You are on page 1of 216

Vol. 8 No. 4, Desember 2013 ISSN.

1907-9737

JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN


SEGMENT PERFORMANCE REPORT SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PADA PT. JANUR KAWANUA
INDONESIA
Eric Ricardo Go, Grace Mogi, Rudy Pusung

ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT.MULTISARANA BAHTERA MANDIRI BERDASARKAN PSAK NO.1 & 2
Mizaco Ofayda Darmawan, Agus Toni Poputra, Winston Pontoh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN


MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
Rima D. Mangundap, Herman Karamoy, Stanly Alexander

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PAJAK
PRATAMA MANADO
Javier Sondakh, Jenny Morasa, Heince Wokas

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA DISTRIBUTOR UNILEVER INDONESIA AREA MANADO
Jones H. Yr Pondaag, David Paul Elia Saerang, Dhullo Affandi

PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT
SENDIRI PRODUK SETENGAH JADI PADA UD. BERKAT ANUGERAH
Phamela D Tampubolon, David Paul Elia Saerang, Agus Toni Poputra

PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA PT. BERKAT TEKNIK JAYA
Sintya Clara Assa, Jantje J. Tinangon, Rudy Pusung

ANALISIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM STRUKTUR PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MANADO
Ali Kurniawan A. Suratinoyo, Harijanto Sabijono, Stanly Alexander

ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU
MEMBUAT SENDIRI FLA KUE SUSEN PADA DOLPHIN DONUTS BAKERY.
Intan Zuriati Agustina Muhamad, Ventje Ilat, Harijanto Sabijono

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21


PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN
Pandu Dewanata, Jantje J. Tinangon, Heince R. N. Wokas

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EARMARKING TAX PADA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI
SULAWESI UTARA
Andre Stevan Masihor, David Paul Elia Saerang, Herman Karamoy

ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN
BERMOTOR BERDASARKAN THE FOUR MAXIMS DI KOTA MANADO
Eugenia Rosalie, Jantje Tinangon, Rudy Pusung

ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED
COSTING (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO)
Olivia H.S. Sumendap, David Paul Elia Saerang, Sifrid Sonny Pangemanan

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES
MINAPRATAMA BITUNG
Dewi Sartika Kiay, Jenny Morasa, Winston Pontoh

PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN METODE SEWA
PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG
Stephany Florence Claudia, Grace Mogi Nangoi, Heince Wokas

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA
Eric Joseph Taroreh, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CAB. MANADO
Sri Wahyuni Muklis, Sifrid Sonny Pangemanan, Lidia Mawikere

IDENTIFIKASI NON VALUE ADDED ACTIVITY MELALUI ACTIVITY-BASED MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN
EFISIENSI HOTEL TRAVELLO MANADO
Irna Prisye Daleno, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim

ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN PADA PERUM BULOG DIVRE SULUT
Julian Biga, Ventje Ilat, Inggriani Elim

EFEKTIVITAS PENYELESAIAN DAN PENERIMAAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (STUDI
KASUS KPP PRATAMA MANADO)
Fino Indra Sumampouw, Inggriani Elim, Heince Wokas

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Vol.8,No.4,Desember 2013 ISSN.1907-9737

GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN

Pelindung Rektor Universitas Sam Ratulangi

Penanggung Jawab Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT


Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT

Pemimpin Redaksi Prof. DR. David. P.E. Saerang,SE,M.Com(Hons)

Redaksi Pelaksana Harijanto Sabijono,SE,MSi,Ak


Lidia Mawikere,SE,MSi,Ak
Hendrik Manossoh,SE,MSi,Ak
Imelda Najoan,SE,MSi,Ak

Dewan Redaksi DR. Grace Nangoy,SE,MSAc,Ak,CPA


Sifrid S. Pangemanan,SE,MSA
DR. Jullie J. Sondakh,SE,MSi,Ak,CPA
DR.Ventje Ilat,SE,MSi
DR. Herman Karamoy,SE,MSi,Ak
DR. Jenny Morasa,SE,MSi,Ak
DR. Agus T. Poputra,SE,MM,MA,Ak
Victorina Tirayoh,SE,MM,Ak
Linda Lambey,SE,MBA,MA,Ak
Margaretha Bolang,SE,MA,Ak
Peter Kapojos,SE,MSi,Ak

Administrasi & Sirkulasi DR. Jantje Tinangon,SE,MM,Ak


DR. Lintje Kalangi,SE,ME,Ak
Winston Pontoh,SE,MM,Ak
Christian Datu,SE,MSA,Ak

Alamat Redaksi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado
Jl. Kampus Bahu Manado, Sulawesi Utara
Telp. (0431) 847472, Fax. (0431) 853584

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, dimaksudkan sebagai media
pertukaran informasi, penelitian dan karya ilmiah antara pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Jurnal ini terbit empat kali setahun
yaitu bulan Maret, Juni, September, Desember.
Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media dan tinjauan atas buku-buku akuntansi terbitan dalam dan luar negeri yang baru serta
catatan/komentar atas artikel yang dimuat dalam jurnal ini.
Surat menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan langganan, keagenan, dan lainnya dapat dialamatkan langsung ke alamat redaksi atau melalui email
: goingconcern2013@yahoo.com

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT i


Vol.8,No.4,Desember 2013 ISSN.1907-9737

GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
DAFTAR ISI
SEGMENT PERFORMANCE REPORT SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PADA PT. JANUR KAWANUA INDONESIA
Eric Ricardo Go, Grace Mogi Nangoi, Rudy Pusung ......................................................................................................................................................... 1-11

ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. MULTISARANA BAHTERA MANDIRI BERDASARKAN PSAK NO.1 & 2
Mizaco Ofayda Darmawan, Agus Toni Poputra, Winston Pontoh .................................................................................................................................... 12-23

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI
Rima D. Mangundap, Herman Karamoy, Stanly Alexander ............................................................................................................................................. 24-32

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PAJAK PRATAMA
MANADO
Javier Sondakh, Jenny Morasa, Heince Wokas ...................................................................................................................................................... 33-43

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA DISTRIBUTOR UNILEVER INDONESIA AREA MANADO
Jones H. Yr Pondaag, David Paul Elia Saerang, Dhullo Affandi ...................................................................................................................................... 45-55

PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI
PRODUK SETENGAH JADI PADA UD. BERKAT ANUGERAH
Phamela D Tampubolon, David Paul Elia Saerang, Agus Toni Poputra .......................................................................................................................... 56-64

PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA PT. BERKAT TEKNIK JAYA
Sintya Clara Assa, Jantje J. Tinangon, Rudy Pusung ........................................................................................................................................................ 65-73

ANALISIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM STRUKTUR PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MANADO
Ali Kurniawan A. Suratinoyo, Harijanto Sabijono, Stanly Alexander ............................................................................................................................. 74-84

ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT
SENDIRI FLA KUE SUSEN PADA DOLPHIN DONUTS BAKERY
Intan Zuriati Agustina Muhamad, Ventje Ilat, Harijanto Sabijono ................................................................................................................................. 85-95

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN
Pandu Dewanata, Jantje J. Tinangon, Heince R. N. Wokas ......................................................................................................................................... 96-107

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EARMARKING TAX PADA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI
SULAWESI UTARA
Andre Stevan Masihor, David Paul Elia Saerang, Herman Karamoy ......................................................................................................................... 108-117

ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN BERMOTOR
BERDASARKAN THE FOUR MAXIMS DI KOTA MANADO
Eugenia Rosalie, Jantje Tinangon, Rudy Pusung .......................................................................................................................................................... 118-129

ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING
(STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO)
Olivia H.S. Sumendap, David Paul Elia Saerang, Sifrid Sonny Pangemanan ............................................................................................................. 130-138

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES
MINAPRATAMA BITUNG
Dewi Sartika Kiay, Jenny Morasa, Winston Pontoh ..................................................................................................................................................... 139-149

PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN METODE SEWA PEMBIAYAAN PADA
CV. KARYA WENANG
Stephany Florence Claudia, Grace Mogi Nangoi, Heince Wokas ................................................................................................................................. 150-159

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA
Eric Joseph Taroreh, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim ............................................................................................................................................ 160-169

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CAB.MANADO
Sri Wahyuni Muklis, Sifrid Sonny Pangemanan, Lidia Mawikere .............................................................................................................................. 170-181

IDENTIFIKASI NON VALUE ADDED ACTIVITY MELALUI ACTIVITY-BASED MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI HOTEL
TRAVELLO MANADO
Irna Prisye Daleno, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim ...................................................................................................................................... 182-191

ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN PADA PERUM BULOG DIVRE SULUT
Julian Biga, Ventje Ilat, Inggriani Elim ......................................................................................................................................................................... 192-202

EFEKTIVITAS PENYELESAIAN DAN PENERIMAAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (STUDI
KASUS KPP PRATAMA MANADO)
Fino Indra Sumampouw, Inggriani Elim, Heince Wokas ............................................................................................................................................. 203-213

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT ii


SEGMENT PERFORMANCE REPORT SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PADA
PT. JANUR KAWANUA INDONESIA

Eric Ricardo Go
Grace Mogi
Rudy Pusung

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi
email : eric_ricardogo@yahoo.com

ABSTRAK
Setiap perusahaan memiliki pembagian tanggung jawab dan wewenang menurut bagiannya masing-
masing. Untuk mengetahui sejauh mana kinerja setiap manajer setiap divisi menurut tugas dan tanggung jawab,
maka perlu dilakukan penilaian prestasi manajer setiap divisi. Salah satu metode penilaian prestasi yaitu
segment performance report. Peran seorang manajer sangat penting dalam mengendalikan berjalannya sebuah
perusahaan. Dengan menggunakan segment performance report, laporan memuat pengelompokkan biaya-biaya
tetap terkendali dan biaya tetap tidak terkendali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan
segment performance report dalam menilai prestasi manajer. Penelitian ini dilakukan di PT. Janur Kawanua
Indonesia beralamat di Manembo-nembo Bitung. Dalam penelitian ini, metode deskriptif (kualitatif) digunakan
untuk membandingkan laporan rugi laba aktual serta laporan produksi yang telah dibuat oleh PT. Janur
Kawanua Indonesia, sesuai dengan konsep segment performance report. Hasil penelitian ini menunjukkan
perusahaan masih menggunakan laporan yang bersifat konvensional, laporan biaya produksi dan biaya
operasional yang dihasilkan ini belum memisahkan antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya
yang tak dapat dikendalikan. Dengan ini, dapat dilihat perbedaan setelah dipisahkan biaya tetap terkendali dan
biaya tak terkendali pada divisi Tepung Kelapa sebesar Rp. 417.499.394,15. Dan pada divisi Kopra juga dapat
dilihat perbedaan setelah dipisahkan antara biaya tetap terkendali dan biaya tidak terkendali sebesar
Rp.127.081.716,91.

Kata kunci : segment performance report, penilaian prestasi manajer.

ABSTRACT
Each company has responsibility and authority sharing according to every part. For knowing how far
the performance of a manager from every division according to the job and responsibility, achievement
evaluation of every division is needed to be made. One method of achievement evaluation is segment
performance report. The role of a manager is very important in controlling a companys operation. By using
Segment Performance Report, report lists the classification the controllable fixed costs and uncontrollable fixed
costs. This researchs objective is to figure out the usage of segment performance report in evaluating manager
achievement. This research is conducted in PT. Janur Kawanua Indonesia, addressed at Manembo-nembo
Bitung. In this research,descriptive method (qualitative) is used for comparing the actual profit loss report and
also production report that have been made by PT. Janur Kawanua Indonesia, based on the concept segment
performance report. This researchs result shows the company still uses this resulted conventional-based report,
production cost report and operational costs have not separated among uncontrollable costs and uncontrollable
costs. With this, it can be seen the difference after controllable fixed cost and controllable costs are separated at
Tepung Kelapa, as much as 417,499,394.15 IDR. And at the Kopra Division, it can be also seen the difference
after controllable fixed costs and uncontrollable costs are separated, as much as 127,081,716.91 IDR.

Keywords : segment performance report, manager achivement evalution.

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada saat ini Indonesia mulai terbuka atas perdagangan dunia, sehingga banyak terjalin kerjasama antar
Indonesia dengan negara lain, misalnya dengan China dan Jepang. Hal ini memicu kekreatifan dan jiwa
entrepreneur anak bangsa untuk membuat usaha sendiri, sehingga banyak munculnya home industry,
perusahaan kecil, menengah, maupun sampai sebuah perusahaan beromset besar. Yang tentunya tiap
perusahaan tidak hanya berfokus mencari keuntungan , tapi juga menciptakan produk atau jasa dengan mutu
dan kualitas yang baik. Dalam mencapai sebuah visi dan misi atau tujuan yang diinginkan perusahaan,
perusahaan harus memiliki manajemen perusahaan yang baik. Berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan
tergantung manajamen dalam menjalankan fungsinya. Koordinasi antara manajemen puncak dengan
manajemen tiap lini yang baik dalam pembagian tugas maupun untuk memperoleh informasi. Perusahaan akan
menetapkan sasaran yang ingin dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam hal ini
dibuat oleh manajemen puncak dan untuk melaksanakannya didelegasikan ke manajer-manajer lini. Sehingga
manajer memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan dengan target waktu yang telah ditentukan
oleh manajemen puncak.
Kinerja merupakan suatu tolak ukur dalam sebuah perusahaan maupun individu dalam mencapai target
yang telah ditentukan. Sehingga sering perusahaan menjadikan kinerja sebagai sebuah nilai dalam menentukan
berhasil atau tidaknya perusahaan menjalankan perencanaan yang telah disusun. Dalam mengukur kinerja suatu
perusahaan tidak terlepas dari kinerja seorang manajer. Peran seorang manajer sangat penting dalam
mengendalikan berjalannya sebuah perusahaan. Seorang manajer membutuhkan informasi yang berguna untuk
membantu dalam pengambilan keputusan. Manajer harus cermat dan tangkas dalam pengambilan keputusan-
keputusan taktis dalam menjalankan tugasnya, agar setiap tugas dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Untuk mengukur sejauh mana tugas dan tanggung jawab berjalan sesuai rencana, maka manajemen
puncak melakukan penilaian atas kinerja manajer. Setiap tugas telah dilakukan dengan tepat atau apakah peran
sudah berjalan dengan baik atau belum. Manajer memerlukan laporan atau informasi yang ditujukan kepada
manajemen puncak berupa laporan pertanggung jawaban, serta laporan yang berkaitan dengan perusahaan
untuk membantu dalam melaksanakan perencanaan dan pengambilan keputusan bagi perusahaan. Informasi
yang dapat diperoleh yaitu segment performance report, ini merupakan laporan yang berisikan tentang
pemisahan biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang
di dalam posisi organisasinya, sehingga menggambarkan prestasi sebenarnya.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang terjadi, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahu dan
menganalisa penggunaan segment performance report dalam menilai prestasi manajer pada PT. Janur Kawanua
Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Manajemen
Simamora (2012:13), mendefinisikan akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian,
pengukuran, penghimpunan, penganalisisan, penyusunan, penafsiran, dan pengkomunikasian informasi
keuangan yang digunakan manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan usaha
di dalam sebuah organisasi, serta untuk memastikan penggunaan dan akuntabilitas sumber daya yang tepat.
Identifikasi melibatkan pengakuan dan evaluasi peristiwa-peristiwa ekonomik dan transaksi bisnis untuk
tindakan akuntansi yang tepat.
Samryn (2012:4) mendefinisikan akuntansi manajemen merupakan bidang akuntansi yang berfokus
pada penyediaan, termasuk pengembangan dan penafsiran informasi akuntansi bagi para manajer untuk
digunakan sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi dan dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan
fungsi tersebut, maka akuntansi manajemen dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dalam bidang riset dan pengembangan, produksi, pemasaran, distribusi dan logistik, serta pelayanan
pelanggan.
Fungsi Informasi Akuntansi

2
Anthony dan Dearden (2003:152), informasi sebagai fungsi evaluasi, yaitu mengungkapkan sampai
sejauh mana tindakan yang telah direncanakan dan pencapaian hasil yang diharapkan.

Sistem Pengendalian Manajemen


Halim, dkk (2009:13), mendefinisikan sistem pengendalian manajemen adalah sebagai suatu alat dari
alat-alat lainnya untuk mengimplementasikan strategi, yang berfungsi untuk memotivasi anggota-anggota
organisasi guna mencapai tujuan organisasi.
Akuntansi Pertanggungjawaban
Samryn (2012:261), mendefinisikan akuntansi pertanggunjawaban merupakan suatu sistem akuntansi
yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai informasi yang dibutuhkan
manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem pengendalian
manajemen.
Warindrani (2006:122), mendefinisikan akuntansi pertanggung jawaban merupakan suatu sistem yang
mengukur hasil-hasil dari suatu pusat pertanggungjawaban memainkan peranan penting dalam mengukur
kegiatan dan hasil suatu pusat pertanggungjawaban.
Biaya Tetap Terkendali
Simamora (2012:54), mendefinisikan biaya tetap terkendali (controllable cost) adalah biaya dalam
sebuah pusat pertanggungjawaban yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh seorang manajer pusat
pertanggungjawaban selama rentang waktu tertentu.
Biaya Tidak Terkendali
Simamora (2012:54), mendefinisikan biaya tidak terkendali (uncontrollable cost) adalah setiap biaya
yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer sebuah pusat pertanggungjawaban dalam rentang waktu
tertentu.
Penilaian Prestasi
Mulyadi (2006:116-117), mendefinisikan pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk menilai
keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan strategik untuk mencapai tujuan dan sasaran orang yang
bersangkutan. Kinerja atau nilai aktivitas kerja dapat diartikan sebagai prestasi. Prestasi yang dimaksud adalah
efektivitas operasional perusahaan, baik secara keseluruhan maupun personal seorang manajer dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi perusahaan.
Segment Performance Report
Nizar dan Syahrul (2000:758), Segment performance report adalah laporan yang berisikan pemisahan
antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang
dalam posisi organisasinya, sehingga menggambarkan prestasi yang sebenarnya.
Konsep Segment Performance Report
Tabel 1 Konsep Segment Performance Report
Segment Total
Division Division For all
A B Segments
Sales $ 300,000 $ 200,000 $ 500,000
Less : Variable Cost
Variable Manufacturing 120,000 60,000 180,000
Variable Selling and Adminis- 30,000 20,000 50,000
trative of segments
$ 150,000 $ 70,000 $ 230,000

Total Contribution Margin $ 150,000 $ 120,000 $ 270,000


Less : Direct Fixed Cost Controllable
by Segment Manager 90,000 80,000 170,000

Contribution Controllable by Segment $ 60,000 $ 40,000 $ 100,000


Manager
Less : Fixed costs of Segments Not 15,000 10,000 25,000
Controllable by Segments Manager
Contribution of segments to Common Costs $ 45,000 $ 30,000 $ 75,000
Common Cost for all Segments $ 35,000
3
Net Income $ 40,000
Sumber: Barbee, Fred: Princeples Of Accounting (2013)

1. Total contribution margin


adalah jumlah yang dikontribusikan untuk menutup biaya tetapnya. Total contribution margin ini di dapat
dari penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Dan biaya terkendali ini merupakan biaya bagi manajer
pusat laba tersebut.
2. Contribution controllable by segment manager
Adalah biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan oleh manajer dengan pusat laba, termasuk didalamnya
commited fixed cost dan discretionary fixed cost.
3. Contribution of segment to common cost
Merupakan sisa yang akan dialokasikan untuk common cost. Common cost ini tidak dapat dikendalikan oleh
manajer pusat laba.
Jadi, untuk menilai prestasi manajer pusat laba yaitu dengan memakai segment income statement
dengan bagian yang dinilai adalah contribution controllable by segment manager.
Penelitian Terdahulu.
Tabel 2 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti / Penelitian
Tahun
Sanger Penerapan Untuk Metode Perusahaan Penelitian ini Tetapi
(2005) Segment mengetahui Deskriptif masih memiliki perbedaan
Performance Penerapan menggunakan kesamaan penelitian
Report Sebagai Segment laporan yang menggunakan ini pada
Alat Penilaian Performance bersifat Segment objek
Prestasi Manajer Report Sebagai konvensional, Performance penelitian
Divisi Pada PT. Alat Penilaian tanpa melihat Report untuk yang
Astra Prestasi Manajer kontribusi dari menilai berbeda
International Divisi Pada PT. divisi prestasi
Isuzu Manado Astra manajer
International
Isuzu Manado
Uli Analisis Tujuannya Metode Penerapan Penilaian ini Yang
(2009) Penerapan apakah manajer Deskriptif akuntansi hampir sama membedakan
Akuntansi pusat pendapatan pertanggung dengan penelitian ini
Pertanggung sesuai dengan jawaban sangat penulis dalam adalah
Jawaban Sebagai tanggung jawab efektif untuk menilai penulis
Alat Penilaian sebagai manajer menilai kinerja kinerja membahas
Kinerja Manajer manajer pusat manajer dengan
Pusat Pendapatan pendapatan dan Segment
Pada PT. Astra hasil dari kinerja Performance
International manajer sangat Report untuk
cabang sesuai dengan mengukur
Sisingamangaraja tujuan pimpinan kinerja
manajer

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
penelitian ini dengan metode deskriptif (kualitatif), membandingkan laporan rugi laba aktual serta
laporan produksi yang telah dibuat oleh perusahaan sesuai dengan konsep Segment Performance Report.
Jenis dan Sumber Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data merupakan
keterangan-keterangan yang diperoleh dari suatu penelitian yang dapat digunakan untuk menganalisa

4
permasalahan yang dihadapi dan selanjutnya untuk mencari alternatif yang sesuai. Data dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yaitu struktur
organisasi, job description, laporan biaya produksi dan laporan laba rugi PT. Janur Kawanua Indonesia.
Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif adalah untuk memuat penggambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat objek penelitian serta memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Atau
penelitian yang bermaksud untuk memuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Analisis
deskriptif (kualitatif) berusaha mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk atau gambaran yang mudah
dipahami dalam informasi yang lebih ringkas.
Dalam penelitian ini dengan metode deskriptif (kualitatif), membandingkan laporan rugi laba aktual
serta laporan produksi yang telah dibuat oleh perusahaan sesuai dengan konsep Segment Performance Report.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang di dapat dari perusahaan, berikut disertakan laporan-laporan biaya produksi
maupun laporan rugi laba perusahaan.
Tabel 3 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Biaya Produksi Periode 1 Januari 2012 31 Desember
2012
Jenis Biaya Divisi Tepung Kelapa Divisi Kopra
Bahan Baku Kelapa Rp. 6.380.200.501,94 Rp. 928.650.255,42
Biaya Upah Langsung Rp. 1.532.220.394,49 Rp. 150.592.544,00
Biaya Kemasan / Pembungkus Rp. 342.504.604,00 Rp. 71.275.087,00
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Upah Tidak Langsung Rp. 214.699.209,00 Rp. 58.742.955,00
Biaya BBM Solar Rp. 72.970.000,00 Rp. 23.860.000,00
Biaya Listrik Rp. 213.954.540,00 Rp. 85.122.500,00
Biaya Air Rp. 1.870.100,00 Rp. 1.150.000,00
Biaya Penyusutan Mesin Rp. 164.864.000,00 Rp. 56.728.000,00
Biaya Penyusutan Kendaraan Rp. 126.069.962,61 Rp. 30.652.090,66
Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik Rp. 73.763.466,74 Rp. 23.775.000,00
Biaya Penyusutan Bangunan Rp. 52.801.919,80 Rp. 15.926.626,25
Biaya Perlengkapan Produksi Rp. 2.227.808,63 Rp. 1.170.455,37
Biaya Bahan Penolong Rp. 7.780.050,00 Rp. 3.677.784,00
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Rp. 104.050.799,73 Rp. 39.021.000,00
Biaya Konsumsi Karyawan Rp. 80.972.214,00 Rp. 23.050.500,00
Biaya Angkut Bahan Baku Rp. 5.171.500,00 Rp. 2.312.335,00
Biaya Jamsostek Rp. 59.670.000,00 Rp. 15.674.500,00
Biaya Angkutan Karyawan Rp. 49.922.800,00 Rp. 14.250.550,00
Biaya Overhead Lain Rp. 18.652.633,00 Rp. 9.142.970,00
Total Biaya Produksi Rp. 9.504.366.503,94 Rp. 1.554.775.152,70
Sumber : PT. Janur Kawanua Indonesia

5
Tabel 4 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Rugi Laba periode 1 Januari 2012 31 Desember 2012
Jumlah
Penjualan:
Penjualan Export Tepung Kelapa Rp. 11.100.128.656,25
Penjualan Lokal Kopra 1.810.803.309,00
Total Penjualan Rp. 12.910.931.964,25
Harga Pokok Penjualan:
Divisi Tepung Kelapa
Total Biaya Produksi Rp. 9.504.366.503,94
Persediaan Barang Jadi Awal 4.672.142.008,09
Jumlah Barang Jadi Tersedia Dijual Rp. 14.176.508.512,03
Persediaan Barang Jadi Akhir ( 4.733.529.940,31)
HPP Tepung Kelapa Rp. 9.442.978.571,72
Divisi Kopra
Total Biaya Produksi Rp. 1.554.775.152,70
Persediaan Barang Jadi Awal 288.160.260,00
Jumlah Barang Jadi Tersedia Dijual Rp. 1.842.935.412,70
Persediaan Barang Jadi Akhir ( 552.082.618,87)
HPP Kelapa Kopra Rp. 1.288.852.793,83
Harga Pokok Penjualan Rp. 10.731.831.365,55
Laba Kotor Rp. 2.179.100.598,69
Biaya Operasional 1.990.204.496,50
Laba Bersih Operasional Rp. 188.896.102,19
Pendapatan Luar Usaha:
Pendapatan Jasa Giro Rp. 6.667.959,55
Pendapatan Lain-Lain 24.534.221,00
Total Pendapatan Luar Usaha Rp. 31.202.180,55
Laba Sebelum Pajak Rp. 220.098.282,74
Sumber: PT. Janur Kawanua Indonesia

Penelitian ini dilakukan pada PT. Janur Kawanua, dilihat dari pembahasan di atas bahwa laporan yang
dihasilkan oleh bagian produksi sebagai saran pertanggung jawaban dan pengukuran prestasi belum memadai.
Belum adanya pemisahan biaya membuat laporan sebagai penilaian prestasi belum terlalu akurat, juga karena
manajer produksi maupun pimpinan pusat belum menyadari sepenuhnya arti penting dari laporan untuk tujuan
pengendalian, yang dalam hal ini Segment Performance Report. Sebagai contoh pimpinan pusat dalam menilai
prestasi manajer produksi berdasarkan laba rugi yang diperoleh dalam suatu periode tertentu. Selain itu, staf dari
manajer produksi belum sepenuhnya memahami esensi dari laporan yang digunakan sebagai sarana penilaian
atau pengukuran prestasi. Contohnya, belum diklasifikasikannya biaya variabel, biaya tetap terkendali dan biaya
tak terkendali. Tidak memadainya laporan prestasi ini tanpa disadari oleh manajer produksi hal ini membawa
dampak bagi manajer produksi, khususnya menyangkut motivasi kerja.
Keadaan ini digambarkan dengan kenyataan yang ada, bahwa manajer produksi setiap divisi, Tepung
Kelapa dan Kopra, merasa prestasinya diukur dengan membebankan semua biaya baik dari pusat atau pun dari
bagiannya. Laporan setiap divisi yang dibuat belum memisahkan antara biaya variabel, biaya tetap terkendali
dan biaya tak terkendali. Supaya hal tersebut bisa diatasi maka laporan tersebut perlu diadakan penyesuaian
dengan Segment Performance Report. Penyesuaian yang dilakukan harus menentukan atau memisahkan setiap
biaya berdasarkan sifatnya, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali. Penyesuaian yang dilakukan dapat
dilihat dalam tabel berikut.

6
Tabel 5 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Biaya Produksi Divisi Tepung Kelapa Periode 1
Januari 2012 31 Desember 2012
Jenis Biaya Rill S.P.R Selisih
(Biaya Terkendali) (Biaya Tak Terkendali)
Bahan Baku Kelapa Rp. 6.380.200.501,94 Rp. 6.380.200.501,94
Biaya Upah Langsung Rp. 1.532.220.394,49 Rp. 1.532.220.394,49
Biaya Kemasan / Pembungkus Rp. 342.504.604,00 Rp. 342.504.604,00
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Upah Tidak Langsung Rp. 214.699.209,00 Rp. 214.699.209,00
Biaya BBM Solar Rp. 72.970.000,00 Rp. 72.970.000,00
Biaya Listrik Rp. 213.954.540,00 Rp. 213.954.540,00
Biaya Air Rp. 1.870.100,00 Rp. 1.870.100,00
Biaya Penyusutan Mesin Rp. 164.864.000,00 - Rp. 164.864.000,00
Biaya Penyusutan Kendaraan Rp. 126.069.962,61 - Rp. 126.069.962,61
Biaya Penyusutan Peralatan Rp. 73.763.466,74 - Rp. 73.763.466,74
Pabrik Rp. 52.801.919,80 - Rp. 52.801.919,80
Biaya Penyusutan Bangunan Rp. 2.227.808,63 Rp. 2.227.808,63
Biaya Perlengkapan Produksi Rp. 7.780.050,00 Rp. 7.780.050,00
Biaya Bahan Penolong Rp. 104.050.799,73 Rp. 104.050.799,73
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Rp. 80.972.214,00 Rp. 80.972.214,00
Biaya Konsumsi Karyawan Rp. 5.171.500,00 Rp. 5.171.500,00
Biaya Angkut Bahan Baku Rp. 59.670.000,00 Rp. 59.670.000,00
Biaya Jamsostek Rp. 49.922.800,00 Rp. 49.922.800,00
Biaya Angkutan Karyawan Rp. 18.652.633,00 Rp. 18.652.633,00
Biaya Overhead Lain
Total Biaya Produksi Rp. 9.504.366.503,94 Rp. 9.086.867.109,79 Rp. 417.499.394,15
Sumber : Hasil Olahan Penulis

Tabel 6 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Biaya Produksi Divisi Kopra Periode 1 Januari 2012
31 Desember 2012
Jenis Biaya Rill S.P.R Selisih
(Biaya Terkendali) (Biaya Tak
Terkendali)
Bahan Baku Kelapa Rp. 928.650.255,42 Rp. 928.650.255,42
Biaya Upah Langsung Rp. 150.592.544,00 Rp. 150.592.544,00
Biaya Kemasan / Pembungkus Rp. 71.275.087,00 Rp. 71.275.087,00
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Upah Tidak Langsung Rp. 58.742.955,00 Rp. 58.742.955,00
Biaya BBM Solar Rp. 23.860.000,00 Rp. 23.860.000,00
Biaya Listrik Rp. 85.122.500,00 Rp. 85.122.500,00
Biaya Air Rp. 1.150.000,00 Rp. 1.150.000,00
Biaya Penyusutan Mesin Rp. 56.728.000,00 - Rp 56.728.000,00
Biaya Penyusutan Kendaraan Rp. 30.652.090,66 - Rp 30.652.090,66
Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik Rp. 23.775.000,00 - Rp. 23.775.000,00
Biaya Penyusutan Bangunan Rp. 15.926.626,25 - Rp. 15.926.626,25
Biaya Perlengkapan Produksi Rp. 1.170.455,37 Rp. 1.170.455,37
Biaya Bahan Penolong Rp. 3.677.784,00 Rp. 3.677.784,00
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Rp. 39.021.000,00 Rp. 39.021.000,00
Biaya Konsumsi Karyawan Rp. 23.050.500,00 Rp. 23.050.500,00
Biaya Angkut Bahan Baku Rp. 2.312.335,00 Rp. 2.312.335,00
Biaya Jamsostek Rp. 15.674.500,00 Rp. 15.674.500,00
Biaya Angkutan Karyawan Rp. 14.250.550,00 Rp. 14.250.550,00
Biaya Overhead Lain Rp. 9.142.970,00 Rp. 9.142.970,00

Total Biaya Produksi Rp. 1.554.775.152,70 Rp. 1.427.693.435,79 Rp. 127.081.716,91


Sumber : Hasil Olahan Penulis

7
Setelah dipisahkan atau dikelompokkan biaya tetap yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat
dikendalikan dari seorang manajer produksi, dapat dilihat sampai mana biaya yang menjadi tanggung jawab dan
wewenang dari seorang manajer produksi masing-masing divisi tersebut. Pada divisi Tepung Kelapa (Tabel 5)
dapat kita lihat perbedaan setelah dipisahkan biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali sebesar Rp.
417.499.394,15. Dan pada divisi Kopra (Tabel 6) kita juga dapat melihat perbedaan setelah dipisahkan antara
biaya tetap terkendali dan biaya tidak terkendali sebesar Rp.127.081.716,91. Selisih yang terjadi antara laporan
rill yang dibuat perusahaan dengan Segment Performance Report merupakan biaya yang tidak dapat
dikendalikan oleh manajer produksi menurut tanggung jawab dan wewenangnya, yaitu biaya penyusutan mesin,
biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan peralatan pabrik, biaya penyusutan bangunan. Biaya ini
merupakan keputusan dari manajer puncak atau yang lebih tinggi posisinya yang tidak dapat diganggu gugat
oleh manajer produksi. Sehingga jika biaya tak terkendali ini turut dimasukkan dalam laporan prestasi, laporan
tersebut tidak memadai pengukuran prestasi manajer produksi yang sebenarnya. Namun setelah dipisahkan
seperti Tabel 5 dan Tabel 6 direktur utama atau manajer puncak dapat melihat biaya-biaya yang benar-benar
dapat dikendalikan manajer produksi menurut tanggung jawab dan wewenangnya.
Dalam laporan rugi laba (Tabel 4) yang dihasilkan perusahaan belum dikurangi oleh biaya-biaya yang
tidak terkendali, sehingga belum memadai dalam laporan pertanggung jawaban atau laporan prestasi. Namun
setelah dipisahkan setiap biaya variabel, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali, dapat dilakukan
penyesuaian atas laporan prestasi atau laporan pertanggung jawaban. Penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan
prestasi yang digunakan oleh divisi, dibutuhkan dalam suatu perusahaan dalam menjalankannnya. Karena
penilaian atau pengukuran prestasi manajer didasarkan atas kontribusi dari divisi dengan hanya
memperhitungkan biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan oleh manajer divisi yang bersangkutan. Secara
tidak langsung hal ini memunculkan rasa percaya diri atau motivasi kerja seorang manajer. Penyesuaian yang
dimaksud diatas dapat dilihat pada tabel.

Tabel 7 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Harga Pokok Penjualan (Variabel) Periode 1 Januari
2012 31 Desember 2012
Divisi Tepung Kelapa Divisi Kopra
Biaya Variabel:
Bahan Baku Kelapa Rp. 6.380.200.501,94 Rp. 928.650.255,42
Biaya Upah Langsung 1.532.220.394,49 150.592.544,00
Biaya Kemasan / Pembungkus 342.504.604,00 71.275.087,00
Biaya BBM Solar 72.970.000,00 23.860.000,00
Biaya Perlengkapan Produksi 2.227.808,63 1.170.455,37
Biaya Bahan Penolong 7.780.050,00 3.677.784,00
Harga Pokok Porduksi Variabel Rp. 8.337.903.358,56 Rp. 1.179.226.125,79
Persediaan Awal Variabel 2.813.822.203,39 197.753.359,00
Rp. 11.151.725.561,95 Rp. 1.376.979.484,79
Persediaan Akhir Variabel 3.044.935.717,31 426.413.643,87
Harga Pokok Penjualan Variabel Rp. 8.106.789.844,64 Rp. 950.565.840,92

Sumber: Hasil Olahan Penulis

8
Tabel 8 PT. Janur Kawanua Indonesia Segment Performance Report periode 1 Januari 2012 31
Desember 2012
Divisi Tepung Kelapa Divisi Kopra Total Divisi
Penjualan Rp. 11.100.128.656,25 Rp. 1.810.803.309,00 Rp.12.910.931.965,25

Harga Pokok Penjualan Variabel Rp. 8.106.789.844,64 Rp . 950.565.840,92


Biaya Operasi Variabel 321.818.854,50 104.958.711,00
Total Biaya Variabel Rp. 8.428.608.699,14 Rp. 1.055.524.551,92 Rp. 9.484.133.251,06
Kontribusi Margin Rp. 2.617.519.957,11 Rp. 755.278.757.08 Rp. 3.372.798.714,19
Biaya Tetap Terkendali:
Biaya Listrik Rp. 213.954.540,00 Rp. 85.122.500,00
Biaya Air 1.870.100,00 1.150.000,00
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap 104.050.799,73 39.021.000,00
Biaya Konsumsi Karyawan 80.972.214,00 23.050.500,00
Biaya Angkut Bahan Baku 5.171.500,00 2.312.335,00
Biaya Jamsostek 59.670.000,00 15.674.500,00
Biaya Angkutan Karyawan 49.922.800,00 14.250.550,00
Biaya Overhead Lain 18.652.633,00 9.142.970,00
Biaya Upah Tidak Langsung 214.699.209,00 58.742.955,00
Biaya Operasi Tetap 568.590.522.00 210.339.847,00
Rp. 1.317.554.317,73 Rp 458.807.157,00 Rp. 1.736.219.622,23
Kontribusi Yang Dapat Dikontrol -
oleh Divisi Rp. 1.299.965.639,38 Rp. 296.471.600,08 Rp. 1.596.437.239,46
Biaya Tetap Tidak Terkendali:
Biaya Penyusutan Mesin Rp. 164.864.000,00 Rp. 56.728.000,00
Biaya Penyusutan Kendaraan 126.069.962,61 30.652.090,66
Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik 73.763.466,74 23.775.000,00
Biaya Penyusutan Bangunan 52.801.919,80 15.926.626,25
Rp. 417.499.349,15 Rp. 127.081.716,91 Rp. 544.581.066,06
Kontribusi Segment Kepada -
Common Costs Rp. 882.466.290,23 Rp. 163.389.883,17 Rp. 1.045.856.173,40
Common Costs:
Gaji Direktur Utama Rp. 180.000.000,00
Biaya Bunga Bank Rp. 676.960.071,21
Rp. 856.960.071,21
Laba Bersih Operasional Rp. 188.896.102,19
Sumber: Hasil Olahan Penulis

Penjelasan Tabel 8 sebagai berikut:


1. Penjualan
Penjualan dalam pos ini merupakan seluruh hasil penjualan produksi yang diperoleh dari kegiatan penjualan
dari perusahaan.
2. Biaya Variabel
Yang dimaksud dengan biaya variabel disini adalah biaya yang dikeluarkan oleh bagian sehubungan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing divisi/bagian.
3. Kontribusi margin
Kontribusi margin yang dimaksud yaitu selisih antara pendapatan dengan biaya-biaya variabel yang
dikeluarkan oleh masing-masing divisi/bagian.
4. Biaya tetap terkendali
Yang dimaksud dengan biaya tetap terkendali yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan oleh manajer produksi
yang sifatnya dapat dikendalikan oleh manajer divisi.
5. Kontribusi divisi
Kontribusi divisi merupakan sumbangan dari bagian yang bersangkutan pada bagian yang diperoleh melalui
selisih antara penjualan dengan biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan oleh manajer divisi.
6. Biaya tak terkendali

9
Yang dimaksud dengan biaya tak terkendali bagi bagian ini yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
bagian dimana besarnya biaya ini tidak dapat dipengaruhi oleh manajer divisi.
7. Common Cost
Common Cost merupakan biaya umum dari perusahaan yang tidak dapat dipisah-pisahkan untuk setiap
divisi.
Dengan adanya Segment Performance Report sangat membantu bagi perusahaan khususnya manajer
puncak atau direktur utama melihat setiap divisi yang ada. Dengan ini kita dapat melihat keuntungan lebih besar
yang dihasilkan oleh divisi tepung kelapa, dibandingkan yang dihasilkan oleh divisi kopra. Sehingga dengan
demikian manajer puncak atau direktur utama dapat memberi motivasi lagi kepada divisi kopra untuk
meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Manajer puncak atau direktur utama juga dapat memberi motivasi
lagi kepada kedua divisi untuk terus meningkatkan prestasi yang diperoleh, tanpa membebankan biaya yang
tidak dapat dikendalikan (uncontrollable cost) oleh manajer produksi, melainkan mengukur lewat biaya tetap
terkendali (controllable cost) oleh manajer produksi yang merupakan tanggung jawab dan wewenangnya.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap PT. Janur Kawanua Indonesia dengan
menggunakan Segment Performance Report, maka dapat dikemukakan beberapa hal yang dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Perusahaan masih menggunakan laporan yang bersifat konvensional, laporan biaya produksi dan biaya
operasional yang dihasilkan ini belum memisahkan antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-
biaya yang tak dapat dikendalikan.
2. Karena belum dipisahkan antara biaya tetap terkendali dan biaya tidak terkendali, maka perusahaan tidak
dapat menilai prestasi dengan baik berdasarkan biaya yang dapat dikendalikan oleh masing-masing divisi.

Saran
Berdasarkan penelitian yang dihasilkan oleh penulis, maka dapat ditarik saran sebagai berikut:
1. Laporan biaya produksi dan biaya operasional yang dihasilkan PT. Janur Kawanua Indonesia sebaiknya
dipisahkan antara biaya variabel, biaya yang dapat dikendalikan, serta biaya-biaya yang tidak dapat
dikendalikan. Hal ini memudahkan manajer pusat untuk melakukan penilaian prestasi/kinerja manajer
masing-masing divisi.
2. Sebaiknya PT. Janur Kawanua Indonesia menetapkan penyusunan laporan pertanggung jawaban untuk
setiap divisi atau bagian sesuai dengan konsep Segment Performance Report. Dimana divisi tepung kelapa
dan divisi kopra sebagai pusat pertanggung jawab laba. Dengan ini Direktur Utama dapat menilai prestasi
masing-masing divisi.
3. Dalam penilaian prestasi/kinerja manajer sebaiknya perusahaan melihat berdasarkan kontribusi divisi atau
bagian, dimana masing-masing divisi biaya dibebankan biaya produksi dan biaya operasional yang dapat
dikendalikan masing-masing divisi.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert., Dearden, John. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Terjemahan Edisi Kesepuluh.
Erlangga. Jakarta.
Barbee, Fred. 2013. Princeples Of Accounting. University of Alaska System. Fairbanks Alaska. http://
www.google.com. faculty.cbpp.uaa.alaska.edu. 3 Oktober 2013.
Halim, Abdul., Tjahjono, Achmad., Husein, Fukri. 2009. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi revisi. UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.
Mulyadi, Arief. 2006. Manajemen Strategik : Perencanaan & Manajemen Kinerja. Prestasi Pustaka, Jakarta.
Nizar, Nur, M., Syahrul, M. 2000. Kamus Akuntansi. Cetakan Pertama. Citra Harta Prima. Jakarta.
Samryn, L.M. 2012. Akuntansi Manajemen Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi &
Investasi. Kencana. Jakarta.

10
Sanger, Yussy. 2005. Penerapan Segment Performance Report Sebagai Alat Penilaian Prestasi Manajer Divisi
Pada PT. Astra International Isuzu Manado. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas Sam Ratulangi.
Manado.
Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi III. Star Gate Publisher. Riau.
Uli, Megah. 2009. Analisis Penerapan Akuntansi Pertanggung Jawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Manajer
Pusat Pendapatan Pada PT. Astra International cabang Sisingamangaraja. Skripsi (tidak dipublikasikan).
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Warindrani, Armila. 2006. Akuntansi Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta.

11
ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT.MULTISARANA BAHTERAMANDIRI
BERDASARKAN PSAK NO.1 DAN NO.2

Mizaco Ofayda Darmawan


Agus Toni Poputra
Winston Pontoh

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : micho.mizaco@gmail.com

ABSTRAK

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus
menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas. Perusahaan
dengan menerapkan PSAK secara benar juga disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan. Objek dalam penelitian ini adalah PT. Multisarana Bahteramandiri. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis penyajian laporan keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri berdasarkan PSAK
No.1 dan No.2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu alat analisis yang
membandingkan dua segi yang berbeda antara teori dan praktek yang perlu dipertemukan agar dapat diketahui
perbedaannya, sejauh apa perbedaan tersebut. Hasil dari analisis data ini menunjukkan bahwa PT.Multisarana
Bahteramandiri belum sepenuhnya menerapkan PSAK No.1 dan No.2 dalam penyajian laporan keuangan
perusahaan. Karena perusahaan hanya menyajikan laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas,
serta catatan khusus perusahaan. Perusahaan juga tidak mengungkapkan pernyataan mengenai kepatuhan
terhadap Standar Akuntansi Keuangan pada catatan atas laporan keuangan.

Kata kunci: laporan keuangan, pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK).

ABSTRACT

Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) number 1 and 2 states that financial statements
should present fairly the financial position, financial performance, changes in equity and cash flow. Companies
to implement SFAS correctly with the required disclosures in the Notes to the Financial Statements. Objects in
this research is PT.Multisarana Bahteramandiri. The purpose of this study is to analyze the financial statement
presentation PT.Multisarana Bahteramandiri under SFAS Number 1 and 2. The method used is descriptive
analysis method is an analytical tool that compares two different aspects of theory and practice that need to be
met in order to know the difference, as far as what the difference is. Results of the analysis of these data showed
that PT.Multisarana Bahteraamandiri not fully implemented SFAS number 1 and 2 in the company's financial
statement presentation. Because the company only present a statements of financial position, income statement,
cash flow statement, as well as company-specific notes. The company also not disclose a statement of
compliance with the Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) number 1 and 2 in the notes to
financial statements.
Keywords : financial report, statement of financial accounting standards (SFAS).

12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan keuangan.
Dengan perubahan standar akuntansi di Indonesia dari tahun 1994 sampai sekarang membuat banyak perubahan
yang terjadi pada Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dari tahun 1994-2012. Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK
digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan, maupun sebagai dasar untuk
menyatakan kewajaran suatu laporan keuangan oleh auditor.
Laporan keuangan merupakan salah satu media utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak luar. Laporan ini juga merekam peristiwa kejadian
bisnis. Ikatan Akuntan Indonesia (2012:07) menyatakan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur
dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
PSAK No.1 menyatakan bahwa Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas entitas secara wajar. Perusahaan dengan menerapkan PSAK
secara benar, disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Pernyataan
ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan yang selanjutnya disebut laporan
keuangan agar dapat dibandingkan laporan keuangan periode sebelumnya. Pernyataan ini mengatur persyaratan
bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.
Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut
tidak diharuskan oleh PSAK.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, penggabungan, pengikhtisaran semua
transaksi yang di lakukan oleh perusahaan dengan seluruh pihak yang terkait dengan kegiatan usahanya dan
peristiwa penting yang terjadi di dalam perusahaan. Laporan keuangan menyediakan informasi tentang posisi
keuangan perusahaan. Laporan keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami dan dapat di
perbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antar perusahaan sejenis (Tanjung, 2013)
PT. Multisarana Bahteramandiri merupakan perusahaan yang memberikan pelayanan logistik untuk
penanganan ekspor dan impor barang dalam negeri maupun luar negeri. Perusahaan ini dimiliki oleh seorang
pengusaha Jepang yang memiliki hubungan bilateral dengan Indonesia. Dengan adanya hubungan tersebut,
maka pembangunan industrial di Indonesia bisa semakin berkembang.
Melihat situasi demikian, maka penulis mencoba untuk melakukan studi kasus pada PT.Multisarana
Bahteramandiri, guna mengetahui penyajian laporan keuangan perusahaan yang ditujukan kepada para
pengguna atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK No.1 dan No.2.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan PSAK No.1
dan No.2 dalam penyajian laporan keuangan pada pelaporan keuangan di PT.Multisarana Bahteramandiri dan
membandingkan tata cara penyusunan bentuk dan isi laporan keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri dengan
PSAK No. 1 dan No.2.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian laporan keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (2012:07) menyatakan bahwa Laporan Keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan Keuangan juga menunjukan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sember daya yang dipercayakan kepada mereka. Kasmir
(2011:7) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan
pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Harahap (2010:201) menyatakan laporan keuangan merupakan
output dan hasil proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan
dalam proses pengambilan keputusan. Harrison (2011:2) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah dokumen
bisnis yang digunakan perusahaan untuk melaporkan hasil aktivitasnya kepada berbagai kelompok pemakai,
yang dapat meliputi manajer, investor, kreditor dan agen regulator.

13
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK).
Juan (2012:9) menyatakan bahwa Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memuat Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) yang diadopsi dari conceptual
framework IASC. KDPPLK tersebut secara spesifik membahas:
1. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut KDPPLK, tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh banyak pengguna.
2. Karakteristik kualitatif yang menentukan informasi dalam laporan keuangan.
Agar laporan keuangan dapat menyediakan informasi yang berguna bagi pembuatan keputusan oleh
banyak pengguna, KDPPLK mengharuskan informasi yang dimuat didalamnya agar memiliki empat
karakteristik kulitatif, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
3. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan.
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) mengidentifikasi unsur-
unsur, yakni sebagai berikut.
a. Aset
Aset didefinisikan sebagai sumber daya yang dikuasai oleh sebuah perusahaan sebagai hasil dari
peristiwa lampau dan diharapkan mengalirkan keuntungan di masa mendatang bagi perusahaan
tersebut.
b. Liabilitas
Liabilitas didefinisikan sebagai kewajiban yang dimiliki sebuah perusahaan dimasa kini sebagai
hasil dari peristiwa lampau, yang penyelesaiannya diharapkan dihasilkan dari aliran keluar sumber
daya yang merupakan keuntungan ekonomi dari perusahaan tersebut.
c. Ekuitas
Ekuitas didefinisikan sebagai laba sisa pada asset-aset sebuah perusahaan setelah dikurangi semua
liabilitasnya. Dapat dilihat bahwa ekuitas tidak didefinisikan jenisnya. Ekuitas hanya diungkapkan
berdasarkan rumus matematis: Aset-Liabilitas = Ekuitas.
d. Kinerja
Penghasilan netto (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja. Definisi penghasilan (income)
meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan,
penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti dan sewa. Keuntungan mencerminkan pos lainnya,
misalnya keuntungan atas penjualan aset tetap.
e. Beban
Definisi beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa.
4. Konsep modal dan pemeliharaan modal.
Konsep pemeliharaan modal amat penting bagi pengukuran laba. Menurut Hicks, seorang ekonom, laba
adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi oleh sebuah perusahaan dalam suatu periode, namun
kekayaan di akhir periode sama dengan di awal periode.

Penyajian Laporan Keuangan


Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indoneia (DSAK-IAI) mengeluarkan PSAK 1
Penyajian Laporan Keuangan (Revisi 2009) yang menggantikan PSAK 1 sebelumnya. PSAK 1 (Revisi 2009)
berlaku efektif 1 Januari 2011 dan membawa banyak perubahan pada laporan keuangan perusahaan di
Indonesia. Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan
umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (paragraf 2).
Ikatan Akuntan Indonesia (2012:01) menyatakan tujuan penerapan PSAK No.1 adalah untuk
menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum yang selanjutnya disebut laporan
keuangan agar dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan
keuangan entitas lain. Secara khusus, Pernyataan ini mengatur :
1. Pertimbangan menyeluruh tentang penyajian laporan keuangan.
2. Panduan tentang struktur laporan keuangan.
3. Persyaratan minimum untuk isi laporan keuangan.

14
Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi
kebutuhan sejumlah besar pengguna. Beberapa diantara pengguna berhak untuk memperoleh informasi
tambahan disamping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak pengguna sangat
bergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan
tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka.
Standar akuntansi berisikan pedoman penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi terdiri atas
kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan dan penyertaan standar akuntansi. Kerangka konseptual
berisikan tujuan, komponen laporan, karakteristik kualitatif dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan.
Sedangkan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisikan pedoman untuk penyusunan laporan,
pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen tertentu dalam laporan keuangan.

Jenis Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan
arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi beragam pengguna laporan dalam membuat keputusan ekonomi.
Ikatan Akuntan Indonesia (2012:6), PSAK 1 mengatur bahwa Laporan Keuangan yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen yang meliputi sebagai berikut (paragraf 10) :
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.
Prihadi (2011:24) menyatakan bahw a laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos
sebagai berikut.
a. Aset tetap
b. Properti investasi
c. Aset tidak berwujud
d. Aset keuangan
e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
f. Persediaan
g. Piutang dagang dan piutang lainnya
h. Kas dan setara kas
i. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam
kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58.
j. Utang dagang dan terutang lainnya
k. Kewajiban diestimasi
l. Liabilitas keuangan
m. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefenisikan PSAK 46.
n. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefenisikan PSAK 46.
o. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki
untuk dijual sesuai dengan PSAK 58.
p. Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
q. Modal saham dan cadangan yang dapat distribusikan kepada pemilik entitas induk.
2. Laba rugi komprehensif selama periode tertentu. Entitas menyajikan seluruh seluruh pos pendapatan dan
beban yang diakui dalam suatu periode, dimana laporan laba rugi bentuk tunggal (terpisah) atau laporan laba
rugi komprehensif sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos sebagai berikut.
a. Pendapatan
b. Biaya keuangan
c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas
d. Beban pajak
e. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan
keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang
dihentikan.
f. Laba rugi
g. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas.
h. Total laba rugi komprehensif
i. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat.

15
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukan
sebagai berikut.
a. Total laba rugi komperhensif selama suatu periode, yang menunjukan secara terpisah total jumlah yang
dapat daitribusikan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
dan kepada kepentingan non-pengendali.
b. Untuk tiap komponen akuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara
retrospektif atau penyajian kembali sesuai dengan PSAK No 25.
c. Untuk setiap komponen ekuitas,rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara
terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari laba rugi, masing-masing pos
pendapatan komprehensif lain dan Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang
menunjukan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak
kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan,
jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen per
saham. Perubahan ekuitas entitas diantara awal dan akhir periode pelaporan mencerminkan naik
turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari transaksi dengan
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal, akuisisi kembali instrumen
ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi secara langsung berkaitan dengan transaksi tersebut,
perubahan keseluruhan ekuitas selama periode yang menggambarkan jumlah total pendapatan dan
beban (termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode
tersebut.
4. Laporan arus kas selama periode informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan
untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kebutuhan entitas dalam
menggunakan arus kas tersebut.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan :
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi.
b. Mengungkapakan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan
keuangan.
c. Memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi
tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

Sifat laporan keuangan


Ikatan Akuntan Indonesia (2012:14) menyatakan sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah
sebagai berikut.
1. Laporan keuangan bersifat historis.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi dari pada bentuk
umumnya atau formalitas.
6. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan diasumsikan memenuhi bahasa
teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

Karakteristik Umum
Imam (2013:22) menyatakan bahwa PSAK No.1 menetapkan karakteristik umum untuk penyajian
laporan keuangan. Secara khusus, PSAK No.1 membahas aspek-aspek :
1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap persyaratan Standar Akuntansi Keuangan
2. Kelangsungan usaha (going concern)
3. Dasar akrual akuntansi
4. Materialitas, agregasi, dan saling hapus (offsetting).
5. Frekuensi Pelaporan
6. Informasi Komparatif
7. Konsistensi Penyajian

16
Identifikasi laporan Keuangan dan Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
PSAK 1 mensyaratkan bahwa laporan keuangan diidentifikasi dengan jelas dan dibedakan dari
informasi lainnya dalam dokumen yang sama (paragraf 46). Disamping itu, PSAK 1 mensyaratkan informasi
berikut disajikan dengan jelas dan diulangi bila diperlukan agar diperoleh pemahaman yang tepat tentang
informasi yang disajikan (paragraf 48) :
1. Nama Entitas
2. Cakupan laporan keuangan, apakah mencakup satu entitas saja atau beberapa (kelompok) entitas.
3. Tanggal atau periode pelaporan yang dicakup oleh laporan keuangan
4. Mata uang pelaporan
5. Pembuatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi adalah serangkaian prinsip, dasar, konvensi, peraturan, dan praktik spesifik yang
diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.

Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama
Metode
Peneliti/ Judul Tujuan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
Tahun
Tanjung Analisis Bertujuan Metode Laporan keuangan Penelitian ini Perbedaanya
(2013) Penerapan untuk analisis PT. PLN (Persero) dengan terletak pada
PSAK menganalisis kualitatif area Padang telah penelitian objek
No.1 penerapan disajikan sesuai yang sedang penelitian,
Tentang PSAK No.1 dengan ukuran- dijalani oleh objek
penyajian dalam ukuran yang penulis penelitiannya
laporan penyusunan normatif untuk memiliki pada PT. PLN
keuangan laporan mewujudkan persamaan (Persero) area
pada keuangan transparansi dan pada variabel Padang,
PT.PLN sebagai bentuk akuntabilitas kepada penelitian sedangkan
(Persero) pelaporan pihak-pihak yang yaitu objek penelitian
area keuangan di terkait, meskipun Pernyataan yang dijalani
Padang. PT.PLN ada perkiraan- Standard penulis adalah
(Persero) Area perkiraan akuntansi Akuntansi pada PT.
Padang tertentu yang tidak Keuangan Multisarana
sesuai dengan (PSAK) Bahteramandiri.
PSAK No. 1. No.1.
Nurdita Analisis Untuk Metode Secara garis besar, Penelitian ini Perbedaanya
(2012) penerapan mengetahui Analisis pengurus koperasi dengan terletak pada
standar apakah kualitatif yang ada di Kota penelitian objek
akuntansi koperasi yang Dumai telah yang sedang penelitian,
keuangan ada di Kota menerapkan dijalani oleh objek penelitian
entitas Dumai telah akuntansi sederhana penulis sebelumnya
tanpa menerapkan dalam pelaporan memiliki pada Koperasi
akuntanbil SAK ETAP pertanggungjawaban persamaan yang ada di
itas publik secara nya. Namun laporan pada variabel Kota Dumai
(SAK menyeluruh keuangan yang penelitian sedangkan
ETAP) dalam mereka buat baik yaitu objek penelitian
pada penyajian format dan penerapan yang dijalani
Koperasi Laporan bentuknya belum standar penulis adalah
yang ada Keuangannya sesuai dengan SAK akuntansi PT. Multisarana
di Kota ETAP. keuangan. Bahteramandiri.
Dumai.
Sumber : Jurnal dan Hasil Penelitian.

17
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah langsung ke sumber data, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, dan data yang terkumpul berupa profil perusahaan hingga laporan keuanganpada
PTMultisarana Bahteramandiri.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penulis tertarik menulis objek penelitian pada PT.Multisarana Bahteramandiri Jakarta yang beralamat di
Jl. Segara Makmur Kawasan Marunda Centre Jakarta Utara. Karena perusahaan ini berperan penting dalam
membangun industrial yang ada di Indonesia khususnya daerah Jakarta dengan melayani pengantaran barang
logistik dari luar negeri maupun dalam negeri, maka terlihat adanya hubungan bilateral Indonesia dengan
perusahaan luar, sehingga mempunyai daya tarik penulis untuk membuat penelitian.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut.
1. Mengajukan Permohonan Penelitian
Memasukan surat permohonan penelitian dengan persetujuan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk
melakukan penelitian pada objek yang akan dipakai dalam penyusunan skripsi, yaitu PT. Multisarana
Bahteramandiri.
2. Disposisi Pimpinan
Tindakan atau lanjutan dari pihak perusahaan dalam hal ini pimpinan PT. Multisarana Bahteramandiri
memberi perintah kepada bawahannya untuk membuat dan memberikan surat perintah yang menyatakan
tentang izin persetujuan penelitian diperusahaan tersebut, bagian tempat saat pengambilan data dan siapa
instruktur yang akan di jadikan sumber ketika peneliti akan mengambil data.
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti mulai mengumpulkan data pendukung penelitian yang akan digunakan dalam
penyusunan skripsi, yaitu data mengenai profil perusahaan hingga laporan keuangan perusahaan.
4. Analisa Data Penelitian
Pada tahap ini, penulis melakukan analisa data yang akan dipakai sesuai dengan judul penelitian untuk
melengkapi dan menentukan hasil penelitian.
5. Analisa Penerapan
Pada tahap ini, penulis mulai menganalisa dan mengolah data laporan keuangan perusahaan.
6. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini semua data pendukung penelitian yang telah diperoleh dan kemudian diolah,dilakukan
analisis penerapan PSAK No.1 dan No.2 pada penyajian laporan keuangan perusahaan.

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data diperoleh
dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel (atau populasi). Semua data, yang pada gilirannya
merupakan variabel yang diukur dimana pada umumnya data dapat diklasifikan menjadi 2, yaitu sebagai
berikut.
1. Data kuantitatif; data yang diukur dalam suatu skala numerik atau dalam angka.
2. Data kualitatif; data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau dalam angka.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan metode analisis deskriptif yaitu
alat analisis yang membandingkan dua segi yang berbeda antara teori dan praktek perlu dipertemukan agar
dapat diketahui perbedaannya, sejauh apa perbedaan tersebut. Untuk itu dilakukan analisis perbandingan
Penyajian Laporan Keuangan PT.Multisaranaa Bahtermandiri dengan PSAK No.1 dan No.2..

Sumber Data
Sugiyono (2011:193) menjelaskan bahwa sumber data dapat terbagi menjadi dua bagian,
diantaranya adalah sebagai berikut :

18
1. Data primer; sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui
media perantara), dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian ini.
2. Data sekunder; data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, melainkan melalui media perantara
yaitu melalui hasil-hasil penelitian, buku-buku, jurnal, artikel, majalah dan berbagai publikasi serta
organisasi terkait yang relevan dengan masalah yang diangkat. Selain itu, penulis juga mendapatkan
data-data dari internetyang menyediakan informasi lainnya yang berkaitan dengan konsep penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terutama adalah data primer. Data ini berupa wawancara dan
pengamatan secara langsung kepada instansi yang terkait yakni pada PT.Multisarana Bahteramandiri.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Studi kepustakaan (library study);
Penelitian yang dilakukan dengan mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan objek
penelitian yang akan dibahas untuk mendapatkan landasan teori dan sebagai dasar melakukan
penelitian.
2. Field Research (penelitian lapangan)
Data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan dengan cara peninjauan langsung ke lapangan.
Penelitian dilakukan melalui interview atau wawancara dimana penulis melakukan tanya jawab
langsung dengan pegawai/staf accounting yang terkait, serta melakukan observasi yaitu penulis
mengadakan pengamatan secara langsung kepada sumber-sumber data yang dijadikan objek..

Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan metode
analisis deskriptif yaitu alat analisis yang membandingkan dua segi yang berbeda antara teori dan praktek perlu
dipertemukan agar dapat diketahui perbedaannya.Untuk itu dilakukan analisis perbandingan Penyajian Laporan
Keuangan PT.Multiarana Bahteramandiri dengan PSAK No.1.
Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi format pelaporan dan standar yang digunakan dalam kaitannya dengan PSAK No.1
dan No.2 sesuai indikator penelitian.
2. Menganalisis penerapan PSAK No.1 dan No.2 khususnya tentang pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan pada laporan keuangan perusahaan.
3. Membandingkan penerapan PSAK No.1 dan No.2 pada laporan keuangan perusahaan dengan standar
akuntansi keuangan yakni PSAK No.1 dan No.2.
4. Memberikan point khusus apabila perusahaan telah menerapkan sesuai dengan indikator penelitian
5. Dari beberapa indikator yang ada, kita dapat mengetahui seberapa besar perusahaan menerapkan PSAK
No.1 dan No.2 pada penyajian laporan keuangan mereka.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, ada beberapa indikator yang telah disurvei pada penyajian laporan keuangan
PT.Multisarana Bahteramandiri. Indikator ini terdiri dari beberapa item mengenai PSAK No.1 dan item lainnya
mengenai PSAK No.2. Dari beberapa indikator ini, penulis dapat mengetahui kesesuaian antara laporan
keuangan yang disajikan perusahaan dengan PSAK No.1 dan No.2.
Berdasarkan hasil survei penelitian yang penulis lakukan pada PT.Multisarana Bahteramandiri, dengan
membandingkan antara indikator penelitian dan penyajian laporan keuangan keuangan PT.Multisarana
Mahteramandiri dengan melihat bagaimana perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan mereka, maka
diperoleh hasil bahwa penyajian laporan keuangan pada PT.Multisarana Bahteramandiri belum sepenuhnya
menerapkan PSAK No.1 dan No.2.
1. Laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus
kas suatu entitas.
2. Dalam catatan atas laporan keuangan, perusahaan tidak menyatakan bahwa perusahaan tersebut telah
patuh terhadap Standar Akuntansi Keuangan.

19
3. Ketika perusahaan menyimpang dari suatu ketentuan dalam suatu PSAK pada periode sebelumnya, dan
penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap jumlah yang diakui dalam periode berjalan, perusahaan
tidak membuat pengungkapan nama PSAK yang telah diterapkan, sifat penyimpangan dan pengaruh
keuangan dari penyimpangan untuk masing-masing pos dalam laporan keuangan yang seharusnya
dilaporkan dalam ketentuan tersebut.
4. Dalam menyusun laporan keuangan, manajer membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usaha.
5. Perusahaan menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
6. Perusahaan menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material, pos yang mempunyai sifat
atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material.
7. Perusahaan tidak melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas, atau pendapatan dan beban, kecuali
disyaratkan atau diizinkan oleh suatu PSAK.
8. Perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan secara lengkap, karena perusahaan tidak menyajikan
laporan perubahan ekuitas.
9. Informasi kuantitatif diungkapkan perusahaan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk
seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan.
10. Jika perusahaan mengubah penyajian atau pengklasifikasian dalam pos-pos laporan keuangan, maka
perusahaan mereklasifikasi jumlah komparatif dengan mengungkapkan sifat reklasifikasi, jumlah
masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi dan alasan reklasifikasi.
11. Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka perusahaan mengungkapkan
alasan untuk tidak mereklasifikasi yang akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi.
12. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode konsisten.
13. Perusahaan mengidentifikasikan laporan keuangan secara jelas dan membedakannya dari informasi lain
dalam publikasi yang sama.
14. Perusahaan mengidentifikasi secara jelas setiap laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan dan
menyajikan informasi secara jelas, yakni nama entitas pembuat laporan keuangan, tanggal akhir periode
pelaporan dan mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan selalu
menggunakan mata uang rupiah.
15. Laporan posisi keuangan tidak mencakup aset tetap, properti investasi, aset tidak berwujud, aset
keuangan, investasi dengan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang, kas dan setara kas, aset
yang dimiliki untuk dijual, utang dagang, kewajiban diestimasi, liabilitas keuangan, liabilitas dan aset
untuk pajak kini, kepentingan non pengendali, serta modal saham.
16. Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode dalam bentuk
suatu laporan laba rugi.
17. Perusahaan tidak menyajikan laporan perubahan ekuitas. Laporan perubahan ekuitas dapat
menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk dan
kepada kepentingan non-pengendali, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali.
18. Perusahaan tidak menyajikan jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama
periode tertentu dan nilai dividen per saham dalam catatan atas laporan keuangan.
19. Catatan atas laporan keuangan tidak menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan. Namun, catatan tersebut menyajikan sejumlah
informasi tambahan yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan.
20. Perusahaan telah melaporkan laporan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
21. Perusahaan tidak mengungkapkan metode apa yang digunkan dalam melaporkan arus kas dari aktivitas
operasi.
22. Perusahaan melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas
bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan.
23. Arus kas yang berasal dari transaksi mata uang asing telah dibukukan dalam mata uang fungsional
perusahaan dengan mengalikan jumlah mata uang asing dengan nilai tukar mata uang fungsional dengan
mata uang asing pada tanggal transaksi arus kas, yakni mata uang rupiah.
24. Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, diungkapkan secara terpisah. Masing-
masing diklasifikasi secara konsisten antar periode sebagai salah satu dari aktivitas operasi, investasi
atau pendanaan.

20
25. Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi
sebagai arus kas dari aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat diidentifikasikan sebagai
aktivitas pendanaan dan investasi.
26. Perusahaan mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut
dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan dalam laporan posisi keuangan.
27. Perusahaan mengungkapkaan jumlah saldo perubahan kas dan setara kas pada laporan arus kas.
Dari beberapa indikator tersebut, ada beberapa hal yang belum sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku. PT.Multisarana Bahteramandiri ini belum sepenuhnya menerapkan PSAK No.1 dan
No.2 pada penyajian laporan keuangan mereka.

Pembahasan
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK No.1 (Revisi 2009) meliputi Aset,
liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban, kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik, sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan meliputi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban, serta arus kas.
Komponen laporan keuangan PSAK No.1 (Revisi 2009) terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan
laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, serta
menyajikan laporan posisi keuangan awal periode komparatif, penyajian kembali atau reklasifikasi pos-pos
laporan keuangan, sedangkan PSAK No.1 (Revisi 1998) tidak diatur penyajian laporan posisi keuangan awal
periode komparatif.
Perusahaan tidak membuat pernyataan tentang kepatuhan terhadap SAK dalam catatan atas laporan
keuangannya. Pernyataan yang berbunyi Laporan keuangan konsolidasian telah disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia yang mencakup pernyataan dan interpretasi yang dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK) dan peraturan-peraturan serta pedoman
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) berbunyi Laporan keuangan
konsolidasian telah disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (PSAK).
Ketika perusahaan menyimpang dari suatu ketentuan dalam suatu PSAK pada periode sebelumnya dan
penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap jumlah yang diakui dalam periode berjalan, maka perusahaan
diharuskan membuat pengungkapan nama PSAK yang tidak diterapkan, sifat penyimpangan, dan pengaruh
keuangan dari penyimpangan untuk masing-masing pos dalam laporan keuangan yang seharusnya diterapkan
sesuai dengan ketentuan tersebut. Namun, Perusahaan ini tidak mebuat pengungkapan PSAK yang diterapkan
dan tidak diterapkan. Tidak ada pernyataan dalam catatan atas laporan keuangan. PSAK No.1 (Revisi 2009)
mengatur penyajian laporan keuangan, baik tujuan pelaporan, komponen laporan keuangan, penyajian secara
wajar, materialitas dan agregasi, dan penyimpangan dari standar akuntansi keuangan. Sedangkan pada PSAK
No.1 (Revisi 1998) penyimpangan dari suatu PSAK tidak diatur.
Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelaangsungan usaha. Manajemen memiliki penilaian khusus tentang kemampuan entitas
untuk continuitas usaha. Namun, tidak dibuktikan dengan pernyataan Kelompok usaha mengestimasi masa
manfaat dari aset tetap berdasarkan utilisasi dari aset yang diharapkan dapat didukung dengan rencana dan
strategi usaha yang juga mempertimbangkan perkembangan teknologi dimasa depan dan perilaku pasar.
Pernyataan mengenai kelangsungan usaha ini juga tidak dinyatakan dalam laporan auditor independen.
Perusahaan menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Namun, tidak
dibuktikan dalam pernyataan Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan asas akrual dengan
menggunakan konsep biaya historis, kecuali untuk persediaan yang dinilai berdasarkan nilai terendah antara
biaya perolehan atau nilai realisasi netto, penyertaan saham tertentu yang dicatat dengan metode ekuitas, dan
instrument keuangan tertentu yang dicatat berdasarkan biaya perolehan yang diamortisasi.
Perusahaan menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material, pos yang mempunyai sifat
atau fungsi berbeda, kecuali pos tersebut tidak material. Perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan secara
lengkap, karena tidak menyajikan laporan perubahan ekuitas. Informasi kuantitatif diungkapkan secara
komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode
berjalan.
Ketika perusahaan mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka
perusahaan mereklsifikasi jumlah komparatif dengan mengungkapkan sifat reklasifikasi, jumlah masing-masing
pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi dan alasan reklasifikasi. Hal ini bisa dilihat dalam catatan.

