You are on page 1of 15

MINERALISASI LEAD-ZINC

Daerah Riamkusik, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang,


Propinsi Kalimantan Barat

Heru Sigit Purwanto


Program Pascasarjana Teknik Geologi, FTM, UPN Veteran Yogyakarta

Abstrak

Penelitian berada di daerah Riamkusik, Kecamatan Marau, Kabupaten


Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Berdasarkan dari hasil
pengamatan, pengukuran dan analisis struktur geologi terdapat satuan batuan
yang ada pada daerah penelitian berupa satuan batuan batupasir, satuan batuan
breksi dan intrusi andesit. Pola struktur sesar atau patahan yang memotong di
daerah penelitian yang umumnya berarah Barat Timur. Struktur geologi
tersebut menjadikan koridor proses terjadinya jalur mineralisasi masif sulfida,
sedangkan analisa geofisika IP menunjukan adanya jalur dan cebakan masif
sulfida (Pb-Zn) pada kedalaman bervariasi antara 10 - 100 meter. Beberapa hasil
pemboran pada kedalaman 40 75 meter menunjukkan mineralisasi kuat pada
cebakan masif sulfida (galena, magnetit, spalerit, pirit, kalkopirit). Berdasarkan
data hasil eksplorasi tersebut menunjukan bahwa daerah telitian prospek untuk
ditambang skala kecil.

Abstract

Research reside in area Riamkusik, Subdistrict Marau, Ketapang Regency, West


Borneo Province, Indonesia. Based on from the result of perception,
measurement and analyse structure of geology, there are set of rock exist in area
of research in the form of set of the sandstone rock, set of rock of brecia and
andesite intrution. Structure pattern of fault in research area which Western
generally - East. Structure of the Geology make corridor process the happening
of massive sulphide mineralisation band, while analysis of geophysics of IP show
of band existence and massive sulphide deposit (Pb-Zn) at deepness vary
between 10 - 100 m. Some drilling result of show deepness 40 - 75 m there are
strong mineralization in massive sulphide deposit (galena, magnetit, sphalerite,
pyrite, chalcopyrite). Based on the result data of the exploration that accurate
prospect area to be mined by a small scale.

LATAR BELAKANG
Penelitian dalam eksplorasi geologi untuk mencari cebakan mineral
galena dan unsur penyertanya, dilakukan di daerah Riamkusik, Kecamatan
Marau, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat.
Unsur struktur kekar dan sesar yang dijumpai di daerah telitian, pada
umumnya merupakan sesar mendatar geser kanan dengan arah timurlaut
baratdaya dan hampir barat timur, sedangkan kekar antara timurlaut-baratdaya
dan barat-timur, dan sesar naik dengan arah timurlaut-baratdaya, naik dari arah
barat. Bijih (ore) yang mengisi rekahan/kekar-kekar di daerah Riamkusik dan
sekitarnya dapat dikelompokkan kedalam urat yang diakibatkan tekanan
(compression) dan tarikan (tensional). Urat tensional tidak banyak tersingkap,
sedangkan urat kuarsa compressional lebih banyak tersingkap di daerah telitian.
Mineralisasi umumnya di temukan kehadiran mineral galena, spalerit, pirit,
kalkopirit, magnetit dan hematit. Analisis struktur, geokimia (AAS) dan petrografi
dilakukan untuk mengetahui mineralisasi dan alterasi yang hadir di daerah
telitian.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan dalam interpretasi
geologi lokal, alterasi dan mineralisasi, kemenerusan urat-urat mineralisasi yang
mengandung model deposit galena dan cadangan terukur galena, spalerit dan
mineral lain yang mengikutinya di daerah Riamkusik dan sekitarnya.
Penelitian berdasarkan metode pemetaan permukaan dengan
pengukuran detail kedudukan unsur-unsur struktur dan urat-urat mineralisasi,
serta pengamatan alterasi dan mineralisasi dengan pengambilan contoh batuan.
Pengukuran kedudukan kekar dibedakan kekar kompresi (tekan) dan kekar
tension (tarikan) khususnya urat mineralisasi yang berukuran relatif besar dan
terdapat mineralisasi diukur kemenerusannya, dengan pembuatan parit
(trenching) untuk penentuan kemenerusan mineralisasi, dan penentuan jalur
geofisika dan titik pemboran. Analisis struktur untuk menentukan densitas kekar
dan arah kedudukan sesar serta arah umum gaya utama maksimum di daerah
telitian.

