You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi tinggi
serta terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI segera atau
30 menit hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian ASI saja atau
menyusui secara ekslusif hingga bayi usia enam bulan dan pemberian makanan
tambahan setelah umur enam bulan serta tetap memberian ASI diteruskan sampai
umur dua tahun
Kejadian diare dapat terjadi 3-14 kali lebih tinggi pada anak-anak yang diberi
susu formula dibandingkan dengan anak yang hanya diberi ASI. Memberikan ASI
kepada bayi anda bukan saja memberikan kebaikan bagi bayi tapi juga keuntungan
untuk ibu, proses menyusui menguntungkan ibu dengan terdapatnya lactational
infertility, hingga memperpanjang child spacing
Di Indonesia, menurut hasil Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 dilaporkan bahwa bayi di Indonesia rata-rata hanya mendapatkan asi eksklusif
sampai 1,6 bulan. Sedangkan yang diberikan asi eksklusif sampai umur 4 5 bulan
hanya 27%. Kondisi ini masih sangat jauh dari yang direkomendasikan dalam indikator
Indonesia 2010 yaitu 80%.
Menurut Pofil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011, cakupan pemberian ASI
Ekslusif pada bayi umur 0 6 bulan mencapai 61,5%. Provinsi dengan pencapaian
cakupan asi eksklusif tertinggi di Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Barat 79,7%. Provinsi
dengan pencapaian cakupan asi ekslusif terendah di Indonesia, yaitu Aceh 49,6%.
Sebanyak 14 provinsi mempunyai pencapaian cakupan asi eksklusif dibawah angka
pencapaian nasional 61,5% yaitu, Aceh (49,6%), Sumatera Utara (56,6%), Riau
(57,5%), Bangka Belitung (54,9%), Kepulauan Riau (55,5%), Jawa Tengah (57,8%),
Jawa Timur (49,7%), Banten (52,7%), Bali (50,2%), Kalimantan Barat (50,9%),
Sulawesi Tengah (60,4%), Gorontalo (60,4%), Maluku Utara (61,3) dan Papua Barat
(61,2%).
Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif yaitu kurangnya
pengetahuan ibu yang berdampak pada perilaku ibu dalam menyusui. Untuk mengubah
perilaku ibu dalam pemberian ASI tersebut diperlukan banyak upaya, salah satunya
melalui pendidikan kesehatan (Penkes). Pemberian Penkes tentang ASI eksklusif
mampu merubah perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan dapat menambah pengetahuan
ibu mengenai ASI eksklusif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu mengenai ASI
eksklusif sebelum dan setelah diberikan penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas
Kampala ?

1.3 Tujuan Mini Project


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan
dan sikap ibu diwilayah kerja Puskesmas Kampala.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.
2. Mengidentifikasi sikap responden tentang ASI Eksklusif.
3. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI ekskusif terhadap
pengetahuan ibu.
4. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap sikap
ibu.
1.4 Manfaat Mini Project
1. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
2. Mempromosikan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan saran yang
membangun untuk kegiatan selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif

1. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain, ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI,
2005). ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air, teh, dan air putih, serta tanpa tambahan
makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali
vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000).
Menurut WHO, secara keseluruhan pemberian ASI eksklusif mencakup hal
sebagai berikut, yaitu hanya ASI saja sampai umur enam bulan dimana menyusui
dimulai 30 menit begitu setelah bayi lahir dan tidak memberikan makanan pre-lectal
seperti air gula atau air tajin kepada bayi yang baru lahir. Menyusui sesuai
kebutuhan bayi, memberikan kolostrum kepada bayi, menyusui sesering mungkin
(tanpa jadwal), termasuk pemberian ASI pada malam hari dan cairan yang
dibolehkan hanya vitamin atau mineral dan obat dalam bentuk drops atau sirup.
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon,
unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI
mencakup hampir 200 unsur zat makanan.

