You are on page 1of 14

GAMBARAN FAAL PARU DAN SKORING ASTHMA CONTROL TEST

(ACT) PENDERITA ASMA RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PARU


RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

Setiahasti Saily
Adrianison
Eka Bebasari
Email: setiasaily@ymail.com / 085265450506

ABSTRACT
Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways. Spirometry is
an examination technique to assessment lung function of patient asthma and
Asthma Control Test (ACT) as a tool consist of questionaires to assessing
controlled asthma, ACT are subjective but has been validated and can be used
easily. This research aimed to determine description of lung function and scoring
Asthma Control Test (ACT) in pulmonologic outpatient clinic general hospital
Arifin Achmad Pekanbaru. Design of the study was descriptive cross sectional
and accidental sampling method already done January until March 2014
accordance to the inclusive criteria. Amount of samples are 73 asthma patients
were asked to fill out questionaires of ACT under the supervision of researchers
and asthma patient following spirometry screening. The result of this research is
asthma patient characteristics more in age group between 45-54 years (39,73%),
gender more in woman (78,08%), status of nutrient more in normal weight
(32,51%), more work as housewife (46,58%), smoking history more as former
smoker (43,75%), and more in classified as moderate persistence asthma
(47,94%). Asthma control more were controlled (57,53%), more pulmonary faal
were mild obstructive (52,05%), and comparison of pulmonary faal and ACT
there are (30,14%) more in obstructive classified with controlled asthma.

Key words : Asthma patient, spirometry, Asthma Control Test (ACT)

PENDAHULUAN Insidensi asma berlipat dan


Asma merupakan penyakit secara bermakna menyebabkan
inflamasi kronik saluran napas yang morbiditas dan mortalitas.3,4 Asma
melibatkan banyak sel dan dapat terjadi pada semua umur dari
elemennya. Inflamasi menyebabkan asma ringan sampai berat dan bahkan
peningkatan hiperesponsif saluran sampai meninggal dunia. Gangguan
napas yang menimbulkan gejala saluran napas ini dapat ditemukan di
episodik berulang berupa, sesak negara maju maupun berkembang.
napas, mengi, dada terasa tertekan Saat ini 5-10% populasi dunia (300
dan batuk terutama malam atau dini juta orang) menderita asma.3,5 Di
hari. Gejala tersebut bervariasi dan Amerika dampak penyakit asma ini
seringkali bersifat reversibel dengan dapat mempengaruhi kegiatan
atau tanpa pengobatan.1 Asma ekonomi dan sosial masyarakat,
berdampak serius terhadap kesehatan jumlah pasien asma yang berkunjung
masyarakat diseluruh dunia.2 ke pelayanan gawat darurat mencapai
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014 1
2

dua juta orang pertahun dan sekitar validitasnya telah diuji dan dapat
500.000 orang dirawat dalam digunakan dengan mudah.11,12
setahun.6 Telah banyak tersedia
Diperkirakan penderita asma parameter dan metode untuk
di dunia akan bertambah 100 juta keperluan penilaian faal paru.
pada tahun 2025.7 Menurut Riset Gangguan fungsi paru dapat di uji
Kesehatan Dasar (RISKESDAS dengan menggunakan alat spirometri,
2007) prevalensi asma di Indonesia nilai yang digunakan untuk
yaitu 3,5%.8 Pada Survei Kesehatan mendeteksi gangguan tersebut yaitu
Rumah Tangga (SKRT) di berbagai ditandai dengan penurunan nilai
provinsi di Indonesia tergambar Kapasitas Vital Paksa (KVP) dan
bahwa asma termasuk sepuluh besar Volume Ekspirasi Paksa Detik
merupakan penyebab kesakitan dan Pertama (VEP1).1 Spirometri
kematian di Indonesia. Pada SKRT merupakan suatu teknik pemeriksaan
tahun 1992 asma, bronkitis kronik untuk mengetahui fungsi/faal paru.
dan emfisema sebagai penyebab Pasien diminta untuk meniup sekuat-
kematian (mortalitas) ke-4 di kuatnya melalui suatu alat yang
Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun dihubungkan dengan mesin
1995 prevalensi asma di seluruh spirometer yang secara otomatis akan
Indonesia sebesar 13/1000, menghitung kekuatan, kecepatan dan
dibandingkan bronkitis kronik volume udara yang dikeluarkan,
11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.1 sehingga dengan demikian dapat
Menurut Riset Kesehatan Dasar diketahui kondisi faal paru pasien.13
(RISKESDAS 2008), angka kejadian Komponen untuk penilaian
asma di Provinsi Riau sebesar 3,3%.9 kontrol termasuk gejala siang hari,
Beberapa alat untuk menilai aktivitas terbatas, gejala malam dan
asma terkontrol secara subjektif yang terbangun pada malam hari,
sudah diakui seperti Asthma Control penggunaan obat pelega dan
Questionnaire (ACQ), Childhood penilaian objektif fungsi paru dengan
Asthma Control Test (CACT), spirometri terutama VEP1.14
Asthma Control Test (ACT), Asthma Sejauh ini, peneliti belum
Therapy Assesment Questionnaire menemukan adanya data penelitian
(ATAQ) dan Asthma Control yang meninjau gambaran faal paru
Scoring System (ACSS).10 dan skoring Asthma Control Test
Alat bantu yang banyak (ACT) pada pasien asma rawat jalan
dipakai untuk menilai keadaan asma di Poliklinik Paru RSUD Arifin
terutama untuk asma terkontrol Achmad Kota Pekanbaru.
adalah dengan menggunakan Berdasarkan hal tersebut, peneliti
kuesioner. Kuesioner yang sering tertarik untuk mengetahui gambaran
dipakai dalam menilai asma faal paru dan skoring Asthma
terkontrol ini adalah Asthma Control Control Test (ACT) pada pasien
Test (ACT) yang memakai parameter asma rawat jalan di Poliklinik Paru
klinis untuk menilai asma terkontrol. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Asthma Control Test (ACT)
merupakan alat bantu berupa
kuesioner yang dikeluarkan oleh
American Lung Association (ALA).
Cara ini bersifat subyektif namun
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
3

