Regenerasi adalah kemampuan untuk memproduksi sel, jaringan atau bagian tubuh yang rusak, hilang atau mati. Planaria menunjukan daya regenerasi yang kuat, bila cacing tersebut mengalami luka baik secara alami maupun secara buatan, bagian tubuh manapun yang mengalami kerusakan akan diganti dengan yang baru. Individu cacing yang di potong-potong akan menghasilkan cacing-cacing kecil yang utuh, Setiap potongan dapat tumbuh kembali (regenerasi) menjadi individu-individu baru yang lengkap bagian- bagiannya seperti induknya (Sutikno,1994 ). Pada planaria telah diteliti, bahwa sel-sel yang asalnya dari parenkim (berasal dari lapis benih mesoderm), selain menumbuhkan alat derivat mesodermal (yakni otot dan parenkim lagi), juga sanggup menumbuhkan jaringan saraf dan saluran pencernaan (masing-masing berasal dari lapis benih ectoderm dan endoderm). Akhirnya anggota yang diamputasi itu akan tumbuh lagi sebesar semula, dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asal (Yatim, 1984). Berdasarkan data pengamatan, saat cacing planaria dibelah secara longitudinal, cacing tersebut tidak langsung tumbuh menjadi baru yang sempurna. Prosesnya yaitu saya membelah secara longitudinal, cacing planaria menjadi 3 bagian. Awalnya, saat setelah dibelah potongan-potongan planaria hanya terdiam. Setelah sekitar 1 menit kami mengamati, potongan-potongan planaria tersebut melakukan sedikit pergerakan pada tubuhnya. Mereka menunjukkan gejala-gejala dimana ia akan memulai meregenerasi tubuhnya. Dua potongan planaria bergerak (berpindah tempat) dan tidak menunjukkan gejala tumbuhnya kepala dan ekor. Sementara itu, satu potongan planaria yang lain mulai menggerak-gerakkan tubuhnya dan membentuk tonjolan kecil yang nantinya akan menjadi kepala (masih belum terlalu jelas) dan bentukan mngerucut yang akan menjadi ekor (cukup jelas). Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli diatas, saya dapat mempercayai bahwa planaria memang suatu organisme yang memiliki daya regenerasi yang tinggi, dibandingkan organisme-organisme lainnya. Berdasarkan apa yang saya dapatkan dari praktikum kali ini, mungkin untuk menumbuhkan potongan planaria menjadi individu baru yang sempurna membutuhkan waktu selama beberapa hari. Lemahnya respon dari potongan planaria untuk menjadi individu baru disebabkan oleh beberapa faktor, misalkan faktor cahaya yang digunakan untuk menerangi planaria yang akan dipotong dengan pengamatan menggunakan mikroskop stereo. Menurut Radiopoetro (1990) planaria sensitif terhadap cahaya, umumnya bergerak menjauhinya. Tiap mata mempunyai pigment berbentuk mangkuk yang membelok ke lateral dalam suatu lubang, didalamnya terdapat sel-sel visual brbentuk batang, yang tersusun secara radier dan terangsang secara maksimal oleh sinar yang melaluinya, jika sinar itu sangat tepat mengenainya. Selain faktor cahaya, faktor makanan dan habitat juga mempengaruhi kekuatan tubuhnya untuk beregenerasi. Menurut Newmark & Alvarado (2005) peningkatan kemampuan regenerasi ditunjukkan dengan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang, inipun tergantung pada ketersediaan makanan. Adanya ungkapan tersebut saya berpendapat bahwa mungkin planaria yang kami potong belum cukup nutrisinya sehingga saat setelah dipotong, hanya 1 potongan yang menunjukkan gejala tumbuhnya kepala dan ekor meskipun ketiga-tiganya tidak mati. Selain itu, habitat planaria harus benar benar air yang bersih, karena nanti ditakutkan ada kandungan senyawa tertentu yang akan membahayakan kelangsungan hidup cacing planaria.
DAFTAR PUSTAKA
Newmark, P A & A.S Alvarado. 2005. Regeneration in Planaria. Encyclopedia of Life
Sciences. Dev Biol. (Online) Tersedia di http,//rudyct.tripod.com/sem2- on/hera maheswari.htm (20 Maret 2011)
Radiopoetro. 1990. Zoologi. Jakarta: Erlangga
Sutikno. 1994. Diktat Kuliah Zoologi Invertebrata. Semarang: Universitas Negeri