Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN KONSEP
3. Clear boundary from surrounding area adalah kejelasan batas-batas dari daerah
1
disekitarnya. Tidak seperti kota Jakarta dan Surabaya yang padat dengan
perkembangan kotanya sehingga semakin melebar secara horizontal tanpa adanya
batas yang jelas. Pelebaran ini mengakibatkan munculnya kota kota pinggiran yang
menjadi penyangga seperti kota Depok, Bogor, Bekasi, Tangerang, dll.
4. Mix land use adalah sebuah kawasan kota yang memadukan /mengkombinasikan
penggunaan perumahan, komersial, budaya, kelembagaan, dan industri dimana
tersedianya fasilitas untuk pejalan kaki.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan terdapat hubungan yang dekat antara bentuk
Gambar 4. Mix land use kota kompak (compact city) dan keberlanjutan (sustainability), diantaranya:
Sumber: (Feng, 2010) Pengurangan ketergantungan pada kendaraan bermotor
Penyediaan infrastruktur dan servis publik yang efisien
5. Diversity of life (complex land use) adalah penggunaan lahan yang kompleks dan Komunitas yang aktif melalui hunian berkepadatan tingi
umumnya terjadi pada kawasan perkotaan, karena kerapatan dan kepadatannya, lahan Revitalisasi pusat kota
yang digunakan semakin banyak. Sehingga dengan konsep kota kompak ini,
kepadatan yang tinggi bisa dikurangi agar tingkat penggunaan lahan yang tidak efektif
bisa dimanfaatkan secara lebih optimal.
6. Clear identity adalah kejelasan identitas suatu kawasan kota. Lewat konsep kota
kompak ini sebuah kawasan kota akan memiliki karakteristik dan identitas yang jelas,
misalnya kawasan Kotagede Yogyakarta yang mengusung identitas lokalnya.
7. Social fairness (high-dense settlements) merupakan salah satu
karakteristik compact city, akan mewujudkan keadilan sosial yang pada akhirnya akan
memberikan keuntungan kesempatan hidup bagi penduduk berpendapatan rendah.
8. Self-sufficiency of daily life merupakan konsep kota kompak yang menjadikan
sebuah kawasan kota tersebut mandiri dengan memenuhi kebutuhan mereka sendiri
tanpa bergantung pada yang lain.
9. Independency of governance (clear boundary) menunjukan adanya batasan yang
jelas dengan pemerintah. Artinya kemandirian sebuah kota tanpa campur tangan
pemerintah.
2
1.3 Contoh Kasus Penerapan yang Telah Ada Kotagede, Yogyakarta
3
kota, taksi, maupun ojek. Berbagai macam transportasi publik tersebut merupakan ciri Kesimpulan
khas yang membentuk kampung kota sebagai model kota kompak. Kota kompak (compact city) adalah perencanaan kota dan konsep desain urban, yang
4. Kondisi perekonomian masyarakat yang hidup di kampung terutama Kampung Alun- mempromosikan kepadatan hunian yang relatif tinggi dengan penggunaan lahan campuran.
alun, Kampung Citran, dan Kampung Dalem di Kotagede tidak sebaik masyarakat yang Prinsip-Prinsip Desain Compact City:
tinggal di perumahan elit. Pencaharian masyarakat di kampung tersebut didominasi oleh 1. High-dense settlements
perajin perak berskala lokal dan pedagang kecil sehingga dapat digolongkan dalam 2. Less dependence of automobile (high density)
keluarga prasejahtera hingga keluarga sejahtera satu (1). Namun, hal tersebut 3. Clear boundary from surrounding area
justru membuat masyarakat memiliki hubungan dan interaksi isosial yang baik dan 4. Mix land use
guyub dengan masyarakat di sekitarnya. Hubungan dan interaksi sosial dapat 5. Diversity of life (complex land use)
berbentuk pertemuan rutin, pengajian, arisan, atau sekedar mengobrol dengan 6. Clear identity
masyarakat sekitar. Pertemuan, pengajian, dan arisan rutin biasanya diselenggarakan 7. Social fairness (high-dense settlements)
secara bergiliran di rumah masyarakat setempat. 8. Self-sufficiency of daily life
5. Pada Kampung Kotagede hal yang menunjukan pembentukan kampung menggunakan 9. Independency of governance (clear boundary)
skala manusia antara lain jalan sempit, bangunan kecil, dan detail bangunan yang Analisis kelebihan dan kekurangan Kotagede, Yogyakarta sebagai contoh kasus penerapan
atraktif. Kampung Kotagede memiliki ciri detail bangunannya yang atraktf dengan warna yang telah ada
yang mencolok dan ukiran khas jawa pada muka bangunan baik pintu maupun dinding Kelebihan:
pada kavling rumah yang kecil dengan tinggi bangunan +3m. lebar jalan kampung Memiliki lima atribut yang terkandung dalam strategi kota kompak teridentifikasi dalam
sebesar 2-3 meter dengan dibatasi langsung muka bangunan dan material penyusun kampung kota, seperti kepadatan tinggi, tata guna lahan campuran, berskala manusia
jalan berupa paving block membuat banyak penduduk sekitar menyesuaikan dirinya yang mendorong masyarakat untuk berjalan kaki, ketersediaan transportasi publik, serta
dengan kondisi sekitar. Penduduk lebih banyak berjalan kaki atau bersepeda bahkan kesejahteraan sosial, walaupun diterjemahkan melalui praktik-praktik yang berbeda
pada masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor menyesuaikan diri dengan karena dipengaruhi oleh budaya lokal setempat.
menuntun kendaraannya keluar daerah permukiman baru kemudian digunakan. Kekurangan:
Pembentukan kampung dengan skala manusia ini juga menguntungkan bagi Dari aspek independency of governance (clear boundary),wilayah Kotagede jatuh di dua
penyandang cacat dan anak-anak karena mereka dapat berkegiatan diluar rumah tanpa pemerintahan daerah yang berbeda, masyaraat Kotagede harus menghadapi dua
harus takut bahaya kendaraan bermotor. (Rahmi, 2013) kebijakan yang berbeda untuk satu kesatuan wilayah tersebut.
