Professional Documents
Culture Documents
html Posted by
jack frost at 8:45 PM
MAKALAH
FILSAFAT MODERN
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Filsafat
Dosen pengampu : Atika Ulfia Adlina, M.S.I
3. KRITISME
Aliran ini muncul abad ke-18. Suatu zaman baru dimana seorang ahli pikir yang
cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme.
Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan (Aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul
dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya).
Akan tetapi, setelah Kant mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap peran
pengetahuan akal. Setelah itu, manusia terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari
luar manusia, demi kemajuan atau peradaban manusia.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan
(ilmu pasti, biologi, filsafat, dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan. Di
sisi lain, jalanya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat
berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac Newton (1642-1772)
memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak
pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk
itu dibutuhkan analisis.
Gerakan ini dimulai di Inggris, kemudian ke Prancis, dan sselanjutnya menyebar ke
seluruh Eropa, termasuk ke Jerman. Di Jerman pertentangan antara rasionalisme
dengan empirisme semakin beerlanjut. Masingh-masing berebut otonomi. Kemudian
timbul masalah, siapa yang sebenarnya dikatakan sebagai sumber pengetahuan?
Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau empiri?
Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mencoba menyelesaikan
persoalan diatas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian
terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah
menrimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme terkandung skep-tisisme. Untuk
itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia akan dapat mencapai
kebenaran.
Akhirnya, Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya
menggunakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal
(rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung
terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empirii).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri pada
nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang
melampaui akal. Sehingga akal mengenal batas-batasnya. Karena itu aspek
irrasionalitas dari kehidupan dapat diterima kenyataanya.
4. IDEALISME
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat yang berpaham bahwa pengetahuan dan
kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide.
Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari
aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang
menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Setelah Kant mengetengahkan kemampuan akal manusia, maka para murid Kant
tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasanya karena akal murni tidak akan
dapat mengenai hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu, dicarinya suatu dasar,
yaitu suatu sisitem metafisika yang ditemukan lewat dasar tindakan : aku sebagai
sumber yang sekonkret-konkretnya. Titik tolak tersebut dipakai sebagai dasar untuk
membuat suatu kesimpulan tentang keseluruha yang ada.
Pelopor Idealisme J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F Hegel
(1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak perkembanganya pada Hegel. [6].
Pengaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi profesor ilmu filsafat sampai
meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant, ia tidak puas tentang ilmu
pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut pendapatnya, segala peristiwa
didunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-
peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasanya. Ide yang
berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang
menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan).
Kemudian timbul sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan
antitesis dan seterusnya. Inilah yang disebutnya sebagai dialetika. Proses dialetika
inilah yang menjelaskan segala peristiwa. (Asmoro Achmadi, 2013;118)
5. POSITIVISME
Positivisme berasal dari kata positif. Kata positif disisni sama artinya dengan
faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita
tidak boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian, ilmu pengetahuan empiris menjadi
contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Kemudian filasafat pun harus meneladani
contoh itu. Oleh karena itu pulalah, positivisme menolak cabang filsafat metafisika.
Menanyakan hakikat benda-benda atau penyebab yang sebenarnya, bagi
positivisme, tidaklah mempunyai arti apa-apa. Ilmu pengetahuan, termasuk juga filsafat,
hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Tugas
khusus filsafat ialah mengoordinasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang beragam coraknya.
Tentu saja maksud positivisme berkaitan erat dengan apa yang di cita-citakan oleh
empirisme. Positivisme pun mengutamakan pengalaman. Hanya saja berbeda dengan
empirisme Inggris yang menerima pengalaman batiniah atau subjektif sumber
pengetahuan. Positivisme tidak menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman
batiniah tersebut. Ia hanyalah mengandalkan fakta-fakta belaka. (Hendi Suhendi,
2008:296)
Ada tiga pengertian umum positivisme[7].
1. Positivisme legal ialah suatu teori yang menyatakan, bahwa hukum negara berdasar
pada keinginan pemilik kekuasaan negara tersebut. Pertama-tama pendapat ini
menyatakan bahwa legislasi dan pengakuan otoritas atas keputusan yudisial.
2. Positivisme moral atau positivisme moral teologis, dikenal dengan nama voluntarisme
teologis ialah suatu teori yang menyatakan bahwa perintah-perintah arbitrer Tuhan
melakukan tindakan-tindakan tertentu tentang benar atau salah.