21
Dalam hal identifikasi laporan keuangan, perusahaan mengidentifikasi laporan keuangan secara jelas
dan membedakannya dari informasi lain. Perusahaan secara jelas menyajikan informasi nama perusahaan
pembuat laporan keuangan, tanggal akhir periode pelaporan, serta jenis laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan belum mencakup aset tetap, properti investasi, aset tidak berwujud, aset
keuangan, investasi dengan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang dagang dan pouting lainnya, kas
dan setara kas, aset yang dimiliki untuk dijual, utang dagang, kewajiban diestimasi, liabililitas keuangan,
liabilitas dan aset untuk pajak kini, kepentingan non pengendali, serta modal saham.
Perusahaan hanya menyajikan laporan laba rugi, yang berisi pendapatan dan beban yang dikeluarkan
selama periode tertentu. Pada PSAK No.1 (Revisi 2009), pos-pos yang minimal harus disajikan dalam laporan
laba rugi komprehensif, yakni beban keuangan, keuntungan atau kerugian dari operasi yang dihentikan, bagian
pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang menggunakan metode ekuitas.
Perusahaan menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode dalam bentuk satu
laporan laba rugi komprehensif. Sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) tidak termasuk pos-pos minimal
yang harus disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif.
Perusahaan tidak menyajikan laporan perubahan ekuitas. Seharusnya, laporan perubahan ekuitas sudah
menunjukkan total laba rugi komprehensif selama suatu periode yang menunjukkan secara terpisah total jumlah
yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepentingan non pengendali, pengaruh penerapan
retrospektif atau penyajian kembali. Dalam PSAK No.1 (Revisi 2009) istilah yang digunakan untuk hak
minoritas diganti menjadi hak non pengendali disajikan dalam ekuitas, dan dalam laporan laba rugi serta laporan
laba rugi komprehensif, laba netto dialokasikan ke pemilik ekuitas induk dan hak non pengendali. Sedangkan
pada PSAK No.1 (Revisi 1998) istilah yang digunakan adalah hak minoritas. Dalam laporan posisi keuangan,
hak minoritas disajikan secara terpisah antara liabilitas dan ekuitas, hak minoritas atas laba atau rugi disajikan
sebagai pengurang laba netto.
Perusahaan tidak menyajikan jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama
periode tertentu, dan nilai dividen per saham dalam catatan atas laporan keuangan. Perusahaan juga tidak
menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang
digunakan dan pengungkapan secara eksplisit mengenai pertimbangan yang telah dibuat manajemen dalam
penerapan kebijakan akuntansi, sumber estimasi ketidakpastian, dan permodalan sesuai PSAK No.1 (Revisi
2009). Pada PSAK No.1 (Revisi 1998) pengungkapan secara eksplisit tidak diatur didalamnya, namun
pernyataan yang mengatur mengenai dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang
digunakan diatur didalamnya.
PSAK No.2 tidak mempunyai dampak yang signifikan dalam mempengaruhi penyusunan laporan arus
kas perusahaan. Dalam hal penyajian laporan arus kas, perusahaan sudah melaporkan arus kas selama periode
satu tahun dan perusahaan sudah mengklasifikasikan kegiatan pendanaannya ke dalam tiga aktivitas, yakni
aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Perusahaan tidak memberikan informasi mengenai
metode yang digunakan dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Apakah metode langsung ataupun
tidak langsung. Tidak ada pernyataan dalam catatan perusahaan, yang berbunyi Laporan arus kas disusun
dengan menggunakan metode langsung atau metode tidak langsung, menyajikan penerimaan dan pengeluaran
kas dan setara kas yang diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Perusahaan juga melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran
kas bruto, yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan. Setiap perusahaan di dalam kelompok usaha
menetapkan mata uang fungsional sendiri dan transaksi-transaksi dalam laporan keuangan dari setiap entitas
diukur berdasarkan mata uang fungsional tersebut. Mata uang asing telah dibukukan dalam mata uang
fungsional perusahaan, yakni rupiah.
Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, entitas sudah mengungkapkannya secara
terpisah. Masing-masing diklasifikasi ke dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan secara konsisten.
Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai
arus kas dari aktivitas operasi. Perusahaan juga telah mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta
menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan dalam
laporan posisi keuangan.

22
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan nuntuk mengetahui apakah laporan Keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri
telah patuh dan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 dan No.2 atau tidak.
Berdasarkan pendahuluan, kajian teori dan analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan pada bab
terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. PT.Multisarana Bahteramandiri hanya menyajikan beberapa laporan keuangan, yakni Balance Sheet,
Income Statement, Cash Flow, dan beberapa catatan yang ditambahkan oleh pihak perusahaan.
2. Penyajian laporan keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri belum sepenuhnya menerapkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No.1 dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 2.
3. Terdapat beberapa perbedaan antara pernyataan standar akuntansi keuangan No.1 (Revisi 2009) dengan
pernyataan standar akuntansi keuangan No.1 (Revisi 1998) yaitu dalam hal pendefinisian istilah, dan
komponen laporan keuangan. Dan dalam PSAK No.1 (Revisi 2009) diatu rmengenai pertimbangan yang
dibuat oleh manajemen dalam penerapan kebijakan akuntansi, sumber estimasi ketidakpastian dan
permodalan sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) pengungkapan seperti ini tidak diatur di
dalamnya.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai
berikut.
1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya mengambil sampel beberapa perusahaan terbuka di Indonesia
dan menambah periode waktu penelitian. Hal ini dikarenakan hasil penelitian dapat digunakan secara
umum dan akurat.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan mengganti atau
menambahkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan revisi terbaru.
3. Untuk penyajian laporan keuangan tahun selanjutnya, diharapkan PT.MultisaranaBahteramandiri dapat
menyajiikan semua jenis laporan keuangan dan dapat menerapkan standar akuntansi keuangan
sepenuhnya agar laporan keuangan yang dihasilkan efektif dan bermanfaat bagi semua pihak.
5. Beberapa praktik akuntansi yang sudah sesuai dengan PSAK No.1dan No.2 diharapkan terus konsisten
untuk diterapkan supaya informasi yang dihasilkan memiliki daya banding yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Harrison, Walter T. 2011. Akuntansi Jilid Satu. Edisi Tujuh.Erlangga. Jakarta


Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kelima. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Imam, Anisarah. 2013. Analisis Survei Penerapan SAK IFRS untuk PSAK No.1 dan 2. Skripsi. Universitas
Negeri Padang. Padang. http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/viewFile/701/458.
Diakses 2 September 2013.
Juan, Ng Eng. 2012. Panduan praktis Standar Akuntansi Keuangan. Edisi Kedua. Salemba Empat. . Jakarta
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Nurdita, Raflesia. 2012. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) pada koperasi yang ada di kota Dumai. Skripsi. UPI YPTK Padang. Padang.
http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/3210/1/jurnal%20pdf.pdf. Diakses 2 September 2013
Prihadi, Toto. 2011. Praktis memahami Laporan Keuangan. PP Manajemen. Jakarta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Jakarta
Tanjung, Titin. 2013. Analisis Penerapan PSAK No.1 tentang penyajian laporan keuangan pada PT.PLN
(Persero) Area Padang. Skripsi. UPI YPTK Padang. Padang. http://www.upi-
yptk.ac.id/ejournal/File_Jurnal/Jurnal%20baru.pdf Diakses 2 September 2013

23
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA
KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Rima D. Mangundap
Herman Karamoy
Stanly Alexander

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : th3a.mangundap@yahoo.com

ABSTRAK

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang
ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai
tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur
karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.Tujuan
diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah struktur aktiva, rasio hutang, dan struktur
modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan baik secara simultan maupun parsial. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi linier berganda.Dalam pengujian
secara simultan diperoleh hasil bahwa faktor-faktor keuangan memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel serta
nilai signifikan lebih kecil dari ukuran signifikan. Selanjutnya pada pengujian secara parsial dari ketiga
variable yang diuji hanya struktur modal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Kata kunci : kinerja keuangan,aktiva, kewajiban dan modal

ABSTRACT

Companies as a form of organization in general has a specific goal to be achieved in an effort to


meet the interests of its members. Success in achieving the company's goal is performance management.
Performance appraisal or performance of a company is measured because it can be used as the basis for
decision making both internally and eksternal.Tujuan of this study was to determine Is asset structure,
debt ratios, and capital structure affect the financial performance of companies either simultaneously or
partially. The method used in this study is the linear regression equation berganda.Dalam simultaneous
testing result that financial factors have a significant influence on the financial performance of the
company. This is evidenced by calculated F value is greater than the value of F table and significant
values significantly smaller than the size. Subsequently the partial test of the three variables tested only a
capital structure that has a significant influence on the financial performance of the company.
Keywords :financial performance, assets, obligation and capital

24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi dunia yang tidak menentu seperti terjadinya global warming, kemiskinan yang semakin
meningkat, memburuknya kesehatan masyarakat serta tuntutan sosial kepada perusahaan, memicu
perusahaan dalam mengungkapkan tanggungjawab sosial (sosial responsibility) perusahaan pada seluruh
stakeholder yang terdiri dari karyawan, investor, pemerintah, masyarakat, konsumen dan pemasok, serta
kelangsungan generasi penerus,karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini
dengan menggunakan pendekatan tanggungjawab sosial dan lingkungan atau dikenal dengan sebutan
Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi,
keuntungan sosial, tetapi keberlangsungan usaha tersebut dapat berlangsung dengan baik dan secara tidak
langsung akan mencegah konflik yang merugikan dan meningkatkan kualitas masyarakat sekitar
(termasuk karyawan, pemasok dan pelanggan) serta lingkungan yang menjadi pemangku kepentingan
atau stakeholder. Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk
anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang
berada di sekitar perusahaan tersebut beroperasi.
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang
ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Suatu perusahaan yang
berkembang dan cenderung menguasai pasar tentunya dituntut untuk senantiasa meningkatkan laba
perusahaan dan pelayanan produksinya dengan sistem manajemen dan marketingnya, sehingga tetap
mampu dan bertahan dalam persaingan global ekonomi dan bisnis baik lokal maupun internasional.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang
dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat
penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian
kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat
memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Apalagi tidak dapat dipungkiri bahwa kemungkinan setiap perusahaan akan
dilanda krisis moneter akibat dampak krisis moneter negara atau dunia menyebabkan perekonomian
masyarakat mengalami keterpurukan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva, rasio hutang dan struktur modal terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva, rasio hutang dan struktur modal secara parsial
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Akuntansi
Maulani (2010) menyatakan bahwa akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi,
meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan
sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk
pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Proses untuk mencatat, mengklasifikasi, meringkas,
mengolah, dan menyajikan setiap transaksi diatur di dalam standar akuntansi yang berbeda di setiap
negara. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil
keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis. Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi
keuangan suatu organisasi karena dari laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan suatu
organisasi beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan

25
ukuran uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer/manajemen
untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi. Informasi keuangan yang akan membantu
membuat keputusan berupa laporan keuangan.
Horngren dan Harrison (2007), mendefinisikan akuntansi adalah sistem informasi yang
mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
para pengambil keputusan.

Peranan Akuntansi dalam Penyediaan Informasi


Informasi akuntansi adalah data transaksi keuangan untuk suatu periode tertentu yang
diikhtisarkan dalam bentuk laporan keuangan (financial statement). Pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap informasi akuntansi serta kegunaannya bagi pihak bersangkutan tersebut antara lain :
1. Pimpinan perusahaan
2. Pemilik perusahaan
3. Kreditor dan calon kreditor
4. Investor dan calon investor
5. Instansi pemerintah
6. Karyawan

Konsep Laporan Keuangan


Secara umum laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan (progress report) perusahaan
secara periodik. Jadi laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress
report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang
telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akutansi serta pendapat pribadi. Fakta-fakta
yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari catatan akutansi, pencatatan dari pos-
pos ini merupakan catatan historis dari peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan jumlah uang yang
tercatat dinyatakan dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian
maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi
perekonomian paling akhir. Prinsip dan kebiasaan di dalam akutansi, data yang dicatat didasarkan pada
prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akutansi yang lazim, di
dalam akutansi juga digunakan prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau
kebiasaan yang digunakan antara lain : bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going
concern, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekwensinya bahwa jumlah-
jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih berjalan yang
didasarkan pada nilai atau harga pada terjadinya peristiwa itu. Jadi jumlah uang yang tercantum dalam
laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva tersebut dijual.

Konsep Kinerja Dan Kinerja Keuangan


Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang
diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Keuangan adalah seluk-beluk uang, urusan uang,
keadaan uang. Perusahaan adalah kegiatan (pekerjaan dan sebagainya) yang diselenggarakan dengan
peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu,
mengolah atau membuat barang-barang, berdagang, memberikan jasa, dan sebagainya), organisasi
berbadan hukum yg mengadakan transaksi atau usaha. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kinerja keuangan perusahaan adalah sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan mengenai keadaan
keuangan oleh organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha. Kinerja perusahaan
adalah suatu tampilan tentang kondisi financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk
mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan disamping
data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai penunjang yang diukur dari laporan keuangan yang
dikeluarkan secara periodik.

26
Penilaian kinerja menurut Setyasih (2009) adalah penentuan efektivitas operasional, organisasi,
dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik.
Ada dua macam kinerja, yakni kinerja opeasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih
ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/divisi yang diukur dengan
kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja keuangan lebih kepada evaluasi laporan keuangan
perusahaan pada waktu dan jangka tertentu. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari kekuatan perusahaan secara
simultan dan mengoreksi kelemahan perusahaan. Dengan hal ini diharapakan menunjukkan hubungan
suatu laporan keuangan finansial baik berupa neraca dan atau laporan laba rugi. Lebih lanjut, adapun rasio
keuangan yang umum digunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan adalah rasio leverage, rasio
likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
Pengukuran kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk
merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja
pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Melalui
pengukuran kinerja, manajemen puncak dapat memperoleh dasar yang obyektif untuk memberikan
kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada
perusahaan secara keseluruhan. Semua ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan rangsangan pada
masing-masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien.secara umum t ujuan pokok kinerja adalah
untuk memotivasi karyawan dalam pencapaian sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku
yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan hasil dan tindakan yang sesuai dengan tujuan
organisasi.

Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Perusahaan


Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-
rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan
ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Kasmir (2008:7) berpendapat bahwa: Laporan
keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas
menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas
perusahaan. Adapun definisi dari Sutrisno (2007 : 9) laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses
akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yakni (1) Neraca dan (2) Laporan Laba-Rugi. Sedangkan
Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim
dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
laporan posisi keuangan. Kieso dan Weygandt, (2007 : 5) yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo
menyebutkan tentang jenis-jenis laporan keuangan adalah sebagai berikut :
Laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, laporan
ekuitas pemilik atau pemegang saham.
Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan
dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu
perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu
proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya
sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

27
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti/ Penelitian Penelitian
Tahun
Noor/ Analisis Untuk mengukur kuantitatif Sistem kinerja Penelitian Peneliti
2011 faktor-faktor sejauh mana keuangan sebelumnya sebelumnya
yang efektifitas perusahaan menggunakan Dilakukan
mempengaruhi operasi telekomunikasi penelitian pada
kinerja perusahaan yang go public terhadap perusahaan
keuangan dalam dikatakan faktor yang telekomunikasi
perusahaan pencapaian efektif sama yaitu yang go public
telekomunikasi tujuannya dan kinerja di Bursa Efek
go public di menilai kinerja keuangan Indonesia
Bursa Efek perusahaan perusahaan
Indonesia dalam
menggunakan
laporan keuangan
perusahaan yang
diperbandingkan,
termasuk data
tentang
penambahan-
penambahan
yang terjadi
dalam jumlah
rupiah, presentasi
dan tren_nya
Efandiana/ Analisis Untuk menguji Kuantitatif Variabel NIM, Penelitian Penelitian
2011 faktor-faktor pengaruh Capital LDR, NPL dan sebelumnya sebelumnya
yang Adequacy Ratio BOPO menggunakan menggunakan
berpengaruh (CAR), Non memberikan tempat yang faktor kinerja
terhadap Performing Loan pengaruh sama yaitu intellectual
kinerja (NPL), Bopo terbesar Perusahaan capital.
intellectual (Biaya terhadap Manufaktur
capital pada Operasional/ Return On yang terdaftar
perusahaan Pendapatan Assets (ROA). di Bursa Efek
manufaktur Operasional Indonesia
yang terdaftar bopo), Loan to
di Bursa Efek Deposit Ratio
Indonesia (BEI (LDR), dan Net
Interest Margin
(NIM) terhadap
Return On Assets
(ROA)

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggambarkan data yang
diperoleh dan menganalisis data yang ada. Data kuantitatif, merupakan data yang disajikan dalam bentuk
skala numeric (angka). Dalam melaksankan analisis dan pembahasan terhadap masalah dalam penelitian

28
ini menggunakan data kuantitatif berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diambil dari
Bursa Efek Indonesia(BEI).

Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dimana laporan keuangan
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009 dapat diakses lewat
www.idx.co.id ataupun diperoleh di Bursa Efek Indonesia cabang Manado. Selain itu penulis juga
memperoleh tambahan data dari jurnal dan literatur lain.

Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini maka penulis menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut.
1. Pengumpulan informasi dengan mencari buku-buku diperpustakaan yang berhubungan erat dengan
masalah yang akan dibahas atau diteliti untuk digunakan sebagai dasar teori yang melengkapi proses
penyusunan skripsi ini;
2. Media elektronik, yaitu dengan mengakses data lewat internet untuk melengkapi data yang
dibutuhkan.
3. Pengambilan data secara langsung di Bursa Efek Indonesia cabang Manado.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
1. Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian
Jumlah populasi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
pengamatan 2007-2009 adalah 295 perusahaan yang terbagi dalam 12 kelompok usaha, yang dapat
dilihat pada tabel 2.
Table 2. Jumlah Perusahaan Publik di BEI Tahun 2007-2009
Jumlah
No Jenis Usaha
Perusahaan
1 Agryculture forestry and fishing 4
2 Animal food and hubandary 5
3 Mining and mining service 8
4 Consruction 2
5 Manufacturing 129
6 Transportation service 10
7 Telecomunications 5
8 Wholesale and retail trade 16
9 Banking, credit agencies othe than bank, securities insurances and real estate 89
10 Hotel and travel services 6
11 Holding and other investment companies 3
12 Others 18
Total Perusahaan 295
Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2006-2009

Selanjutnya, dari berbagai jenis bidang usaha yang terdaftar di BEI maka ditentukan bidang usaha
yang akan dijadikan objek penelitian adalah bidang usaha manufaktur yang terdiri dari 129 perusahaan
yang dapat kita lihat pada table 3.

29
Table 3. Jumlah Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2006-2009
Jumlah
No. Jenis Usaha
Perusahaan
1. Food and Beverages 17
2. Tobacco Manufacturers 3
3. Textile Mill Products 8
4. Apparel and Other Textile Products 11
5. Lumber and Wood Products 3
6. Paper and Allied Products 5
7. Chemical and Allied Products 8
8. Adhesive 4
9. Plastic and Glass Products 14
10. Cement 3
11. Metal and Allied Products 11
12. Fabricated Metal 2
13. Stone, Clay, Glass and Concrete Products 5
14. Cables 6
15. Electronic and Office Equipment 3
16. Automotive and Allied Products 18
17. Photographic Equipment 3
18. Pharmaceuticals 9
19. Consumer Goods 3
Total Perusahaan 136
Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2006-2009

Dari populasi yang tunjukkan tabel 3 dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode
purposive sampling yang mana perusahaan terpilih adalah perusahaan yang memenuhi criteria yang
tetapkan dari segi periode pelaporan. Berdasarkan proses seleksi ditetapkan sebanyak 20 perusahaan
manufaktur yang akan dijadikan sampel dengan periode pengamatan 3 tahun. 20 perusahaan yang terpilih
menjadi sampel penelitian tersebut dipaparkan pada tabel 4.
Tabel 4. Daftar Perusahaan Manufaktur Terpilih
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 ADES PT. ADES WATER INDONESIA, Tbk
2 ULTJ PT. ULTRA JAYA MILK, Tbk
3 SKLT PT. SEKAR LAUT, Tbk
4 MYOR PT. MAYORA INDAH, Tbk
5 KAEF PT. KIMIA FARMA, Tbk
6 FAST PT. FAST FOOD, Tbk
7 DAVO PT. DAVO MAS ABADI, Tbk
8 CEKA CAHAYA KALBAR, Tbk
9 CLPI PT. COLOR PACK INDONESIA, Tbk
10 INTP INDOCEMENT TUNGGAL PERKASA, Tbk
11 EKAD EKADHARMA INTERNASIONAL, Tbk
12 HDTX PANASIA INDOSYTEC, Tbk
13 KLBF KALBE FARMA, Tbk
14 MRAT MUSTIKA RATU, Tbk
15 HEXA HEXINDO ADIPERKASA, Tbk
16 TIRA TIRA AUSTENITE, Tbk
17 TLBA TUNAS BARU LAMPUNG, Tbk
18 PSDN PRASIDHA ANEKA NIAGA, Tbk
19 SMGR SEMEN GRESIK (PERSERO), Tbk
20 STTP SIANTAR TOP, Tbk

30
Pembahasan
1. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil pengujian, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi struktur aktiva yang
menunjukkan tanda negatif. Ini berarti peningkatan nilai struktur aktiva tidak akan mendorong
peningkatan kinerja keuangan. Begitu pula sebaliknya, penurunan nilai struktur aktiva tidak akan
mendorong penurunan kinerja keuangan. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa bahwa nilai
signifikansi t-hitung lebih besar dibandingkan 0,05. Dengan demikian, pengaruh struktur aktiva terhadap
kinerja keuangan adalah tidak signifikan secara statistik. Pengujian koefisien dan berdasarkan hasil uji t
ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara laba akuntansi
terhadap kinerja keuangan.
Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa strukur aktiva mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan tidak terbukti.
2. Pengaruh Rasio Hutang terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil pengujian, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi rasio hutang yang
menunjukkan tanda negatif, ini berarti peningkatan nilai rasio hutang tidak akan mendorong peningkatan
kinerja keuangan. Begitu pula sebaliknya, penurunan nilai rasio hutang tidak akan mendorong penurunan
kinerja keuangan.
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa bahwa nilai signifikansi t-hitung lebih besar dibandingkan
0,05. Dengan demikian, pengaruh rasio hutang terhadap kinerja keuangan adalah tidak signifikan secara
statistik. Pengujian koefisien dan berdasarkan hasil uji t ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh dengan arah positif dan signifikan antara rasio hutang terhadap kinerja keuangan.
Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa rasio hutang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan tidak terbukti.
3. Pengaruh Struktur Modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil pengujian, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi struktur modal yang
menunjukkan tanda positif, ini berarti peningkatan nilai struktur modal akan mendorong peningkatan
kinerja keuangan. Begitu pula sebaliknya, penurunan nilai struktur modal akan mendorong penurunan
kinerja keuangan.
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa bahwa nilai signifikansi t-hitung lebih kecil
dibandingkan 0,05. Dengan demikian, secara statistik struktur modal mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan. Pengujian koefisien dan berdasarkan hasil uji t ini secara keseluruhan
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dengan arah positif dan signifikan antara struktur modal terhadap
kinerja keuangan. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa rasio struktur modal
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan terbukti.
4. Pengaruh Struktur Aktiva, Rasio Hutang dan Struktur Modal terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis data program SPSS yang dilihat dari Uji F, menunjukkan bahwa
struktur aktiva, rasio hutang dan struktur modal secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan.

PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor keuangan yang mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai Berikut :
1. Dalam pengujian secara parsial koefisien regresi struktur aktiva menunjukkan tanda negatif. Ini
berarti peningkatan maupun Penurunan nilai struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.

31
2. Dalam pengujian secara parsial koefisien regresi struktur hutang menunjukkan tanda negatif. Ini
berarti peningkatan maupun Penurunan nilai struktur hutang tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
3. Dalam Pengujian Secara parsial koefisien regresi struktur modal yang menunjukkan tanda positif. Ini
berarti peningkatan maupun penurunan nilai struktur modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hal ini disebabkan oleh nilai rata-rata struktur modal pada keseluruhan perusahaan yang dijadikan
sampel penelitian lebih dominan dari pada nilai rata-rata struktur aktiva dan rasio hutang.
4. Secara simultan faktor-faktor keuangan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat meng-generalisasi hasil penelitian berkaitan
dengan topik yang sama. Selain itu, penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan memperpanjang
periode penelitian dan memperbanyak variabel yang diteliti.
2. Bagi pihak manajemen perusahaan, dianggap perlu untuk melakukan pengendalian atas setiap aspek
yang menjadi pendukung keberlangsungan hidup suatu perusahaan dan memanfaatkan setiap
peluang-peluang yang ada untuk memperoleh dan meningkatkan laba atas usaha yang bertujuan agar
perusahaan mampu bertahan dalam persaingan bisnis sejenis atau bisnis yang setaranya.

DAFTAR PUSTAKA
Efandiana, Ludita. 2011. analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja intellectual capital pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Dipenogoro
Semarang. Semarang.
Harahap. 2009. analisis laporan keuangan. Blogspot. Jakarta
http://fadhilanalisis.blogspot.com/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html. di akses 30 Oktober
2013
Horngren, Charles., Harrison, Walter. 2007. pengertian akuntansi dari beberapa para ahli. Blogspot.
Jakarta
http://pengertianakuntansimenurut10paraahli.blogspot.com/2013/04/v/-
behaviorurldefaultvmlo.html. diakses 29 Oktober 2013
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Edisi pertama. Rajawali Pers. Jakarta.
Kieso, Donald., Weygandt, Jerry. 2007. Pengantar akuntansi. Salemba empat. Jakarta
Maulani, Wahyu. 2010. pengertian dan penjelasan dasar akuntansi-definisi, arti, fungsi dan kegunaan-
belajar ilmu akuntansi/accounting.organisasi.org.blogdetik. Jakarta
http://wahyumaulani.blogdetik.com/ diakses 29 oktober 2013.
Munawir. 2010. analisis laporan keuangan.blogspot. yogyakarta
http://fadhilanalisis.blogspot.com/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html. diakses 30 Oktober
2013
Noor, Syafrudin, Akhmad. 2011. analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal volume 12 no 1. Universitas
Artakusuma Pangkalan Bun. Pangkalan Bun.
Setyasih. 2009. analisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah merger dan
akuisi pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2003-2007. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Sutrisno. 2007. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi. EKPNISIA, Fakultas
Ekonomi UII. Yogyakarta.

32
ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN DI KANTOR PAJAK PRATAMA MANADO

Javier Sondakh
Jenny Morasa
Heince Wokas

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : javi.sondakh@yahoo.com

ABSTRAK

Sesuai dengan keputusan menteri keuangan falsafah pemajakan PBB No 34/PMK.03/2005


tentang pembagian hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah bahwa hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan diarahkan untuk tujuan kepentingan
masyarakat, maka hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan Negara yang harus dibagi antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam Target dan Realisasi pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang berasal dari Kantor Pelayuanan
Pajak Pratama Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
dalam kurun waktu empat tahun dari tahun 2008-2011 terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun
2009. Pada umumnya sebagian besar masyarakat sadar akan kewajibannya sebagai warga Indonesia yang
baik dan mereka sadar bahwa pajak adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah
untuk lebih baik maju dan berkembang. Juga ada sebagian kecil masyarakat tidak menyadari akan
kewajibannya sebagai wajib pajak PBB.

Kata kunci: kepatuhan wajib pajak, membayar PBB

ABSTRACT

In accordance with the decision of the finance minister 34/PMK.03/2005 UN taxation philosophy
about sharing property tax revenues between the central government and local governments that receive
the proceeds of land and building tax is directed for the purpose of public interest, then the proceeds from
the PBB constitutes acceptance of the State which must be shared between the central government and
local governments. The purpose of this study was to determine the level of tax compliance in Target and
Realization of Land and Building Tax payments. Sources of data used in this study is secondary data is
data that comes from the Tax Office Primary service Manado. The results showed that the Land and
Building Tax Revenue in theperiod of four years from 2008-2011 continued to increase except in the year
2009. In general, most people are aware of their obligations as citizens of Indonesia are good and they
are aware that taxes are a form of public participation in local development to better developed and
developing countries. Also there is a small community is not aware of its obligations as a taxpayer PBB.

Keyword: mandatory compliance tax, pay PBB

33
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pajak merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat. Tanpa adanya
masyarakat, tidak mungkin ada suatu pajak.Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat hukum. harus
dibuat menjadi sadar pajak, masyarakat juga ditanamkan Tax Discipline yang kuat, didasari dengan
kejujuran yang mantap. Namun demikian dalam pelaksanaan pemungutannya memerlukan landasan
pertimbangan keadilan dan suatu kepastian hukum yang mengikat seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
ditegaskan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 23A yang berbunyi Pajak dan pungutan yang bersifat
memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang. Untuk setiap jenis pajak selalu diatur
dengan undang-undang tersendiri.
Wajib pajak adalah Wajib pajak dikatakan patuh apabila wajib pajak tersebut dapat memenuhi
dan melaksanakan kewajiban perpajakan. Kewajiban tersebutdapat memenuhi dan melaksanakan
kewajiban perpajakan. Kewajiban perpajakan harus dilaksanakan karena kewajiban merupakan suatu
tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh semua wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak tersebut berupa :
Tepat waktu membayar pajak dan membayar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan . Pada
prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Predikat Wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang
berpredikat pembayaran pajak dalam jumlah besar , tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah
nominal setoran pajak yang dibayar kepada kas Negara. Karena, pembayaran pajak terbesar sekalipun
belum tentu memenuhi criteria sebagai wajib pajak patuh, meskipun memberikan kontribusi besar pada
Negara. Jika masih memiliki tunggakan maupun keterlambatan penyetoran pajak maka tidak dapat diberi
predikat wajib pajak patuh.
Indonesia menganut system pemungutan pajak Self Assessment yang artinya Suatu system
pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan sendiri pajak terutang dan kemudian melunasinya serta melaporkannya ke kantor
pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar (Hutagaol 2007:2).
Undang-undang yang mengatur pajak bumi dan bangunan adalah Undang-undang No.12 tahun
1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No.12 tahun 1994. Bumi dan bangunan
memberikan keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang
mempunyai hak atasnya dan memperoleh manfaat dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam PBB
adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per wilayah dan
ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam Target dan Realisasi pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pajak Pratama
Manado

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Akuntansi
Hongren et al (2007:5) Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur akuntansi bisnis,
mengolah , memproses informasi kedalam laporan-laporan dan menyampaikan hasilnya kepada pembuat
keputusan.
American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) dalam Balkaoui (2008:37)
mendefinisikan akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan
kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang
dan penginterprestasikan hasil tersebut.

34
Konsep Akuntansi Perpajakan
Soemitro (2008:10) menyatakan Pada Prinsipnya Akuntansi Perpajakan menganut konsep-konsep
akuntansi karena akumulasi transaksi selama masa suatu periode tertentu diselenggarakan dengan
pencatatan teratur dalam proses pembukuan. Tujuan pembukuan yaitu mempermudah Wajib pajak dalam
mengisi surat pemberitahuan Tahunan (SPT), mempermudah perhitungan besarnya penghasilan kena
Pajak, Penyajian Informasi tentang posisi Finansia dan hasil usaha sebagai bahan analisis maupun
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai konsep-konsep dasar akuntansi Perpajakan, yaitu :
a. Kesatuan Usaha (business entity)
b. Dasardasar pencatatan
c. Konsep periode waktu
d.Unit moneter
e. Transaksi
f. Kelangsungan Usaha (going concern)
g. Konsep Penandingan (Matching Concept)

Pengertian Pajak
Pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor public, dari
segi ekonomi. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau
kemampuan belanja (spending power) dari sektor privat. Agar tidak terjadi gangguan yang serius terhadap
jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik (Suandy
2011:1). Bagi Negara, pajak adalah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran Negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Definisi atau pengertian pajak menurut UU no 28 tahun 2009 tentang KUP pajak adalah
kontribusi wajib pajak kepada negara yang terhutang oleh pribadi/badan yang bersifat memaksa
berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak menurut Kamus Ekonomi (Sumadji, 2010:613) Tax adalah Suatu pembayaran yang
dilakukan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang dilakukan dalam hal menyelenggarakan
jasa-jasa untuk kepentingan umum.
Unsur Pajak

Unsur Pajak
Pajak memiliki unsur-unsur yakni hal-hal yang membentuknya. Mardiasmo (2009:1)
mengungkapkan unsur-unsur pajak terdiri dari:
1. Ada masyarakat
2. Ada Undang-undang
3. Ada pemungut pajak
4. Ada subjek pajak atau wajib pajak

Fungsi Pajak
Dasarnya fungsi pajak menurut Waluyo (2011:6) adalah sebagai sumber keuangan negara.
Namun ada fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu pajak sebagai fungsi mengatur. Berikut
adalah penjelasan untuk masingmasing fungsi tersebut :
1. Fungsi sumber keuangan negara (budgetair)
Fungsi sumber keuangan negara fungsi pajak untuk memasukkan uang ke kas negara atau sebagai
sumber penerimaan negara dan digunakan untuk pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun
pengeluaran pembangunan.
2. Fungsi mengatur (regularend)

35
Fungsi mengatur dimaksudkan sebagai usaha pemerintah untuk turut campur tangan dalam hal
mengatur, mengubah susunan pendapatan dan kekayaan sektor swasta.

Penggolongan Pajak
Seperti yang diungkapkan dalam Waluyo (2011:12), terdapat pengelompokan pajak, yaitu :
a. Menurut Golongannya
Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pajak langsung
2. Pajak tidak langsung
b. Pajak Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pajak subjektif (bersifat perorangan)
2. Pajak objektif (bersifat kebendaan)
c.Menurut lembaga pemungutannya
Menurut lembaga pemungutannya pajak dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pajak Negara (pajak pusat)
Pajak yang dipungut pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen
keuangan dan hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya.
a. Pajak yang dipungut oleh Dirjen Pajak :
2. Pajak Daerah
Pajak-pajak yang dipungut oleh daerah seperti Propinsi, Kabupaten maupun Kota berdasarkan
peraturan daerah masing-masing.
a. Pajak-pajak tingkat Propinsi:.
b. Pajak-pajak tingkat Kabupaten/Kota

Wajib Pajak
Pengertian Wajib Pajak
Undang-undang Republik Indonesia No.28 tahun 2009 menyatakan Wajib Pajak adalah orang
Pribadi atau badan,meliputi membayar pajak,pemotong pajak,dan pemungut pajak,yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
Markus (2009:25) mengungkapkan Wajib Pajak adalah Orang Pribadi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditententukan untuk melakukan kewajiban perpajakan ,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak Tertentu.
Wajib Pajak adalah Orang pribadi atau Badan , meliputi pembayaran pajak,pemotong pajak, dan
pemungut pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (Mardiasmo 2008:21)

Pentingnya Kepatuhan Wajib Pajak


Masalah kepatuhan Wajib Pajak adalah masalah yang penting diseluruh dunia,baik bagi Negara
maju maupun Negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan
keinginan untuk melakukan penghindaran, pengluhan dan penyelundupan pajak . Yang pada akhirnya
tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak Negara berkurang.
Wajib Pajak patuh adalah Wajib Pajak yang sadar Pajak, Paham hak dan kewajiban
perpajakannya dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar dan
paham akan hal perpajakannya.
Penyebab Wajib Pajak tidak patuh bervariasi salah satunya adalah fitrannya penghasilan yang
diperoleh Wajib Pajak utama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

36
Pajak Bumi dan Bangunan
Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah undang-undang No.12 tahun 1985
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No.12 tahun 1994.

Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan


Mardiasmo, (2009:311) menyatakan Pajak Bumi dan Bangunan memiliki arti:
Bumi adalah Permukaan bumi da tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi
tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa,tambak,perairan) serta laut Wilayah Republik
Indonesia. Bangunan adalah Konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah atau
perairan.Undang-undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 menyatakan Pajak Bumi dan Bangunan
adalah Pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki,dikuasai, atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
badan,kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,perhutanan,dan pertambangan.
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk
melaporkan data objek menurut ketentuan undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan.
Surat Pemberitahuan Pajak terutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal
pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Direktorat jenderal Pajak
menerbitkan SPPT (Surat pemberitahuan Pajak terutang) berdasarkan SPOP (Surat Pemberitahuan Objek
Pajak) Wajib Pajak .
Nilai Jual Objek Pajak
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli
secara wajar, dan bila mana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak
pengganti.
Cara Menghitung Pajak
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengkalikan tarif pajak dengan NJKP.
Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif Pajak x NJKP
= 0,5% x Presentase NJKP x (NJOP-NJOPTKP)
(Undang-undang no.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang no.12 tahun 1994.)

Penelitian Terdahulu
Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan


Peneliti/ Penelitian Penelitian
Tahun

Astuti Analisis Untuk mengetahui Analisis Target dan Penelitin ini Peneliti
(2012) tingkat tingkat Deskriptif Realisasi memiliki sebelumnya
kepatuhan kepatuhanwajib Pembayaran Pajak kesamaan tidak
wajib pajak pajakdalam Surat Bumi dan dengan penulis membahas
dalam pajak Pemberitahuan Bangunan yaitu sama- tentang
bumi dan Objek Pajak mengalami sama meneliti analisis
bangunan (SPOP),tingkat peningkatan dari tentang tingkat prospek
(studi kasus Kepatuhan wajib tahun 2010 ke kepatuhan
diwilayah pajak dalam tahun 20012. wajib pajak
kecamatan pelunasan Surat Peningkatan ini dalam Pajak
cinancang kota pemberitahuan menunjukkan Bumi dan
serang tahun pajak Terhutang tingkat kepatuhan Bangunan
2011 (SPPT) wajib pajak
semakin
meningkat dari
tahun ke tahun.

37
Analisis Untuk mengetahui Dari hasil analisis Sama-sama Peneliti
Koentarto Faktor-Faktor pengaruh faktor- Analisi faktor terbukti ada melakukan sebelumnya
(2006) yang faktor SPPT, Faktor 4 penelitian tidak
Mempengaruhi sanksi, faktor yang tentang tingkat membahas
Kepatuhan pelayanan pajak, mempengaruhi kepatuhan tentang
Masyarakat dan pendapatan kepatuhan wajib pajak analisis
Dalam Wajib masyarakat dalam Pajak prospek dan
Melakuka Pajak terhadap dalam melakukan Bumi dan menggunakan
Pembayaran kepatuhan pembayaran Pajak Bangunan analisis
(Studi Kasus masyarakat dalam Bumi dan faktor
pada membayar Pajak Bangunan dan 15
Kecamatan Bumi dan item variabel
Arust Selatan Bangunan pendukung yang
Kabupaten signifikan, yaitu
Kotawaringin Surat
Barat) Pemberitahuan
Pajak Terutang
(SPPT), pelayanan
pajak, pendapatan
Wajib Pajak dan
sanksi

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelian ini adalah penelitian deskriptif untuk memberikan gambaran cara sistematis dan
akurat mengenai fakta, sifat dari hubungan antar fenomena yang diteliti pada objek penelitian. Gambaran
yang sistematis dan akurat diperoleh dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan data sehingga akan
memberikan hasil yang konkrit pada permasalahan dan kemudian dilaksanakan analisis sehingga dapat
ditarik kesimpulan.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado yang berada di Jalan 17
Agustus Manado, Sulawesi Utara. Periode waktu penelitian dimulai dari akhir bulan Agustus sampai
dengan September 2013.

Prosedur Penelitian
Penulis melakukan kajian awal dengan melakukan studi literatur baik studi kepustakaan maupun
membaca melalui internet. Kemudian melakukan pengidentifikasian tentang masalah, merumuskannya,
menetapkan tujuan/ manfaat penelitian, kemudian membatasi masalah ke lingkup yang disesuaikan
dengan penelitian saat ini. Perancangan dan persiapan survai pada objek penelitian yang telah ditentukan,
kemudian pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Melakukan pengolahan data, membahasnya
kemudian menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran guna melengkapi penelitian.

Metode Pengumpulan Data


Jenis dan Sumber Data
Data dapat dibedakan menjadi dua jenis (Kuncoro 2006: 24) yaitu :
1. Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau data yang disajikan
secara deskriptif atau yang berbentuk uraian
2. Data kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk skala numerik (angka-angka), namun
dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar
dapat diproses

38
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang berbentuk uraian
Sumber Data dalam penelitian ini adalah
Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan dengan pihak-pihak
yang terkait. Dalam hal ini Wajib Pajak.
Data Sekunder
Merupakan data dari sumber tertulis, baik dari buku-buku literatur maupun dokumen - dokumen serta
laporan-laporan yang diperoleh dari Kantor Pajak Pratama Manado.
Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara atau Interview
b. Observasi
c. Dokumentasi
Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kuantitatif.
Analisa deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan maupun menyajikan data yang diperoleh dari
instansi dengan memberikan gambaran umum menurut apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada
pada saat melakukan penelitian. Dan untuk peramalan pada tahun 20012-2018 digunakan analisis trend.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado


Kantor Pelayanan Pajak berdiri pada tahun 1959, yang merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan
Pajak Makassar, dimana pada waktu itu menggunakan istilah Kantor Inspeksi Keuangan. Untuk daerah
Sulawesi Utara meliputi Sulut dan Sultengyang dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1969 diubah
menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan wilayah kerja meliputi Sulut dan Sulteng. Kemudian pada tanggal
1 Desember 2008, Kantor Pelayanan Pajak Manado berubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Manado yang wilayah kerjanya meliputi Kota Manado dan Kota Tomohon.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut KPP Pratama Manado berorientasi pada visi dan
misi berikut, yaitu:
Visi : Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang
efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalitas yang tinggi.
Misi : Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu
mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

Hasil Penelitian
Berikut ini data laporan Target dan Realisasi Penerimaan PBB di KPP Pratama Manado dalam 4
(empat) tahun terakhir, yaitu tahun 2008-2011 dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2Target dan Realisasi Penerimaan PBB di KPP Pratama Manado Tahun 2008-2011
Tahun/Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp)
SKB 13,324,000,000 12,723,814,000
2008
APBN 42,541,360,000 42,989,661,000
SKB 15,443,476,000 14,209,528,000
2009
APBN 41,010,216,000 41,939,281,000
SKB 16,712,282,750 20,648,085,920
2010
APBN 42,774,419,630 52,760,216,020
SKB 22,833,780,000 20,249,027,870
2011
APBN 57,049,584,510 54,668,108,610
Sumber : KPP Pratama Manado, 2013

39
Keterangan
- Des 2008 s.d Sekarang Kantor Pelayanan PBB Manado menjadi KPP pratama Manado wilayah kerja kota Manado dan
kota Tomohon
- SKB (Surat Ketetapan Bersama) = Sektor Pedesaaan dan Perkotaan APBN (Anggaran Penerimaan Belanja Negara) =
Jumlah PBB termasuk sektor SKB dan sektor P3 (Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan).

Data diatas dapat kita lihat dalam tabel 2 dimana Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP
Pratama Manado mengalami peningkatan setiap tahunnya kecuali pada tahun 2009, target yang diberikan
lebih minimal, sehingga realisasi juga tidak tercapai maksimal seperti tahun lainnya.
Tabel 3 Penerimaan PBB Berdasarkan Target dan Realisasi di KPP Pratama Manado Tahun
2008-2011

Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%)


2008 42,541,360,000 42,989,661,000 101.05%
2009 41,010,216,000 41,939,281,000 102.27%
2010 42,774,419,630 52,760,216,020 123.35%
2011 57,049,584,510 54,668,108,610 95.83%
Sumber : KPP Pratama Manado, 2013

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 Target dan Realisasi mengalami
penurunan, dimana tahun 2008 target Rp 42,541,360,000. sedangkan 2009 Rp 41,010,216,000. pada
tahun 2010 Rp 42,774,419,630. pada tahun 2011 Rp 57,049,584,510. Diantara empat tahun diatas, pada
tahun 2009 adalah tahun target yang paling rendah dibandingkan dengan tahun 2008, 2010, 2011. Dalam
tabel 4.2. dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan Pajak Bumi dan bangunan setiap tahunnya di KPP
Pratama Manado mengalami peningkatan sehingga dapat penulis simpulkan bahwa tingkat kepatuhan
masyarakat sebagai wajib pajak PBB semakin meningkat.
Faktor yang mempengaruhi WP PBB dalam membayar PBB dan usaha usaha yang dilakukan
fiskus dalam meningkatkan kepatuhan WP PBB dalam membayar PBB di Lingkungan KPP Pratama
Manado adalah tata cara pembayaran di KPP Pratama Manado atau pelaksanaan pembayaran PBB yang
mempermudah WP PBB melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga kepatuhan dan kesadaran WP
PBB yang selama ini belum sepenuhnya ber jalan dengan sempurna akan dapat diminimalisir dengan
segala kemudahan yang diberikan.

Prospek Penerimaan Pajak Bumi dan bangunan di di KPP Pratama Manado


Peramalan jumlah Pajak Bumi dan bangunan di KPP Pratama Manado pada tahun-tahun yang
akan datang, penulis menggunakan ramalan (trend). Untuk meramalkan berapa besar Pajak Bumi dan
bangunan di KPP Pratama Manado dengan menggunakan metode statistik estimating line regresi linier
sederhana yaitu Y = a + bx. Umtuk meramalkan Y, maka a dan b harus di ketahui terlebih dahulu,
dimana a adalah intercept yaitu jarak dari titik asal ke titik perpotongan antara garis regresi dengan sumbu
tegak, sedangkan b adalah koefisien arah (slope) atau koefisien regresi
Tabel 4 Analisis Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado Tahun 2008-
2011
Tahun (Xi) Jumlah PBB (Rp) (Yi) (Xi)2 (XiYi) (Rp)
2008 0 42,989,661,000 0 0
2009 1 41,939,281,000 1 41.939.281.000
2010 2 52,760,216,020 4 105.520.432.040
2011 3 54,668,108,610 9 164.004.325.830
Jumlah 6 192,357,266,630 14 396.392.980.870
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian, 20013

Sesuai dengan persamaan normal Supranto (2009 :112) adalah sebagai berikut :

40
Y = na + b Xi
Xi Yi = xa + b Xi2
Rp 192.357.266.630 = 4a + 6b 1x3
Rp 396.392.980.870 = 6a + 14b 11x2
Rp 577.071.799.890 = 12a + 18b
Rp 792.785.961.740 = 12a + 28b -
Rp 215.714.161.850 = -10b
10b = Rp 215.714.161.850
b = Rp 21.571.416.185

Koefisien b dalam hal ini dinamakan koefisien regresi kita subtitusikan b ke dalam 1 maka akan
menghasilkan
4a +6b = 192.357.266.630
4a + 6 (21.571.416.185) = 192.357.266.630
4a + 129.428.497.110 = 192.357.266.630
4a = 192.357.266.630 129.428.497.110
4a = 62.928.769.520
a = Rp 15.732.192.380
model regresi liniernya menjadi
Y = Rp 15.732.192.380 + Rp 21.571.416.185 (X)

Diketahuinya model regresi, maka dapatlah kita menaksir jumlah penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di KPP Pratama Manado yang akan datang. Misalnya untuk menaksir jumlah pajak pada tahun
2015 ( X = 7) dengan mengambil tahun 2008 sebagai tahun dasar ( X=0) di perkirakan sebagai berikut :
Tahun 2015 (X = 7)
Y = Rp 15.732.192.380 + 21.571.416.185
Y = Rp 15.732.192.380 + 21.571.416. 185(7)
Y = Rp 166.732.105.675

Jadi pada tahun 2015 jumlah Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado di perkirakan
Rp 166.732.105.675 apabila faktor-faktor lainnya tetap
Model persamaan garis linier dapat diramalkan (forcesting trend) penerimaan pajak Bumi dan
Bangunan di KPP Pratama Manado Tahun 2008 sampai 2018, dapat di lihat dalam tabel berikut :

Tabel 5 Prospek Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado Tahun
2008-2018
Tahun Xi Y I (Rp)
2008 0 42,989,661,000
2009 1 41,939,281,000
2010 2 52,760,216,020
2011 3 54,668,108,610
2012 4 78.660.961.900
2013 5 94,393,154,280
2014 6 145,160,689,490
2015 7 166.732.105.675
2016 8 172,571,329,480.
2017 9 194,142,745,665
2018 10 215,714,161,850
Sumber Data Olahan Hasil Penelitian, 20013
Trend penerimaan PBB di KPP Pratama Manado tahun 2008-2018 dapat dilihat pada gambar berikut.

41
2.5E+11
250.000.000.000

250.000.000.000
200.000.000.000
2E+11

150.000.000.000
1.5E+11

100.000.000.000
1E+11

50.000.000.000
5E+10

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
2014 2015 2016 2017 2018
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar Trend Penerimaan PBB di KPP Pratama Manado tahun 2008-2018

Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa trend penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP
Pratama Manado tahun 2009 sebesar Rp 42.989.661.000, tahun 2009 sebesar Rp 41.939.281.000, tahun
2010 sebesar Rp 52.760.216.120, tahun 2011 sebes Rp 54.668.961.900, tahun 2012 sebesar Rp
78.660.961.900, sedangkan pada tahun 2015 diprediksi sebesar Rp 166.732.105.675 dan tahun 2018
sebesar Rp 215. 714. 161.850.

PENUTUP
Kesimpulan
1. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam kurun waktu empat tahun dari tahun 2008-2011
terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2009. Namun, dari target yang di berikan
kepada KPP Pratama Manado sudah terealisasikan secara efektif.
2. Pada umumnya sebagian besar masyarakat sadar akan kewajibannya sebagai warga Indonesia
yang baik dan mereka sadar bahwa pajak adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam
pembangunan daerah untuk lebih baik maju dan berkembang.
3. Ada sebagian kecil masyarakat tidak menyadari akan kewajibannya sebagai wajib pajak PBB.
Masyarakat menganggap pembangunan daerah bukan merupakan tanggung jawab mereka dan
mereka tidak menyadari bahwa fasilitas sarana danprasarana yang mereka manfaatkan adalah
hasil dari penerimaan PBB. Sehingga masyarakat merasa tidak perlu membayar PBB.
4. Prospek penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado tahun 2009 sebesar Rp
42.989.661.000, tahun 2009 sebesar Rp 41.939.281.000, tahun 2010 sebesar Rp 52.760.216.120,
tahun 2011 sebes Rp 54.668.961.900, tahun 2012 sebesar Rp 78.660.961.900, sedangkan pada
tahun 2015 diprediksi sebesar Rp 166.732.105.675 dan tahun 2018 sebesar Rp 215. 714.
161.850.

Saran
1. Tata cara pembayaran sudah bagus, jadi harus tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan seperti
kolektor atau petugas pemungut pajak harus lebih aktif dalam memungut PBB.

42
2. Bagi wajib pajak yang masih tidak sadar akan kewajibannya dalam membayar PBB sebaiknya
harus melaksanakan pembayaran PBB guna untuk memajukan dan mengembangkan
pembangunan daerah yang bersangkutan.
3. Hendaknya fiskus dan instansi terkait harus meningkatkan pelayanannya dan lebih mendekatkan
diri kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa bahwa pajak bukan merupakan suatu beban
tetapi kewajiban yang memang harus dipenuhi.
4. Wajib Pajak tetap harus berperan aktif sesuai dengan sistem perpajakannya yang berlaku yakni
sistem self assessmentyaitu wajib pajak harus mengisi sendiri SPOP untuk mendaftarkan tanah
atau bangunannya sebagai objek pajak.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Puji. 2012. Analisisi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Studi kasus di Wilayah Kecamatan Cinancang Kota Serang Tahun 2011. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim .Serang. Www.gopdfs.com/jurnal-kepatuhan wajib pajak. Diakses 2
Mei 2013.
Balkaoui, Ahmed Riahi. 2008. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Hutagaol, John.2007. Perpajakan. Graha Ilmu. Jakarta
Hongren.,Horizon.,Bamber 2007. Accounting, Fifth Edition, Prentice Hall International. Jakarta
Koentarto, Ilham 2006 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Dalam Melakuka
Pembayaran (Studi Kasus pada Kecamatan Arust Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat). Skripsi
Universitas Brawijaya. Malang www.jobscholarship.com/.../jurnal- kepatuhan-wajib pajak bumi dan
bangunan. Diakses 2 Mei 2013
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Mardiasmo.2008. Perpajakan, Edisi Revisi 2008. Andi. Jakarta.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan, Edisi Revisi 2009. Andi. Jakarta.
Markus, Muda. 2009.Perpajakan Indonesia.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak.Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan. Jakarta
-----------------------. Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah.
Jakarta
Suandy.2009. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Grafindo Persada. Jakarta.
Supranto. 2009. The Power of Statistics. Salemba Empat. Jakarta
Sumadji. 2010. Akuntansi Perpajakan. LPMB/STEI. Ciledug
Soemitro.2008.Akuntansi Pajak, Edisi Revisi. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.
Waluyo.2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10 buku 2.Salemba Empat. Jakarta.

43
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA
DISTRIBUTOR UNILEVER INDONESIA AREA MANADO

Jones H. Yr Pondaag
David Paul Elia Saerang
Dhullo Affandi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : pondaagjones@yahoo.com

ABSTRAK

Sistem pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menjalankan
kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya, kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat
fatal bagi perusahaan, misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan pengumpulan dan
penagihan piutang. Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas
sistem pengendalian internal piutang pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado. Metode analisis yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif, dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang
diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap yang menggambarkan tentang bagaimana
pengendalian internal piutang di Distributor Unilever Indonesia Area Manado. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Sistem Pengendalian Internal Piutang Di Distributor Unilever Indonesia Area Manado telah berjalan cukup baik.
Distributor ini memiliki beberapa kebijakan dalam pemberian piutang. Akan tetapi mereka tidak memberikan
jaminan apapun kepada pelanggan yang ingin memperoleh kredit. Dan di distributor ini pemberian piutang kepada
pelanggan hanya berdasarkan kepercayaan dan berdasar atas masukan dari para sales. Kelemahan ini coba
diantisipasi dengan giatnya para sales dalam menagih piutang kepada pelanggan mereka sebelum jatuh tempo.
Kata kunci : piutang, sistem pengendalian internal, piutang tak tertagih

ABSTRACT
Good receivable control system willAffectthecompany's successincarryingout thesaleoncredit policy.
Likewise, failure of receivable controlcan be fatalfor the company, for example,manydoubtfulreceivablesbecause
weakpolicies of collection and accounts receivablecollection. Purpose which beachieved in this studywas
toanalyzethe effectiveness ofthe internal controlsystemof receivable at Indonesian Distributor of Unilever in
Manado Area. The analytical method usedis descriptive analysis method, tocollect, process, andinterpretthe data
obtainedso as to givea true andcompletestatementdescribinghowinternal controlof receivable at Indonesian
Distributor of Unilever in Manado Area. The results showedthat theInternalControlSystemof
ReceivableatIndonesian Distributor of Unilever in Manado Areahas beengoing good enough.
Thisdistributorhasseveralpoliciesin the provision ofreceivables. Buttheydo notgiveanyguaranteeto
customerswhowant to havecredit. Andintheprovision ofdistributoraccountsto customersbased on
trustandonlybasedon inputsfromthesales. This shortcomingtryanticipatedbyloyalsales forceincollecting accounts
receivableto their customersbefore maturity.
Keywords :receivable, internal control system, doubtful receivable

44
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketika melaksanakan kegiatannya, setiap perusahaan yang berorientasi pada laba berusaha agar semua
sumber daya yang ada dalam perusahaan digunakan seefisien mungkin agar perusahaan tersebut dapat terus
bertahan dan berkembang. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pimpinan perusahaan harus selalu
mengusahakan agar perusahaan berjalan sesuai dengan pola kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, pimpinan perusahaan memerlukan informasi yang terus-menerus sehingga
keputusan-keputusan yang dihasilkan harus didasarkan atas data-data yang tepat, akurat, dan berkualitas. Guna
mengatasi masalah-masalah yang semakin rumit dan kompleks, maka diperlukan suatu pengendalian intern guna
pengawasan terhadap semua aktivitas yang ada dalam perusahaan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan baik
apabila di dalamnya telah menggambarkan sistem pengendalian intern yang diterapkan untuk menjaga kekayaan
dan catatan perusahaan, mengecek ketelitan dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta mematuhi
kebijakan manajemen. Secara umum piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara
kredit. Ditengah persaingan bisnis yang ketat perusahaan dituntut untuk mampu meraih posisi pasar, sehingga
perusahaan perlu melakukan strategi penjualan secara kredit, agar jumlah penjualan meningkat. Namun,
konsekuensi dari kebijakan tersebut dapat menimbulkan peningkatan jumlah piutang, piutang tak tertagih dan
biaya-biaya lainnya yang muncul seiring dengan peningkatan jumlah piutang. Piutang merupakan salah satu jenis
aktiva lancar yang tercantum dalam neraca. Untuk itu pengelolaan piutang memerlukan perencanaan yang matang,
mulai dari penjualan kredit yang menimbulkan piutang sampai menjadi kas. Investasi yang terlalu besar dalam
piutang bisa menimbulkan kecil atau lambatnya perputaran modal kerja, sehingga semakin kecil pula kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Akibatnya semakin kecilnya kesempatan yang dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Peningkatan piutang yang diiringi oleh meningkatnya
piutang tak tertagih perlu mendapat perhatian. Untuk itu sebelum suatu perusahaan memutuskan melakukan
penjualan kredit, maka terlebih dahulu diperhitungkan mengenai jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang,
syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan, kemungkinan kerugian piutang (piutang tak tertagih) dan biaya-
biaya yang akan timbul dalam menangani piutang. Oleh karena itu, pengendalian terhadap piutang merupakan
sesuatu yang mutlak dilakukan oleh perusahaan. Sistem pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi
keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya,
kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan, misalnya banyak piutang yang tak
tertagih karena lemahnya kebijakan pengumpulan dan penagihan piutang. Unilever merupakan sebuah perusahaan
multinasional yang memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Unilever memiliki
beberapa cabang di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, unilever didirikan pada 5 desember 1933 dengan nama
Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT. Lever Brothers Indonesia, dan
pada 30 juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia Tbk. Di Indonesia, Unilever bergerak
dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur, dan makanan yang terbuat dari susu, es krim,
makanan dan minuman dari teh, produk-produk kosmetik, dan produk rumah tangga. Untuk Distributor Unilever,
piutang memegang peranan penting dalam penjualan produk-produk yang mereka jual. Nilai piutang yang terjadi
di Distributor ini cukup besar. Meskipun hanya sekitar 10% dari total pelanggan yang membeli secara kredit di
Distributor ini, nilai penjualan yang berasal dari piutang lebih besar daripada penjualan secara tunai. Oleh karena
itu piutang ini memiliki peranan yang sangat penting atas penjualan di Distributor ini. Untuk menjaga agar piutang
ini aman, maka perusahaan haruslah memiliki pengendalian internal piutang yang baik.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas sistem pengendalian internal piutang pada Distributor
Unilever Indonesia Area Manado.

45
TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan berorientasi pada pelaporan pihak eksternal. Beragamnya pihak eksternal dengan tujuan
spesifik bagi masing-masing pihak membuat pihak penyusun pelaporan keuangan menggunakan prinsip dan
asumsi-asumsi dalam proses penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan dari akuntansi
keuangan berupa laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement). Laporan keuangan
bertujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
laporan pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun berdasarkan data dan informasi yang
telah terjadi sehingga lebih berorientasi pada data historis (Martani, dkk. 2012: 8).

Laporan keuangan yang disajikan kepada pemakai eksternal biasanya memang jauh lebih ringkas daripada
informasi yang dilaporkan untuk kepentingan internal. Dapat dipahami, perusahaan tidak ingin menungkap secara
terperinci masalah keuangan internal perusahaan kepada pihak luar. Laporan internal cenderung memiliki lebih
banyak kategori pendapatan dan beban, yang biasanya dikelompokkan sepanjang lini pertanggungjawaban. Rincian
ini memungkinkan manajemen puncak untuk menilai kinerja para stafnya (Hery, 2009: 2).

Sistem Informasi Akuntansi

Sebuah sistem akuntansi dirancang untuk menunjukkan kenaikan ataupun penurunan saldo masing-masing
komponen laporan keuangan. Kenaikan ataupun penurunan saldo ini haruslah dicatat secara terperinci dan terpisah
untuk setiap komponen laporan keuangan. Catatan akuntansi yang terperinci dan terpisah inilah yang dinamakan
sebagai akun (perkiraan). Jadi, akun adalah catatan akuntansi mengenai kenaikan atau penurunan saldo dari masing-
masing aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Daftar yang memuat mengenai keseluruhan kode (nomor) dan nama akun
disebut bagan perkiraan (chart of accounts). Kode dan nama akun yang terdapat di dalam daftar merupakan kode
dan nama akun yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mencatat dan mengklasifikasikan setiap transaksi bisnis
(peristiwa ekonomi) yang terjadi (Hery, 2009:58-59).

Piutang

Piutang dagang (Accounts Receivable atau Trade Receivable) merupakan tagihan yang timbul atau
diperoleh karena adanya kegiatan penjualan barang atau jasa secara kredit (tidak tunai).Piutang dagang timbul dari
penjualan kredit barang atau Jasa yang merupakan usaha pokok perusahaan. Bila piutang timbul dari penjualan
asset perusahaan, pemberian pinjaman kepada pihak tertentu maka piutang tersebut tidak termasuk golongan
piutang dagang.Adalah suatu kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan
pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk
memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan.
Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit.Sisi lain dari penjualan kredit adalah timbulnya
piutang. Piutang merupakan klaim (hak untuk mendapatkan) uang dari entitas lain. Ini berarti perusahaan
mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat
menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia
berpiutang. Oleh karena adanya manfaat (dalam bentuk diterimanya uang tunai, aktiva lain, atau jasa) yang
diharapkan dapat diperoleh di masa datang, maka piutang dianggap sebagai aktiva.Piutang pada umumnya dapat
dikelompokkan menjadi piutang dagang dan piutang lain-lain. Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa
yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang dagang atau piutang usaha (trade receivable).
Disamping piutang dagang, terdapat piutang-piutang jenis lain misalnya piutang pegawai, piutang bunga, piutang
dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan lain-lain (Sumarsan,2011: 338).

Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang dan piutang lain-lain. Piutang yang
berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang dagang
atau piutang usaha (trade receivable). Disamping piutang dagang, terdapat piutang-piutang jenis lain misalnya

46
piutang pegawai, piutang bunga, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan lain-lain
(Soemarso,2009: 338).

Ada tiga cara pengelompokkan piutang. Pertama, piutang dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang
dan piutang wesel. Piutang dagang tercipta sebagai akibat dari penjualan kredit tanpa dukungan dokumen formal.
Piutang wesel merupakan janji tertulis (dalam sebuah dokumen formal) untuk membayar sejumlah uang, disebut
pokok, pada satu tanggal tertentu di masa yang akan datang, dikenal dengan istilah tanggal jatuh tempo, dan
sejumlah bunga pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Bunga merupakan jumlah yang dibebankan atas
penggunaan pokok pinjaman.Kedua, piutang dapat dikelompokkan sebagai piutang dagang dan piutang non
dagang. Piutang dagang merupakan piutang yang timbul dalam operasi normal suatu kegiatan bisnis pada saat
terjadi penjualan barang dagangan secara kredit. Piutang non dagang muncul dari transaksi selain penjualan barang
atau jasa. Sebagai contoh, jika seorang manajer keuangan memberi pinjaman uang kepada orang lain dalam
perusahaan tersebut, maka pinjaman tersebut akan dikelompokkan sebagai piutang non dagang.Ketiga, dalam
neraca, piutang juga dapat diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan piutang tidak lancar (piutang jangka pendek
dan piutang jangka panjang), tergantung pada kapan kas diharapkan dapat tertagih (Libby, et al.2008: 288).

Beberapa masalah dasar dalam akuntansi untuk piutang usaha yaitu:

1. Pengakuan piutang usaha

Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran diantara kedua
belah pihak. Harga pertukaran adalah jumlah yang terhutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan
umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur.

2. Penilaian piutang usaha

Pelaporan piutang melibatkan klasifikasi dan penilaian dalam neraca. Klasifikasi, melibatkan penentuan
lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Piutang yang diperkirakan akan tertagih dalam satu tahun atau satu
siklus operasitergantung mana yang lebih panjangdiklasifikasikan sebagai lancar; sementara semua piutang
lainnya diklasifikasikan sebagai jangka panjang. Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Piutang jangka pendek
dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih (jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas),
yang tidak selalu berupa jumlah yang secara resmi merupakan piutang. Penentuan nilai realisasi bersih memerlukan
estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan pengurangan harga yang diberikan.

3. Disposisi piutang usaha

Dalam peristiwa yang normal, piutang usaha dan wesel tagih dapat ditagih pada saat jatuh tempo dan
dikeluarkan dari pembukuan. Namun, seiring dengan meningkatnya ukuran dan signifikansi dari penjualan kredit
dan piutang peristiwa yang normal ini telah berubah. Dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari piutang,
pemilik dapat mentransfer piutang usaha kepada perusahaan lainnya secara tunai (Kieso, et al. 2008 : 348).

Pengendalian Internal

Setiap perusahaan pasti menghendaki adanya keamanan pada harta kekayaannya, menginginkan laba yang
memadai dan akhirnya kelangsungan dan perkembangan usaha. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus
meyakinkan bahwa kondisi internal perusahaan mampu memberikan jaminan bahwa kekayaan pemilik perusahaan
terjaga dari kemungkinan kecurangan yang merugikan pemilik perusahaan. Selain itu, pemilik juga menginginkan
adanya informasi keuangan dari manajemen yang dapat dipercaya.Agar tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai, maka
perlu adanya suatu sistem pengendalian internal yang memadai. Pengendalian internal mempunyai pengertian
penyusunan organisasi, serta penerapan metode-metode untuk menjaga harta milik perusahaan, meyakinkan bahwa
catatan-catatan akuntansi dapat dipercaya, efisiensi operasi bisa dijaga, dan kebijakan manajemen ditaati oleh
karyawan.

47
Pada dasarnya pengendalian intern dibagi menjadi dua, yaitu pengendalian internal akuntansi dan pengendalian
internal administrasi. Pengendalian internal administrasi mempunyai tujuan meningkatkan efisiensi operasi dan
meyakinkan bahwa kebijakan manajemen ditaati karyawan. Sedangkan pengendalian internal akuntansi mempunyai
tujuan agar harta milik perusahaan bisa terjaga dari kecurangan dan agar catatan-catatan akuntasi dapat dipercaya
(Tjahjono, 2009: 2).

Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal yang
efektif:

1. Reliabilitas pelaporan keuangan

Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para investor, kreditor, dan pemakai
lainnya. Manajemen memikul baik tanggung jawab hukum maupun profesional untuk memastikan bahwa informasi
telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab
pelaporan keuangan tersebut.

2. Efisiensi dan efektifitas operasi

Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif untuk
mengoptimalkan sasaran sasaran perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh
informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan
keputusan.

3. Ketaatan pada hukum dan peraturan

Section 404 (SOX) mengharuskan semua perusahaan publik mengeluarkan laporan tentang keefektifan
pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Selain mematuhi ketentuan hukum dalam Section 404
(SOX), organisasi organisasi publik, nonpublik, dan nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan
(Arens, et al. 2008: 370).

Sistem pengendalian internal perusahaan pada umumnya dirancang untuk memberikan jaminan yang
memadai bahwa aktiva perusahaan telah diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat
diandalkan.Faktor manusia adalah faktor yang sangat penting dalam setiap pelaksanaan sistem pengendalian
internal. Sebuah sistem pengendalian yang baik dapat menjadi tidak efektif karena adanya karyawan yang
kelelahan, ceroboh, atau bersikap acuh tak acuh. Demikian juga halnya dengan kolusi, dimana kolusi ini secara
signifikan dapat mengurangi keefektifan sebuah sistem dan mengeliminasi proteksi yang ditawarkan dari pemisahan
tugas (Hery, 2008:165).

Pengendalian Internal Piutang

Dalam fungsi akuntansi, fungsi yang berhubungan harus dipisahkan. Dengan demikian maka pekerjaan
seorang karyawan dapat berfungsi sebagai alat kontrol bagi pekerjaan karyawan lainnya. Contoh, tanggung jawab
untuk melakukan pembukuan buku pembantu piutang harus dipisahkan dari pembukuan buku besar piutang.
Pekerjaan petugas pembukuan buku pembantu piutang dapat dicek dengan menjumlahkan total saldo rekening
masing-masing individu (pelanggan) dalam buku pembantu piutang dan membandingkan dengan rekening buku
besar piutang yang dikerjakan oleh petugas pembukuan buku besar piutang.

Pengendalian pada piutang dagang dimulai dari pengesahan penjualan kredit oleh manajer perusahaan
yang diberi otorisasi. Prosedur pemberian persetujuan penjualan kredit dilakukan oleh departemen kredit
perusahaan. Selain itu prosedur untuk mengotorisasi penyesuaian piutang seperti retur penjualan dan potongan
penjualan harus diatur. Prosedur penagihan piutang juga harus dibuat untuk memastikan piutang ditagih tepat
waktu dan untuk meminimalkan kemungkinan kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih.Kalau kita berbicara

48
mengenai pengendalian internal atas piutang usaha, maka sesungguhnya yang menjadi pusat perhatian adalah
bagaimana pengemanan yang efisien dan efektif dilakukan atas piutang usaha, baik dari segi pengamanan atas
perolehan fisik kas, pemisahan tugas (termasuk masalah otorisasi persetujuan kredit), sampai pada tersedianya data
catatan akuntansi yang akurat.

Setiap pengajuan kredit yang dilakukan oleh calon pembeli haruslah diuji atau dievaluasi terlebih dahulu
kelayakan kreditnya. Bagian penjualan tidak boleh merangkap bagian kredit. Persetujuan pemberian kredit hanya
boleh dilakukan oleh manajer kredit. Manajer penjualan tidaklah memiliki otorisasi atau wewenang untuk
menyetujui proposal kredit pelanggan. Apabila bagian penjualan merangkap bagian kredit, maka dikhawatirkan
seluruh proposal kredit yang diajukan calon pembeli akan langsung disetujui tanpa adanya evaluasi terlebih
dahulu. Dalam hal ini, kemungkinan besar risiko akan muncul terutama terhadap calon pembeli dengan peringkat
kredit yang buruk. Dalam praktik, ketiadaan pemisah tugas antara fungsi penjualan dengan fungsi kredit, ditambah
lagi dengan kurang tepatnya dasar penghitungan komisi, seringkali menimbulkan peluang terjadinya tindakan
kecurangan. Tidak mustahil, karyawan bagian penjualan akan berusaha memperbesar komisi penjualan dengan
cara yang tidak benar; dimana oknum bagian penjualan akan membuat seolah-olah penjualan barang dagangan ke
pelanggan sungguhan terjadi, padahal penjualan tersebut dilakukan secara fiktif (barang tidak dijual ke pelanggan
sungguhan namun disembunyika). Nanti, begitu komisi diperoleh, oknum karyawan tadi akan mengembalikan
barang yang telah disembunyikan, seolah-olah telah terjadi retur dari pembeli.

