Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
Sistem Kontrol
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono
Oleh
M.Aschabul Kaffi 150514602237
Mochammad Fajar Mulyo 150514600401
Safaah Muhammad 150514601663
Kitana Handa Suhatta 150514607506
Banyak kesulitan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas ini tapi dengan
semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga
Penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh karena itu pada
kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Kedua orang tua yang selalu melimpahkan kasih sayangnya tanpa pamrih.
2. Bapak Djoko Kustono sebagai dosen Pembina matakuliah Sistem Kontrol
3. Rekan-rekan jurusan Teknik Mesin kelas E2 yang selalu kompak dan
saling memotivasi.
4. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak begitu pula makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang bersedia memberikan
kritik dan saran agar dapat menyempurnakan makalah-makalah kami berikutnya.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian aktuator
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan prinsip kerja dari aktuator
3. Untuk mengetahui penggunaan aktuator dalam industri maupun dalam
kebutuhan sehari-hari
4. Untuk mengetahui cara Kerja motor AC, DC dan motor stepper
5. Mengetahui pengertian dari kontroller
6. Mengetahui pengkondisian sinyal
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Penghasil gerakan
Gerakan rotasi dan translasi
Mayoritas aktuator > motor based
Aktuator dalam simulasi cenderung dibuat linier
Aktuator riil cenderung non-linier
5
2.2. Jenis-jenis dan Prinsip Kerja Aktuator
1. Aktuator Electric
Solenoid.
Motor stepper.
Motor DC.
Brushless DC-motors.
Motor Induksi.
Motor Sinkron.
6
Berkecepatan tinggi, 1000 10.000 rpm.
Banyak macamnya.
Akurasi tinggi
Efisiensi tinggi.
2. Aktuator Pneumatic
enjadi gerakan mekanik. Dengan memberikan udara bertekanan pada satu sisi per
mukaan piston (arah maju) , sedangkan sisi yang lain (arah mundur) terbuka ke at
mosfir, maka gaya diberikan pada sisi permukaan piston tersebut sehingga batang
piston akan terdorong keluar sampai mencapai posisi maksimum dan berhenti.
Gaya piston yang dihasilkan oleh silinder bergantung pada tekanan udara, diamete
r silinder dan tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston secara teoritis
7
3. Aktuator Hydraulic
bertekanan menjadi gerakan mekanik. Sama seperti halnya pada sistem Pneumatik
Kelebihan
Kebocoran rendah
8
Kekurangan
4. Aktuator Mekanik
9
Jenis-jenis motor listrik:
1. Motor DC
10
Komponen Utama Motor DC
11
Secara sederhada digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan
menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang
stasioner dan kumparan motor DC yang menggerakan bearing pada ruang diantara
kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan
kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-
kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek
terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari
sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur medan.
2. Kumparan motor DC
Bila arus masuk menuju kumparan motor DC, maka arus ini akan menjadi
elektromagnet. kumparan motor DC yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as
penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil,
kumparan motor DC berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-
kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi,
arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan kumparan motor
DC.
3. Commutator Motor DC
Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk
membalikan arah arus listrik dalam kumparan motor DC. Commutator juga
membantu dalam transmisi arus antara kumparan motor DC dan sumber daya.
12
Beberapa kerugian penggunaan motor DC:
Perawatan intensif karena brush atau sikat pada motor DC akan aus.
Konversi arus AC menjadi arus DC menggunakan konverter memerlukan
biaya yang mahal.
Motor DC juga relatif mahal dibanding motor AC. Hubungan antara kecepatan,
flux medan dan tegangan kumparan motor DC ditunjukkan dalam persamaan
berikut :
Dimana:
13
w = kecepatan sudut
14
Self Excited terdiri atas motor yang tersusun secara :
o Seri : Rangkaian motor DC dimana field winding dan armature disusun secara
seri. Kecepatan sudut tidak konstan, ketika diberi beban besar maka kecepatan
rotasi motor akan kecil dan begitu pula sebaliknya. Dapat menghasilkan momen
yang besar dengan arus yang rendah sehingga cocok digunakan sebagai starter
mesin.
