You are on page 1of 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan alam yang sangat
berlimpah. Salah satunya adalah keaneka ragaman hayati. Tanaman berkhasiat
obat merupakan keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat berharga.
Tanaman berkhasiat obat beragam kandungan didalamnya, salah satunya
adalah fenil propanoid.
Fenil propanoid merupakan senyawa fenol alam yang mempunyai
cincin aromatic dengan rantai samping terdiri atas 3 atom karbon. Banyak
senyawa berkhasiat obat yang masuk dalam golongan fenil propanoid, seperti
turunan sinamat, turunan kumarin, turunan alilfenol, dan turunan propenilfenol.

1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
penjelasan tentang senyawa golongan fenil propanoid dan cara isolasi serta
analisisnya.

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa itu senyawa fenil propanoid?
2. Bagaimana tata nama dan ciri khas senyawa fenil propanoid?
3. Apa manfaat dari senyawa fenil propanoid?
4. Bagaimana proses biosintesis dari senyawa fenil propanoid?
5. Bagaimana cara isolasi senyawa fenil propanoid?
6. Bagaimana cara analisa senyawa fenil propanoid?

1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah
wawasan mengenai senyawa golongan fenil propanoid dan cara isolasi serta
analisisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Fenil propanoid adalah senyawa fenol alam yang menpunyai cincin
aromatic dengan rantai samping terdiri dari atas 3 atom karbon. Secara
biosintesis senyawa ini adalah turunan asam amino protein aromatic, yaitu
fenil alanina dan fenil propanoid, dapat mengandung satu sisa C6-C3 atau
lebih (Harborne, 2006).

2.3. Tata Nama


Fenilpropanoida merupakan turunan dari fenil propana yang
mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari cincin benzena (C6)
yang terikat pada ujung rantai kabon propana (C3). Berdasarkan defi nisi
tersebut, maka kerangka dasar fenil propanoida adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka dasar C6-C3

Nama dari kerangka dasar fenil propanoida tersebut adalah fenil


propana atau propil benzena. Disebut fenil propana jika rantai utamanya
propana sedangkan disebut propil benzena jika benzena bertindak sebagai
rantai utamanya dan propana sebagai alkil.
Berdasarkan hal tersebut, tata nama fenilpropanoida tidak spesifik
untuk senyawa turunannya karena penomoran dari struktur ini tidak selalu
dari rantai alifatiknya yakni propana, tetapi dapat juga berdasarkan
kerangka karbon aromatiknya.
2.2. Penggolongan Fenilpropanoid
1. Asam Sinamat dan Turunannya
Golongan fenilpropanoid ini umumnya memiliki gugus karboksil
dan ikatan rangkap C=C pada rantai alkananya. Contoh senyawa dari
golongan ini adalah asam sinamat, asam p-kumarat, asam kafeat, asam
sinapat, dan asam ferulat. Adanya gugus karboksil menunjukkan bahwa
senyawa tersebut merupakan turunan asam karboksilat. Sehingga,
penamaannya dimulai dengan kata asam dan diakhiri dengankata oat.
Rantai utama pada struktur tersebut adalah propana yang memiliki
1 ikatan rangkap tidak jenuh dan gugus karboksil sehingga namanya
propenoat dan penomorannya dimulai dari atom C karboksil. Angka 3
menunjukkan posisi gugus benzena yang terikat pada rantai utama yang
disebut fenil. Penamaan tersebut berlaku untuk turunan asam sinamat
karena strukturnya hampir sama hanya berbeda pada gugus fenil yang
diikat biasanya mengandung beberapa gugus lain.
Yang paling tersebar luas ialah asam hidroksi sinamat, suatu
senyawa yang penting, bukan saja sebagai bangunan dasar lignin tetapi
juga berkaitan dengan pengaturan tumbuh dan pertahanan terhadap
penyakit. Yang termasuk fenil propanoid antara lain, hidroksi kumarin,
fenil propena, dan lignin (Harborne, 2006) .

Gambar 2. Asam p kumarat

2. Kumarin dan Turunannya


Kumarin tumbuhan yang paling tersebar luas ialah senyawa
induknya yaitu kumarin sendiri yang terdapat dalam lebih dari 27 suku.
Kumarin biasa terdapat dalam reeumputan serta makanan ternak, dan biasa
dikenal sebagai bahan atsiri berbau wangi yang dilepaskan oleh jerami
yang baru dibabat. Dalam tumbuhan terdapat kumarin yang lebih rumit,
misalnya funaro kumarin dengan contoh psoralen (Harborne, 2006).
Golongan mempunyai struktur yang mirip dengan asam sinamat
tetapi yang sudah tersiklisasi menjadi lakton atau golongan keton. Contoh
dari kelompok ini adalah kumarin, umbeliferon, dan eskuletin.

Gambar 3. Kumarin (2-Kromeon)


Struktur diatas memiliki nama kromen, karena termasuk turunan
lakton atau keton maka penamaannya diakhiri dengan kata on maka
namanya menjadi kromenon. Penomoran dimulai dari atom O yang yang
terhubung secara siklik antara benzena dan rantai propena. Angka 2
menunjukkan posisi gugus karbonil pada struktur tersebut.

Gambar 4. Psoralen

3. Alifenol dan Turunannya


Dilihat dari namanya, alilfenol merupakan senyawa fenilpropanoid
yang memiliki gugus alil yang terikat pada sebuah fenol. Contoh dari
golongan alilfenol adalah kavikol, eugenol, safrol, dan miristisin.