METODE PENELITIAN pada spirometer yang sebelumnya


Jenis penelitian ini adalah telah dikalibrasi. Pasien disuruh
deskriptif dengan desain penelitian inspirasi maksimal, pengukur
cross sectional. dijalankan dengan menekan tombol
Jumlah responden sebanyak 73 pasien start diikuti ekspirasi maksimal
asma rawat jalan di Poliklinik Paru dengan dihentakkan ke mouthpiece,
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. setelah selesai hentikan pengukuran
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menekan tombol stop.
secara accidental sampling yaitu Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3
teknik penentuan sampel yang kali sesuai standar, dengan syarat
didasarkan pada siapa saja dijumpai didapatkan 2 nilai terbesar KVP dan
atau yang memenuhi kriteria inklusi
VEP1 perbedaannya kurang dari 5%.
dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
Semua data penelitian yang
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik
diperoleh di Poliklinik Paru RSUD
Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
yang dilaksanakan pada bulan Januari- Arifin Achmad Pekanbaru dilakukan
Maret 2014. pengolahan data secara manual dan
Pengambilan sampel disajikan dalam bentuk tabel
dilakukan dari pengumpulan data distribusi frekuensi. Penelitian ini
status pasien asma rawat jalan di telah lolos kaji etik dari Unit Etika
Poliklinik Paru RSUD Arifin Penelitian Kedokteran Universitas
Achmad Pekanbaru, selanjutnya Riau
meminta kesediaan pasien untuk No.26/UN19.1.28/UEPKK/2014.
dijadikan sampel penelitian dengan
menandatangani surat persetujuan
pada formulir informed consent. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penilaian derajat asma dan tingkat 1. Gambaran karakteristik
kontrol asma dengan menggunakan responden
lembar kuesioner ACT terdiri dari 5 Total sampel pada penelitian
pertanyaan baku yang telah diuji ini adalah 73 subjek penelitian.
validitasnya yang dikeluarkan oleh Gambaran karakteristik 73 subjek
American Lung Association (ALA). penelitian pada penelitian ini
Data hasil spirometri diperoleh menurut umur, jenis kelamin, status
dengan mencatat hasil pengukuran gizi, pekerjaan, kebiasaan merokok,
faal paru pasien asma menggunakan dan derajat asma pasien asma rawat
Spirometer dengan prosedur sebagai jalan di Poliklinik Paru RSUD Arifin
berikut yaitu Melakukan pengukuran Achmad Pekanbaru pada bulan
tinggi badan dan berat badan. Data Januari-Maret 2014 dapat dilihat
berat badan, tinggi badan, usia, jenis pada tabel 4.1
kelamin, dan ras pasien di masukkan

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


4

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik umum pasien asma rawat jalan di
Poliklinik Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Umur
15-24 tahun 2 2,74
25-34 tahun 11 15,07
35-44 tahun 12 16,43
45-54 tahun 29 39,73
55-64 tahun 16 21,92
>65 tahun 3 4,11
Total 73 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 21,92
Perempuan 57 78,08
Total 73 100
Status gizi
BB kurang 1 1,37
BB normal 23 31,51
BB lebih 20 27,40
Overweight 18 24,66
BB obese 11 15,06
Total 73 100
Pekerjaan
PNS 19 26,02
Ibu Rumah Tangga (IRT) 34 46,58
Mahasiswa 2 2,74
Wiraswasta 6 8,22
Karyawan swasta 2 2,74
Supir 1 1,37
Pensiunan PNS 9 12,33
Total 73 100
Riwayat merokok
Perokok :
Perokok ringan 0 0
Perokok sedang 3 18,75
Perokok berat 1 6,25
Bekas perokok 7 43,75
Bukan perokok 5 31,25
Total 16 100
Derajat asma
Intermitten 12 16,44
Persiten ringan 25 34,25
Persiten sedang 35 47,94
Persisten berat 1 1,37
Total 73 100

