You are on page 1of 21

BAB I.

PENDAHULUAN

Gangguan metabolisme lipid merupakan penyebab utama aterosklerosis


dan penyakit jantung koroner. Hubungan secara langsung dibuktikan dengan
peningkatan kolesterol serum pada infark miokard. Pada jaringan, deposit
kolesterol terdapat pada area sel endotel yang rusak dan merupakan bagian
prominen dari lesi aterosklerosis. Meskipun kolesterol mungkin dipertimbangkan
buruk karena asosiasi sebelumnya, namun sesungguhnya kolesterol adalah
merupakan komponen struktural yang vital dari membran sel, prekursor hormon
steroid dan asam empedu (Pincusdan Richard, 2011).

Lipid larut pada larutan organik nonpolar seperti kloroform dan eter, tetapi
tidak larut pada pada pelarut (air). Karena itu, kolesterol dan perjalanan trigliserid
dalam plasma tidak dalam bentuk molekul free-floating, tapi sebagai kompleks
water-soluble yang disebut lipoprotein. Partikel ini terdiri dari kolesterol dalam
dua bentuk: kolesterol bebas, nonesterifikasi alkohol polar (sekitar 30%), dan
ester kolesterol, bentuk hidropobik dimana kolesterol terhubung dengan fatty acid
(sekitar 70%). Lipoprotein tersusun seperti micelle. Kebanyakan kolesterol
hidropobik seperti kolesterol ester dan trigliserida, berada pada posisi core pada
partikel (Gambar 1) (Burtis et al, 2008).

Gambar 1. Struktur lemak (Pincus dan Richard, 2011)

Di dalam darah kita ditemukan tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserid,
dan fospolipid. Oleh karena sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka perlu

1
dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu
protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein atau apoprotein. Pada saat ini
dikenal sembilan jenis apoprotein yang diberi nama secara alfabetis yaitu Apo A,
Apo B, Apo C, dan Apo E. Senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal dengan
nama lipoprotein. Setiap jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai
contoh untuk VLDL, IDL, dan LDL mengandung Apo B 100, sedang Apo B48
ditemukan pada kilomikron. Apo A 1, Apo A2, dan Apo A3 ditemukan terutama
pada lipoprotein HDL dan kilomikron (Sudoyo et al, 2010).

Kolesterol adalah alkohol solid dengan berat molekul yang tinggi,


memiliki kerangka tetracyclic perhydrocylopentanophenanthrene. Terdiri dari 27
karbon atom, adapun penomorannya seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Struktur Kolesterol (Burtiset al, 2008)

2
Tabel1. Karakteristik apolipoprotein (Sudoyo et al, 2010)

Apolipoprotein Massa Lipoprotein Fungsi metabolik


molekul

Apo A I 28.14 HDL, Komponen HDL, aktivator LCAT


kilomikron (Lecithine Cholesterol Acyl
Transferase)
Apo AII 1714 HDL, Belum diketahui
kilomikron
Apo AIV 48.495 HDL, Belum diketahui
kilomikron
Apo B 48 264.000 Kilomikron, Dibutuhkan untuk pembentukan
dan sekresi kilomikron dari usus
Apo B-100 540.000 HDL, IDL, LDL Dibutuhkan untuk pembentukan
dan sekresi VLDL dari hati,
struktur protein dari HDL, IDL,
LDL; Ligan untuk reseptor LDL
Apo C I 6630 Kilomikron, Dapat menghambat ambilan hati
HDL, LDL terhadap VLDL, LDL, HDL,
kilomikron dan remnant VLDL
ApoCII 89000 Kilomikron, Aktivator enzim lipoprotein lipase
VLDL, IDL,
LDL, HDL
Apo CIII 88.000 Kilomikron, Inhibitor enzim lipoprein lipase,
LDL dapat menghambat ambilan
kilomikron,HDL,IDL,LDL,VLDL
di hati
Apo E 34145 Kilomikron, Ligan untuk beberapa lipoprotein
LDL, VLDL, dari reseptor LDL, LRP
IDL, HDL (Lipoprotein receptor related
protein) dan kemungkinan terhadap
apo E reseptor hati lain

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi menjadi 3 jalur yaitu:jalur


metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse
cholesterol transport.