15
Separately Excited
Arus penguat magnet berasal dari sumber arus searah (DC) di luar motor tersebut.
Jenis-Jenis Motor DC
Jika arus medan dipasok dari sumber terpisah maka disebut motor DC sumber
daya terpisah / separately excited.
Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara paralel
dengan gulungan kumparan motor DC (A) seperti diperlihatkan dalam gambar
dibawah. Oleh karena itu total arus dalam jalur merupakan penjumlahan arus
medan dan arus kumparan motor DC.
16
Karakteristik Motor DC Shunt
Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara seri
dengan gulungan kumparan motor DC (A) seperti ditunjukkan dalam gambar
dibawah. Oleh karena itu, arus medan sama dengan arus kumparan motor DC.
Berikut tentang kecepatan motor seri (Rodwell International Corporation, 1997;
L.M. Photonics Ltd, 2002) :
17
Karakteristik Motor DC Seri
4. Motor DC Kompon/Gabungan
Motor Kompon DC merupakan gabungan motor seri dan shunt. Pada motor
kompon, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara paralel dan seri
dengan gulungan kumparan motor DC (A) seperti yang ditunjukkan dalam
gambar dibawah. Sehingga, motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang
bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase penggabungan (yakni
persentase gulungan medan yang dihubungkan secara seri), makin tinggi pula
torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini. Contoh,
penggabungan 40-50% menjadikan motor ini cocok untuk alat pengangkat hoist
dan derek, sedangkan motor kompon yang standar (12%) tidak cocok
(myElectrical, 2005).
18
2. Motor AC
Gerakan yang ditimbulkan motor AC dapat terjadi karena sumber arus AC atau
DC. Tegangan suber AC dapat berupa satu fasa maupun tiga fasa. Jenis motor AC
berdasarkan rotornya:
a. Motor Sinkron
Motor sinkron bekerja pada kecepatan tetap pada frekuensi tertentu dan
tidak terjadi slip. Motor ini memerlukan arus DC untuk pembangkita daya dan
memiliki torsi awal yang rendah, dan oleh karena itu motor sinkron cocok untuk
penggunaan awal untuk beban rendah seperti kompresor udara, perubahan
frekuensi dan generator motor. Motor sinkron mampu memperbaiki faktor daya
sistem sehingga sering digunakan pada sistem yang menggunakan banyak listrik.
19
Komponen utama motor AC sinkron :
Rotor, Perbedaan utama antara motor sinkron dengan motor induksi adalah
bahwa rotor mesin sinkron berjalan pada kecepatan yang sama dengan
perputaran medan magnet. Hal ini memungkinkan sebab medan magnit
rotor tidak lagi terinduksi. Rotor memiliki magnet permanen atau arus DC-
excited, yang dipaksa untuk mengunci pada posisi tertentu bila dihadapkan
dengan medan magnet lainnya.
Stator, Stator menghasilkan medan magnet berputar yang sebanding
dengan frekuensi yang dipasok.
Motor ini berputar pada kecepatan sinkron, yang diberikan oleh persamaan
berikut (Parekh, 2003):
Ns = 120 f / P
Dimana:
b. Motor Induksi
Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai
peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah
dan mudah didapat, dan dapat langsung disambungkan ke sumber daya AC.
Motor AC Induksi
20
Prinsip kerja dari motor induksi yaitu suplai listrik di stator akan menghasilkan
medan magnet. Medan magnet ini bergerak dengan kecepatan sinkron di sekitar
rotor. Arus dari rotor menghasilkan medan magnet yang kedua dan berusaha
melawan medan magnet stator sehingga menyebabkan rotor berputar. Tetapi pada
kenyataannya motor tidak pernah bekerja pada kecepatan sinkron tetapi pada
kecepatan dasar yang lebih rendah. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya
slip yang meningkat dengan meningkatnya beban. Untuk menghindari slip maka
dapat dipasang sebuah cincinn geser atau slip ring
Dimana:
Ns = kecepatan sinkron dalam RPM
Nb = kecepatan dasar dalam RPM
Rotor kandang tupai terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan
dalam petak-petak slots paralel. Batang-batang tersebut diberi hubungan
pendek pada kedua ujungnya dengan alat cincin hubungan pendek.