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


5

Berdasarkan tabel 4.1 perubahan struktur jaringan elastik


didapatkan hasil bahwa frekuensi paru. Fenotip klinis asma usia lanjut
terbesar subjek penelitian menurut lebih mudah terjadi serangan yang
umur adalah kelompok umur 4554 lebih berat dan faktor lain yang harus
tahun sebanyak 29 orang (39,73%). diperhatikan untuk evaluasi adalah
Frekuensi terbesar subjek penelitian lamanya perjalanan penyakit.17
menurut jenis kelamin adalah wanita Persentase terbanyak subjek
sebanyak 57 orang (78,08%). penelitian asma berdasarkan jenis
Frekuensi terbesar subjek penelitian kelamin diketahui yang menderita
menurut status gizi adalah BB asma pada penelitian ini adalah
normal sebanyak 23 orang (31,51%). wanita (78,08%). Hasil penelitian ini
Frekuensi terbesar subjek penelitian sesuai dengan penelitian yang
menurut pekerjaan adalah ibu rumah dilakukan oleh Khoman, sebanyak
tangga (IRT) sebanyak 34 orang 50 orang penderita asma yang
(46,58%). Frekuensi terbesar subjek berjenis kelamin wanita berjumlah
penelitian menurut riwayat merokok 42 orang (84%), sedangkan penderita
adalah bekas perokok sebanyak 7 asma laki-laki berjumlah 8 orang
orang (43,75%). Frekuensi terbesar (16%).18 Berbeda dengan penelitian
subjek penelitian menurut derajat Maryono, pada usia dewasa tidak
asma adalah persisten sedang ditemukan perbedaan angka kejadian
sebanyak 35 orang (47,94%). asma antara wanita dan pria.19
Dari data hasil penelitian Kecenderungan wanita
sebagian besar subjek penelitian memiliki asma dibandingkan pria
asma berumur antara 45-54 tahun diduga akibat pengaruh hormonal
(39,73%). Hasil penelitian ini tidak yang terjadi pada wanita. Penelitian
jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lange et al
Wibowo yaitu pasien asma terbanyak tahun 2001 melaporkan bahwa
adalah pasien dengan usia dewasa hormon estrogen dapat
sebanyak 29 orang (58%), diikuti meningkatkan produksi
pasien usia lanjut sebanyak 21 orang kortikosteroid yang berikatan dengan
(42%).15 Berbeda dengan hasil globulin, sedangkan hormon
penelitian Oemiati dkk, umur 75 progesteron berkompetisi dengan
tahun ke atas memiliki persentase hormon kortisol untuk berikatan pada
tertinggi yang menderita asma yaitu sisi globulin tersebut. Hormon
sekitar 10,9%.16 estrogen maupun progesteron dapat
Usia dewasa lebih sering mempengaruhi level bebas kortisol
menderita serangan asma tipe yang menyebabkan penurunan
ekstrinsik yaitu dengan penyebab jumlah kortisol. Akibat dari
nonspesifik, misalnya emosional, flu, penurunan kortisol dapat
perubahan suhu yang ekstrim menimbulkan penyempitan bronkus
maupun stress, selain itu perubahan yang pada akhirnya menimbulkan
paru secara fisiologis yang terjadi serangan asma bronkial.20 Hormon
pada penderita asma terdiri dari 3 estrogen meningkatkan adhesi
kondisi yaitu penurunan kekuatan terhadap sel-sel endotel di pembuluh
otot pernapasan, penurunan elastic darah serta kombinasi antara hormon
recoil paru dan peningkatan estrogen dan progesteron dapat
kekakuan dinding dada. Hilangnya meningkatkan degranulasi eosinofil
elastic recoil paru disebabkan oleh
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
6