Lokasi penelitian
Foto 1. Lokasi Penelitian di daerah Riamkusik, kecamatan Riamkusik,
Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

GEOLOGI

Daerah Riamkusik dan sekitarnya dengan morfologi dominan dataran


dan perbukitan di beberapa tempat, yang tersusun oleh satuan batuan vulkanik
klastik, intrusi batuan beku granit dan batuan beku andesit. Batuan vulkanik
klastik yang terdiri dari breksi, batupasir, batulempung, lanau, dengan kedudukan
O O O O
perlapisan umumnya N210 240 E/50 -60 . Litologi breksi sedikit terdapat di
daerah telitian, dan litologi batupasir, batulempung, batulanau dan intrusi andesit
mendominasi pada daerah telitian, akan tetapi secara stratigrafi regional
termasuk ke dalam satuan batuan vulkanik klastik, satuan batuan breksi dan
satuan intrusi andesit termasuk dalam Formasi Batuan Kubu, satuan ini berumur
Kapur hingga Paleosen (Rustandi dan de Keyser, 1993). Satuan batuan granit
merupakan batuan dasar di daerah telitian, satuan batuan granit secara regional
termasuk dalam Formasi Granit Sukadana, berumur antara Kapur awal sampai
Kapur Akhir (Haile, drr., 1977). Batupasir, batulempung dan batulanau banyak
dijumpai di daerah Riamkusik yang dimasukan dalam satuan batupasir dan
breksi di beberapa tempat dimasukan kedalam satuan breksi. Struktur sesar
O O
mendatar kanan naik berarah N 30 E, sesar mendatar kanan N080 E, dan
O O
sesar naik N15 20 E di daerah Riambatugading, Riamkusik dan sekitarnya.

Gambar 2. Stratigrafi daerah telitian Riamkusik dan sekitarnya.

Berdasarkan pengamatan dan data lapangan serta data pengukuran di


lokasi, kemudian hasil analisis struktur geologi di Riamkusik dan sekitarnya
menunjukkan adanya indikasi terjadinya 2 (dua) kali periode tektonik. Indikasi
interpretasi tersebut adalah berdasarkan adanya sesar mendatar mendatar
o o
kanan naik dengan arah N025 - 030 E, diperkirakan sesar ini merupakan sesar
periode pertama dengan arah gaya utama maksimum dari timurlaut baratdaya.
o o
Sesar mendatar kanan naik dengan arah N080 -085 E baratdaya-timurlaut yang
diinterpretasikan munculnya koridor mineralisasi masif sulfida dan merupakan
pola sesar periode kedua dengan gaya utama maksimum timurlaut baratdaya.
o o o o
Lapisan sedimen teralterasi N210 -220 E/45 -50 , lapisan tegak dengan
o o o
kedudukan N70 -80 E/80 , mengindikasikan sesar naik dari arah barat
baratlaut. (Foto 1).

1
2

Foto 1. Zona masif sulpida


(galena, pirit dan kalkopirit) N80o-
100oE. (1) Sesar kanan naik
N80oE, (2) Sesar kanan N30oE.

Adanya intrusi andesit, menunjukkan pola kemenerusan sesar mendatar


ke arah barattimur. Intrusi tersebut diinterpretasikan keluar melalui rekahan dari
sesar mendatar geser kanan yang berarah N80OE. Mineralisasi masif sulfida
mengikuti jalur sesar kanan dengan arah N80oE. Berupa galena, sphalerit, pirit,
kalkopirit, bornit, crocoite, stibnit, arsenopirit, magnetit, hematit.
Batuan intrusi andesit dikontrol oleh rekahan sesar mendatar,
diinterpretasikan merupakan intrusi dari aktivitas vulkanik terakhir di daerah
Riamkusik, mengalami alterasi dan mengandung pirit, kalkopirit, galena dan
spalerit. Batuan intrusi andesit ini diinterpretasikan menyebabkan alterasi dan
mineralisasi terakhir didaerah telitian, yang mengenai batuan vulkanik klastik dan
hadirnya urat-urat kuarsa yang mengisi rekahan dengan lebar 0,5 10 cm.

