You are on page 1of 14

ANALISIS PERBANDINGAN SUMUR PRODUKSI BERDIAMATER BESAR

(BIG HOLE) DAN SUMUR BERDIAMETER STANDAR PADA SUMUR X


DI PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY, LAPANGAN
PANASBUMI KAMOJANG, JAWA BARAT

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa


pada Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya

Oleh :
Muhammad Sukma Wijaya
03121402066

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2016
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul : ANALISIS PERBANDINGAN SUMUR PRODUKSI


BERDIAMETER BESAR (BIG HOLE) DAN SUMUR
BERDIAMETER STANDAR PADA SUMUR X DI PT
PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY, LAPANGAN
PANASBUMI KAMOJANG, JAWA BARAT
2. Pengusul
a. Nama : Muhammad Sukma Wijaya
b. JenisKelamin : Laki-Laki
c. NIM : 03121402066
d. Semester : VIII (Delapan)
e. Fak/Jurusan : Teknik/Pertambangan
f. Institusi : UniversitasSriwijaya
g. NomorTelepon : 0853-8149-1914
h. Alamat Email : wijaya.muhammad.95@gmail.com
3. Waktu Penelitian : 18 Juli 18 September 2016
4. Lokasi Penelitian : PT Pertamina Geothermal Energy, Kamojang, Jawa
Barat
Palembang, Maret 2016
Pembimbing Proposal, Pengusul,

Ir. H. Maulana Yusuf, MS, MT Muhammad Sukma Wijaya


NIP. 195909251988111001 NIM. 03121402066

Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Hj.Rr. Harminuke Eko Handayani, ST.,MT


NIP. 196902091997032001

A. JUDUL
ANALISIS PERBANDINGAN SUMUR PRODUKSI
BERDIAMATER BESAR (BIG HOLE) DAN SUMUR
BERDIAMETER STANDAR PADA SUMUR X DI PT.PERTAMINA
GEOTHERMAL ENERGY, LAPANGAN PANASBUMI
KAMOJANG, JAWA BARAT
B. LOKASI
PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY KAMOJANG

C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan

D. LATAR BELAKANG
Indonesia dilalui sabuk vulkanik yang membentang dari Pulau
Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi. Di dalam sabuk
vulkanik itu terdapat sekitar 117 pusat gunung berapi aktif yang membentuk
jalur gunung api sepanjang kurang lebih 7.000 km. Indonesia memiliki 40
persen potensi panas bumi di dunia karena Indonesia memiliki 265 lokasi
panas bumi dengan total potensi energi mencapai 28.100 MWe. Tahun 2009,
beberapa lokasi panas bumi baru ditemukan seperti Kebar di Manokwari,
Papua Barat, Tehoru, Banda Baru, Pohon Batu, Pohon Batu dan Kelapa Dua
di Maluku, Lili, mapili dan Alu di Mandar, Sulawesi Barat. Ironisnya, baru 4
persen saja (1.189 KWe) dari potensi panas bumi tersebut yang telah
dimanfaatkan. Bandingkan dengan Filipina yang telah memanfaatkan 44,5 %
potensi energi panas buminya. Minimnya pemanfaatan energi panas bumi ini
tergambar dari komposisi sumber listrik di Tanah Air. Listrik yang digunakan
di Indonesia sebagian besar memanfaatkan energi konvensional. Baru 3 %
saja dari tenaga listrik yang ada di Indonesia yang memanfaatkan energi
panas bumi. Sementara, BBM 20,6 %, batubara 32,7 %, dan gas alam 32,7 %
(Nur, 2012).