sehingga memudahkan terjadinya Pekerjaan subjek penelitian


serangan asma bronkial.21 asma yang terbanyak ditemukan pada
Subjek penelitian asma penelitian ini adalah ibu rumah
berdasarkan status gizi yang tangga (IRT) sebanyak (46,58%).
terbanyak ditemukan pada penelitian Penelitian ini sesuai dengan
ini adalah yang memiliki BB normal penelitian Afandi sebagian besar
(31,51%). Hasil penelitian ini jenis pekerjaan pasien asma dalam
berbeda dengan yang dilakukan oleh penelitiannya adalah IRT yaitu
beberapa penelitian yang melaporkan sebanyak 148 orang (52,85%).24
terdapatnya hubungan asma dengan Penelitian Bachtiar yang juga
obesitas. Hal ini berbeda dikarenakan mendapatkan sebagian besar jenis
pasien yang datang berobat jalan ke pekerjaan pasien asma dalam
Poliklinik Paru RSUD Achmad penelitiannya adalah sebagai IRT
Pekanbaru periode Januari-Maret sebanyak 45,1%.25
tahun 2014 ditemukan terbanyak Faktor pencetus asma salah
adalah yang memiliki berat badan satunya adalah masuknya suatu
normal. Penelitian Beckett dkk alergen ke dalam saluran napas
mendapatkan hubungan yang seseorang sehingga merangsang
bermakna antara insiden derajat asma terjadinya reaksi hipersensitivitas
dengan IMT selama 10 tahun.22 tipe 1. Alergen ini memiliki dua jenis
Obesitas menyebabkan yaitu alergen indoor dan alergen
penurunan sistem komplians paru, outdoor. Alergen indoor meliputi
volume paru, dan diameter saluran tungau debu rumah, alergen binatang
napas perifer. Akibatnya, terjadi peliharaan, alergen kecoa, dan jamur.
peningkatan hipereaktivitas saluran Alergen indoor berasal dari rumah
napas, perubahan volume darah yang memiliki karpet, pemanas,
pulmoner, dan gangguan fungsi pendingin, penyekat ruangan,
ventilasi perfusi. Penurunan sistem kelembaban udara yang dapat
komplians paru pada obesitas membuat terbentuknya habitat
disebabkan oleh penekanan dan tungau, kecoa, jamur, bakteri dan
infiltrasi jaringan lemak di dinding serangga di dalam rumah. Salah satu
dada, serta peningkatan volume alergen indoor seperti tungau debu
darah paru. Dispneu merupakan rumah yang merupakan aeroallergen
gejala akibat terganggunya sistem yang umum sebagai faktor pencetus
ini. Selain itu, pada penderita pasien asma. Tungau debu rumah
obesitas aliran udara di saluran napas akan mengeluarkan feses yang
terbatas, ditandai dengan dilapisi protein pada setiap butir
menurunnya nilai FEV1 dan FVC partikelnya yang menyebabkan
yang umumnya terjadi simetris. reaksi alergi bagi penderita asma
Penurunan volume paru berhubungan apabila masuk kedalam saluran
dengan berkurangnya diameter napas. Ketika tungau ini mati,
saluran napas perifer menimbulkan tubuhnya yang membusuk
gangguan fungsi otot polos saluran bercampur dengan debu rumah
napas. Hal ini menyebabkan tangga, misalnya debu yang berasal
perubahan siklus jembatan aktin- dari karpet dan jok kursi, terutama
miosin yang berdampak pada yang berbulu tebal dan lama tidak
peningkatan hiperreaktivitas dan dibersihkan, juga dari tumpukan
obstruksi saluran napas.23 koran, buku dan pakaian lama.26
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
7

Angka kejadian asma yang tinggi (47,94%). Penelitian ini sesuai


pada ibu rumah tangga yang dengan Pratama dkk pada pasien
didapatkan dari hasil penelitian ini rawat jalan Poli Asma RSUP
diduga memiliki hubungan dengan Persahabatan, mayoritas penderita
alergen indoor sebagai salah satu asma yang diperoleh derajat asmanya
faktor pencetus asma. Ibu rumah adalah persisten sedang.27
tangga memiliki resiko terpapar Pada asma yang derajatnya
dengan debu tungau rumah ketika lebih berat atau pada asma yang
aktivitasnya membersihkan ruangan lama, proses inflamasi saluran napas
didalam rumah. akan menyebabkan remodeling.
Riwayat merokok pada Mekanisme pasti yang mendasari
subjek penelitian asma yang proses ini masih terus diteliti namun
terbanyak ditemukan pada penelitian yang pasti bahwa proses remodeling
ini adalah bekas perokok sebanyak 7 akan menyebabkan perubahan
orang (43,75%). Penelitian ini sesuai struktur dinding saluran napas
dengan penelitian Oemiati yang termasuk penebalan dinding saluran
mendapatkan subyek terbanyak yaitu napas akibat peningkatan jaringan
mantan perokok.16 submukosa, adventisia, otot polos
Penelitian Oemiati dan komponen jaringan ikat. Disisi
menunjukkan bahwa mantan perokok lain pada asma persisten dengan
berisiko 2,7 kali terkena asma derajat obstruksi yang lebih berat,
dibandingkan dengan yang bukan membutuhkan pengobatan yang lebih
perokok. Hasil Riskesdas intensif, dosis obat yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa kelompok dan pengawasan yanag lebih ketat.
mantan perokok 1,9 kali berisiko Hal ini sangat terkait dengan tingkat
terkena asma dibandingkan dengan kepatuhan pasien untuk mencapai
kelompok bukan perokok karena asma terkontrol yang lebih baik.28
penderita asma mempunyai sifat
kepekaan saluran nafas yang 2. Gambaran subjek penelitian
berlebihan sehingga merokok berdasarkan hasil pemeriksaan
merupakan pemicu utama terjadinya spirometri terhadap faal paru
asma.16 Gambaran subjek penelitian
Frekuensi terbesar subjek berdasarkan hasil pemeriksaan
penelitian menurut derajat asma spirometri terhadap faal paru dapat
ditemukan pada penelitian ini adalah dilihat pada tabel 4.2.
persisten sedang sebanyak 35 orang