Mineralisasi Lead - Zinc

Daerah Riamkusik dan sekitarnya hampir seluruhnya mengalami


perubahan batuan dinding (alterasi), yaitu kloritisasi, argilisasi dan silisifikasi.
Altersi daerah telitian lebih di dominasi oleh kloritisasi, kemudian argilisasi, dan
silisifikasi tidak dominan hanya dijumpai setempat dekat dengan jalur struktur
kekar dan sesar. Hasil pengamatan lapangan banyak ditemukan mineral sulfida,
yaitu pirit, kalkopirit, galena dan sfalerit pada zona argilik masif sulfida.
Kenampakkan alterasi dilapangan masing-masing memperlihatkan dominasi
yang berbeda-beda, selanjutnya penentuan alterasi dikelompokan kuat, sedang
dan lemah.
Zona argilisasi kuat, kloritisasi lemah dengan litologi lempung,
merupakan zona breksiasi (sheered) N140oE/40o, arah dip N200oE, kenampakan
batuan berwarna putih kekuningan, mineral yang terlihat berupa lempung,
kuarsa, serta sering dijumpai urat kuarsa tersisi pirit. (Foto 2). Zona kloritisasi
kuat, argilisasi lemah dengan litologi batupasir, merupakan zona sesar mendatar
kanan N120oE/80o dengan kenampakan hijau keabuan, mineral yang terlihat
berupa klorit, kalsit, dan beberapa tempat terlihat epidot, dan terdapat pirit.(Foto
3). Silisifikasi kuat, argilisasi lemah dengan litologi batupasir, berwarna coklat
o o o
muda keputihan, berupa urat kuarsa dengan mineral adularia N090 -100 E/60
o
dengan arah dip N210 E, zona silisifikasi dijumpai terutama di dekat zona atau
jalur sesar, dan zona urat-urat kuarsa. (Foto 4).
Mineralisasi di daerah telitian biasanya kehadirannya pada zona
mineralisasi diantaranya pada jalur struktur dan urat-urat kuarsa, akan tetapi juga
dijumpai secara menyebar dan setempat di batuan-batuan teralterasi. Mineral
pirit, kalkopirit, hematit, galena dan sphalerit hematit dan magnetit dijumpai di
zona silisifikasi dan zona masif sulfida yang mengikuti jalur struktur rekahan
dengan arah barat-timur N080oE dan beberapa jalur urat kuarsa dengan arah
N085o-120oE. (Foto 5).
Pengamatan di lapangan menunjukkan kehadiran mineral galena,
sphalerit, pirit dan sedikit kalkopiri, mengisi rekahan dengan arah N085oE
dengan ketebalan 10 cm 30 cm, bentuk mineral secara umum euhedral
subhedral, galena dan sphalerit mengelompok, sedangkan pirit dan kalkopirit
menyebar.

Foto 2 Argilisasi kuat, kloritisasi


lemah pada LP01/7 dengan litologi
lempung, merupakan zona breksiasi
(sheered) N140oE/40o, arah dip
N200oE.
Foto 3. Kloritisasi kuat, argilisasi lemah pada LP06 dengan litologi batupasir,
o o
merupakan zona sesar mendatar kanan N120 E/80 .

Foto 4. Silisifikasi kuat, argilisasi


lemah pada LB28 dengan litologi
batupasir, berupa urat kuarsa
dengan mineral adularia N090o-
100oE/60o dengan arah dip N210oE.

Foto 5. Menunjukkan kehadiran


mineral galena, sphalerit, pirit dan sedikit
kalkopirit, mengisi rekahan dengan arah
N085oE dengan ketebalan 10 cm 30
cm

