Professional Documents
Culture Documents
Setiahasti Saily
Adrianison
Eka Bebasari
Email: setiasaily@ymail.com / 085265450506
ABSTRACT
Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways. Spirometry is
an examination technique to assessment lung function of patient asthma and
Asthma Control Test (ACT) as a tool consist of questionaires to assessing
controlled asthma, ACT are subjective but has been validated and can be used
easily. This research aimed to determine description of lung function and scoring
Asthma Control Test (ACT) in pulmonologic outpatient clinic general hospital
Arifin Achmad Pekanbaru. Design of the study was descriptive cross sectional
and accidental sampling method already done January until March 2014
accordance to the inclusive criteria. Amount of samples are 73 asthma patients
were asked to fill out questionaires of ACT under the supervision of researchers
and asthma patient following spirometry screening. The result of this research is
asthma patient characteristics more in age group between 45-54 years (39,73%),
gender more in woman (78,08%), status of nutrient more in normal weight
(32,51%), more work as housewife (46,58%), smoking history more as former
smoker (43,75%), and more in classified as moderate persistence asthma
(47,94%). Asthma control more were controlled (57,53%), more pulmonary faal
were mild obstructive (52,05%), and comparison of pulmonary faal and ACT
there are (30,14%) more in obstructive classified with controlled asthma.
dua juta orang pertahun dan sekitar validitasnya telah diuji dan dapat
500.000 orang dirawat dalam digunakan dengan mudah.11,12
setahun.6 Telah banyak tersedia
Diperkirakan penderita asma parameter dan metode untuk
di dunia akan bertambah 100 juta keperluan penilaian faal paru.
pada tahun 2025.7 Menurut Riset Gangguan fungsi paru dapat di uji
Kesehatan Dasar (RISKESDAS dengan menggunakan alat spirometri,
2007) prevalensi asma di Indonesia nilai yang digunakan untuk
yaitu 3,5%.8 Pada Survei Kesehatan mendeteksi gangguan tersebut yaitu
Rumah Tangga (SKRT) di berbagai ditandai dengan penurunan nilai
provinsi di Indonesia tergambar Kapasitas Vital Paksa (KVP) dan
bahwa asma termasuk sepuluh besar Volume Ekspirasi Paksa Detik
merupakan penyebab kesakitan dan Pertama (VEP1).1 Spirometri
kematian di Indonesia. Pada SKRT merupakan suatu teknik pemeriksaan
tahun 1992 asma, bronkitis kronik untuk mengetahui fungsi/faal paru.
dan emfisema sebagai penyebab Pasien diminta untuk meniup sekuat-
kematian (mortalitas) ke-4 di kuatnya melalui suatu alat yang
Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun dihubungkan dengan mesin
1995 prevalensi asma di seluruh spirometer yang secara otomatis akan
Indonesia sebesar 13/1000, menghitung kekuatan, kecepatan dan
dibandingkan bronkitis kronik volume udara yang dikeluarkan,
11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.1 sehingga dengan demikian dapat
Menurut Riset Kesehatan Dasar diketahui kondisi faal paru pasien.13
(RISKESDAS 2008), angka kejadian Komponen untuk penilaian
asma di Provinsi Riau sebesar 3,3%.9 kontrol termasuk gejala siang hari,
Beberapa alat untuk menilai aktivitas terbatas, gejala malam dan
asma terkontrol secara subjektif yang terbangun pada malam hari,
sudah diakui seperti Asthma Control penggunaan obat pelega dan
Questionnaire (ACQ), Childhood penilaian objektif fungsi paru dengan
Asthma Control Test (CACT), spirometri terutama VEP1.14
Asthma Control Test (ACT), Asthma Sejauh ini, peneliti belum
Therapy Assesment Questionnaire menemukan adanya data penelitian
(ATAQ) dan Asthma Control yang meninjau gambaran faal paru
Scoring System (ACSS).10 dan skoring Asthma Control Test
Alat bantu yang banyak (ACT) pada pasien asma rawat jalan
dipakai untuk menilai keadaan asma di Poliklinik Paru RSUD Arifin
terutama untuk asma terkontrol Achmad Kota Pekanbaru.
adalah dengan menggunakan Berdasarkan hal tersebut, peneliti
kuesioner. Kuesioner yang sering tertarik untuk mengetahui gambaran
dipakai dalam menilai asma faal paru dan skoring Asthma
terkontrol ini adalah Asthma Control Control Test (ACT) pada pasien
Test (ACT) yang memakai parameter asma rawat jalan di Poliklinik Paru
klinis untuk menilai asma terkontrol. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Asthma Control Test (ACT)
merupakan alat bantu berupa
kuesioner yang dikeluarkan oleh
American Lung Association (ALA).