1. Jalur metabolisme eksogen

Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan


kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga
terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus

3
halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang
berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam
usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserid
akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai
kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan diubah lagi
menjadi trigliserid, sedang kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi
kolesterol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan
apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan
kilomikron (Sudoyo et al, 2010).

Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui


duktus torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam
kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang
berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat
disimpan sebagai trigliserid kembali di jaringan lemak (adiposa), tetapi
bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati
menjadi bahan untuk pembentukan trigliserid hati. Kilomikron yang sudah
kehilangan sebagian besar trigliserid akan menjadi kilomikron remnant
yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati (Gambar 3)
(Sudoyo et al, 2010).

Gambar 3. Jalur metabolime lemak eksogen(Sudoyoet al, 2010)

2. Jalur metabolisme endogen

Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam


sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung

4
dalam VLDL adalah apolipoprotein B 100. Dalam sirkulasi, trigliserid di
VLDLakan mengalami hdrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan
VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan nengalami hidrolisis dan
berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan
mengangkut kolesterol ester kembali kc hati. LDL adalah lipoprotein yang
paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL
akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar
adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-
LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan
ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan
menjadi sel busa (foam cell) (Gambar 4). Makin banyak kadar kolesterol-
LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan
ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi
tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa
keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti : meningkatnya jumlah
LDL kecil padat (small dense LDL) seperti pada sindrom metabolik dan
diabetes melitus; kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol-
HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi LDL (Sudoyo et al, 2010).

Gambar 4. Jalur metabolisme lemak endogen (Sudoyo et al, 2010)

Lipoprotein dapat dibedakan berdasarkan densitas,ukuran partikel,


komposisi kimia, dan mobilitas elektroforesis. 60 70 % dari serum kolesterol
total adalah LDL. LDL adalah kolestrol yang kaya remnant, karena LDL memiliki
waktu paruh yang lebih tinggi dibandingkan prekursor VLDL (Hardjoeno, 2003).

5
LDL merupakan fraksi lipoprotein dengan densitas antara 1,006 1,019
kg/L. Selain ituLDL juga mencakup intermediate-density lipoprotein(IDL)
dengan densitas 1,006 l,019kg/L dan lipoprotein a Lp (a) dengan densitas
1,045 1,080 kg/L (Burtis et al, 2008)

Hampir sebagian besar lemak dalam makanan, dengan pengecualian


beberapa asam lemak rantai pendek, diserap dari intestinal ke lymphe intestinal.
Selama pencernaan, trigliserid dipecah menjadi monogliserid dan asam lemak.
Lalu ketika melewati sel epitel intestinal,monogliserid dan asam lemak di
resintesis kembali menjadi molekul trigliserid yang baru yang masuk ke limfe
sebagai minute, dispersed droplets yang disebut lymphechilomicron, dengan
diameter 0.08 dan 0.6 mikron. Apoprotein B tidak banyak diabsopsi oleh
permukaan terluar kilomikron. Kilomikron trigliserid dihidrolisis oleh lipoprotein
lipase dan lemak disimpan di jaringan adiposa. Kebanyakan kilomikron
dipindahkan dari sirkulasi darah ketika melewati kapiler dari berbagai jaringan,
terutama jaringan adipose, otot skeletal, dan jantung. Jaringan ini mensintesis
enzim lipoprotein lipase, yang ditransportasikan ke permukaan sel kapiler
endotelial, dimana terjadi hidrolisis trigliserid dari kilomikron saat masuk dan
menempel dinding endotelial, yang kemudian melepaskan asam lemak dan
gliserol (Gambar 5) (Guyton dan Hall, 2016).

6
Gambar 5. Jalur metabolisme lipid (Guyton dan Hall, 2016)

Kadar kolesterol LDL (LDL-C) merupakan salah faktor risiko terkena


penyakit jantung koroner (CHD).Pemeriksaan LDL-C memiliki peranan
penting dalam klasifikasi, evaluasi, dan pengobatan dislipidemi. Berbagai
metode telah digunakan dalam pengukuran kadar LDL-C serum baik dalam
laboratorium riset ataupun klinis (Sudoyo et al, 2010).