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


8

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi faal paru pasien asma rawat jalan di Poliklinik Paru
RSUD Arifin Achmad secara umum
Hasil pemeriksaan Frekuensi Persentase (%)
spirometri
Normal 15 20,55
Restriktif :
Restriktif ringan 15 20,55
Restriktif sedang 0 0
Restriktif berat 0 0
Obstruktif :
Obstruktif ringan 38 52,05
Obstruktif sedang 0 0
Obstruktif berat 0 0
Campuran 5 6,85
Total 73 100
Berdasarkan tabel 4.2 pernafasan yang semakin berat.
didapatkan hasil bahwa secara umum Akibat dari perubahan tersebut
hasil pemeriksaan spirometri menyababkan obstruksi saluran
terbanyak menunjukkan adanya pernafasan semakin persisten dan
kelainan faal paru pada subjek mungkin tidak dapat ditangani
penelitian yaitu sebanyak 58 orang kembali.30 Pada penelitian ini, selain
(79,45%). Frekuensi terbesar faal menunjukkan adanya obstruksi, juga
paru subjek penelitian menurut hasil didapatkan hasil uji fungsi paru
pemeriksaan spirometri yaitu penderita asma yang restriktif. Hal
obstruktif ringan sebanyak 38 orang ini dapat terjadi pada penderita yang
(52,05%), diikuti normal dan mungkin pada saat melakukan
restriktif ringan masing-masing manuver, tidak melakukan manuver
sebanyak 15 orang (20,55%) dan secara optimal. Pada penelitian ini
campuran sebanyak 5 orang (6,85%). hasil uji fungsi paru penderita asma
Hal ini berbeda dengan penelitian juga didapatkan berupa campuran
Ilyas pada hasil pemeriksaan yaitu kombinasi antara obstruktif dan
spirometri pada pasien asma restriktif . Hal ini biasanya terjadi
diperoleh dari 100 subyek penelitian pada penderita asma berat dimana
sebanyak 43% faal paru akibat terjadi obstruksi yang hebat,
menunjukkan dalam batas normal, volume udara yang masuk menjadi
obstruktif ringan sebanyak 29%, berkurang.31
obstruktif sedang sebanyak 27% dan
osbtruktif berat sebanyak 1%.29 3. Gambaran subjek penelitian
Beberapa penderita asma, berdasarkan skoring kontrol asma
terbatasnya aliran udara yang keluar Data gambaran subjek
masuk mungkin hanya sebagian penelitian berdasarkan skoring
reversibel. Etiologi remodeling kontrol asma diperoleh dari
saluran pernafasan berhubungan kuesioner Asthma Control Test
dengan perubahan struktural matriks (ACT) yang disebarkan ke subjek
saluran pernafasan yang mungkin penelitian. Gambaran subjek
menyertainya dalam jangka waktu penelitian berdasarkan skoring
yang lama dan inflamasi saluran

