Professional Documents
Culture Documents
KELAINAN REFRAKSI
Disusun oleh :
Safa
Pembimbing :
STASE MATA
BLUD RS SEKARWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
BAB I
PENDAULUAN
Proses Penglihatan
Penglihatan bermula dari masuknya seberkas cahaya (yang sebenarnya terdiri dari
berbagai intensitas dan membawa suatau bentuk obyek tertentu), ke dalam mata dan dibiaskan
(difokuskan) pada retina (selaput jala yang melapisi dinding dalam bolamata). Kemampuan
seseorang untuk melihat dengan tajam (terfokus), sangat tergantung pada kemampuan media
refraktif didalam bolamata untuk mengarahkan perjalanan berkas cahaya tersebut agar terarah
tepat ke retina. Yang dimaksud media refraktif di sini terutama adalah kornea (selaput bening)
dan lensa mata. karakteristik umum dari media refraktif adalah bersifat jernih (bening,
transparan, lalu-pandang). Karakteristik spesifik alamiah dari kornea adalah mempunyai bentuk
multi lengkung yang tersusun sistematik (asferik) dan terdiri dari jaringan (kolagen) yang
mempunyai indeks bias tinggi.
Sedangkan karakteristik spesifik dari lensa mata adalah bentuk kecembungannya yang
dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan pembiasan, karena bersifat kenyal (sampai umur
tertentu). Efek makin cembungnya lensa mata adalah akomodasi, yaitu dimana cahaya akan lebih
terfokus didepan retina. Hasil unjuk kerja keseluruhan dari media refraktif ini sangant ditentukan
pula oleh panjangnya sumbu bolamata. Fase terakhir dari seluruh rangkaian proses penglihatan
adalah interprestasi. Layaknya suatu film seluloid didalam kamera, maka retina berfungsi
merekam gambar yang diterimanya (sudah dalam keadaan terfokus), lalu mengubah gambar
tersebut menjadi implus-implus listrik (melalui proses sintesa foto elektrik) dan akhirnya
mengalirkannya ke otak (susunan saraf pusat) untuk diinterpretasikan (diartikan) sebagai gambar
atau obyek yang terlihat oleh mata tersebut.
KELAINAN REFRAKSI
Yang dimaksud dengan kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak
terbentuk pada retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optic pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata
normal, kornea dan lensa akan membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina.
Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang betuk-betuk sesuai dengan panjangnya
bola mata.
Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi dapat di depan
atau di belakang bintik kuning atau malahan tidak terletak pada satu titik yang tajam.
BAB II
PEMBAHASAN
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat
(tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina. Pasien dengan
myopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat sedangkan
melihat jauh kabur ( rabun jauh ). Pasien miopia mempunyai
pungtum remotum ( titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat
sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang
akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.
PENYEBAB
miopia terjadi karena memanjangnya sumbu bola mata. Mata yang penampang seharusnya
bulat, akibat proses pemanjangan ini kemudian berbentuk bulat telur ( lonjong ).
GEJALA KLINIS
PEMBAGIAN MIOPIA
Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1. Miopia ringan
1. Miopia refraktif, bertambah indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat
2. Miopia aksial , miopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan kornea
dan lensa normal.
PEMERIKSAAN
Refraksi Subyektif
- Metoda trial and error
- Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki
- Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita
- Mata diperiksa satu persatu
- Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata
- Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif
Refraksi Obyektif
A. Retinoskopi : dengan lensa kerja +2.00 pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak
berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi
dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi
B. Autorefraktometer (komputer)
PENATALAKSANAAN
1. Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis negatif terkecil yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik
2. Kontak Lensa ,dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak
lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia.6
3. Bedah refraktif
a. bedah refraktif kornea : tindakan untuk mengubah kurvatura permukaan anterior kornea (
Excimer laser, operasi lasik )
beberapa ahli bedah yang memprosedurkan pembentukan kornea dengan merubah titik fokus di
depan retina. Radial keratotomy adalah salah satu cara yang populer akhir-akhir ini, salah
satunya dengan menggunakan LASIK, yaitu sejenis laser yang digunakan untuk pembentukan
kornea mata.
b. bedah refraktif lensa : tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti dengan implantasi
lensa intraokuler
KOMPLIKASI
1. Ablatio retina terutama pada myopia tinggi
2. Strabismus
a. esotropia bila myopia cukup tinggi bilateral
b. bexotropia pada myopia dengan anisometropia
3. Ambliopia terutama pada myopia dan anisometropia
HIPERMETROPIA ( RABUN DEKAT )
Kelainan refraksi dimana Sinar sejajar difokuskan dibelakang makula lutea, pada mata dalam
keadaan istirahat ( tanpa akomodasi ),
Jenis hipermetropia :
Penyebab
Penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada
kelainan bawaan tertentu,
Penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai
lensa).
Gejala klinis
Pembagian Hipermetropia :
PEMERIKSAAN
Refraksi Subyektif
- Metoda trial and error
- Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki
- Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita
- Mata diperiksa satu persatu
- Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata
- Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif
Refraksi Obyektif
A. Retinoskopi : dengan lensa kerja +2.00 pemeriksa mengamati refleks fundus yang
bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian
dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi
B. Autorefraktometer (komputer)
PENATALAKSANAAN
1. Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik
2. Lensa kontak
Untuk : anisometropia
Hipermetropia tinggi
3. Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak anak , maka sebaiknya
diberikan sikloplegik untuk melumpuhkan otot akomodasi sehingga pasien mendapatkan koreksi
kacamata dengan mata yag istirahat.
ASTIGMAT
Suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi
dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik .
Penyebab
Gejala Klinis
1. Penglihatan kabur
2. Head tilting
PEMBAGIAN
A.Berdasarkan posisi garis focus dalam retina Astigmati dibagi menjadi :
1. Astigmati Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling
tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih
kuat dari pada bidang yang lain.
a. Astigmatisme With the Rule ( astigmatisma direct )
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal.
b. Astigmatisme Against the Rule ( astigmatisma inversi )
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang
vertikal
Kelainan ini dikoreksi dengan silinder negatif dengan sumbu tegak lurus ( 60 -120 derajat ) atau
dengan silinder positif sumbu horizontal ( 30 150 derajat ).
c. AstigmatObliq
Bila garis fokus tidak terletak dalam 20 derajat horizontal dan vertikal
2. Astigmat Irreguler
Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus
Kelainan ini disebabkan akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda ,infeksi
kornea ,trauma dan kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.
B. Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina Astigmatisme dibagi :
1. Astigmat Miopia Simpleks
2. Astigmat Miopia Kompositus
3. Astigmat Hiperopia Simpleks
4. AstigmatHiperopia Kompositus
5. Astigmat Mixtus
Cara Pemeriksaan
Refraksi Subjektif
1. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu snellen
2. Pemeriksaan Fogging Technique dengan grafik Astigmatisme
3. Cross Cylinder Technique
Refraksi Objektif
1. Retinoskopi
2. Refraktometri
3. Topografi kornea
Penatalaksanaan
1. Kaca Mata silindris
2. Lensa Kontak ( tidak untuk penderita silinder berat )
Diberikan lensa kontak keras bila epitel tidak rapuh dan diberikan lensa kontak lembut bila
disebabkan infeksi ,trauma dan distrofi untuk memberikan efek permukaan yang reguler.
4. Keratometri
3. LASIK
4. Astigmatisme Keratotomy
PRESBIOPIA
Perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi untuk melihat
dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin keras
sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar
berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.
Penyebab
berair
Pemeriksaan
Kartu Snellen
Kartu JAEGER
Penatalaksanaan