2. Komposisi ASI Eksklusif

a. Komposisi Nutrisi ASI Eksklusif

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi
yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada
ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna
bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang
dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.
Komposisi ASI yaitu : karbohidrat, protein, lemak,mineral,vitamin.
Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat utama
dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber makanan untuk otak.
Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa
yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak
terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-
14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat
ASI relatif stabil.
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein ASI
cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam
susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey dan
casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih
mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih banyak
mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah
casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%, dibanding susu formula yang
mengandung protein dalam jumlah yang tinggi (80%).
Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino yang lengkap yaitu
taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena
asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang
sedang berkembang.
ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah
Kemudian meningkat jumlahnya (Husaini, 2001). Lemak ASI berubah kadarnya
setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Selain jumlahnya yang
mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang
yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna
serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6,
DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen
penting untuk bayi.
Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral,
vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air.
Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C
terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar
vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi
kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi
kurang.

b. ASI menurut stadium laktasi

Berdasarkan stadium laktasi, ASI dibagi dalam 3 bagian yaitu:


1) Kolostrum

Kolostrum merupakan caira pertama yang keluar dari kelenjar mamae mulai
dari pertama sampai hari ketiga ataupun keempat, dimana volumenya berkisar
150-300 ml/24 jam, berwarna lebih kekuningan dibandingkan susu matur.
Kolostrum merupakan pencahar yang sangat ideal untuk membersihkan zat
zat yang tidak terpakai di usus bayi yang baru lahir hingga akhirnya siap untuk
menerima makanan yang akan datang. Kolostrum banyak mengandung protein
dibandingkan susu matur. Tetapi selain itu, antibodi juga banyak terdapat dalam
kolostrum sehingga memberikan perlindungan terhadap bayi hingga usia 6
bulan. Di dalam kolostrum kadar karbohidrat dan lemak jauh lebih rendah
dibandingkan dengan susu matur namun kadar minealnya jauh lebih tinggi.

2) ASI masa transisi atau peralihan

ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur,
yang dikeluarkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh masa laktasi. Pada
masa ini, kadar kolostrum makin rendah namun kadar protein dan lemak makin
tinggi. Volume ASI transisi makin meningkat.

3) ASI matur

ASI matur adalah ASI yang keluar pada hari kesepuluh sampai seterusnya
dan volumenya relatif konstan. Merupakan cairan yang berwarna putih
kekuning-kuningan, mengandung faktor anti microbial dan tidak akan
menggumpal jika dipanaskan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI yang
cukup, ASI adalah makanan satu satunya yang cukup dan baik untuk
pertumbuhan bayi hingga usia 6 bulan.

c. Faktor Kekebalan yang terdapat pada Komposisi ASI


Di dalam ASI terdapat 2 macam kekebalan yaitu:
1) Faktor kekebalan non spesifik, yaitu :
a) Faktor pertumbuhan lactobasilus bifidus
Faktor ini sering disebut sebagai faktor bifidus, dimana banyak terdapat
dalam kolostrum. Lactobasilus bifidus dalam usus bayi akan mengubah
laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat yang menyebabkan suasana
menjadi semakin asam. Suasana asam ini akan menghambat pertumbuhan
E.coli yang selalu meyebabkan diare pada bayi.

b) Laktoferin
Laktoferin mempunyai banyak persamaan dengan kerja trasferin yitu
suatu protein yang mengikat Fe dalam darah. Namun selain itu Laktoferin
juga menghambat pertumbuhan Candida albicans dan E.coli.

c) Lisozim
Lisozim adalah suatu substrat anti infeksi yang bekhasiat memecahkan
dinding sel bakteri dari kuman kuman gram positif.
d) Laktoperoksidase
Laktoperoksidase merupakan suatu enzim yang bersama zat lain akan
membunuh Streptokokus.
2) Faktor kekebalan spesifik, yaitu :
a) Sistem komplemen
ASI banyak mengandung komplemen C3 dan C4 ang dapat diaktifkan
oleh antibodi yang terdapat dalam IgA susu. Komplemen yang sudah
diaktifkan dapat bekerja menghancurkan sel bakteri dalam rongga usus.