Sebagian potensi panas bumi yang telah dimanfaatkan di provinsi


Jawa Barat, diantaranya lapangan panas bumi Darajat, Wayang Windu, Salak,
dan Kamojang. Lapangan panas bumi Kamojang, Jawa Barat, yang dikelola
Pertamina sejak 1983 merupakan yang terbaik di dunia karena uap yang
dikeluarkan sangat kering (very dry) dan kelembabannya sangat rendah.
Pertamina Geothermal Energy (PGE), pun terus akan mengembangkan
potensi panas bumi di Kamojang dari kapasitas saat ini yang sebesar 200 MW
menjadi 1.000 MW di masa datang. Kondisi uap yang sangat kering dan
kelembabannya sangat rendah tersebut memungkinkan uap untuk langsung
masuk ke turbin dan tidak perlu chemical treatment demi mendapatkan
kualitas uap yang bagus. Terdiri atas empat unit yakni PLTP Unit 1 dengan
produksi 30 MW, unit 2 dan 3 masing-masing kapasitas 55 MW, yang
dimiliki dan dioperasikan oleh PLN. Sebanyak 200 MW yang dipasok dari
PLTP Kamojang itu 140 MW di antaranya berupa uap yang dipasok ke
Indonesia Power (anak perusahaan PT PLN) dan 60 MW berupa listrik yang
langsung dipasok kepada PLN. Tapi yang masih menjadi kendala adalah
jangkauan jaringan dari PLN untuk mencapai titik-titik PLTP yang letaknya
tidak bisa terlalu jauh dari sumber panas bumi (Martikno, 2012).

Sumur panasbumi umumnya menggunakan rangkaian casing


berukuran casing 20,13 3/8, 9 5/8 dan liner 7 (Gambar 7.2). Namun
beberapa tahun terakhir ini banyaksumur yang dibor dengan diameter lebih
besar besar (big hole), dimana casing yangdigunakan berukuran adalah 30,
20, 13 3/8 dan 9 5/8. Pengalaman di beberapa lapangan menunjukkan
bahwa biaya pemboran sumur berdiameter besar kira-kira 25% lebih mahal
dari sumur standard, tetapi produksinya bisa 50% lebih besar. Hal tersebut
tentunya tergantung dari besarnya permeabilitas batuan.

E. PERUMUSAN MASALAH
Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian yang dilakukan adalah:
1. Bagaimana perbandingan sumur produksi diameter besar (big hole) dan
sumur diameter kecil ?
2. Dari perbandingan tersebut, sumur diameter manakah yang optimal ?
3. Bagaimana ?

F. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :
1. Menganalisis pelaksanaan kerja uji produksi sumur
2. Menganalisis parameter yang dibutuhkan untuk uji produksi
3. Menentukan kapasitas produksi atau deliverability sumur
G. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian tugas akhir ini penulis hanya membatasi pada uji
produksi dengan metode james lip pressure (sembur datar) sumur panasbumi.
Sehingga dari data hasil analisa tersebut dapat diketahui parameter apa saja yang
mempengaruhi produksi sumur. Setelah mengetahui parameter-parameter
tersebut mendapatkan hasil untuk menentukan kapsitas produksi atau
deliverability sumur.

H.METODELOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada yaitu dengan menggabungkan antara teori dan data-
data di lapangan. Sehingga dari keduanya akan didapat pendekatan
penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu :
1. Pengumpulan data primer dan sekunder
a. Data Primer
Adalah data yang diambil dari pengamatan dilapangan dengan
mencatat secara sistematis dengan wawancara langsung terhadap
orang yang berkerja di lingkungan tambang yaitu seperti :
a) Laju alir massa (M), kg/jam
b) Tekanan upstream (PU)
c) Temperatur upstream (TU)
d) Diameter dalam pipa (D)
e) Delta pressure ( P )
f) Data geologi, litologi, dan data pendukung lainnya diperoleh dari
catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada di perusahaan.
b. Data sekunder
a) Studi Literatur baik berupa buku dari penerbit yang berhubungan
dengan tambang maupun buku yang berasal dari PT Pertamina
Geothermal Energy Lapangan Kamojang, Jawa Barat.
b) Laporan kegiatan operasi pada PT Pertamina Geothermal Energy
Lapangan Kamojang, Jawa Barat
2. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah melakukan pengolahan data terhadap data yang
telah diperoleh dai pengamatan sebelumnya dan menganalisis parameter yang
mempengaruhi kapasitas produksi.