4
BAGIAN II
DESKRIPSI KASUS STUDI
2.1 Gambaran Umum yang membedakan etnis maupun golongan dalam masyarakat. Dengan keterbatasan yang
Kampung Kauman adalah sebuah desa Muslim tradisional yang berada di sekitar ada, masyarakat Kauman dari dulu hingga sekarang hidup bermasyarakat dengan damai.
Masjid Agung di beberapa kota di Jawa. Di antara pemukiman muslim tersebut, kampung Mereka juga berinteraksi dengan warga di kampung lain agar hubungan antara warga
Kauman (desa Kauman) adalah salah satudari pemukiman muslim menarik yang terletak Kampung Kauman dan kampung lain tetap harmonis. Dengan sikap masyarakat Kampung
sekitarMasjid Agung kota-kota Jawa. Di dalam Kampung Kauman terdapat sekelompok Kauman yang seperti disebutkan diatas, masyarakat Kampung Kauman dapat dikatakan
masyarakat muslim yang terikat dalam hubungan kekerabatan. Penghuni aktif melaksanakan menjaga toleransi baik terhadap sesame warga Kampung Kauman juga kampong lainnya.
hukum Islam dan menyebarkan agama melalui pendidikan moral. Di Kampung Kauman masyarakat yang berbeda aliran maupun kepercayaan
Kampung Kauman di Semarang adalah tempat tinggal umat Islam yang setia terletak mendapatkan perlakuan yang sama di dalam masyarakat. Tidak ada satupun yang mendapat
di dekat Masjid Agung di kota Semarang Jawa. Kampung Kauman memegangideologi yang perlakuan berbeda dalam bermasyarakat. Selain tidak membedakan kepercayaan atau
kuat dari Islam. Orang-orang yang tinggal di kampung Kauman Semarang telah agama, masyarakat Kampung Kauman juga tidak membedakan status sosial. Hal ini
mengembangkan kehidupan mereka melaluibelajar mandiri selama lebih dari tiga abad . dibuktikan dalam kegiatan gotong royong juga pada acara keagamaan. Contohnya pada saat
Sebelumnya, Kampung Kauman Semarang merupakan kota yang tidak memiliki peran lebaran Idul Fitri. Masyarakat dari etnis Tionghoa membantu menggelar karpet di Masjid,
penting. Pemukiman telah mengembangkan perannya sebagai bagian dari sektor bisnis silaturahmi kerumah masyarakat kaum muslim. Sedangkan kaum muslim, menghadiri
yang penting di Semarang. Kampung Kauman dari Semarang berbeda dari Kampung perayaan hari besar masyarakat Tionghoa. Secara tidak langsung didalam kehidupan
Kauman lainnya di Jawa. Satu-satunya di Semarang yang bisabertahandari tekanan masyarakat Kampung Kauman telah terjadi akulturasi baik dari segi budaya maupun sosial.
modaldari kawasan pusat bisnis di sekitarnya. Fenomena ruang ini menunjukkan situasi Dalam kehidupan ekonomi masyarakat Kampung Kauman sebagian besar menggantungkan
sosial penyelesaian Semarang Kauman muslim. Kampung Kauman Semarang dipengaruhi hidupnya dengan berjualan di Pasar Johar. Pasar Johar sudah sejak lama menjadi tumpuan
oleh kegiatan kawasan bisnis karena terletak di pusat kota. Kampung ini juga sangat dibentuk hidup masyarakat Kauman pada umumnya, bahkan sampai saat ini lebih dari 50%
oleh fungsi Masjid Agung sebagaipusat dakwah di kota .(Atiek Suprapti et al, 2010) masyarakat Kauman setiap harinya berjualan di sana. Walaupun perkembangan zaman
sudah sedikit banyak membuat masyarakat Kauman beralih profesi contohnya bekerja
sebagai PNS, buruh industri, dan pekerja kantoran, Pasar Johar tetap saja memiliki posisi
2.2 Data Non Fisik yang strategis bagi masyarakat Kampung Kauman (Monografi Kelurahan Kampung Kauman)
Kauman merupakan nama sebuah kampung yang selalu ada dalam tata ruang kota-
kota di Jawa. Sistem pengaturan kota di Jawa pada umumnya mempunyai bentuk dasar yang
hampir sama yaitu selalu dibentuk dengan adanya alun-alun yang dikelilingi pusat
pemerintahan dan masjid besar. Pada masjid besar tersebut biasanya selalu dikelilingi
rumah-rumah tinggal yang kemudian disebut dengan nama Kampung Kauman (Wijanarka,
2007). Menurut sejarahnya pembentukan Kampung Kauman merupakan tipologi sentral yang
digariskan oleh kerajaan Demak hingga Mataram (Darban, 2007).
