Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pergerakan. Komponen Utama dalam sistem Muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan
ikat yang menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%.
System ini terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan
penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor patologik,dan yang lainnya
karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah dengan adanya komplikasi yang
arteri, infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan
terjadi mal union, delayed union, non union atau bahkan perdarahan. (Price, 2002)
Kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1.3 juta setiap tahunnya dengan jumlah
penduduk 238 juta jiwa, merupakan terbesar di Asia Tenggara. Kejadian fraktur di
Indonesia yang dilaporkan depkes RI (2007) menunjukan bahwa sekitar 8 juta orang
mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda. Insiden fraktur di Indonesia 5,5%
Berdasarkan data dari ruang Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui jumlah
pasien yang akan melakukan operasi pada tahun 2008 sebanyak 933 orang dan yang
mengalami penundaan operasi sebanyak 58 orang sedangkan pada tahun 2009 jumlah
pasien yang akan melakukan operasi sebanyak 1.128 dan pada tahun 2010 sebanyak 1.129
orang dan yang mengalami penundaan operasi sebanyak 70 orang. Beberapa alasan
1
terjadinya penundaan operasi yaitu sedikitnya jumlah dokter sehingga jadwal pelaksanaan
operasi yang ditunda serta kecemasan yang datang dari diri pasien sendiri sehingga
operasi.
Dampak yang sering terjadi pada klien yang mengalami fraktur yaitu adanya atropi
atau pemendekan tulang. Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur meliputi reduksi terbuka dengan
fiksasi interna (Open reduction and internal fixation/ORIF). Sasaran pembedahan yang
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan
langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan
kesehatan untuk mencegah komplikasi. Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah bagaimana
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur Femur Dextra
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada Tn. L dengan
2
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur
dengan pada Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur Femur Dextra di Ruang Bedah
Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur Femur Dextra di Ruang Bedah RSUD Raden
Mattaher Jambi.
rangka penerapan asuhan keperawatan pada Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur
asuhan keperawatan pada Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur Femur Dextra di
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
keperawatan pada klien dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang Bedah RSUD
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Kesehatan
Harapan Ibu Jambi (Stikes HI) mengenai asuhan keperawatan pada pasien Fraktur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses Osteogenesis menjadi tulang.
Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya
Menurut (Syaifudin B.A 2005) Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang
1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang
rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.
Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan
tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis
dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun
remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh.
epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis
4
2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98%
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear (
berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
5
darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast,
melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 % endapan
garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen
dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama
adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion
6
tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam
hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan
jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel
pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-
garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu
atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan
disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian
ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap
sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat
pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut
osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel
asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas
7
biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit
tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan
muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan tulang
baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti dengan tulang
terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas
osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan
menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih
dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya
setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas
Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan
Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan
stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur
tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum
jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi
8
turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi hormon
dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang
penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang
vitamin D dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan
oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang
umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut.
ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap peningkatan
kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan
9
pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga
b. Fisiologi Tulang
2). Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan
lunak.
pergerakan).
4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema
topoiesis).
B. Defenisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup
adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa
C. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare 2002 menyebutkan penyebab fraktur dapat dibagi menjadi
10
1. Trauma langsung
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
penarikan.
4. Proses Penyakit
D. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer & Bare (2002) manifestasi klinik pada pasien Fraktur yaitu:
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya,
perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti rotasi pemendekan tulang dan
penekanan tulang.
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstrakviksasi darah dalam jaringan yang
11
3. Spasme otot, spasme involunter dekat dengan Fraktur
4. Tenderness
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan. Kehilangan sensasi seperti mati rasa
5. Shock Hipovolemik
6. Krepitasi
E. Patofisiologi
Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur diatas, fraktur dibagi menjadoi dua
yaitu fraktur tertutup dan frkatur terbuka. Pada fraktur tertutup akan terjadi kerusakan pada
kanalis havers dan jaringan lunak diarea fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut akan
terbentuk bekuan darah dan benang-benang fibrin serta hematoma yang akan membentuk
jaringan nekrosis. Maka terjadilah respon informasi informasi fibroblast dan kapiler-
kapiler baru tumbuh dan membentuk jaringan granulasi. Pada bagian ujung periosteum-
penunjang fibrosa. Selanjutnya akan dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang
menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi osteogenesis dengan
Sedangkan pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan pembuluh darah, maka
terjadilah perdarahan, darah akan banyak keluar dari ekstra vaskuler dan terjadilah syok
hipovolemik, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah atau hipotensi syok
hipovolemik juga dapt menyebabkan cardiac output menurun dan terjadilah hipoksia.