I. TINJAUAN PUSTAKA
Uji produksi suatu sumur geothermal merupakan kelanjutan dari
pengukuran-pengukuran sebelumnya seperti Completion Test yang terdiri dari
Gross Permeability dan Water Loss Test dimana didapat gambaran tentang
Injektivitas, Kapasitas Spesifik, Transmisifitas, skin faktor dan dugaan-
dugaan lain terhadap kemampuan sumur baik secara kualitatif maupun
kuantitatif (Dipippo, 2008).
Tujuan pengujian sumur ini adalah mencari parameter data yang dapat
menggambarkan kemampuan aktual untuk:
1. Keperluan analisa reservoir.
2. Perencanaan analisa mengenai aliran massa uap, enthalpy discharge,
kandungan gas dan sifat-sifat uap.
Dalam suatu uji produksi kemampuan sumur dapat dilihat secara
nyata sehingga hasilnya dapat dipergunakan sebagai pembanding terhadap
pengujian sebelumnya ataupun menentukan tindak lanjut terhadap sumur
tersebut.
Menurut Kestin, (1980) ada dua cara yang biasa dipergunakan
melakukan flowing test yaitu:
1. Output test, pengukuran dilakukan terhadap karakteristik aliran pada
tekanan yang berbeda dalam suatu interval waktu yang pendek
(jam/hari).
2. Run down transient, dalam hal ini tekanan/aliran ditahan tetap dan
perubahan aliran/tekanan terhadap waktu diukur dalam waktu yang
panjang selama berbulan-bulan/tahun, hal ini dilakukan biasanya untuk
mengetahui perubahan yang berhubungan dengan efek reservoir atau
interaksi sumur.
Waktu pengujian yang diperlukan untuk mendapatkan aliran stabil
dalam suatu output test sangat bervariasi. Sumur basah dengan permeability
tinggi dapat stabil dalam waktu pendek setelah pembukaan sumur sehingga
pengujian dapat diselesaikan dalam waktu singkat.
Sumur dengan produksi uap kering memerlukan waktu panjang untuk
mendapatkan laju aliran dan enthalpy yang stabil. Sedang sumur dengan
produksi dari reservoir pada titik didihnya atau dua fasa memerlukan waktu
pengujian di antara dua tipe di atas.
Uji produksi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan
produksi suatu sumur yang sebenarnya/nyata. Untuk menentukan potensi dan
produksi sumur panas bumi diperlukan suatu pengukuran laju alir massa
fluida yang keluar dari sumur tersebut (Brill, 1991). Pengukuran laju alir pada
sumur panas bumi ada dua metode uji produksi, yaitu:
1. Uji Tegak (Lip Pressure).
2. Uji Datar (Orifice Plate).
Salah satu tujuan uji produksi adalah untuk menentukan kapasitas
produksi atau deliverability sumur. Persamaan dasar yang digunakan dalam
tes penentuan deliverability ini adalah:
n
q=C ( P R2P wf 2 ) .....................................................................................(1)
(Sumber: Arnold, 1996)
2
Persamaan ini menyatakan hubungan antara q terhadap P pada
kondisi aliran yang stabil dimana:
q : laju produksi pada keadaan standar, kg/detik.
PR : tekanan reservoir rata-rata, ksc.
Pwf : tekanan alir dasar sumur, ksc.
C : konstanta, tergantung pada satuan dari qsc dan p.
n : harga berkisar antara 0.5 1.0.
harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi aliran.
Persamaan grafik pada persamaan 1 pada sistem koordinat log-log akan
menghasilkan hubungan yang linier.
(Sumber: Arnold, 1996)
2
log q sc =log C+n log P .........................................................................(2)

P2=( PR2 Pwf 2) .....................................................................................(3)


Contoh grafik dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

(Sumber: Nenny, 2001)

GAMBAR 2.1
HUBUNGAN LINIER ANTARA P2 vs q sc DALAM SKALA
LOG-LOG

Harga C dapat dicari secara grafis, yaitu berdasarkan titik perpotongan


grafik dengan bersumbu mendatar ( q sc ). Harga n diperoleh dari sudut
kemiringan grafik dengan sumbu tegak ( P2 ). Satuan ukuran lain yang
digunakan dalam analisa deliverability adalah Absolute Open Flow Potential
(AOF). Besar potensial ini diperoleh bila dalam persamaan kita masukkan
harga Pwf sama dengan nol.
(Sumber: Arnold, 1996)