b) Khasiat seluler
ASI mengandung berbagai macam sel, terutama makrofag 90 %,
Limfosit dan Leukosit polimorfonuklear sedikit. Makrofag bersifat ameboid
dan fagositik terhadap kuman kuman Stafilokokus, E.coli dan Candida
albicans. Limfosit dalam ASI terdiri dari sel T dan sel B, dan ini aktif
sebagai imunologik.

c) Immunoglobulin
Di dalam ASI dijumpai semua macam immunoglobulin. IgA dengan
konsentrasinya paling tinggi merupakan immunoglobulin yang paling
penting dalam ASI karena berperan penting dalam fungsi biologis.

3. Manfaat ASI Eksklusif

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula.
Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang
menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi, ASI dapat
meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan kecerdasan, dan dapat
meningkatkan jalinan kasih sayang.
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan pertumbuhan
bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas dan
kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan
tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberikan makanan padat, tetapi ASI dapat
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Negara-negara barat banyak melakukan
penelitian khusus guna memantau pertumbuhan bayi penerima ASI eklslusif dan
terbukti bayi penerima ASI eksklusif dapat tumbuh sesuai dengan rekomendasi
pertumbuhan standar WHO-NCHS.
Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Dengan
diberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan atau
daya tahan tubuh ) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan
cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir
akanmemproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar
4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun yang dibentuk
sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan
immunoglobulin pada bayi. Selain itu, ASI merangsang terbentuknya antibodi bayi
lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja bersifat imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu
kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan mobiditas (angka terkena
penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang
tidak mendapatkan ASI.
Disamping itu, ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan bayi. Perkembangan
kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat
pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat. Lompatan pertumbuhan
atau growt spourt sangat penting karena pada inilah pertumbuhan otak sangat pesat.
Kesempatan tersebut hendaknya dimanfaatkan oleh ibu agar pertumbuhan otak bayi
sempurna dengan cara memberikan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas optimal
karena kesempatan itu bagi seorang anak tidak akan berulang lagi.
Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi tepat, dan
sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien khusus yang sangat
diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi. Nutrient-nutrient khusus tersebut adalah
taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang.
Kemudian yang terakhir adalah ASI dapat menjalin kasih sayang. Bayi yang
sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat merasakan kasih
sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram, dan terlindungi. Perasaan
terlindungi dan disayangi inilah yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi,
yang kemudian membentuk kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri.
Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan setelah
melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan
terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang (Siswono
2001). Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna
juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih
cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan.
Selain itu juga, dengan menyusui dapat menjarangkan kehamilan pada ibu karena
menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil.
Selama ibu memberi ASI eksklusif 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama
setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi merusia 12 bulan.
Disamping itu, manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya kanker.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan
terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan
menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker
payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan
juga bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker ovarium. Salah satu
dari penelitian ini menunjukan bahwa risiko terkena kanker ovarium pada ibu yang
menyusui berkurang sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI juga lebih praktis,
ekonomis, murah, menghemat waktu dan memberi kepuasan pada ibu.
B. Praktek Pemberian ASI Eksklusif

1. Langkah-langkah menyusui yang benar


a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting
susu dan aroela sekitarnya
b. Bayi diletakkan menghadap perut atau payudara
1) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi
2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan tangan ibu
3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satunya di
depan
4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
6) Ibu menatap bayi dengan kasih saying
c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah.
Jangan menekan putting susu atau areolanya saja
d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara:
1) Menyentuh pipi bayi dengan puting susu
2) Menyentuh sisi mulut bayi
e. Setelah bayi membuka mulut dan mulai mengisap, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.

