You are on page 1of 27

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,

mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orangtua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat
traumatic dan penuh dengan stress.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa orangtua mengalami kecemasan yang tinggi saat
perawatan anaknya di Rumah Sakit, walaupun beberapa orangtua juga dilaporkan tidak
mengalaminya karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi permasalahan.

KONSEP HOSPITALISASI

A. PENGERTIAN

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi
atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan
ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang
mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.

Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah.

Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak
perpisahan, kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana
stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan mekanisme koping untuk
menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku maladaptifdari anak.

Untuk mengurangi dampak rawat nginap di rumah sakit, peran perawat sangat
berpengaruh dalam mengurangi ketegangan anak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengurangi dampak stress hospitalisasi antara lain :

a. Meminimalkan dampak perpisahan

b. Mengurangi kehilangan kontrol


c. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri.

Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam usahanya meminimalkan
stress akibat hospitalisasi, perlu adanya pengetahuan sebelumnya tentang stress hospitalisasi,
karena keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat tergantung dari pemahaman dan kesadaran
mengenai makna yang terkandung dalam konsep-konsep keperawatan serta harus memiliki
pengetahuan , sikap dan keterampilan dalam menjalankan tugas sesuai dengan perannya. Untuk
itu, penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat
dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah

Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu :

- cemas

- marah

- sedih

- Takut

- rasa bersalah

- Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan belum pernah
dialami

Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua menjadi sress pula, dan streess orang
tua akan membuat tingkat stress anak semakin miningkat. Sehingga asuhan kep tidak bisa hanya
berfokus pada anak , tetapi juga pada orangtuanya.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak


1. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan diawali
oleh situasi yang asing.binatang buas
2. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
3. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
4. Prosedur yang menyakitkan
5. Takut akan cacat atau mati.
6. Berpisah dengan orang tua dan sibling
B. REAKSI HOSPITALISASI

Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan
koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan,kehilangan,
perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.

Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai:


1.Pengalaman yang mengacam
2.Stressor
Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga

Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :


1.Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari
3.Keterbatasan mekanisme koping

Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :


1.Tingkat perkembangan usia
2.Pengalaman sebelumnya
3.Support system dalam keluarga
4.Keterampilan koping
5.Berat ringannya penyakit

Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:


1.Takut
1)Unfamiliarity
2)Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
3)Rutinitas rumah sakit
4)Prosedur yang menyakitkan
5)Takut akan kematian

2.Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada anak
dibawah usia 12 tahun
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi, sarung
tangan, penutup kepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung.

3.Privasi yang terhambat


Terjadi pada anak remaja ; rasa malu, tidak bebas berpakaian

A. Stressor pada Infant

a. pengertian
Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan Separation Anxiety dimana bayi menenagis
keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan,
pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis kuat.

b. Separation anxiety ( cemas karena perpisahan )


-Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat
-Kemampuan bahasa terbatas

c. Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap


1.Tahap Protes ( Fase Of Protes )
-Menangis kuat
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah

2.Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair )


-Tangis anak mula berkurang
-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
-Kadang anak tidak mau makan

3.Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial )


-Secara samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura )
-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
-Bermain dengan orang lain
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
-Anak mulai terlihat gembira

d. Kehilangan Fungsi dan Kontrol

Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta aktivitas di
rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak kehilangan
mobilitas dan menimbulkan stress pada anak

e. Gangguan Body Image dan Nyeri


o Infant masih ragu tentang persepsi body image
o Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari organ
tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma atau luka.
o Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan
dengan prosedur tindakan yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.

Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di
sekitar mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena perpisahan,
kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya menghisap jari, botol.

f. Manajenen Asuhan Keperawatan

Berikan asuhan yang konsisten


Menyanyi dan berbicara dg bayi
Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus berinteraksi selama prosedur
Anjurkan interaksi dg ortu: rooming in, ortu bicara ke anak dan ijin saat mau pergi
Biarkan mainan yg membuat rasa aman anak

Berikan asuhan yang konsisten

B. STRESSOR PADA ANAK USIA AWAL ( TODDLER & PRA SEKOLAH

Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang
sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi. Pada usia 6 bulan akan
memperlihatkan Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya.
Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg
berlebihan dan menangis kuat.