Cara ini bersifat subyektif namun
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
3
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik umum pasien asma rawat jalan di
Poliklinik Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Umur
15-24 tahun 2 2,74
25-34 tahun 11 15,07
35-44 tahun 12 16,43
45-54 tahun 29 39,73
55-64 tahun 16 21,92
>65 tahun 3 4,11
Total 73 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 21,92
Perempuan 57 78,08
Total 73 100
Status gizi
BB kurang 1 1,37
BB normal 23 31,51
BB lebih 20 27,40
Overweight 18 24,66
BB obese 11 15,06
Total 73 100
Pekerjaan
PNS 19 26,02
Ibu Rumah Tangga (IRT) 34 46,58
Mahasiswa 2 2,74
Wiraswasta 6 8,22
Karyawan swasta 2 2,74
Supir 1 1,37
Pensiunan PNS 9 12,33
Total 73 100
Riwayat merokok
Perokok :
Perokok ringan 0 0
Perokok sedang 3 18,75
Perokok berat 1 6,25
Bekas perokok 7 43,75
Bukan perokok 5 31,25
Total 16 100
Derajat asma
Intermitten 12 16,44
Persiten ringan 25 34,25
Persiten sedang 35 47,94
Persisten berat 1 1,37
Total 73 100
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi faal paru pasien asma rawat jalan di Poliklinik Paru
RSUD Arifin Achmad secara umum
Hasil pemeriksaan Frekuensi Persentase (%)
spirometri
Normal 15 20,55
Restriktif :
Restriktif ringan 15 20,55
Restriktif sedang 0 0
Restriktif berat 0 0
Obstruktif :
Obstruktif ringan 38 52,05
Obstruktif sedang 0 0
Obstruktif berat 0 0
Campuran 5 6,85
Total 73 100
Berdasarkan tabel 4.2 pernafasan yang semakin berat.
didapatkan hasil bahwa secara umum Akibat dari perubahan tersebut
hasil pemeriksaan spirometri menyababkan obstruksi saluran
terbanyak menunjukkan adanya pernafasan semakin persisten dan
kelainan faal paru pada subjek mungkin tidak dapat ditangani
penelitian yaitu sebanyak 58 orang kembali.30 Pada penelitian ini, selain
(79,45%). Frekuensi terbesar faal menunjukkan adanya obstruksi, juga
paru subjek penelitian menurut hasil didapatkan hasil uji fungsi paru
pemeriksaan spirometri yaitu penderita asma yang restriktif. Hal
obstruktif ringan sebanyak 38 orang ini dapat terjadi pada penderita yang
(52,05%), diikuti normal dan mungkin pada saat melakukan
restriktif ringan masing-masing manuver, tidak melakukan manuver
sebanyak 15 orang (20,55%) dan secara optimal. Pada penelitian ini
campuran sebanyak 5 orang (6,85%). hasil uji fungsi paru penderita asma
Hal ini berbeda dengan penelitian juga didapatkan berupa campuran
Ilyas pada hasil pemeriksaan yaitu kombinasi antara obstruktif dan
spirometri pada pasien asma restriktif . Hal ini biasanya terjadi
diperoleh dari 100 subyek penelitian pada penderita asma berat dimana
sebanyak 43% faal paru akibat terjadi obstruksi yang hebat,
menunjukkan dalam batas normal, volume udara yang masuk menjadi
obstruktif ringan sebanyak 29%, berkurang.31
obstruktif sedang sebanyak 27% dan
osbtruktif berat sebanyak 1%.29 3. Gambaran subjek penelitian
Beberapa penderita asma, berdasarkan skoring kontrol asma
terbatasnya aliran udara yang keluar Data gambaran subjek
masuk mungkin hanya sebagian penelitian berdasarkan skoring
reversibel. Etiologi remodeling kontrol asma diperoleh dari
saluran pernafasan berhubungan kuesioner Asthma Control Test
dengan perubahan struktural matriks (ACT) yang disebarkan ke subjek
saluran pernafasan yang mungkin penelitian. Gambaran subjek
menyertainya dalam jangka waktu penelitian berdasarkan skoring
yang lama dan inflamasi saluran
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi kontrol asma pasien asma rawat jalan di Poliklinik
Paru RSUD Arifin Achmad berdasarkan skoring kontrol asma
Kontrol asma Frekuensi Persentase (%)
Tidak terkontrol 0 0
Terkontrol sebagian 31 42,47
Terkontrol total 42 57,53
Total 73 100
Berdasarkan tabel 4.2 tidak terkontrol, asma persisten
didapatkan hasil bahwa frekuensi ringan terkontrol 39,8% dan tidak
terbesar subjek penelitian terkontrol 60,1% sedangkan asma
berdasarkan kontrol asma yaitu persisten sedang banyak yang tidak
terkontrol total sebanyak 42 orang terkontrol 74,7% dan hanya 25,3%
(57,53%), diikuti terkontrol sebagian yang terkontrol. Perbedaan angka
sebanyak 31 orang (42,47%). tersebut secara statistik bermakna (p
Penelitian ini berbeda dengan < 0,001). Makin ringan derajat asma
penelitian Chapman dkk tentang semakin terkontrol asmanya
penilaian kontrol asma, mendapatkan sebaliknya semakin berat derajat
jumlah pasien asma yang tidak asmanya maka semakin tinggi
terkontrol lebih besar daripada yang persentase asma tidak terkontrol.25
32
terkontrol.