Lingkaran rotor yang memiliki gulungan tiga fase, lapisan ganda dan
terdistribusi. Dibuat melingkar sebanyak kutub stator. Tiga fase digulungi
kawat pada bagian dalamnya dan ujung yang lainnya dihubungkan ke
cincin kecil yang dipasang pada batang as dengan sikat yang menempel
padanya.
Stator, Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk membawa
gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu.
Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat.
Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama (Parekh, 2003)
:
Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator,
beroperasi dengan pasokan daya satu fase, memiliki sebuah rotor kandang
tupai, dan memerlukan sebuah alat untuk menghidupkan motornya. Sejauh
ini motor ini merupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam
peralatan rumah tangga, seperti fan angin, mesin cuci dan pengering
pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp.
21
Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh
pasokan tiga fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan
daya yang tinggi, dapat memiliki kandang tupai atau gulungan rotor
(walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai); dan penyalaan sendiri.
Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri menggunakan jenis ini,
sebagai contoh, pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan listrik , dan
grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan Hp.
Motor induksi bekerja sebagai berikut. Listrik dipasok ke stator yang akan
menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini bergerak dengan kecepatan
sinkron disekitar rotor. Arus rotor menghasilkan medan magnet kedua, yang
berusaha untuk melawan medan magnet stator, yang menyebabkan rotor berputar.
Walaupun begitu, didalam prakteknya motor tidak pernah bekerja pada kecepatan
sinkron namun pada kecepatan dasar yang lebih rendah. Terjadinya perbedaan
antara dua kecepatan tersebut disebabkan adanya slip/geseran yang meningkat
dengan meningkatnya beban. Slip hanya terjadi pada motor induksi. Untuk
menghindari slip dapat dipasang sebuah cincin geser/ slip ring, dan motor tersebut
dinamakan motor cincin geser/ slip ring motor.
Dimana:
Mulai menyala ternyata terdapat arus nyala awal yang tinggi dan torque
yang rendah (pull-up torque).
Mencapai 80% kecepatan penuh, torque berada pada tingkat tertinggi
(pull-out torque) dan arus mulai turun.
Pada kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus torque dan stator turun
ke nol.
22
Hubungan antara beban, kecepatan , dan torsi
23
5. Sangat realibel karena tidak adanya sikat yang bersentuhan dengan rotor
seperti pada motor DC
6. Dapat menghasilkan perputaran yang lambat sehingga beban dapat dikopel
langsung ke porosnya
7. Frekuensi perputaran dapat ditentukan secara bebas dan mudah pada range
yang luas.
Prinsip kerja motor stepper adalah mengubah pulsa-pulsa input menjadi gerakan
mekanis diskrit. Oleh karena itu untuk menggerakkan motor stepper diperlukan
pengendali motor stepper yang membangkitkan pulsa-pulsa periodik.
Berikut ini adalah ilustrasi struktur motor stepper sederhana dan pulasa yang
dibutuhkan untuk menggerakkannya :
Gambar diatas memberikan ilustrasi dari pulsa keluaran pengendali motor stepper
dan penerpan pulsa tersebut pada motor stepper untuk menghasilkan arah putaran
yang bersesuaian dengan pulsa kendali.
Tegangan
Tiap motor stepper mempunyai tegangan rata-rata yang tertulis pada tiap unitnya
atau tercantum pada datasheet masing-masing motor stepper. Tegangan rata-rata
ini harus diperhatikan dengan seksama karena bila melebihi dari tegangan rata-
rata ini akan menimbulkan panas yang menyebabkan kinerja putarannya tidak
maksimal atau bahkan motor stepper akan rusak dengan sendirinya
Resistansi
Resistansi per lilitan adalah karakteristik yang lain dari motor stepper. Resistansi
ini akan menentukan arus yang mengalir, selain itu juga akan mempengaruhi torsi
dan kecepatan maksimum dan motor stepper.