AOF =C ( P R2 ) ..........................................................................................(4)
Analisa deliverability berdasarkan persamaan dikenal sebagai analisa
konvensional. Permeabilitas dari reservoir gas akan mempengaruhi lama
waktu aliran mencapai kondisi stabil. Pada reservoir yang ketat kestabilan
dicapai pada waktu yang lama. Untuk mencapai keadaan ini maka ada 3
macam test yang dapat digunakan untuk memperoleh deliverability yaitu:
a. Back Pressure.
b. Isochronal.
c. Modified Isochronal.
1. Back Pressure
Merupakan suatu metode test sumur gas untuk mengetahui
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back
pressure) yang berbeda-beda (Kestin, 1980). Pelaksanaan dari test
konvensional ini dimulai dengan menstabilkan tekanan reservoir dengan cara
menutup sumur lalu ditentukan harga PR . Selanjutnya sumur diproduksi
diubah-ubah empat kali dan setiap kali sumur itu dibiarkan berproduksi
sampai tekanan mencapai stabil sebelum diganti dengan laju produksi
lainnya.
(Sumber: Nenny, 2001)

GAMBAR 2
SKEMA TEKANAN DAN LAJU ALIR PADA UJI BACK
PRESSURE
Setiap perubahan laju produksi tidak didahului dengan penutupan
sumur. Gambar skematis dari proses back pressure diperlihatkan pada
gambar 2 di atas.
Analisa deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil.
Untuk keperluan ini diambil tekanan alir dasar sumur, Pwf , pada akhir
perioda suatu laju produksi. Pada gambar sebelumnya dinyatakan oleh
Pwfx . Analisa data untuk keperluan pembuatan grafik deliverability
didasarkan pada metode konvensional.
2. Uji Datar (Orifice Plate)
Uji produksi dengan metode orifice plate dilaksanakan setelah
pengujian tegak selesai, mengingat sumur di area panas bumi Kamojang
dikategorikan uap kering maka uji produksi ini dilakukan dengan
menggunakan metode orifice plate (Kestin, 1980).
Uji datar dengan metode orifice plate bertujuan untuk mendapatkan
data yang sesungguhnya dari potensi sumur dan perlu dilaksanakan dalam
jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan pengujian tegak
karena dalam uji datar ini dilakukan pada berbagai variasi Tekanan Kepala
Sumur (TKS) sesuai program uji yang telah ditentukan dan pada pengujian
ini dilakukan pengambilan contoh uap dan gas yang dilakukan sebelum dan
sesudah pengujian (Brill, 1991).
Pada setiap pengetesan tekanan dilakukan dalam jangka waktu yang
cukup panjang sampai tekanan kepala sumur stabil. Biasanya tekanan stabil
bervariasi antara 1 sampai dengan 6 hari sesuai dengan perilaku sumur.
Pipa uji datar ini berukuran 6, 8 dan 10 tergantung dari besarnya
laju alir uap yang diperkirakan dan jenis orifice plate yang sering digunakan
di lapangan panas bumi Kamojang adalah jenis orifice plate bertepi persegi
(sharp edge) dengan lubang tekanan terletak di pipa (Arnold, 1996). Ada
berbagai macam letak lubang tekanan, yaitu:
a. Flange Tap.
b. Corner Tap.
c. Radius Tap.
d. Pipe Tap.
e. Vena Tap.
Radius Tapping yaitu dua buah lubang tekanan ditempatkan pada jarak
masing-masing satu kali diameter (di bagian upstream) dan setengah kali (di
bagian downstream) diameter pipa uji datar yang diukur dari titik pusat
orifice untuk mencatat tekanan upstream dan perbedaan tekanan antara
upstream dan downstream dengan alat bantu yaitu Barton Recorder dan
hasilnya dicetak pada lembaran Barton Chart. Tekanan upstream adalah
tekanan di dalam pipa uji datar menuju orifice plate (hulu) dan tekanan
downstream setelah orifice plate ke silencer (hilir) (Dipippo, 2008).
Di samping itu pada pipa upstream dibuat dua buah lubang yang
dikoneksikan dengan sok berukuran untuk tempat thermowell dan
pengambilan contoh kondensat. Pada ujung akhir pipa uji dipasang sebuah
peredam bawah tanah (silencer) untuk mengurangi tingkat kebisingan akibat
kecepatan aliran uap tersebut.
Aliran massa uap dialirkan ke pipa uji datar dengan membuka master
valve dan wing valve (horizontal discharge valve) dan menutup vertical
discharge valve serta memprogram tekanan kepala sumur dengan mengatur
throttle valve pada pipa downstream. Akibat pengaturan aliran uap pada
throttle valve maka terjadilah hambatan di orifice plate yang menimbulkan
perbedaan tekanan ( P ) antara sebelum dan sesudah orifice plate (hulu
dan hilir) (Dipippo, 2008).
Dengan mempergunakan alat ukur tekanan Barton Recorder dapat
diketahui harga tekanan dari differential pressure yaitu pengukuran perbedaan
tekanan antara tekanan upstream dan tekanan downstream ( P ). Ini
dilakukan dengan tekanan kepala sumur tertentu sesuai dengan program.
Selama pengujian untuk setiap tekanan kepala sumur tertentu dengan program
yang dirancang sebelumnya, dilaksanakan juga dengan pengambilan sampel
kondensat dan gas untuk dianalisa pada laboratorium besarnya kandungan
kimia dan gas.
Rumus Dasar Perhitungan
(Sumber: Arnold, 1996)