Karena hipoksia inilah respon tubuh akan membentuk metabolisme an aerob adalah asam
12
laktat, maka bila terjadi metabolisme an aerob maka asam laktat dalam tubuh akan
meningkat.
Fraktur
Benang-benang fibrin
Output
jaringan granulasi
13
bagian sumsum tulang mensuplai esteoblast laktat
F. Penatalaksanaan
Menurut Henderson (2002) penatalaksanaan terbagi atas 2 yaitu medis dan Fisioterapi
a. Medis
1) Traksi
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada
tarikan segaris dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi adalah
14
Jenis traksi ada dua macam yaitu : Traksi kulit, biasanya menggunakan
kirshner yang lebih halus, biasanya disebut kawat k yang ditusukan pada tulang
2) Reduksi
Jenis reduksi ada dua macam, yaitu : Reduksi tertutup, merupakan metode
untuk mensejajarkan fraktur atau meluruskan fraktur, dan Reduksi terbuka, pada
reduksi ini insisi dilakukan dan fraktur diluruskan selama pembedahan dibawah
b. Fisiotherapi
Alat untuk reimobilisasi mencakup exercise terapeutik, ROM aktif dan pasif.
ROM pasif mencegah kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal pada
sendi. ROM dapat dilakukan oleh therapist, perawat atau mesin CPM (continous
15
G. Komplikasi
Menurut Iskandar (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada pasien fraktur adalah sebagai
berikut:
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
b. Kompartement Syndrom
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan
bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen
16
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkmans Ischemia.
f. Shock
pada fraktur.
a. Delayed Union
b. Nonunion
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
17
c. Malunion
H. Tes Diagnostik
tulang, temogram, scan CI: memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
e. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,
(Iskandar. 2008)
1. Pengkajian
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
18
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
digunakan:
(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
19
c) Riwayat Penyakit Sekarang
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh
D, 2005).
Donna D, 2005).
20
f) Riwayat Psikososial
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
D,2005).
yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar
21
(3) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola
Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
Donna D, 2005).
22
(7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.
gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji
beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
23
2) Pemeriksaan Fisik
perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
mendalam.
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda, seperti:
maupun bentuk.
(b) Kepala
24
(c) Leher
menelan ada.
(d) Muka
(e) Mata
(f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
(g) Hidung
(i) Thoraks
(j) Paru
(1) Inspeksi
25
(2) Palpasi
(3) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
(4) Auskultasi
(k) Jantung
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
(l) Abdomen
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
26
(m)Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
b) Keadaan Lokal
muskuloskeletal adalah:
(a) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti
bekas operasi).
(c) Fistulae.
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini
27
Yang perlu dicatat adalah:
ukurannya.
dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik
28
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-
ray:
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya
seperti:
yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan
29
(3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak
rusak.
b) Pemeriksaan Laboratorium
penyembuhan tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain
(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
fraktur.
(4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
pada tulang.
30
J. Diagnosa Teoritis
Menurut Doengoes. 1999 diganosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien yang
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka
neuromuskuler
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Tn. L umur 27 tahun jenis kelamin laki-laki Agama Islam Suku bangsa melayu Pekerjaan
swasta Alamat RT 15 Telanai Pura jambi masuk Rumah sakit diruangan Bedah melalui IGD
dengan Alasan masuk rumah sakit yaitu nyeri pada bagian paha kanan akibat kecelakaan motor
dijalan raya. Saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada bagian paha kanan skala nyeri 6 dan
nyeri bertambah saat klien menggerakan kakinya. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. klien
Tampak lemah, kesadaran komposmentis, tampak bengkak, terdapat ruam merah pada paha
kanan. TD 110/80 Nadi 80x/menit RR 21x/menit Suhu 36oC. Aktivitas klien tampak dibantu
keluarga. Klien tampak cemas dengan kondisinya. Pada ekstremitas bawah pada bagian dekstra
sulit digerakan. Jika digerakan terasa nyeri dan klien tidak dapat melawan hambatan. Dari hasil
Dokter mengindikasikan untuk segera dilakukan Operasi ORIF pada daerah Femur dekstra.