24
Besarnya derajat putaran per step adalah parameter terpenting dalam pemilihan
motor stepper karena akan menentukan ukuran langkah gerakan yang paling kecil
(resolusi). Tiap-tiap.6 per step, 7.5 per step, 15 per step, dan bahkan ada yang
90 per step. Dalam pengoperasiannya kita dapat menggunakan 2 prinsip yaitu
full step atau half step. Dengan full step berarti motor stepper berputar sesuai
dengan spesifikasi derajat per stepnya, sedangkan half step berarti motor stepper
berputar setengah derajat per step dari spesifikasi motor stepper tersebut.
25
dalam motor ini akan meningkat sehingga dapat menghasilkan torsi yang lebih
besar. Motor jenis ini biasanya memiliki resolusi langkah (step) yang rendah yaitu
antara 7,50 hingga 150 per langkah atau 48 hingga 24 langkah setiap putarannya.
Berikut ini adalah ilustrasi sederhana dari motor stepper tipe permanent magnet :
Motor stepper tipe hibrid memiliki struktur yang merupakan kombinasi dari kedua
tipe motor stepper sebelumnya. Motor stepper tipe hibrid memiliki gigi-gigi
seperti pada motor tipe VR dan juga memiliki magnet permanen yang tersusun
secara aksial pada batang porosnya seperti motor tipe PM. Motor tipe ini paling
banyak digunkan dalam berbagai aplikasi karena kinerja lebih baik. Motor tipe
hibrid dapat menghasilkan resolusi langkah yang tinggi yaitu antara 3,6 0 hingga
0,90 per langkah atau 100-400 langkah setiap putarannya. Berikut ini adalah
penampang melintang dari motor stepper tipe hibrid :
26
Motor stepper tipe hibrid
27
Untuk motor stepper dengan lilitan bipolar, diperlukan sinyal pulsa yang berubah-
ubah dari positif ke negatif dan sebaliknya. Jadi pada setiap terminal lilitan (A &
B) harus dihubungkan dengan sinyal yang mengayun dari positif ke negatif dan
sebaliknya. Karena itu dibutuhkan rangkaian pengendali yang agak lebih
kompleks daripada rangkaian pengendali untuk motor unipolar. Motor stepper
bipolar memiliki keunggulan dibandingkan dengan motor stepper unipolar dalam
hal torsi yang lebih besar untuk ukuran yang sama.
2.5. Controller
28
bekerja sendiri maupun gabungan diantaranya. Dalam perancangan sistem kontrol
PID yang perlu dilakukan adalah mengatur parameter P, I atau D agar tanggapan
sinyal keluaran system terhadap masukan tertentu sebagaimana yang diinginkan
.
1. Kontrol Proporsional
Kontrol P jika G(s) = kp, dengan k adalah konstanta. Jika u = G(s) e maka u =
Kp e dengan Kp adalah Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain
(penguat) saja tanpa memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler.
Penggunaan kontrol P memiliki berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang
tidak dinamik ini. Walaupun demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang
sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk memperbaiki respon transien
khususnya rise time dan settling time.
2. Kontrol Integratif
Jika G(s) adalah kontrol I maka u dapat dinyatakan sebagai u(t) =
[integrale(t)dT]Ki dengan Ki adalah konstanta Integral, dan dari persamaan
diatas, G(s) dapat dinyatakan sebagai u = Kd.[deltae / deltat] Jika e(T) mendekati
konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi sangat besar sehingga diharapkan
dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati nol maka efek kontrol I ini
semakin kecil. Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan respon
steady-state, namun pemilihan Ki yang tidak tepat dapat menyebabkan respon
transien yang tinggi sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem.
Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan output berosilasi
karena menambah orde sistem
3. Kontrol Derivatif
Sinyal kontrol u yang dihasilkan oleh kontrol D dapat dinyatakan sebagai
G(s) = s.Kd Dari persamaan di atas, nampak bahwa sifat dari kontrol D ini dalam
konteks "kecepatan" atau rate dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan
untuk memperbaiki respon transien dengan memprediksi error yang akan terjadi.