3. Filsafat positivisme dimulai dengan August Comte dengan filsafat positif dan
positivismennya digunakan untuk merancang pandangan dunia yang merangkum
masalah-masalah dalam kehidupan ilmu modern, serta menolak superstisi, religi dan
metafisika sebagai bentuk pikiran pra-ilmiah yang akan menyerahkan kepada ilmu
positif sebagai kemanusiaan meneruskan kemajuannya. ( Sutardjo A. Wiramihardja,
2006:145)
Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa yang telah
diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud
positif adalah segala gejala yang dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas
pengalaman-pengalaman objektif. Jadi, setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut
kita atur dapat memberikan semacam asumsi (proyeksi) kemasa depan.
Salah satu tokohnya adalah August Comte[8] (1798-1857). Menurut pendapatnya,
perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap: tahap teologis, tahap
metafisis, dan tahap ilmiah atau positif.
Pada tahap teologis manusia mengarahkan pandangannya kepada hakikat yang
batiniah (sebab pertama). Disini manusia percaya kepada kemungkinan adannya
sesuatu yang mutlak. Artinya, dibalik setiap kejadian tersirat adannya maksud tertentu.
Pada tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis.
Sifat yang khas adalah kekuatan yang tadinya bersifat adi kodrati, diganti dengan
kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengertian abstrak, yang diintegrasikan dengan
alam. Satu manifestasi yang serupa dinyatakan dalam Declaration of Independent :Kita
menganggap kebenaran ini jelas dari dirinya sendiri... Gagasan bahwa ada kebenaran
tertentu yang asasi mengenai hukum alam yang jelas dengan sendirinya menurut
pikiran manusia, sangat mendasar dalam cara berpikir metafisik.
Pada tahap ilmiah atau positif. Manusia telah memulai mengetahui dan sadar bahwa
upaya pengenalan toelogis dan metafisis tidak ada gunanya. Sekarang manusia
berusaha mencari hukum-hukum yang berasal dari fakta-fakta pengamatan yang
dengan memakai akal. Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris
sebagai sumber pengetahuan terakhir. Akan tetapi, pengetahuan selalu sementara
sifatnya, tidak mutlak, semangat positivisme memperlihatkan keterbukaan terus-
menerus terhadap data baru atas dasar pengetahuan dapat ditinjau dan diperluasa. Akal
budi penting, seperti dalam metode metafisik, tetapi harud dipimpin oleh data empiris.
Analisis rasional mengenai data empiris, akhirnya memungkinkan manusia untuk
memperoleh hukum-hukum, tetapi hukum-hukum dilihat sebagai uniformitas empiris
lebih daripada kemutlakan metafisik.
Tahap-tahap tersebut berlaku pada setiap individu (dalam perkembangan rohani)
juga dibidang ilmu pengetahuan.
August Comte berupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas dasar
filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini mengagungkan akal dan mendambakan
kemanusiaan dengan semboyan Cinta sebagai prinsip, teratur sebagai basis, kemajuan
sebagai tujuan.
Sebagai istilah ciptaannya yang terkenal altrusim yaitu menganggap bahwa soal
utama bagi manusia ialah usaha untuk hidup bagi kepentingan orang lain. (Asmoro
Achmadi, 2013:120)
6. EVOLUSIONISME
Aliran dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai saat ini
yaitu, Charles Robbets Darwin (1809-1882).[9]
Pada tahun 1938 membaca bukunya Malthus An Essay on the Prinsiple of Population.
Buku tersebut memberikan inspirasi kepada Darwin untuk membentuk kerangka
berpikir dari teorinya. Menurut Malthus, manusia akan cenderung meningkat
jumlahnya (deret ukur), diatas batas bahan-bahan makanan (deret ukur). Dengan
demikian, Darwin memberikan kesimpulan bahwa untuk mengatasi hal tersebut
manusia harus bekerja sama, harus berjuang diantara sesamanya untuk
mempertahankan hidupnya. Karena itu hanya hewan yang ulet yang mampu untuk
menyesaikan diri dengan iklim sekitarnya.
Dalam pemikirannya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan tentang
segala sesuatu termasuk manusia yang di atur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu
survival of the fittest dan struggle for life.
Pada hakikatnya antara manusia dan binatang dan manusia dan benda apapun
tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat perkembangan manusia pada masa yang
akan datang lebih sempurna. Dalam pemikirannya, Darwin tidak melahirkan sistem
filsafat, tetapi pada ahli pikir berikutnya Herbert Spencer[10] berfilsafat berdasarkan
pada evolusionisme.