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


9

kontrol asma dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi kontrol asma pasien asma rawat jalan di Poliklinik
Paru RSUD Arifin Achmad berdasarkan skoring kontrol asma
Kontrol asma Frekuensi Persentase (%)
Tidak terkontrol 0 0
Terkontrol sebagian 31 42,47
Terkontrol total 42 57,53
Total 73 100
Berdasarkan tabel 4.2 tidak terkontrol, asma persisten
didapatkan hasil bahwa frekuensi ringan terkontrol 39,8% dan tidak
terbesar subjek penelitian terkontrol 60,1% sedangkan asma
berdasarkan kontrol asma yaitu persisten sedang banyak yang tidak
terkontrol total sebanyak 42 orang terkontrol 74,7% dan hanya 25,3%
(57,53%), diikuti terkontrol sebagian yang terkontrol. Perbedaan angka
sebanyak 31 orang (42,47%). tersebut secara statistik bermakna (p
Penelitian ini berbeda dengan < 0,001). Makin ringan derajat asma
penelitian Chapman dkk tentang semakin terkontrol asmanya
penilaian kontrol asma, mendapatkan sebaliknya semakin berat derajat
jumlah pasien asma yang tidak asmanya maka semakin tinggi
terkontrol lebih besar daripada yang persentase asma tidak terkontrol.25
32
terkontrol.
Berdasarkan hasil penelitian 4. Gambaran subjek penelitian
yang didapat pada penelitian ini, berdasarkan hasil pemeriksaan
pada pasien asma dengan derajat spirometri dan skoring Asthma
intermitten hingga asma persisten Control Test (ACT)
sedang cenderung memiliki asma Gambaran subjek penelitian
terkontrol (terkontrol sebagian dan berdasarkan hasil pemeriksaan
terkontrol total). Jika dilihat spirometri dan skoring Asthma
hubungan ACT dengan derajat asma, Control Test (ACT) pasien asma
hasil penelitian Bachtiar dkk rawat jalan di Poliklinik Paru RSUD
diperoleh asma terkontrol banyak Arifin Achmad dapat dilihat pada
pada pasien dengan asma derajat tabel 4.4
intermiten 70% dan hanya 30% yang

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


10

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi hasil spirometri dan skoring Asthma Control Test
(ACT)
Kontrol asma Frekuensi Persentase
Tidak Terkontrol Terkontrol (%)
terkontrol sebagian Total
N % N % N %
Hasil
pemeriksaan
spirometri
Normal 0 0 6 8,22 9 12,33 15 20,55
Restriktif 0 0 9 12,33 6 8,22 15 20,55
Obstruktif 0 0 16 21,92 22 30,14 38 52,06
Campuran 0 0 0 0 5 6,84 5 6,84
Total 0 0 31 42,47 42 57,53 73 100
Berdasarkan tabel 4.2 Lemahnya korelasi yang
didapatkan hasil bahwa frekuensi diperoleh dapat dijelaskan bahwa
terbesar subjek penelitian asma mencakup dua komponen yaitu
berdasarkan kontrol asma yaitu gejala dan obstruksi saluran napas
terkontrol total sebanyak 42 orang yang berubah-ubah. Gejala dan
(57,53%) dengan hasil pemeriksaan fungsi paru mungkin dapat berubah
spirometri yaitu obstruktif sebanyak cepat dari hari ke hari ataupun dari
22 orang (30,14%), diikuti normal jam ke jam dan dapat berespons
sebanyak 9 orang (12,33%), restriktif cepat terhadap pengobatan awal,
sebanyak 6 orang (8,22%) dan paling sementara respons saluran napas
sedikit adalah campuran sebanyak 5 terhadap pengobatan cenderung
orang (6,84%). Subjek penelitian perubahannya lambat, secara
berdasarkan kontrol asma yang patofisiologi mungkin berubah
menunjukkan terkontrol sebagian dengan waktu misalnya karena
yaitu sebanyak 31 orang (42,47%) terjadi remodeling dinding saluran
dengan hasil pemeriksaan spirometri napas dan relatif menyebabkan
yaitu obstruktif sebanyak 16 orang obstruksi yang menetap. Kuesioner
(21,92%), diikuti restriktif sebanyak ACT yang sifatnya subjektif
9 orang (12,33%) dan paling sedikit memiliki keterbatasan karena bersifat
normal sebanyak 6 orang (8,22%). retrospektif dan menilai status
Penelitian Ilyas tentang analisis kesehatan dalam periode yang lama
hubungan ACT dengan VEP1% sehingga tidak mampu menilai
prediksi berdasarkan uji korelasi dengan cepat secara akurat
Spearman diperoleh hubungan yang perubahan yang berfluktuasi dalam
lemah (r = 0,382) meskipun secara patologi penyakit.28 Kitch dkk
statistik bermakna (p < 0,001).45 mendapatkan VEP1 % prediksi
Hasil penelitian ini berbeda dengan secara bermakna berhubungan
penelitian Rodrigo dkk mendapatkan dengan resiko serangan asma setelah
gambaran bahwa makin berat asma pengukuran diikuti selama 3 tahun.
cenderung kontrol asma mereka lebih VEP1 % prediksi merupakan
buruk.33 predictor independen terjadinya
serangan asma dikemudian hari
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
11