Berdasarkan hasil penelitian 4. Gambaran subjek penelitian
yang didapat pada penelitian ini, berdasarkan hasil pemeriksaan
pada pasien asma dengan derajat spirometri dan skoring Asthma
intermitten hingga asma persisten Control Test (ACT)
sedang cenderung memiliki asma Gambaran subjek penelitian
terkontrol (terkontrol sebagian dan berdasarkan hasil pemeriksaan
terkontrol total). Jika dilihat spirometri dan skoring Asthma
hubungan ACT dengan derajat asma, Control Test (ACT) pasien asma
hasil penelitian Bachtiar dkk rawat jalan di Poliklinik Paru RSUD
diperoleh asma terkontrol banyak Arifin Achmad dapat dilihat pada
pada pasien dengan asma derajat tabel 4.4
intermiten 70% dan hanya 30% yang
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi hasil spirometri dan skoring Asthma Control Test
(ACT)
Kontrol asma Frekuensi Persentase
Tidak Terkontrol Terkontrol (%)
terkontrol sebagian Total
N % N % N %
Hasil
pemeriksaan
spirometri
Normal 0 0 6 8,22 9 12,33 15 20,55
Restriktif 0 0 9 12,33 6 8,22 15 20,55
Obstruktif 0 0 16 21,92 22 30,14 38 52,06
Campuran 0 0 0 0 5 6,84 5 6,84
Total 0 0 31 42,47 42 57,53 73 100
Berdasarkan tabel 4.2 Lemahnya korelasi yang
didapatkan hasil bahwa frekuensi diperoleh dapat dijelaskan bahwa
terbesar subjek penelitian asma mencakup dua komponen yaitu
berdasarkan kontrol asma yaitu gejala dan obstruksi saluran napas
terkontrol total sebanyak 42 orang yang berubah-ubah. Gejala dan
(57,53%) dengan hasil pemeriksaan fungsi paru mungkin dapat berubah
spirometri yaitu obstruktif sebanyak cepat dari hari ke hari ataupun dari
22 orang (30,14%), diikuti normal jam ke jam dan dapat berespons
sebanyak 9 orang (12,33%), restriktif cepat terhadap pengobatan awal,
sebanyak 6 orang (8,22%) dan paling sementara respons saluran napas
sedikit adalah campuran sebanyak 5 terhadap pengobatan cenderung
orang (6,84%). Subjek penelitian perubahannya lambat, secara
berdasarkan kontrol asma yang patofisiologi mungkin berubah
menunjukkan terkontrol sebagian dengan waktu misalnya karena
yaitu sebanyak 31 orang (42,47%) terjadi remodeling dinding saluran
dengan hasil pemeriksaan spirometri napas dan relatif menyebabkan
yaitu obstruktif sebanyak 16 orang obstruksi yang menetap. Kuesioner
(21,92%), diikuti restriktif sebanyak ACT yang sifatnya subjektif
9 orang (12,33%) dan paling sedikit memiliki keterbatasan karena bersifat
normal sebanyak 6 orang (8,22%). retrospektif dan menilai status
Penelitian Ilyas tentang analisis kesehatan dalam periode yang lama
hubungan ACT dengan VEP1% sehingga tidak mampu menilai
prediksi berdasarkan uji korelasi dengan cepat secara akurat
Spearman diperoleh hubungan yang perubahan yang berfluktuasi dalam
lemah (r = 0,382) meskipun secara patologi penyakit.28 Kitch dkk
statistik bermakna (p < 0,001).45 mendapatkan VEP1 % prediksi
Hasil penelitian ini berbeda dengan secara bermakna berhubungan
penelitian Rodrigo dkk mendapatkan dengan resiko serangan asma setelah
gambaran bahwa makin berat asma pengukuran diikuti selama 3 tahun.
cenderung kontrol asma mereka lebih VEP1 % prediksi merupakan
buruk.33 predictor independen terjadinya
serangan asma dikemudian hari
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
11
32. Chapman KR, Boulet LP, Rea Test. Ann of Allergy, asthma &
RM, Franssen E. Suboptimal Immunol 2008; 100: 17-22.
asthma control control: 34. Kitch BT, Paltiel D, Kuntz KM,
prevalence, detection and Dockery DW, Schouten JP,
consequences in general practice. Weiss ST, et al. A single measure
of FEV1 is associated with risk
Eur Respir J. 2008; 50: 109-16.
of asthma attacks in long-term
33. Rodrigo GJ, Arcos JP, Nannini follow-up. Chest. 2004; 126:
LJ, Neffen H, Broin MG, 1875-81
Contrera M, et al. Reliability and
factor analysis of the spanis
version of the Asthma Control