Masyarakat Kauman adalah sekelompok masyarakat yang wilayahnya berada di
sekitar masjid dan mempunyai aturan-aturan yang menjadi kesepakatan bersama. Aturan
tersebut bersumber dari ajaran Islam karena mayoritas masyarakat Kampung Kauman
beragama Islam. Ditinjau dari pendekatan antropologis, masyarakat Kauman adalah
masyarakat indogami kampung, yaitu masyarakat yang penduduknya mengadakan
perkawinan dengan orang dari kampong sendiri dan tidak mencari jodoh dari luar kampong
tempatnya. Dengan indogami kampong tersebut, masyarakat Kauman menjadi masyarakat
yang terjalin dengan hubungan pertalian darah. Hirarki jabatan maupun tingkat kekayaan di
masyarakat Kauman tidak menyebabkan terjadinya perbedaan yang mencolok, karena
melalui ikatan keagamaan Islam dan pertalian darah telah mewujudkan pergaulan sosial yang
erat (Darban, 2000).
Kampung Kauman merupakan sebuah kampung yang ada di Kecamatan Semarang
Tengah. Kampung ini dihuni tidak hanya oleh penduduk ras Jawa tetapi ada juga yang
berasal dari keturunan Arab danTionghoa. Masyarakat Kampung Kauman menjunjung tinggi
asas kekeluargaan dengan membina hubungan bermasyarakat yang selalu harmonis untuk
mencapai masyarakat tanpa perselisihan. Asas kekeluargaan ini tidak hanya berlaku bagi
masyarakat Kampung Kauman yang beragama Islam atau penduduk asli Jawa, tetapi juga
berlaku bagi masyarakat dari etnis Tionghoa. Dengan asas kekeluargaan tersebut, tidak ada 2.3 Data Fisik
5
Siteplan: yaitu I dan RW II, kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Kode pos 50139. (Wikipedia, 2016)
Luas :
Kampung Kauman memiliki luas wilayah dengan total sebesar 12,7 hektar yang masuk
kedalam wilayah administrative Kelurahan Bangunharjo yaitu RW I dan RW II, begitu juga
dengan Kampung Kauman yang masuk wilayah administrative Kelurahan Kauman yaitu I
dan RW II.(Cynthia, 2013)
Penggunaan Lahan :
Awalnya digunakan sebagai kawasan pemukiman dan perdagangan, namun saat ini
banyak terjadi perubahan penggunaan lahan yang ada di KampungKauman. Perubahan
penggunaan lahan yang terjadi untuk mendukung aktivitas-aktivitas utama yaitu
perdagangan dan jasa serta perkantoran.
Jalan
Di Kampung Kauman dikelompokkan menjadi 3 yaitu jalan di bagian utara dan selatan
Kampung Kauman (Jalan Pemuda dan Jalan Kyai H. Wahid Hasyim ), Jalan Kauman yang
di bagian tengah yang juga menjadi batas antara Kampung Kauman Kelurahan
Bangunharjo dan Kampung Kauman Kelurahan Kauman, serta jalan-jalan kecil di bagian
jalan kolektor sekunder Kota Semarang memiliki kondisi yang baik dengan lebar jalan yang
memudahkan mobilitas masyarakat yang beraktivitas di sepanjang jalan tersebut.
Sementara itu, jalan Kyai H. Wahid Hasyim yang memiliki lebar jalan tidak sebesar jalan
Pemuda juga memiliki aksesibilitas yang baik serta juga didominasi oleh aktivitas
perdagangan dan jasa di sepanjang jalan tersebut.
Pola Tata ruang
Gambar 7. Peta Kampung Kauman Kampung Kauman memiliki bentuk pola kampong radial. Bentuk kampung dengan pola ini,
Sumber : RTRW Kota Semarang 2011-2-31 perkembangannya mengikuti bentuk pita yang dipengaruhi oleh lokasinya yang dengan
dengan jalan atau sungai. Kampug Kauman sendiri jika dilihat maka perkembangannya
mengikuti arah dari jalan sekitarnya, yaitu Jalan Pemuda, Jalan Kyai H. Wahid Hasyim,
serta jalan dalam Kampung Kauman yaitu Jalan Kauman.
Beberapa bangunan yang telah hilang dari lingkungan Kauman adalah Pendopo
Kanjengan, alun-alun yang telah berganti menjadi pasar dan komplek pertokoan, hotel dan
lain sebagainya. Selain itu aktivitas budaya yang selalu dinanti setiap menjelang bulan
Ramadhan yaitu dugder mulai menghilang dari area kampung Kauman berpindah lokasi di
Lokasi: sekitar Masjid Agung Semarang yang dibangun pada 2007.
Kauman berada di pusat kawasan komersial kota Semarang, tepatnya di dalam wilayah
administrative Kelurahan Bangunharjo yaitu RW I dan RW II dan di di Kelurahan Kauman
6
Gambar 9. Solid Void
Sumber: (Cynthia, 2013)
Kondisi Bangunan:
Beberapa bangunan yang telah hilang dari lingkungan Kauman adalah Pendopo
Kanjengan, alun-alun yang telah berganti menjadi pasar dan komplek pertokoan, hotel dan
lain sebagainya. Selain itu aktivitas budaya yang selalu dinanti setiap menjelang bulan
Ramadhan yaitu dugder mulai menghilang dari area kampung Kauman berpindah lokasi di Gambar 11. Pertokoan di Jalan Kauman Semarang
sekitar Masjid Agung Semarang yang dibangun pada 2007.(Cynthia, 2013) Sumber: (Dokumen Kelompok)
Foto Survei
7
2.4 Tugas Individu
kawasan besar dan acak bernama Tokyo). Jangka panjangnya memang secara tersirat
ROPPONGI HILLS, JEPANG Mori bersambisi untuk membuat Tokyo sebagai sebuah kota yang mudah ditinggali
(Lisa Shofani 21020114120067) (livable city) melalui sebuah konsep kota kompak (compact city).