Respon prilaku yang anak sesuai dgn tahapannya yaitu :


1. Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil ortu, menolak perhatian orla.
2. Tahap putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat bermain dan makan, menarik
diri, sedih dan apatis.
3. Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal, dan anak mulai menyukai
lingkungan.

a.Pengertian anak tentang sakit:


1. Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena
anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka.
2. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias bermain dengan
temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah
sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
3. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu
atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.

b.Separation /perpisahan
-anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua
-anak sering mimpi buruk

c.Kehilangan fungsi dan control


Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi motorik
biasanya mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan
yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi regresi; ngompol lagi, suka
menghisap jari dan menolak untuk makan.Restrain / Pengekangan dapat menimbulkan anak
menjadi cemas

d.Gangguan Body Image dan nyeri


-Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi
-Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan

e. Manajemen Asuhan Keperawatan


Batasi aturan dan dorongan pada perilaku
Anjurkan ortu merencanakan kunjungan dg anak
Rencanakan kontak dg guru dan teman
Rencanakan aktifitas bermain --> bergerak
Ijinkan anak memilih dlm batasan yg dapat diterima
Berikan cara-cara anak dpt membantu pengobatan dan puji atas kerjasama anak
C. STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN
Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan

a.Pengertian tentang sakit


anak usia 5 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat mereka harus
istirahat di tempat tidur
Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang penyakit yang di
alaminya.

b.Separation /Perpisahan
Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa perpisahan terjadi.
Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsunng lama.
Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak sehingga dapat
mengakibatkan anak menjadi cemas.
c.Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering membuat anak
frustasi, marah dan depresi.
Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif mereka terhambat.

d.Gangguan body image dan nyeri


anak mulai menyadari tentang nyeri
Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi.

e. Manajemen Asuhan Keperawatann


Monitor perilaku untuk menentukan kebutuhan emosi terutama pada anak yang menarik diri
dan tidak berespon
Jelaskan prosedur rinci (jika anak meminta)
Anjurkan kunjungan teman sebaya
Diskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit dan perubahan tubuh
Berikan waktu diskusi
Biarkan anak memilih, partisipasi, privasi,
Ikuti kenginan anak ttg keberadaan ortu

D. STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR


a.pengertian:
Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor eksternal atau bakteri,
virus dan lain-lain.
Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah

b.Separation / Perpisahan
Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah
Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress
Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman

c.Kehilangan fungsi control


Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang dialaminya.

d.Gangguan body Image


Anak takut mengalami kecacatan dan kematian
Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat genitalianya

E. STRESSOR PADA ADOLESCENT/REMAJA

a.Pengertian tentang sakit


Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat kompleks
Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.

b.Separation / Perpisahan
Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan menimbulkan stress
akan perpisahan dengan teman sebayanya.
Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan peer groupnya jika mereka
mengalami kecacatan.

c.Kehilangan fungsi control


bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri remaja.
Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri

d.Gangguan body image


sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya dan sangat
mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena adanya perubahan body image.
Remaja khawatir diejek oleh teman / peer groupnya.
Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan organ seksual.

e. Manajemen Asuhan Keperawatan


Fasilitasi perencanaan aktifitas (peer)
Jelaskan ke ortu ttg kebutuhan mandiri
Monitor perilaku bahwa anak ingin bicara
Berikan permainan dan aktifitas lain yg membantu diskusi
Berikan penyuluhan rinci ttg prosedur, pengobatan, terapi yg menyangkut genital
Berikan privasi setiap prosedur

F. STRESSOR DAN REAKSI KELUARGA SEHUBUNGAN


DENGAN HOSPITALISASI ANAK

Bagian integral dari keluargaAnak


Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota keluarga
dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)

A. Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :

1.Tingkat keseriusan penyakit anak


2.Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3.Prosedur pengobatan
4.Kekuatan ego individu
5.Kemampuan koping
6.Kebudayaan dan kepercayaan
7 Komunikasi dalam keluarga

Pada umumnya reaksi orang tua:


