You are on page 1of 17

NIFAS, ASI DAN PELAYANAN GIZI PADA BAYI

AGAMA

Disusun Oleh :
Desiana Fatimatuzzahro

1B
Dosen :

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN SERANG
TAHUN AKADEMIK 2015-2016
Jln. Letnan Jidun No. 2 Serang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan anugrah Ilahi untuk pertumbuhan bayi kini
semakin tergeser oleh penggunaan susu formula. Penyebabnya adalah semakin meningkatnya
angka partisipasi angkatan kerja perempuan, kuatnya penetrasi iklan susu formula beserta
distribusinya hingga ke desa-desa disertai budaya modern yang mempengaruhi ibu menyusui
sesegera mungkin menyapih anaknya. Pentingnya penggunaan ASI itulah sehingga
dipandang perlu dibuatkan RPP Pemberian ASI pada yang akan berlaku secara nasional dan
Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah Sulawesi Selatan, agar ASI tidak tergantikan
oleh susu formula.

Kandungan zat gizi ASI seperti adanya protein dan lemak, mengandung laktosa dan
vitamin, ada zat besi, garam, kalsium dan fosfat serta memiliki kandungan air yang cukup
sekalipun berada pada iklim panas. ASI memiliki kandungan protein dan lemak yang tepat
untuk kebutuhan bayi dalam jumlah yang pas. Kandungan laktosa (gula susu) ASI juga
sangat tepat untuk kebutuhan bayi disamping kandungan vitamin sehingga tidak perlu lagi
menyediakan vitamin tambahan selama enam bulan pertama.

Besarnya faedah ASI bagi bayi baru lahir menyebabkan potensi terkena penyakit
diare lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula. Demikian pula
gangguan kesehatan lainnya seperti gangguan saluran pernafasan dan telinga tengah
serta penyakit infeksi lainnya.

Imunitas bayi pengkonsumsi ASI terhadap penyakit infeksi disebabkan oleh ASI
bebas bakteri sehingga terjamin kebersihannya. ASI juga mengandung antibodi (zat
kekebalan) imunoglobulin terhadap bakteri infeksi yang membantu bayi terlindungi dari
ancaman penyakit infeksi hingga sang bayi bisa memproduksi sendiri antibodinya.
Kandungan sel darah putih (leukosit) dalam ASI juga turut membantu mencegah penyakit
infeksi pada bayi.

Didalam ASI juga terdapat zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bakteria
khusus yaitu laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi. Laktobacillus bitidus inilah
yang mencegah bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan diare. Kandungan laktoferin
dalam ASI juga turut membantu mencegah pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Nifas
Nifas adalah pendarahan yang terjadi setelah melahirkan. Sedangkan dalam
terminologi hukum Islam, nifas berarti darah yang keluar dari dalam rahim wanita selama
atau setelah persalinan. Darah yang keluar dari rahim wanita setelah keguguran juga disebut
nifas.
Tidak ada batas waktu minimal dalam nifas. Bahkan, jika setetes darah keluar dari
dalam rahim selama atau setelah melahirkan, itu tetap dianggap nifas. Durasi maksimal nifas
adalah empat puluh hari.
Bila darah darah keluar hanya beberapa hari setelah melahirkan, dan kemudian keluar
lagi beberapa hari kemudian, selama masih dalam jangka waktu 40 hari setelah melahirkan,
itu tetap disebut nifas.
Ketika pendarahan telah berhenti, wanita harus segera mandi besar. Setelah itu wanita
bisa menjalankan hak dan kewajibannya kembali, seperti shalat dan puasa.
Sering kali terjadi ketika wanita mengira masa nifasnya berakhir, karena sudah tidak
terjadi pendarahan, maka mandi besar lah dia dan menunaikan shalat. Tetapi beberapa hari
kemudian terjadi lagi pendarahan, bila belum melewati batas 40 hari, maka ladies harus
segera meninggalkan shalat.
Bila setelah 40 hari masih ada darah yang keluar dari dalam rahim, hak itu bukan lagi
nifas, tetapi disebut istihada. Ketika istihada, wanita tetap wajib menjalankan shalat.
Nifas ialah darah yang keluar dari farji orang perempuan setelah ia usai melahirkan
sekalipun yang dilahirkannya belum berbentuk manusia dan rahim telah menjadi kosong.
Dengan demikian darah yang keluar diantara lahirnya dua anak kembar bukanlah nifas,
melainkan bisa saja haidl jika memenuhi ketentuan-ketentuan hukum haidl dan jika tidak
maka darah tersebut adalah darah rusak/istihadhah.
Adapun masanya menurut hasil pengamatan Imam SyafiI, sedikit-dikitnya satu
majjah-satu tetes-, pada umumnya 40 hari dan selama-lamanya 60 hari.