Dalam tulisan utamanya System of Synthetic Philosophy, asas evolusi itu
dimasukkannya ke dalam jenis ilmu pengetahuan. Darwinisme dan evolusionisme:
menjadi slogan terhadap suatu pandangan dunia yang melampaui maksud Darwin.
Dalam First Principles, ia menyatakan bahwa yang dapat kita ketahui hanyalah
fenomena luar, meskkipun melalui argumentasi kita dapat menduga yang tidak dapat
diamati. Melalui argumennya, ia meyakini bahwa di balik fenomena luar terhadap
potensi yang menjadi sumber seluruh fenomena luar. Dan itu adalah evolusi, ialah
hukum yang mengatur proses saling menyempurnakan antara materi dan gerakan.
Masalah hubungan saling memengaruhi antara potensi dan lingkungan, ia ditulis
sebagai prinsip biologi dan psikologi.( Sutardjo A. Wiramihardja, 2006:144)
7. MATERIALISME
Munculnya positivisme dan evolusionisme menambah terbukanya pintu
pengingkaran terhadap aspek kerohanian. Perbedaan antara materialisme dengan
positivisme adalah bahwa positivisme membatasi diri pada fakta-fakta. Yang ditolaknya
ialah tiap-tiap keterangan yang melampaui fakta-fakta. Karena alasan itulah dalam
rangka positivisme tidak ada tempat untuk metafisika. Materialisme mengatakan bahwa
realitas seluruhnya tediri dari materi. Itu berarti bahwa tiap-tiap benda atau kejadian
dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses material/ kiranya sudah jelas
bahwa materialisme mengakui kemungkinan metafisika, karena materialisme sendiri
berdasarkan suatu metafisika. (K. Bertens, 1981 : 77)
Aliran filsafat materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi
belaka. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Freuerbach (1804-1872 M). Menurutnya hanya
alamlah yang ada dan manusia merupakan bagian dari alam.
Dalam pandangan materialisme, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya
kayu dan batu. Orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda
seperti kayu dan batu. Akan tetapi, materialisme berpandangan bahwa pada akhirnya
dan pada prinsipnya, manusia hanyalah sesuatu yang materiil. Dengan kata lain, materi
betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi,
batu atau pohon, namun pada eksistensinya, manusia sama dengan sapi. (Atang Abdu
Hakim, 2008 : 361)
Julien de Lamettrie (1709-1751) mengemukakan pemikirannya bahwa binatang
dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya,
bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan
(badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih
berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.
Seorang tokoh (Materialisme Alam) adalah Ludwig Feueurbach[11] (1804-1872)
sebagai pengikut Hegel, mengemukakan pendapatnya, bahwa baik pengetahuan
maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak
agama/metafisika. Satu-satunya asas kesusilaan adalah keinginan untuk mendapatkan
kebahagiaan. Dan untuk mencari kebahagiaan manusia harus ingat akan sesamanya.
(Muzairi, 2009 : 1390-1340)
Aliran-aliran dalam materialisme
Materialisme tidak seluruhnya dari dulu sampai sekarang dalam satu konsep
pendapat yang tetap dan sama. Akan tetapi, materialisme mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Adanya aliran dalam materialisme tersebut
hanya terbatas dalam pemikiran atau ide-ide saja yang disebabkan oleh adanya
pendekatan yang berbeda. Adapun aliran-aliran tersebut adalah :
1. Materialisme mekanik (mekanisme)
Dalam arti sempit, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa semua
bentuk dapat diterangkan menurut hukum yang mengatur materi dan gerak.
Bagi seorang pengikut aliran materialisme mekanik, semua perubahan dunia,
baik perubahan yang menyangkut atom atau perubahan yang menyangkut manusia,
semuanya bersifat kepastian semata-mata. Terdapat suatu rangkaian sebab-musabab
yang dijelaskan dengan prinsip-prinsip sains alam semata-mata. Materialisme mekanik
merupakan doktrin yang mengatakan bahwa alam itu diatur oleh hukum-hukum alam
yang dapat diruangkan dalam bentuk-bentuk matematika jika data-datanya telah
terkumpul. Seorang pengikut aliran materialisme mekanik berpendirian bahwa semua
fenomena dapat dijelaskan dengan cara yang dipakai dalam sains fisik.
Dasar-dasar materialisme dibentuk oleh sains matematika dan fisika. Prinsip-
prinsip penjelasan tersebut kemudian dipakai oleh ilmu-ilmu: biologi, psikologi, dan
ilmu masyarakat.