1.Denial / disbelief
Tidak percaya akan penyakit anaknya
2.Marah / merasa bersalah
Merasa tidak mampu merawat anaknya
3.Ketakutan, cemas dan frustasi
-Tingkat keseriusan penyakit
-Prosdur tindakan medis
-Ketidaktahuan
4.Depresi
-terjadi setelah masa krisis anak berlalu
-Merasa lelah fisik dan mental
-Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah
-Berhubungan dengan efek samping pengobatan
-Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan
G. Reaksi sibling

a.Pada umumnya reaksi sibling


-merasa kesepian
-Ketakutan
-Khawatir
-Marah
-Cemburu
-Rasa benci
-Rasa bersalah

b.Pengaruh pada fungsi keluarga


-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik

c. Penurunan peran anggota keluarga


Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.

d. Cara mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak
Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan
Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga.
Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
Beri dukungan pada anak dan keluarga
Beri informasi yang adekuat.

H. REAKSI ORTU DAN SAUDARA KANDUNG TERHADAP ANAK YANG


DIHOSPITAL

1. Reaksi ortu :

Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat ortu melihat anak
mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus bijaksana dan bersikap pada anak
dan ortu).

Cemas yang paling tinggi dirasakan ortu pada saat menunggu informasi ttg
diagnosis penyakit anaknya.

Rasa takut muncul pada ortu terutama akibat takut kehilangan anak pada
kondisi sakit terminal.
prilaku yang sering ditunjukkan ortu : sering bertanya ttg hal yang sama secara
berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah.

2. Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan ortu mengetahui
bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.

3. Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan
dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis.

Reaksi saudara kandung

Marah

Cemburu

Benci dan bersalah

I. INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI

1. Meminimalkan sressor atau penyebab stres.

2. Melibatkan ortu berperan aktif dlm

1. perawatan (rooming in)

- Modifikasi ruang perawatan dgn membuat situasi ruang perawatyan seperti dirumah.

- Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.

- Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari pembatasan fisik jika anak dapat


kooperatif thp petugas.

- Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan : menjelaskan sebelum melakukan


prosedur.

2. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi


- Memberi kesempatan pada ortu mempelajari tukem anak dan reaksi anak thp sressor
yg dihadapi selama dirawat.

- Dapat dijadikan media untuk belajar ortu.

- Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak bergantung pada orla dan
percaya diri.

- Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan membagi pengalaman.

3. Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain

- Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS.

- Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama

- Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg
diyakininya.

- Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak .

4. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di RS :

- Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan : a. Siapkan ruang rawat sesuai dgn
tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan,

- b. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat
diorientasikan dgn situasi RS dgn bentuk miniatur bangunan RS.

Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan

a. Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.

b. Orientasikan anak dan ortu pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat
digunakan.

c. Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.

d.Berikan identitas pada anak


e. Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti.

f. Laksanakan pengkajian riwayat kep.

g.Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn yang programkan.

J. STRESOR- STRESOR LAIN

a. Masuk Rumah Sakit


Rencana: Konseling program oleh perawat
Tahu prosedur medis, fasilitas untuk pasien, petugas perawatan
Persiapan
Atur kamar berdasarkan tingkat usia, dx penyakit, penyakit menular, perkiraan lamanya dirawat
Siapkan teman sekamar (balita s/d remaja)
Siapkan kamar untuk anak dan ortu (formulir dan alat yg dibutuhkan tersedia)

b. Saat masuk
Kenalkan tim pada anak dan keluarga
Orientasi ruangan/ fasilitas
Kenalkan anak dan keluarga dg teman sekamar
Berikan gelang identitas
Jelaskan peraturan RS dan jadualnya
Ukur VS, TB dan BB
Lakukan pemeriksaan lab
Dukung anak saat dilakukan pemeriksaan fisik

c. Saat masuk UGD


Perpanjang prosedur persiapan masuk tidak tepat dan tidak mungkin pada situasi darurat
Jika bukan mengancam kehidupan, ajak anak bekerja sama

d. Focus pada komponen konseling dirawat


perkenalan, gunakan nama anak bukan sayang, tentukan tingkat tukem, inf status kes anak, inf
keluhan utama anak dan ortu

e. Saat msuk ICU


Siapkan anak dan ortu untuk ICU elektif (post op jantung)
Siapkan anak dan ortu untuk masuk yg tak terduga
Siapkan ortu s.d penampilan anak dan perilakunya, saat pertama mengunjungi anak di ICU
Temani ortu disisi tempat tidur anak--> support
Siapkan saudara kandung untuk kunjungan dan monitor reaksi mereka