Karena dari hasil Rontgen terdapat Fraktur 1/3 distal Femur Dextra.
32
A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 9 agustus 2015
Unit : III
Ruang : Bedah
1. Identitas
a. Klien
Nama : Tn. L
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : swasta
b. Penaggung jawab
Nama : Ny. S
Alamat Rumah : Telanai Pura Jambi
Hubungan dengan klien : Istri klien
2. Data Medik
Diagnosa Medis
33
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada bagian paha kanan skala nyeri 6 dan
nyeri bertambah saat klien menggerakan kakinya. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk. klien Tampak lemah, kesadaran komposmentis, tampak bengkak, terdapat
ruam merah pada paha kanan. TD 110/80 Nadi 80x/menit RR 21x/menit Suhu 36oC.
Aktivitas klien tampak dibantu keluarga. Klien merasa sedikit cemas karena nyeri
yang dirasakannya terus bertambah dan juga saat dokter memberitahu kalau akan
dilakukan tindakan operasi.
Keterangan
: Laki-laki :Penderita
Kebiasaan sehari-hari
34
a. Nutrisi cairan / makanan
1) Keadaan sebelum sakit nafsu makan klien ada, jumlah makan 3x sehari yang
masuk satu porsi, klien tidak ada merasakan nyeri ulu ati dan mual. Jumlah
minum klien kurang lebih 6-7 gelas/ hari dengan air mineral.
2) Keadaan sejak sakit nafsu makan klien relative baik juga, jumlah makan 3x/ hari
yang masuk kurang dari 1 porsi kadang satu porsi habis, tidak ada nyeri ulu hati.
Tidak ada mual tidak ada muntah. Jumlah minum klien kurang lebih 5 gelas/hari
air putih.
b. Eliminasi
1) Keadaan sebelum sakit : frekuensi BAB hanya 1 x 24 jam, waktu BAB sering
pagi hari, bentuk feses lunak / padat, klien tidak ada keluhan saat BAB. Frekuensi
BAK 3x / 24 jam atau 4x/ 24 jam, warna urine kuning bening, volumenya kurang
lebih 800 cc, baunya khas, pasien BAK lancar.
2) Keadaan sejak sakit : frekuensi BAB 1 x/ 48 jam, waktu BAB pagi terkadang
malam hari, bentuk feses lembek, dan tidak ada keluhan BAB. Frekuensi BAK
4x / 24 jam, warna urin kuning, volumenya kurang lebih 600 cc, baunya khas.
c. Aktifitas Latihan
1) Keadaan sebelum sakit : aktivitas / perawatan diri pasien dilakukan mandiri.
2) Keadaan sejak sakit : perawatan diri pasien makan, minum, mandi, berpakaian,
mau BAB dan BAK. Tampak dibantu oleh keluarga.
d. Tidur / istirahat
1) Keadaan sebelum sakit : klien ada tidur siang kurang lebih sekitar 11/2 jam, tidur
malam kurang lebih sekitar 7 jam, sebelum tidur kebiasaan klien sering nonton
TV.
2) Keadaan sejak sakit : klien ada tidur siang kurang lebih sekitar 1 jam, tidur malam
kurang lebih sekitar 6 jam, ekspresi wajah mengantuk (-) , tampak menguap (-).
5. Data Sosial
Tempat tinggal klien : Telanai Pura Jambi, Jambi. Hubungan klien dengan
keluarga/kerabat dan orang lain terjalin baik, Hubungan klien dengan dengan perawat
terjalin baik dan Adat istiadat yang di anut Melayu.