2. Materialisme dialektika
Materialisme dialektika merupakan ajaran Karl Marx[12]. Materialisme
dialektik timbul dari perjuangan sosial yang hebat, yang muncul sebagai akibat dari
Revolusi Industri.
Pandangan materialisme yang menyatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri
dari materi, berarti bahwa tiap-tiap benda atau kejadian dapat dijabarkan kepada
materi atau salah satu proses materiil. Dalam filsafat Marx, tampak ada pandangan
dualistik, yaitu ia menganggap bahwa ala mini terdiri dari dua kenyataan, yaitu materi
dan idea tau kesadaran (conciousness). Materi diartikan sebagai segala sesuatu yang
berupa objek atau kegiatan kerohanian manusia yang meliputi pikiran, perasaan,
kemauan, watak.
Prinsip dalam aliran materialisme dialektika memandang bahwa alam semesta
ini bukan tumpukan yang terdiri dari segala sesuatu yang berdiri sendiri dan terpisah-
pisah, tetapi merupakan satu keseluruhan yang bulat daan saling berhubungan. Alam ini
bukan suatu yang diam, tetapi selalu dalam keadaan bergerak terus-menerus dan
berkembang. Dalm proses perkembangannya, pada alam semesta ini terdapat
perubahan kuantitas dan kualitas dan sebaliknya.
Secara singkat ciri-ciri materialisme dialektika adalah mempunyai asas gerak,
asas saling berhubungan, asas perubahan kuantitas dan kualitas. (Atang Absul Hakim,
2008 : 369-371)
3. Materialisme historis
Perkembangan sejarah manusia dan masyarakat pun tunduk dan mempunyai
watak yang materialistik idealektis. Oleh sebab itu, bila teori itu diterapkan pada gejala
masyarakat, tumbullah apa yang dinamakan metarialisme historis.
Disini pikiran dasar ialah bahwa arah yang ditempuh sejarah sama sekali
ditentukan oleh perkembangan sarana-sarana produksi yang material. Jika sebagai
contoh kita memilih pengolahan tanah maka perkembangan sarana-sarana produksi
adalah umpamanya : tongkat, pacul, bajak, mesin. Biarpun sarana-sarana produksi
sendiri merupaakan buah hasil pekerjaan manusia. Namun arah sejarah tidak
tergantung dari kehendak manusia. (K. Bertens, 1981 : 80-81)
8. NEO- KANTIALISME
Setelah materialisme pengaruhnya merajalela, para murid Kant mengadakan
gerakan lagi. Banyak filosof Jerman yang tidak puas terhadap Materialisme, Positivisme,
dan Idealisme. Gerakan ini disebut Neo-Kantialisme. Tokohnya antara lain Wilhelm
Windelband (1848-1915), Herman Cohen (1842-1918), Paul Natrop (1854-1924),
Heinrich Reickhart (1863-1939).
Herman Cohen[13] memberikan titik tolak pemikirannya mengemukakan bahwa
keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena
segala sesuatu itu baru dikatakan ada apabila terlebih dahulu dipikirkan. Artinya, ada
dan dipikirkan adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan pikiran.
Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person, tetapi sebagai cita-cita dari
seluruh perilaku manusia. (Asmoro Achmadi, 2012 : 124)
9. FENOMENOLOGI
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang
tidak nyata dan semu. Kebalikannya kenyataan juga dapat diartikan sebagai ungkapan
kejadian yang dapat diamati lewat indra. Misalnya, penyakit flu gejalanya batuk, pilek.
Dalam filsafat fenomenologi, arti di atas berbeda dengan yang dimaksud, yaitu bahwa
suatu gejala tidak perlu harus diamati oleh indra, karena gejala juga dapat dilihat secara
batiniah, dan tidak harus berupa kejadian-kejadian. Jadi, apa yang kelihatan dalam
dirinya sendiri seperti apa adanya.
Dan yang lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber berpikir yang
kritis. Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun
1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif. Tokohnya : Edmund
Husserl (1874-1928).
Edmund Husserl (1839-1939) lahir di Wina. Ia belajat ilmu alam, ilmu falak,
matematika, kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Halle, Gottingen,
Freiburg.
Pemikirannya, bahwa objek atau benda harus diberi kesempatan untuk berbicara,
yaitu dengan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif.
Tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan metode
deduktif artinya mengkhayalkan gejala-gejala dalam berbagai macam yang
berbeda.nsehingga akan terlihat batas invariable dalam situasi yang berbeda-beda.