2.2 Ketentuan-ketentuan Hukum Nifas


Darah yang keluar setelah melahirkan bisa dihukumi nifas jika sudah memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Jarak antara keluarnya darah dan usai melahirkan tidak melampauhi 15 hari. Jadi
apabila darah keluar pada jarak 20 hari dari usai melahirkan misalnya, maka darah
tersebut bukan darah nifas, tetapi mungkin darah haidl apabila memenuhi ketentuan-
ketentuan hukum haidl dan jika tidak memenuhi, maka berarti darah istihadlah/rusak.
2. Adanya darah tidak melampaui masa 60 hari terhitung dari usia melahirkan. Sebab jika
melewati masa 60 hari dengan tanpa adanya masa suci yang memisah walaupun
sebentar, maka yang demikian tadi termasuk masalah istihadlah dalam nifas.

2.3 Mandi Nifas


Mandi karena nifas tidaklah berbeda dengan mandi karena haidl, sebab keduanya sama-
sama termasuk hadats besar. Adapun ungkapan niatnya:
/
Ada satu hal yang perlu diperhatikan yaitu mandi karena melahirkan. Mandi karena
melahirkan dank arena nifas adalah sama-sama wajib hukumnya, hanya saja penyebabnya yang
berbeda, yaitu yang satu melahirkan dan yang lainnya nifas. Semestinya kedua mandi ini
pelaksanaannya juga berbeda, akan tetapi pada kenyataannya tidaklah harus demikian. Sebab
dalam hal ini masih harus melihat waktu kapan datangnya nifas. Apabila darah nifas keluarnya
persis usai melahirkan atau ada jarak atau masa naqa yang memisah namun terjadi di luar
waktu shalat, maka mandi karena melahirkan dilaksanakan pada saat nifas telah usai, sehingga
dalam hal ini satu kali mandi diniati dua sekaligus, yaitu karena melahirkan dan nifas. Adapun
ungkapan niatnya:

Sebaliknya apabila jarak (naqa) yang memisah antara melahirkan dan datangnya nifas
berada di dalam waktunya shalat, maka mandi karena melahirkan wajib dilaksanakan ketika
itu pula, sebab yang bersangkutan (yang melahirkan) saat itu berkewajiban melaksanakan
shalat.
Ungkapan niatnya:

Sedang mandi nifasnya dilakukan pada saat sesudah usainya nifas.
I. Perkara-perkara yang diharamkan karena haidl atau nifas, yaitu:
1. Shalat baik fardlu ataupun sunnah
2. Sujud syukur
3. Sujud tilawah
4. Thawaf (berputar mengelilingi kabah)
5. Puasa baik wajib maupun sunnah
6. Berdiam di dalam masjid baik dengan niat Itikaf atau tidak
7. Membaca Al-Quran
8. Menyentuh atau membawa mushaf
9. Bersuci baik mandi atau wudlu
10. Berhubungan badan antara suami istri
11. Dicerai atau ditalak suami
12. Bersenang-senang dengan suaminya pada bagian badan antara pusar dan lutut
II. Perkara-perkara yang diperbolehkan sesudah usainya haidl atau nifas ketika
belum mandi, yaitu:
1. Puasa
2. Dicerai suami
3. Bersuci
4. Shalat bagi orang yang tidak mendapatkan air atau debu