Tabel 2. Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserid
menurut National Cholesterol Education Program (NCEP)2002 :

Jenis Kolesterol Range Value


Kolesterol Total < 200 : Optimal
200 239 : Diinginkan
240 : Tinggi
Kolesterol LDL < 100 : Optimal
100 129 : Mendekati optimal
130 159 : Diinginkan
160 189 : Tinggi
> 190 : Sangat tinggi
Kolesterol HDL < 40 : Rendah
60 : Tinggi

Trigliseri < 150 : Optimal


150 199 : Diinginkan
200 499 : Tinggi
500 : Sangat tinggi

7
Tabel 3. Sasaran Kadar Kolesterol LDL Serta Batasan untuk Mulai Perubahan Gaya
Hidup dan Pemberian Obat Penurun Lipid(Sudoyo, 2010)

Kelompok Sasaran kolesterol Kadar kolesterol Kadar kolesterol


Risiko LDL (mg/dl) LDL dimana harus LDL dimana perlu
mulai perubahan dipertimbangkan
gaya hidup pemberian obat
Penyakit Arteri < 100 100 Kadar kolesterol
Koroner (PAK) LDL di mana perlu
dipertimbangkan
pemberian obat
2 faktor risiko < 130 130 10 tahun risiko
10 -20%: 130
10 tahun risiko
< 10% : > 160
0 1 faktor risiko < 160 160 190 (160-189)
pemberian obat
opsional

Terdapat beberapa metode pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui


kadar kolesterol LDL, yaitu metode elektroforesis, metode Quantification,
metode Friedewald, dan metodedirect enzymatic homogenous assay.Gold
standarduntuk pemeriksaan kolesterol LDL adalah Quantification(Burtis et al,
2008; Nauck et al, 2002)

Berikut di bawah ini adalah metode pengukuran kadar LDL (Burtis et al


2008; Nauck et al, 2002; Pincus dan Richard 2011) :

a. Metode Quantification
Digunakan untuk mengukur jumlah kolestrol yang sedang
ditransportasikan dalam partikel pro-aterogenik. Sentrifus plasma
menggunakan ultrasentrifus selama 18 jam dengan kecepatan 105 K
xg. VLDL dan kilomikron terakumulasi sebagai floating
layer,menyisakan HDL dan LDL predominant dalam larutan.
Kemudian larutan tersebut diukur kadar kolesterol dan diendapkan
untuk LDL lipoprotein.

8
b. Metode elektroforesis
Digunakan untuk mendeteksi karakteristik broad band pada pasien
tipe III HLP (Hyperlipoproteinemias). Pengukurannya dengan
menggunakan gel agarose untuk memisahkan lipoprotein, diikuti
presipitasi dengan scanning polyanions dan densitometri.
c. Metode Fiedewald

Metode yang paling umum digunakan adalah metode Friedewald.


Caranya dengan menggunakan rumus LDL = Kolesterol total HDL
Trigliserid/5. Metode ini memiliki beberapa kelemahan yakni harus
mengikuti syarat syarat tertentu di antaranya tidak ada kilomikron,
konsentrasi trigliserida kurang dari 400 mg/dL (4,5 mmol/L) dan
pasien dengan dysbetalipoproteinemia (hypolipoproteinemia tipe 2).

d. Metode direct enzymatic homogenous assay


Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan di
laboratorium rutin. Pada tugas metode ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai metode direct enzymatic homogenous assay.

Perbandingan antara pemeriksaan kolesterol LDL antara metode elektroforesis,


metode Friedewald, metode direct enzymatic homogenous assay dan metode
Quantification dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel3. Perbandingan antara metode direct enzymatic homogenous assay dengan metode
Quantification dalam mengukur kadar kolesterol LDL (Burtis et al, 2008; Nauck et
al, 2002)

Quantification Elektroforesis Friedewald Direct Enzymatic


Homogenous Assay
Biaya lebih mahal Biaya mahal Biaya lebih murah Biaya mahal
Tidak praktis Tidak praktis Praktis Lebih Praktis
Lebih presisi Kurang presisi Kurang presisi Presisi
Terdapat di Sudah tidak Terdapat di lab Terdapat di
laboratorium digunaksan khusus atau rutin laboratorium rutin
khusus