Seperti kita ketahui, penerapan pengendalian internal memang tidak terlepas dari biaya-biaya tambahan
yang harus dikorbankan perusahaan. Dalam hal ini, ingat kembali bahwa perusahaan pada dasarnya harus
mempertimbangkan atau membandingkan antara besarnya biaya tambahan yang akan dikeluarkan (dalam rangka
efektifnya pemisahan tugas) dengan manfaat yang akan diperoleh. Atas dasar pertimbangan cost dan benefit tadi,
apabila perusahaan pada akhirnya lebih memilih untuk merangkap kedua fungsi (antara fungsi penjualan kredit
dengan fungsi penjualan), maka dasar penghitungan komisi haruslah berdasarkan pada tingkat kolektibilitas
piutang, bukan omset penjualan. Artinya, komisi penjualan akan dihitung berdasarkan pada besarnya piutang usaha
(yang ditimbulkan dari penjualan kredit) yang telah berhasil ditagih atau dikonversi menjadi uang kas.

Akan tetapi, secara normatif, jika kita berbicara mengenai pemisahan tugas (dalam kaitannya dengan
pengendalian internal atas piutang usaha) maka harus adanya pemisahan fungsi antara bagian persetujuan kredit,
bagian penjualan, bagian pencatatan (akuntansi), dan bagian penagihan. Fungsi persetujuan kredit dan fungsi
pembukuan memegang peranan sebagai pengecek keabsahan penjualan. Karyawan yang menangani pencatatan
piutang usaha tidak boleh ikut terlibat dalam aktivitas penagihan (Hery, 2009: 269-270).

49
Penelitian Terdahulu

Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Nama/tahun Judul Tujuan Analisis Hasil Persamaan Perbedaan


Setiawan/ Analisis Untuk Regresi Variabel yagn Setiawan Kedua penelitian
2008 Pengaruh mengetahui Linier digunakan sebagai mengambil data ini menggunakan
Manajemen pengaruh Berganda pengukur manajemen dari perusahaan piutang sebagai
Piutang Dan manajemen piutang adalah manufaktur yang subjek penelitian
Persediaan piutang dan perputaran piutang listing di Jakarta
Terhadap persediaan sedangkan variabel Islamic Index.
Profitabilitas terhadap yang digunakan Sedangkan
Perusahaan peningkatan sebagai pengukur penelitian ini
Manufaktur profitabilitas manajemen mengambil data
Yang Listing Di perusahaan persediaan adalah di Distributor
Jakarta Islamic perputaran Unilever Manado
Index Tahun persediaan.Sedangkan
2001-2006 profitabilitas diwakili
oleh rasio
profitabilitas yaitu
return on
investment.Populasi
dalam penelitian ini
adalah 12 perusahaan
manufaktur yang
listing di Jakarta
Islamic Index selama
2001-2006
Wicaksana/ Analisis Untuk Analisis Per Hasil dari penelitian Wicaksana Kedua penelitian
2010 Pengaruh mengetahui Komponen, ini menunjukkan menggunakan ini menggunakan
Pengendalian pengaruh Analisis bahwa berdasarkan analisis per data primer dan
Piutang Terhadap pengendalian Trend, analisis terhadap komponen, data sekunder.
Efektivitas Arus piutang Analisis sistem manajemen analisis trend,
Kas (Studi Kasus terhadap Cash piutang yang analisis cash
pada PT. Z) efektivitas Conversion dilakukan, PT. Z telah conversion cycle,
arus kas Cycle, Dan melakukan proses dan analisis rasio
perusahaan Analisis manajemen, keuangan.
Rasio pengelolaan, dan Sedangkan
Keuangan pengendalian piutang penelitian ini
berdasarkan SOP menggunakan
(Standard Operation analisis deskriptif
Procedure) yang telah
ditetapkan oleh
perusahaan, namun
dalam
pelaksanaannya
masih terdapat
beberapa hal yang
tidak sesuai dengan
SOP.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi Evaluasi Sistem Pengendalian Internal
Piutang pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu
penelitian dengan mengumpulkan data-data yang menggambarkan seluruh kegiatan berdasarkan fakta yang ada lalu

50
mengolah dan menganalisa data kemudian menarik kesimpulan serta menginter-pretasikannya.Dalam pembahasan
ini diperlukan data yang dapat mendukung pemecahan masalah yang ada. Jenis data yang digunakan adalah data
kualitatif yaitu berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan kebijakan akuntansi yang
diberlakukan dalam perusahaan serta informasi yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini (Sugiyono, 2011 :
8)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Distributor Unilever Indonesia Area Manado, yang berlokasi di Kairagi. Waktu
penelitian yaitu pada Bulan Februari-Maret tahun 2013.

Prosedur Penelitian

Penelitian diawali dengan mewawancarai Manajemen Operasional yang bertanggung jawab atas jalannya
operasional perusahaan. Manajemen Operasional kemudian memberikan data-data yang diperlukan.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian lapangan, merupakan penelitian langsung yang dilakukan pada perusahaan bersangkutan, dimana
data-data yang diambil sebagian besar diperoleh dari hasil wawancara dengan manajemen perusahaan dan
melalui daftar pertanyaan (kusioner).

2. Penelitian dokumentasi, penelitian ini menggunakan data-data yang diperoleh dari dokumentasi perusahaan
yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif yang mengevaluasi karakteristik transaksi
piutang dagang dan pencatatnnya pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado.Adapun teknik analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mempelajari prosedur-prosedur yang ada dalam penjualan produk-produk perusahaan.

2. Mempelajari sistem dan prosedur pencatatan piutang di perusahaan.

3. Melakukan evaluasi terhadap piutang di perusahaan.

4. Menarik kesimpulan serta saran mengenai hasil evaluasi terhadap transaksi piutang dagang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sistem dan Prosedur Penjualan Kredit

Pemberian kredit untuk konsumen ditangani oleh para sales. Akan tetapi, para sales harus meminta
persetujuan dari supervisor sales bilamana konsumen tersebut layak diberikan kredit atau tidak. Supervisor sales
kemudian menganalisis konsumen mana yang layak diberikan kredit dan mana yang tidak layak.

51
Gambar 1 Flowchart sistem dan prosedur penjualan kredit

Taking Order Order Orderan


sales konsumen sales akuntansi
Alat Membuat
Aplikasi Faktur

Mengeluarkan

1
2 1
3 2
3 faktur
faktur faktur

Menyerahkan mengeluarkan
gudang sales
sales
Faktur no.3 barang

menyerahkan

barang
1
faktur

konsumen

Sumber: Distributor Unilever Manado (olahan 2013)

Prosedur penjualan kredit di distributor ini dimulai ketika sales melakukan Taking Order (TO) kepada para
konsumen. Sales bertanya kepada pihak toko atau outlet produk-produk apa yang akan dipesan untuk dibeli. Setiap
sales selalu membawa sebuah alat aplikasi yang terhubung dengan bagian gudang. Apabila konsumen ingin
memesan suatu barang, sales akan mengecek barang tersebut lewat alat yang mereka bawa. Mereka dapat
mengetahui lewat alat tersebut bilamana persediaan barang yang dipesan masih tersedia di gudang atau sudah
habis.Setelah konsumen selesai memesan barang, sales akan kembali ke distributor untuk membuat faktur
berdasarkan jumlah barang yang telah dipesan oleh konsumen yang telah dimasukkan ke dalam alat tersebut.
Bagian akuntansi mengeluarkan faktur 3 rangkap yang nantinya akan dibawa ke toko-toko yang telah memesan
barang tersebut.

Faktur penjualan rangkap ketiga kemudian diberikan kepada bagian gudang untuk mengangkut barang yang
telah dipesan dan dimasukkan ke dalam mobil pengangkut untuk dibawa kepada konsumen yang telah memesan
barang tersebut sebelumnya. Setelah barang tiba pada konsumen, konsumen mengecek apakah barang-barang yang
dibawa sesuai dengan faktur atau tidak. Jika telah sesuai, faktur rangkap pertama ditahan oleh konsumen, dan faktur
rangkap kedua dipegang oleh sales untuk diberikan ke bagian kasir untuk mencatat terjadinya transaksi penjualan
kedit.

Bagian akuntansi mencatat transaksi piutang dengan akun sebagai berikut:

4 April 2013 Piutang Rp xxx

Penjualan Rp xxx

52
Kemudian bagian akuntansi membuat rekap tagihan selama seminggu untuk ditagih pada saat jatuh
tempo.Jika ada konsumen yang akan mengajukan kredit langsung ke pihak distributor, konsumen harus bertemu
dengan sales terebih dahulu. Sales yang nantinya akan pergi ke bagian akuntansi dan bagian akuntansi akan
mengeluarkan faktur berdasarkan jumlah barang yang telah dipesan oleh konsumen. Faktur rangkap ketiga
diberikan ke bagian gudang untuk mengeluarkan barang-barang yang telah dipesan. Sales kemudian menyerahkan
barang-barang tersebut kepada konsumen beserta faktur rangkap pertama sebagai bukti kredit dan faktur rangkap
kedua dipegang oleh sales sebagai bukti pada waktu penagihan kredit.

Sistem dan Prosedur Penagihan dan Penerimaan Kas

Sistem dan prosedur penagihan piutang di distributor unilever adalah sebagai berikut:

Gambar 2 Flowchart Sistem dan Prosedur Penagihan

2 1
faktur faktur
Melakukan pembayaran
Tunai/Cek/
Penagihan melalui BG
sales konsumen

Faktur dengan Cap Lunas

2
faktur Untuk
Akuntansi
Pencatatan
sales

Sumber: Distributor Unilever Manado (olahan 2013)

Pada saat jatuh tempo pembayaran, para sales akan pergi ke konsumen untuk melakukan penagihan. Sales
membawa faktur rangkap kedua yang dipegang sebagai bukti penagihan. Pembayaran yang dilakukan oleh
konsumen seringkali lewat beberapa cara. Konsumen dapat membayar secara tunai atau dengan uang cash, mereka
juga dapat membayar melalui Cek atau BG (Bilyet Giro). Pembayaran melalui BG harus mengikuti tanggal jatuh
tempo atau umur piutang. Sehingga sales dapat mengambil atau memindahbukukan BG tersebut ke rekening
Distributor pada saat jatuh tempo.

Setelah konsumen melunasi piutang mereka, sales membawa bukti pembayaran, berupa faktur yang telah di
tandai atau di cap Lunas oleh sales itu sendiri. Setelah pelunasan, bagian akuntansi mencatat pelunasan piutang
dengan akun sebagai berikut:

11 April 2013 Kas Rp xxx

Piutang Rp xxx

Sistem dan Prosedur Penghapusan Piutang

Pihak distributor sangat jarang dalam melakukan penghapusan piutang, karena sangat jarang terjadi
kerugian akibat piutang tak tertagih di Distributor Unilever Area Manado ini. Akan tetapi distributor ini
menggunakan metode penghapusan langsung apabila terjadi kerugian piutang. Mereka memiliki batas waktu yang
cukup lama, yaitu 1 tahun untuk menentukan apakah piutang tersebut sudah tidak akan terbayar atau terjadi

53
kerugian piutang. Setelah batas waktu yang ditentukan telah lewat, bagian akuntansi akan melakukan penghapusan
terhadap piutang yang tak tertagih.

Contoh pencatatan penghapusan piutang adalah sebagai berikut:

Beban Piutang Tak Tertagih Rp xxx

Piutang Usaha Rp xxx

PENUTUP

Kesimpulan

1. Piutang di Distributor Unilever Area Manado sudah cukup memadai meskipun tidak memiliki jaminan atas
piutang mereka. Karena berdasarkan penjelasan dari para ahli, piutang usaha tidak memiliki dukungan dari
dokumen formal atau jaminan sehingga distributor hanya mengandalkan kepercayaan mereka terhadap
pelanggan.
2. Sistem dan prosedur penjualan kredit di distributor unilever ini cukup memadai karena sistem penjualan kredit
yang mereka terapkan berdasarkan sistem penjualan kredit seperti pada umumnya. Hanya saja mereka harus
memiliki departemen kredit untuk tujuan memverifikasi kelayakan pemberian kredit kepada pelanggan.
3. Sistem penagihan disini belum cukup memadai, karena mereka tidak memiliki penagih yang berfungsi untuk
menagih piutang mereka yang telah jatuh tempo. Mereka hanya mengandalkan sales mereka dalam hal
penagihan piutang.
4. Sistem penerimaan kas distributor ini sudah cukup memadai meskipun tidak memiliki kuitansi sebagai bukti
pelunasan atau telah diterimanya pembayaran dari pelanggan. Akan tetapi, distributor mengakalinya dengan
meminta tanda tangan atau cap dari pelanggan sebagai bukti pembayaran atau pelunasan piutang.
5. Metode penghapusan langsung yang diterapkan oleh distributor tidak memadai untuk perusahaan dengan skala
penjualan relatif besar seperti mereka. Karena menurut Standar Akuntansi Keuangan yang ada, perusahaan
dengan skala penjualan yang besar seharusnya menggunakan metode pencadangan untuk mengestimasi piutang
mereka yang berpotensi terjadi kerugian piutang.

Saran

1. Distributor sebaiknya menggunakan jaminan untuk melindungi piutang mereka dari kemungkinan
terjadinya kerugian piutang.
2. Distributor sebaiknya membuat departemen kredit yang berfungsi sebagai pihak yang melakukan
verifikasi atas kelayakan pemberian kredit bagi pelanggan.
3. Distributor harus memiliki fungsi penagihan sebagai pihak yang melakukan penagihan pada saat
piutang telah jatuh tempo, sehingga dapat meringankan tugas dari para sales.
4. Distributor bisa mempertimbangkan untuk menggunakan kuitansi sebagai bukti yang kuat atas
pelunasan pembayaran piutang dari pelanggan dan bukti untuk pencatatan penerimaan kas.
5. Pihak distributor harusnya menggunakan metode pencadangan piutang untuk mengestimasi piutang
usahanya yang memiliki resiko terjadinya kerugian piutang.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasley, MarkS. (Alih bahasa oleh Gina Gania). 2008.Auditing dan Jasa
Assurance.Jilid 1. Edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta.
Hery. 2008.Pengantar Akuntansi 1. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

54
____. 2009.Akuntansi Keuangan Menengah I. Edisi 1. Cetakan Pertama. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., Warfield, Terry D. (Alih bahasa oleh Emil Salim SE). 2008.Akuntansi
Intermediate. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta.
Libby, Robert., Libby, Patricia A.,Short, Daniel G. (alih bahasa oleh J. Agus Seputro). 2008.Akuntansi Keuangan.
Andi. Yogyakarta.
Martani, Dwi., Veronica, Silvya NPS., Wardhani, R.,Farahmita, A., Tanujaya, E. 2012.Akuntansi Keuangan
Menengah Berbasis PSAK.Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
Setiawan. 2008. Analisis Pengaruh Manajemen Piutang dan Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Manufaktur Yang Listing Di Jakarta Islamic Index tahun 2001-2006. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga.
Yogyakarta. http://digilib.uin-suka.ac.id//1115/ diakses pada 21 mei 2012.
Soemarso,S.R.2009.Akuntansi Suatu Pengantar. Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sumarsan, T. 2011. Akuntansi Dasar & Aplikasi dalam Bisnis. Jilid 3. PT. Indeks. Jakarta.
Tjahjono, A., Sulastiningsih. 2009.Akuntansi Pengantar 2 Pendekatan Komprehensip. Cetakan Pertama. Ganbika.
Yogyakarta.
Wicaksana. 2010. Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas (Studi kasus pada PT.
Z). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47764 diakses pada
8 Juli 2011.

55
PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI PRODUK SETENGAH JADI PADA UD. BERKAT
ANUGERAH

Phamela D Tampubolon
David Paul Elia Saerang
Agus Toni Poputra

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : phameladesanti@yahoo.com

ABSTRAK

Ditengah persaingan usaha yang begitu pesat dan keadaan perekonomian yang tidak menentu, setiap
perusahaan dituntut untuk lebih efisien agar dapat bertahan dan semua itu tidak lepas dari peran manajemen.
Ukuran yang dipakai manajemen untuk mengukur berhasil tidaknya perusahaan adalah laba. Untuk
menghasilkan laba yang efisien manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial untuk memilih
tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis penerapan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat
sendiri produk setengah jadi pada UD. Berkat Anugerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif . Hasil analisis penelitian yang dilakukan pada UD. Berkat Anugerah dilihat dari biaya yang
dikeluarkan menunjukan tentang peran akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan jangka pendek,
dimana pihak perusahaan sebaiknya membeli produk setengah jadi dari pihak ketiga karena biaya yang
dikeluarkan lebih rendah daripada memproduksi sendiri.

Kata kunci : akuntansi diferensial, pengambilan keputusan.

ABSTRACT

Amid competition is so rapid and uncertain economic conditions, every company is required to be more
efficient in order tobe more efficient in orderto survive and all of it can not be separated from the role of
management. Management measure which is occupied to measure the success or failure of the company is
profit. To produce an efficient profit differential accounting information requires management to select the best
course of action among alternatives available. The purpose of this study is to analyze the application of
differential accounting information in the decision to buy or make your own semi-finished products on UD.
Berkat Anugerah. This study uses a descriptive research method. The result of the analysis of research
conducted on UD. Berkat Anugerah seen from the cost accounting showed diferential role in the short-term
decision making, where the company should buy semi-finished products from third party cost incurred due to
lower than producing its own.

Keywords : differential accounting, decision-making

56
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di tengah situasi perekonomian yang tidak menentu sekarang ini, setiap perusahaan dituntut untuk lebih
efisien agar dapat bertahan. Sehubungan dengan keadaan ini peran manajemen sangat dibutuhkan dalam
membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
dengan mengoptimalkan sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dalam perencanaan, manajemen
dihadapkan pada pengambilan keputusan yang menyangkut memilih satu pilihan yang terbaik dari berbagai
macam alternatif pilihan. Dalam hal ini manajemen memerlukan informasi yang dapat mengurangi
ketidakpastian, sehingga dapat menentukan pilihan yang terbaik bagi perusahaan. Salah satu jenis informasi
yang dibutuhkan oleh manajemen sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan adalah informasi
akuntansi diferensial (differential accounting information). Manajemen membutuhkan informasi akuntansi
diferensial ini untuk memilih altenatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia, pemilihan
alternatif akuntansi diferensial mempunyai dua karakteristik, yaitu informasi masa yang akan datang dan
informasi berbeda diantara alternatif yang akan diambil oleh pengambil keputusan. Pada informasi akuntansi
diferensial, umumnya manajemen menghadapi empat macam pengambilan keputusan dalam jangka pendek,
yaitu membeli atau membuat sendiri, menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk, menghentikan atau
melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha suatu bagian perusahaan, menerima atau menolak
pesanan khusus. Setiap keputusan yang diambil manajemen harus dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki
dasar yang relevan. UD. Berkat Anugerah yang menjadi objek dari penelitian ini memiliki tujuan usaha
mengoptimalkan laba, sebagaimana usaha-usaha yang lain. Adakalanya perusahaan mengalami kesulitan dalam
pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi, berupa rangka kayu untuk set
kursi tamu. Dalam kondisi seperti ini manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri, dengan taksiran
penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Informasi akuntansi diferensial dapat mengukur
seberapa besar biaya diferensial yang terjadi jika manajemen memilih suatu alternatif, sehingga manajemen
dapat memperoleh perbandingan biaya yang terjadi dari alternatif-alternatif tersebut.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerapan
informasi akuntansi diferensial dalam proses pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri produk
setengah jadi pada UD. Berkat Anugerah.

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, penghimpunan, penganalisisan,
penyusunan, penafsiran dan pengkomunikasian informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen untuk
merencanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan usaha di dalam sebuah organisasi, serta untuk
memastikan penggunaan dan akuntabilitas sumber daya yang tepat. (Simamora 2012:13).

Akuntansi Manajemen sebagai Suatu Tipe Informasi


Informasi merupakan salah satu fakta, data, pengamatan, persepsi, atau suatu yang lain yang menambah
pengetahuan. informasi akuntansi manajemen diperlukan pada seluruh tahap proses manajemen mulai dari
perencanaan, koordinasi, pengendalian sampai dengan tahap pengambilan keputusan. (Halim dkk.2013:9),
Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang, yang mengandung ketidakpastian dan selalu
menyangkut pemilihan suatu alternatif tindakan diantara sekian banyak alternatif yang tersedia. Oleh karena itu,
pengambilan keputusan selalu berusaha mengumpulkan informasi untuk mengurangi ketidakpastian yang
dihadapi dalam memilih alternatif tindakan tersebut.
Mulyadi yang dikutip oleh Partomuan (2010) mengemukakan informasi akuntansi sebagai bahasa bisinis
dikelompokkan menjadi tiga golongan,yaitu sebagai berikut.
a. Informasi Operasi
Untuk melaksanakan aktivitas perusahaan sehari-hari, manajemen memerlukan berbagai informasi seperti
jumlah kilogram bahan baku yang dipakai dalam produksi, jumlah sediaan produk jadi yang ada
digudang, jumlah produksi hari ini, jumlah jam kerja karyawan dalam satu minggu, dan jumlah produk

57
yang dijual hari ini. Informasi operasi ini merupakan bahan baku untuk mengolah tipe informasi
akuntansi yang lain : informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen.
b. Informasi Akuntansi Keuangan
Informasi akuntansi keuangan diperlukan baik oleh manajemen maupun pihak luar perusahaan untuk
pengambilan keputusan guna menentukan hubungan antara pihak tersebut dengan perusahaan. Informasi
akuntansi keuangan ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi
keuangan.
c. Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok
manajemen, yaitu: perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan.

Jenis Informasi Akuntansi Manajemen


Halim dkk. (2013:10) menjelaskan bahwa, informasi akuntansi manajemen dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
(1) informasi akuntansi penuh/menyeluruh (full accounting information); (2) informasi akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility accounting); dan (3) informasi akuntansi diferensial (differential
accounting). Penjelasannya sebagai berikut.
a. Informasi Akuntansi Penuh (Full Accounting Information)
Akuntansi penuh menyajikan informatika mengenai pendapatan total, biaya total dan atau aktiva total
baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan biaya atau disebut
dengan informasi akuntansi biaya penuh. Informasi mengenai biaya penuh masa lalu (historical full cost)
digunakan untuk penyusunan laporan keuangan (umumnya berupa neraca dan laporan laba rugi).
b. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility Accounting Information).
Akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai pendapatan, biaya atau aktiva yang
dikaitkan dengan suatu bagian atau unit di dalam perusahaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban
masa lalu bermanfaat untuk menganalisis prestasi dari masing-masing manajer pusat
pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang menyangkut masa yang akan datang
digunakan dalam kegiatan perencanaan tahunan (anggaran/budget).
c. Informasi Akuntansi Diferensial (Differential Accounting Information)
Akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan, biaya dan atau aktiva yang
berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan lain. Informasi
akuntansi diferensial berkaitan dengan masa yang akan datang.

Informasi Akuntansi Diferensial


Informasi akuntansi diferensial merupakan informasi akuntansi yang dihubungkan dengan pemilihan
alternatif. Informasi Akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva, pendapatan, dan/atau biaya
dalam alternatif tindakan yang lain. (Sunarto 2008:57).

Pengambilan Keputusan
Syamsi (2009:10) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan tindakan pimpinan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu
diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan.

Tahap-tahap Pengambilan Keputusan


Mulyadi (2007:108), mengungkapkan bahwa, pengambilan keputusan dilaksanakan melalui empat tahap,
yaitu sebagai berikut.
a. Pengakuan dan perumusan masalah atau kesempatan.
b. Pencarian Tindakan Alternatif dan Kuantifikasi Konsekuensinya Masing-masing.
c. Pemilihan Alternatif Optimum atau Alternatif yang Memuaskan
d. Implementasi dan Penindaklanjutan

Manfaat Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek


Bastian dan Nurlela (2007:175), menyatakan ada beberapa manfaat akuntansi diferensial dalam
pengambilan keputusan jangka pendek yang pada umumnya dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan
keputusan yang umumnya terdiri dari empat macam keputusan, yaitu sebagai berikut.
a. Menjual atau memproses lebih lanjut (sell or process futher)

58
Ada kalanya manajemen puncak dihadapkan pada pemilihan menjual produk tertentu pada kondisinya
sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam
pengambilan keputusan macam ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen
adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih.
b. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha departemen tertentu (stop
or continue product line).
Dalam menghadapi kondisi ini, manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan atau tetap
melanjutkan produksinya. Dan informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan ini adalah biaya diferensial dan pendapatan diferensial.
c. Menerima atau menolak pesanan khusus (special order decision).
Penerapan analisis biaya diferensial juga dapat digunakan untuk membuat keputusan menerima atau
menolak pesanan khusus apabila kapasitas mesin perusahaan masih terdapat kapasitas yang menganggur
dan pada saat itu harga jualnya dibawah harga pokok produksi dalam hitungan biaya penuh.
d. Membeli atau membuat sendiri (make or buy decision)
Pertimbangan untuk membeli atau membuat sendiri dapat juga timbul sebagai akibat adanya taksiran
penghematan biaya jika suatu komponen yang sebelumnya dibeli dari pemasok luar direncanakan akan
dibuat sendiri oleh perusahaan.

Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri Produk


Carter (2009:330) menyatakan, tujuan dari keputusan buat atau beli sebaiknya adalah penggunaan optimal
atas sumberdaya produksi dan keuangan perusahaan. Masalah yang seringkali muncul dalam kaitannya dalam
pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri adalah ruangan yang tak terpakai, buruh yang
menganggur dan perhitungan biaya. Dalam kondisi ini manajer cenderung untuk mempertimbangkan pembuatan
unit-unit tertentu dibanding membelinya dengan maksud untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada.

Penelitian Terdahulu
Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Nama
Metode
Peneliti/ Judul Tujuan
Penelitian
Hasil Persamaan Perbedaan
Tahun

Maulida Analisis Menganalisis Deskriptif Peran dari Menggunakan objek


(2012) Informasi peranan akuntansi analisis penelitian,latar
Akuntansi informasi diferensial deskriptif belakang
Diferensial akuntansi dalam serta masalah dan
dalam diferensial pengambilan menganalisis tujuan
pengambilan dalam suatu keputusan tentang penelitian yang
keputusan pengambilan jangka pendek, akuntansi berbeda.
membeli atau keputusan dimana pihak diferensial
membuat sendiri membeli atau perusahaan
bahan baku mie membuat membuat sendiri
pada Usaha Mie sendiri bahan bahan baku Mie,
ayam Wonogiri baku mie karena biaya
produksi yang
dikeluarkan
apabila
membuat sendiri
lebih rendah
dari pada
membeli dari
luar

59
Jatmiko Analisis Mengetahui dan Deskriptif Perusahaan Menggunakan Objek
(2012) Informasi memperoleh memperoleh analisis penelitian,
Akuntansi gambaran laba untuk deskriptif serta latar
Diferensial dengan jelas pesanan khusus menganalisis belakang
dalam tentang sepatu pada tentang masalah dan
Pengambilan penggunaan bulan november akuntansi tujuan
Keputusan analisis 2011, walaupun diferensial penelitian
Menerima atau informasi harga yang yang
Menolak diferensial diminta berbeda.
Pesanan Khusus dalam perusahaan
Sepatu pada pengambilan lebih rendah
Perusahaan keputusan dari harga jual
Sepatu Asia menerima atau normal
menolak
pesanan khusus
sepatu apakah
akan
menimbulkan
laba/rugi
perusahaan

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan tingkat ekspalasi deskriptif yaitu pengumpulan data untuk mendeskripsikan
suatu fenomena yang sama seperti pada waktu penelitian dilakukan. Analisis deskriptif digunakan untuk
menjelaskan hasil penelitian berupa angka secara naratif. Sesuai dengan penelitian pengumpulan data
didapatkan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan secara naratif sesuai hasil penelitian yang
didapat dari objek penelitian yaitu UD. Berkat Anugerah.

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat yang menjadi penelitian ini adalah UD.Berkat Anugerah yang bertempat di Jl.Santiago kompleks
puskesmas Tuminting.,Kecamatan Tuminting . Waktu penelitian secara keseluruhan dilakukan selama 2 bulan,
sejak bulan september 2013 sampai oktober 2013.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Survei objek penelitian.
b. Mengambil data-data perusahaan dan wawancara.
c. Membandingkan dan mengolah data-data dan informasi perusahaan dengan dasar teori yang digunakan.
d. Membuat kesimpulan dan memberikan saran.

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
Kuncoro (2004:25) menyatakan jenis data dibedakan atas dua jenis yaitu data kuanitatif dan data
kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data kuantitaif dan data kualitatif. Data
kualitatif dalam penelitan ini yaitu data yang diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data
misalnya wawancara, analisis dokumen, atau observasi., seperti wawancara mengenai proses pengambilan
keputusan membeli atau memproduksi sendiri produk setengah jadi. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian
ini berupa data-data biaya produksi dalam perusahaan.

60
Sumber Data
Kuncoro (2004:25) menyatakan, berdasarkan sumbernya data penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. seperti wawancara dengan pemilik UD.Berkat Anugerah. Data
Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. pada
penelitian ini diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku dan sumber-sumber lain yang
berhubungan dengan penelitian ini

Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut.
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dan diperoleh dengan mengadakan tanya
jawab sambil tatap muka antara pewawancara dengan informan. Seperti melakukan wawancara langsung
dengan pemilik dan karyawan-karyawan pada UD. Berkat Anugerah mengenai proses produksi..
b. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada tempat penelitian untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan sehubungan dengan kepentingan penelitian.
c. Studi kepustakaan, yaitu menggunakan buku-buku dari berbagai sumber untuk mendapatkan data yang
bersifat teoritis

Metode Analisis Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah, metode analisis deskriptif yaitu suatu metode
pembahasan permasalahan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan dan menerangkan
suatu data atau keadaan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan terperinci mengenai
suatu keadaan berdasarkan data atau informasi yang telah didapatkan, kemudian dikumpulkan sehingga
didapatkan informasi yang diperlukan untuk menganalisa masalah yang ada.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sejarah Singkat UD. Berkat Anugerah


Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah berdiri pada Tahun 2007, usaha ini merupakan usaha
keluarga yang didirikan oleh Bapak Bony Husain dan Ibu Ribka Bulahari berlokasi di Kecamatan Tuminting
Kota Manado. Pendirian usaha ini berdasarkan pemikiran untuk pengembangan usaha keluarga serta penyerapan
tenaga kerja yang tersedia diwilayah tersebut. Produk yang dihasilkan Perusahaan Meubel UD. Berkat
Anugerah diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Meja dan Kursi Tamu
b. Lemari Pajangan
c. 1 set meja makan
d. Lemari Pakaian

Deskripsi Kerja
Perusahaan Meubel Berkat Anugerah mempunyai beberapa karyawan yang terdiri dari berikut ini.
Tabel 2 Tenaga Kerja UD.Berkat Anugerah
Uraian Jumlah
Karyawan
Bagian Administrasi dan Keuangan 2 orang
Bagian Kontrol 1 orang
Bagian Perakitan 2 orang
Bagian Pemasangan 1 orang
Bagian Penjahitan 2 orang
Bagian Pengecatan 2 orang
Bagian Finishing 1 orang
TOTAL 11 orang
Sumber : UD. Berkat Anugerah

61
Hasil Penelitian
Peranan Informasi Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan
Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah dituntut untuk melakukan perencanaan dengan baik bagi
kelancaran kegiatan perusahaan. Dalam perencanaan, perusahaan dihadapkan pada pengambilan keputusan yang
menyangkut pemilihan berbagai alternatif. Untuk memutuskan alternatif mana yang harus dipilih, perusahaan
dihadapkan pada ketidakpastian. Oleh karena itu manajemen perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah
memerlukan informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian sehingga memungkinkan perusahaan menentukan
pilihan yang baik pada alternatif yang ada. Salah satu informasi yang diperlukan adalah informasi akuntansi
diferensial. Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah membutuhkan informasi akuntansi diferensial dalam
setiap tahap pengambilan keputusan terutama menyangkut pengadaan produk setengah jadi pada perusahaan
berkaitan dengan alternatif membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi tersebut. Perusahaan Meubel
UD. Berkat Anugrah memproduksi beberapa produk meubel berbahan kayu, namun yang akan penulis bahas
dalam penulisan ini ada produk kursi dan meja tamu yang merupakan produk yang paling banyak diproduksi
oleh perusahaan.

Membeli Produk Setengah Jadi dari Ketiga


Perusahaan membeli rangka kayu sebagai bahan baku utama dibeli dari Kota Jepara, dengan
menggunakan konteiner dimana dalam satu konteiner berisi sebanyak 100 set kursi dan meja tamu. Adapun
dalam sekali pengiriman biaya yang dikeluarkan Rp111.000.000,00.
Tabel 3 Membeli Produk Setengah Jadi dari Ketiga

Harga
Pembelian/ Harga per set
Uraian Unit Kuantitas
Konteiner (Rp)
(Rp)
A B C D E=C/D
Rangka Kayu Set 111.000.000 100 1.110.000
Sumber : UD. Berkat Anugerah (data diolah,2013)

Tabel 4 Membuat Sendiri Produk Setengah Jadi

Per set 100 set


(Rp) (Rp)
Biaya bahan baku
Kayu M3 x Rp 1.800.000 900.000 90.000.000
Biaya tenaga kerja langsung :
4 hari x Rp 50.000 200.000 20.000.000
Biaya Overhead pabrik variabel :
Listrik 18.000 1.800.000
Biaya overhead pabrik tetap:
Paku 4.500 450.000
Biaya overhead pabrik tetap bersama :
Pengawas 30.000 3.000.000

Jumlah biaya produksi 1.152.500 115.250.000


Sumber : UD. Berkat Anugerah (data diolah,2013)

62
Pembahasan
Setiap perusahaan menjalankan usahanya tidak luput dari berbagai macam masalah. Masalah yang
dihadapi tidak dapat diabaikan begitu saja, karena secara langsung ataupun tidak langsung dapat menghambat
pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu sangat diperlukan pemecahan yang tepat atas masalah yang
dihadapi. Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah ini pun tidak terlepas dari masalah-masalah dalam
menjalankan operasinya. Salah satu diantaranya membuat atau membeli produk setengah jadi. Dalam
penyelesaian masalah ini diperlukan pertimbangan dan perhitungan yang cermat dari manajemen agar keputusan
yang diambil tidak merugikan perusahaan.
Sehubungan dengan kegiatan produksi produk setengah jadi yang dilakukan oleh perusahaan maka yang
menjadi titik pokok dalam pembahasan ini adalah penerapan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan
keputusan membuat atau membeli sendiri produk setengah jadi pada perusahaan Meubel UD.Berkat Anugerah.
Dalam upaya untuk memperoleh laba yang optimal dari hasil produksinya, maka pihak manajemen perusahaan
perlu mengelolah kegiatan produksinya secara efektif dan efisien, khususnya pada proses produksi produk
setengah jadi sehingga dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan.
Informasi akuntansi diferensial yang ada di perusahaan bukanlah semata-mata sebagai bahan
pengambilan keputusan, akan tetapi lebih banyak berperan untuk mengumpulkan data informasi relevan dan
menganalisa informasi tersebut, sehingga dapat disajikan informasi yang benar-benar siap untuk digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Dengan semakin meningkatnya persaingan dan untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal, perusahaan mencoba menganalisis masalah ini. Dalam memecahkan masalah yang
dihadapi ini, terdapat dua alternatif yang dapat dipilih oleh perusahaan yaitu sebagai berikut.
1. Perusahaan membuat sendiri produk setengah jadi,
2. Perusahaan membeli produk setengah jadi dari pemasok luar
Untuk menganalisis kemungkinan perusahaan membeli dari pemasok luar atau membuat sendiri produk
setengah jadi untuk memenuhi pesanan, perusahaan mengambil produk set meja tamu karena produk ini
merupakan produk yang paling banyak diproduksi oleh perusahaan. Dalam hal ini penulis akan mencoba
membantu pihak manajemen perusahaan Meubel UD.Berkat Anugerah dalam menganalisis apakah lebih baik
membeli atau memproduksi sendiri produk setengah jadi untuk memenuhi pesanan.
Keputusan membuat atau membeli sendiri dihadapi manajemen terutama dalam perusahaan yang
produknya terdiri dari berbagai komponen dan yang memproduksi berbagai jenis produk. Tidak selamanya
komponen yang membentuk produk harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika memang pemasok dari luar
dapat memasok komponen dengan harga yang lebih murah daripada biaya yang ditimbulkan dari membuat
sendiri. Alternatif tersebut timbul karena penerapan informasi akuntansi diferensial seta adanya pemasok dari
luar yang menyediakan produk setengah jadi dengan harga yang relatif. Ini pula yang memungkinkan
manajemen perusahaan Meubel UD.Berkat Anugerah yang sebelumnya memproduksi sendiri produk setengah
jadinya, kemudian mempertimbangkan membeli produk setengah jadi dari pemasok.
Berdasarkan tabel 3 dan 4 terlihat perbedaan biaya apabila perusahaan membeli atau membuat sendiri
produk setengah jadi seperti yang diperlihatkan seperti berikut.

Tabel 5 Perbedaan biaya membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi
Biaya diferensial Biaya Diferensial
per set Total (100 set)
Membuat Membeli Membuat Membeli
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1.152.500 1.110.000 115.250.000 111.000.000
42.500 4.250.000
Sumber : UD. Berkat Anugerah (data diolah,2013)

Dari hasil analisis diatas,ternyata membeli produk setengah jadi dari pihak ketiga lebih menguntungkan
dibandingkan dengan membuat sendiri produk setengah jadi.

63
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan penelitian yang dilakukan ditarik kesimpulan yaitu, UD. Berkat Anugerah
telah memperhatikan aspek-aspek yang berperanpenting dalam pengambilan keputusan. sehingga keputusan
yang diambil telah melalui berbagai pertimbangan. Penerapan Informasi akuntansi diferensial berperan dalam
membantu manajemen untuk memilih alternatif terbaik sehingga diperoleh perbedaan biaya apabila UD. Berkat
Anugerah memilih alternatif untuk memproduksi sendiri produk setengah jadinya maka perusahaan perlu
menambah biaya sebesar Rp 42.500 per set produk setengah jadi dan Rp 4.250.000 untuk produksi 100 set.

Saran
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan
keputusan membeli atau membuati sendiri produk setengah jadi, maka dikemukakan saran yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan perusahaan untuk meningkatkan aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan
yaitu setelah penelitian ini dilakukan sebaiknya UD.Berkat Anugerah tetap pada keputusan untuk membeli
sendiri produk setengah jadinya untuk produk tertentu, karena pertimbangan biaya yang dikeluarkan. Hal
tersebut tentunya akan berpengaruh pada laba yang akan diperoleh oleh perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Bustami., Nurlela.2007. Akuntansi Biaya, Melalui Pendekatan Manajerial. Mitra Wacana. Yogyakarta.

Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya. Salemba empat. Jakarta

Halim, Abdul., Soepomo Bambang., Syam Kusufi Muhammad. 2013. Akuntansi Manajemen Edisi 2. BPFE.
Yogyakarta

Syamsi,Ibnu. 2009. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Jatmiko, Agustinus. 2012. Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Menerima
atau Menolak Pesanan Khusus Sepatu pada Perusahaan Sepatu Asia Skripsi. Universitas
Gunadarma.Cirebon.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Maulida, Yulita.2012. Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam Keputusan Membeli atau Membuat
Sendiri Bahan Baku Mie pada Usaha Ayam Mie Wonogiri. Skripsi .Universitas Gunadarma.Cirebon.

Mulyadi. 2007.Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen . Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta..

Partomuan, Johanis. 2010. Analisis Penerapan Informasi Akuntansi Manajemen dalam Proses Pengambilan
Keputusan pada PDAM Tirtamadi Medan. Skripsi.Universitas Sumatera Utara.Medan

Simamora,H. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. Star Gate Publisher. Riau

Sunarto. 2008. Akuntansi Manajemen. Amus. Yogyakarta.


.

64
PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH
PADA PT. BERKAT TEKNIK JAYA

Sintya Clara Assa


Jantje J. Tinangon
Rudy Pusung

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntasi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : sintyaassa@yahoo.com

ABSTRAK

Perkembangan ekonomi suatu negara, juga disebabkan oleh jumlah usaha mikro kecil dan menengah, begitu pula
sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan, untuk meningkatkan pendapatan negara
lewat penerimaan sektor pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan system perpajakan sesuai
ketentuan umum dan PP nomor 46 yang baru diterapkan pada Juli 2013 dan mulai dibayar pada bulan Agustus 2013.
Objek penelitian adalah PT. Berkat Teknik Jaya yang merupakan perusahaan UMKM yang bergerak dibidang pertanian
dan dagang. Dengan mengambil data berupa SPT dan jumlah pendapatan dari perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan,
dengan membandingkan jumlah pajak yang harus dibayar di tahun 2013 dengan menggunakan masing-masing system
perpajakan maka diketahui jumlah pajak yang harus dibayar dengan system perpajakan sesuai ketentuan umum yaitu
Rp.21.000.000 sedangkan dengan menggunakan PP Nomor 46 maka pajak yang harus di bayar sebesar Rp. 25.787.000.
Berdasarkan perhitungan dan analisa, masing-masing system perpajakan untuk UMKM mempunyai kelebihan dan
kekurangan, namun dari segi jumlah pajak yang harus dibayar maka lebih menguntungkan untuk penerapan system
perpajakan sesuai ketentuan umum.

Kata kunci : sistem perpajakan, UMKM

ABSTRACT

Economic development of a country , is also caused by a number of micro, small and medium enterprises , as well
as existing tax system in Indonesia has undergone some changes , to increase state revenue through tax receipts . This study
aims to compare the general taxation system in accordance with the Government Regulation number 46 where applied in
July 2013 and began to be paid in August 2013. Object of research is PT Berkat Teknik Jaya is a micro, small and medium
enterprises company engaged in agriculture and trade. By taking the information in the form and amount of the income tax
returns of the company. Based on calculations, by comparing the amount of tax due in the year 2013 by using each system
of taxation, it is known that the amount of tax to be paid in accordance with the general taxation system that is
Rp.21.000.000 while using Government Regulation No. 46 then the tax should in the pay of Rp .25.787.000. Based on the
calculation and analysis , each system of taxation for micro, small and medium enterprises have advantages and
disadvantages , but by terms of the amount of tax to be paid then it is more advantageous for the application in accordance
with the general taxation system.

Keywords: taxaction system, micro, small and medium enterprises

65
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2013, penerimaan negara dari sektor pajak ditargetkan
sebesar Rp. 1.193,000,000,000 atau sebesar 77,99% dari seluruh total penerimaan negara (Kementrian
Keuangan,2013). Untuk mencapai target tersebut, Direktorat Jenderal Pajak sebagai suatu institusi yang
memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam melakukan administrasi perpajakan di Indonesia. Dengan
meningkatkan jumlah wajib pajak dari segala lapisan masyarakat yang tentunya sudah termasuk dalam kategori
sebagai wajib pajak. Salah satu sasaran yang mendapat perhatian dari Dirjen pajak adalah sektor usaha
mikro,kecil dan menengah (UMKM). Lepas dari hal tersebut, dalam rangka untuk memudahkan wajib pajak
khususnya mereka yang bergerak dibidang usaha mikro, kecil dan menengah.Pemerintah mengeluarkan suatu
kebijakan yang termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Peraturan ini menimbulkan pro dan
kontra dikalangan pengusaha mikro, kecil dan menengah.Karena baik untuk maupun rugi wajib pajak harus
tetap membayar pajak 1% dari omzet.Oleh karena itu saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut, sejauh mana
peran, manfaat, kerugian dan dampak dari peraturan ini.Penelitian ini, saya laksanakan di salah satu perusahaan
menengah dengan omzet dibawah 4,8 milyar per-tahun yaitu PT. Berkat Teknik Jaya.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbandingan sistem perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 Tahun
2013 pada PT. Berkat Teknik Jaya.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pajak
Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.(Mardiasmo, 2009:1)

Fungsi Pajak
Pajak memiliki beberapa fungsi yang penting bagi suatu negara, yaitufungsi budgetair dan fungsi
regulerend (Mardiasmo, 2009:1). Fungsi pajak selain budgetair dan fungsi regulerend , terdapat juga fungsi
redistribusi pendapatan dan menanggulangi inflasi (Suandy, 2011:12).

Teori Pemungutan Pajak


Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberika justifikasi pemberian hak kepada negara
untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain adalah teori asuransi, teori kepentingan, teori daya pikul,
teori bakti, teori asas daya beli (Mardiasmo,2009:3).

Penggolongan Pajak
Siti Resmi (2011:6), menyatakan pembagian pajak terbagi menjadi tiga golongan yaitu berdasarkan
golongan, berdasarkan wewenang pemungut dan berdasarkan sifat.

Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (Anastasia dan Lilis, 2010: 4).

Konsep Usaha Mikro Kecil dan Menengah


Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Industri usaha kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau

66
usaha besar, dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang (Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah, 2008).

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


Industri usaha kecil dan menengah terbagi menjadi tiga golongan, yaitu usaha mikro, usaha kecil dan
usaha menengah. Kriteria industri usaha kecil dan menengah akan dijelaskan dalam tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Industri Usaha Kecil dan Menengah
Uraian Aset Omset
Usaha Mikro 50 juta 300 juta
Usaha Kecil >50 Juta-500 Juta >300 Juta- 2,5 Miliar
Usaha Menengah >500 juta-10 Miliar >2,5 Miliar-50 Miliar
Sumber: (Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008)

Konsep Sistem Perpajakan Sesuai Ketentuan Umum


Tarif PPh Badan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut tarif tunggal yaitu
sebesar 28% pada tahun 2009 atau 25% pada tahun 2010 dan seterusnya. Namun demikian, ternyata tarif PPh
Badan juga harus memperhitungkan fasilitas pengurangan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 31E Undang-
undang tersebut.Batasan peredaran usaha bagi Wajib Pajak badan yang berhak mendapatkan pengurangan tarif
ini membuat tarif PPh Badan menjadi tidak sederhana.Sebagaimana kita ketahui, bahwa perubahan tarif PPh
Badan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mulai diberlakukan untuk tahun pajak 2009. Bila
berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, tarif PPh Badan merupakan tarif progresif dengan
menggunakan tiga lapisan tarif, maka Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b
dan Pasal 17 ayat (2a) menyederhanakannya dengan memperkenalkan tarif tunggal yaitu 28% tahun pajak 2009
atau 25% untuk tahun pajak 2010 dan seterusnya.

Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013


Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 46 Tahun 2013, Direktorat Jenderal Pajak memberikan penjelasan
dan informasi mengenai peraturan perpajakan yang baru dikeluarkan di tahun 2013 ini, sebagai berikut:
Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013,
merupakan kebijakan Pemerintah yang mengatur mengenai Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.
Kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan PP ini didasari dengan:
Maksud:
1. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan
2. Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi
3. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi
4. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara.
Tujuan:
1. Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan;
2. Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat;
3. Terciptanya kondisi control social dalam memenuhi kewajiban perpajakan
Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang
tidak melebihi Rp. 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak dikenakan pajak penghasilan (PPh). Peredaran bruto (omzet)
merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/ counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun
cabangnya.
Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah:
1% dari jumlah peredaran bruto (omzet)
Objek pajak yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara,
akuntan, notaries, PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa acara, dan sebagaimana diuraikan dalam
penjelasan PP tersebut;
b) Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa
rumah, jasa kontruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya
yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah tersendiri.

67
c) Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan PP nomor 46 Tahun 2013 adalah:
a. Orang Pribadi
b. Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Penerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) adalah yang tidak melebihi Rp 4,8
miliar dalam 1 Tahun Pajak.
PP Nomor 46 Tahun 2013 tidak mengenakan Pajak Penghasilan kepada:
a. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang
dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum.
Misalnya: pedagang keliling, pedagan asongan, warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya.
b. Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto (omzet) melebihi Rp 4,8 miliar.
Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013 termasuk dalam:
PPh Pasal 4 ayat (2), bersifat Final
Setoran bulanan dimaksud merupakan PPh Pasal 4 ayat (2), bukan PPh Pasal 25.Jika penghasilan semata-mata
dikenai PPh final, tidak wajib PPh Pasal 25.

Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian
Tujuan Persamaan Perbedaan
(Tahun) Penelitian Penelitian (Kesimpulan)

Muffi Analisis 1 . Pengaruh Deskriptif 1. Pengetahuan wajib Sama-sama Perbedaanya


pengetahuan
Rahmatika(2 Faktor-Faktor pajak berpengaruh mengadakan terletak pada
wajib pajak
010) Yang terhadap kesadaran penelitian variable X
terhadap
Berpengaruh kesadaran kewajiban perpajakan mengenai Usaha yaitu,
kewajiban
Terhadap pada sektor usaha Kecil dan Perilaku
perpajakan
Kesadaran kecil dan menengah. Menengah wajib pajak,
pada sektor
Kewajiban usaha kecil 2. Pemahaman self sedangkan
dan
Perpajakan assessment system penelitian ini
menengah
Pada Sektor tidak berpengaruh mengambil
2 . pengaruh
Usaha Kecil pemahaman secara signifikan variable tarif
system self
dan Menengah terhadap tingkat pajak 1 %
assessment
kesadaran kewajiban
terhadap
kesadaran perpajakan pada
kewajiban
sektor usaha kecil
perpajakan
dan menengah.
pada sektor
usaha kecil
dan
menengah

68
Choiriyatuz Pengaruh a. Deskriptif a.Tingkat Sama-sama Terletak pada
Tingkat Menganalisi pemahaman pajak
Zahidah meneliti tentang variabelnya,
Pemahaman, s pengaruh berpengaruh negatif
(2010) usaha kecil dan kalau
Kepatuhan tingkat signifikan terhadap
Dan pemahaman, kewajiban perpajakan menengah penelitian
Ketegasan kepatuhan pengusaha usaha sebelumnya
Sanksi dan kecil dan menengah
berbicara
Perpajakan ketegasan b. Tingkat kepatuhan
Terhadap sanksi pajak berpengaruh mengenai
Kewajiban perpajakan negatif signifikan tingkat
Perpajakan terhadap terhadap kewajiban
kepatuhan
Pengusaha kewajiban perpajakan
Usaha perpajakan pengusaha usaha dan
Kecil Dan pengusaha kecil dan menengah. ketegasan,
Menengah UKM. c.Ketegasan sanksi
maka
(Ukm) Di perpajakan
b.
Wilayah berpengaruh positif penelitian ini
Menganalisi
JakartaSelatan signifikan terhadap
s variabel lebih
kewajiban perpajakan
yang paling berbicara
pengusaha usaha
dominan
kecil dan menengah. dengan
mempengaru
hi kewajiban sistem

perpajakan perpajakan
pengusaha
yang baru.
UKM.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Sugiyono (2010:5) mengungkapkan jenis-jenis penelitian dapat dikelompokan menurut bidang, tujuan,
metode, tingkat eksplanasi dan waktu. Metode Penelitian terbagi atas 2 metode yaitu: Metode Penelitian
Kuantitatif, Metode Penelitian Kualitatif.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada suatu perusahaan menengah yaitu PT. Berkat Teknik Jaya yang
berlokasi di area Manado. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2013.

Prosedur Penelitian
1. Tahap Awal penelitian inidengan mengumpulkan data, lewat data yang berasal dari situs internet, buku dan
artikel serta jurnal yang memuat mengenaisistem perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 yang
baru diterapkan pada usaha mikro, kecil dan menengah.
2. Menentukan usaha yang akan digunakan sebagai objek penelitian
3. Mengambil data yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan untuk melihat omzet dari perusahaan
per bulannya

69
4. Membandingkan sistem perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 terhadap usaha mikro kecil
dan menengah.

Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2010:116). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah NonProbability sampling, yaitu purposive
sampling adalah metode pemilihan sampel berdasarkan pengambilan yang disengaja, dimana metode ini
memilih sampel yang telah ditentukan lebih dahulu.

Metode Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode atau teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada PT. Berkat Teknik Jaya mengenai sistem
perpajakan pada perusahaan tersebut.
2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan, khususnya pada bagian
keuangan atau akuntansi/perpajakan dan bagian lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.
3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap dokumen-dokumen
yang ada pada PT. Berkat Teknik Jaya

Metode Analisis
Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang merupakan suatu metode mengenai
pengumpulan, penyusunan , penyajian dan analisis data sehingga memberikan informasi yang berguna bagi
pihak yang membutuhkan informasi. Data berupa informasi akuntansi yang digunakan oleh pihak pengusaha
dalam bentuk laporan SPT, sehingga dapat memberikan hasil yang memberikan gambaran deskriptif berkaitan
dengan pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN


Informasi Umum Objek Penelitian
PT. Berkat Teknik Jaya adalah sebuah perusahaan yang beroperasi di area Manado dan sekitarnya.PT.
Berkat Teknik Jaya didirikan dengan akte notaries pada tanggal 30 Januari 2012, dengan memakai nama
Perseroan Terbatatas PT. Berkat Teknik Jaya dan bertempat kedudukan dan berkantor pusat di Manado,
sebagimana ditetapkan oleh Direksi. Dengan persetujuan dari komisaris.Sesuai dengan Akte Notaris, perseroan
ini didirikan untuk jangka waktu tidak terbatas.Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Eko J. Tuppang, sebagai
pemegang saham terbesar dalam perusahaan ini, sekaligus sebagai Direktur Utama.

Bidang Usaha
PT. Berkat Teknik Jaya didirikan dengan maksud dan tujuan yaitu untuk melaksanakan beberapa
kegiatan usaha antara lain;
1. Menjalankan usaha lahan pertanian, pengukuran, pemetaan kulit bumi (surveyor), agroindustri, pengelolaan
lahan pertanian, peternakan, perikanan darat/laut dan pertambakan, perkebunan tanaman.
2. PT. Berkat Teknik Jaya juga menjalankan usaha bidang perbengkelan, pemeliharaan dan perbaikan,
menjalankan usaha-usaha showroom, pemasangan dan penjualan asesoris kendaraan, perawatan
pemeliharaan dan perbaikan alat-alat berat, pengecetan kendaraan bermotor, penyediaan suku cadang alat-
alat berat.
3. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang jasa, seperti konsultasi bidang bisnis, konsultasi bidang konstruksi
sipil.
4. Menjalankan usaha tours and travel, yang melayani penjualan tiket dan dan perjalanan di luar dan di dalam
negeri

Permodalan dan Struktur Organisasi Perusahaan


Dalam pembentukkan usaha ini, tentunya memerlukan modal. PT. Berkat Teknik Jaya mempunyai
beberapa pemegang saham. Didalam menjalankan usaha ini, tentunya diperlukan juga pengurus atau struktur
organisasi perusahaan, yang melaksanakan berbagai kewajiban dalam rangka untuk pengembangan perusahaan
ini.

70
Deskripsi Tugas dari Struktur Organisasi Perusahaan
1. Direktur
2. Teknik
3. Keuangan
4. Administrasi
5. Staff

Hasil Penelitian
Sistem Perpajakan Pada PT. Berkat Teknik Jaya
Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan, perusahaan ini membayar beberapa pajak
antara lain PPn. Kemudian Perusahaan juga membayar PPh pasal 21 berkaitan dengan penghasilan kena
pajak.Perusahaan juga membayar PPh Pasal 25 dalam memenuhi kewajiban membayar perpajakannya dan yang
selanjutnya yaitu dengan membayar pajak PPh Pasal 29.Juga didalamnya dengan pajak dibayar dengan
menggunakan tarif PPh Pasal 17.Berdasarkan laporan keuangan yang ada PT. Berkat Teknik Jaya mempunyai
omset yang berbeda-beda setiap bulannya.Sebagai warga negara yang baik, PT. Berkat Teknik Jaya
menjalankan kewajibannya untuk membayar pajak badan atas usaha yang perusahaan ini jalankan, sejak
dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 43 Tahun 2013, maka perusahaan ini mulai menerapkan tarif pajak
1% atas omset yang mereka dapat setiap bulannya.

Sistem PerpajakanBerdasarkan Ketentuan Umum


. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak perusahaan, omset atau peredaran bruto
bulan September tahun 2013 yang didapat perusahaan yaitu sejumlah Rp. 80.313.000,00 dan pada bulan
Oktober 2013 mendapatkan omset Rp. 354.000.000,00
Penelitian ini tidak didapat laporan keuangan secara lengkap.Berdasarkan data penjualan yang
didapatkan yaitu pada bulan September dan Oktober 2013.Maka pendapatan dibuat rata-rata agar dapat
menunjukkan data penjualan selama tahun 2013.
Misalkan.
Penjualan Perusahaan tahun berjalan
= Rp2.605.878.000,00
Berikut ini diasumsikan perhitungan untuk pelaporan SPT Tahun fiskal 2013,
Peredaran Bruto Rp.2.605.878.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp. 1.800.000.000,00
Laba Usaha Rp. 805.878.000,00
Biaya Rp. 500.000.000,00
Jumlah Penghasilan Neto Komersial Rp.305.878.000.,00
Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak Rp.5.878.000,00
Penyesuaian Fiskal Positif Rp.150.000.000,00
Penghasilan Neto Fiskal Rp.150.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Neto Fiska l Rp. 150.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp. 150.000.000,00
PPh Terutang
PPH Terhutang(Tarif PPh Ps. 17 X PKP)
(28% x Rp.150.000.000,00) Rp. 42.000.000,00
Kredit Pajak
PPh Yang Harus dibayar Rp. 42.000.000,00
PPh Pasal 25(1/12xPPh yang harus dibayar)perbulan Rp. 3.500.000,00
PPh Yang Kurang dibayar (PPh Ps 29) Rp. 38.500.000,00
Angsuran PPh Pasal 25 sesuai dengan tahun berjalan
Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan Rp. 150.000.000,00
PKP Rp. 150.000.000,00
PPh yang Terutang Rp. 42.000.000,00
PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 42.000.000,00
PPh Pasal 25(1/12 x PPh yang harus dibayar) perbulan Rp. 3.500.00,00

71
Sistem Perpajakan berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013, maka perusahaan harus membayar pajak 1%
dari omset atau peredaran bruto dari PT. Berkat Teknik Jaya.Seperti perhitungan menggunakan tarif pajak pasal
17, perhitungannya didasarkan pada pendapatan PT. Berkat Teknik Jaya pada bulan terakhir yaitu, bulan
September dan Oktober. Seperti yang diketahui sebelumnya, jumlah omset pada bulan September dan Oktober
2013 yaitu Rp. 80.313.000,00& Rp. 354.000.000,00 sementara ada pendapatan atas jasa pekerjaan bebas sebesar
Rp. 4.000.000,00pada bulan September dan Rp.1.500.000,00 pada bulan Oktober di dalamnya
Maka perhitungannya untuk bulan September sebagai berikut:
Pendapatan atau peredaran bruto PT. Berkat Teknik Jaya,
PPh Final = DPP x Tarif
PPh Final = (Rp. 80.313.000,00 Rp. 4.000.000,00) x 1%
PPh Final = Rp. 76.313.000,00 x 1%
PPh Final = Rp. 763.130,00
Maka PT. Berkat Teknik Jaya harus membayar PPh Final pajak UMKM sebesar Rp. 763.000,00 untuk omset
bulan September.
Maka perhitungannya untuk bulan Oktober sebagai berikut:
Pendapatan atau peredaran bruto PT. Berkat Teknik Jaya,
PPh Final = DPP x Tarif
PPh Final = (Rp. 354.000.000,00 Rp. 1.500.000,00) x 1%
PPh Final = Rp. 352.500.000,00 x 1%
PPh Final = Rp. 3.525.000,00
Maka PT. Berkat Teknik Jaya harus membayar PPh Final pajak UMKM sebesar Rp. 3.525.000,00 untuk omset
bulan Oktober.Apabila dirata-ratakan untuk pajak terutang dari perusahaan ini, maka akan didapat,
(Rp.763.130,00+ Rp.3.525.000,00)/2 = Rp.2.144.065,00 per bulan,
Rp.2.144.065,00 x 12 = Rp. 25.728.780,00 per tahun
Ini merupakan asumsi perhitungan untuk 1 tahun fiskal dari PT. Berkat Teknik Jaya,

Pembahasan
Tabel 3. Perbandingan Sistem Perpajakan Sesuai Ketentuan Umum dan PP Nomor 46 Tahun 2013
Ketentuan Umum PP Nomor 46
Waktu pembayaran untuk 1 tahun fiscal Waktu pembayaran dilaksanakan setiap bulan

Memperhitungkan penghasilan kena pajak Memperhitungkan omset atau pendapatan 1


bulan
Untuk usaha/ badan dengan berbagai Untuk pengusaha dengan omset dibawah 4,8
pendapatan/ penghasilan milyar

Menyertakan laporan keuangan dalam 1 tahun Langsung melaporkan pajak untuk 1 bulan
fiskal

PENUTUP
Kesimpulan
1. Jadi secara sistematis atau teknis pembayaran, penggunaan tarif 1 % dinilai lebih menguntungkan karena
tidak perlu melaksanakan perhitungan, pembukuan yang dinilai terlalu rumit bagi wajib pajak usaha mikro
kecil dan menengah.
2. Dilihat dari jumlah yang dibayarkan, pajak1 % cenderung lebih besar untuk dibayar dibandingkan dengan
berdasarkan ketentuan umum.
3. Pembayaran tarif pajak 1 % ini dapat membuat wajib pajak secara aktif melaporkan dan membayar pajak,
karena dilakukan setiap bulannya. Berbeda dengan sistem pajak sebelumnya yang menunggu sampai 1
tahun fiskal untuk melaksanakan pembayaran, yang membuat wajib pajak tidak aktif bahkan melalaikan
kewajibannya untuk membayar pajak.
4. Dari segi pemungut pajak, pengenaan tarif ini cukup menguntungkan bagi pemungut pajak atau pemerintah.
Karena dengan sistem yang lebih mudah, hanya dengan membayar 1% dari omset mendorong wajib pajak

72
khususnya usaha mikro kecil dan menengah, untuk melaksanakan kewajibannya dibandingkan dengan
sistem yang diberlakukan sebelumnya yang dinilai lebih rumit.
5. Bagi pengusaha mikro kecil dan menengah, peraturan yang baru diterapkan ini, tidak selalu dipandang baik.
Karena baik untung maupun rugi , pengusaha harus membayar pajak. Karena usaha mikro, kecil dan
menengah tidak selalu mendapatkan kentungan dari usaha mereka tersebut.

Saran
Sebaiknya pihak-pihak yang terkait tersebut mempertimbangkan perbandingan-perbandingan, pengaruh,
bahkan dampak dari perubahan sistem perpajakan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini..Selain itu, bagi
pemerintah kiranya semakin meningkatkan kinerjanya agar sistem yang dijalankan semakin baik lagi.Tentunya
untuk semakin menumbuhkan keaktifan wajib pajak didalam melaksanakan kewajiban membayar pajak. Dan
bagi wajib pajak sendiri, sistem yang dilaksanakan tentunya untuk mempermudah bagi wajib pajak untuk
membayar pajak. Sebaiknya Perusahaan melaporakan pajaknya secara rutin agar tidak terkena sanksi-sanksi
pajak. Dan menggunakan perhitungan PP Nomor 46 Tahun 2013, karena pelaporan dan pembayarannya lebih
mudah dengan sistem perpajakan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Diana, Anastasia dan Setiawati,Lilis. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi & Penuntun Praktis.Edisi 3.
CV. Andi Offset. Yogyakarta.

Kementrian Keuangan. 2013. Media Keuangan Februari 2013.


http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/mediakeuangan/ 2013/HTML/files/assets/basic-html/page13.html
artikel diakses 30 Oktober 2013

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2008. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.Jakarta. http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129.
Artikel diakses 30 Oktober 2013

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke lima belas. Alfabeta. Bandung.

Mardiasmo,2009.Perpajakan. Edisi Revisi. CV. Andi Offset.Yogyakarta.

Rahmatika, Muffi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesadaran Kewajiban
Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah (UKM), Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan. Jakarta

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah no. 46 Tahun 2013 tentang Tarif 1% Terhadap Usaha dengan
Omset dibawah 4,8 Milyar.Jakarta

Resmi, Siti.2011.Perpajakan. buku 6 edisi 1. Salemba Empat. Jakarta.

Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta.

Zahidah, Choiriyatuz. 2010. Pengaruh Tingkat Pemahaman Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Wilayah Jakarta
Selatan ), Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

73
ANALISIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM STRUKTUR PENDAPATAN
ASLI DAERAH KOTA MANADO

Ali Kurniawan A. Suratinoyo


Harijanto Sabijono
Stanly Alexander

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : ali_kurniawan78@yahoo.com

ABSTRAK

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan dari pungutan pajak daerah, retribusi daerah,
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain-lain. Semakin tinggi PAD dalam pendapatan
daerah merupakan cermin keberhasilan tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan. Pajak daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber Penerimaan utama bagi
Pendapatan Asli Daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah dalam
struktur pendapatan asli daerah (PAD) Kota Manado. Data yang diolah adalah data dari DISPENDA Kota
Manado dari tahun 2007-2011. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
menganalisis data realisasi pajak daerah dan retribusi daerah tahun 2007-2011 yang didapat dari Dinas
Pendapatan Daerah Kota Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap PAD dari tahun 2007-2011 yaitu sebesar 65,18% untuk pajak daerah dan
23,16% untuk retribusi daerah. Kurangnya jumlah penerimaan retribusi daerah jika dibandingkan dengan pajak
daerah, maka sebaiknya pemerintah daerah Kota Manado lebih mengoptimalkan jasa layanan yang diberikan,
baik yang sifatnya komersial maupun yang berbentuk layanan publik.

Kata kunci : pendapatan asli daerah, pajak daerah dan retribusi daerah

ABSTRACT

Local Revenue constitutes acceptance of levy local taxes, retribution, separated management of
regional assets and other income. The higher income of regional income was an image of success level ability in
financing administering government and regional development. Local taxes and retribution is a major source of
Acceptance for local revenue used to finance governance and development. Purpose of the implementation of
this study to determine the growth of local taxes and retribution in the revenue structure of Manado. The
processed data is the data from the Office of Manado City revenues from 2007 to 2011. Data analysis method
used is descriptive method to analyze the data of actual local taxes and retribution years 2007-2011 were
obtained from the Regional Revenue Office of Manado City. Results of this study indicate that the contribution
of a given local taxes and retribution to revenue from 2007 to 2011 in the amount of 65.18% to 23.16% and
local taxes for retribution. The lack of total revenues compared to retribution local taxes, the local government
should further optimize Manado services rendered, whether commercial in nature or in the form of public
service.

Keywords : local revenue, local taxes and retribution

74
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sejak tanggal 1 januari 2001 era otonomi daerah secara resmi diberlakukan di Indonesia menghendaki
daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah
daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Otonomi daerah yang diterapkan di
Indonesia hingga saat ini merupakan wujud dari diberlakukannya desentralisasi. Otonomi merupakan hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini selaras dengan
diberlakukannya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Kinerja dan kemampuan keuangan daerah
merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan
otonomi daerah. Potensi daerah baik berupa sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM)
tidak tersebar secara merata pada tiap-tiap daerah otonom.
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang
mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2010 menandai reformasi perpajakan daerah dan retribusi daerah di
Indonesia. Pajak daerah dan retribusi daerah yang adalah bagian dari pendapatan asli daerah diharapkan mampu
menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pemberlakuan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah pada dasarnya tidak hanya
menjadi urusan pemerintah daerah sebagai pihak yang menetapkan dan yang memungut pajak dan retribusi
daerah, tetapi juga berkaitan dengan masyarakat pada umumnya. Upaya ke arah kemandirian daerah,
memerlukan kemandirian sumber pendapatan asli daerah yang perlu ditingkatkan, terutama dalam
mengantisipasi semakin terbatasnya kemampuan pemerintah pusat dalam penyedian dana bagi daerah.
Untuk itu maka pemerintah daerah diharapkan untuk mampu menggali segenap potensi yang dimiliki oleh
daerah tersebut baik potensi dari sumber daya alam dan sumber daya manusia berdasarkan asas keadilan dan
asas manfaat. Dapat dilihat bahwa keunggulan kota Manado berasal dari beberapa bidang yang berupa
pariwisata, pertanian, perkebunan, pertanian, perdagangan, perhotelan, dan restoran serat didukung oleh sumber
daya manusia yang cukup memadai untuk mencapai kemandirian keuangan daerah.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pertumbuhan
pajak daerah dan retribusi daerah dalam struktur pendapatan asli daerah (PAD) Kota Manado.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Akuntansi
Pengertian Akuntansi
Horngren, et al (2009 : 4) yang menyatakan akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas
bisnis, memproses informasi menjadi laporan keuangan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para
pembuat keputusan.
Weygandt, et al (2007 : 4) mendefinisikan akuntansi (accounting) adalah suatu sistem informasi yang
mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi
kepada para pengguna yang berkepentingan.
Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan (Agoes dan Trisnawati, 2010:2).

Akuntansi Pemerintahan
Bastian dalam Mursyidi (2009 : 1) mendefinisikan akuntansi sektor publik sebagai mekanisme teknik
dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara
dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial,
maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik dan swasta. Akuntansi keuangan daerah adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah (Halim, 2007 : 75).

75
Konsep Pajak
Pengertian Pajak
Banyak definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Ilyas dan Burton (2011:6) mengemukakan
beberapa pendapat pakar tentang definisi pajak diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Soemitro, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
2. Soemahamidjaja, Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif
dalam mencapai kesejahteraan umum.
3. Smeet, Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang
dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra-prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual;
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Fungsi Pajak
Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa fungsi pajak terbagi atas dua fungsi yaitu sebagai berikut.
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
2. Fungsi Mengatur (Regulered)

Sistem Pemungutan Pajak


Mardiasmo (2011:7-8) menyatakan bahwa tiga macam sistem pemungutan pajak yaitu sebagai berikut.
1. Official Assessment System
2. Self Assessment System
3. Witholding System

Hambatan Pemungutan Pajak


Mardiasmo (2011:8-9) menyatakan bahwa hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan
menjadi berikut ini.
1. Perlawanan pasif dimana masyarakat enggan (pasif) membayar pajak.
2. Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus
dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Asas Pemungutan Pajak


Mardiasmo (2011:7) menyatakan bahwa asas pemungutan pajak antara lain sebagai berikut ini.
1. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
2. Asas Sumber
3. Asas Kebangsaan

Syarat Pemunggutan Pajak


Mardiasmo (2011:2) menyatakan bahwa syarat pemungutan pajak adalah sebagai berikut.
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yurids)
3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Teori-Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak


Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada negara
untuk memungut pajak. Mardiasmo (2011:3) menyatakan bahwa teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Teori Asuransi
2. Teori Kepentingan
3. Pajak Daya Pikul
4. Teori Bakti
5. Teori Asas Daya Beli

76
Pengelompokan Pajak
Mardiasmo (2011:5) menyatakan bahwa pengelompokan pajak terdiri atas tiga yaitu sebagai berikut.
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari wajb pajak.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajb
pajak.
3. Menurut lembaga pemungutan
a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara.
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah.

Tarif Pajak
Mardiasmo (2011:9) menyatakan bahwa ada empat tarif pajak yaitu sebagai berikut.
1. Tarif sebanding/proporsional
2. Tarif tetap
3. Tarif progresif
4. Tarif degresif

Pajak Daerah
Siahaan (2010:9) menyatakan bahwa pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah dengan Peraturan Daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah
dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di daerah.
Pajak Daerah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2009. Adapun
pembagian pajak daerah Kabupaten/Kota terdiri dari berikut ini.
1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga
motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta
rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup
juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dansejenisnya termasuk jasa boga/katering.
3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan
dipungut bayaran.
4. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk
tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati
oleh umum.
5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun
diperoleh dari sumber lain.
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan
batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di
dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.