Kontrol Derivative hanya berubah saat ada perubahan error sehingga saat error
statis kontrol ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan kontroler
Derivative tidak dapat dipakai sendiri
Untuk mendapatkan aksi kontrol yang baik diperlukan langkah coba-coba dengan
kombinasi antara P, I dan D sampai ditemukan nilai Kp, Ki dan Kd seperti yang
diiginkan.
(1) Memahami cara kerja system,
(2) Mencari model sistem dinamik dalam persamaan differensial,
(3) Mendapatkan fungsi alih sistem dengan Transformasi Laplace,
(4) Memberikan aksi pengontrolan dengan menentukan konstanta Kp, Ki dan Kd,
(5) Menggabungkan fungsi alih yang sudah didapatkan dengan jenis aksi
pengontrolan,
(6) Menguji sistem dengan sinyal masukan fungsi langkah, fungsi undak dan
impuls ke dalam fungsi alih yang baru,
(7) Melakukan Transformasi Laplace balik untuk mendapatkan fungsi dalam
kawasan waktu,
(8) Menggambar tanggapan sistem dalam kawasan waktu
29
Penjelasan atau contohnya Kendali P.I.D sebagai berikut :
Contohnya saja pada lift, fungsi kendali yaitu bagaimana membuat kecepatan
lift ketika dinaiki oleh jumlah orang yang berbeda (secara logika ketika hanya 1
orang kecepatan tinggi dan ketika byak kecepatan menurun) nah disini fungsi
kendali walu jumlah barapapun kecepatan tetap sama,
30
PID Blok Diagram dapat dilihat pada gambar dibawah :
Keterangan :
Kp = konstanta Proporsional
Ti = konstanta Integral
Td = konstanta Detivatif
31
dengan :
Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proportional, Integratif dan
Derivatif. Ketiganya dapat dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung
dari respon yang kita inginkan terhadap suatu plant.
1. Kontrol Proporsional
2.Kontrol Integratif
32
Jika e(T) mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi sangat besar
sehingga diharapkan dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati nol maka efek
kontrol I ini semakin kecil. Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus
menghilangkan respon steady-state, namun pemilihan Ki yang tidak tepat dapat
menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
ketidakstabilan sistem. Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan
output berosilasi karena menambah orde system
Keluaran pengontrol ini merupakan hasil penjumlahan yang terus menerus dari
perubahan masukannya. Jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, maka
keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.
Sinyal keluaran pengontrol integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh
kurva kesalahan / error.
3.Kontrol Derivatif
33
1. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan
pada masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan)
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang
dihasilkan pengontrol tergantung pada nilai Kd dan laju perubahan sinyal
kesalahan.
3. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului,
sehingga pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan
sebelum pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol
diferensial dapat mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi
yang bersifat korektif dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem.
4. Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan stabilitas sistem dan
mengurangi overshoot.
Efek dari setiap pengontrol Proporsional, Integral dan Derivatif pada sistem lup
tertutup disimpulkan pada table berikut ini :
34
proses pengiriman air panas dengan membuka valve lebih besar atau menguatkan
pompa, inilah yang disebut dengan intergral kontrol.
PID Controler adalah controler yang penting yang sering digunakan dalam
industri. Sistem pengendalian menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam
proses kehidupan ini khususnya dalam bidang rekayasa industri, karena dengan
bantuan sistem pengendalian maka hasil yang diinginkan dapat terwujud. Sistem
pengendalian dibutuhkan untuk memperbaiki tanggapan sistem dinamik agar
didapat sinyal keluaran seperti yang diinginkan. Sistem kendali yang baik
mempunyai tanggapan yang baik terhadap sinyal masukan yang beragam.
Instrumentasi Controller
Pada manual control system, bila terjadi deviasi dimana harga pengukuran tidak
sama dengan harga yang dikehendaki, maka operator melakukan koreksi dengan
beberapa cara.
35
Misalnya dengan segera membuka valve lebar-lebar begitu ada deviasi atau
dengan membuka pelan-pelan dengan kecepatan konstant.
Pada automatic control, peranan operator digantikan oleh controller dan tentunya
ada beberapa jenis controller yang sesuai dengan pemakaiannya untuk jenis proses
tertentu.