35
6. Data psikologis
Klien tampak cemas dengan kondisinya. Apa lagi setelah dokter memberitahu kalau
pasien akan dilakukan prosedur dalam operasi pemasangan ORIF.
7. Data Spiritual
Klien menganut agama islam, klien tampak memahami agamanya dan klien sering
berdoa untuk kesembuhannya.
8. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
Kesadaran pasien komposmetis, GCS : E4, V5, M6. Pasien masih dalam kesadaran
normal.
1) TD : 110/80 mmHg
2) Nadi : 80x / menit
3) RR : 21 x / menit
4) Suhu : 36 0C, menggunakan Axila
b. Antropometri
lingkaran tangan atas : 27 cm, lipat kulit triceps: 23,5cm, TB : 170 cm, BB : 59 kg,
IMT : 20,41 kg/m2
c. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, keadaan rambut lebat, kulit kepala
bersih, tidak ada benjolan. Tidak ada lesi.
d. Mata/Penglihatan
Ketajaman penglihatan normal, alis mata simetris, bulu mata berwarna hitam, dan
simetris, kelopak mata klien normal, isokor, sclera jernih/putih,, palpebra berwarna
gelap, pandangan mata baik, mata klien tidak ada peradangan serta pasien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
e. Hidung/Penciuman
Bentuk hidung mancung, simetris, warna stuktur dalam hidung merah muda. Fungsi
penciuman baik. Tidak ada perdarahan dan pembengkakan pada hidung.
f. Telinga/Pendengaran
Warna telinga sawo matang, Tidak terdapat lesi, fungsi pendengaran baik, tidak ada
nyeri, tidak menggunakan alat bantu penderangan.
36
g. Mulut/Pengecapan
Bibir berwarna merah kehitaman, simetris, kelembaban kurang (mukosa bibir
kering), gigi bersih, gigi lengkap, tidak menggunakan gigi palsu, keadaan gigi dan
gusi baik, fungsi mengunyah baik, fungsi mengecap baik, fungsi bicara baik.
h. Leher
Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening klien. Kelenjar
thyroid dan submandibularis klien normal/baik, kaku kuduk klien tidak ada.
i. Dada
I : bentuk dada simetris, kualitas napas klien cepat, pasien tidak ada batuk dan
tidak terdapat penggunaan otot bantu pernafasan.
P : Tidak terdapat benjolan, krevitasi tidak ada
P : Disaat perkusi sonor
A : Suara nafas vesikuler
j. Kardiovaskuler
I : tampak ictus kordis
P : Denyut nadi perifer meningkat, ictus kordis teraba.
P : Perkusi jantung pekak
A : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan)
k. Abdomen
I : Tidak terdapat lesi, ascites ( - )
A : Bising usus (10 x /menit )
P : Tidak teraba masa, tidak ada nyeri tekan
P : Perkusi terdengar : Tympani
l. Neurologi
1) Nervus olfaktorius (N.1) : fungsi penciuman baik
2) Nervus Optikus (N.II) ; fungsi penglihatan baik
3) Nervus okumotorius (N.III) : fungsi kelopak mata baik
4) Nervus trokhlearis (N.IV) : fungsi gerakan bola mata baik
5) Nervus trigeminus (N.V) : fungsi panca indra baik
37
6) Nervus Absuden (N.VI) : fungsi bola mata baik
7) Nervus Fasialis (N.VII) : ekspresi wajah normal
8) Nervus Verstibulokoklearis (N.VIII) : Pendengaran baik
9) Nervus glosofringeus (N.IX) : sensasi Pengecapan baik
10) Nervus Vagus (N.X) : reflek muntah baik
11) Nervus accecorius (N.XI) : klien dapat menggerakan bahu
12) Nervus hipoglosus (N.XII) : dapat menjulur lidah dengan baik
m. Ekstremitas
Extremitas Atas : Tangan kiri dan tangan kanan normal dapat bergerak sesuai fungsi.