77
7. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor.
8. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang
terdapat dalam lapisan tanahatau batuan di bawah permukaan tanah.
9. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung
walet.
Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia
maxina,collocalia esculanta, dan collocalia linchi.
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
kabupaten/kota.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan
pedalaman dan/atau laut.
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau
bangunan.
Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkandiperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan.
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan
diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.

Pengertian Retribusi
Retribusi menurut Siahaan (2010:5) adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara karena
adnya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara perorangan. Menurut Pasal 1 ayat UU
No. 28 Tahun 2009 pengertian retribusi daerah yaitu retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.

Ciri-Ciri Retribusi Daerah


Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia menurut siahaan
(2010:6-7) adalah sebagai berikut.
1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang
berkenaan.
2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.
3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas Jasa) secara langsung dari pemerintah
daerah atas pembayaran yang dilakukannya.
4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang
atau badan.
5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi,
tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

Penggolongan Retribusi Daerah


1. Retribusi Jasa Umum, Obyeknya adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Sedangkan
subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan /menikmati pelayanan jasa umum yang
bersangkutan.
Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah retribusi.
a. Pelayanan kesehatan
b. Pelayanan persampahan/ kebersihan
c. Penggatian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil
d. Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
e. Pelayanan parkir di tepi jalan umum
f. Pelayanan pasar

78
g. Pengujian kendaraan bermotor
h. Pemeriksaan alat pemadam kebakaran
i. Penggantian biaya cetak peta
j. Penyediaan dan atau penyedotan kakus
k. Pengolahan limbah cair
l. Pelayanan tera/tera ulang
m. Pelayanan pendidikan
n. Pengendalian menara telekomunikasi.
2. Retribusi Jasa Usaha, obyeknya adalah pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip komersial, sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang
menikmati/menggunakan jasa usaha yang bersangkutan.
Jenis jenis retribusi jasa usaha adalah retribusi.
a. Pemakaian kekayaan daerah
b. Pasar grosir dan pertokoan
c. Tempat pelelangan
d. Terminal
e. Tempat khusus parker
f. Tempar penginapan / pesanggrahan / villa
g. Rumah potong hewan
h. Pelayanan pelabuhan kapal
i. Tempat rekreasi dan olah raga
j. Penyeberangan di atas air
k. Penjualan produksi usaha daerah
3. Retribusi Perizinan Tertentu, obyeknya adalah kegiatan tertentu Pemerintah daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawsan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang
prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah
daerah.
Jenis jenis retribusi perizinan tertentu adalah retribusi.
a. Izin mendirikan bangunan
b. Izin Tempat penjualan minuman beralkohol
c. Izin gangguan
d. Izin trayek, dan
e. Izin usaha perikanan.

Pendapatan Asli daerah


Pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk
mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun
pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain
penerimaan asli daerah yang sah. Pasal 6 Undang-undang No. 32 tahun 2004 menyatakan pendapatan asli
daerah berasal dari berikut ini yaitu sebagai berikut.
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4. Penerimaan dari dinas dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

79
Tabel 1 Penelitian Terdahulu
N Nama
Motode
O Peneliti / Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Analisis
Tahun

1 Amri Analisis Tingkat Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan Peneliti Peneliti


Efektivitas Pajak bahwa tingkat efektivitas melakukan menganalisis
Siregar
dan Retribusi Daerah penerimaan pajak dari tahun penelitian pada beberapa variabel
(2009)
Sebagai Pendapatan 2003-2007 adalah tinggi yaitu jenis pajak dan variabel seperti
Asli Daerah (PAD) berada di atas 100% sedangkan retribusi Pendapatan
Sumatera Utara kontribusi penerimaan pajak dan daerah Domestik Regional
retribusi daerah dari tahun 2003- Bruto (PDRB) dan
2007 terus menunjukkan angka Penanaman Modal
penurunan yang berarti. Dalam Negeri
(PMDN).
2 Septian Dwi Pengaruh Kuantitatif Hasil penelitian menunjukan Peneliti Peneliti
Kurniawan Penerimaan Pajak bahwa pajak daerah berpengaruh melakukan menganalisis
(2010) Dan Retribusi positif terhadap pertumbuhan penelitian pada prosedur
Daerah Terhadap ekonomi sebesar 1,90 dan jenis pajak dan pemungutan pada
Peningkatan retribusi daerah berpengaruh retribusi objek yang berbeda
Pendapatan Asli positif terhadap pertumbuhan daerah
Daerah Di ekonomi sebesar 0,873.
Kabupaten Ponorogo

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana peneliti secara langsung
mendatangi objek penelitian yaitu, Dinas Pendapatan Asli Dearah Kota Manado untuk memperoleh data-data
dan informasi yang dibutuhkan.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi langsung ke objek penelitian guna untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan pajak daerah
dan retribusi daerah dalam struktur Pendapatan Asli Daerah Kota Manado.
2. Mengidentifikasi pajak daerah dan retribusi daerah.
3. Mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian untuk dijadikan sebagai dasar acuan
dalam menganalisa permasalahan yang ada.
4. Mempelajari data yang diterima dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado
5. Mengolah data yang diterima dari Dinas Pendapatan daerah Kota Manado
6. Membandingkan hasil yang diperolah dengan teori yang ada.
7. Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran-saran yang dianggap perlu.

Metode Pengumpulan Data


Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah merumuskan teknik pengumpulan data sesuai dengan
masalah yang diteliti. Agar diperoleh data dan keterangan yang lengkap maka harus menggunakan teknik
pengumpulan data yang tepat. Untuk itu teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan,
dimana dilakukan melalui studi lapangan terhadap Dinas Pendapatan Daerah yang merupakan objek penelitian,
untuk mendapatkan data yang diperlukan serta peninjauan langsung ke lokasi penelitian.

80
Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar menggunakan data kuantitatif berupa Daftar
Rincian Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Manado (2007-2011). Di sisi lain, data kualitatif berupa struktur
organisasi, tugas, visi, misi, tujuan, saran dan kepegaiwaian dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado.

Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder, berupa target dan realisasi
penerimaan Pendapatan Asli Daerah mulai tahun 2007-2011 yang dapat diperoleh pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Manado.

Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu analisis yang mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menganalisis data
angka, agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga dapat ditarik
kesimpulan. Perhitungan angka-angka menggunakan rumus Analisis kontribusi.

Definisi Operasional

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terkait, antara lain sebagai berikut.
1. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang dikenakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
2. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta.
3. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk
mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun
pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-
lain penerimaan asli daerah yang sah.
4. Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah dan retribusi daerah memberikan
sumbangan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan
membandingkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah periode tertentu dengan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah, begitu pula sebaliknya.

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Tabel 2 Kontribusi Pajak daerah dan retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado Tahun
Anggaran 2007-2011

Pajak Daerah Retribusi Daerah


Tahun PAD Kontribusi Kontribusi
Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)
(%) (%)
2007 54,715,561,525 33,769,067,697 61,71 14,809,965,888 27,06
2008 73,468,557,485 39,673,622,883 54,00 19,446,859,763 26,46
2009 68,199,913,422 44,486,883,614 65,23 16,652,529,750 24,41

2010 92,123,349,135 58,553,045,704 63,55 23,789,704,710 25,82

2011 135,204,783,496 99,733,466,374 73,76 23,457,737,987 17,34


Total 423,712,165,063 276,216,086,272 65,18 98,156,798,098 23,16

Sumber Data : DISPENDA (diolah)

81
Dilihat dari kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di tahun 2007 sebesar 61,71%
dari total penerimaan PAD Kota Manado sebesar Rp. 54,715,561,525, pada tahun 2008 memberikan kontribusi
sebesar 54% dari total PAD Rp. 73,468,557,485, tahun 2009 sebesar 65,23% dari total PAD sebesar Rp.
68,199,913,422, di tahun 2010 kontibusi sebesar 63,55% dari total PAD sebesar Rp. 92,123,349,135, dan pada
tahun 2011 pajak daerah memberikan kontribusi sebesar 73,76% dari total PAD Rp. 135,204,783,496.
Gambar 1 Penerimaan Terbesar Pajak Daerah Kota Manado
Rp30,000,000,000

Rp25,000,000,000

Rp20,000,000,000
Pajak Hotel
Rp15,000,000,000
Pajak Restoran
Rp10,000,000,000 .Pajak Penerangan Jalan

Rp5,000,000,000

Rp-
THN THN THN THN THN
2007 2008 2009 2010 2011

Sumber data : DISPENDA (diolah)


Gambar di atas dapat dilihat bahwa Kota Manado terdapat tiga jenis pajak yang selalu menonjol setiap
tahunnya. Pajak tersebut adalah pajak penerangan jalan, pajak restoran dan pajak hotel. Pajak penerangan jalan
yang dikelola oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota Manado merupakan pajak yang memberikan
kontibusi paling besar dalam stuktur pajak daerah selama jangka waktu 5 tahun. Secara umum, grafik yang
ditunjukkan oleh ketiga pajak ini cenderung naik setiap tahunnya. Untuk pajak penerangan jalan, tahun 2007
merupakan titik terendah karena hanya berjumlah Rp. 14.504.397.139. Dalam tahun 2008 terjadi peningkatan
sebesar Rp. 1.925.453.390 sehingga menjadi Rp. 16.429.850.529. Pajak penerangan jalan terus meningkat
pada tahun 2009, 2010 dan tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 17.611.584.335, Rp. 22.463.485.520 dan Rp.
24.855.630.304. Meningkatnya fasilitas jalan yang ada di Kota Manado untuk mencapai visi dan misi Manado
Kota Ekowisata menjadi faktor peningkatan kontribusi pajak penerangan jalan sehingga ditahun 2011
merupakan capaian tertinggi dari pajak penerangan jalan. Untuk pajak restoran dan pajak hotel berlaku juga hal
yang sama dimana tidak pernah terjadi penurunan jumlah kontribusi yang diberikan oleh kedua jenis pajak
tersebut.
Pajak restoran titik terendah terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah Rp. 11.542.143.218 dan untuk
tahun anggaran berikutnya yaitu tahun 2008, 2009 dan 2010 terus terjadi kenaikan yaitu sebesar Rp.
14.923.639.490, Rp. 16.690.662.230 dan Rp.21.464.517.254. Semakin bertambah banyak dan berkembangnya
restoran-restoran di Kota Manado diyakini menjadi faktor peningkatan kontibusi dari pajak restoran sehingga
ditahun 2011 merupakan titik tertinggi yang dicapai pajak ini, mampu memberikan masukan dalam struktur
pajak daerah sebesar Rp.26.715.829.539. Pajak hotel memberikan kontibusi sebesar Rp.3.062.855.021 pada
tahun 2007, dan terus meningkat pada tahun 2008, 2009 dan 2010 yaitu sebesar Rp.3.950.924.990,
Rp.5.205.091.655 dan Rp.7.569.391.053. Adanya event-event dan acara besar mengakibatkan banyaknya
pengunjung yang datang di Kota Manado sehingga pada tahun 2011 merupakan titik tertinggi dari pajak hotel
sebesar Rp.10.424.824.091.

82
Gambar 2 Penerimaan Terbesar Retribusi Daerah Kota Manado

Rp18,000,000,000

Rp16,000,000,000

Rp14,000,000,000 1 Kebersihan

Rp12,000,000,000
2 Pengujian Kendaraan bermotor
Rp10,000,000,000

Rp8,000,000,000 3 Jasa usaha terminal

Rp6,000,000,000
4 Izin mendirikan bangunan
Rp4,000,000,000

Rp2,000,000,000 5 Pengg. Biaya ctk KTP dan akte


capil
Rp-
THN THN THN THN THN
2007 2008 2009 2010 2011

Sumber data : DISPENDA (diolah)


Belum dimilikinya kesadaran masyarakat akan kebersihan Kota Manado mengakibatkan retribusi
kebersihan berfluktuatif seperti terlihat pada grafik di atas, pada tahun 2007 sebesar Rp. 2.469.697.250
meningkat tahun 2008 sebesar Rp. 2.977.224.000, kemudian terjadi penurunan tahun 2009 sebesar Rp.
2.690.444.000 dan 2010 sebesar Rp. 2.507.025.000 serta tahun 2011 sebesar Rp 2.496.591.512.
Retribusi pengujian kendaraan bermotor mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar
Rp.602.242.500 sampai 2010 sebesar Rp.772.717.765 dan 2011 Rp.956.763.400 walaupun ada penurunan pada
tahun 2008 sebesar Rp.360.770.433 dan 2009 sebesar Rp.365.743.425. Hal ini diakibatkan semakin banyaknya
pengguna kendaraan bermotor di Kota Manado.
Gambar di atas menunjukan bahwa retribusi jasa usaha terminal terlihat stabil dikarenakan pengguna
jasa usaha ini tidak meningkat atau menurun secara signifikan. Pemasukan retribusi jasa usaha terminal tertinggi
terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp.1.169.288.000 dan terendah pada tahun 2007 Rp.977.645.100. sedangkan
tahun 2011 merupakan penurunan sebesar Rp.1.040.620.000 dari tahun 2009 sebesar Rp. 1.127.071.100 dan
2010 sebesar 1.154.640.000.
Peningkatan yang terjadi pada retribusi izin mendirikan bangunan pada tahun 2007 sebesar Rp.
4.262.845.822 menjadi Rp.11.109.643.270 tahun 2010 dan 2011 sebesar Rp.15.341.502.800, meskipun ada
penurunan 2009 sebesar Rp.5.431.020.100 dari Rp.7.774.941.250 tahun 2008. Hal ini disebabkan karena
banyaknya pembangunan di Kota Manado.
Penggantian biaya cetak KTP dan akte capil tahun 2007 sebesar Rp.461.918.500 meningkat
Rp.897.959.000 dan Rp.1.074.515.000 tahun 2008 dan 2009, kemudian menurun tahun 2007 sebesar
Rp.741.149.000 dan Rp.711.540.000 tahun 2011. Peningkatan yang terjadi karena diantaranya peningkatan
angka kelahiran dan penduduk yang menikah di Kota Manado.

PENUTUP

Kesimpulan
1. Dalam struktur pendapatan asli daerah di Kota Manado, pajak daerah dan retribusi daerah merupakan dua
pos penerimaan yang paling dominan, maka jumlah total kontribusi pajak daerah dari tahun 2007 sampai
tahun 2011 yaitu sebesar 65,18% dan jumlah total kontribusi retribusi daerah dari tahun 2007 sampai tahun
2011 adalah sebesar 23,16%. Terjadinya peningkatan setiap tahun berarti pembiayaan untuk pembangunan
daerah akan terpenuhi, hal ini menunjukkan ada kesadaran dari masyarakat untuk membayar pajak.
2. Kondisi yang ditimbulkan akibat dominannya pajak daerah dan retribusi daerah sebenarnya kurang baik,
karena dapat menyebabkan ketergantungan keuangan daerah pada kedua pos penerimaan tersebut. Hal ini
dapat membuat pos-pos penerimaan yang lain kurang dioptimalkan.

83
3. Jumlah penerimaan Pajak daerah dan Retribusi daerah Kota Manado memberikan kontribusi yang baik
terhadap PAD sehingga dapat mempengaruhi jumlah PAD yang diterima. Kontribusi terbesar pajak daerah
yaitu pada tahun 2011 yaitu 73,76% dan yang terendah pada tahun 2008 yaitu 54% sedangkan kontribusi
terbesar retribusi daerah terjadi pada tahun 2007 yaitu 27,06% dan terendah pada tahun 2011 hanya sebesar
17,34%.

Saran
1. Ketergantungan pembiayaan dalam struktur keuangan daerah pada satu atau dua pos penerimaan dapat
menyebabkan terganggunya pendapatan asli daerah jika terjadi gejolak ekonomi. Untuk itu sebaiknya
pemerintah daerah lebih menggali, mengupayakan dan mengefektifkan dua pos penerimaan lainnya yaitu
pos hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pos penerimaan lain-lain PAD yang sah.
2. Kontribusi Pajak daerah dan retribusi daerah sudah cukup baik sehingga harus dipertahankan dan akan
lebih baik jika lebih ditingkatkan agar kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD semakin
besar.
3. Kurangnya jumlah penerimaan retribusi daerah dari tahun anggaran 2007-2011 jika dibandingkan dengan
pajak daerah, maka sebaiknya pemerintah daerah Kota Manado lebih mengoptimalkan jasa layanan yang
diberikan, baik yang sifatnya komersial maupun yang berbentuk layanan publik.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno., Trisnawati. 2010. Akuntansi Perpajakan. Edisi 2 Revisi. Salemba Empat. Jakarta.
Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (2011-2016)
Halim. H. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Horngren, Charles., Harrison, Walter., Bamber, Linda., 2009 Akuntansi (Accounting). PT Indeks. Jakarta.
Ilyas,W., Burton, R. 2011. Hukum Pajak. Salemba Empat.Jakarta.
Kurniawan. Septian Dwi. 2010. Pengaruh Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang. http//journal.unsil.ac.id. 28 April 2010
Mardiasmo. 2011 ,Perpajakan. Edisi Revisi 2011. Andi. Yogyakarta
Mursyidi. 2009. Akuntasi Pemerintahan di Indonesia. PT Refika Aditama. Bandung.
Siahaan. Marihot. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Siregar. Amri. 2009. Analisis Tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/10971/1/10e00047.pdf. 6 Maret 2012
Weygandt, Jerry., Kieso, Donald., Kimmel, Paul., 2007. Accounting Principles Pengantar Akuntansi. Salemba
Empat Jakarta
Republik Indonesia 2009, Undang-undang No. 28 tahun 2009, Pajak dan Retribusi Daerah Manado
_____ 2004, Undang-undang No. 32. Tahun 2004, Pemerintah Daerah, Manado

84
ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI FLA KUE SUSEN PADA DOLPHIN DONUTS
BAKERY.

Intan Zuriati Agustina Muhamad


Ventje Ilat
Harijanto Sabijono

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: intanz.agustina@gmail.com

ABSTRAK

Dalam menjalankan usahanya setiap perusahaan selalu dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan.
Permasalahan yang timbul sangat beragam, termasuk didalamya permasalahan pengambilan keputusan. Berbagai
informasi diperlukan oleh manajemen dalam memilih keputusan yang tepat. Salah satu jenis informasi yang
dibutuhkan oleh manajemen sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan adalah informasi akuntansi
diferensial. Analisis biaya diferensial sangat diperlukan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh perusahaan
dalam usaha meningkatkan laba dan mengurangi kerugian, yaitu dengan mengambil keputusan apakah membuat
sendiri atau membeli bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keputusan yang paling tepat yang bisa
diambil oleh manajemen dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri fla menggunakan informasi
akuntansi diferensial yaitu dengan membandingkan antara biaya diferensial yang akan dikeluarkan saat membuat
sendiri dan membeli dari pemasok. Hasil dari pengamatan analisis yang dilakukan pada Dolphin Donuts bakery
dilihat dari biaya yang dikeluarkan menunjukkan bahwa gambaran tentang peran dari akuntansi diferensial dalam
pengambilan suatu keputusan jangka pendek, dimana pihak perusahaan lebih baik membuat sendiri fla sebagai
bahan baku pembuatan kue susen, karena biaya produksi yang dikeluarkan apabila membuat sendiri lebih rendah
dari pada membeli dari luar.

Kata kunci : informasi akuntansi diferensial, pengambilan keputusan, membuat sendiri atau membeli

ABSTRACT

In running a business every company always faced with many issues. There are many kinds of issues,
decison making was one of them. Many informations are needed for the management in order to chose the right
decision. Differential accounting information was one of the information that the management need as basis of
palnning and decisions making. Differential cost analysis was appropiate for the issue in ways for the company to
increase the profit and reduce the loss, which to make the decision to make or buy the material. The purpose of
this research is to find out what was the right decision that the manager could took, either to make or to buy the fla
using differential accounting information with comparing the differential cost within to buy or to make the fla.The
result of the analysist at Dolphin Donuts bakery from differential cost showing that differential accounting
information in short-term decision indicating the company better make their own fla as the material of susen, cause
the production cost was more cheaper comparing if the company buy from supplier.

Keywords : differential accounting information, decision making, to make or to buy.

85
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Informasi diperlukan oleh pihak manajemen untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan. Manajemen membutuhkan informasi akuntansi diferensial ini untuk memilih altenatif tindakan yang
terbaik diantara alternatif yang tersedia. Akuntansi diferensial membandingkan informasi masa yang akan datang
yang berbeda untuk setiap altematif, sehingga memungkinkan manajemen perusahaan memiliki dasar yang dapat
dipertanggung jawabkan dalam hal pengambilan keputusan.
Pada informasi akuntansi diferensial, umumnya manajemen menghadapi empat macam pengambilan
keputusan dalam jangka pendek, yaitu membeli atau membuat sendiri, menerima atau menolak pesanan khusus,
menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk, menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau
kegiatan usaha suatu bagian perusahaan. Salah satu keputusan yang perlu diambil dalam perencanaan pada setiap
alternatif adalah membeli atau membuat sendiri (make-or-buy decision) suatu komponen bahan baku. Keputusan
membuat atau membeli adalah keputusan manajemen menyangkut apakah sebuah komponen harus dibuat sendiri
ataukah dibeli dari pemasok luar.
Dalam membuat keputusan mengenai masalah ini, manajer harus dapat menganalisis dan
mempertimbangkan dengan matang antara harga beli per unit dengan biaya produksi per unit, sehingga diperlukan
data-data yang menyajikan biaya diferensial dari produk tersebut guna terhindar dari kesalahan - kesalahan dalam
mengambil keputusan yang dapat mengakibatkan perusahaan akan kehilangan laba atau rugi. Saat mengambil
keputusan manfaat yang didapat oleh perusahaan saat memilih sebuah alternatif harus lebih besar dari pengorbanan
yang dilakukan.Untuk itu pihak manajemen harus berhati - hati dalam menentukan suatu keputusan. Kesalahan
dapat terhindarkan dengan mengadakan analisa untuk memilih alternatif yang lebih baik. Hampir semua unit usaha
bisa mengalami permasalahan dalam pengambilan keputusan dalam menjalani usahanya, tidak terkecuali pada
Dolphin Donuts bakery, suatu usaha yang bergerak dibidang produksi berbagai jenis roti dan kue. Dalam menjalani
usahanya pihak manajemen dihadapkan pada pengambilan keputusan untuk membeli atau membuat sendiri fla
sebagai salah satu bahan baku pembuatan kue susen.

Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui untuk mengetahui keputusan yang paling tepat
yang bisa diambil oleh manajemen Dolphin Donuts bakery dalam menggunakan informasi akuntansi diferensial
membeli atau membuat sendiri fla kue susen.

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Manajemen
Ahmad (2013:5) menyatakan akuntansi manajemen merupakan penerapan teknik-teknik dan konsep yang
tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan dapat diproyeksikan dari suatu satuan usaha untuk membantu
manajemen dalam penyusunan rencana untuk tujuan-tujuan ekonomi yang rasional dan dalam membuat keputusan-
keputusan rasional dengan suatu pandangan ke arah pencapaian tujuan tersebut.Informasi akuntansi manajemen
disusun untuk keperluan spesifik para pembuat keputusan dan jarang disebarkan ke pihak luar organisasi.
(Atkinson, et al. 2009:3)

Akuntansi Manajemen sebagai Suatu Tipe Informasi


Simamora (2012:9), Informasi akuntansi biasanya merupakan satu-satunya sumber informasi kuantitatif
yang menggabungkan hasil aktivitas semua unit perusahaan. Informasi akuntansi berfungsi sebagai mekanisme
integratif yang dipakai untuk mengkoordinasikan bermacam-macam aktivitas, dan sebagai suatu ukuran seluruh
kinerja dan kelangsungan hidup perusahaan. Warindrani (2006:1) Informasi akuntansi adalah proses pengukuran,
analisis, pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh kejadian ekonomi yang mempengaruhi aktiva suatu
perusahaan.
Halim, dkk (2013:8) Mengemukakan informasi akuntansi sebagai bahasa bisinis dikelompokkan menjadi
tiga golongan, yaitu:
1. Informasi Operasi.
Data yang bersal dari informasi operasi diseleksi sesuai dengan kepada pihak mana informasi tersebut akan
disajikan, serta sesuai dengan tingkat pengambilan keputusan dalam manajemen. Dalam informasi operasi ini

86
sebenarnya juga mengandung informasi nonkeuangan yang banyak digunakan oleh sistem informasi akuntansi
keuangan.

2. Informasi Akuntansi Keuangan


Merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan, dan disajikan untuk pihak eksterbal perusahaan. Laporan
tersebut pada dasarnya berisi mengenai posisi keuangan dan hasil yang diperoleh perusahaan secara
keseluruhan. Laporan keuangan untuk pihak eksternal perusahaan dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi
keuangan.
3. Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi akuntansi manajemen memberikan informasi (keuangan dan nonkeuangan) yang berguna untuk
pengambilan keputusan manajemen. Dalam hal kebutuhan informasi keuangan, akuntansi manajemen
memerlukan informasi yang lebih terinci dibandingkan dengan informasi akuntansi keuangan. Informasi
akuntansi manajemen dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen.

Informasi Akuntansi Manajemen


Informasi akuntansi manajemen sangat bermanfaat bagi manajemen terutama pada tahap penganalisaan
konsekuensi setiap alternatif tindakan yang mungkin ada dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
Halim, dkk (2013:10) menyatakan informasi akuntansi manajemen dibagi menjadi tiga tipe yaitu:
1. Informasi Akuntansi Penuh.
Akuntansi penuh menyajikan informatika mengenai pendapatan total, biaya total dan atau aktiva total baik
pada masa lalu maupun masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan biaya atau disebut dengan
informasi akuntansi biaya penuh. Informasi mengenai biaya penuh masa lalu (historical full cost)
digunakan untuk penyusunan laporan keuangan (umumnya berupa neraca dan laporan laba rugi).
2. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai pendapatan, biaya atau aktiva yang
dikaitkan dengan suatu bagian atau unit di dalam perusahaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban
masa lalu bermanfaat untuk menganalisis prestasi dari masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang menyangkut masa yang akan datang digunakan dalam
kegiatan perencanaan tahunan (anggaran/budget).
3. Informasi Akuntansi Diferensial.
Akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan, biaya dan atau aktiva yang
berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan lain. Informasi
akuntansi diferensial berkaitan dengan masa yang akan datang.

Informasi Akuntansi Diferensial


Halim, dkk (2013:11) mendefinisikan informasi akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai
taksiran aktiva, pendapatan, dan biaya yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan
alternatif tindakan yang lain.
Informasi akuntansi diferensial diperlukan oleh pihak manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai
pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara beberapa alternatif keputusan yang tersedia Menurut Halim, dkk
(2013: 103) Informasi akuntansi diferensial terdiri dari :
1. Pendapatan diferensial
Pendpatan diferensial merupakan pendpatan yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondis-
kondisi yang lain. Pendapatan masa lalu atau masa yang akan datang yang tidak berbeda diantara berbagai
alternatif keputusan yang mungkin dipilih bukan merupakan pendapatan diferensial.
2. Biaya diferensial
Biaya diferensial adalah biaya yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang
lain. Besarnya biaya diferensial dihitung dari perbedaan biaya pada alternatif tertentu dibandingkan dengan
biaya pada alternatif lainnya. Darsono dan Purwanti (2009:259) menyatakan biaya diferensial yaitu biaya yang
berbeda beda akibat adanya tingkat produksi yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan biaya tetap
3. Laba Diferensial
Erat hubungannya dengan pengertian pendapatan diferensial dan biaya diferensial. Laba diferensial adalah laba
yang akan datang yang berbeda diantara berbagai alternatif yang mungkin dipilih. Besarnya laba diferensial
dihitung dari perbedaan antara laba pada alternatif tertentu dibandingkan dengan laba pada alternatif lainnya.

87
Manfaat Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek
Bustami dan Nurlela (2006:175) ada beberapa manfaat informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan
keputusan jangka pendek yang pada umumnya dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan keputusan yang
umumnya terdiri dari empat macam keputusan, yaitu :
1. Menjual atau memproses lebih lanjut ( sell or process futher )
Ada kalanya manajemen puncak dihadapkan pada pemilihan menjual produk tertentu pada kondisinya sekarang
atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan
keputusan macam ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan
diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih.
2. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha departemen tertentu ( stop or
continue product line )
Dalam menghadapi kondisi ini, manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan atau tetap
melanjutkan produksinya. Dan informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
ini adalah biaya diferensial dan pendapatan diferensial.
3. Menerima atau menolak pesanan khusus ( special order decision )
Penerapan analisis biaya diferensial juga dapat digunakan untuk membuat keputusan menerima atau menolak
pesanan khusus apabila kapasitas mesin perusahaan masih terdapat kapasitas yang menganggur dan pada saat
itu harga jualnya dibawah harga pokok produksi dalam hitungan biaya penuh.
4. Membeli atau membuat sendiri ( make or buy decision )
Pertimbangan untuk membeli atau membuat sendiri dapat juga timbul sebagai akibat adanya taksiran
penghematan biaya jika suatu komponen yang sebelumnya dibeli dari pemasok luar direncanakan akan dibuat
sendiri oleh perusahaan.

Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri


Saat para manajer berusaha mengurangi biaya dan meningkatkan daya saing produknya, mereka
dihadapkan pada keputusan apakah membuat produknya sendiri atau meminta perusahaan lainnya untuk
menyediakan suku cadang dan komponen tersebut. Keputusan membuat atau membeli semacam ini
mengilustrasikan sekali lagi cara mengidentifikasikan biaya dan pendapatan relevan. (Atkinson, et al. 2009:255)
Simamora (2012:235) menyatakan manajemen mempertimbangkan keputusan membuat atau membeli
karena berbagai macam alasan, yaitu untuk:
a. Mengurangi biaya
b. Memanfaatkan atau membebaskan kapasitas
c. Memperbaiki mutu atau kinerja pengiriman
d. Mendorong produktivitas kegiatan internal yang lebih tinggi dengan memaksa persaingan dengan pihak luar
e. Mengadopsi teknologi baru
f. Membebaskan dana investasi langka bagi keperluan lainnya

88
Tabel 1
Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian


Peneliti/ Penelitian Persamaan Perbedaan
Tahun
1. Togito Mengetahui Metode yang
Anita Peranan Peranan digunakan Adanya Sama Perbedaan
(2005) Analisis Biaya Analisis dalam hubungan dengan point dalam
Diferensial Biaya penelitian ini antara yang ditulis penelitian
dalam Diferensial yaitu metode analisis biaya diatas, terdahulu ini
Pengambilan dalam d eskriptif diferensial persamaan yaitu penulis
Keputusan pengambilan analitik dalam dalam mencoba
Membuat Keputusan dengan pengambilan penelitian memaparkan
Sendiri atau Membuat pendekatan keputusan terdahulu ini peranan biaya
Membeli Bahan Sendiri atau survei. membuat terdapat diferensial
Baku untuk Membeli sendiri atau pada topik untuk
Meningkatkan Bahan Baku membeli yang di meningkatkan
Laba untuk bahan baku bahas dan laba
Perusahaan Meningkatka yang landaan perusahaan.
n Laba. memadai teoritis.
dengan laba
perusahaan
yang
meningkat
Pengaruh Metode yang Perbedaan
2. Moha Biaya Mengetahui digunakan Dari hasil Persamaan yang
mmad Diferensial penerapan dalam penelitian dari terdapat
Iqbal terhadap biaya penelitian ini dengan penelitian ini pada
(2013) Proses dierensial dan yaitu metode menggunakan terdapat metode
Pengambilan Pengaruh kuantitatif pengujian pada topik penelitian
Keputusan biaya hipotesis yang dibahas yaitu
Manajemen diferensial menunjukkan yaitu penelitian
Memproduksi terhadap terdapat pengambilan ini
Sendiri atau pengambilan pengaruh yang keputusan menggunak
Membeli keputusan signifikan antara Membeli an medote
Produk pada membeli atau Biaya Diferensial atau kuantitatif.
PT. Fintex memproduksi terhadap Membuat
sendiri Keputusan sendiri
produk pada Memproduksi produk.
PT. Fintex. Sendiri atau
Membeli Produk.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode yang menganalisis masalah
dengan cara mendeskripsikannya pada data-data yang sudah ada, berupa tabel perhitungan biaya produksi untuk
mengetahui perbandingan biaya produksi fla yang dapat memberikan gambaran maupun uraian jelas mengenai
analisis penggunaan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri
fla kue susen pada Dolphin Donuts bakery.

89
Tempat dan Waktu Penelitian
Objek penelitian pada Dolphin Donuts bakery yang bertempat di Jl. Dr Sam Ratulangi No. 45 Manado.
Perusahaan ini bergerak dibidang Restaurant dan bakery. Waktu penelitian, dimulai pada bulan september 2013.

Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan penulis untuk membahas serta memecahkan permasalahan yang ada pada
penelitian ini adalah teknik analisis perbandingan yang melliputi beberapa tahapan, yaitu dapat di ilustrasikan
melalui gambar berikut:
1. Permohonan mengadakan penelitian pada Dolphin Donuts Bakery
2. Pengumpulan data melalui wawancara dan Observasi dengan mendatangi objek yang diteliti.
3. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data.
4. Pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan.
5. Pemberian saran

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif dalam
penelitan ini yaitu berupa gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi. Sedangkan data kuantitatif dalam
penelitian ini berupa data-data biaya produksi dalam perusahaan.

Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data original. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data
dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. (Indriantoro dan Supomo, 2012:146). Sumber data yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dalam bentuk data primer yang merupakan data asli yang diperoleh
langsung dari objek penelitian pada Dolphin Donuts bakery.

Teknik Pengumpulan Data


Untuk memudahkan pengumpulan data sehingga dapat mendekati kesempurnaan dalam penyajian, maka
perlu metode yang baik, mudah dan cepat diperoleh dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi sesuai dengan
objek yang diteliti. Dengan demikian dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode
penelitian sebagai berikut :
a) Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke objek yang diteliti dengan
mengamati apa yang menjadi sasaran dalam pengambilan data sesuai dengan apa yang diperlukan.
b) Wawancara
Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang
berhubungan objek penelitian dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan terlebih
dahulu mengenai masalah-masalah yang akan diteliti kepada pihak yang menangani pembuatan fla susen
untuk mendapatkan data biaya yang diperlukan.
c) Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode kepustakaan yaitu penyusunan laporan skripsi dengan cara kepustakaan. Penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori guna mendukung data primer yang diperoleh selama
penelitian, data ini diperoleh dari buku-buku serta referensi lainnya yang berhubungan dengan topik yang
dibahas.

Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Metode ini betujuan untuk
memberikan gambaran keadaan perusahaan yang sebenarnya, dimana data yang dikumpulkan, disusun, kemudian
dianalisis dan dijelaskan dengan teori-teori yang ada dan akhirnya membuat kesimpulan dan saran. Pada
penelitian ini penulis juga menggunakan analisis kuantitatif, analisis kuantitatif yang digunakan oleh penulis adalah
informasi akuntansi diferensial karena menghitung biaya produksi perusahaan, dengan cara membandingkan biaya
produksi pada saat membuat sendiri fla kue susen dengan harga fla yang ditawarkan oleh pemasok.

90
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan


Dolphin Donuts merupakan suatu unit usaha yang bergerak dibidang bakery dan pastry didirikan pada
tahun 1 Maret 1997 oleh Bapak Hamiko Irwan. Pada awal tahun 2000 pemilik perusahaan mulai melakukan
pengembangan bangunan usaha. Pembangunan berjalan lancar sehingga pada akhir tahun 2000 perusahaan sudah
mulai berproduksi dengan kapasitas lebih banyak dan menambah cabang gerai counter di beberapa swalayan dan
tempat lainnya, seperti Jumbo, Golden dan Gramedia. Selain memproduksi roti untuk harian perusahaan ini juga
menerima pesanan khusus dengan berbagai macam cake dan roti, baik untuk acara ulang tahun, perkawinan
maupun acara lainnya.

Hasil Penelitian
Dibawah ini adalah hasil perhitungan total penjualan beserta harga jual bulan Oktober 2013 yang telah
diperoleh oleh penulis dari pihak Dolphin Donuts bakery sebagai berikut:

Tabel 2
Hasil Perhitungan Total Penjualan per Bulan
Total Harga Per
Total Jenis Produk Total Unit Penjualan Total Penjualan
Unit

23 60.000 Rp. 587.500 Rp. 702.150.000

Sumber: hasil olah data 2013

Berdasarkan data diatas kemudian dihitung berapa presentasi yang akan diakumulasikan untuk perhitungan
harga pokok produksi pada fla khususnya pada biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Presentase
tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut:
Harga Jual Produk
Presentase Produk = X100%
Total Keseluruhan Harga Jual Produk
Setiap bulannya Dolphin Donuts bakery memproduksi 6000 unit susen dengan harga per unit yaitu
Rp.4.500. Jadi total penjualan susen perbulannya yaitu Rp. 27.000.000. Maka presentasi penjualan untuk
menghitung harga pokok produksi fla kue susen dapat dihitung sebagai berikut:
Rp. 27.000.000
Presentase fla kue susen = X 100 % = 3,8%
Rp. 702.150.000

Biaya produksi
Berikut akan dijelaskan perincian biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembuatan fla yang
diperlukan untuk memberi isi di dalam kue susen untuk persediaan selama 1 bulan yang datanya diambil pada
bulan oktober 2013. Fla yang diperlukan untuk mengisi 6.000 buah susen adalah sebanyak 480 kg. Rincian biaya
tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3
Biaya bahan baku fla
Nama Bahan Harga Satuan Banyaknya Jumlah Biaya
Susu Segar Rp. 11.000/Liter 30 Liter Rp. 330.000
Susu Kental Manis Rp. 6.500/Kaleng 30 kaleng Rp. 195.000
Telur Rp. 15.000/Lusin 50 Lusin Rp. 750.000
Tepung Rp. 7.000/kg 75 Kg Rp. 525.000
Gula Pasir Rp. 12.000/kg 60 Kg Rp. 720.000
Margarin Rp. 20.000/kg 24 Kg Rp. 480.000
Total Biaya Bahan Baku Rp. 3.000.000
Sumber: Dolphin Donuts bakery, Oktober 2013

91
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Dolphin Donuts bakery memiliki delapan orang pekerja dibagian produksinya yang bekerja berdasarkan
tugas masing-masing total gaji yang dibayarkan khusus untuk tenaga kerja langsung yaitu Rp.12.000.000.
Berdasarkan presentase harga jual yang telah dihitung sebelumya yaitu 3,8% maka jumlah biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan untuk membuat persediaan fla kue susen selama 1 bulan adalah :
Rp 12.000.000 3.8 % = Rp 456.000

Tabel 4
Rincian biaya tenaga kerja langsung khusus pembuatan fla kue susen
Jumlah
Keterangan Biaya per bulan
tenaga kerja
Koki Pembantu 2 Rp. 152.000
Baker 4 Rp. 228.000
Pembantu 2 Rp. 76.000
Total 8 Rp 456.000
Sumber: hasil olah data 2013

Biaya Overhead Pabrik


Berikut adalah rincian Biaya Overhead Pabrik, dimana untuk biaya penyusutan menggunakan metode garis
lurus.
a) Biaya bahan bakar gas yang digunakan selama satu bulan yaitu Rp 4.550.000
b) Biaya listrik yang dibayarkan setiap bulannya sebesar Rp 13.000.000
c) Biaya pulsa telepon setiap bulannya sebesar Rp 500.000
d) Biaya sewa bangunan setiap bulannya sebesar Rp 8.333.333
e) Biaya penyusutan perlengkapan pabrik setiap bulan mengunakan metode rata-rata:
- Penyusutan mixer = 4.000.000 12 bulan = 333.333/bulan
- Penyusutan oven = 16.800.000 12 bulan = 1.400.000/bulan.
- Penyusutan cooler = 18.0000.000 12 bulan = 1.500.000/bulan
Total Biaya penyusutan perlengkapan pabrik yaitu sebesar Rp. 3.233.333
f) Biaya karyawan tetap
Total gaji yang dibayarkan untuk karyawan tetap setiap bulannya yaitu sejumlah Rp. 26.000.000
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui total jumlah biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh
pihak perusahaan untuk proses prodsi perbulannya adalah:
- Biaya bahan bakar gas : Rp. 4.550.000
- Biaya listrik : Rp.13.000.000
- Biaya telepon : Rp. 500.000
- Biaya sewa bangunan : Rp. 8.333.333
- Biaya penyusutan perlengkapan pabrik : Rp. 3.233.333
- Biaya karyawan tetap : Rp.26.000.000
Total biaya overhead pabrik Rp.55.616.666
Presentase biaya overhead yang dikeluarkan oleh perusahaan khusus untuk produksi fla kue susen
perbulannya yaitu sejumlah
Rp. 55.616.666 x 3.8% = Rp. 2.113.433,3
Berikut adalah rincian akumulasi biaya overhead pabrik khusus untuk memproduksi fla kue susen setiap
bulannya berdasarkan presentase 3.8%

92
Tabel 5
Biaya overhead pabrik khusus pembuatan fla kue susen

Keterangan Jumlah
Biaya bahan bakar gas Rp. 172.900
Biaya listrik Rp. 494.000
Biaya telepon Rp. 19.000
Biaya sewa bangunan Rp. 316.666,7
Biaya penyusutan perlengkapan pabrik Rp. 122.866,6
Biaya karyawan tetap Rp. 988.000
Total biaya overhead pabrik Rp. 2.113.433,3
Sumber: hasil olah data 2013

Perhitungan HPP fla membuat sendiri


Harga Pokok Produksi fla susen Oktober 2013

1. Biaya bahan baku


- Susu Segar Rp. 330.000
- Susu kental manis Rp. 195.000
- Telur Rp. 750.000
- Tepung Rp. 525.000
- Gula pasir Rp. 720.000
- Margarin Rp. 480.000
Total bahan baku langsung Rp. 3.000.000

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


- Koki Pembantu Rp. 152.000
- Baker Rp. 228.000
- Pembantu Rp. 76.000
Total BTK Langsung Rp. 456.000
3. Biaya Overhead Pabrik
- Biaya bahan bakar gas Rp. 172.900
- Biaya listrik Rp. 494.000
- Biaya telepon Rp. 19.000
- Biaya sewa bangunan Rp. 316.666,7
- Biaya peny. perlengkapan pabrik Rp. 122.866,6
- Biaya karyawan tetap Rp. 988.000
Total biaya overhead pabrik Rp. 2.113.433,3
Total Harga Pokok Produksi Rp. 5.569.433,3
Sumber: hasil olah data 2013

Jadi berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas, untuk memproduksi fla sebanyak 480 kg
peruahaan perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp. 5.569.433,3 atau kurang lebih Rp. 11.600 per kilogram fla.

HPP fla jika Membeli dari Pemasok


Alternatif selain membuat sendiri fla peruahaan bisa membeli dari pemasok luar. Ada beberapa pemasok
yang menawarkan fla sebagai bahan baku pembuatan kue susen kepada perusahaan dengan harga yang beragam,
pemasok juga menawarkan untuk mengantarkan fla langsung ke pabrik persahaan jadi pihak perusahaan bisa
menghemat biaya angkut. Harga beli per kg fla yang ditawarkan oleh pemasok rata-ratanya adalah sebesar Rp.
20.000,-. Jadi jika peusahaan memutuskan untuk membeli fla dari pemasok maka untuk memenuhi kebutuhan fla
perbulannya yaitu sebanyak 480kg fla perusahaan perlu mengeluarkan total biaya sejumlah Rp. 9.600.000.

93
Pembahasan
Perbandingan biaya jika membuat sendiri dan membeli sendiri menggunakan analisis biaya diferensial.
Dalam pengambilan keputusan membuat sendiri atau membeli dari luar fla tersebut informasi akuntansi yang
relevan adalah dengan menggunakan biaya diferensialnya, dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 6
Perbandingan Biaya Differensial Membeli atau Membuat Sendiri
Keterangan Membuat Sendiri Membeli
Biaya bahan baku Rp. 3.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 456.000
Biaya overhead pabrik Rp.2.113.433,3
Harga Beli Rp. 9.600.000.
Total Biaya Diferensial Rp. 5.569.433,3 Rp. 9.600.000.
Penghematan Biaya Rp. 4.030.566,7
Sumber: hasil olah data 2013

Berdasarkan perhandingan biaya diferensial yang telah disajikan pada tabel diatas, diketahui bahwa ada
beberapa biaya diferensial yang muncul saat perusahaan memilih alternatif untuk membuat sendiri yaitu, biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Total biaya yang akan dikeluarkan
oleh pihak perusahaan jika memutuskan untuk membuat sendiri fla kue susen setiap bulannya yaitu senilai Rp.
5.569.433,3 atau sebesar Rp. 11.600 per kilogramnya. Sedangkan biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak
perusahaan jika memilih alternatif untuk membeli dari pemasok yaitu sejumlah Rp. 9.600.000 atau sebesar Rp.
20.000 perkilogramnya.
Dari perbandingan analisis akuntansi diferensial menggunakan biaya diferensial dapat diputuskan bahwa
perusahaan lebih baik memilih untuk membuat sendiri fla, karena dengan membuat sendiri fla susen perusahaan
dapat menghemat biaya sebesar Rp. 4.030.566,7 atau sebesar Rp 8.600 untuk tiap 1 kg fla.

PENUTUP

Kesimpulan
Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keputusan yang lebih baik diambil oleh
pihak manajemen Dolphin Donuts bakery adalah membuat sendiri fla kue susen karena biaya yang dikeluarkan
lebih kecil atau lebih hemat jika dibandingkan dengan membeli dari pemasok.
Setiap bulannya untuk memproduksi 480 kg fla, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 5.569.433,3
atau sejumlah Rp. Rp. 11.600 per kilogramnya, sedangkan apabila perusahaan membeli dari luar maka biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp. 9.600.000 atau sejumlah Rp. 20.000 per kilogramnya sehingga akan timbul selisih
penghematan biaya perusahaan sebesar Rp. 4.030.566,7 atau sejumlah Rp 8.600 untuk setiap 1 kg fla jika
persahaan memilih untuk membuat sendiri fla kue susen. Dengan demikian diketahui bahwa biaya diferensial yang
diperoleh oleh Dolphin Donuts bakery jika membeli fla dari pemasok luar lebih besar dibandingkan dengan jika
perusahaan membuat sendiri.

Saran
Pihak manajemen Dolphin Donuts bakery sebaiknya mengambil keputusan untuk membuat sendiri fla
mengingat biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada membeli dari luar karena lebih menguntungkan dan juga
dapat melakukan penghematan biaya. Selain itu keuntungan lain membuat sendiri perusahaan bisa lebih menjaga
mutu, rasa serta kualitas dari fla yang dibuat.

94
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. 2013. Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar, konsep, biaya dan pengambilan keputusan. Edisi
Revisi ke Delapan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Atkinson, Anthony., Kaplan, Robert R., Matsumura, Ella Mae., Young, S Mark. 2009. Akuntansi Manajemen. Jilid
Satu. Edisi ke Lima. Indeks. Jakarta.

Bustami, Bastian., Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya, Melalui Pendekatan Manajerial. Mitra Wancana. Yogyakarta.

Darsono, Prawironegoro., Purwanti, Ari. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi ketiga. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Halim, Abdul., Bambang, Supomo., Kusufi, Syam Muhammad. 2013. Akuntansi Manajemen. Edisi ke Dua. BPFE.
Yogyakarta.

Indriantoro, Nur., Supomo, Bambang. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Manajemen. BPFE .
Yogyakarta.

Mohamad, Iqbal. 2013. Pengaruh Biaya Diferensial terhadap Proses Pengambilan Keputusan Manajemen
Memproduksi Sendiri Atau Membeli Produk. Skripsi. Universitas Pasundan. Cirebon.
http://diglib.unpas.ac.id/download-mohammadiq-2650-1-skripsi.pdf

Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi ke Tiga. Star Gate Publisher. Riau.

Togito, Anita. 2005. Peranan Analisis Biaya Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Membuat Sendiri
atau Membeli Bahan Baku Untuk Meningkatkan Laba Perusahaan. Jurnal. Universitas Widyatama.
Bandung.. http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitsream/handle/10364/1065/cover.pdf

Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta.

95
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN

Pandu Dewanata
Jantje J. Tinangon
Heince R. N. Wokas

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : pandu_dewanata29@yahoo.co.id

ABSTRAK

Perusahaan sebagai pemotong pajak memiliki peranan yang sangat besar bagi pemerintah.
Saat ini tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan pemotongan pajak yang tidak sesuai ketentuan
yang berlaku. Hal ini disebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya sehingga perusahaan
akan meminimalkan biaya tersebut untuk mengoptimalkan laba. Oleh karena itu demi kelancaran
pemotongan pajak diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan perusahaan. PT.
GATRA KALTIM JAYA bergerak dalam bidang perdagangan Umum di Kota Balikpapan telah
memberikan kepuasan tertinggi untuk para pelanggan dengan memberikan kualitas produk yang
terbaik dan pelayanan inovatif yang tepat waktu. Dalam memberikan kepuasan ini PT. GATRA
KALTIM JAYA membutuhkan pegawai-pegawai yang berkualitas agar tujuan perusahaan dapat
tercapai. Oleh karena itu sebagai bentuk penghargaan atas jasa yang telah diberikan oleh para
pegawainya, perusahaan memberikan kontraprestasi berupa gaji, tunjangan serta beberapa bonus
tambahan. Dengan begitu PT. GATRA KALTIM JAYA wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 21
atas gaji pegawainya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Hasil penelitian yaitu PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan dalam melakukan
perhitungan, pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan tetap telah sesuai
dengan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.

Kata kunci : pajak, pajak penghasilan, wajib pajak, objek pajak.

ABSTRACT

Company as a tax cutter has a very big role for the government. Currently there's a few
companies that implement the tax deductions are not consistent with applicable regulations. This is
caused by the company which considers the tax as a cost that the company will minimize the costs to
optimize their profit. It is necessary good cooperation between the government and the company for
the sake of continuity of the tax deduction . PT. GATRA KALTIM JAYA engaged in General trading in
Balikpapan City has provided the highest satisfaction to the customers by providing the best quality
products and innovative services on time. In this satisfying PT. GATRA KALTIM JAYA need qualified
employees in order to achieve company goals. Therefore as an appreciation for services provided by
its employees, the company gave contra such as wages and salaries also benefits as well as some
additional bonuses. So, PT. GATRA KALTIM JAYA is obliged to withhold income tax of salary
employees' salary Article 21. The analytical method used in this research is descriptive research. The
results are PT. News in Brief KALTIM JAYA Balikpapan in doing calculations, deductions and tax
reporting of Income Tax Article 21 of the employee already complianced with the provisions of Law
Taxation. No. 36 of 2008.

Keywords: tax, income tax, assessable, tax object.

96
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perusahaan sebagai pemotong pajak memiliki peranan yang sangat besar bagi pemerintah.
Mengingat saat ini tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan pemotongan pajak tidak sesuai
ketentuan yang berlaku. Hal ini disebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya sehingga
perusahaan akan meminimalkan biaya tersebut untuk mengoptimalkan laba. Oleh karena itu demi
kelancaran pemotongan pajak diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan perusahaan.
PT. GATRA KALTIM JAYA bergerak dalam bidang perdagangan Umum / Leveransir
Distributor dan Dealer Kendaraan Bermotor, termasuk penjualan sparepart kendaraan bermotor serta
variasinya, Agen / Perwakilan perusahaan lokal dan luar negeri, penyewaan kendaraan bermotor,
pengangkutan, perbengkelan dan kontraktor di Kota Balikpapan telah memberikan kepuasan tertinggi
untuk para pelanggan dengan memberikan kualitas produk yang terbaik dan pelayanan inovatif yang
tepat waktu. Dalam memberikan kepuasan ini PT. GATRA KALTIM JAYA membutuhkan pegawai-
pegawai yang berkualitas agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Oleh karena itu sebagai bentuk
penghargaan atas jasa yang telah diberikan oleh para pegawainya, perusahaan memberikan kontra
prestasi berupa gaji, tunjangan serta beberapa bonus tambahan yang disesuaikan dengan kinerjanya.
Dengan begitu PT. GATRA KALTIM JAYA wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji
pegawainya, dengan berpedoman pada peraturan perpajakan yang berlaku.
Penulis memilih PT. GATRA KALTIM JAYA karena perusahaan ini merupakan salah satu
yang cukup besar di Kalimantan Timur dan memiliki jumlah karyawan yang besar pula. Sehingga
menarik untuk dilakukan penelitian mengenai tata cara perusahaan dalam melaksanakan pemotongan,
penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pada karyawan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah bagaimana mekanisme perhitungan, pemotongan serta pelaporan
pajak penghasilan pasal 21 pada karyawan PT. GATRA KALTIM JAYA menurut Undang-Undang
No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan?

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi
yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat
alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi
adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas,
akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis". Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan
keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak
berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik (Harahap, 2005:2)
American Accounting Association, mendefinisikan akuntansi sebagai proses
mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya
penilaian dan keputusan yang tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. (Waluyo,
2009:20)
Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan
peristiwa ekonomi dari suatu organisasi untuk pengguna yang tertarik. Akuntansi terdiri dari tiga
kegiatan dasar itu mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu
organisasi untuk pengguna yang tertarik. Untuk mengidentifikasi peristiwa ekonomi, perusahaan
memilih peristiwa ekonomi yang relevan dengan bisnis. (Weygandt, et al 2011)

97
Definisi-definisi diatas menjelaskan akuntansi sebagai suatu seni atau aktivitas jasa dan
mengartikan bahwa akuntansi meliputi beragam teknik yang dianggap berguna untuk bidang-bidang
tertentu. (Belkaoui, 2011:5)

Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan


Pajak
Soemitro menyatakan bahwa, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
(Mardiasmo, 2009:1)
Pajak menurut Andriani yang dikutip oleh Rahayu (2010:22) adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk yang kegunaannya untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran mum berhubungan langsung dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan

Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak (Mardiasmo, 2011:1), yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi.

Pajak Penghasilan
Resmi (2011:74) Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek
Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.

Dasar Hukum
Resmi (2011:74) Peraturan perundangan yang mengatur Pajak Penghasilan di Indonesia
adalah UU No.7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU No. 7 Tahun 1991, UU No. 10
Tahun 1994, UU No. 17 Tahun 2000, UU No.36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jendral Pajak maupun Surat Edaran
Direktur Jendral Pajak.

Pajak Penghasilan Pasal 21


Resmi (2011:163) Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa , dan kegiatan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri, yang selanjutnya disebut PPh
Pasal 21, merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.

Dasar Hukum Pemotongan PPh Pasal 21


Suhartono dan Ilyas (2010:205)
1. Pasal 21 UU Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelakasanaan
Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang
Pribadi.
3. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Nomor 57/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang
Pribadi.

98
Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Lubis, dkk (2010;45) Dalam pemungutan pajak, tarif merupakan tolok ukur untuk menetepkan
beban pajak, selain pembagian peghasilan kena pajak (income bracket). Undang-Undang Pajak
Penghasilan menganut pendekatan tarif berbeda antara Tarif Pajak Penghasilan Terhadap Orang
Pribadi maupun Badan.
1. PPh terutang dari suatu Wajib Pajak dalam satu tahun pajak untuk Wajib Pajak dalam negeri
yang menjalakan usaha melalui bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia dihitung dengan
menerapkan tarif pajak dikalikan terhadap penghasilan kena pajak.
2. Sebelum diterapkan tarif pajak, PKP tersebut terlebih dahulu dibulatkan ke bawah dalam ribuan
penuh.
3. Tarif Pajak Orang Pribadi menurut Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 tersebut adalah sebagai
berikut:

Tabel 1
Tarif PPh Pasal 21
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Di atas Rp 50.000.000 Rp 250.000.000 15 %
Di atas Rp 250.000.000 Rp 500.000.000 25 %
Di atas Rp 500.000.000 30 %
Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008
Sumber : Irwansyah Lubis, et al I (2010:45)
SPT
Suhartono dan Ilyas (2010:56) Pasal 1 angka 11 UU KUP menegakan bahwa SPT adalah
surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek
pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu berupa studi kasus dan studi
pustaka. Studi kasus dilakukan pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan, sedangkan studi
pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur yang relevan dengan
permasalahan Pajak Penghasilan.

Tempat dan Waktu Penelitian


Pemilihan Lokasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pada PT. GATRA KALTIM
JAYA yang berkedudukan di Jl. Mayjend Sutoyo No. 5-6 Balikpapan. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 17 - 18 Oktober 2013. Dipilihnya tempat ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan
perusahaan ini memiliki jumlah karyawan yang memadai sehingga menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai tata cara perusahaan dalam melaksanakan pemotongan, penyetoran, dan
pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada karyawan.

Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan judul dan merumuskan masalah.
2. Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat.
3. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait serta pengambilan data-
data pada PT.GATRA KALTIM JAYA untuk mengetahui bagaimana mekanisme perhitungan
dan pelaporan PPh 21 dan apakah perhitungan dan pemotongan serta pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA telah sesuai dengan ketentuan Undang-
undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008
4. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data.

99
5. Menarik kesimpulan dan memberikan saran yang dianggap perlu sebagai perbaikan dalam
masalah yang ada.

Jenis Data dan Sumber Data


Jenis Data
Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di
lapangan penelitian, yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan kemudian akan diolah oleh
penulis.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.

Sumber Data
a. Data primer
Merupakan data yang diproses secara langsung dari sumbernya/langsung dari perusahaan atau
data yang terjadi di lapangan penelitian, yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan
kemudian akan diolah oleh penulis.
b. Data Sekunder
Merupakan data pendukung dan pelengkap yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
penulis/ penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan

Metode Pengumpulan Data


Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan :
1. Teknik wawancara.
Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara
tanya jawab langsung dengan orang yang mempunyai hubungan langsung dengan
masalah yang diteliti. Tanya jawab dilakukan terhadap staf perpajakan perusahaan.
2. Metode observasi
Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data dan penyimpulan data
dengan cara mengadakan penelitian langsung terhadap objek penelitian.
3. Dokumentasi.
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen, bukti-bukti atau
catatan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Penelitian ditujukan pada
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan data yang diperlukan. Pengumpulan data
dokumentasi menggunakan alat tulis manual maupun elektronik.

Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif yaitu suatu metode pembahasan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan suatu keadaan
atau data serta melukiskan dan menerapkan suatu keadaan sedemikian rupa sehingga dapat ditarik
kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada.

Definisi Operasional
Sugiyono (2010:38) mengatakan definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga
menjadi variabel yang dapat diukur. Variabel dapat diukur dengan berbagai macam konstruk yang
diwakilinya, yang dapat berupa angka atau berupa atribut yang menggunakan ukuran atau skala dalam
penelitian.
1. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah
suatu penghitungan untuk menentukan jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

100
2. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah
pembayaran pajak yang di lakukan pemotong pajak dengan menyetor pajak ke kantor pos atau
bank. Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
3. Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah
melaporkan pembayaran pajak melalui penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor
Pelayanan Pajak. Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil Perusahaan
Berawal pada tanggal 24 Desember 1990, manakala Bapak Hendarman Muljono bersama
dengan Bapak Ignatius Yudas Tadius Suyanto mendirikan suatu perseroan Komanditer, maka
berdasarkan akte No.163 yang dibuat dihadapan Adi Gunawan Sarjana Hukum, Notaris di
Balikpapan, didirikan Perseroan Komanditer CV. GRAND KALTIM JAYA, maksud dan tujuan
perusahaan adalah bergerak dalam bidang perdagangan Umum / Leveransir Distributor dan Dealer
Kendaraan Bermotor, termasuk penjualan sparepart kendaraan bermotor serta variasinya, Agen /
Perwakilan peruahasan lokal dan luar negeri, penyewaan kendaraan bermotor, pengangkutan,
perbengkelan dan kontraktor.
Sebagai dealer penjualan kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda dua, kegiatan usaha
dalam bidang tersebut ternyata berkembang dengan pesat dan seiring dengan perkembangannya,
perusahaan selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan, maka
untuk mencerminkan keinginan tersebut, pengurus perusahaan pada tanggal 15 Desember 1995
mengubah nama CV. GRAND KALTIM JAYA menjadi CV. GATRA KALTIM JAYA. Perubahan
nama tersebut dilakukan berdasarkan Akta Perubahan Nomor 70, tertanggal 15 Desember 1995 dibuat
dihadapan Adi Gunawan Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan, dan sejak itu nama CV. GATRA
KALTIM JAYA dengan bidang usaha yang sama secara resmi mulai berkibar.
Sejalan dengan kemajuan perusahaan dan permintaan masyarakat terhadap kendaraan roda
dua semakin meningkat ternyata pula animo masyarakat dan Perusahaan di wilayah Kota Balikpapan
terhadap kebutuhan kendaraan roda empat mulai tumbuh, maka mulai tahun 1996 usaha CV. GATRA
KALTIM JAYA elain menjual kendaraan roda dua, juga mulai menjual kendaraan roda empat dan
juga menyewakan kendaraan roda empat serta jasa penyediaan tenaga kerja pengemudi (Labor
Supply).
Bertitik tolak dari perkembangan usaha yang semakin maju dan pesat tersebut, maka CV.
GATRA KALTIM JAYA yang semula berbentuk Perusahaan Komanditer (CV) ditingkatkan
bentuknya menjadi Perseroan Terbatas (PT), maka berdasarkan Akta Notaris Nomor 15, tertanggal 8
Januari 2004 yang dibuat dihadapan Notaris Hengky Ribowo Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan,
CV. GATRA KALTIM JAYA berubah menjadi PT. GATRA KALTIM JAYA, dan selanjutnya Akta
terebut telah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Nomor 117, tertanggal 31 Juli 2008 yang dibuat dihadapan Notaris Rudi Muljono
Sarjana Hukum, dan selanjutnya Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor AHU-57647 AH.01.02.
Tahun 2008 tertanggal 1 September 2008.
Sehubungan dengan perubahan tersebut maka untuk selanjutnya perusahaan memakai nama
PT. GATRA KALTIM JAYA, yang berkedudukan di Balikpapan dan bilamana dipandang perlu maka
perusahaan akan membuka cabang-cabang atau perwakilan di daerah lainnya, dan perseroan ini
didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.
Maksud didirikannya PT. GATRA KALTIM JAYA adalah untuk melanjutkan dan
meneruskan usaha dari Perseroan Komanditer CV. GATRA KALTIM JAYA yang berkedudukan di
Balikpapan.
PT. GATRA KALTM JAYA juga mengembangkan sub-divisinya terutama di bidang IT and
Computer Retail. Divisi ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus 2006 dengan dibukanya toko retail
computer, GATRA KOMPUTER di Jl. Ahmad Yani Balikpapan yang menjadi kantor divisi baru PT.

101
GATRA KALTIM JAYA. Sub-divisi komputer ini menangani penjualan retail, penyewaan alat-alat
IT, IT konsultan sampai ke IT service maintenance.
Pada saat ini kantor pusat PT. GATRA KALTIM JAYA berdomisili dan berkantor di Jalan
MayJend Sutoyo No 05/06 RT 42 Balikpapan, Telepon (0542) 422715, Faximile (0542) 733636.

Hasil Penelitian
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan,
perusahaan atau badan hukum lainnya. Pegawai/karyawan adalah orang yang bekerja pada pemberi
kerja, baik sebagai karyawan tetap atau karyawan tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan/penghasilan yang
dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan atau ketentuan lain yang ditetapkan
pemberi kerja.
Penelitian ini dilakukan pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan yang adalah
perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis. Dalam penelitian ini dapat dilihat bagaimana
mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh perusahaan terhadap gaji
karyawan pada perusahaan ini. Di bawah ini disajikan tabel flowchart tentang mekanisme perhitungan
dan pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan.

Gambar 1
Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA

Pendaftaran Perhitungan Penyetoran dan Pelaporan

102
WP Manager WP
Accounting/Tax

Memenuhi Melakukan
Melakukan
syarat subjektif Pengisian
Perhitungan PPh
dan objektif SPT
Pasal 21 pada
gaji karyawan
Mendaftarkan diri Benar, lengkap,
ke dan, jelas
KPP/www.pajak.g Bendahara
o.id

Pengisian
SSP

Pembayaran ke
kantor Pos/Bank

Kas
Negara

Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA

Deskripsi penjelasan Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA
KALTIM JAYA:
a. Pendaftaran
1. Wajib pajak yang memenuhi syarat subjektif dan objektif mendaftarkan diri ke
KPP/www.pajak.go.id
2. Menerima NPWP
b. Perhitungan
1. Manager Accounting/Tax pada peruahaan melakukan perhitungan PPh Pasal 21 terhadap gaji
karyawan.
2. Setelah dihitung manager menyetor PPh 21 ke Bendahara perusahaan
c. Penyetoran dan Pelaporan
1. Wajib pajak melakukan pengisian SPT dengan benar, lengkap, dan jelas.
2. Melakukan pengisian SSP (Surat Setoran Pajak)
3. Menyetorkan PPh Pasal 21 ke Bank/Kantor Pos
4. Wajib Pajak memperoleh tanda terima Penyampaian SPT

Perhitungan PPh 21
Berdasarkan tabel perhitungan di atas maka di bawah ini disajikan contoh rincian penjelasan
mengenai perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 pada karywan PT. GATRA KALTIM JAYA

103
Tabel 3
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Perhitungan PPh Realisasi


Nama / Status Teori PPh Pasal 21 Ket.
Pasal 21 Perusahaan
RB Rp 5.746.615 Rp 5.746.615
Penghasilan bruto
Rp 287.331 Rp 287.331
sebulan biaya jabatan
K/2 Rp 5.459.284 Rp 5.459.284
= penghasilan neto
12 bln 12 bln
sebulan x 12 bulan =
Rp 65.511.408 Rp 65.511.408
penghasilan neto
Rp 30.375.000 Rp 30.375.000 SAMA
setahun PTKP = PKP
Rp 35.708.950 Rp 35.708.950
x tarif pajak pasal 21 =
5% 5%
PPh Pasal 21 setahun :
Rp 1.756.820 Rp 1.756.820
12 bulan = PPh Pasal
12 bln 12 bln
21 sebulan
Rp 146.402 Rp 146.402
Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA

Perlakuan Akuntansi Terhadap PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai


Lewat informasi yang didapatkan melalui wawancara dan data yang diperoleh dengan salah
satu pegawai bidang yang menangani tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 di PT. GATRA KALTIM
JAYA wilayah Balikpapan diketahui bahwa PPh Pasal 21 atas gaji pegawai ditanggung oleh
perusahaan. PT. GATRA KALTIM JAYA melakukan perhitungan dan penyetoran PPh Pasal 21
setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan melakukan
pembayaran ke Kantor Pos atau Bank dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Pada akhir
tahun diadakan perhitungan kembali atas seluruh PPH Pasal 21 untuk 12 bulan dalam tahun tersebut,
agar dapat diketahui apakah jumlah pajak yang telah disetorkan terjadi kurang bayar atau lebih bayar,
sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian dan kemudian akan dilaporkan kembali dalam SPT
tahunan PPh Pasal 21.
Adapun kebijakan atau perlakuan akuntansi yang ditetapkan oleh PT. GATRA KALTIM
JAYA wilayah Balikpapan atas biaya gaji pegawai dan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:

Pada saat pembayaran gaji dan perhitungan PPh Pasal 21, a/n RB adalah :
Beban Gaji Rp 5.746.615
Beban PPh 21 (ditanggung) Rp 148.787
Hutang PPh 21 Pegawai Rp 148.787
Kas/Bank Rp 5.746.615
Pada saat penyetoran pajak, a/n Ranto Bastian ke Kas Negara
Hutang PPh 21 Rp 148.787
Kas/Bank Rp 148.787

Penyajiannya dalam laporan keuangan khususnya Neraca, Pajak Peghasilan Pasal 21 atas gaji
pegawai yang belum disetor ke Kas Negara masuk dalam kelompok Hutang Pajak, dimana Hutang
PPh Pasal 21 digabung dengan hutang pajak lainnya seperti hutang PPh pasal 22, hutang PPh pasal
23, hutang PPn dan lain-lain. Namun dari informasi yang didapatkan, pihak perusahaan selalu
langsung menyetorkan PPh Pasal 21 ke Kas Negara setiap bulannya, sehingga kecil kemungkinan
adanya hutang PPh Pasal 21.

104
Tabel 4
Penyetoran PPh Pasal 21 Ke Kas Negara

SSP Jumlah Setoran (Rp) Tanggal Penyetoran


Januari Rp 5.003.950 07 Februari 2013
Februari Rp 6.519.000 08 Maret 2013
Maret Rp 6.656.500 09 April 2013
April Rp 6.785.350 08 Mei 2013
Mei Rp 6.828.700 10 Juni 2013
Juni Rp 6.900.850 09 Juli 2013
Juli Rp 17.298.150 06 Agustus 2013
Agustus Rp 6.495.250 09 September 2013
September Rp 6.918.600 09 Oktober 2013
Oktober Rp 7.210.280 08 November 2013
Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA BALIKPAPAN

Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan
Secara keseluruhan pelaporan pajak pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah
tertib. Pelaporan pajak mempunyai batas tanggal jatuh tempo, yang diatur dalam Pasal 9 UU No. 28
Tahun 2007 Ketentuan Perpajakan.
PT. GATRA KALTIM JAYA telah menyetor pajak yang terutang sebelum tanggal 10 bulan
takwim berikutnya dan kemudian melakukan kewajiban pelaporan sebelum tanggal 20 bulan takwim
berikutnya setelah masa pajak berakhir.

Pembahasan
Evaluasi Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan serta Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21
Pada PT. GATRA KALTIM JAYA
Dari data yang diteliti dan diolah oleh penulis, didapati bahwa PT. GATRA KALTIM JAYA
Kota Balikpapan sudah melaksanakan perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 dengan baik dan
sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pembayaran pajak dalam tahun pajak melalui
perhitungan, pemotongan dan pelaporan pajak atas penghasilan yang diterimaatau diperoleh oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan lainnya.
Di bawah ini dapat kita lihat tabel evaluasi pelaksanaan perhitungan, pemotongan serta penyetoran
dan pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA

Tabel 5
Evaluasi Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan serta Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21
Pada PT. GATRA KALTIM JAYA

Deskripsi Pelaksanaan Keterangan


Penghasilan bruto sebulan biaya jabatan,
jaminan hari tua (2%) = penghasilan neto Sesuai dengan Undang-
sebulan x 12 bulan = penghasilan neto Undang Perpajakan yang
Perhitungan
setahun PTKP = PKP x tarif pajak pasal berlaku yaitu UU Nomor 36
21 = PPh Pasal 21 setahun : 12 bulan = PPh Tahun 2008
Pasal 21 sebulan
Pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan atas
penghasilan berupa pesangon, uang tebus
Sesuai dengan Undang-
pensiun, dan tunjangan hari tua atau
Undang Perpajakan yang
Pemotongan jaminan hari tua yang pengenaannya
berlaku yaitu UU Nomor 36
bersifat final diatur dalam Keputusan
Tahun 2008
Menteri Keuangan No.
112/KMK.03/2001/Tanggal 6 Maret 2001.
Penyetoran dan Penyetoran: Sesuai dengan Undang-
pelaporan - Ke Kas Negara melalui Kantor Undang Perpajakan yang

105
Pos/Bank Persepsi (penerima berlaku yaitu UU Nomor 36
pembayaran). Tahun 2008
- Menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP).
- Menyetorkan sesuai dengan batas
waktu yang ditentukan UU yaitu
tanggal 10 bulan berikutnya.