M=0.001252 CZ E d 2 P .................................................................(5)
Keterangan:
M : laju alir massa (ton/jam).
C : koefisien dasar.
Z : faktor koreksi.
: faktor ekspansibilitas.
: rasio panas spesifik dari uap dan CO2.
d : diameter dalam orifice (mm).
D : diameter dalam pipa uji (mm).
D dan d dikoreksi sesuai dengan faktor panas logam pada TU.
m : perbandingan luas (m) = (d/D)2.
E : faktor kecepatan (E) = (1 m2)-0.5.
P : selisih tekanan di upstream dan downstream (ksc).
: berat jenis fluida (kg/m3).

J. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, dari tanggal 18
Juli 2016 sampai dengan 18 September 2016, dengan perincian kegiatan
sebagai berikut:

JADWAL RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

Jadwal Pelaksanaan
No Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Administrasidanorientasilapangan
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 KonsultasidanBimbingan
5 PenyusunandanPengumpulan Draft Laporan
K. PENUTUP
Demikianlah proposal permohonan Penelitian Tugas Akhir yang
direncanakan dilakukan di PT Pertamina Geothermal Energy Lapangan
Kamojang, Jawa Barat. Besar harapan saya untuk dapat melakukan Penelitian
Tugas Akhir dan mendapat sambutan yang baik dari pihak perusahaan.
Melihat keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki, maka saya sangat
mengharapkan bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dari pihak
perusahaan untuk kelancaran Penelitian Tugas Akhir ini.
Bantuan yang sangat saya harapkan dalam pelaksanaan Penelitian
Tugas Akhir ini adalah:
1. Adanya bimbingan selama Penelitian Tugas Akhir.
2. Kemudahan dalam mengadakan penelitian ataupun pengambilan
data-data yang diperlukan selama pelaksanaan Penelitian Tugas
Akhir.
Semoga hubungan baik antara pihak industry perambangtan dengan
pihak institusi pendidikan pertambangan di Indonesia tetap berlangsung
secara harmonis demi kemajuan dunia pendidikan dan perkembangan
industry pertambangan Indonesia. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan,
saya ucapkan terima kasih.
L. DAFTAR PUSTAKA

Arnold, W., (1996). Perhitungan Tekanan Temperatur dan Kualitas Uap pada
Pipa Alir Uap yang Dilengkapi Kondensat. Jurnal Pengembangan Pipa
Alir Uap, 19 (2) : 42-45

Brill, J., Beggs, H. (1991). Two Phase Flow in Pipes. University of Tulsa. Sixth
Edition

Dipippo, R. (2008). Geothermal Power Plants: Principles, Applications, Case


Studies and Environmental Impact, Elsevier. Second Edition 493 pp

Kestin, J. (1980). Source Book on the Production of Electricity from Geothermal


Energy. U.S Departement of Energy., pp. 786-866

Irsamukhti, R. (2014). Evaluation Of James Lip Pressure Method For Low Flow
Rate Geothermal Well: ML-5 Case Study. Jakarta: PT. Supreme Energy.

Saptadji. dan Nenny, M. (2001). Teknik Panasbumi. Departemen Teknik


Perminyakan, Institut Teknologi Bandung.

You might also like