2.4 Macam Macam Makanan Bagi Bayi


ASI (Air Susu Ibu)
Yang paling baik untuk bayi baru lahir adalah ASI. ASI mempunyai keunggulan baik
ditinjau segi gizi, daya kekebalan tubuh, psikologi, ekonomi dan sebagainya.
a. Manfaat ASI
Bagi Ibu
i. Aspek kesehatan ibu : isapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin akan membantu involusi uterus dan mencegah
terjadi perdarahan post partum. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan
post partum mengurangi prevalensi anemia zat besi. Selain itu, mengurangi angka
kejadian karsinoma mammae.
ii. Aspek keluarga berencana : merupakan KB alami, sehingga dapat menjarangkan
kehamilan. Menurut penelitian, rerata jarak kehamilan pada ibu yang menyusui
adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak 11 bulan.
iii. Aspek psikologis : ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh bayinya karena
dapat menyusui.
Bagi Bayi
i. Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi : mengandung lemak, karbohidrat,
protein, garam dan mineral serta vitamin.
ii. Mengandung zat protektif : terdapat zat protektif berupa laktobasilus
bifidus,laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus,
antibodi, imunitas seluler dan tidak menimbulkan alergi.
iii. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan : sewaktu menyusui kulit bayi
akan menempel pada kulit ibu, sehingga akan memberikan manfaat untuk tumbuh
kembang bayi kelak. Interaksi tersebut akan menimbulkan rasa aman dan kasih
sayang.
iv. Menyebabkan pertumbuhan yang baik : bayi yang mendapat ASI akan mengalami
kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode
perinatal baik dan mengurangi obesitas.
v. Mengurangi kejadian karies dentis : insiden karies dentis pada bayi yang
mendapat susu formula lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena
menyusui dengan botol dan dot pada waktu tidur akan menyebabkan gigi lebih
lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan gigi menjadi asam
sehingga merusak gigi.
vi. Mengurangi kejadian maloklusi : penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan
lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.
Bagi Keluarga
i. Aspek ekonomi : ASI tidak perlu dibeli dan karena ASI bayi jarang sakit sehingga
dapat mengurangi biaya berobat.
ii. Aspek psikologis : kelahiran jarang sehingga kebahagiaan keluarga bertambah
dan mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
iii. Aspek kemudahan : menyusui sangat praktis sehingga dapat diberikan dimana
saja dan kapan saja serta tidak merepotkan orang lain.
Bagi Negara
i. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi
bayi baik serta angka kesakitan dan kematian menurun. Beberapa penelitian
epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit
infeksi, seperti diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah.
ii. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Dengan adanya rawat gabung maka akan memperpendek lama rawat inap ibu dan
bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta
mengurangi biaya perawatan anak sakit.
iii. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui,
diperkirakan akan menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar untuk membeli susu
formula.
iv. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.
Anak yang dapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kualitas
generasi penerus bangsa akan terjamin.
2.5 Cara Pengelolaan Makanan Bayi
Mulai menyusui Dalam waktu 30-60 menit setelah melahirkan.
Menyusui eksklusif Umur 0-6 bulan pertama.
Makanan pendamping ASI Mulai diberikan pada umur antara 4-6 bulan (umur
(MPASI) yang tepat bervariasi, atau bila menunjukkan
kesiapan neurologis dan neuromuskuler).
Berikan MP ASI Pada semua bayi yang telah berumur lebih dari 6
bulan.
Teruskan pemberian ASI Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih.
Berikut cara pengolahan makanan bagi bayi usia 6 bulan
KARBOHIDRAT
Jangan terpaku pada nasi putih saja. Biasakan anak konsumsi beragam sumber
karbohidarat, seperti beras merah, kentang, ubi, singkong, mi, bihun maupun jagung.
Cara memasak:
a. Beras putih, ditanak atau ditim, yang penting, beras dimasak sampai matang
dengan air secukuppnya agar tergelatinasi sempurna (pulen).
b. Beras merah sebaiknya dicampur dengan beras putih agar pulen, karen beras
merah lebih keras.
c. Jagung direbus dengan sedikit air sekitar 10 menit, kemudian diolesi mentega,
garam dan gula.
d. Ubi, dikukus dan dibuat pure (dihaluskan).
PROTEIN
Bisa didapat dari daging-dagingan, ikan-ikanan, hati, udang, kerang, tempe dan
tahu. Pilih sumber protein yang mudah, murah, enak maupun berkualitas tinggi seperti
telur. Cara memasak:
a. Telur
Saat menggoreng jangan sampai warnanya kecokelatan karena kadar gizinya
akan berkurang. Yang terbaik, telur direbus sampai matang (7-8 menit) atau
masak cepat menggunakan sedikit minyak dan bisa dicampur dengan sayuran
yang diiris halus.
b. Ayam
Cara terbaik adalah dikukus untuk campuran soto, ditumis sebagai campuran
cap cay, disup, digoreng sebentar setelah dibumbui (diungkep) atau digoreng
sejenak menjadi ayam pop. Jangan lupa, buang kulit ayam karena mengandung
minyak jenuh.
c. Daging-dagingan
Protein pada daging justru harus dimasak dengan baik. Namun agar zat besi
tidak terbuang, jangan masak daging terlalu lama. Sebaiknya ditim atau ditumis,
karena itu potong tipis-tipis atau cincang. Berbagai olahan daging seperti bakso
dan sosis, proteinnya tidak sebaik daging segar. Selain itu juga mengandung
zat aditif sehingga jangan terlalu sering dikonsumsi. Memasak bakso dan sosis
sebaiknya ditumis, disup atau sebagai campuran cap cay dan bihun goreng.
Jangan digoreng karena akan menambah kadar lemak yang sudah tinggi.
VITAMIN DAN MINERAL
Banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Semakin hijau waran
sayuran, makin banyak vitaminya. Semakin kuning, merah, atau biru warna daging
buah, vitaminya semakin kaya.Cara memasak sayur :
a. Vitamin A,D,E,K (terdapat pada bayam, wortel, daun singkong, kangkung,
kacang panjang, katuk, sawi, jagung) larut dalam lemak. Jika dimasak
bersama minyak goreng, seperti ditumis, jangan terlalu lama sebab
vitaminnya akan habis.
b. Vitamin C, B1, B2, B5, B12 (terdapat pada daun singkong, katuk, melinjo,
sawi, kentang, seledri, kucai, kacang panjang, kol. Tomat) larut dalam air,
karena itu jika direbus atau disup, jangan terlalu lama sebab vitamin akan
habis.
c. Rahasia merebus sayuran: masukkan sayur saat air sudah mendidih, bubuhi
garam, angkat.
d. Direbus maupun ditumis, pastikan sayur masih berwarna hijau, segar dan
batangnya masih renyah.
e. Hampir semua sayuran, khususnya bayam, harus langsung dimakan setelah
dimasak. Jangan tunda lebih dari 2 jam. Selain vitaminnya rusak,
dikhawatirkan ada reaksi kimia yang menyebabkan sayur tidak layak
dimakan.
Cara mengolah buah:
a. Agar vitamin utuh sebaiknya buah dimakan langsung. Jika dijus, seratnya akan
hilang, jika disetup, vitamin berkurang saat dipanaskan. Diolah menjadi es
buah baik, tetapi kadar gula menjadi tinggi.
b. Beberapa buah akan lebih banyak vitaminnya jika dimakan dengan kulitnya,
seperti apel, pir dan anggur. Tetapi jika Anda khawatir terhadap sisa pestisida
pada kulit apel, sebaiknya dikupas saja.