Pelaporan:
- Penghitungan dan pelaporan pajak
- Dengan Surat Pemberitahuan (SPT)
- Melaporkan sesuai dengan batas
waktu yang ditentukan UU yaitu
tanggal 20 bulan berikutnya.

Setelah melihat tabel di atas dan dari data mengenai perhitungan, pemotongan dan pelaporan
PPh 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA, maka mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal
21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dalam
hal ini UU Nomor 36 Tahun 2008 dan PSAK No. 46 tentang akuntansi Pajak Penghasilan.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan data yang diperoleh, maka penulis dapat mengambil
keimpulan bahwa :
1. PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 atas karyawan tetap telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
2. Pelaporan PPh Pasal 21 yang dicatatkan oleh Staff Accounting pada PT. GATRA KALTIM
JAYA Balikpapan telah dilaksanakan dengan tepat waktu sesuai dengan Undang-Undang No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
3. Pelaksanaan PPh Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah sesuai dengan
Keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP-545/PJ/2000 seagaimana telah diubah dengan
Peraturan Jendral Pajak No. 15/PJ/2006 tentang pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan
pelaporan PPh Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi.

Saran
Adapun saran-saran yang perlu penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pihak perusahaan harus peka terhadap setiap perubahan-perubahan peraturan perpajakan.
2. Pihak perusahaan tidak perlu takut dalam memberikan data-data atau informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh para peneliti, karena peneliti hanya membandingkan antara teori dan prakteknya
dilapangan. Apabila ditemukan kekeliruan, peneliti hanya dapat memberikan informasi dimana
letak kekeliruan tersebut.
3. Pihak perusahaan hendaknya dengan senang hati menerima para peneliti untuk melakukan riset
di perusahaannya, karena perusahaan akan memperoleh informasi-informasi yang baru seputar
objek yang diteliti.

106
DAFTAR PUSTAKA

Harahap,Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011. Teori Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta.

Waluyo. 2009, Akuntansi Pajak. Salemba Empat. Jakarta.

Resmi Siti. 2011. Perpajakan Teori Dan Kasus. Salemba Empat, Jakarta.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia . Salemba Empat. Jakarta.

Irwansyah Lubis. Gustian Djuanda, Ardiansyah Lubis. 2010. Review Pajak Orang Pribadi Dan
Orang Asing. Salemba Empat. Jakarta.

Mardiasmo. 2011 , Perpajakan. Andi. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Andi. Yogyakarta.

Rahayu Siti. 2010. Perpajakan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Suhartono Rudy, Ilyas B. Wirawan. 2010. Ensiklopedia Perpajakan Indonesia. Salemba Empat.
Jakarta.

Suhartono Rudy, Ilyas B. Wirawan . 2010. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Salemba
Empat. Jakarta.

Weygandt, Kimmel, Kieso. 2011. Financial Accounting. IFRS Edition. Courier Kendallville. United
States of America.

Sugyono. 2010. Metode Penelitian dan Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Ilyas B. Wirawan, Richard Burton. 2010. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta

107
ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EARMARKING TAX PADA PEMUNGUTAN PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI UTARA

Andre Stevan Masihor


David Paul Elia Saerang
Herman Karamoy

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: masihor_andre@yahoo.com

ABSTRAK

Pengaturan otonomi daerah dan desentralisasi memberikan kewenangan bagi setiap daerah dalam
kemandiriannya untuk meningkatkan potensi dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Salah satu potensi daerah
yang sangat berkembang adalah pajak daerah, dimana saat ini pengaturannya berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2009. Dalam hal kesejahteraan rakyat undang-undang tersebut mengamanatkan untuk
mengalokasikan sejumlah dana untuk pembangunan kegiatan sektor pajak yang dipungut, kebijakan ini dikenal
dengan earmarking tax. Pajak kendaraan bermotor adalah salah satu pajak yang termasuk dalam kebijakan ini
dimana besaran alokasinya yaitu minimal 10% dari hasil dan digunakan untuk pembangunan sarana prasarana
transportasi. Di SULUT ketentuan ini dijabarkan dalam Perda Nomor 7 tahun 2009 dimana isi amanatnya sesuai
dengan ketentuan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan kebijakan
earmarking tax pajak kendaraan bermotor di provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan amanat dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Metode analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif. Hasil temuan
penelitian ini adalah kebijakan earmarking tax di SULUT berjalan beriringan dengan sistem APBD SULUT
dimana pendapatan dan pengeluaran dilakukan melalui satu kas umum daerah. Pada tahun 2012 belanja untuk
peningkatan sarana prasarana jalan telah lebih dari 10% yaitu mencapai 90% dari jumlah pajak kendaraan
bermotor yang masuk, sehingga alokasi dananya sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kata kunci : earmarking tax, pajak kendaraan bermotor

ABSTRACT

Regional autonomy and decentralization setting authority for every area in their independence and
realize the potential to improve people's welfare. One potential area that is growing is a local tax , which is
currently setting based on Undang-Undang No. 28 tahun 2009. In terms of social welfare legislation is
mandated to allocate some funds for the construction sector activities withholding tax , this policy is known as
earmarking tax. Motor vehicle tax is one tax that is included in this policy where the amount of the allocation
that is at least 10 % of the proceeds and used for the construction of transportation infrastructure. In SULUT
terms are defined in Perda No. 7 tahun 2009 in which the contents of its mandate in accordance with such
provisions. The purpose of this study is to analyze the implementation of earmarking tax policy of motor vehicle
tax in the province of North Sulawesi in accordance with the mandate of the legislation in force. The analytical
method that used is descriptive analysis. The findings of this study are earmarking tax policy in SULUT go hand
in hand with SULUT budget system where revenues and expenditures through the general treasury area. In 2012
spending on road infrastructure has increased more than 10 %, reaching 90 % of total motor vehicle tax that go,
so that the allocation of funds is in compliance with applicable regulations.

Keywords : earmarking tax, motor vehicle tax

108
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Otonomi daerah dan desentralisasi merupakan kebijakan pemerintah yang memberikan yang memberi
kewenangan bagi masing-masing daerah dalam hal kemandiriannya untuk mengatur pemerintahannya untuk
terwujudnya kesejahteraan rakyat serta mengoptimalkan potensi masing-masing khususnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD). selain PAD daerah juga harus mengatur pemerintahannya untuk terwujudnya kesejahteraan
rakyat.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sebuah komponen pembiayaan yang penting dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah sebagai bagian dari implementasi desentralisasi fiskal. Salah satu
sumber pendapatan yang besar untuk PAD adalah pajak daerah dimana saat ini pengaturaannya berdasarkan
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009. Peraturan ini merupakan perubahan dari undang-undang sebelumnya
yang memiliki beberapa perbedaan dari undang-undang sebelumnya salah satunya adalah ditetapkannya
kebijakan earmarking tax.
Earmarking tax merupakan kebijakan pengalokasian dana pajak yang digunakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pajak yang dipungut. jenis pajak yang termasuk dalam konsep ini
adalah pajak kendaraan bermotor, pajak penerangan jalan dan pajak rokok. Dengan adanya pengalokasian dana
tersebut maka akan tersedia jaminan untuk anggaran peningkatan kualitas pelayanan publik.
Pemenuhan pelayanan publik berlaku juga bagi pelaksanaan pemerintahan provinsi Sulawesi Utara
(SULUT) mengingat semakin berkembangnya daerah ini dalam hal globalisasi dan moderenisasi termasuk
pemasukan dana pajak kendaraan bermotor SULUT yang untuk tiap tahunnya bertambah, sehingga
menggambarkan keadaan kendaraan bermotor di SULUT makin bertambah pula. Selain memberikan kontribusi
baik bagi PAD SULUT, keadaan kendaraan bermotor ini juga menimbulkan hal buruk seperti kemacetan dan
kerusakan jalan.
Pengaturan pajak daerah SULUT, Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 dijabarkan kedalam Peraturan
daerah SULUT Nomor 7 tahun 2011. Peraturan daerah ini memiliki kesamaan dengan undang-undang tersebut
termasuk kebijakan earmarking tax-nya. Peraturan daerah ini masih tergolong baru bagi SULUT, Karena baru
diberlakukan pada januari 2012.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penerapan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan
bermotor di provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan amanat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

TINJAUAN PUSTAKA

Otonomi Daerah dan Desentralisasi


Waluyo (2011: 235) memaparkan bahwa secara resmi era otonomi daerah berlaku di Indonesia sejak 1
januari 2001. Sehingga daerah dituntut mencari berbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunakan
membiayai pengeluaran atau belanja daerah. Kebijakan ini merupakan penyelenggaraan pemerintahan dari yang
sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi.
Kerangka otonomi daerah dan desentralisasi fiskal telah memberikan dimensi yang lebih jelas bagi
Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan serta pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip
transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. (Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan
RI, 2012: 13)

Pajak Daerah
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 angka 10 menjelaskan bahwa pajak daerah, yang selanjutnya
disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah dibagi atas Pajak provinsi dan
pajak kabupaten kota.

109
Bagi Hasil Pajak Provinsi
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 meyatakan bahwa hasil pungutan pajak daerah tepatnya jenis pajak
provinsi harus dibagi hasil dengan kabupaten/kota. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemerataan
pembangunan dan peningkatan kemampuan keuangan kabupaten/kota dalam membiayai fungsi pelayanan
kepada masyarakat, pajak provinsi dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dengan proporsi sebagai berikut:

Tabel 1. Proporsi Pembagian Dana Pajak antara Provinsi dengan Kabupaten/Kota


Jenis Pajak Provinsi Kab/Kota
Pajak Kendaraan Bermotor 70% 30%
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 70% 30%
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 30% 70%
Pajak Air Permukaan 50% 50%
Pajak Rokok 30% 70%
Sumber: Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009

Earmarking Tax
Michael (2012: 2), menyatakan Earmarking is the budgeting practice of dedicating tax or other revenues to
a specific program or purpose. This practice typically involves depositing tax or other revenues into a special
account from which the legislature appropriates money for the designated purpose. Kutipan ini memaparkan
bahwa earmarking merupakan praktek penganggaran mendedikasikan pendapatan pajak atau pendapatan
lainnya untuk program tertentu, dan praktek ini melibatkan penyetoran pajak atau pendapatan lainnya ke
rekening khusus.
Earmarking dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan
sekaligus menciptakan good governance dan clean government (Siahaan, 2010: 179). Penerapan kebijakan
earmarking tax untuk setiap jenis pajak yang termasuk dalam konsep ini, memiliki besaran yang berbeda-beda
untuk setiap jenis pajaknya yang akan di-earmark, bahkan berbeda juga tujuan alokasinya, seperti yang terlihat
dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Pengalokasian (earmarked) beberapa jenis pajak yang diamanatkan dalam UU No. 28 tahun
2009
Jenis Pajak Daerah yang Amanat earmarking tax dalam UU No. 28/2009
di-earmark Pasal, ayat Besarnya Alokasi Tujuan Alokasi

Pasal 8, ayat - Pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan


Pajak Kendaraan Bermotor Minimal 10%
5 - Peningkatan moda dan sarana transportasi

- mendanai pelayanan kesehatan masyarakat


Pajak Rokok Pasal 31 Minimal 50% - Penegakan hukum oleh aparat yang
berwenang
Pasal 56, ayat
Pajak Penerangan Jalan Sebagian - Penyediaan penerangan jalan
3
Sumber: UU No. 28 tahun 2009 (diolah peneliti)
Tabel 2. menunjukan bahwa untuk pajak kendaraam bermotor besaran alokasi dananya yaitu 10%
digunakan untuk peningkatansarana prasarana transportasi.

Pajak Kendaraan Bermotor


Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang PDRD menyatakan bahwa Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah
semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat
besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air. (UU No 28 thn 2009, Pasal 1, angka 12 dan 13).

110
Penelitian Terdahulu
Tabel 3. Matriks Perbandingan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu
Nama
Metode
Peneliti Judul Tujuan Hasil penelitian persamaan perbedaan
Penelitian
/ tahun
Poetri Analisis 1. menganalisis Pendekatan 1.justifikasi penerapan Persamaannya Perbedaannya
Mutiara Earmarking alasan-alasan Kualitatif earmarkin g tax meliputi: terdapat pada terdapat pada objek
Bela/ Tax atas Pajak diterapkannya konsep dengan studi a)penerapan prinsip subjek jenis penelitian dimana
2010 Kendaraan earmarking tax atas lapangan dan manfaat, b)permasalahan pajak yaitu peneliti sebelumnya
Bermotor pajak kendaraan studi kemacetan DKI Jakarta, PKB, dan mengangkat sebagai
(Studi bermotor dalam kepustakaan c)adanya kepastian sumber analisis objeknya yaitu DKI
Earmarking Undang-undang pendanaan, d) kestabilan earmarking tax. Jakarta, sedangkan
Tax di DKI pajak Daerah dan dan kontinuitas dalam Selain itu dalam penelitian ini
Jakarta) Retribusi Daerah No. pendanaan persamaan adalah provinsi
28 tahun 2009. 2.Upaya pemerintah DKI metode SULUT. Selain itu
2.mengidentifikasi Jakarta dalam pelaksanaan penelitian juga, perbedaan dari
upaya-upaya earmarking tax: yaitu kualitatif beberapa tujuan
pemerintah terkait a)penyiapan peraturan penelitian yang
dengan persiapan daerah, b)pemilihan secara langsung
penerapan konsep program disektor jalan dan juga membedakan
earmarking tax atas transportasi, c) koordinasi perumusan
Pajak Kendaraan pihak-pihak yang terkait. masalahnya.
Bermotor. 3.faktor penghambat
3. Mengudentifikasi maupun pendukung dalam
faktor-faktor earmarking tax. Faktor
pendukung dan penghambat: a)sistem
penghambat yang penganggaran di DKI
mungkin akan Jakarta, b) kesiapan pihak
dihadapi Pemerintah yang terkait dengan
Daerah Jakarta terkait earmarking tax PKB,
dengan penerapan c)earmarking tax pada
kosep earmarking tax PKB tidak akan bekerja.
atas Pajak Kendaraan Faktor pendukungnya:
Bermotor. a)masyarakat yang
4. Menganalisis menerima manfaat
alasan-alasan earmarking tax,
ditetapkannya b)peraturan mengenai
besaran minimal 10% earmarking tax atas PKB
atas earmarking tax 4.Besaran earmarking tax
atas Pajak Kendaraan 10% dibuat minimal agar
Bermotor. masih dapat memberikan
ruang bagi Pemda untuk
menentukan prioritas
pendanaan dan anggaran
belanjanya. Selain itu
angka 10% diambil dari
simulasi matematis yang
diajukan pemerintah
sewaktu pengajuan RUU
PDRD.
Murdiyana Analisis untuk mengetahui Metode Dapat diketahui bahwa Persamaan Perbedaannya
Setyani/ Penerimaan seberapa besar kualitatif, kontribusi pajak kendaraan terdapat pada terdapat pada
2012 Pajak kontribusi dan dengan bermotor terhadap subjek jenis metode analisis,
Kendaraan realisasi penerimaan menggunakan pendapatan asli daerah pajaknya yaitu dimana peneliti
Bermotor dan pajak kendaraan metode provinsi Sulawesi Utara Pajak sebelumnya
Kontribusi bermotor terhadap analisis mengalami fluktuasi yang Kendaraan menggunakan
Terhadap PAD Provisi kontribusi relatif menyebar mulai Bermotor dan analisis kontribusi
Pendapatan Sulawesi Utara. dan analisis tahun 2007-2011. Objeknya yaitu dan trend,
Asli Daerah trend. Kontribusi tertinggi terjadi Sulawesi Utara. sedangkan
(PAD) Provinsi pada tahun 2009 yaitu penelitian ini
Sulawesi Utara sebesar 0,48% menggunakan
metode analisis
kualitatif deskriptif.
Selain itu perbedaan
dalam hal tujuan
penelitiannya.

111
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-
masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi ( Indriantoro dan Supomo, 2012: 26)

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat Penelitian adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Sulawesi Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan oktober sampai november.

Prosedur Penelitian
1. Mengajukan Permohonan Penelitian: Memasukan surat permohonan penelitian dengan persetujuan dari
Fakultas Ekonomi untuk melakukan penelitian pada objek atau instansi yang dipakai dalam penyusunan
skripsi.
2. Disposisi Pimpinan Instansi: Setelah pemasukan surat permohonan penelitian, Bidang Umum dan
Kerjasama, menindak lanjuti pembuatan surat perintah yang menjelaskan tentang izin penelitian pada
instansi tersebut dengan persetujuan pimpinan instansi.
3. Pengumpulan Data: Dalam tahap ini peneliti melaksanakan proses pengumpulan data yang akan dipakai
dalam penelitian dan penyusunan skripsi, yaitu melaksanakan wawancara dengan beberapa pimpinan
Dispenda SULUT, pengumpulan data mengenai laporan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor
tahun 2012- Agustus 2013. Dan laporan bagi hasil pajak kendaraan bermotor. Kemuadian laporan
keuangan dari Dinas Pekerjaan Umum untuk melihat pengeluaran untuk pembangunan jalan daerah.
4. Analisis Data Penelitian dan Pembahasan: Dalam tahap ini dilakukan analisis data yang telah dikumpulkan
dan melakukan pembahasan tentang rumusan masalah dalam penelitian dan menentukan hasil penelitian.
5. Menarik Kesimpulan: Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sebagai
akhir dari penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
Data adalah sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung atau survei
(Indriantoro dan Supomo, 2012: 10). Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu:
a. Data Kuantitatif
adalah data penelitian berupa angka-angka atau numerik dan analisis menggunakan statistik.
b. Data Kualitatif
adalah data yang disajikan secara deskriptif dan tidak dapat diukur dengan skala numerik.

Sumber Data
1. Data Primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak
melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2012: 146).
2. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro dan Supomo, 2012: 147).

Teknik Pengumpulan Data


1. Penelitian Lapangan (field research), merupakan kegiatan kunjungan serta kegiatan pengumpulan data
ditempat atau objek yang memiliki sumber data yang sesuai dengan penelitian, dan data diperoleh melalui
cara:
a. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan kegiatan komunikasi langsung
dengan pihak-pihak instansi yang terkait, dan membahas masalah-masalah yang dikemukakan dalam
penelitian ini.
b. Dokumenter, merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan arsip atau dokumen-dokumen
yang bersifat tulisan dari instansi yang bersangkutan.
2. Penelitian Kepustakaan (library Research), merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan
mengumpulkan data dari teori-teori yang diperoleh dan dipelajari dari buku-buku, literatur, jurnal, serta
bahan-bahan informasi lainnya yang berhungan dengan masalah yang diteliti untuk digunakan sebagai
landasan pemikiran teoritis bagi penulis didalam membahas penelitian ini.

112
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu analisis kualitatif, adalah bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi
hipotesis (Sugiyono, 2010: 428)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian


Provinsi Sulawesi Utara terletak di ujung utara pulau Sulawesi Indonesia, dengan ibukotanya adalah kota
Manado. Provinsi Sulawesi Utara dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang
Pembentukan Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 September 1964. Dengan visinya yaitu, Menuju
Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing dan Sejahtera.
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam kerangka otonomi daerah memiliki strategis
dalam mendukung pembiayaan kegiatan pemerintahan di daerah yang sangat kompleks, yang dapat
dioperasionalkan jika memiliki ketersediaan anggaran yang memadai.Visi Dinas Pendapatan Daerah yaitu:
Terdepan dalam pengelolaan pendapatan daerah dan pelayanan prima. Visi ini mencerminkan bahwa Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara mengedepankan kualitas pengelolaan pendapatan daerah dan
kualitas pelayanan kepada wajib pajak serta bertindak sebagai leader dalam pengkoordinasian pemungutan
pendapatan daerah bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pengelola pendapatan daerah.
Dinas Pekerjaan Umum sebagai institusi teknis yang melaksanakan kebijakan pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara, mengedepankan visi yaitu: Tersedianya Prasarana Jalan dan Jembatan serta
Permukiman berdasarkan Tata Ruang yang handal, bermanfaat agar terwujud Sulawesi Utara yang berbudaya,
berdaya saing dan sejahtera.

Hasil Penelitian
Pengaturan Alokasi Dana Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Sulawesi Utara
Pengalokasian dan pembagian dana pajak dari pungutan jenis pajak provinsi di SULUT, diatur dalam
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara (Perda) Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. pengaturan
pengalokasian dan pembagian dana pajak kendaraan bermotor termuat pada:
1. BAB III, Bagian Kelima tentang Alokasi Dalam APBD, Pasal 14 yang mengatakan bahwa: Hasil
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit dialokasikan 10% (sepuluh persen) untuk
meningkatkan sarana dan prasarana jalan serta peningkatan moda transportasi.
2. BAB XII, Bagian Kesatu tentang Bagi Hasil dan Biaya Operasional, Pasal 67 ayat 1 mengatakan bahwa:
Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diserahkan
kepada pemerintah kabupaten dan kota sebesar 30% (tiga puluh persen). Kemudian dalam Pasal 67 ayat 2
mengatakan bahwa: pembagian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk pajak kendaraan bermotor
dibagi sebesar 30% (tiga puluh persen) berdasarkan pemerataan dan sebesar 70% (tujuh puluh persen)
berdasarkan potensi.
Pemungutan pajak kendaraan bermotor dilakukan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) yang terbagi di tiap Kabupaten/Kota, dimana penyetorannya dilakukan ke Bank Pembangunan Daerah
dalam hal ini Bank SULUT, serta masing-masing UPTD wajib mengirimkan laporan pemasukan dan
penyetoran pajak ke Dinas Pendapatan Daerah SULUT. Dalam hal kegiatan pemasukan dan pengeluaran
SULUT dijalankan berdasarkan APBD yang berlaku, dimana masing-masing SKPD akan memasukkan berbagai
rancangan anggaran dan belanja berdasarkan tugas dan kewajibannya. Dalam konsep earmarking tax, dana
pajak yang akan dialokasikan dari pajak kendaraan bermotor digunakan untuk peningkatan sarana prasarana
transportasi. Untuk pemeliharaan dan peningkatan jalan, belanja ini diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum
SULUT. Dalam membiayai belanja tersebut digunakanlah dana pendapatan yang sudah dirancangkan dalam
APBD juga, dalam hal ini Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah SULUT akan menyetorkan
dana ke masing-masing instansi untuk belanjannya. Selain itu dana pajak kendaraan bermotor masuk secara
keseluruhan bersama-sama dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lainnya dan penyetoran dana pun didasarkan
kepada jumlah anggaran untuk masing-masing SKPD.

Penerimaan dan Bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor SULUT tahun 2012
Pemasukan pendapatan asli daerah tahun 2012 dalam hal ini pajak kendaraan bermotor dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:

113
Tabel 4. Penerimaan PKB SULUT tahun 2012
Unit Kerja Target TA. 2012 Realisasi tahun 2012 % dari target % potensi

UPTD Manado Rp 89.153.513.000 Rp 91.542.765.741 102.68 51,97397128


UPTD Tondano Rp 10.671.000.000 Rp 10.990.685.600 103.00 6,240029707
UPTD Bitung Rp 17.911.000.000 Rp 17.607.728.100 98.31 9,996896501
UPTD Tahuna Rp 2.565.000.000 Rp 2.640.948.050 102.96 1,499414585
UPTD Kotamobagu Rp 7.985.000.000 Rp 8.622.270.200 107.98 4,895347219
UPTD Amurang Rp 8.226.790.000 Rp 8.322.380.700 101.16 4,725083101
UPTD Airmadidi Rp 14.085.000.000 Rp 14.641.310.440 103.95 8,312694533
UPTD Tomohon Rp 7.750.000.000 Rp 7.313.931.000 94.37 4,152529549
UPTD Mitra Rp 3.058.548.750 Rp 3.402.464.800 111.24 2
UPTD Bolmong Rp 6.744.000.000 Rp 5.830.897.700 86.46 3,310528223
UPTD Bolmut Rp 3.092.000.000 Rp 1.347.176.500 43.57 0,764867788
UPTD Boltim Rp 1.847.500.000 Rp 1.630.543.700 88.26 0,925751268
UPTD Bolsel Rp 1.368.000.000 Rp 865.389.600 63.26 0,491330296
UPTD Talaud Rp 1.055.000.000 Rp 747.992.850 70.90 0,424677566
UPTD Sitaro Rp 1.255.000.000 Rp 625.458.550 49.84 0,355107959
Jumlah Rp176.767.351.750 Rp176.131.943.531 99.64 100
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara (diolah kembali oleh penulis)

Tabel 4 menunjukan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor SULUT pada tahun 2012 adalah sebesar
Rp 176.131.943.531 atau 99.64% dari target untuk tahun anggaran 2012.
Dana pajak kendaraan bermotor dibagi hasilkan untuk provinsi maupun Kabupaten/kota pada tiap bulan
berjalan di tahun 2012, pembagianya didasarkan pada formulasi bagi hasil pajak pada tabel 4. Nominal bagi
hasil pajak kendaraan bermotor SULUT untuk tahun 2012 ditunjukan dalam rumusan berikut:
PKB tahun 2012 : Rp 176.131.943.531
Untuk pemungut : 3% x Rp 176.131.943.531 = Rp 5.283.958.306
Sisa yang akan dibagihasilkan ke Provinsi dan Kabupaten/Kota :
Rp 176.131.943.531 - Rp 5.283.958.306 = Rp 170.847.985.225
Provinsi : 70% x Rp 170.847.985.225 = Rp 119.593.589.657
Kabupaten/Kota : 30% x Rp 170.847.985.225 = Rp 51.254.395.568
Terlihat bahwa dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor yang masuk di kas daerah provinsi Sulawesi Utara
untuk tahun 2012 adalah senilai Rp119.593.589.657. dalam kaitannya dengan konsep earmarking tax
maka untuk melihat nilai minimum yang akan dialokasikan akan dikalikan dengan 10%:
Earmarking tax : 10% x Rp 119.593.589.657 = Rp 11.959.358.965
Perhitungan tersebut menunjukan bahwa anggaran untuk belanja dalam hal pembangunan sarana transportasi
harus bernilai minimal Rp 11.959.358.965 atau lebih.

Belanja untuk Peningkatan Sarana Prasarana Jalan Provinsi SULUT tahun 2012.
Provinsi Sulawesi Utara, dalam pengaturan urusan belanja langsung untuk peningkatan jalan, diatur oleh
Dinas Pekerjaan Umum. Pembiayaan peningkatan sarana prasarana jalan di Sulawesi Utara didasarkan atas
kebutuhan dari daerah, sehingga besaran dana yang dikeluarkan merupakan jumlah nominal yang dibutuhkan
daerah dalam hal peningkatan jalan tersebut. Namun besaran nominal 10% dari pemasukan pajak kendaraan
bermotor di kas provinsi telah menjadi jaminan ketersediaan dana bagi provinsi dalam pembiayaan sektor
tersebut.
Besaran belanja langsung untuk peningkatan sarana prasarana jalan dalam hal rehabilitas/ pemeliharaan dan
peningkatan jalan serta jembatan di SULUT pada tahun 2012 terlihat dalam tabel berikut ini:

114
Tabel 5. Pengeluaran untuk Program Rehabilitas/ pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan
SULUT tahun 2012

Uraian Anggaran 2012 Realisasi 2012 %

1. Program Rehabilitas/ pemeliharaan Jalan


Rp115.234.970.450 Rp105.198.578.268 91,29
dan Jembatan

Honorarium Pegawai Honorer/ tidak tetap Rp 1.478.059.000 Rp 1.326.712.500 89,76


Belanja barang habis pakai/ belanja alat tulis
Rp 95.000.000 Rp 87.011.935 91,59
kantor
Belanja bahan / material/ Belanja bahan baku
Rp 20.893.500.000 Rp20.869.447.978 99,88
bangunan
Belanja cetak dan penggandaan Rp 295.000.000 Rp 242.078.873 82,06

Belanja Perjalanan Dinas Rp 145.000.000 Rp - 0

Belanja jasa konsultansi perencanaan Rp 1.954.519.000 Rp 1.943.269.000 99,42

Belanja modal pengadaan konstruksi jalan Rp 89.773.892.450 Rp80.163.821.130 89,3

Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan Rp 600.000.000 Rp 566.236.852 94,37

2. Program peningkatan jalan & jembatan Rp 3.437.180.150 Rp 2.393.387.538 70

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi jalan Rp 359.365.500 Rp 210.000.000 58,44

Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan Rp 3.077.814.650 Rp 2.183.387.538 70,94

Jumlah Rp118.672.150.600 Rp107.591.965.806 90,66


Sumber: Dinas Pekerjaan Umum SULUT

Tabel 5 menunjukan bahwa jumlah pengeluaran atau realisasi untuk belanja langsung dalam peningkatan
sarana prasarana jalan di SULUT pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 107.591.965.806.

Rancangan APBD Untuk Tahun 2013 dalam kaitannya dengan alokasi dana pajak kendaraan bermotor
Untuk Tahun Anggaran (TA) 2013 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam hal ini Dinas Pendapatan
Daerah, telah menetapkan target dari penerimaan pajak daerah termasuk didalamnya pajak kendaraan bermotor.
Jumlah nominal yang ditargetkan adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Target Penerimaan Pajak Daerah SULUT Tahun Anggaran 2013


Jenis Penerimaan Target TA. 2013

PKB Rp. 188.714.175.750

BBN KB Rp. 245.808.359.000

PBB KB Rp. 143.240.000.000

P3AP Rp 1.800.930.000

Jumlah Rp 579.563.464.750

Sumber: Website Resmi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

115
Tabel 6 menunjukan bahwa target dari penerimaan pajak kendaraan bermotor adalah sebesar Rp.
188.714.175.750 atau 32% dari jumlah keseluruhan target. Dari penerimaan pajak kendaraan bermotor tersebut
akan dibagi sebesar 70% untuk provinsi dan 30% untuk kabupaten/kota, sehingga nominal pembagiannya yaitu:
Target tahun 2013 : Rp 188.714.175.750
Untuk Pemungut : 3 % x Rp 188.714.175.750 = Rp 5.661.425.273
Sisa yang akan dibagihasilkan ke Provinsi dan Kabupaten/Kota :
Rp 188.714.175.750 Rp 5.661.425.273 = Rp 183.052.750.478
Provinsi : 70% x Rp Rp 183.052.750.478 = Rp 128.136.925.334
Kota : 30% x Rp Rp 183.052.750.478 = Rp 54.915.825.143
Terlihat bahwa dana yang ditargetkan masuk ke kas provinsi dari bagi hasil pajak kendaraan bermotor adalah
Rp.128.136.925.334. Dari besaran tersebut yang menjadi dasar yang akan dialokasikan (earmark) akan
dikalikan 10% sebagai nilai minimum yang akan di alokasikan.
Earmarking Tax = 10% x Rp 128.136.925.334 = Rp 12.813.692.533
Perhitungan tersebut menunjukan bahwa anggaran untuk belanja dalam hal pembangunan sarana transportasi
harus bernilai Rp 12.813.692.533 atau lebih.
Rancangan APBD dalam kaitannya dengan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor adalah
mengenai biaya untuk pembangunan sarana prasarana transportasi dalam hal ini jalan raya. Rancangan APBD
nya masuk dalam SKPD Dinas Pekerjaan Umum. Berdasarkan APBD TA. 2013 anggaran untuk rehabilitas,
pemeliharaan dan peningkatan jalan SULUT adalah sebesar Rp84.070.401.700

Pembahasan
Pelaksanaan kebijakan earmarking tax provinsi Sulawesi Utara didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kemudian dijabarkan dalam Peraturan Daerah Provinsi
Sulawesi Utara Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Sistem APBD SULUT dalam rangka pelaksanaan
kegiatan pemerintahan untuk pelayanan publik menggambarkan suatu sistem yang bersifat terarah dalam
penganggaran dan penyetoran dananya. Tidak ada spesifikasi pengaturan dana dari pendapatan tertentu akan di
khususkan untuk pengeluaran tertentu. Hal ini menunjukan bahwa nilai minimal 10% yang harus dialokasikan
dananya untuk sarana dan prasarana transportasi tidak akan terlihat, karena dana pajak kendaraan bermotor ini
di setorkan ke kas daerah secara keseluruhan. Keberadaan besaran minimal 10% ini yang diatur juga dalam
Perda No 7 tahun 2011 dijadikan sebagai jaminan bagi ketersediaan dana untuk peningkatan sarana dan
prasarana transportasi di SULUT. Namun pembiayaan untuk pengeluaran tersebut juga didasarkan atas
keperluan dari daerah, jadi dengan kata lain jumlah pengeluarannya bisa lebih dari besaran 10% tersebut.

Tabel 7. Penerimaan PKB dan belanja untuk sarana prasarana jalan SULUT 2012

Penerimaan PKB Bagi Hasil ke Provinsi Earmarking tax Pengeluaran untuk sarana
keseluruhan 70% minimal 10% prasarana jalan

Rp176.131.943.531 Rp119.593.589.657 Rp11.959.358.965 Rp107.591.965.806.

Dikelola Penulis

Tabel 7 menunjukan bahwa besaran earmarking tax sebesar 10% yaitu Rp11.959.358.965 merupakan
nilai minimal yang harus digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana transportasi dalam hal ini
jalan. Namun besaran pengeluaran untuk belanja tersebut adalah senilai Rp107.591.965.806. hal ini menunjukan
bahwa dana yang digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan sudah lebih dari minimal
besaran alokasi dana pajak kendaraan bermotor. Sehingga dapat dikatakan bahwa SULUT telah mengeluarkan
dana untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan mencapai 90% dari penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor yang di bagi hasilkan ke kas daerah SULUT atau sekitar 61% dari penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor SULUT secara keseluruhan untuk tahun 2012.

116
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan untuk penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
Pelaksanaan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor di Provinsi Sulawesi Utara, berjalan
bersamaan dengan sistem penganggaran dalam APBD, dimana alur pendapatan sampai pada pengeluaran
dilaksanakan dalam satu pot besar yaitu APBD melalui kas umum daerah. Dalam hasil dan pembahasan
penelitian terlihat bahwa pada tahun 2012 belanja untuk peningkatan dan pemeliharaan jalan di SULUT telah
melebihi minimal 10% dari penerimaan pajak kendaraan bermotor yaitu mencapai 90%. Berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Sulawesi Utara No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah, menunjukan bahwa kebijakan
earmarking tax di SULUT telah sesuai dengan ketentuan tersebut dalam hal nilai atau jumlah alokasi dana yang
diamanatkan, dimana jumlah dana yang digunakan dalam belanja peningkatan dan pemeliharaan jalan tersebut
telah melebihi minimal 10% penerimaan pajak kendaraan bermotor.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka yang menjadi saran dari penulis yaitu pemerintah daerah
Sulawesi Utara harus mempertahankan bahkan meningkatkan kebijakan pemenuhan pelayanan publik dalam hal
peningkatan sarana prasarana transportasi sebagai wujud alokasi dana pajak kendaraan bermotor, dimana wajib
pajak memilik hak untuk menikmati pelayanan publik tersebut. Mengingat perkembangan pertumbuhan dana
pungutan pajak yang terus meningkat pada tiap tahun berjalan, maka harus disesuaikan juga kebutuhan dari
penggunaan objek pajak tersebut. Selain itu, diupayakan agar memprioritaskan rehabilitas ataupun pemeliharaan
jalan yang berada dilingkungan sektor perekonomian ataupun pemerintahan, hal ini dikarenakan banyaknya
kendaraan yang melintasi jalan-jalan di lingkungan tersebut, sehingga tinggi pula tingkat akibat yang
ditimbulkan seperti kerusakan jalan, ataupun kemacetan.

DAFTAR PUSTAKA

Bela, Poetri Mutiara, 2010. Analisis Earmarking Tax Atas Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Earmarking Tax
di DKI Jakarta) : Universitas Indonesia. Depok. http://lib.ui.ac.id/harvest/index.php/record/view/425159.
Diakses 25 Agustus 2013.

Indriantoro, Supomo, 2012. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE-
Yogyakarta : Yogyakarta.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2012. Pelengkap Buku
Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah : Jakarta.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD). Jakarta.

. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak
Daerah. Manado.

Setyani, Murdiyana, 2012. Analisis Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kontribusi Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara : Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Siahaan Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi revisi. Rajawali pers : Jakarta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung.

Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia. edisi 10. Salemba Empat : Jakarta.

Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara, 2013. Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) SULUT TA. 2013.
Manado. http://dispenda.sulutprov.go.id/index.php/web/data/15.1. Diakses 4 September 2013.

117
ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK
PROGRESIF PADA KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN THE FOUR MAXIMS DI
KOTA MANADO

Eugenia Rosalie
Jantje Tinangon
Rudy Pusung

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi
email : NiaRantung@gmail.com

ABSTRAK
Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pendapatan yang memberikan kontirbusi penting. Dengan
mulai diberlakukannya pajak progresif pada kendaraan bermotor awal tahun 2012 yang berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Perda Provinsi Sulut Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah Provinsi Sulut bahwa kepemilikan kendaraan bermotor pribadi kedua dan seterusnya tarif pajaknya
ditetapkan secara progresif. Pada awal diberlakukanya pajak progresif tersebut, banyak masyarakat yang merasa tidak
nyaman dan terbebani, mungkin hal ini disebabkan karena kurangnya informasi mengenai pemberlakuan tarif progresif
tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana pengenaan tarif progresif pada kendaraan bermotor
berdasarkan asas pemungutan pajak di Kota Manado serta mengetahui dampak dari membandingkan sebelum dan sesudah
pengenaan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan
mengungkapkan masalah yang ada di Kantor pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan
menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara
sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami. Hasil penelitian dapat dilihat pengenaan pajak
progresif masih sangat sesuai dengan The Four Maximsyaitu asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam
Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan (Equality), kepastian hukum (certainty); (c) asas tepat waktu
(convenient of payment); dan (d) asas economic of collection.pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu
meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang sebagian besar
memang merupakan sumber dari Pajak Daerah. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal
pemerintah memberlakukannya dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair.

Kata kunci : pajak kendaraan bermotor, tarif pajak progresif, the four maxims.

ABSTRACT

Motor vehicle tax is one source of revenue that provides kontirbusi important. With the entry into force of a
progressive tax on motor vehicles beginning in 2012 based on Law No. 28 of 2009 on Regional Taxes and Levies as well
as the North Sulawesi Provincial Regulation No. 7 of 2011 on Local Taxes North Sulawesi province that both private
vehicle ownership and tax rates set forth progressively. At the beginning of the adoption of the progressive tax, many
people who feel uncomfortable and overwhelmed, perhaps this was due to lack of information regarding the application of
progressive rates. The purpose of this study is how the progressive tariffs on motor vehicles based principle of taxation in
the city of Manado, and determine the impact of comparing before and after imposition. The method used is descriptive
analytical method, which is a research method to reveal the existing problems in office administration, data processing,
analyzing, researching and interpret and make conclusions and give suggestions which are then arranged in a systematic
discussion so that problems that exist in the company can be understood. From the results of the research can be seen still
highly progressive taxation in accordance with "The Four Maxims" that principle of taxation proposed by Adam Smith
which consists of similarity and balance (Equality), legal certainty (certainty), (c) a timely basis (convenient of payment),
and (d) the principle of economies of collection. progressive taxation has other positive effects which increase the
acceptance of PKB and BBNKB which automatically increases the acceptance of the PAD that most of it is the source of
Local Taxes. Imposition of Tax Rate has been running as a Progressive government enforce the original purpose and is in
accordance with the tax function is budgetair function.

Keywords : motor vehicles tax, progresive tax rate, the four maxims

118
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pajak merupakan alat bagi pemerintahan dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan peneriamaan baik
yang bersifat langsung maupun tidak langsung untuk membiayai pengeluaran rutin negara serta untuk
membiayai pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada negara
yang manfaatnya tidak dapat secara langsung dirasakan.

Secara teoritis alasan pengenaan pajak kendaraan bermotor (PKB) adalah penggunaan jalan raya yang
merupakan barang publik (public goods tidak murni) oleh masyarakat. Dalam UU No. 28 tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, tarif pajak Kendaraan Bermotor dikenakan secara progresif, yakni 1,5%
terhadap nilai jual untuk pembelian Kendaraan Bermotor pertama dan 2-10% terhadap kendaraan kedua dan
seterusnya. Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor yang adalah aturan baru,
masyarakat merasa semakin terbebani karena biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak kendaraan semakin
bertambah.

Sistem otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2007, menuntut daerah- daerah
mencari baerbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunkan membiayai pengeluaran dan belanja
daerah. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah diperlukan adanya
landasan hukum yang merupakan dasar hukum pemungutan pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu Undang-
Undang No. 18 Tahun 1977 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah menjadi
Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 yang berlauk sejak Januari 2010 (Waluyo,2011:23).

Peranan pemerintah daerah dalam penyelenggaran pemerintah dan pembangunan serta pelayanan
masyarakat dalam pelaksanaan otonomi daerah akan semakin meningkat, peningkatan peranan ini dilandasi
dengan kemampuan daerah untuk mengelola secara optimal potensi daerahnya sendiri termasuk dalam
pengelolaan sumber- sumber Pendapatan Asli.

Sesuai dengan tujuan ditambahkannya tarif pajak progresif adalah untuk mengurangi antusiasme
masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor dan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara.
Tujuan pemerintah ini sesuai dengan fungsi pajak itu sendiri yaitu Fungsi Regulerend atau mengatur dan Fungsi
Budgetair. Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor, penulis ingin mengetahui
efektifitas dari tujuan pemerintah tersebut. Apakah sudah seuai dengan kedua fungsi tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dala penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor di Kota Manado.
2. Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan asas-asas
pemungutan pajak.
3. Untuk mengetahui efektifitas tujuan pengenaan pajak progresif terhadap fungsi dari pajak yaitu sebagai
Budgetair atau Regulerend.

TINJAUAN PUSTAKA

Pajak

Pajak Menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 th 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemamakmuran rakyat

Muljono ( 2009 : 1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara yang dapat dipaksakan
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
yang berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

119
Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum, dengan penjelasan
sebagai berikut: dapat dipaksakan artinya: bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan
menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan terhadap pembayaran pajak, tidak
dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu seperti halnya dengan retribusi.

Andriani dalam bukunya Waluyo,(2011 : 2) menyatakan pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara
(yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-
undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Unsur Pajak

1. Pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada kas negara yang berupa uang.
2. Pajak bersifat memaksa karena pemungutannya berdasarkan dengan undang-undang.
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi
masyarakat luas.Unsur Pajak

Fungsi Pajak

1. Fungsi Budgetair/Finansial
Dalam fungsi budgetair ini pajak digunakan untuk membiayai keperluan keperluan rutin negara, seperti
pembangunan, pembelanjaan rumah tangga negara, pembayaran gaji pegawai negeri sipil, dll.
2. Fungsi Regulerend/Mengatur
Dalam fungsi regulerend atau fungsi mengatur ini pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik
masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu dengan mengunakan
kebijakan pajak.

Jenis Pajak

Jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu:

1. Menurut Golongannya :
a. Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan dan tidak dapat dibebankan kepada pihak lain.
b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kan atau dibebankan kepada
pihak lain.
2. Berdasarkan Lembaga pemungut :
a. Pajak Pusat/Pajak Negara adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada
pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat
Jendral Pajak. Contohnya : Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada pemerintah daerah yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdiri dari 5 jenis Pajak Daerah Propinsi dan 11 jenis
Pajak Daerah Kabupaten/Kota.
3. Berdasarkan Sifat
a. Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi/keadaan Wajib Pajak. Dalam menentukan
pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya yaitu
gaya pikul.
b. Pajak Objektif adalah pajak yang pada awalnya memerhatikan objek yang menyebabkan timbulnya
kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik Orang Pribadi maupun badan. Jadi dengan
kata lain, pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memerhatikan kondisi objeknya saja.

120
Tarif Pajak

Tarif pajak didefinisikan sebagai angka tertentu yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, yaitu
(Mardiasmo,2009:9) :

1. Tarif Sebanding/Proporsional yaitu tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai
pajak.
2. Tarif Tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
3. Tarif Progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi:
a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar
b. Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap
c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil
4. Tarif Degresif yaitu tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

Asas- asas Pemungutan Pajak

Sekitar abad 18 seorang ahli Ekonomi yang kini disebut sebagai Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith
(1723-1790) dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (terkenal dengan
nama Wealth of Nations) mengemukakan empat asas pemungutan pajak yang lazim disebut The Four Cannons
Maxims Taxation. Suatu aturan hukum tentang pajak yang adil harus memenuhi syarat yaitu

a. Asas kesamaan (equality) dan keadilan (equity)


b. Asas kepastian hukum (certainty)
c. Asas tepat waktu (convenient of payment)
d. Asas economic of collection yang mengharuskan biaya pemungutan pajak harus relatif kecil dibandingkan
dengan pajak yang masuk.

Pajak Daerah

Berdasarkan peraturan daerah Propinsi Sulawesi Utara tentang Pajak Daerah Bab 1 Ketentuan Umum,
Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak Kendaraan Bermotor

Beberapa jenis pajak yang diatur dalam pajak daerah salah satunya adalah pajak kendaraan bermotor.
Definisi Kendaraan Bermotor berdasarkan UU No 28 tahun 2009 adalah semua kendaraan beroda beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor
atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak
kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan
di air.

Subjek dan Wajib Pajak

1. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai
kendaraan bermotor.
2. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor.
3. Yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak adalah :
a. untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya.
b. untuk badan adalah pengurus atau kuasanya.

121
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung

Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok:

1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan


2. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat
penggunaan kendaraan bermotor.

Presentase Tarif Pajak Progresif

Berikut adalah presentase pengenaan tarif progresif bagi kendaraan bermotor berdasarkan PERDA
Sulawesi Utara.

1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan dengan cara sebagai berikut:
a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5% (satu koma lima persen);
b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu,
1) kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2% (dua persen);
2) kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima persen);
3) kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3% (tiga persen);
4) kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5% (tiga koma lima persen).
2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan,
lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah ditetapkan sebagai berikut.
a. Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1 % (satu persen).
b. Kendaraan bermotor ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan
keagamaan Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah sebesar 0,5 % (nol koma lima persen).
3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua
persen).
4. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor di air ditetapkan sebesar 1,5 % (satu koma lima persen).

122
Peneliti Terdahulu

Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Tujuan Metode Hasil penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti/ penelitian

Tahun

Nugraha/ Penerapan Pajak Bertujuan Pengembangan Penerapan Pajak Peneliti Peneliti


Progresif Terhadap untuk deskripsi kasus Progresif untuk sebelumnya mencoba
2010 Wajib Pajak mengetahui Kendaraan melakukan mengkaji
Kendaraan penerapan Bermotor penelitian penerepan pajak
Bermotor pajak menimbulkan terhadap faktor progresif
Berdasarkan Progresif dampak positif yang sama yaitu berdasar
Peraturan Daerah terhadap wajib dan negatif. tarif pajak peraturan daerah
Jawa Timur Nomor pajak Dampak positif progresif Jawa Timur
Tahun 2010 tentang kendaraan yaitu Nomor 9 tahun
Pajak Daerah bermotor berkurangnya 2010
berdasarkan jumlah
peraturan kendaraan, dan
daerah Jawa dampak negatif
Timur Nomor masyarakat
9 tahun 2010 melakukan
tentang pajak penyelundupan
daerah. hukum.

Fajariani/ Analisis Pengenaan Untuk Deskripsi Asas dalam The Peneliti Tempat
Tarif Pajak mengetahui Four Maxims melakukan dilakukannya
2013 Progresif Pada penerapan yang penelitian penelitian dan
PajakKendaraan tarif pajak dikemukakan terhadap faktor perubahan
Bermotor progresif pada oleh Adam yang sama yaitu perundang-
Berdasarkan The kendaraanber Smithkelihatann tarif pajak undangan.
Four Maxims motor di ya masih relevan progresif pada
Provinsi jawa untuk diterapkan kendaraan
Timur, apakah bermotor.
pengenaan
tarif progresif
tersebut
sudahsesuai
dengan asas-
asas
pemungutan
pajak

123
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (kualitatif), membandingkan sebelum dan sesudah
pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan The Four Maxims, hasil dari pencaraian
data- data kemudian akan di analisis dan dideskripsikan kemudian disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian
ini.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor UPTD Manado (SAMSAT) jalan 17 Agustus No.123 Kota Manado.
Penelitian ini dilangsungkan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 23 7 Oktober 2013.

Prosedur Penelitian

Susunan prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan observasi langsung ke objek penelitian untuk mengetaui gambaran umum mekanisme kegiatan
pemungutan pajak yang ditetapkan Kantor. Kemudian ke bagian Humas untuk mendapatkan penjelasan
mengenai profil kantor dan jumlah pegawai yang ada.
2. Mengumpulkan data- data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini untuk menjadikan dasar
acauan dalam penelitian.
3. Menganalisi apakah pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor sudah sesuai dengan asas
asas pemungutan pajak atau tidak.
4. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.

Metode Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pihak
Kantor UPTD Samsat Kota Manado yang bebas terpimpin, yaitu dilakukan dengan mempersiapkan terlebih
dahulu pertanyaan- pertanyaan sebagai pedoman, tetapi masih memungkinkan melakukan variasi-variasi
pertanyaan yang disesuaikan dengan jawaban dari responden dan situasi ketika wawancara. Dalam hal ini
mewawancarai langsung Kepala SIE Pajak UPTD Manado.

b. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu suatu cara untuk
mendapatkan data yang terdapat di dalam buku di Perpusatakaan Daerah Kota Manado dan Perpustakaan
Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Kota Manado. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan data
melalui penelusuran bahan pustaka, mempelajari dan mengutip dari beberapa sumber data yang ada, studi
dokumentasi berkas- berkas dari pejabat Kantor Bersama SAMSAT Kota Manado. Selain itu juga dari
penelusuran peraturan perundang- undangan dan penelusuran situs-situs internet yang berkaitan dengan
penelitian ini. Seperti buku- buku perpajakan dan Undang Undang atau Perda. Serta berupa laporan realisasi
PKB dan BBNKB, laporan perincian jenis Kendaraan Bermotor, dan Laporan Perbandingan Realisasi
Penerimaan PAD UPTD Manado.

Metode Analisis Data

Berdasarkan rumusan tujuan sebelumnya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di Kantor
pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan
memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada di
perusahaan dapat dipahami .

124
Pengertian dari metode deskriptif analitis menurut Sugiyono (2009: 29) adalah Metode Deskriptif
adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum .

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kantor UPTD Manado (SAMSAT)

UPTD Manado (Samsat) merupakan salah satu dari bagian atau perpanjangan tangan dari Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. UPTD Manado merupakan satu dari 15 UPTD yang ada di
Provinsi Sulut. Yang membantu Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam memungut pajak dari
masyarakat khususnya untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan yang berhubungan dengan PKB tersebut. Berawal
dengan adanya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 33
tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, serta Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 3 Tahun 2008 yang dijabarkan melalui
Peraturan Gubernur Nomor 62 tahun 2008, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara dititik beratkan pada kegiatan teknis operasional yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD).

Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut UPTD Manado (Samsat) berorientasi pada visi dan misi
sebagai berikut :

Visi : Terwujudnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebagai Sumber Utama Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)

Misi :

1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.


2. Mengoptimalkan pemungutan Pendapatan Asli Daerah dan Pengelolaan Dana Perimbangan.
3. Meningkatkan tertib administrasi pengelolaan pendapatan daerah.
4. Mengingkatkan koordinasi dengan mitra kerja.
5. Mengembangkan pemanfaatan informatikan dan telematika pendapatan daerah.

Hasil Penelitian

1. Pajak progresif untuk kendaraan bermotor mulai berlaku di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012.
Berlakunya Pajak progresif ini merupakan penerapan pasal 8 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Pajak progresif ini berlaku pada
kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya, kendaraan roda 2 (dua) dan kendaraan roda 4
(empat) kecuali pada kendaraan jenis pick up dan Dumb Truck.
2. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 6, disebutkan bahwa tarif Pajak kendaraan bermotor
pribadi ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan atau
paling tinggi sebesar 2% (dua persen).
b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya dapat ditetapkan secara progresif paling
rendah 2% (dua persen) dan paling tinggi 10% (sepuluh persen).
3. Dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Adapun
untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu :
a. Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5% (satu koma lima persen)
b. kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2% (dua persen);
c. kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima persen);
d. kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3% (tiga persen);
e. kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5% (tiga koma lima persen).
4. Asas asas pemungutan Pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yaitu The Four Maxims.

125
Pembahasan

Pengenaan Tarif Pajak Progresif Pada Kendaraan Bermotor di Kota Manado

Penerapannya tarif pajak progresif di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012. Pemberlakuannya di dasari
oleh UU no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaanya ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang pajak Daerah. Pajak Progresif Berlaku
pada kepemilikan kedua dan seterusnya. Pengenaan tarif pajak progresif sendiri pada 2012 belum begitu
maksimal, karena masih pihak pemerintah dan masyarakat masih dalam tahap penyesuaian dengan aturan baru
ini. Oleh karena itu pada awalnya, pemerintah memberikan keringanan dengan jalan, masyarakat diperbolehkan
mengatur susunan kendaraan yang akan dikenakan pajak progresif. Selanjutnya pengenaan tarif pajak progresif
akan disesuaikan dengan urutan tanggal pembelian.Kepemilikan kendaraan bermotor untuk penetapan pajak
progresif kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama. Penerapan pajak progresif
terhadap kendaraan bermotor ini diharapkan juga mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota
Manado. Karena dengan meningkatnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, tentu saja
berpengaruh terhadap PAD kota Manado dan mengurangi minat masyarakat dalam membeli Kendaraan
bermotor sehingga kemacetan dalam kota dapat berkurang. Berikut adalah tarif pajak progresif yang berlaku di
Sulawesi Utara :

a. Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5% (satu koma lima persen)


b. kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2% (dua persen);
c. kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima persen);
d. kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3% (tiga persen);
e. kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5% (tiga koma lima persen).

Tabel 2 Contoh Perbandingan Perhitungan Sebelum dan Sesudah Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada
Kendaraan Bermotor di Kota Manado

Jenis Kendaraan/ Sebelum Pengenaan Sesudah Pengenaan


Tahun Tarif Pajak Progresif Tarif Pajak Progresif
NJKB X 1.5 % = NJKB X 1.5% =
Jazz (2003) Rp 140.000.000,- X 1.5% = Rp Rp 140.000.000,- X 1.5% = Rp
2.100.000,- 2.100.000,-
NJKB X 1.5 % = NJKB X 2 % =
City (2005) Rp 126.000.000,- X 1.5% = Rp Rp 126.000.000,- X 2 % = Rp
1.890.000,- 2.520.000,-
NJKB X 1.5% = NJKB X 2.5% =
Fortuner (2007) Rp 271.000.000,- X 1.5% = Rp Rp 271.000.000,- X 2.5% = Rp
4.065.000,- 6.775.000,-

(Sumber : hasil Olahan Penulis)

Tabel perhitungan diatas dapat dilihat perbedaan jumlah Pajak yang harus dibayarkan pada sebelum dan
sesudah dikenakan tarif pajak progresif.

Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor Berdasarkan The Four Maxims

Berdasarkan asas Pemungutan Pajak yang dikemukan oleh Adam Smith, pengenaan tarif pajak
progresif masih dianggap relevan berikut adalah penjelasannya :

1. Equality, yaitu pembebanan pajak harus sesuai dengan kemampuan wajib pajak. Berdasarkan asas ini
penerapan pemberlakuan tarif pajak progresif bagi kendaraan kedua ini dilakukan karena diasumikan bahwa
wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu maka dapat dikategorikan sebagai kelompok
masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih dari cukup bahkan bisa dikategorikan berpenghasilan tinggi,
sehingga pemungutan pajaknya harus lebih besar.

126
2. Certainty, yaitu pembebanan pajak yang ada kepastian hukumnya mengenai pengaturan subjek pajak,objek
pajaka dan ketentuan pajak lainnya. Berdasarkan asas ini tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

3. Menurut asas convenience of payment, pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik, yaitu pada saat
yang paling dekat dengan diterimanya pendapatan/penghasilan yang dikenakan pajak. Sedangkan untuk
pembayaran Pajak Kendaraan bermotor pemungutan pajaknya yaitu sesuai dengan tanggal pada saat pembelian
kendaraan bermotor tersebut.

4. Sedangkan asas yang terakhir adalah Economic of Collections, dalam asas ini dijelaskan mengenai effisiensi
penggunaan pajak itu sendiri, di mana asas ini lebih kepada yang menggunakan pajak yang telah diperoleh
dalam hal ini pemerintah. Agar lebih berhati- hati dengan mengadakan pengeluaran pembiayaan yang dihasilkan
dari peneriamaan pajak

Dampak Pengenaan Tarif Pajak Progresif

Tabel 3 Perbandingan Realisasi Penerimaan PAD Tahun Anggaran 2011, 2012 dan Tahun Anggaran
2013 UPTD Manado

2011 2012 2013


Bulan (Rp) (Rp) (Rp)
Januari 7,207,932,200 11,087,908,025 21,273,414,400
Februari 5,605,505,000 15,745,354,700 20,358,530,080
Maret 6,869,095,000 18,707,279,400 19,319,722,300
April 6,751,783,150 16,747,267,800 21,374,236,900
Mei 6,970,219,650 18,932,228,200 25,763,017,900
Juni 6,487,125,965 17,860,262,300 18,903,533,400
Juli 7,220,682,700 19,327,774,139 23,456,859,200
Agustus 6,991,777,407 16,421,717,500 19,561,461,300
September 8,751,133,500 17,073,330,700 20,538,502,758
1Oktober 7,272,148,900 20,042,811,500 -
November 7,767,711,375 19,263,223,050 -
Desember 7,085,161,400 16,353,566,016 -
Sumber : Hasil olahan penulis

Perbandingan di atas dapat di lihat pada tahun 2011 di mana jumlah realisasi penerimaan PAD
sepanjang tahun 2011 hanya berada dikisaran di bawah 10 milyar, pada tahun 2012 yang merupakan tahun awal
pemberlakuan tarif pajak progresif telah mengalami peningkatan penerimaan pada kisaran 20 milyar. Namun
jika dibandingkan dengan penerimaan pada hampir sepanjang tahun 2013 penerimaan meningkat drastis. Hal ini
disebabkan pada tahun 2012 telah diberlakukannya pajak progresif, tetapi belum efektif dan maksimal seperti
pada tahun 2013 yang kisaran penerimaan mencapai 25 milyar. Dapat dilihat juga chart diagram yang bersifat
fluktuatif karena tidak semua kendaraan bermotor dikenakan pajak progresif, seusai UU dan Perda hanya
kendaraan kedua dan seterusnya yang dikenakan pajak progresif. Kendaraan pertama masih dikenakan tarif
normal yaitu 1,5 %.

Perbandingan beberapa perbandingan yang telah di sajikan dan dibahas di atas, dapat dilihat dampak
yang dapat dirasakan yaitu meningkatnya penerimaan PAD yang nantinya akan diolah untuk pembangunan
Daerah.

127
Tabel 4 Perbandingan Jumlah Kendaraan dan Penerimaan PKB dan BBN-KB pada Bulan Januari,
Februari dan Maret di Tahun Anggaran 2012 dan 2013

2012 2013
Jumlah Jumlah Penerimaan
Bulan Kendaraan Penerimaan Kendaraan PKB dan
Bermotor PKB Bermotor BBNKB
Januari 10.119 11.075.889.325 11.756 20.438.693.400

Februari 505 3.514.214.600 10.790 21.358.530.080

Maret 11.441 18.697.279.400 11.441 18.697.279.400


(Sumber : Hasil Olahan Penulis

Tabel 5 Presentase Perubahan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Penerimaan PKB dan BBNKB Tahun
2012 ke Tahun 2013

Jumlah Kendaraan Penerimaan PKB dan


BBNKB

Januari 16,80% 84%


Februari 2036,63% 507,77%
Maret 0% 0%

(Sumber : Hasil Olahan Penulis)

Tabel 4 dan tabel 5 merupakan sampel dari perbandingan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jumlah
Penerimaan PKB dan BBNKB serta persentase perubahannya yang terjadii pada tahun 2012 sampai 2013. Dari
kedua tabel di atas dapat diketahui kecenderungan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun meningkat
dengan presentase pada bulan januari Tahun 2012 ke 2013 sebesar 16,17% yang membuat penerimaan PKB dan
BBNKB meningkat sebesar 84%, pada bulan februari dapat di lihat terjadi lonjakan jumlah kendaraan pada
2013 sebesar 2036,63% tetapi disertai dengan menurunnya jumlah kendaraan yang membayar PKB dan
BBNKB pada bulan Februari tahun 2012 yaitu sebesar 507,77%. Kemungkinan besar hal ini terjadi disebabkan
perpindahan kendaraan ke daerah lain atau terjadi penunggakan pembayaran PKB. Namun pada bulan Maret
2012 dan bulan Maret 2013 tidak terjadi perubahan apapun atau presentase perubahan 0%. Dari hasil
perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan awal pemerintah menerapkan atau memberlakukan tarif
pajak progresif ini sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair yang adalah pajak digunakan untuk
membiayai keperluan rumah tangga negara, dalam hal ini dengan menerapkan tarif pajak progresif pemerintah
dapat meningkatkan penerimaan PAD yang nantinya akan digunakan untuk membiayai keperluan rutin negara.

PENUTUP

Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
1. Pengenaan pajak progresif sesuai dengan UU No. 28 tahun 2009 dan Perda Sulawesi Utara No 7 tahun
2011.
2. Sebelum pengenaan pajak progresif wajib pajak yang mempunyai kendaraan bermotor lebih dari satu,
masing kendaraan yang dimiliki dikenakan tarif yang sama yaitu 1.5 %. Sedangkan sesudah pengenaan,
masing- masing kendaraan kedua dan seterusnya dikenakan tarif 2% dan seterusnya.

128
3. Pemberlakuan Tarif Pajak Progresif di Kota Manado mulai diberlakukan pada tahun 2012 meskipun masih
belum efektif dan masih terus melakukan penyesuaian terhadap aturan baru tersebut. Efektivitas
pemberlakuan pajak progresif terjadi pada tahun 2013.
4. Pengenaan pajak progresif masih sangat sesuai dengan The Four Maximsyaitu asas pemungutan pajak
yang dikemukakan oleh Adam Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan (Equality), kepastian
hukum (certainty); (c) asas tepat waktu (convenient of payment); dan (d) asas economic of collection.
5. Pengenaan pajak progresif pada awalnya diharapkan dapat berdampak baik yaitu untuk menekan laju
peningkatan volume kendaraan yang dapat mengakibatkan kemacetan dan ketidaknyamanan di jalan raya.
Namun seiring dengan berjalan pengenaannya, pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu
meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang
sebagian besar memang merupakan sumber dari Pajak Daerah.
6. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal pemerintah memberlakukannya
dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair.

Saran

Penulis ingin memberikan saran pada pihak yang terkait dengan pemberlakuan pajak progresif ini.

1. Perlu diadakan penyuluhan dan seminar atau pemberitahuan melalui media cetak maupun elektronik. Agar
para wajib pajak dapat mengerti dan menerima dengan baik pemberlakuan aturan baru ini.
2. Tidak hanya masyarakat yang perlu memahami tentang pajak progresif ini, para pegawai pemerintah yang
terkait pun perlu memahami dengan baik agar dapat memberikan penjelasan yang memuaskan pada wajib
pajak yang bertanya.
3. Dengan meningkatnya pembayaran pajak kendaraan bermotor perlu juga diimbangi dengan upaya
peningkatan pelayanan pemerintah di Kantor Samsat maupun di dinas- dinas terkait. Seperti kenyamanan
dalam mengantri, menambah loket kasir dan loket konsultasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fajriani. 2013. Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor berdasarkan The Four Maxims.
Jurnal Vol 1 No 2. Universitas Surabaya. Surabaya.Http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
akuntansi/article/view/739/baca-artikel. Diakses 28 Agustus 2013.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. ANDI. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. ANDI. Yogyakarta.

Muljono. Djoko. 2009.Ketentuan Umum Perpajakan. ANDI. Yogyakarta.

Nugraha. Haris. 2010. Penerapan Pajak Progresif terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan
peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Jurnal Ilmiah. Universitas
Brawijaya. Malang.http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/Jurnal-Harist-Agung-Nugraha-
0810113287.pdf. Diakses 28 Agustus 2013.

Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007. Jakarta

Republik Indobesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Jakarta

Republik Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
Provinsi Sulut. Manado

Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif Dan RD. Alfabeta. Bandung.

Waluyo. 2011.Perpajakan Indonesia. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.

129
ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT
DENGAN ACTIVITY BASED COSTING
(STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO)

Olivia H.S. Sumendap


David Paul Elia Saerang
Sifrid Sonny Pangemanan

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universita Sam Ratulangi Manado
Email: oliviaheidy@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini membandingkan perhitungan biaya metode tradisional dengan perhitungan biaya
berdasarkan aktivity (ABC) dalam menentukan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Siloam di Manado.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data diperoleh dengan menganalisa dokumen, observasi
partisipan, serta wawancara dengan kepala akuntansi perusahaan kemudian dibandingakan dengan literature
yang ada. Penerapan metode biaya berdasarkan aktivitas (ABC) memberikan dampak yang sangat baik dalam
meningkatkan efiensi dan aktivitas sumber daya. Perhitungan biaya dangan ABC mampu menghasilkan biaya
yang lebih murah dan lebi akurat bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pada akhirnya Rumah Sakit
Siloam di Manado mampu menyediakan tarif yang terjangkau pada pasien.

Kata kunci: akuntansi biaya, perhitungan biaya metode tradisional, perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas.

ABSTRACT

This research compared the traditional method of cost calculation with activity based costing (ABC) in
determining the inpatient room rate at Siloam Hospital. This research uses descriptive analytical method. Data
obtained by analyzing documents, participant observation, interviews with chief accounting company then
comparated with the existing literature. Implementation of activity based costing (ABC) provides an excellent
effect in improving efficiency and resource activities. Calculation of costs with ABC is able to produce cheaper
and more accurate when compared with traditional approaches. In the end Siloam Hospital is able to provide
affordable rates for patients.

Keywords: accounting cost, traditional costing method, activity based costing.

130
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan kemunculan Asia Free Trade Area (AFTA) sejak tahun
1980-an, telah terjadi serangkaian perubahan fundamental di dunia, antara lain:
1. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya perubahan cepat menuju
ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan
adanya reformasi ekonomi melalui privatisasi, deregulasi dan liberalisasi.
2. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan secara luar biasa transaksi
perdagangan dan saling ketergantungan antar negara di dunia.
3. Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan perdagangan dan investasi
dalam lingkup regional di berbagai belahan dunia.
Berbagai kecendurungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin negara Asia, khususnya negara-
negara anggota ASEAN, untuk mendirikan suatu organisasi ekonomi regional di Asia Tenggara. Setelah melalui
serangkaian negonisasi dan perdebatan yng panjang. Pada Millenium Summit ke-4 ASEAN di Singapura tahun
1992, ASEAN yang saat itu masih beranggotakan 6 negara (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
dan Thailand) sepakat membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN (AFTA) dalam rentang waktu 15 tahun
dimulai sejak 1 Januari 1993 dan dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara
anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi antara mereka secara bertahap
pada tahun 2008 yang di letakan dalam skema Common Effective Preferential Tarif (CEPT). Inti dari CEPT
dalam persetujuan AFTA adalah pengurangan berbagai tarif impor dan penghapusan hambatan non-tarif atas
perdagangan dalam lingkup ASEAN. Hal ini membawa implikasi bagi indonesia berupa perubahan harga relatif
produk-produk indonesia yang di ekspor ke negara-negara ASEAN disamping akan menjadi intensif bagi
masuknya investasi asing yang selama ini menjadi salah satu pilar untuk memutar roda perekonomian nasional.
Oleh karena itu, dalam hal ini profil perdagangan dan investasi indonesia, dengan perbandingan profil negara-
negara anggota lainnya, sangat penting diketahui guna melihat sejauh mana AFTA akan membawa dampak
positif bagi indonesia. Pertama dan yang paling penting dalam sistem ekonomi pasar adalah perdagangan
(Ariyanto, 2010:3).

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode activity based
costing akan menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan traditional costing
method.

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya menurut Mulyadi (2005:7) adalah akuntansi biaya sebagai proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara
tertentu serta penafsiran-penafsiran terhadapnya. Carter dan Usry (2006:11) menyebutkan bahwa akuntansi
biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan
pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat kepuusan-keputusan yang bersifat rutin
maupun strategis

Klasifikasi Umum Biaya


Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar atas data biaya untuk tujuan penyusunan
laporan keuangan, untuk memprediksi perilaku biaya, untuk pembebanan biaya ke objek biaya, serta untuk
pembuatan keputusan. Garrison dan Norren (2006:50), mengklasifikasikan biaya sebagai berikut:

a. Biaya produksi (Manufacturing Cost)


Yaitu semua biaya untuk merubah bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya ini dikalsifikasikan menjadi:
1) Bahan Langsung
2) Tenaga Kerja Langsung
3) Overhead Pabrik

131
a. Biaya Non Produksi (Non-manufacturing)
Umumnya, dibagi menjadi dua yaitu biaya pemasaran dan biaya administrasi. Biaya pemasaran meliputi
semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk
disampaikan kepada konsumen.
c. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas.
d. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas..
e. Biaya Langsung
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang
bersangkutan.
f. Biaya Tidak Langsung
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang
bersangkutan.
g. Biaya Diferensiasi
Biaya diferensiasi (differential cost) adalah keputusan melibatkan proses pemilihan dari berbagai alternatif
yang ada..
h. Opportunity Cost
Biaya kesempatan atau biaya peluang (opportunity cost) adalah manfaat petensial yang akan hilang bial
salah satu alternatif telah dipilih sejumlah alternatif yang tersedia.
i.. Sunk Cost
Biaya tertanam (sunk cost) adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan apapun
yang dibuatsaat ini atau pu masa yang datang. Karena biaya tertanam tidak dapat diubah oleh keputusan
apapun, biaya tertanam bukanlah biaya diferensial.

Tradisional Costing Method


sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela (2009:23) adalah di mana biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi
biaya produk.

Sistem Activity Based Costing


Bastian dan Nurlela (2009:24) menyatakan activity based costing adalah metode membebankan biaya
aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya,
seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan
kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya.

Prosedur pembebanan biaya dua tahap


Pembebanan biaya dua tahap (two stage cost assigment) membebankan biaya sumber daya seperti biaya
overhead pabrik ke pusat biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya dan kemudian ke objek biaya untuk
menentukan jumlah biaya sumber daya bagi setiap objek biaya. Sistem perhitungan biaya berdasarkan
tradisional membebankan biaya overhead pabrik pertama, ke tempat penampungan biaya departemen atau
pabrik, dan kedua ke produk atau jasa. Meskipum demikian, prosedur pembebanan biaya tradisional
kemungkinan mendistorsi biaya produk atau jasa. Distorsi akan semakin serius khususnya ketika bagian yang
penting dari biaya overhead pabrik tidak terkait dengan volume outputdan perusahaan memproduksi produk
dengan kombinasi yang beragam dengan perbedaan pada volume, ukuran, atau kompleksitas
Sistem activity based costing (ABC) berbeda dari sistem perhitungan biaya tradisional dalam hal
menelusuri penggunaan sumber daya pada aktivitas dan mengaitkan biaya aktivitas pada produk, jasa, atau
pelanggan (Blocher, 2006:224). Tahap pertama membebankan biaya overhead pabrik ke aktivitas atau pusat
biaya aktivitas. Tahap kedua membebankan biaya atau aktivitas dari tempat penampungan biaya aktivitas ke
objek biaya dengan menggunakan penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat yang mengukur permintaan
objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas atau tempat penampungan aktivitas. Prosedur alokasi dua tahap
pada ABC mengidentifikasi dengan jelas biaya-biaya dari aktivitas suatu perusahaan. Pembebanan biaya
aktivitas ke objek biaya menggunakan suatu ukuran atau ukuran-ukuran yang mencerminkan permintaan objek

132
biaya atas aktivitas perusahaan. Dengan demikian, ABC melaporkan biaya produk atau jasa dengan lebih akurat
dibandingkan dengan sistem biaya tradisional.

