1. Bagi Peneliti Selanjutnya
semakin baik. Karakteristik ayah sangat Penelititian ini dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan
diperlukan untuk meningkatkan peran
penelitian terkait dengan budaya
ayah. pengasuhan. Beberapa masalah yang
2. Karakteristik ayah dapat diteliti antara lain faktor-faktor
meningkatkanpencegahan diare balita di yang berpengaruh terhadap budaya
wilayah kerja Puskesmas Bangkalan. pengasuhan, dan diharapkan dapat
Karakteristik ayah yang baik dapat menggunakan jangka waktu penelitian
yang lebih lama dan jenis metode
membuat pencegahan diare balita
penelitian yang berbeda dengan sampel
menjadi semakin baik. Karakteristik ayah yang lebih besar untuk mengevaluasi
sangat diperlukan untuk meningkatkan pengaruh budaya pengasuhan terhadap
pencegahan diare balita. peran ayah dalam pencegahan diare.
3. Peran ayah meningkatkan pencegahan 2. Bagi Tenaga Keperawatan
diare balita di wilayah kerja Puskesmas Penting bagi perawat untuk
Bangkalan. Peran ayah berpengaruh memahami cultural sendiri sebelum
memahami keperawatan transkultural.
sebagai motivator primer atas perilaku
Konsep tentang budaya dan gambaran
kesehatan pencegahan diare balita perilaku dan sikap yang mencerminkan
4. Pengaruh karakteristik ayah secara budaya tertuang dalam ilmu antropologi
langsung lebih kuat mempengaruhi kesehatan. Dalam menerapkan
pencegahan diare balita dibandingkan keperawatan transkultural, tak hanya
pengaruh tidak langsung karakteristik budaya yang harus diperhatikan, namun
ayah terhadap pencegahan diare balita paradigma keperawatan pun perlu
diingat agar dapat diaplikasikan dalam
melalui peran ayah
keperawatan transkultural.
5. Budaya pengasuhan meningkatkan peran 3. Bagi Responden
ayah di wilayah kerja Puskesmas Harapannya kepada ayah adalah agar
Bangkalan. Budaya pengasuhan yang ayah dapat mempertahankan budaya
baik dapat meningkatkan dan akan yang baik dalam melaksanakan perannya
merubah peran ayah menjadi semakin sebagai ayah yang baik bagi anaknya.
Budaya pengasuhan yang dipilih ayah
baik
akan sangat berpengaruh terhadap
6. Budaya pengasuhan meningkatkan pembentukan perilaku sang anak.
pencegahan diare balita di wilayah kerja Pendidikan ayah dan pengalaman
Puskesmas Bangkalan. Budaya sebelumnya tentang merawat diare balita
pengasuhanberpengaruh terhadap juga penting untuk membentuk
bagaimana ayah berperilaku dalam karakteristik ayah sehingga peran dan
perilaku pencegahan diare balita oleh sriririttiutpublikasiilmiah.ums.ac.
ayah dapat dijalankan dengan baik pula. id
Fitriah. (2016). Naskah Disertasi
DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Model
Adiansyah, et al. (2011). Perspektif dan Ketahanan keluarga Berbasis
Prinsip Transkultural Budaya Madura dalam
dalamKeperawatan Beserta Pencegahan Seksual Pranikah
Aplikasinya. Fakultas Ilmu Remaja. (Doctoral dissertation,
KeperawatanUniversitas Universitas Airlangga)
Indonesia Friedmann, Marilyn M, et al. (2013). Buku
Andayani, Budi dan Koentjoro. (2014). Ajar Keperawatan Keluarga
Peran Ayah Menuju Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Coparenting. Sidoarjo: Laros Kedokteran EGC.
Andayani, A. (2006). Pola pengasuhan dan Haris F, Firman. (2016). Pengaruh
kesehatan anak pada keluarga Pendidikan Kesehatan Metode
Madura perantauan dengan Snow Balling Terhadap Perilaku
status ibu bekerja di Sidoarjo PencegahanDemam Thypoid
dan sekitarnya: laporan Pada Anak Usia Sekolah. Skripsi
penelitian kajian wanita. STIKes Ngudia Husada Madura
Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Hidayat, Aziz Alimul. (2010). Metode
Sejarah, Universitas Negeri Penelitian Keperawatan Dan
Surabaya. Teknik Analisa Data. Jakarta:
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Salemba Medika
Penelitian Suatu Pendekatan ________________. (2011). Metode
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Penelitian Kesehatan Paradigma
Astuti, Ragil A. dan Elfi Syahreni. (2013). Kuantitatif. Surabaya: Health
Self-Efficacy Ibu dalam Upaya Books Publishing
Pencegahan Diare pada Anak Hidayati, Farida, et al. (2011). Peran Ayah
Usia Kurang dari 5 Tahun.Jurnal dalam Pengasuhan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume Psikologi Undip Vol. 9, No. 1,
16 No.3, November 2013, hal April 2011
183-189 Jannah, Mentari F, et al. (2016). Hubungan
Daniels, Rick, et al. (2010). Nursing Antara Pengetahuan
Fundamentals Caring & clinical danTindakanPencegahan Ibu
Decision Making Second Edition. dengan Kejadian Diare pada
United States of America: Balita DiPuskesmas Tikala Baru
DELMAR CENGAGE Learning Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). FarmasiVol. 5 No. 3 Agustus
Keperawatan Kesehatan 2016 ISSN 2302 - 2493, hal 213
Komunitas Teori dan Praktik Juffrie, Mohammad, et al. (2012). Buku
dalam Keperawatan. Jakarta: Ajar Gastroenterologi-
Penerbit Salemba Medika Hepatologi Jilid 1 Cetakan
Febriyana N, dan Siti Arifah. (2011). ketiga. Jakarta: Badan Penerbit
Hubungan Peran Orang Tua IDAI
dalam Pencegahan dengan Kesehatan Bangkalan, Dinas. (2015). Profil
Kejadian Diare pada Balita di Kesehatan Dinas Kesehatan
Kelurahan Karang Tengah Kabupaten/Kota Bangkalan
Kecamatan Sragen Kabupaten Tahun 2015. Dinas Kesehatan
Sragen. Kabupaten Bangkalan, hal. 17.
Kesehatan RI, Kementrian. (2015). Profil Keperawatan Pedoman Skripsi,
Kesehatan Indonesia 2014. Tesis dan Instrumen Penelitian
Kementrian Kesehatan RI, hal. Keperawatan. Jakarta: Salemba
147 Medika.
Kosasih, C. (2015). Gambaran Pengetahuan _________. (2013). Metodologi Penelitian
Ibu Tentang Diare Pada Anak Ilmu Keperawatan, Pendekatan
Usia Balita Di Kelurahan Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba
Padasuka. Doctoral dissertation, Medika
Universitas Pendidikan Pati, GP Pati. (2011). Kuesioner Peran Ibu.
Indonesia eprints.undip.ac.id