Tidak ada nyeri saat digerakan. Konsistensi otot klien baik
Extremitas Bawah : kaki kiri klien normal dapat digerakan sesuai fungsi tidak ada
nyeri tekan dan dapat bergerak normal. Tonus otot klien dengan konsistensi
kekenyalan baik. Pada kaki kanan terpasang Bidai pada daerah Femur. Dan terdapat
tremor serebellar. Nyeri saat digerakan dan tampak bengkak,
5555 5555
5555 2222
n. Integumen /Kulit
Warna kulit sawo matang, pada kaki kanan terdapat ruam merah dan sedikit
pembengkakan.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : Tanggal 10/08/2015
a. HB : 11 gr/dl ( P : 14 - 18 gr dan W : 12 - 16 gr )
b. Leukosit : 10.000 ml3 ( 4000 11000 / 5000 10000 )
c. Trombosit : 173.000/mm3 ( 150.000 450.000 / mm3 / 150 300 103/mm3)
d. Pemeriksaan Rontgen terdapat Fraktur 1/3 distal Femur Dextra.
10. Terapi
a. IVFD RL : 20 tetes/menit
b. Citicholin 3x1 (IV)
c. Dexametason 2x1 amp (IV)
d. Keterolac 3x1 (IV)
e. Ranitidine 2x1 IV
38
ANALISA DATA
Nama : Tn. L
Umur : 27 tahun
39
Aktivitas klien tampak dibantu
keluarga
Tampak pembengkakan pada kaki
Klien tampak meringis kesakitan saat
menggerakan kakinya
Kekuatan Otot
5555 5555
5555 2222
DS : Kurang pengetahuan Ansietas
Klien mengatakan kalau takut akan tentang pengobatan
dioperasi (Operasi Pemasangan
Klien mengatakan tidak mengetahui ORIF)
ORIF itu apa
Klien mengatakan kalau dirinya ragu
untuk dilakukan pemasangan ORIF
DO:
Klien tampak gelisah
Klien tampak sering bertanya teknik
pemasangan ORIF
Klien selalu meminta saran dengan
perawat dan keluarga untuk
meyakinkan dirinya terhadap operasi
pemasangan ORIF
40
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. L
Umur : 27 tahun
41
2. Hambatan Tujuan : Mandiri : 09.00 WIB
Mobilitas Setelah 1. Kaji derajat 1. Pasien mungkin
fisik dilakukan imobilitas yang dibatasi oleh
berhubungan intervensi 3 x 24 dihasilkan oleh persepsi diri
dengan jam diharapkan cedera tentang
diskontinuita aktivitas klien 2. Berikan papan kaki, keterbatasan fisik
s jaringan bisa dilakukan bebat pergelangan actual, memerlukan
tulang secara mandiri. 3. Bantu mobilisasi informasi
(fraktur) KH : dengan kursi roda, 2. Berguna untuk
a. Klien kruk, tongkat mempertahankan
melakukan sesegera mungkin, fungsi fungsional
aktivitas intruksikan ekstremitas
secara keamanan dalam tangan/kaki
mandiri. menggunakan alat mencegah
mobilisasi kontraktur
4. Awasi TD dengan 3. Menurunkan
melakukan aktivitas komplikasi tirah
5. Kolaborasi dengan baring,
ahli fisioterapi meningkatakan
penyembuhan
fungsi organ
4. Hipertensi pertural
adalah masalah
umum menyertai
tirah baring lama
dan dapat
memerlukan
intervensi khusus
5. Untuk
merencanakan
program terapi
yang tepat
42
3. Ansietas Tujuan : Mandiri :
berhubungan Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
dengan dilakukan kecemasan klien tingkat kecemasan
prosedur intervensi 1 x 24 2. Meminta keluarga klien
pemasangan jam diharapkan untuk selalu 2. Agar klien merasa
ORIF tingkat mendampingi klien aman dan nyaman
kecemasan klien 3. Memberikan 3. Meningkatkan pola
menurun. support system dan koping yang efektif
KH : motivasi kepada 4. Informasi yang
a. Klien tampak klien jelas yang
tenang 4. Jelaskan prosedur diberikan kepada
b. Klien tidak dan tindakan klien dapat
gelisah lagi pengobatan menurunkan
tingkat kecemasan
pada klien sendiri
43
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. L