On Off Controller
Jenis Controller
36
Jenis controller ini mempunyai output maximum dan minimum. Jadi
signal output tersebut hanya mampu membuka penuh dan menutup penuh control
valve bila terjadi deviasi. Atau disebut Open/Close Position.
Sehingga bila dilihat dari control variabelnya, maka cara ini tidak pernah stabil
karena variabelnya selalu berubah, tapi masih dalam batas-batas tertentu.
Jenis controller ini dipakai untuk proses-proses yang masih diperbolehkan adanya
deviasi.
Pada masa ini ada hubungan yang linier antara controller variable dengan posisi
control valve.
Jadi signal output dari controller ke control valve sebanding (proportional) dengan
deviasi.
37
Dasar mekanisme controller ini adalah :
ERROR DETECTOR, maksudnya mendekati adanya error (perbedaan antar harga
dari measured value dengan desired value) baru kemudian controller memberikan
aksi.
Off Set
Pada proportional mode controller selalu ada off set. Untuk menghilangkan off set
tersebut secara otomatis maka mekanisme proportional mode controller harus
ditambahkan satu unit yang disebut : RESET MODE.
Reset Mode
38
Reset mode akan bekerja apabila adanya deviasi
(mV tidak sama dengan dV) maka akan terjadi ketidak-seimbangan antara reset
belows dan feed back bellows. Akibatnya controller akan berubah sampai
mV=dV.
Saat mV=dV maka tekanan reset bellows= feedback bellows sehingga terjadi
kestabilan.
Floating Mode
Reset mode ini juga disebut FLOATING MODE yaitu bahwa posisi control valve
akan berubah dengan kecepatan yang proportional (sebanding) dengan deviasi.
39
Dengan menambah reset unit pada proportional mode controller maka terlihat off
set bisa dihilangkan, kecepatan perubahan output sebanding dengan deviasi.
40
valve/menit. Derevative mode controller ini menghasilkan output yang sebanding
dengan kecepatan perubahan deviasi.
Pengertian
Uraian
41
Derevative mode, mengoreksi posisi controller valve sebanding dengan
rate of cgange dari controlled variablenya. Dalam grafik terlihat koreksi
rate mula-mula menambah energi (area B), sewaktu controlled variable
menjauhi set point.
Resultant dari posisi control valve, mula-mula untuk perubahan control
variable yang memenuhi set point, penambahan energi terlihat pada area E
kemudian koreksi untuk controlled variable yang kembali ke set point,
terlihat pada area F.
Pembagi Tegangan
42
Sedangkan tranduser adalah alat yang digunakan untuk mengkonversi satu
energi ke bentuk energi yang lain tanpa membutuhkan komponen lain. Contoh,
LM35 yaitu merubah temperatur menjadi tegangan, generator yang merubah
energi mekanik menjadi energi listrik, dan lain-lain.
Berikut ini adalah contoh pengkondisi sinyal analog yang menggunakan pembagi
tegangan.
Gambar di atas adalah rangkaian pengkondisi sinyal sensor gas TGS 2620. Sensor
ini dapat mendeteksi gas methana, CO, Iso-butan, Hydrogen dan Ethanol. Sensor
ini keluarannya berupa perubahan resistansi. Sensor ini dapat dibaca oleh
mikrokontroller jika keluarannya berupa tegangan. Oleh karena itu diperlukan
resitor dan tegangan sumber agar keluarannya dapat dibaca oleh mikrokontroller
menggunakan fitur Analog to Digital Converter (ADC).
43
Tegangan sumber mikrokontroller umumnya menggunakan tegangan 5
Volt. Sehingga untuk Vref dari ADC biasanya menggunakan 5 Volt. Untuk sensor
atau tranduser yang mempunyai perubahan nilai keluaran yang kecil, misalnya
LM35 dengan keluaran 10mV/ derajat Celcius, perlu dikuatkan agar dapat dengan
mudah dibaca datanya. Karena mikrokontroller tegangannya tegangan single
supply (0 V-5 V), maka penguatan yang digunakan umumnya adalah penguat Non
Inverting yaitu penguatan yang keluarannya tidak mengubah polaritas tegangan
masukannya. Jika tegangan masukan berpolaritas positif, maka keluarannya juga
positif. Sebaliknya jika tegangan masukan berpolaritas negatif, maka keluarannya
juga negatif. Berikut ini adalah contoh penggunaan penguat Non Inverting sebagai
pengkondisi sinyal analog.