sehingga hal ini mendukung UCAPAN TERIMA KASIH


penggunaan spirometri sebagai Penulis mengucapkan terima
pengukuran objektif beratnya asma kasih yang sebesar-besarnya kepada
dan resiko tambahan.34 Fakultas Kedokteran Universitas
Riau, Instalasi Poli Paru Rawat Jalan
SIMPULAN DAN SARAN RSUD Arifin Achmad, dosen
Berdasarkan hasil penelitian pembimbing yang telah memberikan
yang telah dilakukan dapat diambil banyak masukan kepada Penulis
kesimpulan, kelompok umur untuk kelancaran penelitian serta
terbanyak yaitu kelompok umur 45- kepada responden yang telah
54 tahun (39,73%), jenis kelamin berpartisipasi dalam penelitian ini
terbanyak yaitu perempuan sehingga penelitian ini dapat
(78,08%), status gizi terbanyak yaitu dilaksanakan dan diselesaikan tepat
yang memiliki berat badan normal waktu.
(31,51%), jenis perkerjaan terbanyak
yaitu ibu rumah tangga (46,58%), DAFTAR PUSTAKA
riwayat merokok terbanyak yaitu
bekas perokok (43,75%), derajat 1. Perhimpunan Dokter Paru
asma yaitu persisten sedang Indonesia. Asma: Pedoman
(47,95%), gambaran faal paru diagnosis dan penatalaksanaan di
terbanyak yaitu obstruktif ringan
Indonesia. 2004.
(52,05%), gambaran kontrol asma
terbanyak yaitu terkontrol total 2. DeMeo DL, Weiss ST.
(57,53%) dan distribusi frekuensi Epidemiology. In: Barnes PJ,
pasien asma berdasarkan Drazen JM, Rennard S, Thomson
perbandingan nilai faal paru dan NC, editors. Asthma and COPD
hasil kontrol asma menunjukkan, basic mechanisms and clinical
frekuensi terbesar subjek penelitian management. 1st ed. Amsterdam:
berdasarkan kontrol asma yaitu
Academic Press; 2002.p.7-18.
terkontrol total (57,53%) dengan
hasil pemeriksaan spirometri yaitu 3. Lavorini F, Corbetta L.
obstruktif (30,14%). Achieving asthma control: the
Diharapkan kepada peneliti key role of inhalers. Breathe.
lain yang akan melakukan penelitian 2005;5:121- 31.
yang sama agar menggunakan 4. National Commision on
penelitian secara analitik sehingga correctional Health Care
didapatkan hubungan faal paru dan
skoring Asthma Control Test (ACT) (NCCHC). Clinical guideline for
pada pasien asma rawat jalan di Poli health care in correctional setting
Paru RSUD Arifin Achmad. asthma 2008:1-7.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat 5. Rodrigo GJ, Rodrigo C, Hall JB.
dijadikan sebagai informasi Acute Asthma in Adult A
tambahan untuk pihak Rumah Sakit Review. Chest. 2004; 125;1081-
dalam meningkatkan harapan hidup
96.
penderita asma.
6. Nathan RA, Sorkness CA,
Kosinski M, Li JT, Marcus P, et
al. Development of the asthma
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
12

control test: survey for assessing chronic obstructive pulmonary


asthma control. J allergy clin disease. (Updated 2010).
immunol.2004;113:59-65. http://www.goldcopd.org.
7. Greening AP, Stempel D, 14. Cazolla M. Asthma control :
Batemen, Virchown JC. evidence-based monitoring and
Mananging asthma patients: the prevention of exacerbations.
which outcome matter. Eur Breathe. 2008; 4:3 11-9.
Respir Rev 2008;17:1-7. 15. Wibowo NR. Hubungan Antara
8. Badan Penelitian dan Tingkat Pengetahuan Tentang
Pengembangan Kesehatan Penyakit Asma dengan Tingkat
Departemen Kesehatan RI. Riset Pengontrolan Penyakit Asma
Kesehatan Dasar (RIKESDA) Pada Pasien Asma di Poliklinik
2007. Laporan Nasional Paru RSU Dr Soedarso Pontianak
2008.p.94-8. Periode Agustus- Desember
9. Departemen kesehatan Republik 2010. Fakultas Kedokteran dan
Indonesia. Profil kesahatan Ilmu Kesehatan, Universitas
Indonesia. Jakarta. 2008. Tanjungpura. Pontianak. 2011.
10. Global Initiative for Asthma. 16. Oemiati R. Faktor-faktor yang
Global strategy for the diagnosis, berhubungan dengan penyakit
management and prevention of asma di Indonesia. Media litbang
asthma: NHLBI/WHO workshop kesehatan. 2010; 20(1): 48.
report. 2012. Available at: 17. Denny A, Abdul K, Achmad D.
http://www.ginaasthma.org/. Latihan Pernapasan Dengan
11. Boulet LP, Boulet V, Milot J. Metode Buteyko Meningkatkan
How Should we quantify asthma Nilai Force Expiratory Volume
control? Chest 2002;122:2217- In 1 Second (%FEV1) Penderita
23. Asma Dewasa Derajat Persisten
12. Yunus F. The Asthma Control Sedang. Berita Kedokteran
Test , A New Tool To Improve Masyarakat. Juni 2007: 23(2).
The Quality Of Asthma 18. Paul Alwin Khoman. Profil
Manangement. Dalam: Surjanto Penderita Asma Pada Poli Asma
E, Suradi, Reviono, Rima A, Di Bagian Paru Rsup Haji Adam
Widysanto A, Widiyawati, Malik Medan. Fakultas
editors. Proceeding Book Kedokteran Universitas Sumatera
Perhimpunan Dokter Paru Utara. Medan. 2010.
Indonesia. 1st, ed. Surakarta: 19. Postma DS. Gender differences
Indah Comp;2005.p.361. in asthma development and
13. Global Initiative for Chronic progression. Gender Medicine
Obstructive Lung Disease. 2007; 4: 133-146.
Global strategy for the diagnosis, 20. Pratama, S., Juniety, E., Zairus,
management, and prevention of D., Rassuna, V., Yunus, F., 2009.