Umur : 27 tahun
44
2. Memberikan papan kaki, bebat sangat
pergelangan sulit
H: pasien tidak bsa untuk
menggerakan kaki dengan beraktivi
luluasa tas
3. Membantu mobilisasi dengan sendiri
kursi roda, kruk, tongkat O : aktivitas
sesegera mungkin, intruksikan tampak
keamanan dalam menggunakan dibantu
alat mobilisasi keluarga
H: pasien hanya bergerak pada A : masalah
daerah sekitar kamar saja belum
4. Mengawasi TD dengan terataasi
melakukan aktivitas P : intervensi 1
H: TD 110/70 mmHg 5
5. Berkolaborasi dengan ahli dilanjutk
fisioterapi an
45
H: klien mengatakan menjadi Tidak
lebih yakin untuk pemasangan gelisah
ORIF lagi
A : masalah
keperaw
atan
teratasi
P : intervensi
dihentik
an
2. 11 DX.I 1. Mempertahankan imobilisasi S: klien
agustus bagian yang sakit dengan tirah mengatakan
2015 baring, gips atau pembidaian masih terasa
Jam H: klien masih tampak sedikit nyeri tapi
meringis sedikit sudah
2. Meninggikan dan dukung mulai
ekstremitas yang terkena berkurang
H: klien sedikit sudah merasa O: klien
merasa nyaman tampak sedikit
3. Mengevaluasi keluhan nyeri, rileks,
perhatikan lokasi, karakteristik A: Masalah
dan intensitas nyeri Keperawatan
H: Klien mengeluh Nyeri di paha teratasi
kanan dengan skala 5 sebagian
4. Melakukan kompres dingin 24- P: intervensi
48 jam pertama sesuai 2,3,45
keperluan. dilanjutkan
H: Klien sedikit rileks besok tanggal
5. Berkolaborasi pemberian 12 agustus
analgetik 2015
H: pasien mengatakan nyeri
sudah sedikit berkurang skala
nyeri 5
46
6. Direncanakan untuk prosedur
pemasangan ORIF
H: pemasangan ORIF
dijadwalkan pukul 15.00
47
3. Mengevaluasi keluhan nyeri, O: klien
perhatikan lokasi, karakteristik tampak rileks
dan intensitas nyeri A: Masalah
H: Klien masih mengeluh Nyeri keperawatan
di paha kanan dengan skala 4 teratasi
4. Melakukan kompres dingin 24- sebagian
48 jam pertama sesuai P: intervensi
keperluan. dihentikan.
H: Klien tampak rileks Pasien
5. Berkolaborasi pemberian melakukan
analgetik rawat jalan
H: pasien mengatakan nyeri
sudah sedikit berkurang skala
nyeri 4
48
H: diinstruksikan untuk pasien
melakukan aktivitas keluar melakukan
ruangan rawat jalan dan
segera pulang.
49
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada Tn. L dilakukan dengan dengan cara anamnesa (keluhan utama,
diagnostik.
Pada pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2015 didapatkan
bahwa klien mengalami tiga masalah keperawatan. Masalah keperawatan tersebut adalah
Terkait dengan masalah keperawatan nyeri, hal tersebut terjadi karena kondisi trauma
perubahan fragmen tulang sehingga terjadi kerusakan pada jaringan dan pembuluh darah
mengakibatkan perdarahan local atau terjadi hematoma pada daerah fraktur. Sehingga
mengakibatkan aliran darah pada daerah distal berkurang atau terhambat. Ditandai dengan
warna jaringan pucat nadi lemah dan terjadinya sianosis. Disebut juga dengan kerusakan
Pengkajian terhadap psikologis klien didapatkan kecemasan klien akan kondisi yang
dialami. Klien terlihat cemas dan gelisah. Klien maupun keluarga klien sering bertanya
50
dengan dokter yang memeriksa dan perawat yang merawat tentang prognosis penyakit
yang diderita.
diagnostik yang menyatakan terdapat adanya Fraktur pada bagian 1/3 distal femur dekstra,
dapat disimpulkan bahwa klien mengalami Penyakit Fraktur Femur Dekstra Tertutup.