9
Metode yang paling umum digunakan adalah metode Friedewald. Caranya
dengan menggunakan rumus LDL = Kolesterol total HDL Trigliserid/5.
Metode ini memiliki beberapa kelemahan yakni harus mengikuti syarat syarat
tertentu. Diantaranya tidak ada kilomikron, konsentrasi trigliserida kurang dari
400 mg/dL (4,5mmol/L) dan pasien dengan dysbetalipoproteinemia
(hypolipoproteinemia tipe 2) (Naucket al, 2002).

Pada tahun 1998 diperkenalkan suatu metode baru bernama metode


homogen(homogeneous assay) dalam menentukan kadar LDL-C. Keuntungan
metode iniadalah kemampuan otomatisasi penuh dalam menetapkan LDL-C
secara langsung. Metodedirect homogenous assay merupakan metode
pemeriksaan terbaru yang dikembangkan dari metode sebelumnya untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan akan pemeriksaan yang dapat dikerjakan secara
otomatis. Keunggulan metode ini dibandingkan presipitasi adalah tidak
membutuhkan proses pre-treatment sampel dan dapat dikerjakan secara
otomatis dengan autoanalyzer sehingga metode ini dapat diaplikasikan untuk
pemeriksaan rutin(Denka Seiken, 2008).

Metode homogenous menggunakan interaksi surfaktantertentu dengan


lipoprotein sebagai dasar pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini digunakan dua
surfaktan yang berbeda, yaitu satu surfaktan untuk merusak lipoprotein non-LDL
dan satu surfaktan lain untuk melindungi sd-LDL. Pada tahap pertama surfaktan A
bereaksi dengan lipoprotein non-LDL kemudian kolesterol dari lipoprotein non-
LDL didegradasi dengan enzim kolesterol oksidase dan esterase serta katalase
sehingga yang tersisa K-LDL [large buoyant LDL (lb-LDL) dan sd-LDL].
Sphingomielinase yang ditambahkan, secara spesifik akan merusak lb-LDL
karena spingomielin lebih banyak ditemukan pada Lb-LDL dibandingkan pada
sd-LDL. Selain itu, sphingomielinase mampu beragregasi dan berfusi dengan
partikel LDL. Kolesterol dari lb-LDL kemudian juga didegradasi oleh enzim
kolesterol oksidase dan esterase serta katalase. Surfaktan B yang ditambahkan
akan melindungi sd-LDL dari sphingomielinase dan kolesterol oksidase dan
esterase. Pada tahap kedua hanya sd-LDL yang tersisa dan kolesterolnya

10
diperiksa dengan pemeriksaan K-LDL standar dengan enzim kolesterol oksidase
dan esterase serta peroksidase dengan hasil warna merah keunguan yang diukur
dengan panjang gelombang tertentu. Kadar sd-LDL sebanding dengan intensitas
warna(Ito et al, 2011; Rifai et al, 1992).

Analisis kolestrol LDL dengan metode direct tidak melibatkan pengukuran


trigliserid, karena itu dimungkinkan menggunakan sampel tidak puasa. Secara
umum, pemeriksaan ini hasilnya mirip dengan penghitungan kolesterol LDL dan
-quantification pada spesimen normolipidemik (Pincus dan Richard, 2011).

11
BAB II
Pemeriksaan Low Density Lipoprotein (LDL) Cholesterol metode Direct
Enymatic Homogenous Assay

A. Pra analitik:
1. Tujuan :

Mendeteksi dislipidemia sekaligus mengklasifikasikan tipe


dislipidemia dan tingkat risiko penyakit jantung koroner.

2. Alat dan bahan


a. Alat
Pemeriksaan LDL pada serum atau darah menggunakan
The ADVIA 1800 Clinical Chemistry System yang diproduksi
oleh Siemens.

Gambar6. The ADVIA 1800 Clinical Chemistry System (Siemens, 2015)

b. Bahan (Anonim, 2008).