Berdasarkan hasil analisis AAS (Atomic Absorption Spectrofotometri)


menunjukkan kadar dari unsur Pb (0,01 84,15%), unsur Zn (0,01 39,44%),
unsur Ag (0,01 469 ppm), unsur Cu (0 0,2%) dan unsur Au (0,01 62,27)
ppm. (Tabel 1). Unsur Pb tinggi pada di daerah Riamkusik (domain II), unsur Zn
tinggi pada yaitu pada daerah Riamkusik (domain II), unsur Au tinggi di yaitu
pada daerah Mambang diindikasikan sebagai quartz veint deposite.
Pengambilan sampel batuan dilapangan berupa batuan sedimen
teralterasi, batuan beku andesit, dan mineral-mineral masif sulfida. Pengambilan
sampel dilakukan secara sistematis dengan arah utara selatan, pengamatan
sampel batuan secara megaskopik dan mikroskopik. Mineralisasai di daerah
telitian merupakan dominanasi dari kehadiran galena, sphalerit, pirit, kalkopirit,
dengan assosiasi mineral emas, elektrum, hematit, magnetit, mangan. Kehadiran
mineral-mineral bijih terutama galena dan sphalerit sangat dominan dan
membentuk suatu pola mengelompok dalam suatu tubuh bijih yang khas. Mineral
galena, sphalerit dengan sedikit pirit dan kalkopirit mengisi dan mengikuti
rekahan pola struktur didaerah telitian.
Mineral galena dan sphalerit yang merupakan ciri dari kehadiran unsur
Pb (Timah Hitam) dan unsur Zn (Seng) serta mineral kalkopirit (Cu), elektrum
(Ag) dan emas (Au) kehadirannya saling mempengaruhi sesuai dengan kondisi
dari P (tekanan), T (Temperatur), ruang dan keasamannya. Berdasarkan hasil
analisis unsur dengan AAS (Atomic Absorbsion Spectrometry) dari contoh-
contoh batuan di beberapa lokasi pengamatan menunjukkan bahwa unsur Pb,
Zn, Ag, Cu, dan Au sangat variatif sesuai dengan tempat pengambilan contoh
batuannya. Unsur Pb dan Zn secara umum mempunyai pola (trend) yang
menunjukkan saling mempengaruhi atau menunjukkan kesamaan kehadirannya
untuk beberapa lokasi contoh batuan, sedangkan unsur Au,Cu dan Ag juga
menunjukkan trend yang saling mempengaruhi sesuai dengan lokasi contoh
batuannya.
Asosiasi mineral di daerah telitian berupa stibnite (Foto 6), pirit,
kalkopirit, galena, spalerit, hematit, magnetit tembaga dan emas. Mineral pirit
sangat banyak dijumpai, keterdapatan tersebar (disseminated), dan pecah-pecah
(fragmental) setempat.
Mineral pirit banyak ditemukan di lapangan, dijumpai dalam urat kuarsa
dan batuan dinding teralterasi, sering bersama stibnit. kalkopirit dan galena.
(Foto 7), Kalkopirit hanya sedikit menampakan pertumbuhan bersama dengan
galena, hal ini menunjukan bahwa mineral galena dikawasan telitian kurang
berasosiasi dengan tembaga.

Foto 6. Mineral stibnite biasanya


hadir bersamaan dengan pirit,
mineral ini mencirikan lingkungan
mineralisasi bersuhu rendah.
Foto 7. Mineral pirit dapat hadir sendiri pada batuan alterasi maupun
berasosiasi dengan mineral galena dan spalerit.

Mineral spalerit biasanya dijumpai bersama dengan galena dan pirit, kadang
bersama kalkopirit. Spalerit menampakan pertumbuhan bersama dengan galena,
sehingga dapat sebagai petunjuk keberadaan mineral galena pada suatu urat
atau retakan yang termineralisasi.
Mineral galena sangat relatif mudah dijumpai di lapangan, baik pada
batuan dinding maupun urat kuarsa, biasanya bersama-sama pirit, kalkopirit, dan
spalerit, ataupun sendiri mengisi retakan pada urat kuarsa. Keterbatasan galena
dalam urat kuarsa sering bersama-sama dengan pirit dan spalerit, sehingga
dapat sebagai penunjuk akan tingginya anomali galena dalam urat kuarsa
tersebut.
Mineral hematit dan magnetit diinterpretasikan tumbuh bersama dengan
galena dan spalerit, ini yang menyebabkan secara megaskopik berat jenis
mineral masif sulfida sangat tinggi.
Emas di kawasan telitian dapat dijumpai pada urat kuarsa berdasarkan
analisa AAS. Biasanya emas dijumpai dalam retakan maupun menyebar pada
kuarsa dan breksi kuarsa. Emas banyak dijumpai pada kuarsa yang mengisi jalur
sesar, bentuknya dapat butiran ataupun belahan halus. (Foto 8).