Marizka P, Fitania, et al. (2015). Intervensi Riviansyah, Nikris. (2015). Gender


Keperawatan transkultural. Terdiskriminasikan oleh Budaya.
(Makalah, Universitas Jember). http://www.kompasiana.com/nikr
http://laras.web.unej.ac.id/2015/ is/gender-terdiskriminasikan-
05/05/transkultural-intervensi- oleh-
suku-madura/ diakses pada budaya_5520a611813311467419
12/12/2016 10:00 WIB facc diakses pada 31/01/2017
Muna, Leli Nailul. (2015). Pengaruh Peran 14:00 WIB
Ayah (Fathering) terhadap Setyowati, Nanik Putri, et al. (2013).
Deteminasi Diri (Self Hubungan Peran Ayah di
Determination) pada Remaja Keluarga dengan Keikutsertaan
Kelas X di SMAN 3 Malang. Balita Usia 2-24 Bulandalam
Skripsi Fakultas Pelaksanaan Imunisasi DPT di
PsikologiUniversitas Islam Desa Pace Kecamatan Silo
NegeriMaulana Malik Ibrahim KabupatenJember. Artikel Ilmiah
Malang Hasil Penelitian Mahasiswa
Ningsih, et al. (2015). Budaya Pengasuhan 2013
Anak dalam Keluarga Sinubawardani, Thatit. (2015). Hubungan
diKelurahan Kampung Dagang antara Pengetahuan dan Peran
Kecamatan Rengat. Ayah dalam Pemberian ASI
jom.unri.ac.id Eksklusif di Kelurahan Kemijen
Notoatmodjo, soekidjo. (2007). Promosi Kecamatan Semarang Timur
Kesehatan dan Perilaku Kota. Skripsi
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Sodikin.(2011). Asuhan Keperawatan
__________________. (2010). Metodologi Anak: Sistem Gastrointestinal
Penelitian Kesehatan. Edisi dan Hepatobilier. Jakarta :
revisi. Jakarta: Rineka Cipta Salemba Medika
__________________. (2012). Promosi Sugiyono. (2007). Statistika Untuk
Kesehatan dan Perilaku Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta dan R & D. Cetaka
___________________________. Kesebelas.Bandung: CV Alfa
Metodologi Penelitian Beta
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Sujarweni, Wiratna. (2012). SPSS untuk
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Paramedis. Jogjakarta: Gava
Metodologi Penelitian Ilmu Media
Keperawatan. Jakarta : Salemba _______________. (2014.)Metodologi
Medika. Penelitian keperawatan.
_________. (2011). Konsep dan Penerapan Jogjakarta: Gava Media
Metodologi Penelitian Ilmu
Sumartini, N. P. (2014). Penguatan Peran
Kader Kesehatan dalam
PenemuanKasus Tuberkulosis
(TB) BTA Positif melalui
Edukasi dengan Pendekatan
Theory of Planned Behaviour
(TPB). Jurnal Kesehatan
Prima, 8(1).
Surya S, Susana. (2015). Faktor Kejadian
Diare pada Balita dengan
Pendekatan TeoriNola j. Pender
Di Igd Rsud Ruteng. Jurnal
Pediomaternal Vol. 3 No. 2
AprilOktober 2015.
Syafrudin. (2015). Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info
Media
Wahyuningrum, E. (2011). Peran Ayah
(Fathering) pada Pengasuhan
Anak Usia Dini (Sebuah Kajian
Teoritis). Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya
Wacana
Wawan dan Dewi. (2011). Teori dan
Pengukuran PENGETAHUAN,
SIKAP, DAN PERILAKU
MANUSIA. Jakarta: Nuha
Medika
Widyatun. (2004). Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
Wong, Donna L., et al. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Volume
2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Zainab. (2015). Hubungan Pengetahuan,
Motivasi, Self Efficacy dengan
Penerapan Peran Perawat sebagai
Health Educator di Ruang Inap
RSUD Kab.Wajo. Digitalisasi
Perpustakaan Pusat UNHAS

You might also like