1. Sampel
Sampel darah yang digunakana adalah serum atau plasma
dengan antikoagulan heparin. Pemeriksaan sampel dilakukan
dalam waktu kurang dari 3 jam setelah pengambilan darah.
Sebelumnya whole blooddilakukan sentrifus selama 15 menit
dengan kecepatan 1300 1800 xg terlebih dahulu, kemudian

12
diambil serum atau plasmanya. Jika sampel tidak langsung
diperiksa, serum atau plasma disimpan selama 3 bulan pada suhu -
70oC.
2. Reagen
a. Reagen 1 terdiri dari : Piperazine Diethane Sulphonic Acid
(PIPES) buffer, pH 7.0 dengan konsentrasi 50 mmol/L; N-ethyl-
N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl)-3-methylaniline (TOOS) sebagai
substrat untuk peroksidase, jika digunakan bersama dengan 4-
Aminoantipyrine akan membentuk quinoneimine dye, konsentrasi
2.0 mmol/L; Cholesterol esterase sebagai katalis reaksi hidrolisis
kolesterol ester menjadi kolesterol dan asam lemak dengan
konsentrasi 600 U/L; Cholesterol oxidase sebagai katalis reaksi
kolesterol menjadi cholestenon dan hidrogen peroksida dengan
konsentrasi 500 U/L; Catalase sebagai katalis reaksi
dekomposisi hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen dengan
konsentrasi 600 KU/L
b. Reagen 2 terdiri dari: Goods buffer, pH 7.0 dengan konsentrasi 50
mmol/L; 4-Aminoantipyrine pada reaksi kimia menghasilkan
peroksida dan phenol. dengan konsentrasi 4 mmol/L; peroxidase
dengan konsentrasi 4 KU/L; Sodium azide sebagai cytochrom
oxidase inhibitor dengan konsentrasi 0,09 %.
3. Persiapan reagen
a. Reagen sudah siap untuk digunakan. Sebelum digunakan yakinkan
bahwa tidak ada gelembung udara pada reagen dan kondisi reagen
sudah homogen. Setelah digunakan, reagen disimpan pada suhu 2-
8C, reagen stabil selama 14 hari. Jika belum digunakan, reagen
stabil sampai dengan tanggal kadaluarsa yang tercantum pada
label reagen.
4. Persiapan pasien
Puasa 12 jam sebelum pengambilan sampel melalui pungsi vena

13
5. Persiapan alat(Siemens, 2015)
a. Kalibrasi
Berdasarkan insert kit kolestrol HDL/LDL kalibrator the
ADVIA untuk pemeriksaan kimia HDL/LDL ADVIA Chemistry
(REF 00309530; PN B03-4763-01). Kalibrasi dilakukan
saatmetode ini diimplementasikan pada sistem dan setidaknya
dilakukan frekuensi minimum kalibrasi yaitu 14 hari.
Alat Advia 1800 ini dikalibrasi dengan frekuensi minimal
60 hari. Kalibrasi dilakukan setelah pergantian lot reagen. Siemens
Diagnostics merekomendasikan untuk kalibrasi paket reagen baru
jika paket reagen sebelumnya telah dikalibrasi kapanpun selama
dalam kondisi stabil. Rekalibrasi dilakukan pada keadaan :
a. Nomer lot reagen berubah
b. Setelah mengganti critical optical atau komponen hidrolik
c. Jika diindikasikan oleh prosedur quality control
b. Quality control
Siemens Diagnostics merekomendasikan untuk running
kontrol lipid level 1 ADVIA Chemisty(REF 01313493; PN B03-
4766-01), level 2 (REF 06413232; PN B03-4767-01), and level 3
(REF 01099203; PN B03-4768-01).
Jika digunakan, integrasikan kontrol ini dengan program
dan prosedur quality control laboratorium klinik. Siemens
Diagnosticstidak mengevaluasi penggunaan bahan kontrol lain
dengan metode ini. Kita dapat menggunakan assay kontrol
komersial dengan 3 level (low, middle, dan high).
Performance yang memuaskan dapat diraih jika nilai analit
dari masing masing kontrol masuk dalam range kontrol sistem
yang terdapat pada insert kit. Frekuensi kontrol yang aktual dalam
laboratorium berdasarkan beberapa faktor,seperti alur kerja,
pengalaman sistem, dan regulasi pemerintah. Ketika metode ini

14
digunakan, Siemens Diagnostics merekomendasikan analisa 3 level
kontrol harian. Juga, control assay berdasarkan kondisi : pada saat
penggunaan reagen yang baru; maintenace system, cleaning, atau
prosedur trouble shooting; dan setelah dilakukan kalibrasi yang
baru.