Sehingga akan muncul unsure yang tidak berubah-ubah yaitu hakikat. Inilah yang
dicarinya dalam metode variasi eidetis.
10. EKSISTENSIALISME
Kata eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi atau sisto = berdiri,
menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa
dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya. Karena manusia
selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi
miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan sampai merencanakan, yang berdasar
pada pengalaman yang konkret.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala
dengan berdasaekan pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada
(bereksistensi) dalam dunia.
Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger,J.P. Sartre,
Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada
pada suatu system yang umum tetapi berada dalam eksistensu yang individu, yang
konkret. Karena, eksistensi manusia penuh dengan dosa, hnya iman kepada kristus
sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.[14]
Martin Heidegger (1905 M)
Menurut Martin Heidegger, keberadaan hanya akan dapat dijawab melalui jalan
ontologi, artinya jika persoalan ini dihubungkan dengan manusia dan dicari artinya
dalam hubungan itu. Metode untuk ini adalah metodologi fenomenologis. Jadi, yang
penting adalah menemukan arti keberadaan itu.
Satu-satunya yang berada dalam arti yang sesungguhnya adalah keberadaan
manusia. Keberadaan benda-benda terpisah dengan yang lain, sedang beradanya
manusia , mengambil tempat di tengah-tengah dunia sekitarnya. Keberadaan manusia
disebut desein (berada di sana, di tempat), berada artinya menempati atau mengambil
tempat. Untuk itu, manusia harus keluar dari dirinya dan berdiri di tengah-tengah
segala yang berada, Desein manusia di sebut juga eksistensi.
Keberadaan manusia, yaitu berada di dalam dunia maka ia dapat memberi tempat
kepada benda-benda yang ada di sekitarnya, ia dapat bertemu dengan benda-benda itu
dan dengan manusia-manusia lain, dapat bergaul dan berkomunikasi dengan semuanya.
Sebenarnya benda-benda pada dirinya tidak mewujudkan dunia. Sebab, benda-
benda itu tidak dapat saling menjamah. Karena manusia berada di dalam dunia, ia seibu
dengan dunia, mengerjakan dunia atau mengusahakan dunia dan sebagainya.
Keberadaan manusia (desein) juga mitsein (berada bersama-sama). Karena itu,
manusia terbuka bagi dunianya dan bagi sesamanya. Keterbukaan ini bersandar pada
tiga hal asasi, yaitu: befindichkeit (kepekaan), verstehen (memahami), dan rede (kata-
kata, bicara).
Kepekaan diungkapakan dalam bentuk perasaan: senang, kecewa atau takut.
Perasaan itu timbul karena kebersamaannya dengan yang lain, ia dihadapkan kepada
dunia sebagai nasib, di mana sekaligus menghayati kenyataan eksistensi kita serba
terbatas.
Yang dimaksud dengan mengerti atau memahami ialah bahwa manusia yang
dengan kesadaran akan beradanya di antara keberadaan lain-lainnya harus berbuat
sesuatu untuk menggunakan kemungkinan-kemungkinan yang ada pada dirinya bagi
memberi arti dan manfaat pada dunia dalam kemungkinan-kemungkinannya. Dengan
begitu, manusia, dengan pengertiannya, merencanakan dan merealisasikan
kemungkinan-kemungkinan sendiri dan sekaligus juga kemungkinan-kemungkinan
dunia.
Bicara adalah asas yang eksistensial bagi kemungkinan untuk berbicara dan
berkomunikasi bagi manusia. Secara aprioro, manusia telah memiliki daya untuk
berbicara. Ia adalah makhluk yang dapat terbicara. Sambil berbicara, ia mengungkapkan
diri. Pengungkapannya adalah suatu pemberitahuan dalam rangka rencana yang
diarahkan ke arah tertentu.
Menurut Heidegger, manusia tidak menciptakan dirinya, tetapi ia dilemparkan ke
dalam keberadaan. Walaupun keberadaan manusia tidak mengadakan sendiri, bahkan
merupakan keberadaan yang terlempar, manusia tetap harus bertanggung jawab atas
keberadaannya itu. Manusia harus merealisasikan kemungkinan-kemungkinannya,
tetapi dlaam kenyataannya tidak menguasai dirinya sendiri. Inilah fakta keberadaan
manusia, yang timbul dari Geworfenheid atau situasi terlemparnya itu.