2. Lama dan Frekuensi Meyusui


Menurut Khasanah (2011) sebaiknya dalam menyusui bayi tidak
dijadwalkan, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi
membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus
menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan atau kedingina, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5 7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2
jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan
akan mempunyai pola tertentu setelah 1 sampai 2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan
menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya
masalah menyusui. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu
produksi ASI. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka
sebaiknya setiap kali menyusui sampai payudara terasa kosong agar produksi
ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui dimulai dengan payudara yang
terakhir kali disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu memakai bra
yang dapat menyangga payudara tetapi tidak terlalu ketat.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan Pemberian ASI


Eksklusif

Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat
bervariasi. Namun yang sering diungkapkan sebagai berikut.
1. Faktor Internal
a. Ketersediaan ASI

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak melakukan


inisiasi menyusu dini 2) menjadwal pemberian ASI 3) memberikan minuman
prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar ), apalagi memberikannya
dengan botol/dot 4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat
menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu
segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian
menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan
jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan
apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi
produksi ASI .
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik
dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada malam hari,
minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi
menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.
Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada
minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu
sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh
telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap.
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air
madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan
karena selain menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin
menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka
produksi ASI dapat berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI
semakin bertambah.
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan
keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana
laktasi yang benar terutama bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang
baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan
optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui.
Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah
timbulnya berbagai masalah dikemudian hari.

b. Pekerjaan /aktivitas

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk


mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang
bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan
kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal
untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin dalam
kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat
perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005). Beberapa alasan ibu
memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan pekerjaan adalah
tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus kembali
kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat.
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu
khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak
cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena
waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali
selama 15 menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah
sebelum masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar
peluang menyelesaikan program ASI eklusif.

c. Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan


ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu
tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait
dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya
secara sukarela dan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya.
Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan
menberi sikap positif terhadap masalah menyusui.
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu
formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu
lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur
kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan
informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin.
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif , ibu dan keluarganya
perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian
ASI, kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung,cara
menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat
keluhan atau masalah seputar menyusui.
d. Kelainan pada payudara

Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri.
Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara
sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa
sakit pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan ASI padahal itu
menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu bisa
menjadi demam.
Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa faktor yang
dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada
puting. Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.
Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah
melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting
menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu
merasa tersiksa saat menyusui karena sakit.
e. Kondisi kesehatan ibu

Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara


eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali,
misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang menderita
penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit
Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus
berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia.
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan
tambahan pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada
ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang
dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena
bayi langsung diberi makanan tambahan.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Dukungan dan Motivasi dari Keluarga, Masyarakat dan Tenaga


Kesehatan

1) Dukungan dan motivasi suami dan keluarga


Dukungan dari keluargaa merupakan faktor pendukung yang pada
prinsipnya adalah bersifat emosional maupun psikologis kepada ibu dalam
memberikan ASI. ( Roesli, 2001 ). Di Indonesia, mengidentifikasi
keyakinan ibu untuk menyusui (self efficacy) dan lingkungan rumah,
terutama dukungan dari suami, merupakan faktor yang mempengaruhi
menyusui eksklusif pada ibu bekerja maupun pada ibu yang tidak bekerja.
Pada tingkat kelompok, berbagai penelitian telah mengidentifikasi peran
suami sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku
menyusui ibu.
Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan
tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia harus
menyusui sendiri bayinya. Hubungan harmonis dalam keluarga akan sangat
mempengaruhi lancarnya proses laktasi.

2) Masyarakat

Penelitian lain menyatakan jaringan sosial ibu merupakan faktor yang


mempengaruhi.
Penelitian di Meksiko juga menemukan hubungan antara konseling
kelompok sebaya (peer counseling) dengan durasi menyusui karena
semakin sering ibu menerima kunjungan konselor sebaya, semakin lama ia
akan menyusui bayinya.
Melalui penelitian kualitatif mengenai menyusui di Inggris
menyebutkan bahwa ada ibu yang menganggap kegiatan menyusui sebagai
sesuatu yang tidak nyaman untuk dilakukan di depan umum dan merupakan
suatu hal yang tidak cocok dengan budaya barat yang modern sehingga
memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya (Earle, 2002). Ini
menunjukkan bahwa norma dan budaya yang berlaku di suatu masyarakat
dapat mempengaruhi keputusan ibu.