Stressor di icu
Untuk anak dan keluarga
Stresor fisik
nyeri dan rasa tidak nyaman
imobilisasi
kurang tidur
Tidak mampu makan minum
Perubahan kebiasaan eliminasi

Untuk anak dan keluarga


Stresor fisik
nyeri dan rasa tidak nyaman
imobilisasi
kurang tidur
Tidak mampu makan minum
Perubahan kebiasaan eliminasi

f. Stresor Lingkungan
Lingk. asing
Bunyi yang asing
Orang asing
Bau asing dan tidak enak
Cahaya yg terus menerus
aktivitas ke pasien lain
kesiagaan petugas

g. Stresor Psikologis
kurangnya privacy
Tidak mampu berkomunikasi
Tidak cukup tahu dan paham tentang situasi
Penyakit yg berat
Perilaku ortu

h. Stresor Sosial
Hub. yg terputus
peduli thd sekolah atau pek
Gangguan/ kurang bermain

KONSEP HOSPITALISASI

1.Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau daruarat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu
cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2000:128).
2.Stresor Pada Anak Yang Dirawat Di Rumah Sakit
a.Cemas karena perpisahan.
Hubungan anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibat perpisahan dengan ibu akan
menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya dan akan
lingkungan yang dikenal olehnya. Sehingga pada khirnya akan menimbulkan perasaan tidak
aman dan rasa cemas.
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi menjdai dalam 3 tahap yaitu :
1).Tahap protes (Phase of protest)
Tahap ini dimanifetasikan dengan menangis kuat, menjerit, dan memanggil ibunya atau
menggunakan tingkah laku agresif seperti mencoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal
dan menolak perhatian orang lain.

2).Tahap putus asa (Phase of despair)


Pada tahap ini, anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk
bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi.
3).Tahap menolak (Phase of denial)
Pada tahap ni secara samar samar anak menerima perpisahan mulai tertarik dengan apa yang
ada disekitarnya dan membina hubungan dangkal dengan orang lain.
b.Kehilangan kendali.
Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan pandangan egoisentris
dalam mengembangkan otonominya.
c.Luka pada tubuh dan rasa sakit.
Pada akhir periode balita, anak biasanya sudah mampu mengkomunikasikan rasa nyeri yang
mereka alami dan menunjukan lokasi nyeri.
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang
anak dirawat di rumah sakit, anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena :
a.Anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun
lingkungannya dalam kebiasaan sehari hari.
b.Anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah
maupun kejadian kejadian yang bersifat menekan.
Perawat perlu memahami konsep stres hospitalisasi dan prinsip prinsip asuhan keperawatan
melalui pendekatan keperawatan (Nursalam, 2005:17).
Di usia sekolah takut akan sifat fisik dari sakit. Kekhawatiran berkaitan dengan perpisahan dari
teman seusia dan kemampuan untuk mempertahankan posisi dalam kelompok sebaya, menerima
penyebab eksternal dari sakit meskipun terletak di dalam tubuh (Wong, 2004 : 336).
3.Reaksi Keluarga Terhadap Anak Yang Sakit Dan Dirawat Di Rumah Sakit
a.Reaksi orang tua
Dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1)Tingkat keseriusan penyakit anak
2)Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit
3)Prosedur pengobatan
4)Sistem pendukung yang tersedia
5)Kekuatan ego individu
6)Kemampuan dalam penguasaan koping
7)Dukungan dari keluarga
8)Kebudayaan dan kepercayaan
9)Komunikasi dalam keluarga
b.Reaksi saudara sekandung (sibling)
Kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci dan merasa bersalah
c.Penurunan peran anggota keluarga
Dampak dari perpisahan terhadap peran keluarga adalah kehilangan peran orang tua, saudara,
anak, dan cucu. Perhatian orang tua hanya tertuju pada anak yang sakit, akibatnya saudara-
saudaranya yang lain menganggap bahwa hal tersebut adalah tidak adil. Nursalam (2005: 18
21).