Foto 8. Pada urat kuarsa kadang


dijumpai emas berasosiasi dengan
pirit dan kalkopirit.

Hasil analisis unsur dari contoh batuan yang ada disesuaikan dengan
lokasi pengambilannya, dimana dikelompokkan secara domain atau daerah
mineralisasinya berdasarkan hasil pemetaan permukaan. Berdasarkan
pengelompokan area contoh batuannya maka akan terlihat atau diketahui unsur-
unsur yang hadir berdasarkan zona mineralisasinya. Analisa AAS (Atomic
Absorption Spectrofotometri) dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan
unsur pada contoh batuan pada daerah telitian. Kandungan unsur yang dianalisa
adalah unsur Ag, Au, Pb, Cu, dan Zn (lampiran tabel hasil analisa AAS). Lokasi
daerah telitian dibagi menjadi 3 daerah domain berdasarkan persentase
kandungan unsur.

Tabel 1. Hasil Analisa AAS (Atomic Absorption Spectrofotometri) Domain I

Hasil Pengukuran
Sampel Koordinat Ag Au
Pb (%) Cu (%) Zn (%)
(ppm) (ppm)
LBT4 472078,9769522 <0,5 <2 ppb 15,38 7 ppm 0,03
LBT5 471351,9769761 1 <2 ppb 0,05 5 ppm 0,01
LBT6 471351,9769761 8,18 0,01 2,64 < 0,01 2,04
LBT8 471387,9769562 38,40 < 0,01 42,67 0,13 27,58
LBT9 471319,9769572 44,86 0,15 53,15 0,17 4,60
LB02/1 471603, 9769496 69,68 7,11 35,03 0,06 11,95
LB04/1 472824, 9770014 14,74 18,33 0,20 0,00 0,07
LB06/2 471969, 9769524 42,48 7,74 40,1 0,06 1,27
LB07/2 472086, 9769546 24,35 7,74 0,80 0,16 15,63

Tabel 2. Hasil Analisa AAS (Atomic Absorption Spectrofotometri) Domain II

Hasil Pengukuran
Sampel Koordinat Ag Au
Pb (%) Cu (%) Zn (%)
(ppm) (ppm)
LB01/1 471603, 9769496 29,45 0,82 6,88 0,06 12,16
LB01/2 469867, 9769948 3,30 12,66 0,06 0,00 0,03
LB02/2 469470,9770286 1,43 3,16 0,16 0,00 0,31
LB03/2 472087, 9773002 7,81 62,27 0,05 0,00 0,02
LB04/2 472426, 9771510 0,44 0,63 0,04 0,00 0,04
LB05/2 472831, 9772456 12,20 65,11 0,02 0,00 0,06
LB08/2 472086, 9769546 40,01 1,11 84,15 0,60 0,78
LB09/2 471390, 9769580 43,03 3,32 72,13 0,07 6,82
LB10/2 471323, 9769580 21,71 4,74 65,21 0,00 0,26
LB01/3 471775, 9769400 107,84 12,01 5,67 0,20 39,44
LB02/3 471775, 9769400 60,36 6,64 30,18 0,19 27,98
LBT7 471364,9769740 3,49 0,40 0,08 0,11 0,37
LBT10 471317,9769576 98,41 0,46 12,50 0,08 24,94
Tabel 3. Hasil Analisa AAS (Atomic Absorption Spectrofotometri) Domain III

Hasil Pengukuran
Sampel Koordinat Ag Au
Pb% Cu% Zn%
(ppm) (ppm)
LB12/8 469960,9770668 58 <0,01 0,04 <0,01 3,48
LB18/8 470530,9769524 <0,01 <0,01 0,02 <0,01 0,08
LB19/8 470544,9769559 21 <0,01 0,01 <0,01 0,01
LB20/8 470643,9769404 9 <0,01 0,01 <0,01 0,02
LB22/8 470510,9769344 20 <0,01 0,02 <0,01 0,02
LB23/8 472087,9773002 4 <0,01 0,01 <0,01 0,01
LB24/8 472420,9771500 <0,01 <0,01 0,01 <0,01 0,01
LB27/8 471707,9774798 21 <0,01 0,02 <0,01 0,08
LB29/8 468486,9770674 <0,01 <0,01 0,02 <0,01 0,10
LB20/8 468498,9770692 1 <0,01 0,01 <0,01 0,01
LB31/9 468301,9770692 15 <0,01 ,0,08 <0,02 0,04
LB32/9 468320,9770726 2 <0,01 0,01 <0,01 0,01
LB34/9 469153,9770316 11 <0,01 0,01 <0,01 0,02