3) Tenaga Kesehatan

Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang


melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang
komprehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI
secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan
pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas
dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan
tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal
perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh
kembangnya sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam
menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas
kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-
6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan
petugas kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat
yang luas (Erlina, 2008).

b. Kondisi kesehatan bayi


Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara
eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita
penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam
jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan
ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan
anatomik berupa sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan bayi
menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah organik, yaitu
prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu
menjadi berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
c. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula

Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik,


aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan
berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi rendah).
Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit yang selalu
mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula yang
mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI
eksklusif karena para ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada
bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula
lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5%
tahun 2002 (Depkes,2006).
Masyarakat lebih banyak memilih susu formula ketimbang ASI karena
iming-imingnya: membuat anak sehat dan cerdas. Iklan-iklannya terus diulang
di media cetak maupun elektronik. Jelas, akan membuat para orangtua memilih
membeli susu formula yang sebenarnya berisiko tinggi bagi perkembangan
bayi. Gencarnya gerakan kembali ke ASI masih kalah jauh dibanding
gencarnya promosi susu formula.
d. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus
kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan
ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di
pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih
dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir,
dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air
manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut
mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari
generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan.
Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik
sekaligus.

D. Program ASI Eksklusif di Indonesia

Pemerintah indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang


merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan
kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% dari bayi
meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang
diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global.
Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah,
sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan
kesehatan baik swasta maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan
melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan
tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas.
Pada tanggal 7 April 2004 Departemen Kesehatan RI mengeluarkan ketetapan
mengenai pemberian ASI eksklusif bagi bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
Ketetapan ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 250/Menkes/SK/IV/2004. Dianjurkan memberikan ASI sampai usia 2
tahun diikuti pemberian makanan tambahan yang sesuai. Sebelumnya Departemen
Kesehatan RI telah mengeluarkan SK Menkes No 237/Menkes/SK/IV/1997 yang
berisi anjuran pemberian ASI eksklusif kepada bayi sampai berumur 4 bulan dan
dianjurkan untuk menyusui sampai usia 2 tahun.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui peraturan nomor :
450/Menkes/SKN/2004 mengajak Bangsa Indonesia melaksanakan pemberian
hanya ASI saja selama 6 bulan kehidupan bayi dapat dilanjutkan sampai anak
berumur 2 tahun.
Berdasarkan SK Menkes yang mengajak dan mendukung ASI eksklusif,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga kini terus menggalakkan program
pemberian ASI eksklusif melalui peningkatan kapasitas petugas kesehatan baik
pemerintah maupun swasta melalui program konseling menyusui. Program tersebut
dilaksanakan dengan berbagai dukungan lembaga swadaya masyarakat, juga tim
penggerak PKK, untuk terus menggalakkan program ASI eksklusif.
Untuk menggalakkan program pemberian ASI eksklusif, sejak Deklarasi akbar
1001 ibu hamil untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), Pemprov. DKI
Jakarta melakukan program peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam
konseling menyusui dan pemodelan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui,
khususnya di Jakarta Utara: yaitu 1) Sarana pelayanan kesehatan mempunyai
kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dan
melarang promosi PASI, 2) Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk
staf sendiri atau lainnya 3) Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI
dan langkah keberhasilan menyusui, Memberikan konseling apabila ibu penderita
infeksi HIV positif, 4) melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1/2 - 1
jam setelah lahir), 5) Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi
peletakan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara, 6) Hanya
memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi lahir, 7) Melaksanakan
rawat gabung ibu dan bayi, 8) Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau
bayi, 9) Tidak memberikan dot/ kempeng, 10) Menindak lanjuti ibu-bayi setelah
pulang dari sarana pelayanan kesehatan.
Aspek Pengukuran
1. Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan ibu terdiri atas 15 pertanyaan. Pemberian skor dilakukan
berdasarkan ketentuan, jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi skor 0.
Sehingga skor total yang tertinggi adalah 15. Skor yang diperoleh masing-masing
responden dijumlahkan, dibandingkan dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100.
Dengan memakai skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti (1986),
yaitu:
1. Baik, bila jawaban responden benar >75% dari total nilai angket pengetahuan.
2. Sedang, bila jawaban responden benar 40%-75% dari total nilai angket pengetahuan.
3. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket pengetahuan.
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu:
1. Skor 12-15 = baik.
2. Skor 7-11 = sedang.
3. Skor <7 = kurang.