Kepekaan diungkapkan dalam suasana batin didalam perasaan dan emosi. Diantara
suasana batin atau perasaan-perasaan itu, yang terpenting ialah rasa cemas. Latar
belakang kecemasan ini adalah pengalaman umum yang menjadikan kita tiba-tiba
merasa sendirian, dikepung oleh kekosongan hidup, dimana kita merasa bahwa seluruh
hidup kita tiada artinya. Oleh karena itu, dalam hidup sehari-hari, manusia
bereksistensi, tidak yang sebenarnya. Akan tetapi, justru karena itu, manusia memiliki
kemungkinan untuk keluar dari eksistensi yang tidak sebenarnya itu, keluar dari
belenggu oleh pendapat orang banyak dan menemukan dirinya sendiri.
Manusia yang tidak memiliki eksistensi yang sebenarnya menghadapi hidup yang
semu. Ia tidak menyatukan hidupnya sebagai satu kesatuan. Dengan ketekunan
mengikuti kata hatinya itulah, cara bereksistensi yang sebenarnya. Inilah cara
menemukan diri sendiri. Di sini, orang akan mendapatkan pengertian atau pemikiran
yang benar tentang manusia dan dunia. (Ahmad Syadali adn Mudzakir, 2014: 128-130)
J.P. Sartre
Jean Paul Sartre lahir di Paris pada tahun 1905 M dan meninggal pada tahun 1980
M. Ia belajar pada Ecole Normale Superieur pada tahun 1924-1928 M. Setelah tamat
dari sekolah itu, pada tahun 1929 M, ia mengajarkan filsafat di beberapa Lycees, baik di
paris maupun tempat lain. Dari tahun 1933 sampai tahun 1935, ia menjadi mahasisiwa
peneliti pada institut Francais di berlin dan di universitas Preiburg. Pada tahun 1938 M,
terbit novelnya yang berjudul La Nausee, sedangkan Le Mur terbit pada tahun 1939 M.
Sejak itu, muncullah karya-karyanya yang lain dalam bidang filsafat.
Menurut Sartre, eksistensi manusia mendahului esensinya. Pandangan ini amat
janggal sebab biasanya harus ada esensinya lebih dahulu sebelum keberadaannya.
Bagaimana sebenarnya yang dimaksud oleh Satre? Filsafat eksistensialisme
membicarakan cara berada didunia ini, terutama cara berada manusia. Dengan kata
lain, filsafat ini menempatkan cara wujud-wujud manusia sebagai tema sentral
pembahasannya. Cara itu hanya khusus ada pada manusia karena hanya manusialah
yang bereksistensi. Binatang, tumbuhan, bebatuan memang ada, tetapi mereka tidak di
sebut bereksistensi. Filsafat eksistensialisme mendamparkan manusia kedunianya dan
menghadapkan manusia kepada dirinya sendiri.
Menurut ajaran eksistensialisme, eksistensi manusia mendahului esensinya. Hal ini
berbeda dari pertumbuhan, hewan, dan bebatuan yang esensinya mendahului
eksistensinya, seandainya mereka mempunyai eksistensi. didalam filsafat idealisme,
wujud nyata di anggap mengikuti hakikat. Jadi, hakikat manusia mempunyai ciri lain.
Oleh karena itu, dikatakan bahwa manusia itu eksistensinya mendahului esensinya.
Formula ini erupakan prinsip utama dan pertama di dalam filsafat eksistensialisme.
Gabriel Marcel
Dalam filsafatnya, ia menyatakan bahwa manusia tidak hidup sendirian, tetapi
bersama-sama dengan orang lain. Akan tetapi, manusia mmiliki kebebasan yang bersifat
otonom. Dalam hal itu, ia selalu dalm situasi yang ditentukan oleh kejasmaniaannya.
Dari luar, ia dapat menguasai jasmaninya, tetapi dari dalam ia dikuasai oleh jasmaninya.
Didalam pertemuannya dengan manusia lain, manusia mungkin bersifat dua macam.
Yang lain itu merupakan objek baginya, jadi sebagian dia mungkin juga merupakan yang
ada bagi aku. Aku ini membentuk diri terutama dalam hubungan aku-engkau ini. Dalam
hubungan ini kesetiaan lah yang menentukan segalagalanya. Jika aku percaya kepada
orang lian, setialah aku terhadap orang lin itu, dan kepercayaan ini menciptakan diri
aku itu. Setia itu hanya mungkin karena orang merupakan bagian dikau yang
mutlak(Tuhan) kesetiaan yang menciptakan aku ini pada akhirnya berdasarkan atas
partisipasi manusia kepada Tuhan.