B. Analitik (Anonim , 2008)

1. Prinsip pemeriksaan

Metode ini terdiri dari 2 tahap reaksi

a. Kolesterol esterase dan kolesterol oksidase menghilangkan kolesterol


selain kolestrol LDL. Katalase menghilangkan peroksida yang
diproduksi oleh reaksi oksidasi.

b. Pemeriksaan kolesterol LDL dilakukan setelah dilepaskan oleh


detergen dalam reagen 2. Katalase dari tahap 1 dihambat oleh sodium
azide pada R2. Intensitas LDL,quinoneimine diproduksi dalam reaksi
Trinder secara proporsional langsung terhadap konsentrasi kolesterol
ketika diukur pada 596 nm.

15
2. Prosedur kerja
Sampel serum sebanyak 3 l dicampur dengan reagen I sebanyak 270
l. Campuran itu diinkubasi dalam suhu 37 C selama 5
menit.Kemudian dicampur dengan reagen II sebanyak 90 l dan
diinkubasi lagi selama 5menit. Kompleks warna biru yang dihasilkan
dibaca pada 600 nm (primer) dan 700 nm(sekunder). Pada alat ADVIA
1800, pemeriksaan dilakukan secara otomatis, dengan hasil akhir
pemeriksaan dapat dilihat pada layar komputer.

C. Pasca analitik

1. Nilai yang diharapkan (expected value)

The National Lipid Association and the National Cholesterol


Education Program (NCEP) 2002 telah membuat guidelines untuk LDL-C
dewasa (usia 18 tahun ke atas):

Optimal : < 100 mg/dL

Near optimal / above optimal : 100 129 mg/dL

Borderline High: 130 159 mg/dL

Tinggi : 160 189

Sangat tinggi : 190 mg/dL.

The Expert Panel on Integrated Guidelines for Cardiovascular Health and


Risk Reduction in Children and Adolescents2003 telah membuat
guidelines untuk LDL-C (usia 2-17 tahun):
Acceptable: <110 mg/dL
Borderline high: 110-129 mg/dL
High: > or =130 mg/dL
2. Rentang nilai yang dapat diukur (analytical range)

16
Analytical range pada metode ini linear dari 0 1000 mg/dL (0
25.9 mmol/L) untuk serum dan plasma.
3. Presisi
Masing masing sampel diperiksa 2 kali (4 kali untuk ADVIA
1800 systems) per run. Run 2 kali per hari, selama 12 hari. Estimasi Presisi
berdasarkan pada CLSI EP05-A2,E valuation of Precision Performance
of Quantitative Measurement Methods.

Tabe4. Presisi (Siemens, 2015)


Within Run Total
Specimen type Level SD CV (%)
SD CV (%)
Common Units
( mg/dL)

Serum 106 0.8 0.8


Serum 154 1.0 0.6 4.4 2.8
Serum 187 1.3 0.7 5.5 2.9
SI Units (mmol/L)
Serum 2.7 0.020.8 0.08 2.8

Serum 4.0 0.030.6 0.11 2.8


Serum 4.8 0.030.7 0.14 2.9

Evaluasi homomogenous assay LDL menghasilkan bahwa CVs secara


keseluruhan berada dikisaran 3% dan konsisten dengan target performance < 4%
coefficient of variation (CV). Sebaliknya, CVs untuk penghitungan Friedewald
telah diperhitungkan mendekati 4% di laboratorium expert dan meningkat
menjadi 12% pada laboratorium rutin seperti yang telah diperkirakan dari tes
survey proficiency (Tabel 5) (Esteban et al, 2000).

17
Tabel.5.National Cholesterol Education Program Recomendation for Analytical
performance of lipid and lipoprotein measurement(Esteban et al, 2000).