Gambar 5. Eugenol
Lignan, yaitu senyawa C6-C3 dimer seperti pinoresinol, terutama
terdapat dalam galih. Satu golongan fenil propanoid lain yaitu fenil
propena. Biasanya fenil propena terdapat dalam fraksi minyak atsiri
jaringan tumbuhan, bersama sama dengan terpena atsiri. Keduanya larut
dalam lemak, jadi berbeda dengan kebanyakan senyawa fenol.

2.4. Cara Isolasi Senyawa fenilpropanoid


a. Asam hidroksi sinamat dan hidroksi kumarin
Ekstrak tumbuhan dihirolisis dalam suasana asama atau basa.
Mereka dapat diekstraksi dengan eter atau etil asetat, lalu ekstrak dicuci,
dikeringkan, dan diuapkan sampai kering. Pemisahan asam sinamat bentuk
terikat dapat dilakukan menggunakan gabungan kromatografi kertas dan
KLT pada silica gel. Pemisahan glikosida hidroksi kumarin dapat
dipisahkan menggunakan langkah kerja yang sama seperti langkah kerja
untuk kumara bebas.
b. Furano kumarin
Furano kumarin umumnya larut dalam lemak dan dapat diisolasi
ketika mengekstraksi bahan tumbuhan kering dengan eter atau eter minyak
bumi. Kadang-kadang furano kumarin terdapat dalam bentuk terikat
sebagai glikosida, pembebasan dilakukan dengan hidrolisis asam. Yang
paling banyak digunakan untuk memisahkannya ialah KLT pada silica gel.
Pengembangan yang cocok, antara lain kloroform beretanol 1,5 %, eter
benzene 1:1 dan eter-benzena-asam asetat 10% (1:1:1), jangkau waktu
pengembangannya beragam antara 1 dan 2 jam.
Cara lain juga dapat digunakan untuk meisahkan furano kumarin.
Misalnya, Reyes dan Gonzales (1970), pada isolasi 12 kumarin dari akar
Ruta pinnata menggunakan kromatografi kertas dengan pengembangan air,
dan menggunakan kromatografi gas dengan fase diam QF-1 pada suhu 174
C. Untuk membedakan senyawa yang satu dengan senyawa yang lain.
c. Fenil propena
Senyawa ini mudah dipisahkan dengan plat silica gel dengan
pengembangan benzene, campuran benzene dan kloroform 10%, benzene
dan eter minyak bumi 25%, atau n-hexana-kloroform 3:2.
d. Lignan
Campuran sederhana lignin dapat dipisahkan secara kromatografi
kertas dengan pengembngan butanol-asam asetat-air dan asam asetat 15%.
Campuran yang lebih rumit dapat dipisahkan dengan memakai
pengembangan butanol-asam asetat-larutan asam molipdat dalam air pada
kerta kromatografi yang sebelumnya telah dibacem dengan asam molipdat
encer. Campuran rumit dapat juga dipisahkan dengan KLT pada silica gel
dengan menggunakan pengembangan seperti etil asetat-metanol 9:1 atau
benzene-etanol 9:1

2.5. Analisa Fenilpropanoid


a. Asam hidroksisinamat dan hidroksi kumarin
Untuk deteksi, sisa dapat di kromatografi kertas atau di
kromatografi lapis tipis dua arah dengan menggunakan selulosa Kristal
renik. Senyawa tersebut mudah sekali terdeteksi karena bila disinari
dengan sinar uv menghasilkan warna berfluoresensi khas yang makin kuat
bila diuapi amonia. Asam sinamat dapat dibedakan dari kumarin karena
fluoresensi asam sinamat kurang kuat. Bila dikromatografi dengan
pengembangan yang berair menghasilkan dua bercak karena terjadi
pemisahan isomer cis dan trans.
Identifikasi dapat dipastikan dengan mengukur spektrum misalnya
asam kafeat dan turunannya mempunyai pita serapan yang khas pada 243
dan 326 nm, pita kedua mempunyai bau yang khas pada 300 nm. Asam
hidroksisinamat menyerap pada panjang gelombang yang lebih besar dari
pada asam sinamat., eskuletin, yaitu kumarin yang berikatan dengan asam
kafeat, mempunyai pita serapan pada 230, 260, 303, dan 351 nm.
Pengukuran besarnya geser batokrom pada spektro, bila ada basa, berguna
jika untuk membedakan macam-macam sinamat dan kumarin.
b. Furanokumarin
Furanokumarin dideteksi dengan sinar UV yang menghasilkan
warna biru, ungu, coklat, kuning. Warna yang dapat diperkuat jika plat
disemprot dengan KOH 10% dalam methanol, atau larutan ammonium
klorida 20% dalam kloroform.
c. Fenilpropena
Fenilpropena bila disemprot fanilin-H2SO4 1M atau dengan
pereaksi GIBBS, tanpak bercak berwarna senyawa berikatan rangkap yang
berdampingan dengan cincin benzena memberikan warna kemerahan
dengan fanili- H2SO4 2M sedangkan isomernya yang berikatan rangkap
paling jauh dari cincin benzene memberikan warna ikatan kecoklatan.
d.lignan
Dengan sinar UV pendek, pada kromotografi kertas, lignin terlihat
seperti bercak yang menyerap atau dapat dideteksi dengan menyemprotnya
memakai larutan ammonium klorida 10% dalam klorofom. Pada KLT
lignin dideteksi memakai pereaksi semprot H2SO4 pekat. Mereka dapat
diidentifikasi lebih lanjut dengan cara spektro metri serapanya pada 280
284 nm, dan pita ini tergeser sekitar 298nm bila ada basa.

You might also like