2. Data Fisik
1. Gambaran Umum Lokasi
Roppongi Hills berlokasi di 6 Chome-11-1 Roppongi, Minato, Tokyo 106-6108, Jepang.
Site
Sumber:
BIBLIOGRAPHY Marbun, J. (2011, juli 26). Kawasan Malioboro Sebagai Kawasan
Budaya. Retrieved from Wordpress.com:
https://joemarbun.wordpress.com/2011/07/26/kawasan-malioboro-sebagai-kawasan-
budaya/
Ngasihm, A. A. (2010). Sejarah Malioboro, Intrik Jawa-Cina Hingga Dunia Sastra.
Kompasiana.
Zahnd, M. (2008). Model Baru Perancangan Kota yang Kontekstual. Yogyakarta, Jawa
Tengah, Indonesia.
Proyek Sentraland di Semarang yang pembangunan fisiknya dimulai akhir Januari
2013 lokasi proyek Jl. Ki Mangunsarkoro Semarang . (use, 2016)
SENTRALAND SEMARANG
(Debby Erika Meylena 21020114120073)
Konsep proyek yang dihadirkan yaitu Mixed Use yang menggabungkan beberapa fungsi
sekaligus untuk memenuhi kebutuhan dan kenyamanan para penggunanya, Sentraland
mampu dengan cepat diterima pasar Semarang. Pihak pengembang pun optimis target proyek
rampung dalam dua tahun akan mudah terpenuhi. Sentraland berdiri di atas lahan seluas
6,770 m2 yang terdiri dari office, hotel, condotel, SOHO (Small Office Home Office),
Fenomena compact city di Indonesia sendiri sebenarnya telah berkembang sejak lama. Commercial, dan Retail. Terletak di jantung Kota Semarang, bangunan setinggi 20 lantai.
Hal ini dapat dilihat dari zaman kerajaan berkuasa di Indonesia, dimana batasan kerajaan (sentraland, 2015)
masih terlihat jelas dan adanya pemusatan kegiatan pada pusat kerajaan, Namun
perkembangan di Indonesia ahir-ahir ini dibandingkan dengan pengembangannya dinegara
maju masih jauh tertinggal. Complect city di Indonesia berkembang dengan adanya
pembangunan complect kota baru yang mengusung tema tema tertentu seperty city garden
yang ahir-ahir ini gencar dilakukan.
Untuk berjalannya compact city di Indonesia diperlukan pendekatan pendekatan yang
sesuai dengan karakteristik perkembangan kota di Indonesia, adanya kebijakan pemerintah
yang mampu mendorong terwujudnya compact city yang dapat di aplikasikan sebagai strategi
pembangunan kota untuk mengendalikan perluasan ( pengembangan ) kota akibat laju
pertumbuhan penduduk dan keterbatasan lahan yang ada. Dalam pengembangannya
complact city juga membutuhkan biaya yang banyak karena seluruh komponen kota harus
terpenuhi serta perlu dilakukan kajian lebih lanjut apakah pengembangan compact city tepat
digunakan di Indonesia karena banyak kota yang mempunyai identitas yang khas dan
karakterisistik tersendiri yang menjadi keharusan untuk dipertahankan. (kota, 2015)
Beberapa penelitian tentang konsep compact city telah dilakukan pada beberapa
wilayah dan kota di Indonesia, yaitu pada wilayah Metropolitan Bandung, Semarang, dan Kota
Surabaya Hasil studi tersebut adalah tipologi kelurahan di wilayah Metropolitan Bandung,
Semarang, dan Kota Surabaya berdasarkan variabel-variabel compact city. (city, 2014)
Di Semarang terdapat beberapa contoh compact city yang diterapkan sebelum
munculnya konsep compact city modern , beberapa contohnya yaitu : Perkampungan Kauman
dan Perkampungan Pecinan. Di dua daerah tersebut sudah dari dulu diterapkan konsep yang
dewasa ini disebut dengan compact city dan mengikuti perkembangan jaman dua tempat
tersebut sering menjadi objek penelitian untuk compact city di daerah Semarang selaras
dengan mulai beralih fungsinya konsep konsep yang dulu dibangun di wilayah tersebut
sebagai objek kajian.
Namun, dewasa ini di Semarang mulai dikembangkan konsep compact city secara
modern dengan konsep utama yang digunakan yaitu mix land use. Salah satu proyek yang
sedang berjalan dan mengusung konsep compact city ini yaitu Proyrk Sentraland di Semarang.