Rangkaian ini dapat dijelaskan, jika SW1 terhubung ke ground, maka transistor
Q1 mati dan Q2 aktif sehingga tegangan keluaran (Out) bernilai 0 Volt. Jika SW1
terhubung ke +3,3 Volt, maka Q1 aktif dan Q2 mati sehingga tegangan keluaran
bernilai +5 Volt.
Rangkaian di bawah ini juga termasuk rangkaian level converter.
44
Rangkaian ini dapat dijelaskan, jika SW3 terhubung ke ground, maka transistor
Q4 mati sehingga tegangan keluaran (Out) bernilai 5 Volt. Jika SW3 terhubung
ke +3,3 Volt, maka Q4 aktif sehingga tegangan keluaran bernilai 0 Volt.
2. Linierisasi
Hubungan antara keluaran dengan masukan sensor seringkali tidak linier.
Oleh karena itu diperlukan suatu rangkaian untuk linierisasi sinyal tersebut,
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 1. Tujuan linierisasi adalah untuk
mendapatkan keluaran yang berubah secara linier terhadap variabel masukan
meskipun keluaran sensornya tidak linier. Rangkaian linierisasi ini sulit
dirancang, dan biasanya bekerja hanya dalam batas yang sempit. Cara linierisasi
45
yang lebih modern adalah seara perangkat lunak, yaitu dengan membolehkan
sinyal tak linier sebagai masukan ke komputer dan selanjutnya melakukan
linierisasi dengan menggunakan perangkat lunak.
Gambar 1. Linierisasi
3. Konversi
Pengkondisian sinyal dalam hal ini digunakan untuk mengkonversi suatu
jenis perubahan listrik ke jenis perubahan listrik yang lain. Konversi ini
diperlukan misalnya dalam transmisi sinyal dan interface dengan sistem digital.
Transmisi Sinyal. Untuk transmisi sinyal seringkali digunakan transmisi arus
karena tidak dipengaruhi oleh perubahan beban. Standard level arus yang
digunakan adalah 4 sampai 20 mA.
Interface Digital. Penggunaan komputer dalam sistem instrumentasi akan
memerlukan suatu konversi dari data analog ke data digital, yaitu yang dilakukan
oleh ADC. Konversi ini biasanya memerlukan pengaturan level sinyal analog agar
sesuai dengan masukan yang diperlukan oleh ADC.
46
high-pass filter (HPF), notch filter, atau gabungan dari filter-filter tersebut.
Penyesuaian impedansi kadang diperlukan, yaitu apabila impedansi internal
transduser atau impedansi saluran dapat menyebabkan terjadinya suatu kesalahan
dalam pengukuran suatu variabel.
5. Konsep Pembebanan
Salah satu hal yang sangat penting dalam pengkondisian sinyal analog
adalah adanya pengaruh pembebanan pada suatu rangkaian oleh rangkaian lain,
yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakpastian dalam amplituda tegangan.
Gambar 2 memperlihatkan efek pembebanan pada sensor, yang dalam hal ini
dinyatakan dalam rangkaian setara Thevenin.
Contoh 1.
47
Penyelesaian :
Suatu contoh penyelesaian yang naif diperlihatkan dalam Gambar 3a. Tegangan
sensor dalam keadaan tanpa beban diperoleh dari fungsi alih :
(Salah !)
dengan VT = 1,0 V.
Dengan demikian besarnya tegangan keluaran penguat adalah :
48
Gambar 3. (a) Pengabaian efek pembebenan dapat mengakibatkan kesalahan yang
serius (b) Penyelesaian dengan memperhitungkan efek pembebanan
3. Amplifier
Secara garis besar rangkaian penguat akhir dapat digambarkan sebagai berikut :
49
Rangkaian penguat OCL (Output Condensator Less) termasuk rangkaian
penguat Push-pull Complementer. Transistor Q2 dan Q3 membentuk rangkaian
Push-pull Complementer. Sinyal output dihasilkan lewat pertemuan elektroda
emitter pada transistor penguat push-pull Q2 dan Q3, dengan demikian penguat Q2
dan Q3 membentuk konfigurasi Common Colllector yang penguatannya
mendekati satu.