Atraumatic care

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anak-anak merupakan masa lucu-lucunya anak sekaligus yang melelahkan bagi orangtua.
Banyak hal perlu diketahui orangtua selama masa perkembangan ini. Tingkah laku anak amat
beragam, seperti berperilaku agresif,menarik rambut,banyak kemauan, berbohong, dan tindakan
lain. Apabila orangtua salah menyikapinya, akan berdampak tidak baik bagi si anak dalam
perkembangan selanjutnya. Ketika masa anak sudah memasuki masa todler anak selalu
membutuhkan kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan suatu permainan yang dapat
menghiburnya.

Atraumatic care adalah asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak.
Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan
dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik
maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan suatu
bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana,
mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi
stres fisik maupun psikologis. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi
perkembangan anak. Sekarang banyak dijual berbagai macam mainan anak-anak, jika orang tua
tidak selektif dalam memilih jenis permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya
maka alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi secara efektif. Alat-alat
permainan hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga dapat
merangsang perkembangan anak dengan optimal. Dalam kondisi sakitmu aktifitas bermain tetap
perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Apakah anak mampu bermain
atau tidak dan jangan sampai anak bertambah parah sakitnya akibat bermain yang berlebihan.
Bukan tidak memperbolehkan namun membatasi. Terapi bermain di rumah sakit sebaiknya
dilakukan diruangan yang terdapat banyak alat-alat bermain. Hal tersebut juga harus disesuaikan
jenis kelamin dan usia anak. Terapi bermain ini bertujuan untuk mempraktekkan dan melatih
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu
aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan keterampilan koqnitif dan afektif. Tidak
hanya itu terapi bermain di rumah sakit juga dapat menghilangkan kejenuhan anak selama
dirawat dirumah sakit

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Atraumatik Care
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari Atraumatik Care
3. Untuk mengetahui dampak dari Atraumatik Care

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Atraumatic care adalah asuhan keperawatanj yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak.
Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan
dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik
maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan suatu
bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana,
mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi
stres fisik maupun psikologis.
Sedangkan Hospitalisasi adalah Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali kerumah.
Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang
asing,lingkunganya yang asing,orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan
menunjukkan rasa cemas.Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak
meningkat.Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi juga
pada orang tuanya

B. Prinsip-prinsip atraumatic care


Atraumatic care sebagai bentuk perawatan therapetik dapat diberikan pada anak dan keluarga
dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan, seperti
memperhatikan dari dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau
aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma.

1. Prinsip-prinsip yang dilakukan oleh perawat yaitu :


a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan,
ketakutan, dan kurangnya kasih sayang. Gangguan ini akan menghambat proses penyambuhan
anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontril perawatan anak Melalui peningkatan
kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya, anak akn
selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, slalu bersikan waspada dalam segala
hal, serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi
perawatan anaknya.
c. Mencegah dan mengurangi cedera (injury) nyeri (dampak psikologis) Mengurangi nyeri
merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa
nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan
maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan
psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ii terjadi pada saat anak dalam
proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terlambat, dengan
demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat
kondisi anak.

2. Modifikasi lingkungan fisik


Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan,
perasaan aman, dsan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan
merasa nyaman di lingkungannya.Faktor predisposisi terjadinya trauma pada anak yang
mengalami hospitalisasi diantaranya dampak lingkungan fisik rumah sakit dan perilaku petugas
itu sendiri sering kali menimbulkan trauma pada anak. Lingkungan rumah sakit yang asing bagi
anak maupun orang tuanya dapat menjadi stressor.

C. Reaksi terhadap hospitalisasi


Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan
koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan,kehilangan,
perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.
Reaksi anak pada hospitalisasi :
1. Masa bayi (0-1 th)
Dampak perpisahan
Pembentukan rasa P.D dan kasih sayang
Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
a. Menangis keras
b. Pergerakan tubuh yang banyak
c. Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 th)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan tahapnya.
a. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
b. Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis
c. Pengingkaran/ denial
1) Mulai menerima perpisahan
2) Membina hubungan secara dangkal
3) Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
a. Menolak makan
b. Sering bertanya
c. Menangis perlahan
d. Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan malu, takut
sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.
4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan
meninggalkan lingkungan yang dicintai , klg, klp sosial sehingga menimbulkan kecemasan.
Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dlm klg, kehilangan klp sosial,perasaan
takut mati,kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal.
5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat MRS cemas karena
perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan kontrol
Reaksi yang muncul :
a. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
b. Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan
respon :
- bertanya-tanya
- menarik diri
- menolak kehadiran orang lain. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi & Perasaan yang muncul
dalam hospitalisasi:
Takut dan cemas,perasaan sedih dan frustasi:

Kehilangan anak yang dicintainya:


1. Prosedur yang menyakitkan
2. Informasi buruk tentang diagnosa medis
3. Perawatan yang tidak direncanakan
4. Pengalaman perawatan sebelumnya
Perasaan sedih:
Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain &Perasaan frustasi:Kondisi yang
tidak mengalami perubahan Perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan,
menginginkan P.P
Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS: Marah,cemburu,benci,rasa bersalah.

D. Permainan therapeutik
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode
bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-
anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan
emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan
juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup
untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya
sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Macam macam bermain :
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat
oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.

2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan
ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya.
Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila
terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
E. Intervensi Keperawatan
Fokus intervensi keperawatan adalah
- meminimalkan stressor
- memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
- mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
1. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress
Dapat dilakukan dengan cara :
Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
Mencegah perasaan kehilangan kontrol
Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri
2. Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
Modifikasi ruang perawatan
Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
Surat menyurat, bertemu teman sekolah
3. Mencegah perasaan kehilangan kontrol:
Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan
kegiatan
4. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa
nyeri
Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
Tunjukkan sikap empati
Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita,
gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini
dengan terbuka.
5. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar .
Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
Memberi support kepada anggota keluarga.

6. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit


Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
Mengorientasikan situasi rumah sakit.
Pada hari pertama lakukan tindakan :
1) Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
2) Kenalkan pada pasien yang lain.
3) Berikan identitas pada anak.
4) Jelaskan aturan rumah sakit.
5) laksanakan pengkajian .
6) Lakukan pemeriksaan fisik.

BAB III
PEMBAHASAN

Atraumatic care adalah asuhan keperawatanj yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak.
Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan
dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik
maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan suatu
bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana,
mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi
stres fisik maupun psikologis.

Memodifikasi lingkungan fisik juga perlu diperhatikan karena melalui modifikasi lingkungan
fisik yang yang tepat seperti lingkungan yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan,
perasaan aman, dsan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan
merasa nyaman di lingkungannya.Faktor predisposisi terjadinya trauma pada anak yang
mengalami hospitalisasi diantaranya dampak lingkungan fisik rumah sakit dan perilaku petugas
itu sendiri sering kali menimbulkan trauma pada anak. Lingkungan rumah sakit yang asing bagi
anak maupun orang tuanya dapat menjadi stresso
Prinsip-prinsip yang dilakukan oleh perawat yaitu :
Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.Dampak perpisahan dari keluarga,
anak mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, dan kurangnya kasih
sayang. Gangguan ini akan menghambat proses penyambuhan anak dan dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontril perawatan anak Melalui peningkatan
kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya, anak akn
selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, slalu bersikan waspada dalam segala
hal, serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi
perawatan anaknya.
Mencegah dan mengurangi cedera (injury) nyeri (dampak psikologis) Mengurangi nyeri
merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa
nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan
maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan
psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ii terjadi pada saat anak dalam
proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terlambat, dengan
demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat
kondisi anak.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atraumatic care merupakan asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarganya dan merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak.
Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan
dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik
maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan suatu
bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana,
mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi
stres fisik maupun psikologis. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi
perkembangan anak. Sekarang banyak dijual berbagai macam mainan anak-anak, jika orang tua
tidak selektif dalam memilih jenis permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya
maka alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi secara efektif.

PENGERTIAN HOSPITALISASI
1. PENGERTIAN HOSPITALISASI PENGERTIAN

Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat
dirumah sakit.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang
dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan
dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.

PERUBAHAN YANG TERJADI AKIBAT HOSPITALISAI ADALAH :


1. Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh ,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan
identitasnya.
2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah dalam
fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.

3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.

4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi
masalahnya.

5. Takut dan Ansietas


Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing dan jauh
dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan terasing dari
orang yang dicintai.

You might also like