Penelitian Terdahulu
Industry yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industry jasa. Industry jasa adalah suatu jenis usaha yang
outputnya berupa pelayanan kepada pelanggan.

Tabel 1. Penelitian terdahulu


Peneliti/
Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil penelitian
MehmetC. Using Activity- Persamaan penelitian Penelitian yang dilakukan ABC mampu
Kocakulah, Based costing yang dilakukan oleh oleh Mehmet C. kocakulah memberikan
Ph.D.(2007) (ABC) Measure Mehmet C. Kocakulah dilakukan pada industry informasi yang
Profibility on a dengan penelitian perbankan sedangkan akurat mengenai
Commercial Loan sekarang adalah sama- penelitian sekarang biaya dan
Portofolio sama menggunakan dilakukan pada industry profitabilitas,
activity based costing jasa sehingga
dalam sistem manajemen dapat
perhitungan biaya. mengambil
keputusan untuk
meningkatkan
keuntungannya

Nunik ABC Sistem: Menggunakan variable Penelitian Nunik adalah ABC sistem
L.D.(2007) Sistem Biaya activity based costing penelitian kepustakaan membantu
Dalam Mengatasi dan traditional costing sedangkan penelitian sistem biaya
Kelemahan/ consept. sekarang adalah penelitian tradisional
Kekurangan Sistem lapangan pada dua jenis dalam
Biaya Tradisional industri yang berbeda menentukan
biaya
overhead agar
lebih tepat dan
akurat yaitu
dengan cara
penentuan
biaya atas
dasar aktivitas
yang
dilakukan
untuk
menghasilkan
produk dan
jasa

Cheisvyany Penerapan Activity Menggunakan activity Penelitian Charoline Secara jangka


(2007) Based Costing based costing untuk membahas tentang panjang
Untuk Analisis membebankan biaya penerapan ABC analisis ini
Profitabilitas aktivitas pada produk. pengaplikasian konsep dapat
Pelanggan Persamaan lainnya ialah customer relationship memberikan
menggunakan metode management (CRM) dalam future growth
field research. menganalisa profitabilitas. bagi
perusahaan
dengan
pencapaian
visi dan misi

133
Widyaningsih Peranan dan Meneliti peranan ABC Penelitian Aristanti intinya dapat
(2009) Kendala Penerapan pada industry jasa menggunakan activity disimpulkan
Activity Based based management, total bahwa ABC
costing (ABC) quality of management, tidak hanya
dalam Industry Jasa serta strategi kualitas untuk dapat
mendukung penelitian diterapkan
ABC nya pada
perusahaan
manufaktur
tetapi juga
dapat
diterapkan
pada industry
jasa.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept
dengan activity based costing (ABC) pada jenis industri jasa. Industri jasa yang akan diteliti adalah RS. Siloam
di Manado yang beralamat di Jl. Samrat No. 22 Manado dengan objek penelitian penentuan tarif kamar rawat
inap. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ABC ini adalah laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2012, direct cost, direct labor, dan biaya overhead yang terkait dengan kamar rawat.

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat dan waktu yang menjadi penelitian ini adalah Rumah Sakit Siloam Manado yang bertempat di Jl.
Samrat No. 22 Manado. Waktu dalam melakukan penelitian ini adalah 2 bulan yaitu dari bulan oktober sampai
dengan November 2013.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang di lakukan adalah sebagai berikut :
a. Survey objek penelitian.
b. Mengambil data-data perusahaan dan wawancara.
c. Membandingkan dan mengolah data-data dan informasi perusahaan dengan dasar teori yang di gunakan.
d. Membuat kesimpulan dan memberikan saran.

Metode Pengumpulan Data


Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data
yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan
yang diberikan oleh perusahaan. Saat melakukan interview, observasi, dan analisis dokumen, peneliti melakukan
pertanyaan-pertanyaan yang mearahkannya untuk mengambil data yang diperlukan serta data didapatkan
kembali dibandingkan dengan teori (theoritical comparison)yang digunakan dan ditariklah suatu kesimpulan
sebagai hasil penelitian.

Teknik Pengumpulan Data


Proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
1. Interview/wawancara
2. Observas.
3. Analisis Dokumen

Metode Analisa Data

134
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data
yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan
yang diberikan oleh perusahaan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sejarah Singkat Rumah Sakit Siloam Manado
Dibuka pada tahun 2012 , SHMN adalah rumah sakit swasta terkemuka di Manado , Sulawesi Utara.
Terletak di Central Business District di Manado, SHMN dapat dengan mudah diakses oleh transportasi umum.
Karena lokasi utama, SHMN adalah tujuan pelayanan kesehatan untuk seluruh tenaga kerja perusahaan serta
wisatawan dan warga sipil di Manado

Visi dan Misi Rumah Sakit Siloam


Our Vision:
International Quality, Scale, Reach, Godly Compassion.
Our Mission:
The trusted destination of choice for holistic world class healthcare, health education and research.

Hasil Penelitian
Rumah sakit siloam adalah salah satu rumah sakit swasta yang memberikan palayanan kesehatan yang
berkualitas, lengkap, dan terjangkau karena rumah sakit siloam tedak hanya memiliki fungsi komersial tetapi
juga mengutamakan fungsi sosialnya. Ini merupakan tantangan bagi rumah sakit untuk dapat memberikan
pelayanan yang maksimal dengan biaya yang seminimal mungkin khususnya mengenai pelayanan rawat inap.
Tabel 2. Perhitungan Tarif Kamar Rawat Inap Menggunakan Activity Based Costing
Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III
DIRECT
COST
Bahan medis Rp. 1,828.57 Rp. 1,799.43 Rp. 1,463.21 Rp. 880.53
makan dan minum
pasien Rp. 31.593.00 Rp. 31,593.00 Rp. 24,745.00 Rp. 20,305.00

Total direct cost Rp. 33,421.57 Rp. 33,392.43 Rp. 26,208.21 Rp. 66,513.53

DIRECT LABOR
Gaji dan tunjangan
perawat Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20
Total direct labor Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20

OVERHEAD
Registrasi
pasien Rp. 2,878.42 Rp. 2,370.56 Rp. 862.58 Rp. 1,021.57
Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III
OVERHEAD
Desain layanan Rp. 1,930.85 Rp. 1,815.18 Rp. 1,528.17 Rp. 3,610.63
Pelayanan
pasien Rp. 7,199.17 Rp. 6,761.96 Rp. 5,167.74 Rp. 4,664.82
Total overhead Rp. 12,008.44 Rp. 10,947.69 Rp. 7,558.49 Rp. 9,297.02
Rp.
COGS Rp. 227,654.0859 182,157.8415 Rp. 249,027.5026 Rp. 165,909.5461
inflasi 10% Rp. 22,765.40 Rp. 18,215.78 Rp. 24,902.75 Rp. 16,590.95
Margin kontribusi Rp. 68,296.224 Rp. 54,647.352 Rp. 62,256.875 Rp. 33,181.908
Rp.
Tarif Rp. 318,715.7099 255,020.9735 Rp. 336,187.1276 Rp. 215,682.1041
Sumber data di olah

135
Tabel 3. Direct Cost, Direct Labor, Overhead Per Hari Per Ruang Perawatan Dengan Menggunakan
Traditional Costing Method
Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III
DIRECT COST
Bahan medis Rp. 1,828.57 Rp. 1,799.43 Rp. 1,463.21 Rp. 880.53
Makan dan Rp. 31,593.00 Rp. 31,593.00 Rp. 24,745.00 Rp. 20,305.00
minum pasien
Total direct cost Rp. 33.421.57 Rp. 33,392.43 Rp. 26,208.21 Rp. 21,185.53
DIRECT
LABOR
Gaji dan Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20
tunjangan
perawat
Total direct Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20
labor
OVERHEAD
Beban Rp. 46,964.38 Rp. 44,293.15 Rp. 35,663.01 Rp. 30,320.54
penyusutan
perawatan
Linen Rp. 1,988.77 Rp. 108,854.00 Rp. 1,331.61 Rp. 626.73
Biaya pemakaian Rp. 7,702.38 Rp. 7,599.43 Rp. 6,922.07 Rp. 6,359.91
perlengkapan
Gas loundry dan Rp. 4,778.91 Rp. 549.55 Rp. 579.29 Rp. 506.42
bahan
Kebersihan Rp. 4,268.97 Rp. 6,990.44 Rp. 1,999.73 Rp. 5,873.32
Biaya Rp. 1,142.85 Rp. 1,934.52 Rp. 1,345.13 Rp. 600.00
pemeliharan
Biaya material Rp. 45.31 Rp. 753.96 Rp. 581.87 Rp. 106.61
unit
Biaya listrik Rp. 1,886.74 Rp. 1,453.22 Rp. 1,630.62 Rp. 934.47
Total overhead Rp. 68,778.31 Rp. 64,662.81 Rp. 50,033.33 Rp. 45,328.00
COGS Rp. 284.423.96 Rp. 235,872.96 Rp. 291,502.34 Rp. 201,940.73
Sumber: Data di olah

Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini (Tradisional Costing Method), dan
Activity Based Costing.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Rumah Sakit Siloam memiliki perhitungan baku dalam
menetapkan sebuah tarif kamar rawat. Dibawah ini adalah perhitungan tarif berdasarkan tradisional costing
method. Perusahaan hanya melakukan estimasi apakah pendapatan dari sewa kamar mampu menanggung
seluruh beban yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungann dan analisa yang telah dilakukan dengan metode
tradisional dan ABC maka hasil akhir dari penelitian ini adalah ABC terbukti mampu memberikan perhitungan
tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan
perbandingan antara kedua pendekatan, yaitu pendekatan saat ini dan pendekatan ABC.

Tabel 4. Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini
(Traditional Costing Method), dan Activity Based Costing
Kamar Rawat
Inap Existing ABC Kenaikan/penurunan
VIP Rp. 550,000.00 Rp. 318,715.71 Naik
KELAS I Rp. 425,000.00 Rp. 225,020.91 Naik
KELAS II Rp. 300,000.00 Rp. 336,187.13 Turun
KELAS III Rp. 100,000.00 Rp. 215,682.40 Turun
Sumber: data di olah

136
Tabel di atas menggambarkan secara jelas bahwa sistem activity based costing mampu menyajikan
perhitungan lebih akurat dan lebih murah dari metode tradisional.

Pembahasan
Hasil akhir dari penelitian ini adalah sistem activity based costing (ABC) terbukti mampu memberikan
perhitungan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Berdasarkan hal tersebut,
penerapan system ABC di rumah sakit siloam ini masih dapat memberikan manfaat yang dirasakan oleh
manajemen, walaupun itu akan mempengaruhi aspek budaya dan keuangan perusahaan. Ditinjau dari aspek
budaya, system ABC dengan konsep value added-nya akan merombak budaya. Selama ini kebijakan perusahaan
dalam menetapkan tarif kamar rawat inap hanya berdasarkan analisa semata, tanpa menghitung biaya yang
memang seharusnya dibebankan ke pasien. Oleh karena itu, hasil tarif yang ditetapkan manajemen selama ini
menjadi tidak akurat, yang pada akhirnya menetapkan perusahaan pada posisi yang kurang memuaskan dalam
daya saing masyarakat. Dari aspek keuangan, menyangkut cost of implementation dari ABC sendiri yang
meliputi perancangan sistem baru, pendidikan dan training tentang sistem baru. Tentunya selain cost, benefit
yang akan diterima dari penerapan ABC juga harus dihitung. Cost mungkin dapat dihitung dengan segera, tetapi
benefit baru dirasakan 5 tahun yang akan datang.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan penelitian lebih lanjut, dapat diambil kesimpulan bahwa Perhitungan
tarif kamar dengan menggunakan ABC terbukti mampu menghasilkan biaya yang lebih murah bila
dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Perlu diingat, bahwa rumah sakit adalah organisasi sosial yang
tidak berorientasi pada keuntungan sehingga pada akhirnya penyediakan tarif yang mampu dijangkau oleh
masyarakat golongan ekonomi lemah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, saran-saran yang di ajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Diharapkan perusahaan melakukan pengklasifikasian unsur-unsur biaya produksi sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
2. Diharapkan mengaplikasikan ABC segera mungkin untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
3. Peningkatan peluang kinerja perusahaan, dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber
daya yang terkait dengan tarif kamar rawat.
4. Diharapkan penelitian ini dikembangkan dengan variabel yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Aristanti, Widyaningsih,Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing (ABC) Dalam Industri
Jasa, Percikan, Vol 103, Edisi Agustus, 2009..
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=70736&idc=28. Tanggal akses: 25
oktober 2013.

Bastian, Bustami.,Nurlela. 2009. Akuntasi Biaya. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Blocher, Chen., Cokins., Lin. 2006. Cost Management. Management Biaya Penekanan Strategis. Buku 1. Edisi
3. Salemba Empat.Jakarta.

Blocher, Stout, Cokins, Chen,Cost Management. A Strategic Emphasis. Internasional Edition, Mc. Graw Hill
Companies, Ins, New York, 2008.

Carter , Usry.2006. Akuntansi Biaya. Edisi 13.Salemba Empat. Jakarta.

Carter, William K, Akuntansi Biaya. Buku 1, Edisi 14, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Charoline, Cheisviyanny, Penerapan Activity Based Costing Untuk Analisis Pelanggan. Jurnal Economic, Vol
7, April, Hal. 39-44, 2007.

137
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=75454&idc=28. Tanggal akses: 19
oktober 2013

Garrison, Noreen., brewer.2006. Managerial Accounting. Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta.

Mehmet C. Kocakulah., Ph.D. Using Activity-Based Costing (ABC) to Measure Profitability on a commercial
Loan Portofolio. Journal of Performance Management. ABI/INFORM Global pg. 29. 2007.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Nunik, L. ABC System: Sistem Biaya Dalam Mengatasi Kelemahan/Kekurangan Sistem Biaya Tradisional.
Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 6. no. 2 November. Hal. 88-100, 2007.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47731/h11waw. Tanggal akses: 25 oktober 2013

138
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE
VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES MINAPRATAMA BITUNG

Dewi Sartika Kiay


Jenny Morasa
Winston Pontoh

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: dedew_thika@yahoo.co.id

ABSTRAK

Harga Pokok Produksi merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah
bahan baku menjadi bahan jadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perhitungan harga
pokok produksi pengolahan ikan kayu pada PT. Celebes Minapratam Bitung. Perusahaan ini merupakan
perusahaan manufaktur yang juga tidak luput dari masalah perhitungan biaya produksi dan dalam
menentukan harga pokok produksi perusahaan menggunakan metode biaya penuh dimana pemisahan
unsur biaya produksi yang bersifat variable dan tetap belum dilakukan. Hal ini mengakibatkan
ketidaktepatan dalam perhitungan harga pokok produk yang akan berpengaruh terhadap penetapan harga
jual dan laba perusahaan. Analisis data penlelitian ini yaitu, proses produksi, laporan biaya bahan, laporan
biaya tenaga kerja, laporan biaya overhead. Hasil penelitian penentuan harga pokok produksi
menggunakan metode dimana biaya dihitung berdasarkan metode biaya penuh ada baiknya perhitungan
yang digunakan menurut metode variable costing. Perhitungan ini menghasilkan selisih yang
berpengaruh terhadap penetapan harga jual. Untuk itu perusahaan hendaknya memisahkan biaya produksi
sehingga menghasilkan biaya produksi yang tepat.

Kata kunci : harga pokok produksi, variable costing

ABSTRACT
Cost of Production is a collection of the costs incurred to process raw materials into finished
materials . This study aims to determine the analytical calculation of the cost of production of fish
processing wood at PT . Celebes Minapratam Bitung . This company is a manufacturing company was
not immune from the problem and the calculation of production costs in determining the cost of
production companies using the full cost method of separating elements where production costs are
variable and fixed yet done . This has led to inaccuracies in the calculation of the cost of the product will
affect the determination of the selling price and profit . The data analysis penlelitian ie, production
processes , material cost report , report labor costs , overhead cost report . The results of determining the
cost of production using the method in which the cost is calculated based on the full cost method is better
according to the method of calculation used variable costing . This results in differences that affect the
determination of the selling price . For that the company should separate the production costs resulting in
proper production costs .

Keywords : cost of production , variable costing

139
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perusahaan sebagai badan usaha mempunyai beberapa bentuk tujuan. Tujuan-tujuan tersebut
berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya dalam perusahaan. Diantara tujuan tersebut yang
terpenting adalah mendapatkan laba optimum. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang kelangsungan
hidup dan perluasan usaha. Bagi perusahaan industri, informasi mengenai biaya produksi merupakan
salah satu jenis infromasi yang penting. Informasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti
pengendalian biaya demi tercapainya efisiensi, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan-
keputusan khusus seperti apakah suatu produk akan tetap diproduksi atau apakah suatu produk akan dibeli
dari luar ataupun diproduksi sendiri oleh perusahaan, serta berbagai tujuan lainnya. Dalam menghitung
harga pokok produksi, perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian dan perbedaan metode full costing dan
variabel costing. Metode full costing adalah salah satu metode penentuan biaya produk yang
membebankan seluruh biaya produksi sebagai biaya produk, baik biaya produksi yang berperilaku tetap
maupun yang berperilaku variabel. Perusahaan yang menggunakan metode ini, menghitung harga pokok
produksinya dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Perusahaan hendaknya mampu menetapkan harga pokok
produksi yang tepat sehingga nantinya dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan harga pokok produksi menggunakan
metode variable costing pada PT. Celebes Minapratama Bitung.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Akuntasi

Secara umum, akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang
menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan. (Reeve 2009:9).

Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi mencatat kejadian serta transaksi ekonomi, seperti penjualan dan pembelian
bahan, dan memroses data dalam transaksi tersebut menjadi informasi yang berguna bagi maanjer, tenaga
penjual, penyelia produksi, dan pihak lainnya. Pemrosesan setiap transaksi ekonomi meliputi
pengumpulan (collecting), pengategorian (categorizing), peringkasan (summarizing), dan penganalisisan
(analyzing). Sistem akuntansi menyajikan informasi yang ditemukan dalam laporan rugi-laba, neraca,
serta laporan arus kas dan dalam laporan kinerja, seperti biaya operasi suatu pabrik atau biaya pemberian
jasa. (Hongren 2008:2).

Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi Mulyadi ( 2007:10) merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Harga
pokok produksi (cost of goods manufactured) adalah jumlah biaya produksi yang diserap oleh seluruh
produk jadi yang telah selesai diproduksi selama satu periode tertentu. Marbun (2003: 91). Harga pokok
produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,

140
dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan
produk dalam proses akhir Bustami dkk (2006: 60). Sedangkan menurut Supriyono (2011: 144) harga
pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi.

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke
dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur biaya ini, terdapat dua pendekatan yaitu:
1.Full costing
Mulyadi (2009:17) full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel
maupun tetap. Dapat dikatakan bahwa metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok
yang memasukan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada
produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada biaya overhead sesungguhnya.
2.Variabel costing
Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yanghanya memperhitungkan biaya
produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variable. Mulyadi (2009:18).

Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan referensi dan rujukan terhadap analisis hasil penelitian ini, maka diperlukan
beberapa peneliti terdahulu diantaranya terlampir dalam tabel 1 dibawah ini:

141
Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan


Peneliti/ Penelitian Penelitian
Tahun
Sihombing Penerapan metode Untuk Deskripftif Penelitian Penelitian Penelitian ini
(2003) variable costing melihat dan Kuantitatif ini dengan melihat sejauh
dalam perhitungan menilai diharapkan menggunaka mana penerapan
harga pokok apakah dapat n metode metode variable
produksi pada PT. terdapat memberikan variable costing yang telah
Mututama Agung kesesuain gambaran costing untuk digunakan oleh
Lestari Medan antara teori mengenai menghitung perusahaan dalam
dan praktek penentuan harga pokok menghitung harga
harga pokok produksi pokok produksi
produksi sedangkan
yang benar penelitian
selanjutnya
menganalisa
metode perusahaan
kemudian dianalisa
kembali sesuai
metode variable
costing

Sihite Analisis Untuk Kuantitatif Dapat Untuk Penelitian ini


(2012) penentuan harga melihat diketahui menghitung menghitung harga
pokok produksi bagaimana penentuan harga pokok pokok produksi
pada perusahaan penentuan harga pokok produksi tanpa
garam beryodium harga pokok produksi tentunya memanfaatkan
studi kasus pada produksi dalam dibutuhkan metode full costing
UD. Empat dalam perusahaan informasi atau variable
Mutiara perusahaan mengenai costing sedangkan
biaya bahan penelitian
baku, tenaga selanjutnya secara
kerja dan lebih spesifik
overhead menghitung harga
pabrik pokok produksi
sesuai dengan
metode variable
costing

Sumber: Sihombing (2003) dan Sihite (2012).

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis peneltian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu penggambaran tentang objek penelitian
yang dilihat dari sumber atau informasi keuangan berupa, laporan biaya produksi PT. Celebes
Minapratama dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian
Komparatif. Dimana dalam penelitian ini ingin membandingkan nilai harga pokok produksi yang paling
efisien menggunakan metode perhitungan full costing atau menggunakan metode perhitungan variable
costing.

142
Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diperusahaan manufaktur pengolahan ikan kemasan yaitu PT. Celebes
Minapratama yang terletak di kota bitung provinsi sulawesi utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada
hari/tanggal, kamis 11 april tahun 2013. Dengan menggunakan analisa berdasarkan metode analisis data
deskriptif dengan mengumpulkan data-data sesuai dengan sebenarnya kemudian data tersebut disusun,
diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.

Penelitian dengan metode analisis deskriptif ini mengukur antara toeri pendukung dengan hasil
senyatanya yang ada dalam perusahaan. Dalam hal ini yang berkaitan dengan harga pokok produksi
pengolahan ikan di PT. Celebes Minapratama Bitung.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitugan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun
kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung. Sampel
adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi. Adapun sampel dalam yang digunakan adalah
laporan biaya produksi PT Celebes Minapratama Bitung di tahun 2011.

Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya
kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai
masalah yang ada.

Metode Analisis

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan perbandingan nilai harga pokok produksi apabila menggunakan metode full
costing dan variable costing serta melihat manakah di antara kedua metode tersebut yang paling efektif
digunakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

PT. Celebes Minapratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perikanan
(pengolahan ikan kayu/arahon bushi atau dalam bahasa inggrisnya dried smoke fish) yang terdapat di
bitung, Sulawesi utara. Sejarah berdirinya adalah sebagai berikut: pada akhir tahun 1999, bapak Albert O.
Worang yang pada saat itu menjabat direktur utama PT. Manado Mina Citrataruna melihat bahwa
pengolahan ikan kayu sangat laris dipasarkan bahkan niat pembeli khususnya dari jepang sangat banyak.
Dengan melihat peluang yang sangat besar ini, muncul ide untuk melakukan pengembangan usaha pada
bidang pengolahan ikan kayu sekalipun keadaan perekonomian pada waktu itu tidak begitu
menguntungkan bagi eksportir, bahkan persaingan semakin ketat.
Tetapi karena keinginan yang sangat besar untuk melakukan perluasan usaha, maka pada akhir tahun
1999, bapak Albert O. Worang menyerahkan jabatannya sebagai direktur utama PT. Manado mina
Citrataruna dan langsung mendirikan perusahaan yang beru bersama-sama dengan bapak Kornelius
Kilapong, bapak Jefry Pangkerego (keduanya eks staf PT, Manado mina Citrataruna) dan ibu Rine
Kaunang. Pendirian perusahaan ini berdasarkan akte notaris nomor 76 tanggal 24 oktober 2000.

143
Hasil Penelitian

Hasil Produksi

PT. Celebes Minapratama merupakan industri pengolah ikan (arabushi), hasil produksinya
diekspor ke jepang. Kapasitas produksi sekitar 30 ton per hari. Perusahaan ini selama sebulan bekerja
selama 22 hari.

Informasi Biaya

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku yaitu ikan segar
menjadi produk jadi berupa ikan olahan yang telah dikemas dan siap untuk dijual. Pada umumnya biaya
produksi dibedakan menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya utama, sedangkan biaya tenaga kerja tidak
langsung dan biaya overhead pabrik disebut biaya konversi. Pada PT. Celebes Minapratama Bitung, biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik digolongkan sebagai biaya
produksi.Perhitungan harga pokok produksi ikan olahan yang telah dilakukan perusahaan selama ini
menggunakan metode full costing. Dimana biaya-biaya yang diperhitungkan dlam penetapan harga pokok
produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung da biaya overhead pabrik. Perhitungan
biaya-biaya produksi terlampir pada tabel 2 dibawah ini:

1. Biaya bahan
Tabel 2. Biaya Bahan
Keterangan Total
Persediaan awal Rp 1,514,477,371 Sumbe
Masuk/pembelian Rp 29,787,858,720
Persediaan yang tersedia untuk dipakai Rp 31,302,336,091
Persediaan Akhir Rp 1,152,980,663
Harga pokok bahan yang dipakai Rp 30,149,355,428
Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung (2011)

Berdasarkan perhitungan biaya bahan maka jumlah biaya bahan yang digunakan untuk untuk
produksi untuk di ahun 2011 adalah Rp. 30,149,355,428
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah, thr, pesangon,
tunjangan kesehatan dan pajak penghasilan. Berikut ini akan dilampirkan pada tebel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Keterangan Total
Upah Rp 2,210,089,330
THR Rp 106,325,001
Pesangon Rp 330,892,500
Jamsostek perusahaan Rp 123,834,109
Jamsostek pribadi Rp 23,830,700
pph 21 Rp 18,856,431
JUMLAH Rp 2,813,828,071
Sumber: PT. Celebes Sumber Minapratama Bitung (2011)

144
Berdasarkan perhitungan maka jumlah biaya tenaga kerja langsung sesuai yang dikategorikan oleh
perusahaan sebanyak Rp. 2,813,828,071
1. Biaya Overhead Pabrik
PT. Celebes Minapratama Bitung membebankan biaya overhead pada
produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi di pabrik maupun kantor.
Berikut akan dilampirkan pada tabel 4 dibawah ini:

Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik


Keterangan Total
Solar Rp 1,594,548,724
Kayu Bakar Rp 629,133,703
Dos Packing Rp 244,343,033
Plastik produk 26% Rp 11,092,200
Kawat loket Rp 9,000,000
Oxygen absorber Rp 75,944,550
Tenaga kerja tak langsung Rp 521,115,186
Listrik Rp 275,898,380
Bengkel/Reparasi Rp 37,125,500
Penyusutan bangunan pabrik Rp 23,303,100
Penyusutan rehab bangunan pabrik Rp 24,563,270
Penyusutan mesin produksi Rp 480,197,230
penyusutan gudang kayu Rp 4,405,804
PBB Pabrik (bangunan) Rp 7,232,200
pph BBM Rp 4,620,750
Sanksi Adm Rp 51,659,815
pph pasal 23 Rp 258,000
Penyusutan bangunan slice & fish meal Rp 98,100,125
Penyusutan Rehab bangunan slice meal Rp 5,063,035
Asuransi Rp 8,597,717
Penyusutan rehab gudang kayu Rp 1,863,350
Ekspedisi Rp 281,061,365
Kontainer export Rp 1,699,444,710
Perlengkapan/Peralatan produksi Rp 259,885,259
Bahan bakar/bhn Pembantu Rp 329,529,555
Biaya lain-lain Rp 10,048,000
JUMLAH Rp 6,688,034,561
Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung (2011)

Berdasarkan laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung yang sudah dihitung dengan
jumlah ikan olahan yang dihasilkan, maka dapat dihitung harga pokok produksi ikan olahan di tahun 2011
dengan metode perusahaan yaitu metode full costing adalah sebagai berikut.
Biaya bahan Rp 30,149,355,428
Biaya tenaga kerja langsung Rp 2,813,828,071
Biaya overhead pabrik Rp 6,688,034,561
Total harga pokok produksi Rp 39,651,218,060
Total produksi 900,000
Harga pokok produksi per unit Rp 44,057

145
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh harga pokok produksi untuk setiap kilogram ikan olahan adalah
Rp. 44,057.

Pembahasan
Mulyadi (2012: 121) mengungkapkan full costing dan variable costing sesungguhnya merupakan
metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode tersebut
adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan
perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada perhitungan harga pokok
produksi dan penyajian laporan laba rugi. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode perusahaan yaitu full costing belum dapat dikatakan akurat dalam menghitung harga pokok
produksi dikarenkan dalam metode yang dipakai perusahaan dihitung undur biaya yang bersifat tetap dan
variabel. Dan dalam pembahasan nantinya penulis akan menghitung unsur-unsur biaya produksi
berdasarkan metode variable costing, dimana tidak semua unsur-unsur biaya produksi yang dimasukkan
akan menjadi hasil dari perhitungan harga pokok produksi tetapi hanya unsur biaya produksi yang bersifat
variabel saja yang akan digunakan sebagai dasar pembentukan harga pokok produksi.

1. Biaya Bahan
Untuk menghitung biaya bahan atau harga pokok bahan adalah sebagai berikut.

Persediaan awal Rp 1,514,477,371


Masuk/pembelian Rp 29,787,858,720
Persediaan yang tersedia untuk dipakai Rp 31,302,336,091
Persediaan Akhir Rp 1,152,980,663
Harga pokok bahan yang dipakai Rp 30,149,355,428

2. Biaya Tenaga Kerja

Dari pengelompokkan biaya khususnya untuk tenaga kerja langsung maka yang akan dihitung
nantinya biaya upah langsung di tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 2,813.828,071

3. Biaya overhead pabrik

PT. Celebes Minapratama bitung membebankan biaya overhead pada produk berdasarkan biaya
yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi dipabrik maupun kantor. Namun penelitian ini akan
mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk yang memiliki biaya overhead variabel, dikarenakan
biaya overhead variabel dialokasikan berdasarkan satuan unit produksi melihat karena perushaan
memproduksi satu jenis produk saja.

146
Tabel 5. Biaya Overhead Pabrik
Keterangan Tetap Variabel Total
Solar Rp 128,840.00 Rp 1,594,677,564.00 Rp 1,594,806,404.00
Kayu Bakar Rp 16,297.00 Rp 629,150,000.00 Rp 629,166,297.00
Dos Packing Rp 6,967.00 Rp 244,350,000.00 Rp 244,356,967.00
Plastik produk 26% Rp 7,800.00 Rp 11,100,000.00 Rp 11,107,800.00
Kawat loket Rp - Rp 9,000,000.00 Rp 9,000,000.00
Oxygen absorber Rp 5,450.00 Rp 75,950,000.00 Rp 75,955,450.00
Tenaga kerja tak langsung Rp 15,186 Rp 521,100,000.00 Rp 521,115,186.00
Listrik 1,620.00 Rp 275,900,000.00 Rp 275,901,620.00
Bengkel/Reparasi Rp 24,500.00 Rp 37,150,000.00 Rp 37,174,500.00
Penyusutan bangunan pabrik Rp 23,303,100.00 Rp - Rp 23,303,100.00
Penyusutan rehab bangunan pabrik Rp 24,563,270.00 Rp - Rp 24,563,270.00
Penyusutan mesin produksi Rp 480,197,230.00 Rp - Rp 480,197,230.00
penyusutan gudang kayu Rp 4,405,804.00 Rp - Rp 4,405,804.00
PBB Pabrik (bangunan) Rp 7,232,200.00 Rp - Rp 7,232,200.00
pph BBM Rp 4,620,750.00 Rp - Rp 4,620,750.00
Sanksi Adm Rp 51,659,815.00 Rp - Rp 51,659,815.00
pph pasal 23 Rp 258,000.00 Rp - Rp 258,000.00
Penyusutan bangunan slice & fish meal Rp 98,100,125.00 Rp - Rp 98,100,125.00
Penyusutan Rehab bangunan slice meal Rp 5,063,035.00 Rp - Rp 5,063,035.00
Asuransi Rp 8,597,717.00 Rp - Rp 8,597,717.00
Penyusutan rehab gudang kayu Rp 1,863,350.00 Rp - Rp 1,863,350.00
Ekspedisi Rp 281,061,365.00 Rp - Rp 281,061,365.00
Kontainer export Rp 1,699,444,710.00 Rp - Rp 1,699,444,710.00
Perlengkapan/Peralatan produksi Rp 14,983.00 Rp 259,900,000.00 Rp 259,914,983.00
Bahan bakar/bhn Pembantu Rp 32,529,555.00 Rp - Rp 32,529,555.00
Biaya lain-lain Rp 10,048,000.00 Rp - Rp 10,048,000.00
Jumlah Rp 2,733,169,669.00 Rp 3,658,277,564.00 Rp 6,391,447,233.00

Sumber: Data diolah tahun 2013

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat dihitung harga pokok produksi PT. Celebes
Minapratama berdasarkan metode variable costing seperti yang terdapat di bawah ini.

Biaya bahan Rp 30,149,355,428.00


Biaya tenaga kerja langsung Rp 2,813,828,071.00
Biaya overhead pabrik variabel Rp 3,658,277,564.00
Total harga pokok produksi Rp 36,621,461,063.00
Total produksi (unit) 900,000.00
Harga pokok produksi (Unit) Rp 40,690.51

Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi di atas maka di dapat hasil perbandingan harga
pokok produksi per unit antara yang diperoleh dari PT. Celebes Minapratama dengan hasil pembahasan.
Perbandingan dapat dilihat sebagai berikut.

147
Tabel 6. Perbandingan Harga Pokok Produksi
Keterangan Metode Perushaan (Full Costing) Metode Variable Costing
Hasil yang
diperoleh Rp 44,057.00 Rp 40,690.51
Selisih Rp 3,366.49
Sumber: Data diolah tahun 2013

Berdasarkan table 6 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara metode yang digunakan
perusahaan dengan metode yang dipakai peneliti yaitu metode variable costing. Perhitungan dengan
menggunakan metode perusahaan (full costing) menghasilkan harga pokok yang lebih besar, sedangkan
metode variable costing menghasilkan harga pokok produksi yang lebih kecil dikarenakan variable
costing menelusuri biaya-biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi yang sifatnya variabel
atau berubah seiring dengan perubahan volume kegiatan produksi. Perhitungan dengan metode variable
costing akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi sumber daya yang digunakan dalam
kegiatan produksi di PT. Celebes Minapratama dan untuk penetapan harga jual sesuai dengan keuntungan
yang diharapkan perusahaan.

PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. Celebes Minaprtama Bitung mengenai analisis
perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode perusahaan yang dapat disimpulkan sebagai
berikut.

1. Perbedaan antara full costing dan variable costing.


Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitung akan semua
unsu biaya produksi kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel.
Sedangkan variable costing meruapakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable kedalam harga pokok produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

2. Perhitungan biaya pada perusahaan masih belum memadai karena belum dibuatnya laporan
perhitungan biaya produksi untuk metode variable costing.
3. Perusahaan dalam menghitung biaya produksinya menggunakan system biaya sesungguhnya dan bukan
system biaya standar, sehingga perusahaan tidak dapat mengadakan analisa biaya variable dalam hal
pengawasan biaya untuk dapat menilai efisiensi serta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
proses produksi.
4. Perusahaan mengalami kesulitan dalam memisahkan unsur-unsur biaya tetap dan biaya variable dari
biaya yang tergolong semi-variabel. Hal ini tentunya menyulitkan perusahaan dalam mencari hubungan
antara biaya-biaya tersebut.

Saran
Agar PT. Celebes Minapratama Bitung dalam menentukan harga pokok produksinya dapat lebih
tepat dan lebih teliti maka penulis memberikan saran sebagai berikut.

1. Perusahaan sebaiknya memakai metode variable costing dalam menghitung harga pokok produksi,
karena metode variable costing memperhitungkan biaya-biaya yang langsung berkaitan dengan produk
yang di produksi, sedangkan metode full costing menghitung biaya overhead variable dan biaya overhead
tetap

148
2. Perusahaan hendaknya dapat menentukan harga pokok produksi yang lebih ekonomis dengan
melakukan kegiatan produksi secara lebih optimal, sehingga harga jual yang dicapai perusahaan bisa
bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis di pasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Bustami., Bastian., Nurlela., 2006. Akuntansi Biaya, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama. Graha Ilmiah.
Yogyakarta.

Hongren. 2008. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Jilid 1. PT. INDEKS. Jakarta.

Sihite, Lundur Bontor 2012. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan Garam
Beryodium Studi pada UD. Empat Mutiara. Jurnal (Volume 1, Nomor 1). Universitas Sumatera
Utara. Medan. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting/issue/view/3. (10 desember
2012).

Marbun,B.N. 2003. Kamus Manajemen, Cetakan I. Pusaka Sinar Harapan. Jakarta.

Mulyadi. 2007. Sistem Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Aditya Media. Yogyakarta.

Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yogyakarta.

Reeve. 2009. Pengantar Akuntansi: Adaptasi Indonesia. Buku 1. Salemba Empat: Jakarta

Sihombing, Posma. 2003. Penerapan Metode Variable Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi
pada PT. Mututama Agung Lestari Medan. Skripsi (karya ilmiah) Universitas Negeri Medan.
Medan. www.tuugo.net/Companies/mututama-agung-lestari-pt/0160001044786 (10 desember
2012).

Supriyono, R. A. 2011. Akuntansi Biaya. BPFE. Yogyakarta.

149
PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN
METODE SEWA PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG

Stephany Florence Claudia


Grace Mogi Nangoi
Heince Wokas

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : fannyabidin@yahoo.co.id

ABSTRAK

Untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang modal, perusahaan memiliki alternatif
pembiayaan yang bersumber dari dalam perusahaan dan pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan. Pembiayaan
yang bersumber dari dalam perusahaan, diantaranya adalah modal saham, penerbitan obligasi, dan laba ditahan. Sementara
itu pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan, diantaranya adalah pinjaman bank dan sewa guna usaha (leasing).
Bagi perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang sering digunakan adalah pembiayaan dari luar
perusahaan yaitu sewa pembiayaan (capital lease). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
akuntansi perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan (capital lease) pada CV. Karya
Wenang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Hasil penelitian pada CV. Karya Wenang
yaitu CV Karya Wenang belum sepenuhnya menerapkan akuntansi perpajakan atas transaksi sewa pembiayaan yang
dilakukan. Seperti dalam hal penyusutan, perusahaan masih menerapkan akuntansi komersial.

Kata Kunci : sewa pembiayaan, aktiva tetap, akuntansi komersial, akuntansi pajak

ABSTRACT

To fund the business activities especially for the procurement of capital goods, the company has
alternative sources of financing in the corporate and finance s ourced from outside the company. Funding is
sourced from within the company including the capital stock, issuance of bonds, and retained earnings. While the
funding is sourced from outside the company such as bank loans and leasing. For companies that not have enough
capital, the alternative is often used outside financing companies that finance leases/capital lease. The purpose of
this study is to investigate the application of accounting taxation on the ownership of assets by the method of
vehicle financing lease ( capital lease ) on the CV. Karya Wenang. The method used in this research is descriptive
method. The results of the study on the CV. Karya Wenang is the CV Karya Wenang not fully implement the
accounting taxation of finance lease transactions that do. As in the case of depreciation, the company still apply to
commercial accounting

Keywords: capital lease, fixed asset, commercial accounting, tax accounting

150
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi semakin marak. Namun bagaimanapun
keadaan perekonomian yang ada, setiap usaha tentunya berkeinginan untuk tetap mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang
modal seperti mesin dan kendaraan operasional, maka perusahaan memiliki alternatif pembiayaan yang
bersumber dari dalam (internal) perusahaan seperti laba ditahan dan penerbitan obligasi dan pembiayaan yang
bersumber dari luar (eksternal) perusahaan seperti pinjaman bank dan sewa guna usaha. Bagi perusahaan yang
tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang dipilih adalah pembiayaan dari luar perusahaan. Sekarang ini
salah satu jenis pembiayaan barang modal yang mulai banyak digunakan perusahaan di Indonesia selain
pinjaman dari bank adalah pembiayaan sewa guna usaha (Azhari, 2007:1).
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal oleh lessor
(pemiliki barang modal) yang kemudian disewagunausahakan kepada lessee (penyewa) untuk digunakan selama
jangka waktu tertentu dan sebagai imbalan lessee harus membayar secara berkala sejumlah yang telah
ditetapkan pada awal transaksi, kemudian pada akhir masa sewa lessee bisa memiliki hak opsi untuk membeli
barang modal tersebut. Sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu sewa guna usaha
dengan hak opsi atau disebut dengan sewa pembiayaan (capital lease) dan sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease). Sewa pembiayaan (capital lease) yaitu apabila dalam transaksi perusahaan lessor bertindak
sebagai pihak yang membiayai barang modal dimana lessee akan membayar secara berkala sejumlah yang telah
disepakati bersama kepada lessor sebagai imbalan dan di akhir masa sewa terdapat hak opsi bagi lessee. Hak
opsi adalah hak lessee untuk membeli barang modal yang disewagunausahakan atau memperpanjang jangka
waktu perjanjian sewa guna usaha pada akhir masa sewa. Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) yaitu apabila dalam transaksi lessor membeli barang modal langsung dari pemasok (supplier) dan
kemudian menyewa guna usahakannya kepada lessee namun lessee tidak mempunyai hak opsi untuk membeli
atau memperpanjang transaksi sewa guna usaha tersebut pada akhir masa sewa.
Pada setiap akhir periode, perusahaan akan membuat laporan keuangan di mana dalam membuat
laporan keuangan tersebut transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan
kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha
ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha.
Perlakuan tersebut adalah perlakuan yang terjadi pada akuntansi komersial, sementara itu akuntansi pajak
memiliki perlakuan yang berbeda dari perlakuan akuntansi komersial. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan perpajakan yang mengaturnya.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi
perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan pada CV. Karya Wenang.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Akuntansi
Akuntansi merupakan sebuah system yang mengumpulkan dan memproses (menganalisis, menghitung,
dan mencatat) informasi keuangan mengenai sebuah organisasi dan melaporkan informasi tersebut kepada
pengambil keputusan (Libby, dkk. Terjemahan oleh Seputro. 2007:4). Rudianto (2009:4) mengemukakan bahwa
akuntansi adalah sebuah system informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan.

Akuntansi Keuangan
Financial accounting provides information for decision makers outside the entity, such as investors,
creditors, government agencies, and the public (Harrison, et al. 2010:4).

Akuntansi Manajemen
Managerial accounting focuses on information for internal decision makers, such as the companys
managers (Horngren, et al. 2012:2).

151
Konsep Pajak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan mengemukakan bahwa
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Laporan Keuangan
Laporan keuangan komersial adalah bagian dari proses pelaporan keuangan lengkap yang biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Sementara itu, laporan keuangan fiskal adalah laporan
keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitugan pajak
(Suandy, 2008:81).

Konsep Akuntansi Pajak


Akuntansi perpajakan adalah suatu proses pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi
keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat Pemberitahuan
Tahunan (Supriyanto, 2011:2-3).

Konsep Aktiva Tetap


IAI yang dikutip oleh Suandy (2008:34) aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun.

Penyusutan Aktiva Tetap


Penyusutan menurut akuntansi komersial dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokkan menurut kriteria berikut :
1. Berdasarkan waktu :
a. Metode garis lurus (straight line method)
b. Metode pembebanan yang menurun :
i. Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)
ii. Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method)
2. Berdasarkan penggunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
3. Berdasarkan kriteria lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method);
b. Metode anuitas (annuity method)
c. Sistem persediaan (inventory system)

Sementara itu metode penyusutan menurut peraturan perpajakan yang diatur Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang -Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan adalah:
1. Metode garis lurus atau straight line method
2. Metode saldo menurun atau declining balance method
Penyusutan untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat dilakukan dengan metode garis lurus.
Sementara untuk harta berwujud selain bangunan (seperti mesin dan kendaraan) dapat disusutkan dengan
metode garis lurus atau metode saldo menurun.

Sewa Guna Usaha (Leasing)


Sewa guna usaha adalah perjanjian antara perusahaan sewa guna usaha/yang menyewakan (lessor) dan
penyewa guna usaha/yang menyewa (lessee), untuk menyewagunausahakan suatu jenis barang modal tertentu

152
yang dipilih atau ditentukan oleh penyewa guna usaha (Sugiono, 2009:179). Sewa guna usaha dibedakan
menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi (sewa pembiayaan) dan sewa guna usaha tanpa hak opsi.
Sewa guna usaha dengan hak opsi/sewa pembiayaan (capital lease) adalah sewa guna usaha di mana
penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha
berdasarkan nilai sisa yang disepakati sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa
guna usaha di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha tersebut (Suandy, 2008:49).

Penelitian Terdahulu
Tabel
Penelitian Terdahulu
Nama
Penelitia Metode Hasil
No Judul Tujuan Persamaan Perbedaan
n/ Penelitian Penelitian
Tahun
1. Hadiyan Penerapan Untuk Deskriptif Perlakuan Peneliti Objek
to Akuntansi mengetahui Akuntansi sebelumnya penelitian
Azhari Pajak Atas dan Sewa Guna melakukan sebelumnya
(2007) Kepemilik menerapkan Usaha atas penelitian adalah
an Aktiva perlakuan kendaraan terhadap faktor perusahaan
Kendaraan akuntansi dinas selama yang sama yang bergerak
Dengan perpajakan tahun 2000- yaitu perlakuan di bidang
Metode yang tepat 2004 di akuntansi atas pengolahan
Capital atas transaksi PT.IGLAS kepemilikan gelas kemasan
Lease sewa guna (Persero) aktiva sedangkan
Pada usaha dengan hanya dari kendaraan objek
PT.Iglas hak opsi sisi dengan metode penelitian
Sebagai (capital akuntansi capital lease penulis adalah
Lessee lease) pada komersial dan CV. Karya
PT. Iglas saja, menggunakan Wenang yang
sedangkan metode bergerak
dari sisi penelitian yang dalam bidang
fiskal belum sama advertising
diterapkan. dan printing
2. Aryanti Penerapan untuk Deskriptif Jumlah Peneliti Perbedaan
Setiawa Akuntansi mengetahui angsuran sebelumnya dengan
n (2012) Pajak Atas dan selama masa melakukan penelitian
Aktiva menerapan sewa guna penelitian sebelumnya
Kendaraan perlakuan usaha telah terhadap faktor terletak pada
Dengan akuntansi memenuhi yang sama objek
Metode perpajakan semua yaitu perlakuan penelitian
Capital yang tepat kriteria yang akuntansi atas yang berbeda.
Lease atas transaksi dipersyaratk kepemilikan Peneliti
Pada PT. sewa guna an oleh aktiva sebelumnya
Kedaung usaha dengan ketentuan kendaraan melakukan
Indah Can hak opsi pajak dengan metode penelitian pada
(capital sehingga capital lease PT. Kedaung
lease) pada dapat dan Indah Can
PT. Kedaung dikategorika menggunakan sedangkan
Indah Can n sebagai metode penulis
transaksi penelitian yang meneliti pada
capital lease sama. CV. Karya
Wenang

153
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana penelitian ini berdasarkan pada data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena
dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi antara peneliti dengan
fenomena yang diteliti.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di CV. Karya Wenang yang berlokasi di Jln. Arnold Mononutu No. 5,
Kelurahan Wanea, Kecamatan Wanea, Kota Manado. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai
November 2013.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah
2. Menentukan tujuan penelitian
3. Tinjauan pustaka
4. Penelitian lapangan
5. Analisis data
6. Kesimpulan

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan CV. Karya Wenang
tahun 2007-2012. Sedangkan data kualitatif yang digunakan adalah informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara kepada pimpinan dan pegawai yang bekerja di objek penelitian, yakni CV. Karya Wenang.

Sumber Data
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara tanya jawab (wawancara)
secara langsung dengan pihak CV. Karya Wenang. Sedangkan data sekunder yang digunakan berupa
laporan keuangan perusahaan yang didapat dari internal perusahaan.

Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Interview (wawancara), yakni melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak yang terkait, dalam
hal ini adalah bagian akuntansi dan pajak. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kebijakan
akuntansi perusahaan.
2. Dokumentasi (mengumpulkan data), yaitu dengan cara mengumpulkan dan memeriksa secara
langsung data-data yang diperoleh di perusahaan.

Metode Analisis
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut :
1. Menguraikan transaksi sewa guna usaha yang terjadi di CV. Karya Wenang.
2. Menghitung penyusutan berdasarkan kebijakan akuntansi perusahaan.
3. Menganalisis transaksi sesuai dengan ketentuan perpajakan.
4. Menghitung biaya angsuran yang mengurangi laba perusahaan
5. Menghitung penyusutan sesuai ketentuan perpajakan

154
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan


CV. Karya Wenang merupakan usaha yang bergerak dalam bidang advertising dan digital printing.
Bertempat di Jl. Arnold Mononutu No. 5 Manado. Perusahaan ini dirintis seorang pengusaha bernama Nova
Kaunang sejak tahun 1997 hingga sekarang ini. Perusahaan ini bergerak dalam bidang penyedia jasa advertising
dan printing. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, maka perusahaan selalu menggunakan
perlengkapan dan peralatan yang lebih modern dan lebih canggih dari hari ke hari untuk digunakan
dalam proses produksi agar perusahaan dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Tak hanya dari
sisi peralatan dan bahan baku produksi, sumber daya manusia pun selalu ditingkatkan demi
meningkatkan kualitas serta kepuasan para klien. CV. Karya Wenang memiliki komitmen "Menjamin
Kepuasan Klien. Adapun bidang pekerjaan CV. Karya Wenang meliputi bidang advertising yang
melayani pembuatan dan pemasangan neon box, pembuatan dan pemasangan billboard, Wallpainting,
floorpainting dan airbrush, pembuatan dan pemasangan letter timbul, pembuatan dan pemasangan
neonsign, pembuatan dan pemasangan panel press, pembuatan dan pemasangan alcupan, pembuatan
dan pemasangan bando jalan, pembuatan dan pemasangan baliho, spanduk, dan umbul-umbul dan
memberikan jasa percetakan gambar dengan hight resolution dengan keakuratan warna yang kuat di
dukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkompeten dan terampil.

Hasil Penelitian
Transaksi Sewa Pembiayaan CV. Karya Wenang
1. Satu unit Izuzu Panther. Transaksi dilakukan pada bulan Januari 2007 dengan jangka waktu perjanjian
selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan.
Harga Barang : Rp. 182.000.000,-
Jaminan 20% : Rp. 36.400.000,-
Bunga 4 tahun @7.5% : Rp. 23.381.510,-
Angsuran per bulan : Rp. 3.520.448,12,-
Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika lessee ingin
menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut
2. Satu unit Nissan Navara. Transaksi dilakukan pada bulan Agustus 2008 dengan jangka waktu perjanjian
selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan perusahaan.
Harga Barang : Rp. 270.000.000,-
Jaminan 30% : Rp 81.000.000,-
Bunga 4 tahun @10% : Rp. 41.089.357,-
Angsuran per bulan : Rp. 4.793.528,27,-
Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika lessee ingin
menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut.

Penyusutan Aktiva Sewa Pembiayaan Menurut Kebijakan CV. Karya Wenang


Menurut akuntansi komersial, lessee boleh melakukan penyusutan sejak perjanjian sewa guna
usaha ditandatangani dengan dasar penyusutan adalah nilai perolehan aktiva. Berdasarkan ketentuan
tersebut, CV. Karya Wenang melakukan penyusutan atas aktiva tetap berdasarkan nilai perolehan
barang dan dimulai sejak diperolehnya barang tersebut. Penyusutan dilakukan dengan metode garis
lurus dan umur ekonomis (8) delapan tahun. Berikut adalah penyusutan yang dilakukan oleh
perusahaan:

155
Tabel
Penyusutan Menururt Kebijakan Perusahaan

Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu Penyusutan Atas Satu Unit


Tahun
Panther Nissan Navara
2007 182.000.000 11
X
8 12
= Rp. 20.854.166,67
2008 182.000.000 270.000.000 4
X
8 8 12
= Rp. 22.750.000 = Rp 11.250.000
2009 182.000.000 270.000.000
8 8
= Rp. 22.750.000 = Rp 33.750.000
2010 182.000.000 270.000.000
8 8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000
2011 182.000.000 270.000.000
8 8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000
2012 182.000.000 270.000.000
8 8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33 750 000
2013 182.000.000 270.000.000
8 8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000
2014 182.000.000 270.000.000
8 8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000
2015 182.000.000 1 270.000.000
X
8 12 8
= Rp. 1.895.833,33 = Rp. 33.750.000
2016 270000000 8
X
8 12
= Rp. 22.500.000

Pelaksanaan Opsi
Dalam transaksi sewa guna usaha yang dilakukan CV. Karya Wenang, pihak perusahaan
(bertindak sebagai lessee) melakukan opsi pembelian atas aktiva sewa guna usahanya yaitu 1 (satu) unit
Isuzu Panther pada bulan Februari 2011 sebesar nilai jaminan yang dikompensasikan sebagai nilai opsi
yaitu Rp. 36.400.000,- dan 1 (satu) unit Nissan Navara pada bulan September 2012 sebesar nilai jaminan
yang dikompensasikan sebagai nilai opsi yaitu Rp.81.000.000,-.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, CV. Karya Wenang
diperkenankan untuk melakukan penyusutan atas aktiva kendaraan setelah dilakukan hak opsi untuk
membeli aktiva kendaraan tersebut. Penyusutan dilakukan berdasarkan nilai opsi aktiva (dalam hal ini
adalah kendaraan) yang bersangkutan dengan umur ekonomis 8 (delapan) tahun untuk golongan II dan
menggunakan metode garis lurus. Penyusutan tersebut penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini:

156
Tabel
Penyusutan Menurut Ketentuan Perpajakan
Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu Penyusutan Atas Satu Unit Nissan
Tahun
Panther Navara
2011 36400000 11
8 X 12
4170833.333
2012 36400000 81000000 4
X
8 8 12
4550000 3375000
2103 36400000 81000000
8 8
4550000 10125000
2014 36400000 81000000
8 8
4550000 10125000
2015 36400000 81000000
8 8
4550000 10125000
2016 36400000 81000000
8 8
4550000 10125000
2017 36400000 81000000
8 8
4550000 10125000
2018 36400000 81000000
8 8
4550000 10125000
2019 182000000 1 81000000
X
8 12 8
= Rp. 1.895.833,33 10125000
2020 81000000 8
X
8 12
6750000

Pembahasan
Perbedaan perlakuan antara kebijakan akuntansi komersial dan ketentuan perpajakan yang
tergambar di atas akan berdampak pada Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang. Dampak
tersebut adalah Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang akan mengalami koreksi fiskal berupa
koreksi positif dan koreksi negatif selama tahun pajak 2007 sampai 2020. Koreksi positif yaitu apabila
biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih besar dari pada biaya penyusutan menurut ketentuan
perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi positif akan menyebabkan penambahan pajak penghasilan atau
dengan kata lain Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi lebih besar. Sedangkan
koreksi negatif yaitu apabila biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih kecil daripada biaya
penyusutan menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi negatif ini akan menyebabkan Pajak
Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi berkurang. Ilustrasi kedua koreksi tersebut
penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini :

157
Tabel
Koreksi Fiskal Atas Transaksi Sewa Pembiayaan Pada CV. Karya Wenang
Koreksi Fiskal
Tahun Aktiva SGU Komersial Fiskal
Positif Negatif
Tidak ada
2007 1 unit Isuzu Panther Rp. 20,854,166.67 Rp .20,854,166.67
penyusutan
1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000
Tidak ada
2008 1 unit Nissan Navara Rp.11,250,000 Rp. 34,000,000
penyusutan
Rp. 34,000,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000
Tidak ada
2009 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000
penyusutan
Rp. 56,500,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Tidak ada
2010 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000
penyusutan
Rp. 56,500,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 4,170,833.33
2011 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 52,329,166.67
Rp. 56,500,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 4,550,000
2012 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 48,575,000 Rp. 3,375,000.
Rp. 56,500,000 Rp. 7,925,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 4,550,000
2013 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 41,825,000 Rp 10,125,000
Rp. 56,500,000 Rp. 14,675,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 4,550,000
2014 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 41,825,000 Rp. 10,125,000
Rp. 56,500,000 Rp. 14,675,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 1,895,833.33 Rp. 4,550,000
2015 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 20,970,833.33 Rp. 10,125,000
Rp. 35,645,833.33 Rp. 14,675,000
1 unit Isuzu Panther Rp 4,550,000
2016 1 unit Nissan Navara Rp. 22,500,000 Rp. 7,825,000 Rp. 10,125,000
Rp. 14,675,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 4,550,000
Tidak ada
2017 1 unit Nissan Navara Rp. -14,675,000 Rp. 10,125,000
peyusutan
Rp. 14,675,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 4,550,000
1 unit Nissan Navara Tidak ada Rp. 10,125,000
2018 Rp. -14,675,000
penyusutan
Rp. 14,675,000
1 unit Isuzu Panther Rp. 379,166.67
Tidak ada Rp. -
2019 1 unit Nissan Navara Rp. 10,125,000
penyusutan 10,504,166.67
Rp. 10,504,166.67
Tidak ada
2020 1 unit Nissan Navara Rp. -6,750,000 Rp. 6,750,000
penyusutan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah diuraikan pada Bab 4 maka penulis menarik
kesimpulan bahwa transaksi sewa pembiayaan kendaraan pada CV. Karya Wenang belum sepenuhnya
menerapkan akuntansi pajak. Dalam beberapa aspek CV. Karya Wenang masih menerapkan akuntansi
komersial, seperti dalam masalah penyusutan. Menurut ketentuan perpajakan, penyusutan dilakukan
setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli aktiva tersebut dan penyusutannya dihitung
berdasarkan nilai opsi. Namun berdasarkan akuntansi komersial, CV. Karya Wenang mengakui adanya
penyusutan atas aktiva sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha dengan nilai perolehan sebagai

158
dasar penyusutan. Perbedaan ini menyebabkan adanya koreksi fiskal atas Pajak Penghasilan CV. Karya
Wenang selama tahun 2007 sampai tahun 2020.

Saran
Saran yang dapat penulis berikan pada CV. Karya Wenang sehubungan dengan Sewa Guna Usaha
atas aktiva kendaraan sesuai ketentuan perpajakan adalah alangkah baiknya CV. Karya Wenang selalu
mengikuti peraturan-peraturan perpajakan terbaru yang berlaku sehubungan dengan transaksi sewa
pembiayaan agar dapat menerapkan transaksi sewa pembiayaan menurut akuntansi paja k sehingga dapat
mempermudah CV. Karya Wenang dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Hadiyanto. 2007. Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan
Metode Capital Lease Pada PT Iglas Sebagai Lessee. Universitas Airlangga Surabaya.
Surabaya. http://wordskripsi.blogspot.com/2010/02/penerapan-akuntansi-pajak-atas.html

Harrison, Walter T., Charles T Horngren & C William Thomas. 2010. Financial Accounting.
8thed. Pearson Education.

Horngren, Charles T, Walter T Harrison & M Suzanne Oliver. 2012. Accounting. 9th ed. Pearson
Education.

Libby, Robbert., Libby, Paricia A & Daniel G. Short, 2007. Akuntansi Keuangan. Edisi Kelima. Diterjemahkan
oleh: J. Agung Seputro. Andi. Yogyakarta.

Rudianto, 2010. Pengantar Akuntansi. Erlangga. Jakarta

Setiawan, Aryanti. 2012 Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan
Metode Capital Lease Pada PT Kedaung Indah Can Sebagai Lessee. Universitas Gunadarma.
http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/28010/penerapan-akuntansi-pajak-atas-aktiva-
kendaraan-dengan-metode-capital-lease-pada-pt-kedaung-indah-can.html/

Suandy, Erly, 2008. Perencanaan Pajak. Edisi Empat. Salemba Empat. Jakarta.

Sugiono, Arief, 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Grasindo. Jakarta.

Supriyanto, Eddy, 2011. Akuntansi Perpajakan. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

159
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA
PT. MASSINDO SINAR PRATAMA

Eric Joseph Taroreh


Jantje J. Tinangon
Inggriani Elim

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: Taroreh.eric89@gmail.com

ABSTRAK

Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana
kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk
memperoleh laba.Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang
telah selesai diproduksi selama suatu periode tertentu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan
harga pokok produksi pada PT. Massindo Sinar Pratama.Analisis dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif yang di kualitatifkan menjadi suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan,
dan dianalisis sehingga memberikan gambaran mengenai keadaan subjek dan objek yang diteliti berdasarkan
fakta yang ada. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya
produksi berdasarkan tipe dan ukurannya yang dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan
biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Bahan baku langsung
yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed, Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik. Pembebanan biaya
tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan.Pembebanan biaya overhead pabrik
pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka.

Kata kunci : Harga pokok produksi

ABSTRACT

Determination of the cost of production is an important problem in a manufacturing company where the
activity is to process the raw materials into finished materials subsequently sold to consumers for a profit. Cost
of production is the cost of production which has applied to all finished products are being manufactured
during a certain period. This study aims to determine the calculation of the cost of production at PT. Massindo
Sinar Pratama. Analyses were performed using the descriptive method in qualitative to be a method to collect
data, compiled, interpreted, and analyzed so as to provide an overview of the state of the subject and the object
under study is based on facts. From these results it can be seen in the production process of spring, charging
based on the type and size of production resulting in a period of one month. With the charge of direct materials,
direct labor costs and factory overhead costs. Direct materials used include; Foam, Cloth spring, Spriral iron,
wood, and plastic legs. The imposition of direct labor costs based on rates of production units produced.
Imposition of factory overhead costs to products based on the overhead costs are determined upfront.

Keyword : Cost of production

160
PENDAHULUAN

LatarBelakang
Di tengah-tengah persaingan dunia bisnis sekarang ini maka manajemen perusaahaan perlu mempunyai
perencanaan dan pengendalian yang matang agar dapat mencapai tujuan perusahaan itu sendiri dan dapat
menentukan arah perusahaan jangka panjang. Hansen & Mowen (2009:422), mengatakan perencanaan adalah
pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-
tujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat kebelakang, menentukan apakah yang sebenarnya telah terjadi, dan
membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Kemudian perbandingan ini dapat digunakan
untuk menyesuaikan anggaran yaitu melihat ke masa depan sekali lagi. Perencanaan dan pengendalian
merupakan aktifitas yang berbeda, namun terkait sangat erat.Untuk memaksimalkan manfaat perencanaan
(misalnya anggaran biaya), manajer harus menggunakan rencana tersebut untuk melakukan pengendalian.Sulit
sekali melakukan pengendalian biaya tanpa sebuah rencana (Horngren, et al. 2008:9).
Dalam perencanaan tersebut manajemen selalu diperhadapkan pada pengambilan keputusan dari berbagai
alternatif tindakan yang tersedia. Dalam proses pengambilan keputusan yang diambil haruslah merupakan
keputusan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Salah satunya kebutuhan manajemen terhadap
informasi keuangan yang berhubungan dengan penentuan harga pokok produksi.
Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana
kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk
memperoleh laba.Harga pokok merupakan gambaran kwalitatif dari pengorbanan yang harus dilakukan pada
penukaran barang atau jasa yang dilakukan di pasar. Produk yang mempunyai harga pokok produksi lebih tinggi
dari produk lainnya yang sejenis di pasar akan menyebabkan kesulitan bagi manajemen perusahaan dalam
mengantisipasi permainan harga yang dilakukan oleh pesaingnya. Tingginya harga pokok produksi dalam suatu
produk biasanya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : yang pertama, kesalahan dalam menghitung harga
pokok produksinya dan membengkaknya biaya produksi akibat terjadinya pemborosan pemakaian sumber daya
perusahaan karena kurangnya pengawasan dalam proses produksi. Kedua, hal ini pada dasarnya sangat
dipengaruhi oleh kurang tepatnya metode harga pokok produksi yang diterapkan oleh perusahaan.
Krismiaji & Aryani (2011:325), penentuan harga jual adalah menambahkan angka perkiraan laba
(Markup) pada angka harga pokok.Markup adalah selisih antara harga jual dengan harga pokok produk.Markup
biasanya berupa presentase tertentu dari harga pokok produk. Kesalahan penentuan harga akan berakibat fatal.
Jika harga ditentukan terlalu mahal, pelanggan akan enggan membeli produk perusahaan dan akan berpindah ke
perusahaan lain. Jika harga jual ditentukan terlalu murah, maka biaya produksi yang dikeluarkan oleh
perusahaan tidak akan tertutup sehingga perusahaan akan mengalami kerugian.
Dalam banyak hal, keberhasilan suatu usaha tergantung pada informasi harga pokok. Harga pokok
produksi merupakan elemen penting dalam penentuan harga jual yang layak dan kompetitif untuk suatu produk.
Walaupun harga pokok produksi bukan satu-satunya informasi yang digunakan untuk penetapan harga, akan
tetapi jika harga suatu produk tidak dapat menutupi biaya produk, maka perusahaan tidak akan mendapatkan,
menghasilkan atau memperoleh laba tetapi menderita rugi.
Perusahaan-perusahaan hanya mampu menghasilkan produk-produk yang mempunyai mutu yang lebih
baik dengan harga yang rendah dengan berpedoman bahwa konsumen hanya dibebani dengan biaya-biaya untuk
menambah nilai (value-added-activities), dengan demikian manajemen perusahaan memerlukan informasi biaya
yang teliti, yang memperhitungkan secara cermat sumber data yang dikorbankan untuk aktivitas menambah nilai
bagi konsumen. Informasi harga pokok sering dijadikan dasar untuk peramalan biaya dimasa yang akan datang.
Dengan dilengkapi beberapa metode penentuan harga pokok produksi seperti full costing, variabel
costing, activity based costing memudahkan manajemen perusahaan menentukan tarif produksi. Selanjutnya
dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode full costing untuk membuat perhitungan harga pokok
produksi.
PT. Massindo Sinar Pratama adalah perusahaan meubel yang berpartisipasi secara massa dimana proses
produksinya dilakukan secara terus menerus (continue) untuk mengisi persediaan. Proses produksi yang
dilakukan oleh PT. Massindo Sinar Pratama menghasilkan salah satu produknya adalah spring bed, dimana
hasil dari produksi spring bed tersebut yang kemudian akan dijual kepada konsumen atau perusahaan lain.
Keberhasilan suatu usaha akan timbul apabila perusahaan membuat laporan biaya produksi yang lebih
tepat, dengan memasukkan semua unsur biaya kedalam harga pokok produksi baik yang bersifat variabel
maupun yang bersifat tetap.

161
TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi

Akuntansi adalah suatu sistem untuk mengukur aktivitas bisnis, sebagai proses pencatatan yang
menghasilkan laporan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak berkepentingan sebagai cara untuk pengambilan keputusan bisnis.

Tipe Akuntansi
Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan
akuntasi manajemen.Akuntansi keuangan lebih difokuskan pada laporan secara menyeluruh tentang keuangan
suatu organisasi yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak eksternal, sedangkan akuntansi manajemen
menitikberatkan pada penyusunan laporan keuangan perbagian dalam suatu organisasi, yang dipergunakan oleh
pihak intern seperti direktur, sehingga akuntansi manajemen disebut pula akuntansi intern.

Tipe dan Manfaat Akuntansi Manajemen


1. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen
Mulyadi (2011:17), Berdasarkan hubungan dengan obkjek informasi, alternatif yang akan dipilih,
dan wewenang manajer, informasi akuntansi manajemen dapat dibagi atas tiga tipe informasi akuntansi
yaitu :
a. Jika akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi, seperti produk, departemen, atau
aktivitas, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh.
b. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka akan
dihasilakan konsep informasi akuntansi diferensial, yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan pemilihan alternatif.
c. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan wewenang manajer, dihasilkan konsep
informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang terutama bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku
manusia dalam organisasi.
2. Manfaat Informasi Akuntansi Manajemen
Ketiga tipe informasi akuntansi manajemen tersebut dapat meliputi aktiva, pendapatan, dan biaya.
Informasi akuntansi manajemen menyangkut informasi masa lalu dan informasi masa yang akan datang,
tergantung untuk apa informasi tersebut disajikan.
Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa yang lalu bermanfaat untuk pelaporan
informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak luar perusahaan, analisis kemampuan untuk
menghasilkan laba, pemberian jawaban atas pertanyaan berapa biaya yang dikeluarkan untuk sesuatu?
dan penentuan harga jual dalam cost type contract, informasi akuntansi penuh yang berisi informasi mana
yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan program, penentuan harga jual normal, penentuan harga
transfer, dan penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Informasi akuntansi diferensial mempunyai dua unsur pokok yaitu meurupakan informasi masa
yang akan datang dan informasi yang berbeda diantara alternatif yang akan dipilih. Informasi ini diperlukan
oleh manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara
alternatif yang tersedia. Karena pengambilan keputusan selalu menyangkut masa depan, maka informasi
akuntansi yang relevan adalah informasi masa yang akan datang.
Informasi akuntansi pertanggung jawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan dan/atau biaya
yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berisi informasi masa lalu bermanfaat untuk penilaian
kinerja manajer dan pemotivasian manajer. Sedangkan informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk
penyusunan anggaran

Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen adalah sebagai alat untuk penyediaan informasi yang diperlukan secara spesifik
baik keuangan maupun non keuangan kepada pihak intern perusahaan yaitu pihak manajemen dalam pembuatan
keputusan dan karyawan yang jarang disebarkan kepada pihak-pihak lain.

162
Akuntansi Biaya
Mulyadi (2012:7), Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian
biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.
Akuntansi biaya yakni suatu proses untuk menganalisis biaya organisasi atau perusahaan dalam pembuatan dan
penjualan produk atau jasa serta dapat membantu manajemen dalam pengawasan biaya. Akuntansi biaya
ditekankan pada biaya produksi.

TujuanAkuntansi Biaya
Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam
mengelola perusahaan, yaitu untuk :
1. Penentuan harga pokok produksi.
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk dilakukan pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan biaya-biaya yang pembuatan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu.
2. Pengendalian biaya.
Untuk memenuhi tujuan pengendalian biaya, maka biaya pembuatan produkyang seharusnya terjadi
ditetapkan lebih dahulu.
3. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen.
Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi masa yana akan datang karena
pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan.

Biaya
Mulyadi (2012:8), dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Jadi biaya bisa dikatakan sebagai
nilai pengorbanan untuk mencapai tujuan tertentu yang diukur dalam satuan uang dan bisa memberi manfaat
dimasa yang akan datang bagi organisasi atau perusahaan.

Pengambilan Biaya Produksi


Hansen & Mowen (2009:56), mengatakan biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan
barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi terbagi atas tiga bagian yaitu:
1. Bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditetelusuri pada barang atau jasa yang
dihasilkan. Misalnya baja pada mobil, kayu pada perabotan.
2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang
dihasilkan.
3. Overhead pabrik meliputi semua biaya produksi langsung selau bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung. Contohnya penyusutan bangunan, peralatan dan pemeliharaan.
Berkaitan dengan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan untuk pengambilan biaya produksi
melalui biaya yang relative mudah untuk dikendalikan untuk menghasilkan sebuah produk jadi yang siap untuk
dipasarkan.

Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang telah selesai
diproduksi selama suatu periode tertentusedangkan biaya produksi yang melekat pada barang yang belum
selesai tidak dapat dimasukkan sebagai harga produksi, dimana biaya produksi tersebut terdiri dari bahan baku,
tenaga keja, dan overhead pabrik.

Elemen Harga Pokok Produksi


Elemen-elemen dalam harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
a. Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang
dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan dapat dikenakan pada produk karena pengamatan fisik dapat digunakan
untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap produk.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Muyadi (2012:319), biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja
manusia tersebut. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan

163
yang dihasilkan. Karyawan yang mengubah bahan mentah menjadi produk atau yang menyediakan jasa
pelayanan pada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung atau tenaga kerja
langsung dikumpulkan menjadi satu kategori. Dalam biaya overhead pabrik tidak termasuk biaya penjualan dan
biaya administrasi dan umum, karena biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum tidak timbul dalam
proses produksi secara tidak langsung. Namun biaya jenis ini dapat pula dicatat dalam laporan biaya overhead
pabrik.

Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi


Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang telah
dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual.
Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen dasar yang
dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi manajemen dalam mengambil keputusan yang tepat untuk
kelangsungan proses produksi perusahaan.

Penentuan Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi merupakan dasar penentuan harga jual produk. Harga pokok adalah
elemen penting dalam mempengaruhi laba. Untuk menentukan harga pokok produk, perlu adanya
penggolongan biaya pada perusahaan manufaktur kedalam biaya produksi dan biaya non produksi. Ini
disebabkan oleh karena biaya-biaya produksi saja yang melekat pada produk.

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi


Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi
perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba,
sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan bagi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, ada tiga konsep metode penentuan harga pokok
produksi yaitu:
1. Metode Activity Based Costing (ABC)
Metode ABC adalah sistern akurnolasi dan alokasi biaya yang rnenelusuri biaya-biaya ke produk rnenurut
aktivitas-aktivitas yang dilakukan terhadap produk, dirnaksudkan untuk rnenghasilkan informasi biaya bagi
keputusan strategis, perancangan, dan pengendalian operasional. Sehingga harga pokok yang dihitung dengan
pendekatan rnetode ABC klasifikasi biaya terdiri dari: biaya tingkat unit, biaya tingkat batch, biaya tingkat
produk dan biaya tingkat fasilitas.
2. MetodeFull Costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi
kedalam harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari
unsur harga pokok produksi (Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel
dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan
umum).
3. Metode Variable Costing
Variabel Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang berperilaku variabel.

Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/ Penelitian
Tahun
1. Irma Analisis Untuk Deskriptif, diketahui bahwa Penelitian Penelitian
sari harga pokok mengetahui dengan dari perhitungan sebelumnya sebelumnya
(2012) pesanan dengan menggunaka harga pokok menggunaka ini lebih
meubel menggunak n data pesanan n metode menekankan
dengan an metode pesanan berdasarkan teori full full costing

164
metode full full costing yang dengan costingterha dalam harga
costing pada dalam diterima menggunakan dap pokok
CV. Sarana perhitungan perusaahaan metode full costing perhitungan pesanan
interior di harga selama bulan pada tiap produk harga pokok
Samarinda pokok maret 2012 pesanan selama produksi
produk tiap
bulan Maret 2012
pesanan
meubel masih dapat
pada CV menghasilkan laba
Sarana atau keuntungan.
Interior di
Samarinda
masih
menghasilk
an laba atau
tidak.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Bentuk penelitian ini yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif yaitu menjelaskan dengan
sistematis, aktual, dan pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek dan objek penelitian
berdasarkan fakta yang ada.

Metode Pengumpulan Data


1. Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang diambil dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang
diteliti
2. Wawancara
Mengadakan wawancara secara langsung atau lisan dengan karyawan yang berwenang, terutama pada
saat pengambilan data yang dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan mencatat informasi yang didapatkan melalui proses wawancara pada
pimpinan PT. Massindo Sinar Pratama.
4. Kepustakaan
Mengumpulkan beberapa konsep teori secara kepustakaan yang diperlukan untuk penelitian ini.

Metode Analisis
Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang di kualitatifkan yaitu suatu metode
dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi
pemecahan masalah yang dihadapi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sejarah Perusahaan
PT. Massindo Sinar Pratama adalah salah satu perusahaan swasta yang ada di Manado, Sulawesi Utara
yang bergerak di bidang manufaktur.Ada empat jenis produk yang dihasilkan yaitu Kasur Busa, Plastik Rabbit,
Sofa dan Spring Bed.Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari tahun 1984 oleh seorang pengusaha bernama
William Massie dan pada awalnya perusahaan ini bernama CV. Abadi Jaya Bersama. Produk awalnya pada
waktu itu adalah Busa dan Sofa kemudian berkembang dengan didirikannya pabrik Plastik Intection pada tahun
1989 yang memproduksi barang-barang plastik dengan Rabbit Star yang digunakan untuk keperluan rumah
tangga dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto yang diwakili oleh Menteri
Perindustrian Republik Indonesia Bapak Hartanto pada tahun 1993.
Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengembangkan serta
meningkatkan produktifvtas ini maka pada tahun 1995 perusahaan ini dinilai layak oleh pemerintah untuk

165
menerima penghargaan di bidang produktivitas berupa trophy Sidakarya. Di dalam menghadapi persaingan di
pasar internasional maka pada tanggal 10 Desember 1998 di kantor Notaris Thressje Sembung, SH perusahaan
berganti nama menjadi PT. Massindo Sinar Pratama dan perusahaan ini dipegang oleh Massindo Group yang
memiliki kantor pusat di Jakarta, hal ini disebabkan ibukota Negara Republik Indonesia.
Perusahaan ini bekerja sama dengan top USA seprai perusahaan dalam membawa kasur terbaik merek
dan inovasi produk untuk keluarga Indonesia dan berbagai jaringan hotel internasional. Perusahaan
memenangkan "Rekor Bisnis Indonesia" (Indonesia Rekor Bisnis) sebagai "pertama tidur perusahaan dengan
jumlah terbesar dealer aktif " pada tahun 2011 dari Yayasan Tera dan surat kabar nasional Seputar Indonesia.
Massindo Group juga menerima Penghargaan Pemasaran untuk Inovasi Produk dan Pemasaran Experiental
tahun 2012 oleh Majalah Marketing. Salah satu merek, nyaman, menerima "The Most Preferred Brand" dalam
Bedding berdasarkan survei konsumen independen pada tahun 2011 dan kemudian sekali lagi pada tahun 2012.
Massindo Group memiliki kasur kelas dunia pabrik di berbagai kota di Indonesia .Pabrik terbesar di Bekasi
disertifikasi oleh ISO 9001 oleh SGS United Kingdom Ltd Sistem dan Jasa Sertifikasi.

Letak dan Lokasi Perusahaan


PT. Massindo Sinar Pratama terletak di penghujung kota manado, yaitu di jalan cereme kelurahan
Tuminting kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Website: www.massindo.com
Lokasi dari PT. Massindo Sinar Pratama itu sendiri, sangat baik untuk sebuah perusahaan manufaktur
karena memiliki area yang besar dan memiliki jarak yang cukup jauh dari pusat kota sehingga tidak
mengganggu aktifitas warga masyarakat perkotaan dan perusahaan lebih leluasa untuk melakukan aktivitasnya
untuk memproduksi barang dan memasarkannya.

Proses Produksi
Proses produksi pembuatan produk spring bed dibagi ke dalam tiga bagian yaitu:
a. Proses Produksi Rangka
Bahan dasar untuk memproduksi rangka produk spring bed ini adalah Kayu Merah. Kayu Merah itu
sendiri berasal dari daerah Kotamobagu yang diambil oleh cabang perusahaan Massindo grup
Kotamobagu kemudian di kirimkan ke Manado yang digunakan untuk proses pembuatan rangka. Proses
pembuatan rangka dimulai dengan pemotongan kayu merah sesuai dengan model yang ingin dihasilkan.
Dengan membuat difan atau sandaran tempat tidur dengan kayu merah yang telah dihaluskan dan
dipotong membentuk sandaran tempat tidur. Pegangan-pegangan yang telah di potong rapi lalu
disambungkan dengan difan hingga membentuk potongan suatu rangka tempat tidur dengan bantuan
lem, kawat dan paku di setiap sambungan yang ada.
b. Proses penjahitan
Bagian ini bertugas untuk menghasilkan kasur-kasur yang akan dipasangkan pada rangka spring bed.
Pada bagian penjahitan ini, terlebih dahulu busa yang ada akan dipotong-potong sesuai dengan
ukurannya menggunakan alat pemotong busa. Kemudian didalam busa akan dipasangkan Pocketed
Spring atau pegas yang terbungkus secara independen satu persatu yang berfungsi untuk memberikan
support yang lebih kuat, lebih tahan lama dan lebih anti goncangan dari pasangan tidur dan juga mereka
menambahkan side support rangkaian kawat baja untuk memperkuat setiap sisi kasur agar lebih tahan
lama dan kuat menahan berat badan manusia. Setelah itu, akan dijahit dengan kain sesuai kebutuhan dan
model atau motif yang diinginkan menggunakan mesin jahit sehingga menjadi sebuah kasur yang siap
untuk dipakai.
c. Proses akhir
Yang dimaksud dengan proses akhir ini adalah merupakan tahap penyelesaian produksi dari rangka
hingga menjadi spring bed yang siap untuk di pasarkan. Kasur yang telah jadi akan dipasangkan pada
rangka spring bed, dan rangka tersebut akan dilapisi kain sesuai dengan model atau motifnya dengan
menggunakan paku dan lem. Dan di bagian bawah rangka spring bed akan dipasangkan kaki spring
yang terbuat dari plastik. Produk spring bed yang telah jadi dicatat oleh bagian administrasi produksi
dan disimpan dalam gudang barang jadi dan disiap untuk dipasarkan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pada penelitian ini hanya difokuskan pada penentuan harga pokok produksi dari produk Spring Bed.
Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe spring bed dan berbagai ukuran yang meliputi: special anak, ukuran
100X200, ukuran 120X200, ukuran 160X200, ukuran 180X200, dan ukuran 200X200. Untuk memproduksi

166
produk tersebut, perusahaan mengeluarkan biaya-biaya produksi meliputi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik.
Untuk memproduksi produk ini memerlukan bahan baku utama yang meliputi bahan-bahan sebagai
berikut:
1. Busa
2. Kain springbed
3. Spiral besi (pocketed spring)
4. Kayu merah dalam berbagai ukuran dan
5. Kaki plastik
Kebutuhan bahan baku bergantung pada berbagai ukuran yang ada. Hal ini karena tipe dari masing-
masing springbed berbeda-beda. Ukuran 120X200 misalnya, akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan
ukuran 200X200.
Dalam pembuatan produk tersebut di atas, perusahaan menggunakan tenaga kerja yang akan merakit
springbed, difan, dan sandarannya. Pengeluaran biaya ini berdasarkan tarif yang telah ditentukan oleh
perusahaan. Sehingga besarnya biaya tenaga kerja bersesuaian dengan besarnya ukuran springbed tersebut.
Dalam proses produksi produk-produk tersebut, perusahaan juga mengeluarkan biaya-biaya yang tidak
dapat digolongkan sebagai biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya yang dimaksudkan
ini disebut biaya overhead pabrik. Adapun biaya-biaya tersebut meliputi : biaya penyusutan mesin dan
peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji petugas pabrik, biaya bbm solar,
dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung meliputi: paku, lem, benang,
kertas, dan plastik.
Dalam menganalisa harga pokok produksi, ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu biaya penuh,
biaya variabel, dan biaya berdasarkan aktivitas. Pada pembahasan ini menggunakan biaya penuh. Pada metode
biaya penuh, biaya produksi dari suatu produk meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik (biaya tidak langsung pabrik).

Pembebanan Biaya Bahan Baku


Pembebanan biaya bahan baku langsung pada ukuran 100X200 untuk masing-masing bahan baku
langsung adalah sebagai berikut : pemakain busa dibebankan dengan cara jumlah lembar busa yang di pakai
dikalikan dengan harga perlembar (perusahaan menggunakan metode FIFO untuk arus biaya bahan); pemakaian
kain springbed dibebankan dengan cara jumlah meter kain yang digunakan dikalikan dengan harga permeter
kain; spiral besi dibebankan dengan cara jumlah spiral dikalikan dengan harga spiral besi perbuah; pemakaian
kayu dibebankan dengan cara jumlah potong kayu (biasanya perujung) dikalikan dengan harga perpotong;
sedangkan kaki plastik dibebankan dengan cara jumlah kaki plastik dikalikan dengan harga perbuah kaki
plastik. Hal yang sama dilakukan pada tipe dan ukuran seperti yang disebutkan di atas. Jadi biaya bahan baku
langsung yang dibebankan pada masing-masing produk besarnya akan bergantung pada ukuran dan jenis bahan
yang di pakai.
Bila memperhatikan pembebanan biaya bahan baku langsung tersebut di atas maka perhitungan harga
pokok produksi dari produk yang dihasilkan sudah menggolongkan biaya-biaya produk yang sesuai. Hal ini
karena biaya bahan baku langsung dapat diidentifikasi jumlah volume yang digunakan. Atau dengan kata lain
biaya bahan baku langsung dapat ditelusuri jumlah volume yang digunakan. Pemakaian Busa, Kain springbed,
Spiral besi, Kayu, dan Kaki plastik pada produk berdasarkan ukuran-ukuran yang ada. Biaya bahan baku
langsung yang dibebankan pada masing-masing produk berdasarkan tipe ukuran dari springbed tersebut.

Pembebanan Biaya Tenaga Kerja


Untuk biaya tenaga kerja, perusahaan membebanan biaya tenaga kerja langsung pada masing-masing
produk adalah berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan. Hal ini dilakukan karna perusahaan dapat
mengidentifikasi pekerja-pekerja yang melakukan kegiatan produksi pada jenis atau tipe produk yang
dihasilkan. Untuk satu jenis ukuran misalkan, perusahaan menempatkan satu kelompok kerja yang melakukan
pekerjaan dari awal sampai selesai dengan masing-masing tugas yang ada. Ini dilakukan untuk memudahkan
proses perhitungan biaya dan pembayarannya. Sehingga pembebanannya sesuai dengan tipe dan ukuran yang di
produksi.
Bila dikaitkan dengan teori yang ada maka pembebanan biaya tenaga kerja langsung tersebut dapat
dikatakan memadai. Artinya bahwa pembebanan biaya tenaga kerja berdasarkan tarif perunit untuk tipe dan
ukuran yang di produksi dapat diandalkan.

167
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Unsur biaya produksi yang dibebankan perusahaan berikutnya adalah biaya overhead pabrik.
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa biaya-biaya overhead pabrik (biaya-biaya tidak langsung) adalah meliputi
biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji
petugas pabrik, biaya bbm solar, dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung
meliputi: paku, lem, benang, kertas, dan plastik.
Perusahaan membebankan biaya overhead berdasarkan biaya yang ditentukan dimuka. Dengan cara
menghitung semua biaya overhead dalam satu bulan (perusahaan menggunakan satu bulan sama dengan 25
hari). Untuk mendapatkan biaya overhead perhari di hitung dengan cara membagi total biaya overhead perbulan
dengan jumlah hari dalam sebulan. Dalam pembuatan produk, perusahaan telah menetapkan jumlah produksi
tiap hari.

Pembebanan Selisih Biaya Overhead Pabrik


Dalam situasi tertentu perusahaan memproduksi di bawah target tetapi kemudian akan di isi kembali
dengan melakukan kerja lembur. Keadaaan ini akan mempengaruhi besarnya biaya produksi. Terutama biaya
overhead yang semi variabel misalnya biaya bahan bakar dan biaya listrik.Kelebihan atau kekurangan
pembebanan biaya overhead diperlakukan sebagai pengurangan dan penambahan pada harga pokok produk
yang diselesaikan pada periode tersebut.Situasi ini bila dikaitkan dengan teori maka dapat dikatakan memadai
karena pembebanan dilakukan pada produk yang dihasilkan untuk periode tersebut. Ini juga memungkinkan
manajer produksi menganalisa apa penyebabnya.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:
1. Dalam tiga metode penentuan harga pokok produksi yaitu full costing, variabel costing, activity based
costing. Metode full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang tepat bagi PT.
Massindo Sinar Pratama.
2. Dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya produksi berdasarkan tipe dan ukuran yang
dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
3. Pembebanan biaya bahan baku langsung yaitu menjumlahkan semua komponen bahan dengan harga
persatuan dari bahan tersebut. Bahan baku langsung yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed,
Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik.
4. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan.
5. Pembebanan biaya overhead pabrik pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka.
6. Pembebanan selisih biaya overhead dilakukan pada periode dimana terjadi selisih tersebut.

Saran
Dengan memperhatikan proses produksi dan pembebanan biaya produk pada produk yang dihasilkan
maka hal yang perlu mendapat perhatian utama adalah pembebanan biaya overhead pabrik. Perusahaan dapat
menganalisa berapa pemakaian listrik dan bahan bakar minyak perjam. Karena kapasitas terpasang sudah di
ketahui.

DAFTAR PUSTAKA

Arfan Ikhsan, 2009. Pengantar Praktis Akuntansi.Edisi pertama.Cetakan pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Carles T. Horngren, Srikant M. Datar, George Foster, 2008. Akuntansi Biaya, Penekanan Manajerial. Jilid
1.Erlangga. Jakarta.

Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen, 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta.

168
Eka Nur Khasanah, 2011. Penerapan Metode Full Costing Dalam Menentukan Harga Jual Batu Bara Pada PT.
Energy Alam Sejahtera Di Samarinda. Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman.

Firdaus A. Dunia, Wasilah Abdulah, 2009. Akuntansi Biaya. Salemba Empat. Jakarta.

Horngren, Harrison, 2007. Akuntansi. Edisi Ketujuh. Jilid 1.Erlangga. Jakarta.

Irma Sari, 2012. Analisis Harga Pokok Pesanan Meubel Dengan Metode Full Costing pada CV. Sarana Interior
di Samarinda. Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman.

Krismiaji, Y Anny Aryani, 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Kadir, Abdul, 2011. Panduan Menyusun Laporan Tugas Akhir, Skripsi, dan Tesis Menggunakan Microsoft
Word. Mediakom.Yogyakarta.

Mulyadi, 2012.Akuntansi Biaya. Edisi kelima.Cetakan sebelas. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

P. Siagian masih(dalam Nanang Fatah (2007)). Manajemen Keuangan. Jilid 1.Gramediana. Bandung.

Sugiono, 2009.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Warren, Reevefess, 2008. Pengantar Akuntansi. Salemba empat. Jakarta.

Website: www.massindo.com

169
ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA
PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MANADO

Sri Wahyuni Muklis


Sifrid Sonny Pangemanan
Lidia Mawikere

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : yhunie.muhlis@yahoo.com

ABSTRAK

Produk pembiayaan murabahah adalah salah satu produk unggulan pembiayaan perbankan syariah. Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 yang bertujuan untuk
mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado
dengan PSAK No. 102. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu data yang
telah dikumpulkan, kemudian disusun, diinterprestasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang lengkap
atau gambaran yang sebenarnya tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Manado dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapannya telah sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 102.

Kata kunci: PSAK No. 102, Pembiayaan Murabahah.

ABSTRACT

Funding product Murabahah is one of upscale for syariah banking. IAI (Indonesia Accountant Association) has
published Accountant funding standard statement (PSAK) No. 102, which admission, transparency, measuring and
explanation from Murabahah transaction. the other purpose from this research is to know adjustment of Murabahah
in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch with PSAK No. 102. Descriptive theory is been used for this research, which
is the data has been gathered, arranged, interpret, and analysed, so it can give full information or picture about
Murabahah funding in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch, where this presentation has been standardized
based from standard accountant funding statement No. 102.

Keywords: PSAK No. 102, Murabahah Funding.

170
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan keberadaannya di dunia ekonomi saat ini
adalah kegiatan usaha lembaga keuangan perbankan, oleh karena fungsinya sebagai pengumpul dana yang
sangat berperan demi menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Lembaga keuangan perbankan
merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke
masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif
maupun konsumtif. (Ghaffar, 2009)
Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat konvensional
dan bank yang bersifat syariah. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, Bank Konvensional adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank
Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia mulai sangat terlihat. Tidak hanya Bank Muamalat Indonesia
(BMI), saat ini mulai banyak berdirinya Bank Syariah sebagai cabang dari bank konvensional. Salah satunya
yakni PT. Bank Syariah Mandiri yang secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau
tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu
memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara
idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang
lebih baik.
Bank syariah mulai berkembang dalam skala besar dengan menawarkan berbagai produk pembiayaan
dengan istilah-istilah yang masih belum dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Pembiayaan merupakan
salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber utama pendapatan bagi bank syariah. Ada beberapa bentuk
pembiayaan perbankan berdasarkan prinsip syariah, namun yang menjadi salah satu produk unggulan
pembiayaan perbankan syariah adalah produk pembiayaan murabahah.
Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu ( ) yang berarti kelebihan dan
tambahan (keuntungan). Sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual beli dengan modal
ditambah keuntungan yang diketahui. Dalam buku Islamic Financial Management (2008: 145) definisi
Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli,
setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya
keuntungan yang diperolehnya.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102
yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah
yang diberlakukan secara efektif sejak tanggal 1 Januari 2008. Penerapan standar-standar akuntansi tersebut
dapat menjaga konsistensi, baik yang bersifat internal maupun eksternal perusahaan, bahkan untuk menjamin
kesesuaiannya dengan syariat islam. Dengan adanya standar yang ditetapkan mengenai pembiayaan
murabahah, maka penulis merasa penting untuk membahas masalah akuntansi pembiayaan murabahah secara
teori dengan meninjau penerapannya pada bank syariah. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan
murabahah yang telah diterapkan pada bank syariah dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102,
mulai dari proses pengakuan, pengukuran sampai pada proses penyajian. Untuk itu penulis melakukan
penelitian yang berjudul Analisis Penerapan PSAK No. 102 atas Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Manado.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu
: Apakah penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Manado telah sesuai dengan PSAK No. 102 ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank
Syariah Mandiri Syariah Cabang Manado dengan PSAK No. 102.

171
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan masukan untuk memperluas wawasan mengenai penerapan pembiayaan
pada bank syariah, khususnya pembiayaan murabahah.
2. Bagi perusahaan yaitu sebagai bahan evaluasi dan penilaian bagi perusahaan mengenai akuntansi
pembiayaan murabahah yang sudah diterapkan.
3. Bagi peneliti lain yaitu sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan penulisan yang berhubungan
dengan pembiayaan murabahah yang merupakan salah satu produk pembiayaan yang berlandaskan
syariat islam.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akuntansi
Definisi akuntansi dari berbagai pendapat yaitu menurut American Insitute of Certified Public
Accounting (AICPA) dalam Harahap (2012: 5) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian
yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Definisi akuntansi yang dimuat dalam
Accounting Terminology Bulletin No. 1 yang diterbitkan oleh Accounting Principles Board (APB) menyatakan
bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat
keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses
tersebut. (Suwardjono, 2013: 5)

2.2 Akuntansi Konvensional


Menurut Syahatah (2001: 94-95) akuntansi konvensional menganut sistem penilaian aktiva dan modal
dengan prinsip historical cost dan membagi modal (aktiva) dalam dua golongan yakni, aktiva lancar (modal
yang beredar) dan aktiva tetap (modal tetap). Konsep akuntansi konvensional mempraktikkan teori pencadangan
dan ketelitian dari menanggung semua kerugian (conservatisme), dan mengabaikan laba-laba yang belum
direalisasi. Akuntansi konvensional menerapkan laba secara menyeluruh, yang terdiri dari laba usaha, laba dari
modal pokok, dan lain sebagainya.

2.3 Akuntansi Syariah


Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klasifikasi, dan pelaporan dalam mengambil
keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum (Kezaliman), riba,
maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang haram dan membahayakan.

2.4 Bank Syariah


2.4.1 Pengertian Bank Syariah
Bank syariah dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam yaitu berlandaskan Al-Quran
dan Hadist. Bank syariah bertujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan prinsip-prinsip islam, syariah
dan tradisinya kedalam transaksi keuangan, perbankan, dan bisnis-bisnis lainnya yang berkaitan dengan
keuangan.
2.4.2 Prinsip-prinsip Umum Bank Syariah
Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah. Prinsip itu
berpedoman pada Al-quran dan Hadits. Prinsip yang diterapkan bank syariah meliputi :
1. Prinsip pengharaman riba
2. Prinsip keadilan
3. Prinsip kesamaan
2.4.3 Ciri Bank Syariah
Bank syariah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dalam bank syariah, hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan kontrak (akad) antara investor
pemilik dana (shohibul maal) dengan investor pengelola dana (mudharib) bekerja sama untuk melakukan
kerjasama untuk yang produktif dan sebagai keuntungan dibagi secara adil (mutual invesment
relationship).
2. Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh bank syariah yang bertujuan untuk menciptakan
kegiatan perekonomian yang produktif (larangan menumpuk harta benda (sumber daya alam) yang

172
dikuasai sebagian kecil masyarakat dan tidak produktif, menciptakan perekonomian yang adil (konsep
usaha bagi hasil dan bagi resiko) serta menjaga lingkungan dan menjunjung tinggi moral (larangan untuk
proyek yang merusak lingkungan dan tidak sesuai dengan nilai moral seperti minuman keras, sarana judi
dan lain-lain.
3. Kegiatan usaha bank syariah lebih variatif dibanding bank konvensional, yaitu bagi hasil sistem jual beli,
sistem sewa beli serta menyediakan jasa lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dan prinsip-
prinsip syariah. (Kazuraoby, 2011)

2.5 Pembiayaan
2.5.1 Pengertian Pembiayaan
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
2.5.2 Unsur Pembiayaan
Unsur-unsur dalam pembiayaan menurut Veithzal Riva & Andria P Veithzal (2008: 4) yaitu :
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan penerima pembiayaan (mudharib).
2. Adanya kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang didasarkan atas prestasi dan potensi mudharib.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal dengan pihak lainnya yang berjanji
membayar dari mudharib kepada shahibul mal.
4. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada mudharib.
5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur esensial pembiayaan.
6. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik dipihak shahibul mal maupun dipihak mudharib.
2.5.3 Produk Pembiayaan Syariah
Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaanya yaitu: (Muhammad, dikutip dalam Budianas, 2013)
1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (bai), meliputi yaitu: pembiayaan murabahah, pembiayaan salam,
dan pembiayaan istisna.
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa, meliputi yaitu: pembiayaan ijarah dan pembiayaan Ijarah Muntahiya
Biltamlik/Wa Iqtina.
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, yang meliputi: pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah.
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap, yang meliputi: Hiwalah (Alih Hutang-Piutang), Rahn (Gadai),
Qardh, Wakalah (Perwakilan), dan Kafalah (Garansi Bank).

2.6 Murabahah
Warsono Sony & Jufri (2011: 48) menyatakan bahwa akad murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga asal dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dimana
pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (kredit).

2.7 Akuntansi Murabahah Berdasarkan PSAK No.102


2.7.1 Pengertian Murabahah
Pengertian murabahah menurut IAI (PSAK No.102, 2007: Akuntansi Murabahah, paragraph 05) adalah
akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan
penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
2.7.2 Karakteristik Murabahah
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan
pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Pembayaran murabahah
dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada
saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu
tertentu.

2.8 Penelitian Terdahulu


Asmahani Mukhtar Ghaffar (2009) dengan judul Penerapan PSAK no. 102 tentang pembiayaan
murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Masita, Jamaluddin & Musviyanti (2013) dengan

173
judul Analisis penerapan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 102 (studi kasus pada
Pegadaian Syariah Cabang Gunung Sari Balikpapan.

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Mudrajad
Kuncoro (2009: 12) tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif meliputi penilaian sikap atau pendapat
terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui
daftar pertanyaan dalam survey, wawancara ataupun observasi. Data yang telah dikumpulkan, kemudian
disusun, diinterprestasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang lengkap atau gambaran yang
sebenarnya tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Manado, Jl. Piere Tendean, Kompleks Ruko
Mega Mas, Blok D1 No. 28, Boulevard Manado, 95115. Nomor Telepon (0431) 879553, 879444 dan nomor fax
(0431) 879492. Waktu penelitian dimulai pada kegiatan pembuatan proposal pada bulan Agustus sampai
September 2013 sedangkan untuk kegiatan penelitian dimulai bulan Oktober 2013 pada PT. Bank Syarah
Mandiri Cabang Manado.

3.3 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitin terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut :
a) Mengajukan permohonan penelitian dengan memasukkan surat penelitian yang telah disetujui dari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi untuk melakukan penelitian pada objek PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Manado.
b) Tindak lanjut dari pihak bank, dalam hal ini surat penelitian disahkan oleh Kepala Cabang yang berarti
pihak bank telah memberi izin persetujuan penelitian pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado.
c) Mulai mengumpulkan data dengan melakukan wawancara pada Bagian PMS (Pelaksana Marketing
Support) dan Bagian Administrasi Warung Mikro.
d) Menganalisis data yang akan dipakai sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian untuk melengkapi
dan menentukan hasil penelitian.
e) Menganalisis dan mengolah data yang diperoleh dari perusahaan.
f) Melakukan perbandingan untuk mengetahui kesesuaian data pada bank dengan PSAK No. 102.
g) Menarik kesimpulan dari hasil data yang telah dibandingkan dengan PSAK No.102 dan memberikan
saran.

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis adalah data kualitatif. Menurut Supriyanto (2009: 133) data kualitatif
merupakan data berupa kata-kata atau kalimat dan biasanya bersifat menggolongkan atau klasifikasi. Data
kualitatif ini berasal dari hasil wawancara sekilas tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Manado.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan penulis, menurut supriyanto (2009: 133) yaitu :
1) Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari responden. Data
primer penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara terhadap staff yang bersangkutan yaitu dibagian
PMS (Pelaksana Marketing Support) dan Administrasi Warung Mikro.
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, yaitu: diolah dan disajikan oleh pihak
lain. Teknik pengumpulannya dilakukan dengan dokumentasi. Jadi data yang diperoleh peneliti melalui
penelusuran catatan dan dokumen resmi perusahaan, misalnya: sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi, laporan keuangan bank syariah serta literature yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni :
a. Wawancara, yaitu melakukan wawancara yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
permasalahan secara langsung dengan pihak yang berwenang didalam perusahaan untuk memperoleh
informasi dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan pembiayaan murabahah yang diterapkan

174
oleh perusahaan. Menurut Restu Kartiko Widi (2010: 236), wawancara dapat sangat fleksibel atau bebas
ketika pewawancara mempunyai kebebasan menyusun pertanyaan yang ada dalam benaknya disekitar
permasalahan yang hendak diteliti. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara pada bagian PMS
(Pelaksana Marketing Support) dan Administrasi Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Manado.
b. Dokumentasi, merupakan cara untuk memperoleh data langsung di tempat penelitian yang diperoleh
melalui buku-buku, peraturan-peraturan, laporan relevan yang ada pada objek penelitian. Data yang
diperoleh biasanya berupa data sekunder. Dalam hal ini, peneliti tinggal mengambil data yang telah diolah
oleh pihak lain. Atau dilakukan dengan menyalin data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak lain.
(Supriyanto, 2009: 137)

3.5 Metode Analisis Data


Dengan metode deskriptif maka teknik analisa data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1) Reduksi data, yaitu proses pemilihan dan penyederhanaan data-data yang muncul dari catatan-catatan
tertulis. Data yang direduksi mulai dari gambaran perusahaan dan mengenai pembiayaan murabahah pada
perusahaan.
2) Penyajian data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks kedalam suatu bentuk yang sistematis,
sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan data. Data yang disajikan berupa gambaran perusahaan, struktur organisasi, prosedur
pembiayaan murabahah, dan laporan keuangan.
3) Data-data yang telah ada kemudian dibandingkan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
102 yang berkaitan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi murabahah.
4) Menganalisa hasil dari perbandingan PSAK No. 102 dengan data yang diperoleh dari perusahaan.
5) Menarik kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini peneliti
mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari wawancara dan dokumentasi.
Kemudian mengambil kesimpulan dari hasil data yang telah dibandingkan dengan PSAK No.102.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Perusahaan
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah
menyetujui perubahaan nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab
1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. PT.
Bank Syariah Mandiri sebagai bank syariah terbesar dengan jaringan terluas di Tanah Air memiliki 169 outlet
yang tersebar di 23 provinsi di Indonesia. Untuk di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, PT. Bank Syariah Mandiri
mulai beroperasi sejak tanggal 25 Februari 2005 dengan pembukaan kantor cabangnya di Kota Manado.

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah pada BSM Cabang Manado
Pada transaksi murabahah, nasabah akan mengajukan permohonan fasilitas pembiayaan kepada bank
untuk membeli barang. Sebelum melakukan jual beli barang, pihak bank akan melakukan negosiasi terlebih
dahulu dengan nasabah untuk jenis barang, kualifikasi barang, harga barang serta cara pembayarannya. Setelah
ada kesepakatan, bank menghubungi pemasok barang yang akan dibeli dan melakukan pembelian barang sesuai
dengan permintaan nasabah. Barang yang diperoleh dari pemasok diakui sebagai persediaan sebesar harga
perolehannya.
Nasabah membayar harga pokok, biaya-biaya lain atas jual beli, dan ditambah margin keuntungan kepada
bank dalam jangka waktu tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga karenanya sebelum nasabah
membayar lunas kepada bank, nasabah berutang kepada bank. Jadi, Piutang murabahah diakui sebesar biaya
perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Biasanya uang muka yang akan dibayar nasabah yaitu
sekitar 10% - 30% yang menjadi bagian pembayaran piutang atas murabahah yang dilakukan. Pembayaran uang
muka oleh nasabah bertujuan untuk membantu pihak bank agar dapat memperoleh barang murabahah secara
lancar.

175
Jangka waktu pembiayaan yang diberikan oleh BSM yaitu maksimal 15 tahun untuk pembiayaan
pemilikan rumah, 5 tahun untuk pembiayaan pemilikan mobil, dan maksimal 4 tahun untuk jumlah pembiayaan
yang relatif kecil. Besarnya margin yang ditetapkan untuk pembiayaan murabahah adalah 7% sampai dengan
8%/ tahun. Dan 28% sampai dengan 32%/ tahun untuk jumlah pembiayaan yang relatif kecil. Apabila terjadi
keterlambatan pembayaran oleh nasabah kepada bank, maka nasabah akan dikenakan denda berupa biaya
administrasi pada bank sebesar 0,00069 x nominal angsuran (perhari) untuk tiap-tiap hari keterlambatan yang
terhitung sejak saat kewajiban pembayaran tersebut jatuh tempo sampai dengan tanggal dilaksanakannya
pembayaran kembali.
Untuk menjamin tertibnya pembayaran kembali/pelunasan pembiayaan dan margin keuntungan tepat
pada waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, maka nasabah berkewajiban untuk menyerahkan jaminan
berupa sertifikat hak milik ataupun BPKB. Adapun biaya-biaya yang dikenakan kepada nasabah berkaitan
dengan pembiayaan murabahah yaitu biaya administrasi 1% dari plafond, biaya notaris, biaya asuransi, biaya
jaminan dan sebagainya.
Nasabah yang menunda pembayaran sampai batas waktu yang ditentukan akan mendapat denda atas
keterlambatan pembayaran. Jika nasabah pailit dan tidak mampu membayar, pihak bank akan memberi masa
tenggang waktu sesuai kesepakatan dan melakukan langkah-langkah seperti restrukturisasi. Dan jika nasabah
masih tidak mampu membayar sesuai kesepakatan maka bank akan menarik kembali barang yang telah dibiayai
dan menjual barang tersebut untuk menutupi sisa utang nasabah. Kelebihan ataupun kekurangan dari penjualan
barang tersebut akan diberikan kepada nasabah.
Bila nasabah tidak mengalami kesulitan dana dan mempercepat proses pembayaran angsuran tiap bulan,
maka nasabah akan diberi discount/potongan oleh bank. Potongan tersebut sering disebut dengan discount
margin dan diakui sebagai pengurang pendapatan margin murabahah. Dalam hal pengakuan pendapatan margin
yang diperoleh, bank menggunakan dasar kas (cash basis) yang besarnya jumlah pendapatan margin diakui
proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Dengan kata lain pendapatan
margin diakui sebesar kas yang berhasil ditagih atau dibayar oleh nasabah yaitu persentase keuntungan
dikalikan dengan jumlah piutang nasabah.

4.2.2 Prosedur Pembiayaan Murabahah


Prosedur awal yang ditempuh oleh calon nasabah untuk memperoleh persetujuan pembiayaan adalah :
1) Calon nasabah mengajukan permohonan pembiayaan murabahah yang dibuat langsung oleh calon
nasabah dengan melampirkan fotocopy KTP.
2) Dengan KTP calon nasabah, Account Officer (AO) melakukan penilaian pembiayaan untuk mengetahui
layak tidaknya suatu pembiayaan disalurkan.
3) AO melakukan interview awal dengan calon nasabah untuk memperoleh informasi mengenai calon
nasabah, penyelidikan tentang tujuan penggunaan pembiayaan, kunjungan ke lokasi jaminan calon
nasabah untuk mengetahui kebenarannya dan menilai jaminan, penilaian atas legalitas usaha dan untuk
mengetahui gambaran umum mengenai kemampuan keuangan calon nasabah.
4) Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan dan wawancara maka
langkah selanjutnya adalah memberikan keputusan, menerima atau menolak pembiayaan tersebut. Bila
telah dianggap layak menerima pembiayaan, maka persetujuan pembiayaan diberikan oleh AO, yang
dituangkan dalam Nota Analisa Pembiayaan (NAP).
5) Selanjutnya NAP akan diajukan oleh AO kepada Pimpinan Cabang untuk meminta persetujuan
pembiayaan. Jika pimpinan Cabang menyetujui pembiayaan tersebut maka akan dinyatakan dalam Surat
Keputusan Pembiayaan (SKP) yang telah dibuat oleh Administrasi Pembiayaan.
6) Tahap selanjutnya adalah proses pencairan dana atas permohonan pembiayaan yang telah disetujui oleh
Pimpinan Cabang. NAP, SKP dan dokumen lainnya akan diserahkan kepada Administrasi Pembiayaan
untuk selanjutnya dibuat SP3/akad pembiayaan.
7) Tahap selanjutnya adalah pencairan pembiayaan. Dana yang diberikan sesuai dengan jumlah yang
disetujui dalam akad perjanjian pembiayaan murabahah yang akan langsung ditransfer ke dalam rekening
nasabah yang ada di BSM cabang manado.
8) AO melakukan monitoring yang meliputi pemantauan langsung ke tempat usaha, pemeriksaan laporan
keuangan maupun perkembangan nilai jaminannya.
9) AO mengontrol perkembangan usaha nasabah dan melakukan evaluasi atas perkembangan usaha yang
dibiayai berdasarkan data-data yang diperoleh dari riwayat pembayaran nasabah dan data-data yang ada
dalam file pembiayaan.

176
10) Tahap terakhir yaitu melakukan penutupan pembiayaan murabahah nasabah dengan melunasi seluruh
pembiayaan yang telah disepakati. Kemudian AO melakukan pemeriksaan melalui data yang ada pada
komputer untuk melihat kebenaranya. Jika nasabah telah melunasi seluruh pembiayaan, maka
Administrasi Pembiayaan akan membuat surat pelunasan yang harus disetujui oleh Pimpinan Cabang.
Bila Pimpinan Cabang telah menyetujui surat pelunasan tersebut, maka ia akan memberikan surat perintah
kepada Unit Kontrol intern untuk mengeluarkan jaminan nasabah.
11) AO menyerahkan dokumen jaminan dan Surat Pelunasan Pembiayaan kepada nasabah dan nasabah
menadatangani tanda terima dokumen. Kemudian tanda terima pelepasan jaminan diarsipkan oleh Asisten
Administrasi Pembiayan. Tanda terima jaminan ini berfungsi sebagai bukti bahwa dokumen jaminan
telah diambil oleh nasabah.
4.3 Pembahasan
Untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Manado dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102, maka dapat dilihat pada tabel-tabel analisis
perbandingan antara PSAK No. 102 dan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado tentang pengakuan dan
pengukuran serta penyajian dan pengungkapan sebagai berikut :
a) Perbadingan pengakuan dan pengukuran pada aktiva (asset) murabahah.
Tabel 4.1 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang
Pengakuan dan Pengukuran pada aktiva (asset) murabahah.
PT. Bank Syariah Mandiri PSAK No.102 Keterangan
Cabang Manado
Aktiva (aset) Setelah ada kesepakatan, bank Pada saat perolehan, aset murabahah (Sesuai)
Murabahah menghubungi pemasok barang yang diakui sebagai persediaan sebesar biaya
akan dibeli dan melakukan pembelian perolehan (paragraf 18)
barang sesuai dengan permintaan
nasabah. Barang yang diperoleh dari
pemasok diakui sebagai persediaan
sebesar harga perolehannya.
Sumber : Data diolah, 2013

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan
pengukuran pada aktiva (asset) murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 18 yang
menyatakan bahwa asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.

b) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada piutang murabahah.


Tabel 4.2 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang
Pengakuan dan Pengukuran pada piutang murabahah.
PT. Bank Syariah Mandiri PSAK No.102 Keterangan
Cabang Manado
Piutang Nasabah membayar harga pokok dan Pada saat akad murabahah, piutang (Sesuai)
Murabahah biaya-biaya lain atas jual beli ditambah murabahah diakui sebesar biaya perolehan
margin keuntungan kepada bank. Jadi, aset murabahah ditambah keuntungan yang
Piutang murabahah diakui sebesar biaya disepakati (paragraf 22)
perolehan ditambah dengan keuntungan
yang disepakati.
Sumber : Data diolah, 2013

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan
pengukuran pada piutang murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 22 yang menyatakan
bahwa piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang
disepakati.

c) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada pendapatan margin murabahah.

177
Tabel 4.3 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang
Pengakuan dan Pengukuran pada pendapatan margin murabahah.
PT. Bank Syariah Mandiri PSAK No.102 Keterangan
Cabang Manado
Pendapatan Besarnya margin yang ditetapkan untuk Dalam mengakui pendapatan margin atau (Sesuai)
Margin pembiayaan murabahah adalah 7% keuntungan terdapat beberapa metode
Murabahah sampai dengan 8%/ tahun. Dan salah satunya yaitu: keuntungan diakui
28%sampai dengan 32%/ tahun untuk proporsional dengan besaran kas yang
jumlah pembiayaan yang relative kecil. berhasil ditagih dari piutang murabahah
Pendapatan margin diakui sebesar kas (paragraf 23)
yang berhasil ditagih atau dibayar oleh
nasabah yaitu persentase keuntungan
dikalikan dengan jumlah piutang
nasabah.
Sumber : Data diolah, 2013

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan
pengukuran pada pendapatan margin murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 23 yang
menyatakan bahwa pendapatan margin murabahah diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil
ditagih dari piutang murabahah.

d) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada potongan murabahah.


Tabel 4.4 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang
Pengakuan dan Pengukuran pada potongan murabahah.
PT. Bank Syariah Mandiri PSAK No.102 Keterangan
Cabang Manado
Potongan Bila nasabah tidak mengalami kesulitan Potongan pelunasan piutang murabahah (Sesuai)
Murabahah dana dan mempercepat proses yang diberikan kepada pembeli yang
pembayaran angsuran tiap bulan, maka melunasi secara tepat waktu atau lebih
nasabah akan diberi discount/potongan cepat dari waktu yang disepakati diakui
oleh bank. Potongan tersebut sering sebagai pengurang keuntungan
disebut dengan discount margin dan murabahah (paragraf 26)
diakui sebagai pengurang pendapatan
margin murabahah.
Sumber : Data diolah, 2013

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan
pengukuran pada potongan murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 26 yang menyatakan
bahwa potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu
atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.

e) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada denda atas pembiayaan murabahah.

Tabel 4.5 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang
Pengakuan dan Pengukuran pada denda atas pembiayaan murabahah.
PT. Bank Syariah Mandiri PSAK No.102 Keterangan
Cabang Manado
Denda Apabila terjadi keterlambatan Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam (Sesuai)
pembayaran oleh nasabah kepada bank, melakukan kewajibannya sesuai dengan
maka nasabah akan dikenakan denda akad, dan denda yang diterima diakui
berupa biaya administrasi pada bank sebagai bagian danak kebajikan (paragraf
sebesar 0,00069 x nominal angsuran 29)
(perhari) untuk tiap-tiap hari
keterlambatan yang terhitung sejak saat
kewajiban pembayaran tersebut jatuh
tempo sampai dengan tanggal
dilaksanakannya pembayaran kembali.
Sumber : Data diolah, 2013

178
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan
pengukuran pada denda murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 29 yang menyatakan
bahwa denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang
diterima diakui sebagai bagian danak kebajikan.

f) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada uang muka atas pembiayaan murabahah.
Tabel 4.6 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang
Pengakuan dan Pengukuran pada Uang Muka atas pembiayaan murabahah.
PT. Bank Syariah Mandiri PSAK No.102 Keterangan
Cabang Manado
Uang Biasanya uang muka yang akan dibayar Uang muka diakui sebagai uang muka (Sesuai)
Muka nasabah yaitu sekitar 10% - 30% yang pembelian sebesar jumlah yang diterima,
menjadi bagian pembayaran piutang atas Jika barang jadi dibeli oleh pembeli,
murabahah yang dilakukan. maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian
pokok). (paragraf 30)
Sumber : Data diolah, 2013

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan
pengukuran pada uang muka murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 30 yang menyatakan
bahwa uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima, Jika barang jadi dibeli
oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang.

g) Perbandingan penyajian dan pengungkapan pada piutang murabahah.

Tabel 4.7 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang
Penyajian dan Pengungkapan pada piutang murabahah.
Sumber : Data diolah, 2013
PT. Bank Syariah Mandiri PSAK No. 102 Keterangan
Cabang Manado
Piutang Piutang murabahah pada PT. BSM Piutang murabahah disajikan sebesar ( Sesuai )
Murabahah Cabang Syariah disajikan dilaporan nilai bersih yang dapat direalisasikan,
neraca sebesar saldo piutang murabahah yaitu saldo piutang murabahah dikurangi
dikurangi dengan penyisihan piutang penyisihan kerugian piutang (paragraf 37)
murabahah.

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal penyajian dan
pengungkapan pada piutang murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 37 yang menyatakan
bahwa piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.

h) Perbandingan penyajian dan pengungkapan pada margin murabahah yang ditangguhkan.


Tabel 4.8 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang
Penyajian dan Pengungkapan pada margin murabahah yang ditangguhkan.
PT. Bank Syariah Mandiri PSAK No. 102 Keterangan
Cabang Manado
Margin Margin murabahah yang ditangguhkan Margin murabahah tangguhan disajikan ( Sesuai )
Murabahah pada PT. BSM Cabang Manado sebagai pengurang (contra account)
yang disajikan dilaporan neraca sebagai piutang Murabahah (paragraf 38)
ditangguhkan pengurang piutang murabahah. Cara
penyajiannya sama dengan penyajian
akumulasi depresiasi aset tetap. Margin
murabahah yang ditangguhkan akan
berkurang apabila telah jatuh tempo atau
dibayar.
Sumber : Data diolah, 2013

179
Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal penyajian dan
pengungkapan pada margin murabahah yang ditangguhkan telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 38
yang menyatakan bahwa margin murabahah ditangguhan disajikan sebagai pengurang piutang murabahah.

i) Perbandingan penyajian dan pengungkapan pada pendapatan margin murabahah.


Tabel 4.9 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang
Penyajian dan Pengungkapan pada pendapatan margin murabahah.

PT. Bank Syariah Mandiri PSAK No. 102 Keterangan


Cabang Manado
Pendapatan Pendapatan margin murabahah Pengungkapan yang dilakukan sesuai ( Sesuai )
Margin disajikan di laporan laba rugi pada dengan PSAK 101 paragraf 11 tentang
Murabahah bagian pendapatan. penyajian laporan keuangan syariah yang
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas,
laporan penggunaan dana zakat, laporan
sumber dan penggunaan dana kebajikan,
catatan atas laporan keuangan.

Sumber : Data diolah, 2013

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal penyajian dan
pengungkapan pada pendapatan margin murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 yaitu pendapatan
margin murabahah disajikan dilaporan laba rugi pada bagian pendapatan yang diakui dengan besaran kas yang
berhasil ditagih dari piutang murabahah.

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Dalam hal pengakuan dan pengukuran pembiayaan murabahah yang diterapkan pada PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Manado telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102.
b. Dalam hal panyajian dan pengungkapan pembiayaan murabahah yang diterapkan pada PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Manado telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas menyatakan bahwa penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan
murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 102 . Penulis berharap sistem dalam pembiayaan murabahah tersebut dapat dipertahankan. Saran
dari penulis agar untuk penelitian selanjutnya pihak bank bisa lebih terbuka mengenai data laporan keuangan
yang ada pada bank tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Budianas, Nanang, 2013. Pengertian Pembiayaan dan Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah.
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-pembiayaan-dan-jenis-jenis.html. Diakses
February, 08, 2013.
Ghaffar, Asmahani Mukhtar, 2009. Penerapan PSAK No. 102 tentang Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Harahap, Sofyan S., 2012. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Cetakan keduabelas. Rajawali Pers. Jakarta.
Kazuraoby, 2011. Bank Syariah. http://kazuraoby.wordpress.com/2011/04/13/70/. Diakses April, 4, 2011.
Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta.
Masita ., Jamaluddin., &Musviyanti, 2013. Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Nomor 102 (STudi Kasus pada Pegadaian Syariah Cabang Gunung Sari Balikpapan. Skripsi.
Universitas Mulawarman. Balikpapan.

180
Riva, H. Veithzal & Veithzal, Andria P. 2008. Islamic Financial Management. Cetakan 1. Raja Grafindo
Persada.
Supriyanto, 2009. Metodologi Riset Bisnis.
Suwardjono, 2013. Edisi ketiga. Cetakan keenam.Akuntansi Pengantar 1 proses penciptaan data pendekatan
system. BPFE-Yogyakarta.
Syariah Mandiri. Murabahah. http://www.syariahmandiri.co.id/category/business-banking/corporate-
banking/pembiayaan-corporate-banking/kredit-investasi/murabahah-corporate/.
Syahatah, Husein, 2001. Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam.
Warsono, Sony &Jufri, 2011. Akuntansi Transaksi Syariah-Akad Jual Beli di Lembaga Bukan Bank. Penerbit
Buku Akuntansi Asgard Chapter.
Widi, Restu Kartiko, 2010. Asas Metodologi Penelitian. Edisi pertama. Cetakan pertama.

181
Identifikasi Non Value Added Activity Melalui Activity-Based Management Untuk Meningkatkan Efisiensi
Hotel Travello Manado

Irna Prisye Daleno


David Paul Elia Saerang
Inggriani Elim

Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi
Email : irnaprisye@gmail.com

ABSTRAK

Menghadapai era globalisasi yang penuh dengan persaingan ketat, perusahaan harus dapat
meningkatkan kinerja dan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang ada untuk dapat terus bersaing.
Persaingan ini tidak hanya terjadi di lingkungan industri manufaktur saja tetapi juga industri jasa. Seiring
dengan meningkatnya persaingan di bidang industri jasa khususnya perhotelan, maka Hotel Travello Manado
harus menciptakan suatu keunggulan kompetitif dibanding pesaingnya. Oleh karena itu untuk menciptakan
keunggulan tersebut, Hotel Travello Manado harus dapat menciptakan efisiensi dengan cara mengelola aktivitas
yang dilakukan tanpa mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Metode yang
digunakan untuk mengelola aktivitas sehingga tercipta efisiensi ini disebut Activity-Based
Management.Penelitian dilakukan pada divisi room Hotel Travello Manado. Penelitian yang dilakukan bersifat
deskriptif yaitu dengan cara menganalisa semua aktivitas yang ada di divisi room Hotel Travello Manado lalu
mengklasifikasikan aktivitas tersebut menjadi aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Aktivitas
tidak bernilai tambah ini akan dieliminasi ataupun digabungkan dengan aktivitas lain yang sejenis sehingga
biaya tidak bernilai tambah yang muncul dari aktivitas ini dapat direduksi jumlahnya. Data yang digunakan
pada penelitian ini yaitu data kuantitatif berupa laporan biaya divisi room Hotel Travello Manado tahun 2012
dan data kualitatif seperti sarana dari hotel tersebut.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dengan menerapkan
metode Activity-Based Management, Hotel Travello Manado melakukan pengurangan biaya tidak bernilai
tambah sehingga hal ini dapat menciptakan efisiensi tanpa harus mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan
pihak Hotel Travello Manado kepada para pelanggan, dan dengan menggunakan Activity-Based Management
maka total biaya di divisi room dapat berkurang sebanyak Rp. 176.226.624,08 dari Rp. 3.576.508.933,00
menjadi Rp. 3.400.282.308,92

Kata kunci : Manajemen Berdasarkan Aktivitas, Aktivitas Tidak Bernilai Tambah


ABSTRACT

Faced with the globalization era filled with fierce competition, companies must be able to improve the
performance and adaptability to the existing environment to be able to continue to compete. The rivalry does
not happen in manufacture industry environmentbut also in service industry, with increasing the competition in
service industry especially in hotel, so Travello Hotel should create a competitive excellence. Therefore to
create that excellence, Travello Hotel should has efficiency with the way to manage the activity without
cutdown the quality of service that give to customer. This method use to manage the activity, so that create this
efficiency is calledActivity-Based Management.The research has done in room division of Manado Travello
Hotel. The research is descriptive which analyze to all activity in room division of Travello Hotel and classify
that activity to be value added activity and non value added activity. The value added activity will be eliminated
or combined with the other activity that is similar, so that the value added non cost appear from this activity
could reduced the amount. The data that used in this research is quantitative as cost report in room division in
182
Travello Hotel tahun 2012 and the qualitative data is like tool from the Hotel.The conclusion this research is to
apply the method of activity-basedManagement, Travello Hotel reduces the non value added cost so it can
create afficiency without cutdown the quality of service the given from Travello Hotel to customer, with using
the activity-based management,the totally of expense in room division are decreases as much as Rp.
176.226.624,08 from Rp. 3.576.508.933,00 to be Rp. 3.400.282.308,92.

Keywords : Activity-Based Management, Non Value Added Activity


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menghadapai era globalisasi yang penuh dengan persaingan ketat, perusahaan harus dapat
meningkatkan kinerja dan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang ada untuk dapat terus bersaing.
Dengan adanya kemajuan yang sangat pesat pada dunia usaha tersebut akan mendorong perekonomian, baik di
tingkat nasional maupun internasional untuk menuju era perdagangan bebas, yang tentu saja hal tersebut akan
berdampak pada peningkatan persaingan bisnis yang semakin ketat. Peningkatan persaingan ini tidak hanya
terjadi di bidang industri barang/produk saja melainkan juga telah merambah pada industri jasa, khusunya pada
usaha perhotelan.
Hotel merupakan suatu bentuk badan usaha yang bergerak di bidang jasa penginapan yang dikelola
secara komersial dan memerlukan pengelolaan secara profesional terhadap sumber dana dan sumber daya
manusia dalam menghasilkan jasa dengan biaya yang efisien. Keberhasilan dari industri jasa ini dapat dinilai
dari kepuasan pelanggan yang menggunakan jasa tersebut efisiensi biaya.
Biaya merupakan akibat dari adanya aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Efisiensi biaya tercapai jika biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas menghasilkan produk atau jasa merupakan
biaya yang benar-benar dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut sehingga yang perlu
ditangani dan dikelola oleh manajemen bukanlah biaya yang terjadi, melainkan aktivitas-aktivitas yang terjadi
dalam kegiatan operasional hotel agar tidak terjadi pemborosan biaya. Perusahaan jasa perhotelan memerlukan
informasi akuntansi manajemen yang akurat, relevan, dan tepat waktu. Penerapan activity-based management
mampu membantu perusahaan perhotelan memperoleh informasi yang relevan dan sistem manajemen biaya
yang baru ini juga mampu berperan dalam meningkatkan keakuratan pengendalian biaya.
Peneliti ingin mengetahui bagaimana salah satu hotel berbintang seperti Hotel Travello Manado dapat
mengidentifikasikan aktivas-aktivitas melalui Activity-based management untuk melakukan pengurangan biaya
aktivitas serta meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.

Tujuan Penelitian
Membantu pihak manajemen hotel untuk dapat melakukan pengefisiensian biaya yang muncul melalui
pengidentifikasian aktivitas tidak bernilai tambah tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi
Menurut Horngren dan Harrison (2007:4) , Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur
aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pengambil
keputusan. Rudianto (2009:14) mengatakan bahwa akuntansi adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis,
menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas dan melaporkan aktivitas atau
transaksi perusahaan dalam bentuk informasi keuangan.

Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity-Based Management)

183
Hansen dan Mowen (2009:224) mendefinisikan Activity-Based Management adalah sebagai pendekatan
untuk keseluruhan sistem yang terintegrasi dan berfokus pada perhatian manajemen atas berbagai aktivitas
dengan tujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dicapai dengan mewujudkan nilai ini tersebut.
Hilton et al (2006:180) mendefinisikan manajemen berdasarkan aktivitas digunakan oleh manajemen
untuk mengevaluasi biaya dan nilai-nilai dari kegiatan proses untuk mengidentifikasi peluang untuk
peningkatan efisiensi.

Keunggulan dan Manfaat Activity-Based Management (ABM)


Blocher et al (2011:132) menjelaskan 2 keunggulan ABM yaitu, (1) Activity-Based Management
mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis kunci dan mengidentifikasi bagaimana proses dan aktivitas
tersebut bisa diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai bagi pelanggan. (2) Activity-Based
Management memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya untuk menambah nilai
aktivitas kunci, pelanggan, dan metode untuk mempertahankan keunggulan bersaing perusahaan.
Supriyono (2008:343) menjelaskan ABM dapat menyediakan alat bagi manajemen untuk meningkatkan
profitabilitas dan kinerja pada berbagai level organisasi.
Tunggal (2010:73), menjelaskan beberapa manfaat dari Activity-Based Management adalah: (1)
Menyediakan suatu cara untuk proses berkesinambungan. (2) Memfokuskan pada biaya-biaya penting. (3)
Menciptakan suatu hubungan antara biaya-biaya bisnis dan menciptakan nilai. (4) Menyediakan ukuran-ukuran
non keuangan. (5) Menyertakan semua fungsi bisnis dalam suatu organisasi. (6) Mengakui peran perubahan
perilaku dalam sistem pelaporan.

Aktivitas Bernilai Tambah (Value Added Activity)


Hansen dan Mowen (2009:383) mengemukakan aktivitas bernilai tambah adalah yang diperlukan untuk
tetap dalam bisnis.
Miller (2008:7) menjelaskan aktivitas bernilai tambah adalah kegiatan yang dinilai berkontribusi
terhadap nilai pelanggan atau memuaskan kebutuhan organisasi.

Aktivitas Tak Bernilai Tambah (Non Value Added Activity)


Hansen & Mowen (2009:384) mengemukakan aktivitas tak bernilai tambah adalah semua kegiatan lain
diluar kegiatan-kegiatan bisnis yang tidak penting dan karena itu tidak diperlukan.
Miller (2008:7) menjelaskan aktivitas tak bernilai tambah merupakan kegiatan yang dianggap tidak
memberikan kontribusi terhadap nilai pelanggan atau kebutuhan organisasi itu.

Efisiensi
Mulyadi (2005 : 378) mengemukakan bahwa efisiensi merupakan rasio antara keluaran dan masukan
suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi masukan.

Penelitian Terdahulu
Penelitian ini juga mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fariyani (2012) dengan
judul penelitian Efisiensi Biaya Produksi dengan Metode Activity-Based Management (Studi Kasus
Perusahaan Khalis Shoes). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Activity Based Management
(ABM) pada industri perdagangan, yaitu industri sepatu, untuk mengetahui Activity Based Management (ABM)
yang diterapkan mampu mendorong efisiensi biaya produksi atau tidak. Data yang digunakan berasal dari hasil
studi pustaka, observasi dan wawancara pada objek penelitian.

METODE PENELITIAN

184
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Travello Hotel Manado khususnya divisi room. Penelitian ini bersifat
deskriptif yaitu dengan cara mengidentifikasi semua aktivitas yang ada di divisi room hotel Travello lalu
mengklasifikasikan aktivitas tersebut menjadi aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Aktivitas
tidak bernilai tambah ini akan dieliminasi ataupun digabungkan dengan aktivitas yang lain yang sejenis
sehingga biaya tidak bernilai tambah yang muncul dari aktivitas ini dapat direduksi jumlahnya.

Prosedur Penelitian
Menentukan rumusan masalah, merumuskan masalah penelitian, mencari informasi yang mendukung
penelitian, menentukan metode penelitian, memberikan saran, membuat kesimpulan.

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1)Data kualitatif yaitu data yang disajikan
secara deskriptif atau berbentuk uraian seperti sarana dan prasarana Hotel Travello Manado. (2)Data kuantitatif
yaitu data yang disajikan dalam bentuk skala numeric atau angka. Data kuantitaf dalam penelitian ini yaitu data
berupa laporan biaya divisi Room Hotel Travello Manado.dan bersumber dari laporan biaya tahun 2010

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah: (1) Survey
pendahuluan. Pada langkah ini akan dilakukan kunjungan awal ke perusahaan yaitu Hotel Travello Manado.
Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di Hotel Travello Manado dan untuk
memperoleh gambaran umum organisasi. Pemahaman dasar ini sangat penting guna mengembangkan analisa
lebih lanjut, baik dalam studi kepustakaan maupun survey lapangan. (2) Wawancara yaitu teknik penelitian
yang dilakukan dengan mengadakan wawancara atau tanya-jawab dengan pihak perusahaan yang ditunjuk atau
pejabat berwenang yang ada hubungannya dengan data-data proses produksi dan biaya produksi yang dibahas
dalam penelitian ini.

Metode Analisis Data


Metode analisis data yang dipakai pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif dimana
data perusahaan yang telah terkumpul ini nantinya akan disusun, diolah, kemudian dianalisis dan dibandingkan
dengan teori-teori yang telah ada selama ini. Dari hasil perbandingan itu, kemudian akan ditarik suatu
kesimpulan. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data-data yang diperoleh adalah
sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi seluruh aktivitas yang dilakukan pada divisi room Hotel Travello
Manado. (2) Menentukan cost driver dan besarnya biaya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas tersebut. (3)
Melakukan analisis aktivitas untuk menentukan apakah aktivitas yang terjadi tergolong aktivitas bernilai
tambah (value added activity) atau aktivitas tak bernilai tambah (non value added activity) dengan
menggunakan indikator tiga kondisi yang harus dipenuhi secara simultan oleh aktivitas bernilai tambah. (4)
Menentukan biaya dari aktivitas tak bernilai tambah yang telah diidentifikasi. (5) Menentukan alternatif-
alternatif apa saja yang dapat dilakukan untuk mereduksi atau bahkan memungkinkan untuk mengeliminasi
aktivitas tak bernilai tambah tersebut dan untuk meningkatkan efisiensi dari aktivitas bernilai tambah yang
terjadi sehingga efisiensi biaya yang diharapkan dapat tercapai. (6) Menarik kesimpulan dari analisis yang telah
dilakukan dan memberikan saran yang nantinya mampu memberikan manfaat kepada perusahaan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

185
Data biaya divisi room selama tahun 2012 ini diperoleh dari bagian accounting hotel dimana biaya ini
disusun untuk tujuan pembuatan laporan keuangan yang ditujukan bagi pihak manajemen hotel.

Tabel 4.1
Biaya-biaya Divisi Room Hotel Trvello Manado Tahun 2012
Jumlah Biaya
Jenis Biaya
(Rp)
Salaries 1.460.870.777,00
Cleaning Supplies 163.325.720,00
Guest Supplies 147.895.785,00
Laundry & Dry Cleaning 112.198.000,00
House Telephone & Faximile 65.951.923,00
Printing & Stationary 80.750.000,00
Papper Supplies 6.950.860,00
Guest & Local Transportation 29.623.560,00
F&B Guest Supplies 1.170.775.908,00
Maintenance 338.166.400,00
Total Biaya 3.576.508.933,00

Analisis Cost Driver


Untuk menelusuri biaya ke masing-masing unit aktivitas, diperlukan suatu penentuan cost driver.
Dengan adanya suatu cost driver yang tepat maka biaya tersebut dapat dialokasikan secara tepat ke masing-
masing unit aktivitas. Karena itu sebelum membebankan biaya-biaya divisi room ke unit aktivitas yang ada,
perlu ditentukan terlebih dahulu cost driver tersebut. Setelah mengetahui ratio konsumsi pemicu biaya pada
masing-masing unit aktivitas 2012 maka dilakukan pengalokasian biaya pada masing-masing unit aktivitas.
Perincian alokasi biaya ke masing-masing unit aktivitas ditunjukkan pada table berikut.
Tabel 4.2
Rincian Alokasi Biaya Divisi Room Tahun 2012
Jenis Biaya Administrasi Concierge Housekeeping & Total
Laundry
Salaries 536.646.408,00 357.764.272,00 566.460.097,00 1.460.870.777,00
Cleaning Supplies 163.325.720,00 163.325.720,00
Guest Supplies 147.895.785,00 147.895.785,00
Laundry & Dry Cleaning 112.198.000,00 112.198.000,00
House Telephone & Faximile 32.975.962,00 19.785.577,00 13.190.384,00 65.951.923,00
Printing & Stationary 50.468.750,00 12.112.500,00 18.168.750,00 80.750.000,00
Paper Supplies 4.678.463,00 1.002.528,00 1.269.869,00 6.950.860,00
Guest & LocalTransportation 29.623.560,00 29.623.560,00
F & B Guest Supplies 1.170.775.908,00 1.170.775.908,00
Maintenance 37.574.044,00 75.148.089,00 225.444.267,00 338.166.400,00
Total Biaya 662.343.627,00 495.436.526,00 2.418.728.780,00 3.576.508.933,00

Pengalokasian Biaya ke Aktivitas


Setelah menentukan cost driver untuk masing-masing biaya dan alokasi biaya untuk tiap unit aktivitas
yang ada maka pengalokasian besarnya biaya untuk masing-masing aktivitas dapat dilakukan. Pembebanan
biaya ke tiap-tiap aktivitas ini ditentukan berdasarkan persentase dimana persentase tersebut diperoleh dengan
cara membagi jumlah cost driver masing-masing aktivitas dengan jumlah cost driver tiap unit aktivitasnya
186
Tabel 4.3
Biaya Aktivitas Divisi Room Hotel Travello Manado Tahun 2012
Jenis Aktivitas Biaya Aktivitas
Unit Aktivitas Administrasi
Supervise Front Office 27.643.321,33
Administrasi check-in,check-out,dan payment 342.608.464,33
Deposit Reservation 32.546.985,82
Room Numbering Block 33.726.507,09
Reservation Call Book & Blockin 27.643.321,33
Reservation Confirmation 27.643.321,33
Arrangement Room Ocupied 33.726.507,09
Unit Aktivitas Concierge
Membukakan pintu mobil tamu 55.291.985,82
Membawakan tas tamu dan mengantar tamu ke kamar 110.583.971,65
Melayani tamu dari dan ke bandara atau stasiun 50.236.355,53
Menangani masalah tamu yang pernah menginap 32.726.507,09
Unit Aktivitas Housekeeping & Laundry
Supervisi housekeeping 27.628.169,64
Mempersiapkan kamar dan membersihkan kamar 159.612.244,53
Membersihkan area yang terletak di sekitar kamar 110.761.580,99
Melayani pencucian pakaian tamu 82.934.284,41
Menangani pencucian linen 82.934.289,41
Inspeksi kamar 33.934.289,41
TOTAL 1.272.182.106,80

Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah


Informasi yang diperoleh dari indikator analisis aktivitas tersebut dapat digunakan untuk menentukan
aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Value added activity (VA) nantinya akan dipertahankan
oleh perusahaan sedangkan non value added activity (NVA) nantinya dapat digabung dengan aktivitas lain,
direduksi volume aktivitasnya, ataupun dapat dieliminasi.
Aktivitas yang tergolong value added activity (VA) yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Supervisi Front Office
2. Administrasi check-in, check-out, dan payment
3. Deposit Reservation
4. Reservation Call Book & Blocking
5. Membukakan pintu mobil
6. Membawakan tas tamu dan mengantar tamu ke kamar
7. Melayani tamu dari dan ke bandara atau stasiun
8. Supervisi Housekeeping
9. Mempersiapkan kamar dan membersihkan kamar
10. Membersihkan area yang terletak di sekitar kamar
11. Melayani pencucian pakaian tamu
12. Melayani pencucian pakaian linen
13. Menangani pencucian linen
Sementara itu aktivitas lainnya yang tergolong non value added activity (NVA) adalah:
1. Room Number Block

187
2. Reservation Confirmation
3. Arrangement Room Ocupied

Pada tabel berikut ini akan ditampilkan jumlah biaya yang telah diklasifikasikan menjadi dua menurut
analisis aktivitas yaitu value added activity (VA) dan non value added activity (NVA). Untuk selanjutnya, dari
pengelompokan biaya ini nantinya akan dilakukan penggabungan, pengeliminasian, atau pereduksian beberapa
aktivitas sehingga biaya tidak bernilai tambah yang muncul di divisi room Hotel Travello Manado ini dapat
dikurangi.