KESIMPULAN

1. Berdasarkan data di lapangan daerah Riamkusik dengan satuan


geomorfologi landai, dataran, dan perbukitan terjal, yang terdiri dari satuan
batuan batupasir dan breksi dengan intrusi batuan beku andesit serta
basement batuan beku granit, dengan struktur yang bekerja berupa sesar
mendatar kanan naik dengan arah umum N80o-120oE/75o-80o dan N25o-
45oE/75o-80o, dan sesar mendatar dengan arah umum N210oE.
2. Hasil analisis geokimia AAS menunjukan kandungan unsur Ag, Au, Cu, Pb
dan Zn. Unsur kandungan Pb Zn sangat tinggi, pada sampel LBT2 Pb =
45,06% dan Zn =16,45%, LBT3 Pb = 31,08% dan Zn = 29,63%, LBT8 Pb =
42,67% dan Zn = 27,58%, LBT9 = 53,15% dan Zn = 4,60%, LBT10 Pb =
12,5 dab Zn = 24,94. Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa daerah
Riamkusik merupakan daerah mineralisasi deposit masif sulfida Pb Zn
yang tinggi. Daerah pengambilan sampel dibagi menjadi 3 domain, dimana
unsur Pb Zn untuk setiap domainnya saling mempengaruhi, sedangkan
unsur lainnya mempunyai pola tersendiri.
3. Berdasarkan struktur sesar yang berada pada daerah telitian,
diinterpretasikan terdapat dua periode tektonik, yaitu periode tektonik
pertama menghasilkan pola tegasan dengan arah N030OE, dan periode
O
tektonik kedua dengan arah N080 E, kedua aktivitas tektonik ini
menghasilkan sesar mendatar geser kanan naik. Pada periode tektonik
kedua mineralisasi deposit masif sulfida terjadi.
4. Hasil penyelidikan data permukaan dan data pemboran mineralisasi deposit
masif sulfida berupa pirit, stibnit, kalkopirit, tembaga, galena, spalerit, hematit
dan magnetit.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Basuki, D.Aditya Sumanagara, D.Sinambela., 1994. The Gunung Pongkor


gold-silver deposit, West Java, Indonesia. Journal of Geochemical
Exploration 50 (1994) 371- 391. Elsevier Science.
Boyle,R.W., 1970. The Soure of Metal and Gangue Elements in Hydrothermal
Deposits. International Union Geology Science. A.2. Stuttgart.
Craw.D., Windle,S.J and Angus,P.V. 1999. Gold mineralization without quartz
veins in a ductile-brittle shear zone, Macraes Mine, Otago Schist, New
Zaeland. Mineralium Deposita 34 : 382-394.
Davis,B.K and Hippertt, J.F.M. 1998. Relationships between gold concentration
and structure in quartz veins from the Hodgkinson Province,
Northeastern Australia. Mineralium Deposita 33: 391-405.
Heru Sigit Purwanto, Ibrahim Abdullah & Wan Fuad Wan Hassan. 2001.
Structural control of gold mineralization in Lubok Mandi area, Peninsular
Malaysia. International Geoscience Journal, Special Issue on
Rodinia,Gondwana and Asia 4(4) :742-743.
Heru Sigit Purwanto. 2004. Structural Control of Gold Mineralization in
Jangglengan Wonogiri, Central Java, Indonesia. Proceeding of 32nd
International Geological Congress, Florence, Italy, August, 20-28, 2004.
Harris, L.1988. Structural control of gold mineralization. Structural Geology
Workshop Manual, Australia : Hermitage Holdings Pty,Ltd
Judith L.Hanah & Holly J.Stein. 1990. Magmatic and hydrothermal processes in
ore-bearing systems. Geological Society of America Journal. Special
Paper 246 : 1-10.
Korvin, G. (1992), Fractal Models in Earth Sciences, Elsevier Science Publishers.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 2, Juli 2009

You might also like