Total error Consistent with


( %) Bias CV (%)

Kolesterol 8.9 3 3
Trigliserid 15 5 5
Kolesterol HDL 13 5 4
Kolesterol LDL 12 4 4

4. Interferensi
Pemeriksaan LDL menggunakan metode direct homogenous
assay tidak terpengaruh oleh kadar trigliserida lebih dari 400 mg/dL
(Burtiset al, 2008; Pincus dan Richard, 2008). Pada alatThe
ADVIA 1800 batasan intereferensi untuk trigliserida 1009 mg/dL
(Tabel 6).

Tabel.6. Interferensi (Siemens 2015)

Interference Interference level Konsentrasi Interferensi


sampel DLDL
Bilirubin 20 mg/dL 91 mg/dL NSI
Terkonjugasi
Bilirubin 32 mg/dL 98 mg/dL NSI
Tidak terkonjugasi
Hemolisis (Hemoglobin) 810 mg/dL 98 mg/dL NSI
Lipemia 436 mg/dL 98 mg/dL +11,4%
(dari intralipid)
Lipemia (dari konsentrat 1009 mg//dL 101 mg/dL NSI
trigliserid)

Askorbat 50 mg/dL 94 mg/dL NSI


Keterangan : NSI : No Significant Interference

18
BAB III

SIMPULAN

1. Kolestrol LDL mengangkut kolestrol paling banyak dalam darah, yang


dapat menimbulkan endapan pada dinding pembuluh darah.
2. Pemeriksaan LDL-C memiliki peranan penting dalam klasifikasi,
evaluasi, dan pengobatan dislipidemia
3. Metode direct enzymatic homogenous assaymempunyai kemampuan
otomatisasi penuh dalam penentuan LDL-Csecara langsung. Selain itu
juga memerlukan volume sampel yang kecil dan waktu pemeriksaan
yang singkat, pipet otomatis serta kendali waktu dan suhu yang lebih
akurat.
4. Gold standard pengukuran LDL adalah - quantification

19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Instruction for use LDL Cholestrol Direct.Siemens medical
solutions diagnostics..p.1-10.

Atlas medical, LDL CHOLESTEROL, Direct Enzymatic Colorimetric Method,


2016, p.1-2

Burtis CA, Ashwood ER, Bruns DE, Tietz,Text book Fundamental of Clinical
Chemistry, Sixth Edition, Philadelphia, elseviere, 2008. p.731-732
Denka Seiken. sd LDL-C Seikan. Diunduh dari: URL: www.denka-
seiken.co.jp. Diakses tanggal 10 Februari 2017.
Esteban-Saln M, Guimn Bardesi A, delaViuda-Unzueta JM. Analytical and
Clinical Evaluation of two Homogeneous Assays for LDL-Cholesterol in
Hyperlipidemic patients. ClinChem, 2000;46(8):1121-31.
Guyton CA, Hall JE, Text Book of Medical Physiology, 13th Edition,
Philladelphia, Elseviere, 2016. p.864
Hardjoeno, 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik.
Makassar.Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin (Lephas).
Ito Y, Fujimura M, Ohto M, Hirano T. Development of a homogeneous assay
for measurement of small dense LDL cholesterol. Clin Chem. 2011;
57(1):57-65
Nauck M, Warnick GR, Rifai N. Methods for Measurements of LDL-Cholesterol:
A Critical Assesment of Direct Measurements by Homogeneous Assay
versus calculation, 2002. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11805004.
Akses tanggal 10 Februari 2017
National Cholesterol Education Program Working Group on Lipoprotein
Measurements. Recommendations on Lipoprotein on Lipoprotein
Measurements. NIH Publication No. 1995.1-57.
Pincus M, Richard MP, Henrys, Clinical Diagnosis and Management Methode,
22th.edition. Philladelphia, Elseviere, 2011, p.777-778
Rifai Nader, Warnick .G, McNamara JR. Measurements of Low-Density
Lipoprotein Cholesterol in Serum: a Status Report. ClinChem .1992.
38(1).150-60.
Siemens, 2015.The Advia 1800 Clinical Chemistry System.
https://www.healthcare.siemens.com/clinical-
chemistry/systems/advia-1800 chemistry system

20
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Kelima. Interna Publishing.2010.p.422-25.

21

You might also like