Manusia bukanlah manusia yang statis, sebab ia senantiasa menjadi (berproses).ia
selalu menghadapi objek yang harus diusahakan, seperti yang tampak dalam
hubungannya dengan orang lain.
Perjalanan manusia ternyata akan berakhir pada kematian, pada yang tidak ada.
Perjuangan manusia sebenarnya terjadi di daerah perbatasan antara tidak berada. Oleh
karena itu, manusia menjadi gelisah, menjadi putus asa dan takut kepada kematian.
Namun, sebenarnya kemenangan kematian itu hanyalah semu saja, sebab hanya cinta
kasih dan kesetiaan itulah yang memberi harapan untuk mengatasi kematian. Di dalam
cinta kasih dan kesetian ada kepastian bahwa ada Engkau yang tidak dapat mati.
Harapan itulah yang menerobos kematian. Adanya harapan menunjukkan bahwa
kemenangan kematian adalah semu. Ajaran tentang harapan ini menjadi puncak ajara
Marcel. Harapan ini menunjukkkan adanya Engkau Yang Tertinggi, yang tidak dapat
dijadikan objek manusia. Engkau Tertinggi inilah Allah, yang hanya dapat ditemukan di
dalam penyerahan seperti halnya kita menemukan Engkau atas sesama kita dalam
penyerahan dan dalam keterbukaan dan pertisipasi dalam berada yang sejati.[15]
11. PRAGMATISME
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan,
perbuatan. Pragmastisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa
kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan
nyata.
Pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu
memiliki fungsi dan bermanfaat bagi kehidupan. Misalnya, beragama sebagai
kebenaran, jika agama memberikan kebahagiaan , menjadi dosen adalah kebenaran jika
memperoleh kenikmatan intelektual, mendapatkan gaji atau apa pun yang bernilai
kuantitatif dan kualitatif. Sebaliknya jika memberikan kemadharatan , tindakan yang
dimaksud bukan kebenaran, misalnya memperistri perempuan yang sakit jiwa adalah
perbuatan yang membahayakan dan tidak dapat dikategorikan sebagai serasa dengan
tujuan pernikahannya dalam rangka mencapai keluarga sakinah, mawaddah,
warahmah.
Filosof yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan
John Dewey dan Charles Sanders Peirce.
1. William James (1842-1910)[16]
A. KESIMPULAN
Filsafat zaman modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang
disebut dengan Renaissance dan dimatangkan oleh gerakan Aufklaerung di abad ke-
18 itu. Sehingga mucullah beberpapa aliran diantaranya rasionalisme, empirisme,
kritisisme, idealisme, positivisme, evolusionisme, materialisme, Neokantianisme,
pragmatisme, filsafat hidup, fenomenologi, dan Eksistensialisme.
Dan penyebab Keruntuhan Filsafat Modern ialah Proyek filsafat modern yang ingin
menguasai dunia lewat satu pemikiran rasional dan utuh, setelah dievaluasi oleh
beberapa filsuf, ternyata diketahui mengandung kelemahan. Tak heran jika kemudian
bermunculan filsuf-filsuf yang mengkritisi proyek filsafat modern tersebut. Fenomena
ini, oleh beberapa kalangan diangggap sebagai suatu periode baru dalam sejarah
filsafat, yaitu periode yang disebut postmodern. Lalu, para filsuf yang mengkritisi
proyek filsafat modern dikatakan sebagai tokoh-tokoh filsafat postmodern.
B. SARAN
Materi dalam makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam penulisan
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan didalamnya baik dalam hal sistematika
penulisan maupun isi. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Asmoro, Filsafat Umum, Rajawali Pers, Jakarta:2013.
Hakim, Atang Abdul, Filsafat Umum Dari Mitologi Sampai Teofilosofi, Bandung: Pustaka Setia,
2008.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/sejarah-perkembangan-ilmu-pada-masa-
modern-4/
Rahman, Masykur Arif, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: IRCiSoD, 2013.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
[1]Kata Bapak diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman
modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang
dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad
pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat, yang menyimpulkan bahwa dasar
filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan yang
lainnya.
[2]Di dalam karyanya inilah, ia menyatakan ketidakpuasannya atas filsafat dan ilmu
pengetahuan yang menjadi bahan penyelidikannya. Dalam bidang ilmiah, tidak ada
sesuatu pun yang dianggap pasti. Semuanya dapat dipersoalkan dan pada kenyataannya
memang dipersoalkan juga. Satu-satunya pengecualian adalah ilmu pasti. Demikian
menurutnya,
[3]Spinoza percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan yang dimaksudkannya adalah alam
semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan, tidak melakukan sesuatu, tak terbatas
(ultimate).