Tabel 4.4
Biaya Value Added Activities dan Non Value Added Activities

Jenis Aktivitas VA NVA Total


Unit Aktivitas Administrasi
Supervise Front Office 104.200.514,84 104.200.514,84
Administrasi check-in,check-out,dan payment 302.596.795,24 302.596.795,24
Deposit Reservation 40.598.656,85 40.598.656,85
Room Numbering Block 33.411.061,82 33.411.061,82
Reservation Call Book & Blocking 38.721.035,98 38.721.035,98
Reservation Confirmation 53.286.291,42 53.286.291,42
Arrangement Room Ocupied 89.529.270,84 89.529.270,84
Unit Aktivitas Concierge
Membukakan pintu mobil tamu 89.441.068,00 89.441.068,00
Membawakan tas dan mengantar tamu ke kamar 89.441.068,00 89.441.068,00
Melayani tamu dari dan ke bandara atau stasiun 218.985.473,37 218.985.473,37
Menangani masalah tamu yang pernah menginap 97.568.916,63 97.568.916,63
Unit Aktivitas Housekeeping & Laundry
Supervisi housekeeping 139.385.710,00 139.385.710,00
Mempersiapkan kamar dan membersihkan kamar 1.611.764.529,00 1.611.764.529,00
Membersihkan area yang terletak di sekitar kamar 216.925.832,7 216.925.832,7
Melayani pencucian pakaian tamu 235.120.777,1 235.120.777,1
Menangani pencucian linen 215.531.930,8 215.531.930,8
TOTAL 3.400.282308,92 176.226.624,08 3.576.508.933,00

Dari hasil analisa sebelumnya nampak bahwa ada beberapa aktivitas yang dapat digabungkan dengan
aktivitas lain yang sejenis, direduksi volume aktivitasnya, atau bahkan ada yang perlu untuk dieliminasi.
Aktivitas tersebut antara lain:
1. Melalui eliminasi aktivitas Room Numbering Block sebesar 100%, maka biaya aktivitas ini dapat
berkurang sebesar Rp. 33.411.061,82
2. Aktivitas reservation confirmation juga dieliminasi sebesar 100 % dan hal ini berarti biaya yang
diserap oleh aktivitas ini juga dapat dikurangi sebesar Rp. 53.286.291,42
3. Aktivitas arrangement room occupied akan dieliminasi sebesar 100 % akibatnya akan terjadi
pengurangan biaya untuk aktivitas ini sebesar Rp. 89.529.270,84

Pembahasan
Pengurangan biaya ini perlu dilakukan Hotel Travello Manado seiring dengan munculnya beberapa
aktivitas tidak bernilai tambah di hotel tersebut karena aktivitas tersebut nantinya hanya berdampak pada
188
munculnya biaya yang tidak bernilai tambah yang tentu saja merugikan bagi pihak Hotel Travello Manado.
Dari hasil analisa sebelumnya nampak bahwa ada beberapa aktivitas yang dapat digabungkan dengan aktivitas
lain yang sejenis, direduksi volume aktivitasnya, atau bahkan ada yang perlu untuk dieliminasi . Aktivitas
tersebut antara lain:
1. Room Numbering Block
Aktivitas ini adalah aktivitas member tanda untuk nomor kamar yang ditempati oleh tamu dan aktivitas ini
hampir sama dengan aktivitas reservation call book & blocking sehingga aktivitas ini tidak bernilai tambah,
oleh karena itu aktivitas ini dapat dieliminasi karena merupakan bentuk pengulangan dari aktivitas
reservation call book & blocking sehingga biayanya dapat dieliminasi 100 %. Aktivitas ini termasuk dalam
aktivitas membuat skedul.
2. Reservation Confirmation
Aktivitas ini adalah aktivitas untuk melakukan konfirmasi ulang kepada tamu yang akan menginap di hotel.
Aktivitas ini juga dapat dieliminasi karena sama dengan aktivitas reservation call book & blocking
sehingga aktivitas reservation confirmation ini hanya menghasilkan biaya tidak bernilai tambah. Dengan
adanya pengeliminasian aktivitas ini maka biaya yang muncul juga dieliminasi sebanyak 100%. Aktivitas
ini termasuk dalam aktivitas membuat skedul.
3. Arrangement Room Ocupied
Merupakan aktivitas untuk mengatur kamar setelah tamu tiba di hotel. Aktivitas ini dieliminasi karena jika
pihak hotel telah memastikan dengan jelas kepada pihak pemesan kamar mengenai jumlah kamar yang
akan dihuni oleh tamu pada saat tamu tersebut melakukan reservasi maka pihak hotel dapat memperoleh
informasi mengenai jumlah kamar yang akan disediakan untuk tamu yang memesan kamar sehingga
aktivitas ini tidak dapat diperlukan lagi dan aktivitas ini dapat dieliminasi sebesar 100%. Aktivitas ini
termasuk dalam aktivitas membuat skedul.

Pengurangan biaya untuk beberapa aktivitas tidak bernilai tambah tersebut dapat ditunjukkan pada tabel
4.5 berikut.

Tabel 4.5
Biaya Aktivitas Tidak Bernilai Tambah Divisi Room Hotel Travello Manado Tahun 2012 Setelah
Cost Reduction
Aktivitas Tidak Bernilai Biaya Aktivitas % Cost Besar Cost Reduction
Tambah Reduction
(NVA)
Room Number Block 33.411.061,82 100 % 33.411.061,82
Reservation Confirmation 53.286.291,42 100 % 53.286.291,42
Arrangement Room Ocupied 89.529.270,84 100 % 89.529.270,84

Total 176.226.624,08 176.226.624,08

Dari pengeliminasian aktivitas tidak bernilai tambah tersebut, maka biaya aktivitas yang timbul di
divisi room Hotel Travello Manado ini tentu saja akan berkurang. Total pengurangan biaya ini dapat dilihat
pada tabel 4.21 berikut

Tabel 4.6
Biaya Aktivitas Divisi Room Hotel Travello Manado Tahun 2012
Setelah Cost Reduction
Jenis Aktivitas Biaya Aktivitas
Unit Aktivitas Administrasi
189
Supervisi Front Office 104.200.514,84
Administrasi check-in,check-out,dan payment 302.596.795,24
Deposit Reservation 40.598.656,85
Reservation Call Book & Blocking 38.721.035,98
Unit Aktivitas Concierge
Membukakan pintu mobil tamu 89.441.068,00
Membawakan tas tamu dan mengantar tamu ke kamar 89.441.068,00
Melayani tamu dari dan ke bandara atau stasiun 218.985.473,37
Menangani masalah tamu yang pernah menginap 97.568.916,63
Unit Aktivitas Housekeeping & Laundry
Supervisi housekeeping 139.385.710,00
Mempersiapkan kamar dan membersihkan kamar 1.611.764.529,00
Membersihkan area yang terletak di sekitar kamar 216.925.832,7
Melayani pencucian pakaian tamu 235.120.777,1
Menangani pencucian linen 215.531.930,8
Total 3.400.282308,92

Dengan menggunakan Activity-Based Management maka total biaya di divisi room Hotel Travello
Manado dapat berkurang sebanyak Rp. 176.226.624,08 yaitu dari Rp. 3.576.508.933 menjadi Rp
3.400.282308,92 dan memberikan informasi kepada pihak hotel agar dapat meningkatkan efisiensi biaya
ditahun-tahun berikutnya.

PENUTUP

Kesimpulan
Dalam aktivitasnya Hotel Travello Manado belum menerapkan Activity Based Management sebagai
dasar aktivitasnya sehingga masih ada aktivitas yang tidak bernilai tambah yang tidak dihilangkan oleh
perusahaan sehingga masih ada penggunaan sumber daya yang tidak memberi value added bagi perusahaan.
Pada divisi room terdapat beberapa aktivitas tidak bernilai tambah yang menyebabkan timbulnya biaya tidak
bernilai tambah yaitu sebesar Rp. 176.226.624,08 setelah dilakukan manajemen aktivitas maka biaya tidak
bernilai tambah tersebut akhirnya dapat direduksi dan menjadi perencanaan untuk pencapaian efisiensi biaya
ditahun berikutnya. maka dapat disimpulkan bahwa penerapan activity-based management (ABM) sangat layak
untuk diterapkan karena dengan penerapan metode tersebut terjadi efisiensi biaya pada Hotel Travello Manado
sehingga hal ini akan memberi keuntungan bagi pihak hotel tanpa mengurangi jasa yang diterima oleh
pelanggan.

Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak Hotel Travello
Manado, yaitu:
1. Hotel Travello Manado perlu meninjau kembali aktivitas-aktivitas yang ada. Hal ini dapat dilakukan
salah satunya dengan cara menerapkan Activity Based Management dalam perusahaan sehingga tidak
ada aktivitas yang tidak bernilai tambah dalam operasi produksi perusahaan karena aktivitas tidak
bernilai tambah ini akan menimbulkan biaya tidak bernilai tambah.
2. Beberapa tindakan alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen Hotel Travello Manado sebagai
upaya untuk menggabungkan aktivitas sejenis, mereduksi atau bahkan mengeliminasi aktivitas tidak
bernilai tambah di divisi room agar tercipta efisiensi biaya, yaitu:
a. Mengeliminasi aktivitas room number block dan reservation confirmation karena merupakan
pengulangan aktivitas reservation call book & blocking.
190
b. Mengeliminasi aktivitas arrangement room ocupied karena jika pihak hotel telah memastikan dengan
jelas kepada pihak pemesan kamar mengenai jumlah kamar yang akan dihuni oleh tamu pada saat tamu
tersebut melakukan reservasi maka pihak hotel dapat memperoleh informasi mengenai jumlah kamar
yang akan disediakan untuk tamu yang memesan kamar sehingga aktivitas ini tidak diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Blocher., Stout., Cokins. 2011. Manajemen Biaya. Edisi 5.Terjemahan. Salemba Empat. Jakarta.

Brimson, James A., Antos, John 2008. An Activity-Based Costing Approach. John Wiley &Sons, Inc. New
York..

Hansen, Don R.,Mowen, Maryane M. 2009. Management Accounting.Edisi 8.Terjemahan. Salemba Empat.
Jakarta.

Hilton, Ronald W., Maher., Selto, F.H. 2006 Cost Managerial: A Strategic for Busines Decision. Third Edition.
McGraw-Hill, Inc. New York.

Horngren, Charles T., Datar, Srikant,M., Foster, George. 2008. Cost Accounting, A Managerial Emphasis.
Twelfth Edition.International Edition.Prentice Hall Inc.New Jersey

Miller, Michael. 2008. Implementing Activity-Based Management in Daily Operations. John Wiley dan Sons
Inc. New York.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta.

Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Erlangga. Jakarta.

Supriyono. 2008. Manajemen Biaya: Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Cetakan Keempat. Rajagravindo
Persada.Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Memahami Konsep Activity Based Management dan Activity-Based Costing.
Harvarindo. Jakarta.

191
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN PADA PERUM BULOG
DIVRE SULUT

Julian Biga
Ventje Ilat
Inggriani Elim

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email :yulian_biga@ymail.com

ABSTRAK
Persediaan merupakan aktiva lancar perusahaan yang jumlahnya cukup material dan merupakan
salah satu faktor penting dalam penunjang aktivitas perusahaan. Karena itu harus dilakukan
pengendalian internal yang baik untuk mengamankan persediaan dari tindakan pencurian,
penyelewengan, dan kerusakan. Adapun dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengendalian internal yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sulut guna mendapatkan gambaran
yang jelas mengenai pengendalian internal persediaan beras yang diterapkan apakah sudah
efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang
digunakan untuk menggambarkan pengendalian internal persediaan pada Perum Bulog Divre Sulut.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengendalian internal persediaan beras pada Perum Bulog
Divre Sulut sudah cukup efektif, dimana adanya pemisahan diantara fungsi-fungsi terkait dengan
penerimaan dan pengeluaran beras. Pemantauan terhadap persediaan beras juga dilakukan
tiap hari. Namun Perum Bulog Divre Sulut perlu memperbaiki kelemahan dalamperlindungan
fisiknya yaitu dengan memasang kamera CCTV di dalam gudang untuk lebih menciptakan
pengawasan internal persediaan yang efektif.

Kata kunci : Pengendalian internal, Persediaan.

ABSTRACT
Supply constitutes a firm Current Assets, that its amount is material and constituting one of essential
factor in corporate activity supporter. That is why it has to be done by a good internal control
tosecure supplies of acts of fraud,deviation and demage. At one point, the purpose of this research is
to know what is the internal control that did by Perum Bulog Divre Sulut in order to get a clear
picture about the internal control of rice supply that is applied was effective or not. The method that
is utilized in this research is qualitative descriptive method, this method will figure the internal
control of supply in Perum Bulog Divre Divre Sulut. From the results of this research is concluded
that the rice supply internal control by Perum Bulog Divre Sulut was effective, where there is a
separation between functions that is concerning the rice input and output. The monitoring of rice
supply is also been done everyday. But, the Perum Bulog Divre Sulut still need to fix their weaknesses
in its physical protection with assembling CCTV camera at the storehouse to create an effective
internal supply observation.

Keywords : Internal control, supply

192
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatannya berusaha untuk mengelolah semua sumber daya
yang dimilikinya untuk mencapai tingkat efisien dan efektifitas yang optimal agar memperoleh laba.
Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat mampu bertahan dan bersaing dengan perusahan lain.
Salah satu aset penting perusahaan dalam hubunganya untuk memperoleh pendapatan adalah
persediaan. Persediaan tersebut merupakan aktiva lancar dimana informasinya sangat diperlukan
oleh manajemen. Pengambilan keputusan yang baik terhadap persediaan akan mempertahankan
kelangsungan usaha perusahaan.
Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan maupun pencurian. Oleh karena itu diperlukan suatu
pengendalian internal yang bertujuan untuk melindungi persediaan dan agar informasi mengenai
persediaan lebih dapat dipercaya.Pengendalian internal persediaan dapat dilakukan dengan
melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan, pencurian, maupun
tindakan penyimpangan lainnya.
Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (BULOG) merupakan perusahaan milik
negara yang bergerak dalam bidang logistic pangan. Bulog dalam melaksanakan fungsi dan tugas
utamanya sebagai pengadaan, pengelolaan persediaan, dan distribusi beras, serta pengendalian harga
beras maka Bulog harus dapat menyediakan kebutuhan akan beras kepada masyarakat. Tingginya
frekuensi keluar masuk persediaan beras di bulog dikhawatirkan akan terjadi kehilangan atau
pencurian stock beras, sehinggadiperlukan pengendalian internal persediaan yang baik agar tidak
terjadi penyelewengan dalam menjalankan tugas.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah yaitu
apakah penerapan pengendalian internal atas persediaan pada Perum Bulog Divre Sulut sudah
berjalan dengan efektif?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang
jelas mengenai aplikasi dari pengendalian internal atas persediaan beras yang diterapkan oleh Perum
Bulog Divre Sulut apakah sudah cukup efektif.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi penulis, dengan adanya penelitan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan
wawasan penulis mengenai pengendalian internal atas persediaan,
2. Bagi pihak perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
atau masukan yang berkaitan dengan pengendalian internal atas persediaan.
3. Bagi pihak-pihak lain, khususnya bagi almamater UNSRAT Fakultas Ekonomi & Bisnis,
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitiannya.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SistemAkuntansi
Sistem akuntansi (accounting system) adalah metode dan prosedur, untuk mengumpulkan,
mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah
perusahaan. (Carl S. Warren, James M. Reeve, dan Philip E. Fees, 2006:234).

2.2 Persediaan
2.2.1 Pengertian Persediaan
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) menjelaskan bahwa pengertian persediaan yaitu :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengadaan; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.

193
Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijualdalam operasi
bisnis normal, atau barang yang akan dijual (Kieso et al, 2008 : 402)

2.2.2 Jenis- JenisPersediaan


Menurut Santoso (2010: 240) Pengelompokkan persediaan juga didasarkan pada jenis persediaannya,
yaitu :
a. Bagi perusahaan dagang (merchandise enterprise) di mana persediaan merupakan barang
yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan.
b. Sedangkan pada perusahaan industri di mana persediaan bahan baku memerlukan proses
lebih lanjut agar siap dijual dalam bentuk barang jadi (finished goods), maka persediaan
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Bahan baku (raw material) yaitu bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam proses
produksi.
2) Barang dalam proses (work in process/goods in process) yaitu bahan baku yang sedang
diproses di mana nilainnya merupakan akumulasi biaya overhead (factory overhead cost).
3) Barang jadi (finish goods) yaitu barang jadi yang berasal dari barang yang telah selesai
diproses dan telah siap untuk dijual sesuai dengan tujuannya.
4) Bahan pembantu (factory/manufacturing supplies) yaitu bahan pembantu yang dibutuhkan
dalam proses produksi namun tidak secara langsung dapat dilihat secara fisik pada produk yang
dihasilkan.

2.2.3 Sistem Pencatatan Persediaan


Menurut(Santoso, 2010 : 241) Sistem pencatatan pengelolaan persediaan yang dimaksud dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Sistem persediaan periodik/fisik (periodical physical inventory system).
Suatu sistem pengelolaan persediaan di mana dalam penentuan persediaan dilakukan melalui
perhitungan secara fisik (physical counting) yang lazim dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi
dalam rangka penyiapan laporan keuangan.
2. Sistem persediaan terus-menerus (perpetual inventory system).
Merupakan suatu sistem pengelolaan persediaan di mana pencatatan mutasi persediaan dilakukan
secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga mutasi persediaan selama satu periode
termonitor dan setiap saat jumlah maupun nilai persediaan dapat diketahui tanpa melakukan
perhitungan fisik.
Menurut(Santoso, 2010 : 248) Ada beberapamacammetodepenilaianpersediaan yang
umumdigunakanyaitu :
1. Last-in, First-out (LIFO)
2. First-in, First-Out (FIFO)
3. Average cost
4. Identifikasi Khusus (Specific identifications)

2.3 Pengendalian Internal


2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan satu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi perusahaan,
manajemen, dan personel lain yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal terkait
dengan tercapainya tujuan berikut : (1) reliabilitas pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan efisiensi
operasi, dan (3) kesesuaian dengan peraturan dan regulasi yang berlaku. (Bodnar & Hopwood, 2006 :
129).
Menurut Mulyadi (2008:163) Pengendalian Intern adalah bahwa pengendalian internal meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

2.3.2 Unsur UnsurPengendalian Internal


MenurutBodnar& Hopwood (2006 : 129) menyatakan bahwa komponen pengendalian internal
meliputi :

194
1. LingkunganPengendalian
2. Penilaian risiko
3. Aktivitas pengendalian
4. InformasidanKomunikasiAkuntansi
5. Pengawasan

2.3.2.1 LingkunganPengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan dampak kumulatif atas faktor faktor untuk membangun,
mendukung, dan meingkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur tertentu (Bodnar & Hopwood, 2006
: 133).
a. Integritas Dan Nilai Nilai Etis
b. Komitmen pada Kompetensi
c. Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit
d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen
e. Struktur Organisasi

2.3.2.2 PenilaianRisiko
Penilian risiko merupakan proses identifikasi dan analisis risiko- risiko yang berdampak terhadap
pencapaian tujuan organisasi serta menentukan tindakan yang tepat untuk menghadapi risiko- risiko
tersebut (Kurniawan, 2012 : 112).

2.3.2.3 AktivitasPengendalian
Aktifitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko telah diambil guna mencapai tujuan entitas (Heri,
2011 : 93)
a. PemisahanTugas
b. Otorisasi yang tepatatastransaksi
c. Dokumendancatatan yang memadai
d. PengendalianFisikatasaktivadancatatan
e. PemeriksaanIndependen

2.3.2.4 InformasidanKomunikasiAkuntansi
Informasi yang dibutuhkan harus diidentifikasi, diterima dan dikomunikasikan dalam bentuk bentuk
dan periode yang memungkinkan para pegawai agar dapat memenuhi tanggung jawabnya.

2.3.2.5 Pengawasan
Pengawasan atau monitoring merupakan komponen pengendalian internal yang kelima, melibatkan
proses yang berkelanjutan untuk menaksir kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu serta
untuk mengambil tindakan koreksi yang diperlukan (Bodnar dan Hopwood 2006:145).

2.4 PenelitianTerdahulu
Nurmailiza (2009) skripsidenganjudulAnalisisPengendalian Intern
ataspersediaanbarangdaganganpada PT. SabdaCipta Jaya. Salangka (2013) skripsidenganjudul :
PenerapanAkuntansiPersediaanUntukPerencanaan Dan Pengendalian LPG Pada PT. Emigas
Sejahtera Minahasa.

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
dilakukan pada kondisi yang alamiah langsung ke sumber data, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian dan data yang terkumpul berupa profil perusahaan, visi dan misi perusahaan,
struktur organisasi, job description, serta prosedur pengadaan dan pengeluaran beras pada Perum
Bulog Divre Sulut.

195
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (BULOG) Divisi
Regional (Divre) Sulawesi Utara yang beralamat di Jalan Diponegoro N0 7-8 Manado. Waktu
penelitian secara keseluruhan dilakukan selama 3 bulan, sejak bulan agustus sampai oktober 2013.

3.3 ProsedurPenelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut.
1. MengajukanPermohonanPenelitian
Penulis memasukan surat permohonan penelitian yang sudah disetujui dari Fakultas Ekonomi untuk
melakukan penelitian pada objek yang akan digunakan
2. DisposisiPimpinan
Pimpinanperusahaanmemberiperintahkepadabawahannya untuk membuat dan memberikan surat
perintah yang menjelaskan tentang izin persetujuan penelitian diPerumBulogDivreSulut
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, penulis mulai mengumpulkan data pendukung penelitian yang akan digunakan dalam
penyusunan skripsi
4. Analisis Data Penelitian
Pada tahap ini, penulis melakukan analisis data dan memahami mengenai pengendalian internal
persediaan yang diterapkan oleh perusahaan kemudian mengolah data yang tersedia dan
mengevaluasinya sesuai dengan teori- terori yang ada.
5. Kesimpulan
Pada tahap ini, penulis menarik kesimpulan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.

3.4 MetodePengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data
1. Data Kualitatif
Data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau dalam angka. Data Kualitatif diperoleh
melalui berbagai macam teknikpengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen atau
observasi.
2. Data Kuantitatif
Data yang diukur dalam suatu skala numerik atau dalam angka. Data kuantitatif tidak digunakan
dalam penelitian ini.

3.4.2 Sumber Data


1. Data Primer,
Merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan
yang diperoleh dari teknik wawancara.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi, seperti data mengenai
sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, tentang pembagian tugas, dan data lengkap lainnya
yang berhubungan dengan pengendalian internal persediaan perusahaan.

3.4.3 TeknikPengumpulan Data


1. Wawancara, yaitu penulis melakukan serangkaian tanya jawab secara langsung dengan
pihak perusahaan yang berwenangyaitu bagian gudang dan akuntansi untuk mengetahui lebih jelas
mengenai pengendalian internal persediaan perusahaan.
2. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti
untuk mendapatkan data data yang diperlukan sehubungan dengan kepentingan penelitian.
3. Dokumentasi yaitu informasi yang berasal dari catatan atau dokumen penting yang dimiliki
perusahaan.

3.5 MetodeAnalisis
Dalampenelitianini , penulis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu suatu metode pembahasan
permasalahan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan dan menerangkan suatu
keadaan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai suatu

196
keadaan berdasarkan data atau informasi yang telah didapatkan, kemudian dikumpulkan sehingga
didapatkan informasi yang diperlukan untuk menganalisis masalah yang ada.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HasilPenelitian

Prosedur Pengadaan/ PermintaanPersediaan Beras

1) Seksi pengadaan melakukan kontrak dengan mitra kerja. Dan menerima surat perintah terima
barang dan barang.
2) Gudang menerima beras dan melakukan survey kualitas beras. Kemudian membuat bukti
timbang penerimaan barang.Dari bukti timbang ini selanjutnya akan dibuat catatan pemasukan barang
yang akan diserahkan ke seksi pengadaan untuk melakukan pengecekan atas kelengkapan dokumen.
3) Seksi pengadaan membuat bukti verifikasi pembayaran yang akan diserahkan ke seksi
akuntansi.
4) Seksi akuntansi mencatat dan mengecek dokumen apakah dokumen tersebut sudah lengkap
kemudian diserahkan ke seksi keuangan.
5) Seksi keuangan membuat surat perintah pembayaran yang akan diserahkan kepimpinan untuk
disetujui. Kemudian akan diserahkan ke Bank.

Prosedur PengeluaranPersediaan Beras

1) Prosedur pengeluaran beras berasal dari Surat perintah alokasi yang berasal dari Pemda ke
Divre.
2) Kepala Divre melakukan disposisi sesuai dengan surat perintah pengeluaran beras kepada
bidang pelayanan publik
3) Bidang pelayanan publik menerima Surat Perintah Alokasi (SPA) dari kepala Divre dan
memverifikasi dokumen tersebut kemudian akan diserahkan ke seksi penyaluran.
4) Seksi Penyaluran membuat DO pengeluaran beras berdasarkan Surat Perintah Alokasi.
Kemudian DO tersebut diserahkan ke bidang pelayanan publik untuk disetujui. Setelah disetujui
diserahkan kembali ke gudang.
5) Gudang menerima DO yang telah di setujui. Berdasarkan DO tersebut gudang mengeluarkan
beras dan membuat bukti timbang penyerahan barang. Kemudian gudang akan membuat laporan
pengeluaran beras (GD1k) yang akan diserahkan ke bagian akuntansi untuk dicatat sebagai
pengeluaran beras.

Perhitungan Fisik Persediaan Beras


1) Perhitungan Fisik pertama kali dilakukan oleh bagian gudang dan kemudian bagian akuntansi
yang melakukan pencatatan terhadap persediaan. Bagian gudang dan bagian akuntansi ini bekerja
sesuai dengan bukti bukti yang ada dan melakukan pencatatan dan membuat laporan yang akan
diserahkan ke kepala divre dan kepala bidang keuangan.
2) Kepala divre menyuruh tim pengawasan untuk mengecek laporan - laporan yang diserahkan
oleh kepala bidang keuangan untuk diverifikasi hasil laporannya untuk melihat kebenaran terhadap
persediaan yang ada. Setelah melakukan pengecekan kembali, tim pengawasan membuat laporan dari
hasil pemeriksaannya yang kemudian diserahkan kembali kepada kepala divre. Dan laporan itu dapat
menilai apakah terjadi penyelewengan terhadap persediaan beras.

Pembahasan

UnsurUnsurPengendalian Internal Persediaan

1. LingkunganPengendalian Internal Persediaan


Manajemen Pada Perum Bulog Divre Sulut menganggap bahwa lingkungan pengendalian terhadap
persediaan yang ada digudang sangat penting. Lingkungan pengendalian atas persediaan pada Perum

197
Bulog Divre Sulut akan di analisa dan di evaluasi berdasarkan faktor-faktor yang menyusun
lingkungan pengendalian dari perusahaan.

a. Integritas Dan Nilai Nilai Etis


Integritas dan nilai nilai etis yang diterapkan Perum Bulog Divre Sulut telah berjalan cukup baik.
Hal ini didukung dengan adanya pernyataan kebijakan dan aturan pelaksanaan yang telah dibuat oleh
manajemen sudah jelas terdapat pada perusahaan sehingga perusahaan dapat memberikan contoh-
contoh yang baik pada karyawan dengan mengajarkan mengenai integritas dan kode etik yang harus
dipatuhi.Peraturan dan kebijakan kode etik perusahaan melatih karyawan untuk bersikap jujur dan
menjunjung tinggi peraturan yang ada pada perusahaan.
b. Komitmen pada kompetensi
Perum Bulog Divre Sulut mempunyai pegawai yang cukup berkompeten. Dengan
mempertimbangkan keahlian, pendidikan serta pengalaman yang dimiliki calon pekerja dalam
merekrut karyawan. Misalnya dalam penempatan karyawan di bidang keuangan untuk penerimaan
maupun pengeluaran kas, perusahaan memilih calon karyawan yang memiliki latar belakang
pendidikan lulusan sarjana ekonomi.Perusahaan juga mempertimbangkan dalam perekrutan pegawai
baru yang telah memiliki pengalaman kerja.
c. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
Penetapan wewenang dan tanggung jawab dalam pengendalian internal persediaan sudah cukup baik
dilakukan oleh manajemen Perum Bulog Divre Sulut. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
pemisahan fungsi dan pendelegasian wewenang kepada setiap anggota sesuai dengan
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.
d. Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit
Dewan komisaris dan komite audit Perum Bulog Divre Sulut berkedudukan di kantor pusat
Jakarta. Namun kantor pusat akan mengirim tim audit untuk mengadakan pemeriksaaan terhadap
pelaksanaan pengendalian internal persediaan beras dengan cara meminta laporan rutin dari
manajemen serta mengevalasinya. Hal ini sudah cukup efeketif bagi Perum Bulog Divre Sulut.
e. Falsafah dan Gaya Manajemen Operasi
Falsafah manajemen yang diterapkan Perum Bulog Divre Sulut dalam hal ini bertanggung jawab
atas arus keluar-masukya persediaan beras telah mendukung terciptanya lingkungan pengendalian
yang memadai. Hal ini dapat dilihat dengan adanya keseriusan petugas bagian gudang dalam
pengelolaan akan beras yang bermutu bagi kebutuhan masyarakat.
Gaya operasi manajemen menekankan pentingnya laporan-laporan yang menunjukkan informasi
yang benar/wajar tentang transaksi yang berhubungan dengan persediaan beras bagi masyarakat,
baik laporan penerimaan pengeluaran beras ,laporan stock opname, dan laporan lainnya. Dalam
hal ini laporan-laporan tersebut dihasilkan melalui prosedur-prosedur yang telah ditetapkan serta
dilengkapai oleh bukti-bukti kompeten yang cukup, sehingga tercipta lingkungan pengendalian
yang efektif.
f. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi di Perum Bulog Divre Sulut telah dirancang dan disusun dengan baik, yaitu secara
fungsional yang terdiri dari bagian pengadaan, bagian penyaluran, bagian administarsi dan
keuangan, serta bagian gudang.Penyusunan struktur organisasi berdasarkan fungsi ini sesuai
untuk Perum Bulog Divre Sulut karena akan terlihat dengan jelas pembagian tugas dan wewenang
dari setiap fungsional yang ada di perusahaan, sehingga pengendalian dapat dilakukan dengan
lebih baik lagi di Perum Bulog Divre Sulut.
g. Praktek dan Kebijakan Karyawan
Kebijakan dan prosedur staff dan kepegawaian Perum Bulog Divre Sulut ini telah diterapkan
cukup baik, hal ini memegang peranan yang penting bagi jalannya pengawasan karena pegawai
merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pengendalian internal perusahaan.Perum
Bulog Divre Sulut telah menerapkan kebijakan perekrutan, pelatihan dan memberi penghargaan
sesuai dengan tanggung jawab setiap pegawai yang berprestasi. Kondisi seperti ini sudah baik
untuk membina kualitas pegawai yang jujur, terampil dan memiliki loyalitas terhadap
perusahaan.

198
2. Penilaian Resiko
Penilaian risiko yang dilakukan oleh manajemen agar penyajian informasi persediaan beras adalah
wajar dan tepat waktu sudah cukup baik. Manajemen telah mengenali dan mempelajari resiko
resiko yang ada, serta membentuk aktivitas aktivitas pengendalian yang diperlukan untuk
menghadapi hal tersebut.
Perum Bulog Divre Sulut yang tugasnya sebagai pengadaan beras melakukan penilaian terhadap
persediaan beras yang masuk maupun yang keluar. Penilaian persediaanya dengan menjaga mutu
beras yang ada di gudang sehingga pengawasan terhadap persediaannya dapat terjamin. Selain itu,
Penilaian terhadap resiko persediaan yang dilakukan oleh Bulog adalah membuat laporan dan analisa
terhadap catatan catatan persediaan beras yang ada pada bulog dan pelaporan serta penganalisaan
fisik prsediaan. Agar ketersediaan beras di Perum Bulog Divre Sulut tercukupi, perusahaan
mengadakan stok opname yang memeriksa kebenaran/ kewajaran jumlah maupun kualitas beras yang
ada digudang. Pemeriksaan fisik ini dapa memperkecil resiko atas penumpukan, kekurangan, atau
kualitas beras yang rusak.

3. Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sulut sudah cukup
baik. Hal ini dapat dilihat dari penyusunan prosedur yang jelas di dalam perusahaan, termasuk dalam
prosedur pengawasan persediaan beras yang melibatkan beberapa fungsi terkait, dokumen dan
catatan yang diperlukan serta laporan yang dihasilkan dan pencatatan ke dalam catatan akuntansi
harus di dasarkan atas laporan sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap
yang diotorisasi oleh pihak yang berwenang. Namun adanya sistem manual yang dilakukan oleh
Perum Bulog Divre Sulut memberikan keterlambatan informasi dan komunikasi dibandingkan dengan
menggunakan sistem yang terkomputerisasi. Menurut penulis dengan masih menggunakan sistem
manual akan mengakibatkan kurangnya ketelitian dalam penilaian dan pengelolaan persediaan
sehingga pengendalian internal terhadap persediaan menjadi terhambat akibat informasi dan
komunikasi yang kurang baik.

4. Aktivitas Pengendalian
a. Pemisahan Tugas
Perum Bulog Divre Sulut telah mengadakan pemisahan tugas yang cukup pada setiap transaksi atau
kegiatan yang berkaitan dengan persediaan beras, sehingga hal ini sudah mencerminkan terciptanya
pengendalian internal dalam perusahaan. Dimana setiap fungsi yang ada di Bulog telah melakukan
tugas utamanya masing masing. Satu diantaranya adalah pada aktifitas perhitungan fisik persediaan
beras, dapat dilihat bahwa ada pembagian tugas yang jelas, yakni melaporkan jumlah persediaan
beras dalam perhitungan fisik persediaan terdiri dari kepala bidang keuangan, bidang penyaluran,
pimpinan , serta beberapa petugas dari bagian gudang. Adanya pembagian tugas di tiap tiap bagian
dengan fungsi kerja masing masing memberikan peluang yang kecil di Perum Bulog Divre Sulut
dalam melakukan kecurangan atau memanipulasi data ataupun penghilangan terhadap persediaan
secara fisik maupun data.

b. Otorisasi yang tepat atas transaksi


Otorisasi atas transaksi dan aktivitas dilakukan dengan pembubuhan tanda tangan oleh orang yang
berwenang pada dokumen untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Dengan demikian, sistem
otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya. Misalnya dalam
transaksi untuk pengeluaran beras dari gudang, bukti Delivery Order harus di otorisasi oleh bagian
bidang pelayanan publik sehingga dengan adanya otorisasi tersebut maka gudang dapat mengeluarkan
beras. Dengan adanya otorisasi tersebut akan mencegah adanya kecurangan dan penyelewengan yang
dilakukan pegawai. Apabila terjadi kehilangan atau kesalahan data atau dokumen maka pegawai
tersebut bertanggung jawab atas otorisasi tersebut. Menurut penulis Perum Bulog Divre Sulut dalam
melakukan pemberian otorisasi atas transaksi dan aktivitas ini sudah cukup memadai dan harus terus
mempertahankan adanya sistem otorisasi sehingga memperkecil adanya kemungkinan terjadinya
kecurangan yang menimbulkan kerugaian yang besar pada perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk
memperkuat pengendalian internal yang terdapat didalam perusahaan.
c. Dokumen dan catatan yang memadai

199
Dokumen yang terdapat dalam prosedur penerimaan dan pengeluaran beras di Perum bulog Divre
Sulut sudah cukup lengkap, seperti Surat Perintah Alokasi, Surat Perintah Terima Barang, Delivery
Order, Bukti Timbang Penerimaan dan Penyerahan Barang, GD1k, GD1m, dan Surat Perintah
Pembayaran. Dokumen-dokumen pendukung pada kegiatan penerimaan dan pengeluaran beras telah
memiliki nomor urut tercetak. Hal ini mempermudah dalam pengawasan atas persediaan sehingga
apabila terjadinya kesalahan atau kecurangan yang dilakukan oleh pegawai dapat segera diketahui.
d. Pengendalian Fisik atas aktiva dan catatan
Perlindungan fisik atas persediaan beras Perum Bulog Divre Sulut sudah cukup efektif, yakni
dengan tersedianya gudang sebagai tempat penyimpanan. Namun agar perlindungan fisik digudang
dapat terjaga dengan baik, sebaiknya Perum Bulog Divre Sulut menggunakan kamera CCTV,
penggunaan kamera CCTV ini dapat membantu perusahaan untuk memperkecil adanya pencurian
beras digudang yang akan dilakukan oleh pihak pihak yang tidak bertanggungjawab. Perlindungan
fisik terhadap dokumen-dokumen dan catatan-catatan juga dilakukan dengan baik, yaitu
dokumen-dokumen dan catatan-catatan tersebut disimpan dan diarsip dalam blinder map sebagi
tempat penyimpanan dan tetap menyimpan catatan-catatan yang rusak dalam catatan manual.
e. Pemeriksaan Independen
Pemeriksaan Independen yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sulut sudah cukup memadai.
Dimana Kebijakan perusahaan ini secara tidak langsung menciptakan suatu pengecekan yang
independen di antara bagian- bagian yang melakukan permintaan atas barang maupun yang
mengeluarkan barang. Pemeriksaan dilakukan secara periodik yaitu 3 bulan sekali oleh Kepala Bulog,
kepala bagian keuangan, dan tim pengawasan. Pengecekan independen ini bertujuan agar
meminimalkan terjadinya penyelewengan dalam perusahaan.

5. Pengawasan
Pengawasan/Pemantauan yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre SULUT dimulai dari bagian
gudang sebagai sumber keluar dan masuknya persediaan beras dan juga bagian pencatatan persediaan
di bagian akuntansi. kemudian bagian ini dipantau oleh Kapala Gudang dan kabid. Keuangan dan di
teruskan ke Kabulog. Perum Bulog Divre SULUT melakukan pemantauan persediaan beras dengan
melakukan stok opname setiap harinya dan juga sering adanya inspeksi mendadak yang dilakukan.
Aktivitas pemantauan yang dilakukan sudah cukup baik dalam mendukung terciptanya
pengendalian internal yang memadai dalam perusahaan.

PENUTUP
Kesimpulan
1. Lingkungan pengendalian persediaan pada Perum Bulog Divre Sulut terdapat struktur
organisasi yang berbentuk fungsional, dimana pembagian tugas tugas sudah dilakukan kesetiap
bagian sehingga tidak ada penggandaan tugas. Serta mempunyai pegawai yang berkompeten dalam
bidangnnya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal ini sudah mencerminkan prinsip
pemisahaan fungsi yang baik dalam pengendalian internal perusahaan.
2. Penilaian resiko yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sulut atas persediaan beras sudah
cukup memadai. Hal ini bisa dilihat dengan adanya penjagaan kualitas beras di gudang sehingga bisa
disalurkan kepada masyarakat. Perusahaan juga telah membuat kebijakan stock opname secara rutin
setiap hari untuk mengatasi resiko persediaan beras yang rusak atau adanya penyelewengan.
3. Pelaksanaan informasi dan komunikasi atas persediaan beras secara umum masih
memadai untuk mendukung pengendalian internal. Fungsi-fungsi yang terkait, prosedur-
prosedur, dokumen, dan catatan yang diperlukan dibentuk dan dikoordinasikan sedemikian
rupa agar informasi persediaan beras yang wajar dapat dihasilkan dan dikomunikasikan setiap
hari. Namun kelemahan perusahaan dalam kemampuan informasi dan komunikasi masih
menggunakan sistem manual sehingga untuk mempertahankan akuntabilitas keakuratan data dan
kecepatan informasi kurang dimaksimalkan walaupun telah memenuhi unsur unsur pengendalian
internal.
4. Aktivitas pengendalian yang dilakukan terhadap pelaksanaan transaksi penerimaan dan
pengeluaran beras juga masih memadai. Setiap transaksi yang terjadi juga telah diotorisasi oleh
pegawai yang berwenang dan dokumen-dokumen yang digunakan dalam setiap transaksi tersebut
telah memiliki nomor urut tercetak. Pengawasan fisik atas persediaan dan catatan, serta pemeriksaan

200
independen atas pelaksanaan kinerja perusahaan juga telah memadai karena adanya kejelasan
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.
5. Perlindungan fisik digudang Perum Bulog Divre Sulut belum menggunakan kamera CCTV.
Hal ini dapat melemahkan pengendalian internal persediaan.
6. Pemantauan terhadap persediaan pada perum Bulog Divre Sulut telah sesuai dengan
pengendalian internal persediaan dimana kegiatan pemantauan persediaan dilakukan oleh kepala
bulog serta dibantu oleh bagian keuangan melalui kegitan stock opnme setiap hari, 3 bulan, serta
inspeksi mendadak . Dan juga telah dipantau oleh pihak ekstern yaitu BPKP.

Saran
1. Lingkungan pengendalian persediaan di Perum Bulog Divre Sulut sudah cukup memadai, hal
ini dapat dilihat dari struktur organisasi yang ada di Perum Bulog Divre Sulut sudah tersusun dengan
baik, dimana terdapat pemisahan tugas di masing masing bagian dan pemisahan fungsi ini perlu di
tingkatkan lagi agar pegawai dapat melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efesien sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki, sehingga aktivitas yang terjadi didalam perusahaan menjadi lebih lancar
karena setiap pegawai mengerti tugas yang harus dilaksanakan dan memang memilki keahlian yang
dibutuhkan. Lebih hemat waktu dalam memberikan pelatihan dan pembelajaran, sehingga kinerja
perusahaan dapat meningkat.
2. Kebijakan Perusahaan dalam menentukan resiko persediaan beras telah memadai dan harus
semakin ditingkatkan lagi dengan menjaga mutu beras agar kebutuhan pangan masyarakat terpenuhi.
3. Pelaksanaan informasi dan komunikasi atas persediaan beras telah memadai dan semakin
ditingkatkan dengan lebih mengefektifkan pengkoordinasian fungsi fungsi yang terkait, prosedur
prosedur, dokumen dokumen, dan catatan yang diperlukan dalam semua transaksi persediaan.
Disamping itu, perusahaan juga perlu memperbaiki sistem manualnya agar kecepatan dan ketepatan
informasi dapat digunakan dengan cepat dan mengefisiensi pekerjaan bagi perusahaan dan perlu
berganti kepada sistem yang telah terkomputerisasi.
4. Aktivitas pengendalian terhadap persediaan yang meliputi pemisahan tugas yang jelas pada
setiap fungsi terkait dan otorisasi yang pantas atas setiap transaksi dan aktivitas agar tetap
dipertahankan karena sangat berpengaruh terhadap pengecekan secara independen atas pelaksanaan
kinerja perusahaan, sehingga mendukung terciptanya pengendalian internal yang baik.
5. Dalam perlindungan fisik digudang sebaiknya perusahaan memasang Kamera CCTV, agar
persediaan beras digudang dapat terawasi dengan baik sehingga dapat meminimalkan tindakan
pencurian terhadap persediaan yang ada digudang.
6. Aktivitas pemantauan terhadap pengendalian persediaan beras yang dilakukan oleh kepala
bulog dan bagian keuangan melalui stock opname secara periodic adalah sudah cukup memadai dan
ditingkatkan lagi agar terciptanya pengendalian internal persediaan berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bodnar, George H., dan William S. Hopwood, 2006. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kesembilan
Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Heri. 2011. Auditig 1 : Dasar Dasar Pemeriksaan Akuntansi, edisi pertama cetakan pertama.
Penerbit Kencana, Jakarta.
____ .2011. Akuntansi Perusahaan Jasa dan Dagang. Cetakan kesatu. ALFABETA. Bandung
Ismunandar.2005. Pengawasan Intern PersediaanPada Perusahaan UmumBulogDivisi Regional
Sumatera Utara.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt and Terry D. Warfield, 2008. Akuntansi Intermediate,
Diterjemahkan oleh Emil Salim, Edisi 12. Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta
Kurniawan, Ardeno, 2012 audit internal : nilai tambah bagi organisasi, Edisi pertama.
BPFE,Yogyakarta
Mulyadi, 2008. Sistem Akuntansi. Edisi ketiga Cetakan ke empat. Salemba Empat,Jakarta
Niswonger, Rollin C, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fees, 2006.Accounting Principle,
Edisi 21. Terjemahan Llyginus Raswinarto, Jakarta.

201
Nurmailiza, Tengku, 2009. Analisis Pengendalian Intern Atas Persediaan Barang Dagang Pada PT.
Sabda Cipta Jaya. Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi Medan.
Salangka, Ester, 2013.Penerapan Akuntansi Persediaan Untuk Perencanaan Dan Pengendalian LPG
Pada PT. Emigas Sejahtera Minahasa. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3. Hal. 1120-1128.
Santoso, iman., 2010. Akuntansi Keuangan Menengah, Cetakan Kedua Penerbit PT Refika Aditama,
Bandung.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat. Jakarta
www. Bulog.com.

202
EFEKTIVITAS PENYELESAIAN DAN PENERIMAAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
(Studi Kasus KPP Pratama Manado)

Fino Indra Sumampouw


Inggriani Elim
Heince Wokas

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : sumampouw_indra@yahoo.com

ABSTRAK

Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan
atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal ini juga dilatar belakangi
dengan Undang-undang perpajakan di Indonesia saat ini dalam melaksanakan pemungutan pajak menganut
sistem self assessment. Hasil penghitungan Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya
PPh orang pribadi dan realisasi Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak di KPP Pratama Manado, dari segi
penyelesaian yang dihitung berdasarkan pada penerbitan dan realisasi (SP2) Pajak yang selesai, dimana tahun
2010-2012 mempunyai tingkat efektivitas yang sama yaitu termasuk dalam kriteria efektif dengan presentase
100 % dan Hasil penghitungan efektivitas dari segi penyelesaian penerimaan atas hasil pemeriksaan yang
dihitung berdasarkan target dan realisasi SP2 Pajak, dimana mempunyai tingkat Efektivitas pada tahun 2010
(101,8 %), tahun 2011 (103,4%), dan tahun 2012 (113,1%) yang semuanya termasuk dalam kriteria sangat
efektif. Itu berarti bahwa kinerja dari KPP Pratama Manado sudah sangat baik karena dapat memenuhi target
yang telah ditentukan, dan sebaiknya KPP Pratama Manado dapat terus mempertahankannya.

Kata Kunci : Pajak, Efektivitas, Pemeriksaan, Penyelesaian, Penerimaan.

ABSTRACT

Tax audit is a series of activities to search for, collect, and process data or other information to verify
compliance fulfillment of tax obligations and for other purposes in order to implement the provisions of the tax
legislation. It is also against the background of the tax laws in Indonesia in implementing tax collection
embrace self assessment system. The effectiveness of the implementation of the inspection results of the
calculation of income tax and the individual income tax in particular the realization of Inspection Warrant
(SP2) Tax on KPP Pratama Manado, in terms of the settlement are calculated based on the issuance and
realization (SP2) Tax is completed, which have a higher effectiveness 2010-2012 the same is included in the
criteria effectively with a percentage of 100% and the results of the calculation in terms of the effectiveness of
the completion of the acceptance of the results of the examination are calculated based on the target and the
realization SP2 Tax, which had a degree of effectiveness in 2010 (101.8%), in 2011 (103, 4%), and 2012
(113.1%) of which were included in the criteria is very effective. That means that the performance of the KPP
Pratama Manado is very good because it can meet the set targets, and the KPP Pratama Manado should be
able to continue to defend it.

Keywords: Tax, Effectiveness, Inspection, Settlement, Revenue

203
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Saat ini Indonesia mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi dan
untuk tetap dapat bertahan dan memperbaiki kondisi yang ada maka pajak merupakan salah satu potensi
penerimaan dalam negeri yang menjadi prioritas utama karena mampu mendominasi penerimaan negara.
Berdasarkan perundang-undangan perpajak di Indonesia saat ini dalam melaksanakan pemungutan pajak
menganut sistem self assesment. Sistem pemungutan ini mempunyai arti bahwa besarnya pajak yang terutang
dipercayakan kepada Wajib Pajak (WP) itu sendiri, dimana WP harus melaporkan secara teratur seluruh jumlah
pajak yang terutang dan jumlah pajak yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Oleh sebab itu untuk mendukung keberhasilan diterapkannya sistem self assesment salah satu hal
mendasar yang harus dilakukan adalah melaksanakan penegakan hukum (law enforcement) perpajakan.
Penegakan pelaksanaan penegakan hukum pajak secara tegas dan konsisten akan mampu menciptakan
kepatuhan yang lebih baik dari wajib pajak dan akan bermuara pada peningkatan penerimaan dari sektor pajak.
Oleh karena itu terhadap Wajib Pajak yang melakukan kecurangan dan lalai akan pemenuhan kewajibannya
perlu dilakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan dan menegakkan peraturan perpajakan (law
enforcement) yang mempunyai kekuatan hukum memaksa sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam
UU perpajakan.
Dalam skala mikro, kondisi kota Manado sangat strategis dengan penduduk yang cukup padat dan
memiliki mobilitas kegiatan ekonomi yang tinggi sehingga memberi peluang untuk menggali potensial, karena
itu sangat mungkin ada wajib pajak yang tidak membayar tepat waktu atau bahkan tidak membayar sama
sekali.
Dari uraian diatas penulis merasa untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas penyelesaiaan dan
penerimaan atas hasil pemeriksaan pajak penghasilan orang pribadi. Oleh karena itu, penulis akan melakukan
penelitian dengan judul Efektivitas Penyelesaian Dan Penerimaan Atas Hasil Pemeriksaan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (Studi kasus pada KPP Pratama Manado)

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Efektivitas berdasarkan target dan realisasi surat perintah pelaksanaan pemeriksaan
(SP2) Pajak di KPP Pratama Manado.
2. Untuk mengetahui Efektivitas penyelesaian dan penerimaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya PPh
Orang Pribadi (PPh Orpri) di KPP Pratama Manado.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Akuntansi
Menurut (Horngren dan Harrison, 2007:4) Accounting is the information system that measures
business activity, processes the data into reports and communicates the results decisioan makars. Akuntansi
adalah sistim informasi yang mengukur aktifitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat keputusan.
American Accounting Association, mendefinisikan akuntansi sebagai Proses mengidentifikasikan,
mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang
tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.
Dari batasan tersebut dampak arah tujuan akuntansi itu sendiri, yaitu menyajikan informasi ekonomi
(economic information) dari suatu economic entity (entitas atau kesatuan ekonomi) kepada pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder) atas informasi ekonomi. Agar akuntansi dapat menghasilkan informasi ekonomi,
diperlukan adanya suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis, pengendalian transaksi kegiatan keuangan,
dan pelaporan keuangan perusahaan.

Pengertian Pajak
Menuru (Mardiasmo 2009: 1) Pajak adalah iuran rakyat pada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontaraprestasi) yang langsung dapat di tunjukan
dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Jadi, Pajak

204
merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak)
untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara
langsung berdasarkan undang-undang.

Fungsi dan Peran Pajak


Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, maka
fungsi dan peran pajak sangat penting bagi negara yang mana pajak tersebut dipungut berdasarkan Undang-
undang serta aturan pelaksanaannya bersifat dapat dipaksakan.
(Waluyo, 2011:6) mengemukakan minimal ada dua definisi atau fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi penerimaan (budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi biayaan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah. Sebagi contoh: dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
2. Fungsi mengatur (regular)
Pajak berfungsi sebai alat untuk mengatur atau melaksanakan di bidang social dan ekonomi.
Sebagai contoh:dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras.dapat ditekan dan demikian
pula terhadap barang mewah.

Pengertian Pemeriksaan Pajak


Menurut (Wirawan, 2010:137), terhadap wajib pajak yang akan diperiksa sebaiknya juga mengetahi
adanya hak dan kewajiban dalam proses pemeriksaan untuk menghindari adanya kemungkinan terjadinya
kasalah pahaman antara pemeriksa pajak dan wajib pajak.
Pengertian pemeriksaan pajak telah diatur dalam pasal 1 angka 24 UU nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU nomor 16 Tahun
2009 yang menyatakan bahwa: Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Ruang Lingkup Pemeriksaan


Meneurut (waluyo, 2009:321) Mengacu pada peraturan menteri keuangan No. 199/PMK03/2007 tentang
tatacara pemeriksaan pajak, membedakan jenis pemeriksaan, ruang lingkup, dan keriteria pemeriksaan

Petugas Pelaksana Pemeriksaan Pajak


Menurut KMK Nomor 545/KMK.04/2000, pemeriksa pajak adalah pegawai negeri sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang diberi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.

Tinjauan Umum Mengenai Efektivitas


Menurut (Ervina, 2007:35), untuk mengukur tingkat efektivitas dari suatu sistem kerja dapat juga
dengan memberikan peringkat dengan menggunakan skala peringkat. Skala peringkat yang digunakan adalah:
(dalam presentase)
1. > 100 sangat efektif
2. 90 100 efetif
3. 80 89 cukup efektif
4. 70 79 kurang efektif
5. < 69 tidak efektif
Apabila konsep efektivitas dikaitkan dengan pemeriksaan maka yang dimaksud efektivitas adalah
seberapa besar realisasi yang dapat dicapai atas target yang telah ditetapkan oleh pihak KPP Pratama Manado
setiap tahunnya untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, dengan menggunakan indikator-indikator sebagai
berikut:
a. Dari segi penyelesaian dengan berdasarkan pada jumlah Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak selesai
mulai tahun 2010 sampai tahun 2012
b. Dari segi penerimaan atas hasil pemeriksaan dengan didasarkan pada jumlah target dan realisasi ketetapan
pemeriksaan mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

205
Penelitian Terdahulu
Tabel .1 Penelitian Terdahulu

Nama
Metode Persamaan Perbedaan
No. penelitih/ Judul Tujuan Hasil Penelitian
penelitian
Tahun
1. Ervina Efektivitas Untuk Deskriptif hasil Penelitian Tempat
Krisbianto Pelaksanaan mengetahui dan penghitungan Efektivitas penelitian
(2007) pemeriksaan efaktivitas Kuantitatif efektivitas dari
dalam rangka pelaksanaan segi
menigkatkan pemeriksaan penyelesaian
penerimaan Negara dalam yang dihitung
dari sektor pajak meningkatkan berdasarkan pada
(studi kasus kantor penerimaan penerbitan dan
pelayanan pajak Negara dari realisasi Surat
Tulungagung) sektor pajak dan Perintah
faktor-faktor Pemeriksaan
yang Pajak (SP3) yang
mendukung dan selesai, dimana
penghambat 2004 2006
yang dihadapi termasuk dalam
dalam kriteria sangat
pelaksanaan efektif.
pemeriksaan dan
upaya-upaya apa
yang dilakukan
KPP
Tulungagung
dalam mengatasi
hambatan-
hambatan yang
terjadi.
2. Menurut Faktor-faktor yang Untuk Deskriptif hasil Untuk Tempat
Indah mempengaruhi mengetahui dan penghitungan mengetahui penelitian
Rachmawati efektivitas efektivitas kuantitatif efektivitas dari faktor-faktor
(2006) pelaksanaan pelaksanaa segi yang
pemeriksaan untuk pemeriksaan penyelesaian mempengaruhi
meningkatkan untuk yang dihitung efaktivitas
penerimaan Negara meningkatkan berdasarkan pada pelaksanaan
dari sektor pajak ( penerimaan penerbitan dan pmeriksaan
studi kasus KPP Negara dari realisasi Surat
Batu ) sektor pajak dan Perintah
faktor-faktor Pemeriksaan
yang Pajak
mempengaruhi (SP3) yang
pelaksanaan selesai, dimana
pemeriksaan . tahun 2003
termasuk dalam
kriteria kurang
efektif
sedangkan tahun
2004 dan 2005
termasuk dalam
kriteria sangat
efektif.

206
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian diperlukan penyesuaian dengan pokok permasalahan yang diteliti. Hal ini
berguna untuk mendapatkan data dan informasi dalam mendukung suatu penulisan untuk menentukan arah
kegiatan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Menurut
(Sugiyono, 2011:21) Penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk kesimpulan yang lebih luas.
Penggunaan jenis penelitian deskriptif dalam skripsi ini diharapkan mampu memberikan
gambaran dari data-data yang diperoleh mengenai efektivitas penyelesaian dan penerimaan atas hasil
pemeriksaan pajak penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Manado.

Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Manado yaitu pada KPP Pratama Manado, khususnya pada seksi
pemeriksaan yang mengurusi pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang lalai dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya.

Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan judul dan merumuskan masalah.
2. Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat.
3. Pengumpulkan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait serta pengambilan data-data
pada KPP Pratama Manado untuk mengetahui bagaimana tingkat Efaktivitas pelaksanaan pemeriksaan
pajak penghasilan khususnya orang pribadi dan realisasi surat perintah pemeriksaan (SP2) pajak.
4. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data.
5. Menarik kesimpulan dan memberikan saran yang dianggap perlu sebagai perbaikan dalam masalah yang
ada.

Jenis Data dan Sumber Data


Jenis Data
Data merupakan sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Menurut
(kuncoro, 2009:145) jenis data dapat dibedakan menjadi:
a. Data kuantitatif, adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka).
b. Data kualitatif, adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik.

Sumber data
sumber data menurut (Kuncoro, 2009:148) yang digunakan pada penelitian pada umumnya ada dua, yaitu:
1. Data primer
Data yang diperoleh dengan survey lapangan dengan menggunakan semua metode pengumpulan data
original.
2. Data Sekunder
Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat
pengguna data.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berupa arsip
atau dokumen yang dimiliki oleh KPP Pratama Manado selama tahun pajak 2010-2012, kemudian data-data
tersebut dianalisa secara deskriptif.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari dan memahami sumber informasi baik literatur, artikel, maupun
situs di internet yang relevan dan berhubungan dengan pembahasan.
2. Metode dokumentasi yaitu suatu proses untuk memperoleh data-data atau dokumen yang telah
dipublikasikan oleh pihak lain yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti.

207
Metode Analisis Data
Menurut (Ervina, 2007:35) analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Deskriptif. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menghitung tingkat efektivitas berdasarkan data dan hasil
penelitian yang didasarkan antara lain:
1. Dari segi penyelesaian pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target dan realisasi atas jumlah Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak yang selesai setiap tahunnya dengan menggunakan perhitungan sebagai
berikut:
Realisasi penyelesaian
Efektivitas = x 100 %
Target pemeriksaan + n

Dimana n = jumlah tunggakan pembayaran pajak yang terjadi dari pemeriksaan di tahun sebelumnya jika
ada.
Realisasi atas Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dimana, penyelesaian pemeriksaan dengan berdasarkan
jumlah penerbitan SP2 Pajak.

2. Dari segi penerimaan atas hasil pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target dan realisasi atas
ketetapan pemeriksaan setiap tahunnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Realisasi pemeriksaan
Efektivitas = x 100 %
Target pemeriksaan + n

Dimana n = jumlah tunggakan pembayaran pajak yang terjadi dari pemeriksaan di tahun sebelumnya jika
ada.
Realisasi atas ketetapan pemeriksaan dimana, besarnya jumlah penerimaan atas hasil pemeriksaan,
berdasarkan penerbitan SP2 Pajak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek Penelitian


Sebelum modernisasi birokrasi di bidang perpajakan, Kantor Pelayanan Pajak Manado merupakan
instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak Kanwil Sulbagut dan Sulbaguteng, yang bernaung di bawah
Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tugas dari Kantor Pelayanan Pajak Manado adalah melaksanakan
sebagian dari tugas-tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak, dalam mengelola penerimaan negara.
Pengelola yang berasal dari pajak-pajak negara ini, meliputi administrasi penerimaan, pajak negara,
ekstensifikasi pajak dan penetapan, penagihan pajak negara serta masalah-masalah lain yang berkenan dengan
permohonan keberatan dan restitusi pajak negara.
Kantor Pelayanan Pajak Manado berdiri pada pertengahan tahun 1959, yang merupakan pemecahan dari
Kantor Pelayanan Pajak Makassar, dimana pada waktu itu menggunakan istilah Kantor Inspeksi Keuangan.
Untuk daerah Sulawesi Utara, meliputi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah yang dalam perkembangan
selanjutnya, pada tahun 1969 diubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak, dengan wilayah kerja meliputi Sulawesi
Utara dan Sulawesi Tengah.
Dengan semakin berkembangnya potensi perekonomian Sulawesi pada umumnya dan Sulawesi Utara
dan Sulawesi Tengah pada khususnya, pada tahun 1979, Kantor Inspeksi Pajak Manado oleh Kantor Pusat DJP
dibagi menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Manado dan Kantor Inspeksi Pajak Palu. Dengan terbaginya
Kantor Inspeksi Pajak Manado menjadi dua wilayah kerja, maka dengan demikian terlihat jelas pembagian
wilayah administrasinya. sedangkan Kantor Inspeksi Pajak Manado wilayah kerjanya berkurang.
Pada tahun 1989, pemerintah menetapkan penggantian nama Kantor Inspeksi Pajak menjadi Kantor
Pelayanan Pajak. Dengan demikian berubah pula nama Kantor Inspeksi Pajak Manado, menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Manado. Kemudian dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah Wajib
Pajak yang potensial, di wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, maka pada tahun 1989, Kantor
Pelayanan Pajak Manado oleh Kantor Pusat dibagi menjadi tiga wilayah kerja yaitu, Kantor Pelayanan Pajak
Manado, Kantor Pelayanan Pajak Gorontalo, dan Kantor Pelayanan Pajak Luwuk. Dengan demikian berkurang

208
pula wilayah administrasi dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Manado. Sejak adanya modernisasi
birokrasi di bidang perpajakan, Kantor Pelayanan Pajak Manado diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Manado, yang berada di bawah Kantor Wilayah DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan
Maluku Utara.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado, diresmikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
yakni, Sri Mulyani Indrawati, pada bulan November 2008 di Bukit Tinggi bersamaan dengan KPP Pratama di
Lingkungan Kanwil DJP Suluttenggo & Malut, Kanwil DJP Nusa Tenggara, dan Kanwil DJP Papua & Maluku.
Saat mulai beroperasinya KPP Pratama Manado adalah pada tanggal 1 Desember 2008.

Hasil Penelitian
Target dan Realisasi Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
Pada Tabel 4.1 ditampilkan target dan realisasi surat perintah pemeriksaan pajak KPP Pratama Manado.
Tabel 4.1
Data Penyelesaian SP2 Pajak PPh Orang Pribadi
KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Tahun Target (SP2) Realisasi (SP2)
2010 21 21
2011 39 39
2012 4 4
Sumber: KPP Pratama Manado (diolah)

Dari Tabel 4.1 berdasarkan jumlah penerbitan SP2 Pajak kepada wajib pajak yang selesai diperiksa,
dapat dilihat terdapat kenaikan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) pajak yang diterbitkan KPP Pratama Manado
dari tahun 2010 ke tahun 2011, namun terdapat penurunan penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) pajak
pada tahun 2012, karna pada tahun sebelumnya penerbitan SP2 Pajak dilaksanakan oleh bagian fungsional
namun pada tahun 2012 penerbitan SP2 Pajak dilaksanakan oleh bagian satgas KPP Pratama Manado .

Data Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target dalam penerbitan SP2
Pajak
Pada tabel 4.2 ditampilkan data berdasarkan realisasi jumlah penerimaan atas hasil pemeriksaan yang
didasarkan pada pencapaian target atas surat perintah pemeriksaan pajak KPP Pratama Manado.
Tabel 4.2
Data Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target PPh Orang Pribadi
KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
2010 401.500.000 408.851.215
2011 441.900.000 457.228.400
2012 190.250.000 215.100.869
Sumber: KPP Pratama Manado (diolah)

Dari Table 4.2 berdasarkan realisasi jumlah penerimaan atas hasil pemeriksaan yang didasarkan pada
pencapaian target atas Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak, yang diselesaikan pada tahun 2010 sampai 2012
dapat dilihat bahwa, tahun 2010 sampai 2012 dari hasil penerimaan mampu mencapai target yang telah
ditetapkan. Pada tahun 2011 berdasarkan jumlah penerimaan pemeriksaan yang dilakukan ditahun sebelumnya,
KPP Pratama Manado sudah dapat menaikan penerimaan dari hasil pemeriksaan pajak dan Pada tahun 2012
terjadi penurunan penerimaan dari hasil pemeriksaan, karna berkurangnya penerbitan Surat Perintah
Pemeriksaan (SP2) pajak, namun pada tahun 2012 jumlah penerimaan mampu mencapai target yang telah
ditetapka.

209
Perhitungan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan dari segi waktu penyelesaian dengan berdasarkan penerbitan
ditambah saldo tunggakan jika ada, dan realisasi atas Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak.

Penghitungan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Berdasarkan Target dan Realisasi SP2 Pajak
Penghitungan Tingkat Efektivitas dari tahun 2010-2012 adalah sebagai berikut :

a) Tahun 2010
21
Efektivitas = x 100 % = 100%
21
b) Tahun 2011
39
Efektivitas = x 100 % = 100%
39
c) Tahun 2012
4
Efektivitas = x 100 % = 100%
4

Dari hasil penghitungan diatas dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas yang dicapai berdasarkan
penerbitan dan realisasi atas SP2 Pajak sebagai berikut:
a. Pada tahun 2010 yang dicapai adalah sebesar 100% maka tingkat efektivitas yang di capai termasuk dalam
kriteria efektif.
b. Pada tahun 2011 yang dicapai adalah sebesar 100% maka tingkat efektivitas yang di capai termasuk dalam
kriteria efektif.
c. Pada tahun 2012 yang dicapai adalah sebesar 100% maka tingkat efektivitas yang di capai termasuk dalam
kriteria efektif.

Penghitungan Efektivitas Berdasarkan Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian
Target
Penghitungan efektivitas Pelaksanaan dari segi penerimaan atas hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut :

a) Tahun 2010
408.851.215
Efektivitas = x 100 % = 101,8%
401.500.000
b) Tahun 2011
457.228.400
Efektivitas = x 100 % = 103,4%
441.900.000
c) Tahun 2012
215.100.869
Efektivitas = x 100 % = 113,1%
190.250.000

Dari hasil penghitungan dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas yang dicapai berdasarkan targetdan
realisasi dari penerimaan atas hasil pemeriksaan sebagai berikut :
a) Pada tahun 2010 yang dicapai adalah sebesar 101,8% maka tingkat efektivitas yang dicapai termasuk dalam
kriteria sangat efektif.
b) Pada tahun 2011 yang dicapai adalah sebesar 103,4% maka tingkat efektivitas yang dicapai termasuk dalam
kriteria sangat efektif.
c) Pada tahun 2012 yang dicapai adalah sebesar 113,1% maka tingkat efaktivitas yang dicapai termasuk dalam
criteria sangat efektif.

210
Pembahasan
Efektivitas Penyelesaian SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Pada Tabel 4.3 ditampilkan efektivitas penyelesaian SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama
Manado.
Tabel 4.3
Efektivitas Penyelesaian SP2 PPh Orang Pribadi
KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Tahun Presentase (%) Kriteria
2010 100% Efektif
2011 100% Efektif
2012 100% Efektif
Sumber: (diolah)

Dari hasil penghitungan diatas dari tahun 2010-2012 mempunyai tingkat efektivitas yang sama yaitu
sebesar 100%, karena KPP Pratama Manado selalu bisa menyelesaikan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak,
dalam jangka waktu yang telah ditentukan yaitu satu tahun, makanya tidak ada penumpukan SP2 Pajak tahun
sebelumnya yang harus diakumulasikan pada tahun berikutnya. Selain itu Wajib Pajak kooperatif dalam
melaksanakan pemeriksaan pajak sehingga tidak ada kesulitan yang terlalu mengkhawatirkan pemeriksa. Itu
berarti kinerja dari KPP Pratama Manado sudah baik karena bisa memenuhi target yang telah ditentukan, dan
sebaiknya KPP Pratama Manado bisa mempertahankan hal tersebut.
Wajib Pajak kooperatif yaitu WP memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pajak dan tingkat
kepatuhan yang relatif tinggi dengan selalu membayar pajak secara tepat waktu serta dalam pelaksanaan
pemeriksaan pajak tidak mempersulit fiskus seperti tidak menolak untuk menunjukkan dokumen/buku/catatan
yang diperlukan oleh pemerikasa, memberikan kesempatan pemeriksa untuk masuk kedalam ruangan yang
dianggap penting oleh pemeriksa guna memperlancar pemeriksaan, dan memberikan keterangan secara jelas
baik secara lisan maaupun tertulis kepada pemeriksa.

Efektivitas Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target Berdasarkan SP2
Pajak
Pada tabel 4.4 ditampilkan efektivitas realisasi jumlah penerimaan yang didasarkan pada pencapaian
target berdasarkan SP2 Pajak PPh orang pribadi KPP Pratama Manado.
Tabel 4.4
Efektivitas Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target Berdasarkan
SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Tahun Presentase (%) kriteria
2010 101,8% Sangat Efektif
2011 103,4% Sangat Efektif
2012 113,1% Sangat Efektif
Sumber: (diolah)

Dimana terjadi kenaikan pada tahun 2010 (101,8%), 2011 (103,4%) dan 2012 (113,1%) maka tingkat
efektivitas yang dimiliki termasuk dalam kriteria sangat efektif. Karena adanya kerjasama yang baik antara
petugas pemeriksa dengan Wajib Pajak, baik yang mempunyai penghasilan besar, menengah, dan kecil. Mereka
memiliki tingkat kesadaran dan kepatuhan yang relatif tinggi mengenai kewajiban perpajakannya. Padahal fokus
utama dari pemeriksaan adalah Wajib Pajak yang tidak patuh dan yang melakukan penghindaran/ penggelapan
pajak yang cukup tinggi, yang sebagian besar adalah WP besar dan menengah.
Berarti pihak KPP Pratama Manado sudah cukup berhasil melakukan pendekatan dengan metode
personal persuasive terhadap WP menengah dan kecil untuk kooperatif terhadap pelaksanaan pemeriksaan
pajak. Yang dimaksud dengan metode personal persuasif adalah dengan melakukan pemantauan ke lapangan
dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat usaha atau ketempat tinggal WP untuk melihat kondisi yang
sebenarnya terjadi.
Maka bisa dikatakan bahwa kedua indikator yang digunakan dalam pengukuran tersebut mempunyai
keterkaitan yang melengkapi antara indikator satu dengan indikator yang lainnya. Indikator yang pertama

211
merupakan penentu atas standar prestasi setiap pemeriksa pajak di KPP Pratama Manado yang telah ditetapkan
oleh pusat Direktorat Jenderal Pajak. Sehingga, penghitungan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan tidak dapat
ditentukan hanya dengan menggunakan satu indikator saja tanpa melihat indikator lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dengan berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Hasil penghitungan Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya PPh orang
pribadi dan realisasi surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak di KPP Pratama Manado, dari segi penyelesaian
yang dihitung berdasarkan pada penerbitan dan realisasi (SP2) Pajak yang selesai, dimana tahun 2010-2012
mempunyai tingkat efektivitas yang sama yaitu termasuk dalam kriteria efektif dengan presentase 100 % dan
Hasil penghitungan efektivitas dari segi penyelesaian penerimaan atas hasil pemeriksaan yang dihitung
berdasarkan target dan realisasi SP2 Pajak, dimana mempunyai tingkat Efektivitas pada tahun 2010 (101,8 %),
tahun 2011 (103,4%), dan tahun 2012 (113,1%) yang semuanya termasuk dalam kriteria sangat efektif. Atas
koordinasi yang baik antara pemeriksa dan wajib pajak pada saat dilakukannya pemeriksaan pajak sehingga
tidak ada kesulitan yang terlalu mengkhawatirkan petugas pemeriksa. Itu berarti bahwa kinerja dari KPP
Pratama Manado sudah sangat baik karena dapat memenuhi target yang telah ditentukan, dan sebaiknya KPP
Pratama Manado dapat terus mempertahankannya.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis
untuk KPP Pratama Manado agar supaya bisa digunakan untuk meningkatkan penerimaan pajak atas hasil
pelaksanaan pemeriksaan, yaitu :
1) Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat dengan pihak-pihak yang terkait mengenai informasi tentang
perpajakan terbaru, sehingga dapat diharapkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pajak semakin
meningkat.
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusia seperti pemeriksa pajak dengan memberikan
kompensasi dan intensif yang mencukupi agar supaya kinerja pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan
bisa lebih optimal.
3) Transparansi dalam proses pelaksanaan tugas dan penggunaan hasil penerimaan pajak sehingga dapat
diharapkan antusias yang baik dari masyarakat dalam membayarkan pajak.

212
DAFTAR PUSTAKA

Ervina, 2007. Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara dari sector

pajak.

Horngren, C.T, Harrison, Jr. (2007), Accounting, Pearson Prentice Hall, New Jarsey

Kuncoro, mudrajat. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana Menelitih dan Menulis Tesis?

Edisi 3. Penerbit Erlangga. Jakarta

Mardiasmo, Perpajakan. Edisi/Revisi 2009, Andi Yogyakarta

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK 545/KMK.04/2000. Tentang Tata Cara

Pemeriksaan Pajak

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Waluyo, Akuntansi Pajak. Edisi 2. 2009. Salemba Empat.

Waluyo, Perpajakan Indonesia. Edisi 10/2011 Salemba Empat.

Wirawan & Richard, Hukum Pajak, Edisi 5/ Revisi 2010. Salemba Empat.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Dan Bisnis, Alfabeta. Bandung

213

You might also like