2.6 ASI dalam AL-Quran (Ungkapan cinta Allah SWT)


ASI adalah ungkapan kasih sayang Allah sekaligus anugerah yan luar biasa terhadap
setiap bayi yang terlahir ke muka bumi. Di dalam Surat Cintanya, bertebaran ayat-ayat
tentang ASI. Antara lain :
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan (Al-Baqarah [2]: 233)
Hikmah ayat yang terkandung dalam kitab Suci Alquran tersebut, setidaknya
menekankan bahwa Air Susu Ibu (ASI) sangat penting. Walaupun masih ada perbedaan
pendapat tentang wajib atau tidaknya menyusui, tapi selayaknya bagi seorang muslim
menghormati ayat-ayat Allah tersebut. Terlepas wajib atau tidaknya hukum menyusui, dalam
ayat tersebut dengan tegas dianjurkan menyempurnakan masa penyusuan. Dan di sana juga
disinggung tentang peran sang ayah, untuk mencukupi keperluan sandang dan pangan si ibu,
agar si ibu dapat menuyusi dengan baik. Sehingga jelas, menyusui adala kerja tim. Keputusan
untuk menyapih seorang anak sebelum waktu dua tahun harus dilakukan dengan persetujuan
bersama antara suami isteri dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi si bayi. Insprasi
utama dari pengambilan keputusan ini harus didasarkan pada penghormatan kepada perintah
Allah dan pelaksanaan hukum-Nya, dan tidak bertujuan meremehkan perintahNya. Demikian
pula jika seorang ibu tidak bisa menyusui, dan diputuskan untuk menyusukan bayinya pada
wanita lain, sehingga haknya untuk mendapat ASI tetap tertunaikan.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Pada Bayi


Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya pengaturan makan untuk bayi dan anak dapat
berhasil dengan baik adalah sebagai berikut :
1. Kerjasama ibu dan anak.
Dimulai pada saat kelahiran bayi dilanjutkan sampai dengan anak mampu makan
sendiri. Makanan hendaknya menyenangkan bagi anak dan ibu. Ibu yang tegang,
cemas, mudah marah merupakan suatu kecenderungan untuk menimbulkan kesulitan
makan pada anak.
2. Memulai pemberian makan sedini mungkin.
Pemberian makan sedini mungkin mempunyai tujuan menunjang proses metabolisme
yang normal, untuk pertumbuhan, menciptakan hubungan lekat ibu dan anak,
mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia, hiperkalemi, hiperbilirubinemia dan
azotemia.
3. Mengatur sendiri.
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang mengatur keperluan akan q
makanan. Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri akan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan.
4. Peran ayah dan anggota keluarga lain.
5. Menentukan jadwal pemberian makanan bayi.
6. Umur.
7. Berat badan.
8. Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan).
9. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.
10. Kebiasaan makan (kesukaan, ketidaksukaan dan acceptability dari jenis makanan dan
toleransi daripada anak terhadap makanan yang diberikan).
11. Gaya hidup orang tua
12. Kemiskinan
Faktor penyebab masalah gizi pada bayi
Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait. Terdapat dua
faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor makanan dan penyakit
infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab langsung kedua adalah
penyakit infeksi yang terkait dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya
kesehatan lingkungan.
Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai
kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI eksklusif. Faktor penyebab
langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit
menular terutama diare dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku hidup
sehat. Kualitas lingkungan hidup terutama adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan
perilaku hidup sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban,
tidak merokok , sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di keluarga, khususnya
pangan untuk bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif) dan 6-23 bulan (MP-ASI), dan pangan yang
bergizi seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak.
Pola asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu, Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana, dimana bayi
dan ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang
biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta), bayi
tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari ibunya, dan semakin memburuknya status
gizi kelompok masyarakat yang sebelum bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi
ini diperburuk dengan bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta
terbatasnya ketersediaan pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya
pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus mengalami situasi
darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan perubahan konsumsi makanan dan
kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba.
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan dengan
cara bayi tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat
memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. Apabila tidak
memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula dengan
pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan.

2.8 Dampak Kekurangan Dan Kelebihan Gizi Pada Bayi


Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi mengakibatkan
obesitas, sedangkan kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama akan menimbulkan
penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh. Misalnya hipervitaminosis A,
hipervitaminosis D, dan hiperkalami. Sebaliknyakekurangan energi dalam jangka waktu lama
berakibat menghambat pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga
terjadi marasmus(gizi kurang/buruk). Kekurangan zat esensial mengakibatkan defisiensi zat
gizi tersebut. Misalnya xeroftalmia(kekurangan vit.A), Rakhitis(kekurangan vit.D).

Jika dikaji secara mendalam penyakit kekurangan gizi disebabkan karena tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gisi esensial. Selain itu, adanya
ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorbsi, dan penyakit
infeksi. Dampak dari penyebab semua ini akan berlanjut pada penyakit akut maupun kronik.
Adapun penyakit yang dimaksud adalah:

1. Berat bayi lahir rendah (BBLR)


Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dampak krisis ekonomi terhadap
kesehatan adalah ibu. Kesehatan ibu ini akhirnya akan mempengaruhi kualitas bayi
yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan
salah satu dampak dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan
mempunyai statuz gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak,serta berpengaruh pada
penurunan IQ.
2. Gangguan pertumbuhan
Telah disebutkan diatas bahwa status gizi yang buruk akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan ada banyak jenis yang perlu dibahas seperti
mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Sehingga jika status gizi buruk tidak
ditangani secara intensif maka generasi akan cenderung mengalami gangguan mental,
fisik, sosial, spritual, dan budaya. Tapi yang paling berpengaruh adalah gangguan
perilaku dan fungsi otak. Generasi akan mengalami kebodohan dan isolasi sosial hingga
akhirnya bunuh diri.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK adalah keadaan ibu yang menderita keadaan kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan Ibu hamil
(bumil). Tentunya selang waktu dari KEK ini cukup lama. Karena mulai dari usia subur
dengan status gizi buruk akan berdampak pada rahimnya kemudian berdampak pada
kehamilannya dan akhirnya berdampak pada janinnya, masa persalinan sampai bayi
dan anaknya yang akan tumbuh secara terus menerus dengan disertai gangguan dan
hambatan.
4. Gangguan pertahanan tubuh
Status gizi yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stres
menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga seseorang mudah terserang
infeksi seperti pilek, batuk, diare,. Pada usia balita, keadaan ini akan mengakibatkan
kematian
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nifas ialah darah yang keluar dari farji orang perempuan setelah ia usai melahirkan
sekalipun yang dilahirkannya belum berbentuk manusia dan rahim telah menjadi kosong.
Dengan demikian darah yang keluar diantara lahirnya dua anak kembar bukanlah nifas,
melainkan bisa saja haidl jika memenuhi ketentuan-ketentuan hukum haidl dan jika tidak maka
darah tersebut adalah darah rusak/istihadhah.
Adapun masanya menurut hasil pengamatan Imam SyafiI, sedikit-dikitnya satu
majjah-satu tetes-, pada umumnya 40 hari dan selama-lamanya 60 hari.
ASI adalah ungkapan kasih sayang Allah sekaligus anugerah yan luar biasa terhadap
setiap bayi yang terlahir ke muka bumi. Di dalam Surat Cintanya, bertebaran ayat-ayat
tentang ASI. Antara lain :
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan (Al-Baqarah [2]: 233)
Dampak kekurangan dan kelebihan gizi pada bayi
adanya ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorbsi, dan
penyakit infeksi. Dampak dari penyebab semua ini akan berlanjut pada penyakit akut maupun
kronik. Adapun penyakit yang dimaksud adalah:
1. Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dampak krisis ekonomi terhadap
kesehatan adalah ibu. Kesehatan ibu ini akhirnya akan mempengaruhi kualitas bayi yang
dilahirkan dan anak yang dibesarkan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan salah satu
dampak dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai statuz gizi
buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga berdampak
serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkembangan mental anak,serta berpengaruh pada penurunan IQ.
2. Gangguan pertumbuhan
Telah disebutkan diatas bahwa status gizi yang buruk akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan ada banyak jenis yang perlu dibahas seperti mental,
fisik, sosial, spritual, dan budaya. Sehingga jika status gizi buruk tidak ditangani secara intensif
maka generasi akan cenderung mengalami gangguan mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya.
Tapi yang paling berpengaruh adalah gangguan perilaku dan fungsi otak. Generasi akan
mengalami kebodohan dan isolasi sosial hingga akhirnya bunuh diri.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK adalah keadaan ibu yang menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK
dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan Ibu hamil (bumil). Tentunya selang waktu dari
KEK ini cukup lama. Karena mulai dari usia subur dengan status gizi buruk akan berdampak
pada rahimnya kemudian berdampak pada kehamilannya dan akhirnya berdampak pada
janinnya, masa persalinan sampai bayi dan anaknya yang akan tumbuh secara terus menerus
dengan disertai gangguan dan hambatan.
4. Gangguan pertahanan tubuh
Status gizi yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stres
menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga seseorang mudah terserang infeksi
seperti pilek, batuk, diare,. Pada usia balita, keadaan ini akan mengakibatkan kematian
DAFTAR PUSTAKA

http://pandidikan.blogspot.co.id/2010/04/nifas.html

http://www.vemale.com/topik/kehamilan/30119-pengertian-nifas-menurut-islam.html

http://artiasofftiyani.blogspot.co.id/2013/12/makalah-gizi-seimbang-bagi-bayi.html

https://parentingislami.wordpress.com/2009/01/28/asi-dalam-al-qur%E2%80%99an-
ungkapan-cinta-allah-swt/

http://www.kompasiana.com/yantigobel/asi-pandangan-kesehatan-dan-
islam_550df227813311c52cbc6040

You might also like