[4]Karena pandangannya itu, John Locke masuk dalam barisan filsuf empirisme, yang
meyakini bahwa pengetahuan didapat berdasarkan pengalaman, dan pengalaman di
sini adalah pengalaman indrawi.
[5]Menurut para penulis sejarah flsafat, empirisme berpuncak pada David Hume sebab
ia menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal, terutama
pengertian substansi dan kausalitas (hubungan sebab akibat) yang menjadi objek
kritiknya.
[6]Hegel lahir di Stuttgart, Jerman
[7] Suatu aliran yang berorientasi pada ilmu pengetahuan alam, tetapi menolak
metafisika.
[8] Ia lahir di Montepellier, Prancis, tahun 1798. Keluarganya beragama katholik yang berdarah
bangsawan. Meskipun demikian, Auguste Comte tidak terlalu perduli dengan kebangsawaanya. Dia
mendapat pendidikan di Ecole Polytechnique di Paris dan lama hidup disana. Ketika terjadi pergolakan-
pergolakan sosial, perang intelektual, dan politik, Auguste Comte merasakan dan banyak mengalami
peperangan politis saat itu. Di kalangan tema-temannya, Auguste Comte adalah mahasiswa yang keras
kepala dan suka memberontak, yang meninggalkan Ecole sesudah seorang mahasiswa yang
memberontak dalam mendukung Napoleon dipecat. August Comte dalam Sebuah karyanya adalah Cours
De Philosophia Positive (kursus tentang filsafat positif) dan berjasa dalam menciptakan ilmu sosiologi.
[12] Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. ayahnya, seorang pengacara, menafkai keluarganya
dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari pendeta yahudi (rabbi).
Tetapi, karena alasan isnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda.
Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, Universitas yang sangat di
pengaruhi oleh Hegel dan guru - guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis. Gelar doktor
Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya
yang muncul kemudian. Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan
jerman untuk dapt suasana yang lebih libaral di Paris.Perpecahan gerakan internasional tahun 1876,
kegagalan dari berbagai gerakan revolusioner dan penyakit penyakit, akhirnya membuat Marx ambruk.
Istrinya wafat tahun 1881 dan anak perempuannya tahun 1882 dan Marx sendiri wafat di tahun 1883.
[13] Hermann Cohen lahir di coswig, jerman pada tanggal 4 Juli 1842 dan meninggal
dunia pada tanggal 4 April 1918 di berlin, jerman. Hermann Cohen adalah seorang filsuf
Yahudi Jerman, salah satu pendiri dari Marburg Sekolah Neo-Kantianisme, dan ia sering
dianggap "mungkin filsuf Yahudi yang paling penting dari abad kesembilan belas"
[14] Asmoro Achmadi Filsafat Umum Raja Grafindo Persada:2014,hlm 126-128
[15] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani Filsafat UmumPustaka Setia:2008, hlm
334-338
[16] James lahir di New York pada tahun 1842 M, dan merupakan putra dari Henry James, Sr,
seorang yang terkenal berkebudayaan tinggi, dan pemikir yang kreatif. Ayahnya merupakan kepala
rumah tangga yang menekankan kemajuan intelektual. Pendidikan formalnya mula-mula tidak teratur
lalu ia mendapat tutor kebangsaan Inggris, Perancis, Swiss, Jerman, dan Amerika. Akhirnya, ia memasuki
Harvard Medical School pada tahun 1864 dan memperoleh M.D-nya pada tahun 1869. Akan tetapi , ia
kurang tertarik pada praktik pengobatan, ia lebih menyenangi fungsi alat-alat tubuh. Oleh karena itu, ia
kemudian mengajarkan anantomi dan fisiologi di Harvard. Tahun 1875 perhatiannya lebih tertarik pada
psikologi dan fungsi pikiran manusia. Pada waktu itu, ia menggabungkan diri dengan Peirce, Chauncy
Wright, Oliver Wendel Holmes, Jr, dan lain-lain. Tokoh dalam Metaphysical Club untuk berdiskusi dalam
masalah-masalah filsafat dengan topik-topik metode ilmiah agama dan evolusi. Di sinilah, ia mula-mula
mendapat pengaruh Pierce dalam metode pragmatisme.
[17] Seorang tokoh berdarah campuran Perancis, Henri Bergson (1859-1941), melahirkan filsafat
hidupnya sebagai reaksi atas pandangan materialisme dan pragmatisme.