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


13

Profil Pasien Rawat Jalan Poli Keluarganya. Jakarta: Gramedia


Asma RSUP Persahabatan Juli- Pustaka Utama. 2005.
Desember 2006. J Respir Indo. 27. Maryono, 2009. Hubungan
Oktober 2009: 29(4). Antara Faktor Lingkungan
21. Muhammad Ilyas, Faisal Yunus, dengan Kekambuhan Asma
Wiwien Heru Wiyono. Bronkhiale pada Klien Rawat
Correlation Between Asthma Jalan di Poliklinik Paru Instalasi
Control Test (ACT) and Rawat Jalan RSUD DR.
Spirometry as Tool af Assessing Moewardi Surakarta. Universitas
of Controlled Asthma. J Respir Muhammadiyah Surakarta.
Indo. Oktober 2010; 30(4): 191. 28. Mendoza MR, Cruz BOD,
22. Beckett WS, Jacobs, DR, Yu X, Guzman-Banzon AV, Ayuyao
Iribarren C, William OD. Asthma FG, De Guia TS. Comparative
is associated with weight gain in assessment of asthma control test
female but not males, (ACT) and GINA classification
independent of physical activity. including FEV1 in predicting
Am J Respir Crit Care Med. asthma severity. Philiphine Heart
2001; 164: 2045-50. Centre and H.E.A.R.T
23. Delgado J, Barranco P, Quirce S. Foundation Inc. 2007.p. 149-54.
Obesity and asthma. J Investig 29. Lange P, Parner J, Prescott E,
Allergol Clin Immunol.2008; Ulrik CS, Vestbo J. Exogenous
18(6): 420-25. female sex steroid hormones and
24. Samsul Afandi, Faisal Yunus, risk of asthma and asthma-like
Sita Andarini, Aria Kekalih. symptoms: a cross sectional
Tingkat Kontrol Pasien Asma di study of the general population.
Rumah Sakit Persahabatan Thorax 2001; 56: 613-616.
Berdasarkan Asthma Control 30. Jui-Huan Yu, Ko Huang Lue,
Test Beserta Hubungannya Ko-hsui Lu, Yun-Hsiang Lin,
dengan Tingkat Morbiditas dan Ming Chih Chou. The
Faktor Risiko. Studi Longitudinal Relationship of Air Population to
di Poli Rawat Jalan Selama Satu The Prevalence of allergic
Tahun. J Respir Indo. Oktober Disease in taichung and Chu-
2013: 33(4). Shan in 2002. Journal
25. Bachtiar D, Yunus F, Wiyono Microbiology Immunology
WH, Prevalence of controlled Infection. 2005; 38: 123-126.
asthma in asthma clinic 31. Edi Setiawan Tehuteru.
Persahabatan Hospital Jakarta Gambaran Uji Fungsi Paru Pada
2009. Respirology. 2009; 14: Anak Penderita Asma. J
247. Kedokteran Trisakti. Januari-
26. Vita Health. Asma Informasi April 2013: 22(1).
Lengkap Untuk Penderita dan

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


14

32. Chapman KR, Boulet LP, Rea Test. Ann of Allergy, asthma &
RM, Franssen E. Suboptimal Immunol 2008; 100: 17-22.
asthma control control: 34. Kitch BT, Paltiel D, Kuntz KM,
prevalence, detection and Dockery DW, Schouten JP,
consequences in general practice. Weiss ST, et al. A single measure
of FEV1 is associated with risk
Eur Respir J. 2008; 50: 109-16.
of asthma attacks in long-term
33. Rodrigo GJ, Arcos JP, Nannini follow-up. Chest. 2004; 126:
LJ, Neffen H, Broin MG, 1875-81
Contrera M, et al. Reliability and
factor analysis of the spanis
version of the Asthma Control

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014

You might also like