Sentraland memenuhi konsep compact city karena memenuhi aspek : 3. Guna lahan : mixed , cenderung menyatu
1. Dibangun di kepadatan yang tinggi
terlihat dari potongan tersebut bagaimana konsep mix land use itu terjadi
4. Skala : kaya akan detail dan artikulasi bagi pejalan kaki
pemilihan lahan proyek terletak di ruang sisa sehingga nantinya pola pertumbuhan
bangunan akan efisien
Selain fasilitas yang akan dibangun oleh sentraland lokasi yang strategis
mendukung mudahnya mencapai fasilitas fasilitas lainnya di daerah tersebut yang
dekat dengan pusat kota.
Pemerintah kota Semarang mendukung penuh terwujudnya compact city yang
6. Transportasi : penghargaan pada pejalan kaki dan tranportasi publik diusung oleh Sentraland, sehingga pembangunan kawasan ini didukung penuh
Banyak transportasi public yang terdapat didaerah tersebut sehingga mendukung pejabat pemerintahan yang terkait.
mudahnya pencapaian fasilitas public lainnya dan mengurangi biaya dan energy Komentar :
yang dikeluarkan untuk mencapai tempat tersebut Pembangunan Sentraland diSemarang ini diharapkan dapat menjadi contoh compact
7. Desain jalan : jalan di desain untuk mengakomodasi berbagai macam kegiatan city yang cocok untuk dilaksanakan diSemarang, walaupun masih dalam proses pembangunan
antusian masyarakat Semarang dengan adanya proyek yang mengusung nuansa baru
diSemarang ini sudah banyak peminatnya. Aspek utama mix land use yang diangkat sangat
cocok untuk mengurangi jumlah kepadatan kendaraan bermotor diSemarang yang sudah
padat dimana beberapa fasilitas yang ditawarkan sangat efisien untuk dikerjakan dalam satu
kawasan sehingga dapat menghemat pengeluaran.
Sumber:
city, c. (2014, januari 3). compact city kota surabaya. Retrieved april 1, 2016, from
http://compactcityits.blogspot.co.id:
http://compactcityits.blogspot.co.id/2010/02/compact-city-kota-surabaya.html
kota, p. (2015, november 24). konsep pengembangan kota. Retrieved april 1, 2016, from
https://www.academia.edu:
https://www.academia.edu/12154895/_PERENCANAAN_KOTA_KONSEP_PENGEMBA
NGAN_KOTA_Green_City_Smart_City_Compact_City_Mega_City_Kota_Satelit_Baru_
sentraland. (2015, desember 25). tabloiad simpang 5. Retrieved april 1, 2016, from
Karena desain dari Sentraland ini cenderung memanjang kebelakang desain http://tabloidsimpang5.com: http://tabloidsimpang5.com/sentraland-hadirkan-konsep-
pedestrian ways disini diatur sedemikian rupa sehingga membuat masyarakat mixed-use-di-semarang/
didalamya merasa nyaman untuk berjalan kaki use, k. m. (2016, april 1). apaja. Retrieved april 1, 2016, from http://blog.apaja.id:
8. Desain bangunan : bangunan sangat dekat dengan jalan, berada di pusat kota http://blog.apaja.id/2016/01/04/konsep-mixed-use-di-jakarta-perlu-atau-tidak/
RASUNA EPICENTRUM
(Deaniva Martya Nugraha 21020114120074)
1. Gambaran Umum
Rasuna Epicentrum merupakan sebuah kawasan terpadu yang berada di Kuningan,
Jakarta Selatan. Kawasan ini merupakan kawasan megasuperblock terpadu yang
terbesar di Jakarta dengan luas keseluruhan 53,6 hektare. (Wikipedia, 2016)
2. Data Fisik
Lokasi
Kawasan Rasuna Epicentrum termasuk ke dalam Wilayah pengembangan
kotamadya Kuningan Jakarta Selatan bagian utara. Kawasan superblock ini juga
termasuk kawasan segitiga emas Jakarta yang dekat dengan kawasan terpadu
SCBD, Sudirman dan kawasan Mega Kuningan. Kawasan ini dirasa cukup
strategis dan potensial karena berada pada kawasan segitiga emas Jakarta.
(Febri, 2012)
Site
9. Ruang publik : perujudan kepentingan publik
10. Proses perencanaan : terencana dan hubungan pelaku pembangunan dan aturan
baik (community based)
hanya pada kawasan internal saja, tetapi jika penghuni kawasan ini ingin pergi
keluar dari kawasan Rasuna Epicentrum bisa langsung menggunakan Bus Trans
Jakarta. Selain itu Rasuna Epicentrum juga memiliki jalur pejalan kaki yang
nyaman dan aman, sehingga sangat mengurangi penggunaan mobil atau
kendaraan pribadi.
Clear identity
4. Analisis
High-dense settlements
Jumlah penduduk kota Curitiba sekitar 1.879.355 orang pada 2015 dalam
wilayah seluas 430.9 km2. Artinya, kepadatan penduduk Curitiba sekitar 4,062
jiwa /km2.
Less dependence of automobile (high density)
Jaringan transportasi di Curitiba adalah jaringan yang terencana dan
praktis yang menjadi model percontohan di dunia. Sistem ini membatasi jumlah
penggunaan mobil dan mempromosikan moda lain dari perjalanan. Sistem ini
mengintegrasikan angkutan umum dengan bersepeda dan berjalan, dengan
begitu orang dapat bergerak secara efisien dan cepat sekaligus menciptakan
suasana yang menyenangkan untuk perjalanan. (Mandala, 2013)
Clear identity
Kota Curitiba mengandalkan program tata kota serta sistem transportasi
terintegrasinya sebagai identitas kota.