Sehingga asuhan keperawatan yang diberikan pada klien lebih difokuskan dan
B. Diagnosa
Pada kasus terdapat 3 diagnosa yaitu : Nyeri berhubungan dengan trauma langsung,
pergesaran fragmen tulang, yang kedua yaitu Gangguan Mobilitas fisik berhubungan
dengan diskontinuitas tulang dan yang terakhir yaitu Ansietas berhubungan dengan
Yang menjadi pembeda antara kasus pemicu dan teoritis yaitu diteoritis terdapat
kerusakan integritas jaringan akan tetapi di kasus pemicu tudak ada. Dikarenakan data-
data untuk menunjang tegaknya diagnose kerusakan integritas jaringan sangat minim
sekali. Akan tetapi di kasus muncul masalah baru yaitu tingkat kecemasan klien terhadap
C. Intervensi
yang mengacu kepada teori yang ada, namun disesuaikan dengan kondisi pasien serta
sarana dan prasarana yang ada. Rencana yang disusun untuk masing-masing diagnosa
51
Ada beberapa rencana yang ada pada teori tetapi tidak diangkat pada kasus karena
disesuaikan dengan kondisi pasien serta sarana dan prasarana yang ada
D. Implementasi
Pada tahap implementasi hampir semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sesuai
pada diagnosa pertama adalah Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan
tirah baring, gips atau pembidaian, Meninggikan dan dukung ekstremitas yang terkena,
Melakukan kompres dingin 24-48 jam pertama sesuai keperluan, Berkolaborasi pemberian
Pada diagnose kedua intervensi yang diberikan yaitu: Mengkaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh cedera, Memberikan papan kaki, bebat pergelangan, Membantu mobilisasi
dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin, intruksikan keamanan dalam
Pada Diagnosa ketiga intervensi yang diberikan yaitu : Mengkaji tingkat kecemasan
klien, Meminta keluarga untuk selalu mendampingi klien, Memberikan support system
Dari ketiga diagnosa tersebut semua intervensi dapat dilaksanakan sesuai yang telah
belum teratasi. Pada saat setelah selesai klien menjalani operasi pemasangan ORIF
keluarga ingin Tn. L dirawat diruangan yang lebih baik. Jadi keluarga memindahkan
52
pasien dari kelas 3 ke kelas 1. Dan intervensi dilanjutkan oleh perawat yang bertugas
disana
E. EVALUASI
Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah
dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari diagnosa keperawatan yang telah
ditegakkan, dan implementasi yang telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. L, maka dapat
yakni nyeri, Gangguan mobilitas fisik, dan ansietas. Gejala yang ditemukan pada
klien yaitu nyeri pada ekstremitas bawah pada bagian Femur Dekstra, tampak
bengkak dan muncul ruam merah, klien tampak lemah. Pada pengkajian psikologis
terdapat kecemasan yang dialami klien terhadap penyakit yang diderita. Hasil
Femur Dekstra Tertutup yakni pada bagian Femur dekstra sulit dan terasa nyeri saat
digerakan. Dan hasil rontgen menunujukan Patahan pada bagian 1/3 distal femur
dekstra.
2. Pada kasus terdapat 3 diagnosa yaitu : Nyeri berhubungan dengan trauma langsung,
3. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dilakukan secara intensif
teori Maslow yang disesuaikan dengan situasi dengan kondisi rumah sakit. Prioritas
4. Implementasi secara umum dapat dilakukan sesuai dengan rencana. Klien dapat
54
dexametason), obat-obatan golongan antasida, IVFD RL 20 tetes/menit. Melakukan
terhadap kondisi penyakit yang dialami klien dan yakin dalam pemasangan ORIF
Diagnosa keperawatan Gangguan mobilitas fisik juga teratasi sebagian sampai hari
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa keperawatan hendaknyaa dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan
mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Penyakit Fraktur Femur
tertutup dengan mengadakan suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
2. Bagi Akademik
Diharapkan kepada lembaga institusi kesehatan khususnya Sekolah Tinggi Harapan
Fraktur Femur tertutup sehingga para mahasiswa dapat lebih terarah/terfokus dalam
55
Daftar Pustaka
Smeltzer Suzanne, C (2002). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.
Syaifudin B.A (2005) Anatomi Fisiologi Bagi Mahasiswa Perawat. Jilid II. Jakarta : EGC
56