Output penguat akhir ini adalah tanpa condensator output, berarti koplingnya
adalah langsung. Oleh karena itu disebut juga penguat DC (DC Ampifier), DC
berarti Direct Coupling artinya tegangan output harus tidak mengandung tegangan
DC (Vdc output = 0).
Pada daerah kerja kelas A semua gelombang yang diolah memerlukan arus IC.
Walaupun tidak ada sinyal pada input, penguat (transistor) sudah menghantarkan
arus. Sedangkan pada daerah kerja kelas b, arus diperlukan saat setengah
gelombang saja. Karena saat belum ada sinyal, belum ada aliranarus pada IC,
maka sering menimbulkan cacat silang (Cross Over Distortion). Untuk itu daerah
kerjanya dirubah menjadi kelas AB. Pada kelas AB sebelum diberi sinyal arus IC
sudah mengalir saat sinyal input = 0 (nol). Penguat kelas AB digunakan untuk
50
menghilangkan cacat silang, gambar penguat kelas AB ditunjukkan seperti di
bawah ini.
4. Jembatan Wheatstone
Perubahan regangan yang terjadi pada strain gauge adalah sebanding dengan
perubahan nilai hambatan pada strain gage tetapi nilai perubahan hambatannya
sangat kecil sehingga dibutuhkan rangkaian jembatan wheatstone agar dapat
diukur.
Alur penggunaan jembatan Wheatstone pada Strain-gauge yaitu:
Adanya tekanan atau gaya Perubahan bentuk sensor Perubahan resistansi
sensor Jembatan Wheatstone tidak seimbang Tegangan muncul.
Tegangan yang muncul mempunyai rumus:
51
Dalam gambar, pengaruh regangan terhadap tegangan keluaran jembatan
Wheatstone diilustrasikan seperti berikut ini:
A. Prinsip kerja
B. Teknik pengubahan
52
Tegangan ke frekuensi
1. Waktu pengubahan
2. Angka pengubahan
3. Taraf kuantum
4. Resolusi
5. Ketelitian
6. Presisi
53
Aplikasi hidraulik dalam berbagai Industri
1. Hidraulik Industri biasanya digunakan untuk :
Mesin Plastik (plastic machines)
Mesin Pres ( Pressing machines)
Mesin Berat(heavy machinery)
Mesin Pekakas Mesin pengujian tarik dll
2.Perangkat hidraulik pada pabrik Baja , Tehnik sipil dan pusat Pembangkt Listrik Aplikasi
mesin Press
Teleskop
Operasi Antena
Alat pendaratan dan pengontrolan kemudi pesawat
Mesin khusus
Meja-meja operasi di rumah sakit dll
Pengontrol kemudi
Pintu kapal ( ram door)
Jembatan penyeberangan
kapal Penarik jangkar dll
54
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Selain itu kita juga dapat mengerti penggunaan dari aktuator baik dalam
industri besar atau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena masing-masing
aktuator memiliki karakteristik masing tergantung kebutuhan kita dalam
menggunakannya.
55
Latihan soal
56
4. Apa yang di maksud dengan pengkondisian sinyal ?
57
Daftar rujukan
www.budi.blog.undip.ac.id/files/2009/06/AKTUATOR.ppt
http://denipermana10.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-dan-jenis-jenis-
aktuator.html
http://blogging.co.id/pengertian-dan-fungsi-rangkaian-amplifier
http://nstaklimarab.blogspot.co.id/2011/05/aplikasi-hidraulik-dalam-berbagai.html
http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2008/12/motor-listrik.html
http://zonaelektro.net/motor-stepper/
https://putraekapermana.wordpress.com/2013/11/21/pid/
http://share-ilmu-ilmu.blogspot.co.id/2015/08/pengkondisi-sinyal-analog-dan-
digital.html
58