Clear boundary from surrounding area
sumber: (Google, 2016) Batas Utara : Colombo, Almirante Tamandar
Penduduk Batas Timur : Paranagu, Pinhais, Piraquara
Menurut sensus IBGE tahun 2010, 2.469.489 orang tinggal di kota Batas Selatan : So Jos dos Pinhais, Araucria
Curitiba. Dari sensus terungkap ada 1.381.938 orang berkulit putih (78,9%), Batas Barat : Campo Largo
294.127 orang multiras (16,8%), 49.978 orang berkulit hitam (2,9%), 23.138 Mix land use
orang Asia, dan (1,4%), 2693 orang Amerindian (0,2%) bermukim di sana. Pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan bisnis pada kota
Peruntukan Kawasan, Pola Tata Bangunan, Ruang Terbuka Curitiba terletak memanjang pada area pusat kota dengan permukiman
Curitiba memiliki pola pembangunan radial linear. Kota Curitiba tidak mengitarinya. Terdapat pula area khusus industri di wilayah barat kota (CIC) agar
tumbuh di segala arah dari pusat/inti kota, melainkan tumbuh di sepanjang untuk mengurangi dampak dari polusi.
koridor dalam bentuk linier. Jantung kota, gedung-gedung komersial, Diversity of life
pemerintahan, pendidikan atau bisnis diletakkan dalam satu situs, sementara Penduduk Curitiba terdiri dari berbagai latar ras dan kultur yang berbeda,
tempat tinggal penduduk dibuat mengitari. Di bagian barat Curitiba terdapat kebanyakan adalah keturunan dari imigran Eropa. Pekerjaan penduduk berkisar
kawasan khusus untuk industri yaitu CIC. (Mandala, 2013) pada perdagangan, jasa, dan juga industri.
Sirkulasi Social fairness ( high-dense settlements )
Kota Curitiba membangun jalan-jalan penghubung dari tempat tinggal Masyarakat Curitiba sudah lama hidup dalam lingkungan multikultur. Oleh
penduduk langsung menuju pusat kota. Dengan adanya jalan penghubung, karena itu, sikap saling toleransi sudah tertanam di dalam kehidupan sosial
penduduk akan lebih cepat mengakses pusat kota. Dari pusat kota, penduduk mereka yang harmonis.
kemudian dapat dengan mudah mengakses bagian kota tujuan mereka melalui Self-sufficiency of daily life
transportasi yang telah terintegrasi. Sebagai sebuah kota, di dalam Curitiba tentu terdapat daerah
3. Data Non Fisik perdagangan serta pasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ditambah
Karakteristik Kawasan dengan adanya CIC, kebutuhan masyarakat Curitiba akan barang pabrikan juga
Kota Curitiba memiliki karakter kawasan berkultur campuran. Hal ini dapat dipenuhi oleh wilayah Curitiba sendiri.
disebabkan oleh adanya gelombang besar imigran yang pernah terjadi. Independency of governance (clear boundary)
Dampaknya berupa berdirinya berbagai memorial untuk mengenang daerah asal
para imigran namun tetap dalam koridor pola pembangunan radial linear.
Sebagai suatu wilayah di dalam negara bagian, kota Curitiba dapat
dikatakan independen dalam pengambilan setiap keputusannya. Hanya saja,
kota Curitiba berada di bawah wilayah Negara Bagian Parana, yang artinya
pemerintahan Negara Bagian Parana masih memberikan pengawasan terhadap
kota Curitiba.
5. Komentar
Menurut pandangan saya, kota Curitiba merupakan contoh compact city
dalam lingkup kota. Kota Curitiba memenuhi kriteria dari prinsip compact city,
seperti kepadatan penduduk yang tinggi, pengkombinasian/ penggunaan lahan
untuk bermacam-macam aktivitas, serta keberagaman masyarakat tanpa
terjadinya diskriminasi. Sistem transportasi terintegrasi dalam wilayahnya, selain
menjadi penyelesaian masalah transportasi berupa pengurangan waktu tempuh,
juga menjadi identitas yang membuat kota Curitiba terkenal.
Sumber:
Google. (2016). Retrieved April 7, 2016, from Google Maps:
https://www.google.co.id/maps/place/Curitiba+-+Paran%C3%A1,+Brasil/@-
25.4947754,-49.4274895,11z/data=!3m1!4b1!4m2!3m1!
1s0x94dce3f5fc090ff1:0x3c7a83b0092bb747
Mandala, Z. (2013). Curritiba Brazil sebagai World Class Sustainable Cities. Retrieved April 7,
2016, from https://zejimandala.wordpress.com/2013/07/21/curritiba-brazil/
1. Gambaran Umum
Gambar (a). Pecinan Semarang
Sumber : (Kompasiana, 2014)
Pecinan atau Kampung Cina Semarang merupakan sebuah wilayah di Kota
Semarang yang mayoritas penghuninya adalah orang Tionghoa yang merantau dan
kemudian menetap. Kawasan ini menjadi salah satu pemegang pengaruh besar
terhadap pembentukan Kota Semarang serta berpontensi sebagai salah satu kawasan
wisata budaya. Sebagai sebuah kawasan yang pernah menjadi pusat perdagangan dan
jasa kaum Tionghoa pada jaman dahulu, Pecinan Semarang memiliki potensi ekonomi,
sosial, dan budaya yang sangat kuat.