2. Sikap
Sikap ibu diukur dengan memberikan 10 buah pertanyaan menggunakan kuesioner,
dengan ketentuan :
- jawaban sangat setuju diberi nilai 3
- jawaban setuju diberi nilai 2
- jawaban tidak setuju diberi nilai 1
Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran tingkat sikap
ibu hamil menurut Pratomo (1990):
a. Kategori baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 75%
b. Kategori sedang, apabila nilai yang diperoleh responden 40%-75%
c. Kategori kurang, apabila nilai yang diperoleh responden kurang dari 40%
Maka penilaian terhadap sikap responden, yaitu:
1. Skor 24-30 = baik.
2. Skor 13-23 = sedang.
3. Skor <13 = kurang
BAB III

METODE SOLUSI

3.1 PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka kami berinisiasi untuk melakukan
penyuluhan serta meneliti secara sederhana hal-hal yang mempengaruhi kurangnya
pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan. Hal yang di ukur secara
subyektif dalam hal ini berupa pengetahuan dasar, sikap, serta praktik masyarakat
dalam melakukan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.

3.2 PELAKSANAAN
Penyuluhan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan Posyandu Puskesmas
Kampala Kec. Sinjai Timur, pada kamis, 24 Agustus 2017
1. Tahap Perkenalan dan Penggalian Pengetahuan Peserta
Setelah memberi salam dan perkenalan pemateri terlebih dahulu menyampaikan
maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi disampaikan.
Kemudian pemateri memberi pertanyaan pembuka untuk mengetahui tingkat
pengetahuan peserta tentang materi yang akan diberikan. Di berikan kuisioner
sebelum penyuluhan menggali sejauh mana tingkat pengetahuan peserta
terhadap materi.

2. Tahap Penyajian Materi


Materi penyuluhan disajikan dengan bantuan slide show. Penyuluhan dilakukan
selama 20 menit dilanjutkan dengan sesi diskusi
3.3 EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Dokter bersama tim medis lainnya datang tepat waktu di puskesmas Kampala,
Sinjai Timur dimana pada saat itu bersaamaan dengan jadwal pelayanan
Posyandu.
2. Evaluasi Proses
Peserta yang hadir kurang lebih 24 orang. Pelaksanaan penyuluhan berjalan
sebagaimana yang diharapkan dimana peserta memperhatikan materi yang
disampaikan dan sebagian besar peserta aktif melontarkan pertanyaan. Dalam
kegiatan ini juga dilakukan pembagian kuesioner untuk mengukur sejauh mana
pengetahuan dan sikap responden terhadap pemberian ASI eksklusif.
3. Evaluasi Hasil
Dari 24 peserta yang kemudian di sebut sampel dalam kegiatan kali ini 85 %
diantaranya mengetahui akan pentingnya menimbang bayi dan balita setiap
bulannya sampai usia 59 bulan, namun sikap dan praktiknya dalam mengunjungi
posyandu untuk penimbangan balitanya setelah imunisasi dasar lengkap selesai
tidak mencapai target yang diharapkan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu dalam pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Kampala.
2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu dalam pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Kampala

4.2. Saran
1. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif dapat
lakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu metode ceramah dan
pembagian leaflet.
2. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar memberikan
penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi lainnya kepada
masyarakat terutama dengan metode ceramah guna membantu meningkatkan
pengetahuan masyarakat serta membantu mewujudkan pencapaian pemberian
ASI eksklusif.

You might also like