2. Data Fisik
Lokasi
Kawasan Pecinan termasuk dalam Kelurahan Kranggan, Kecamatan Gambar (b). Peta Pecinan
Semarang Tengah. Memiliki 5 RW dan 19 RT. Berdekatan dengan Kawasan Kota Sumber: (photobucket, 2015)
Lama (Little Netherlands), Komplek Jurnatan (pusat perdagangan di kota Peruntukan Kawasan dan Pola Tata Bangunan
Semarang), dan Pasar Tradisional Johar. Pecinan memiliki pola pembangunan yang homogen dengan keberadaan
Penduduk kaveling yang mengikuti pola grid. Bagian barat memiliki rata-rata kaveling lebih
Jumlah penduduk Pecinan adalah 5.793 pada tahun 2002, 95% adalah kecil disbanding bagian timur. Pecinan memiliki KDB 80%, KLB 1.6. 71% dari
WNI. 1.505 KK dengan rasio 3.8 orang/KK. 49% penduduknya berumur >40 jumlah bangunan berlantai 2. Bangunan dengan 1 lantai masih berada di daerah
tahun. 56% penghuni Pecinan adalah wanita. 43% dari jumlah penduduk Pecinan paling barat dan timur. Bangunan 3 atau 4 lantai 14%.
hidup sejak lahir di Pecinan Semarang. 37% menganut agama Buddha, 33% Sirkulasi
Kristen/ Katolik, dan 29% beragama Islam. 97% bekerja di sector formal swasta, Terdapat 4 jalan utama ke kawasan Pecinan Semarang, yaitu:
15% sector informal, dan 2.6% bekerja sebagai pegawai negeri. Jalan KH. Agus Salim (Jurnatan) masuk ke jalan Pekojan akan tembus ke
jalan Gang Pinggir
Jalan Jagalan ke jalan Ki Mangunsarkoro tembus ke jalan Gang Pinggir
Jalan Gajahmada ke jalan Kranggan lalu masuk lewat jalan Beteng
Jalan Gajahmada ke jalan Wotgandul lalu lewat jalan Wotgandul Timur
Site
3. Data Non Fisik
Kharakteristik Kawasan
Karakter fisik arsitektur kawasan merupakan hasil perpaduan antara
karakter arsitektur Cina bercampur dengan arsitektur Melayu. Perpaduan
arsitektur tersebut terlihat dalam tipologi bangunan berupa rumah deret yang
atapnya berkarakter arsitektur Cina tapi pada detail-detail fasade terdapat
keberagaman arsitektur yang mempengaruhinya. Karakter non fisik terwujud
dalam kehidupan sosial-budaya yang merupakan hasil perpaduan dari berbagai
kebudayaan yaitu budaya Cina yang kemudian berpadu dengan budaya-budaya
lokal seperti budaya Pekojan dan budaya Melayu (Sudarwani, 2010).
Sosial Budaya
Aktivitas sosial berhubungan dengan perdagangan dan hubungan dalam
keluarga besar. Memiiki identitas kuat dengan sosial budayanya yang homogen.
Pola Aktivitas
Kawasan Pecinan memiliki beberapa aktifitas masyarakat, yaitu :
Pasar tradisional Gang Baru, di Jalan Gang Baru dapat dikunjungi setiap Gambar (c):Pasar Semawis
pagi mulai pukul 05.00 WIB sampai selesai. Sumber : (Semarang, 2015)
Waroeng Semawis, aktifitas wisata kuliner di Semarang, di sepanjang Pasar Imlek Semawis, kegiatan ini masuk dalam agenda tahunan wisata
jalan Gang Warung yang berlangsung setiap hari jumat, sabtu dan minggu Kota Semarang dan diadakan selama 3 hari dalam rangka menyambut tahun
mulai sore hari sekitar jam 18.00 WIB sampai selesai. baru Imlek.
BAGIAN III
PENERAPAN KONSEP
3.1 Peta Kampung Kauman c. Kampung Kauman Tahun 1913 (sumber: Suprapti, 1997)
Dalam analisis ini, untuk mengetahui perkembangan fisik Kampung Kauman dengan d. Kampung Kauman pada saat ini (sumber: BAPPEDA Kota Semarang, 2010)
melihat peta figure ground dari tahun ke tahun. Perkembangan untuk sosial atau Pada Tahun 1880, kondisi Kauman sebelum terbakarnya Masjid Kauman, pada waktu
kemasyarakatannya dilihat dari sejarah yang diketahui dari para tokoh masyarakat atau posisi masjid masih ke arah barat dan terlihat pula Masjid Cilik (Musholla Astajiddin) sudah
masyarakat pendatang di Kauman tersebut. ada dan merupakan masjid kompeks Kanjengan. Dan terlihat juga belum jelas jalan-jalan
Untuk perkembangan fisik dari Kampung Kauman dapat dilihat dari penjelasan di yang ada di kampungnya. Pada tahun 1892-1913, Masjid Kauman sudah diperbaiki setelah
bawah ini. terjadinya kebakaran dan orientasi masjid diubah menghadap kiblat. Pada masa ini
masjid cilk di kompleks Kanjengan telah memiliki akses dengan Masjid Kauman seiring
dengan perkembangan kampung. Hal ini mempengaruhi pola dasar pada kampung
dengan terbentuknya pola jalan yang berbentuk grid untuk jalan penghubung di dalam
kampung. Munculnya permukiman masih secara spontan terlihat dari massa bangunan yang
menyebar. Pada tahun 1913, jalan yang berada di Kampung Kauman sudah lebih jelas terlihat
karena permukiman sudah bermunculan dan massa bangunan yang berdekatan dan masih
mengelompok. Pada Kampung Kauman saat ini, terlihat mengalami pertumbuhan yang pesat
terlihat dari massa bangunan yang semakin padat sampai sudah tidak ada lahan terbuka hijau.
Karena kawasan ini semakin ramai dengan pertokoan dan Pasar Johar, banyak
pendatang yang bermukim dan berdagang di Kawasan ini.
Perkembangan sosial maupun budaya di Kampung Kauman masih tetap dengan
nuansa islaminya. Dan sampai saat ini Kauman memiliki ciri khas dengan nama
setiap gangnya yang mempunyai arti/makna tersendiri. Seperti Kampung krendo karena
merupakan tempat menyimpan krendo, Kampung Buntulan karena kampung tersebut
buntu,dan sebagainya. (Yuliana dan Kurniati, 2013)
Keterangan:
a. Kampung Kauman Tahun 1880 (sumber: Suprapti, 1997)
b. Kampung Kauman Tahun 1892-1913 (sumber: Suprapti, 1997)
1.a. Rute mayor 1, yaitu jalan dari alun-alun barat, Jalan Kauman hingga Jalan Kyai H.
3.2 , Analisis Penerapan Konsep Berdasarkan Prinsip-prinsip Compact City: Wahid Hasyim.
3.2.1 High-Dense Settlements Dilalui oleh angkutan umum, kendaraan pribadi roda dua hingga roda empat
Memiliki lebar dan jarak ke dua tepi jalan, yang berbatasan dengan bangunan,
yaitu 7 m, pada saat ini sedang direncanakan untuk dilebarkan sehingga
bangunan di sisi tepi jalan harus diundurkan sekitar 2 m.
Tidak memiliki trotoar
Memiliki pembukaan sisi kiri/kanan untuk menuju ke kampung di dalamnya
1.b. Rute mayor 2, menghubungkan kawasan luar Kauman dengan rute mayor 1, juga
merupakan sarana untuk menuju kampung dan di belakangnya, terdiri dari:
1. Jalan Bangunharjo
Menghubungkan Jalan Kauman ke arah barat hingga Jalan Pemuda
Dilalui oleh kendaraan roda dua dan pejalan kaki
Memiliki lebar 3 m
Sebagai ruang ekonomi
Memiliki pembukaan di sisi kiri/kanan untuk menuju ke kampung di dalamnya
b. Jalan Kauman Timur
Menghubungkan Jalan Kauman ke arah selatan berbelok ke arah timur di
musholla Astahiddin, hingga Jalan Pungkuran.
Dapat dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan non mobil
Jalan memiliki lebar 2,5 m
Memiliki pembukaan di sisi kanan/kiri jalan untuk menuju ke kampung di
sekitarnya.
2. Rute minor
2.a. Rute minor 1 terdiri dari Jalan Guntingan, Jalan Suroyudan, Jalan Grajen, Jalan
Bangunharjo Tengah, Jalan Kampung Glondong, Jalan Jonegaran, Jalan Kauman
Barat, Jalan Bok, Jalan Getekan, Jalan Krendo, Jalan Kampung Mustaram, Jalan
Kampung Pompa, dan Jalan Kampung Kauman Kabupaten.
Kecuali Jalan Bangunharjo Tengah dan Jalan Jonegaran, jaringan rute minor 1 ini
memiliki lebar rata-rata 2-3 m, dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan non mobil,
material jalan terbuat oleh aspal atau paving. Sedangkan Jalan Bangunharjo Tengah
dan jalan Jonegaran memiliki lebar 6-8 m.
Gambar 14. Peta Solid Void Kampung Kauman 2.b. Rute minor 2, merupakan jalan pencapaian dari rute minor 1 menuju kampung
Sumber: Dokumen Kelompok didalamnya, jalan ini berupa jalan setapak, hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki,
lebarnya antara 1 m, material jalan berupa jalan tanah atau paving (Suprapti, 1997).
Pada tahun 2001, wilayah Kauman memiliki 4.007 penduduk yang tercatat. Hampir
semua memeluk agama Islam. Walaupun secara agama ada homogenitas, tetapi secara
sosiobudaya ada heterogenitas. Kuota WNA sangat rendah, karena hampir semua
penghuni tercatat yang keturunan asing mempunyai status WNI. Pada tahun terakhir dapat
diamati kenaikan para pendatang. Namun, dibanding kenaikan, para orang yang
meninggalkan Kauman lebih besar. Tiga puluh enam persen jumlah penghuni ingin
meninggalkan Kauman. Alasan utamanya adalah karena lingkungan terlalu sempit atau
karena urusan pribadi. (Zahnd, 2008)
Batas Tekstur:
Bentuk bangunan-bangunan di Kampung Kauman memiliki ciri arsitektur yang khas. Bangunan
yang berbatasan langsung dengan jalan raya yang memiliki fungsi sebagai pertokoan memiliki
bentuk bangunan dengan tipe blok dengan luasan bangunan yang lebih besar dibandingkan
dengan berada di bagian dalam Kampung Kauman dengan tipe bangunan berupa bangunan
rumah tipe lama maupun tipe jawa. (Alie dan Suwandono, 2013)
(a)