You are on page 1of 13

MAKALAH KIMIA FISIK

KOLOID

Disusun Oleh :

Dosen Pengampu :

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
2017
Kata pengantar

Assalamuallaikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan hikmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui ilmu Kimia Fisik yang
khususnya akan dibahas tentang KOLOID.
Kami meminta maaf jika adanya kekurangan dalam makalah ini dan kami
mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun kepada para pembaca dan
pendengar agar kami selaku penyusun makalah mampu memperbaiki kesalahan
dan mempermudah kami dalam menyusun makalah ini. Kami mengucapkan
terima kasih atas kerja samanya.
Semoga TUHAN senantiasa menyertai kita semua, amin.
Wassalamuallaikum Wr.Wb.

Penulis, 14 September 2017

(Kelompok)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem koloid berhubungan dengan proses-proses di alam yang mencakup
berbagai bidang. Misalnya, makanan yang di makan (dalam ukuran besar)
sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk
koloid, dan protoplasma dalam sel-sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-
hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari
beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya, saat
kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air
panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang
beragam, es krim tersebut harus disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang
terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi
dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral-mineral yang
terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan
koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk
koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam
selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna
merah juga merupakan sistem koloid.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang
berhubungan dengan koloid, diantaranya :
1. Apa itu koloid?
2. Apa saja jenis-jenis koloid?
3. Apa saja sifat-sifat koloid dan penerapannya?
4. Bagaimana cara membuat dan memurnikan koloid?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan apa itu koloid.
2. Menjelaskan jenis-jenis koloid.
3. Menjelaskan sifat-sifat koloid dan penerapannya.
4. Menjelaskan cara membuat dan memurnikan koloid.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaanya antara larutan dan
suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat di dispersikan
kedalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang di dispersikan berkisar dari
satu nanometer (nm) sampai satu micrometer (mm).
Untuk memahami sistem koloid, mari kita bandingkan tiga jenis campuran
berikut, yaitu campuran gula dengan air, campuran tepung terigu dengan air, dan
campuran susu dengan air.
Apabila kita campurkan gula dengan air, ternyata larutan gula larut dan
diperoleh larutan gula. Di dalam larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk
partikel yng sangat kecil, sehingga tak dapat dibedakan lagi dari mediumnya
walau menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat kontinue dan merupakan
sistem satu fase (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm =
10-9). Larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring.

Tabel Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan campuran yang tergolong


larutan, koloid, atau sespensi.
contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70 %, larutan cuka,
air laut, udara yang bersih, dan bensin.
Contoh koloid : sabun, susu, santan, jeli, selai, metega, dan mayonaise.
contoh suspensi : air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran
kopi dengan air dan campuran minyak dengan air.
2.2. Jenis-jenis Koloid
Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase pendispersi (fase luar,
medium atau terlarut) dan fase terdispersi (fase dalam atau pelarut). Zat yang
fasenya tetap disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah
merupakan zat terdispensi.

A. Aerosol
sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat, jika zat
yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara
Contoh aerosol cair : kabut dan awan
B. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. Koloid sol terdiri
atas bagian-bagian berikut :
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.
Contoh : logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair.
Berarti, Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh :
cat, tinta, dan kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat
fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh :
asap dan debu.
C. Emulsi
Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut :
1. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh :
mentega, keju, jeli, dan mutiara.
2. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
cair. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh : susu,
minyak ikan, dan santan kelapa.
3. Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh :
obat-obat insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
4. Buih
Koloid buih terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal
ini berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan
batu apung.
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.
Berarti, zat terdispersi faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih
soda, dan krim kocok
2.3. Sifat-Sifat Koloid dan Penerapannya
Sifat-sifat yang dimiliki koloid antara lain efek Tyndall, gerak Brown, bermuatan,
adsorpsi, koagulasi berkaitan dengan interaksi antara partikel terdispersi dan
medium pendispersi.
1. Efek Tyndall
Fenomena efek Tyndall dikemukan John Tyndall (1820-1893, ahli fisika dari
Inggris). Efek Tyndall adalah gejala penghambatan sinar oleh partikel koloid.
Susunan partikel dalam koloid menyebabkan berkas sinar akan dihamburkan oleh
partikel-partikel koloid.
Jika berkas sinar dilewatkan melalui larutan, seluruh berkas sinar tak tertahan.
Jika berkas sinar dilewatkan melalui suspensi, partikel-partikel akan menahan
berkas sinar tersebut.
Jadi, efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan larutan, koloid, dan
suspensi.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan patah-patah (zig-zag) partikel-partikel koloid
secara terus-menerus dengan arah sembarang. Fenomena ini diamati oleh Robert
Brown (1827, ilmuwan Biologi Inggris). Saat itu, Brown sedang mengamati
pergerakan butir-butir sari tumbuhan pada permukaan air dengan memakai
mikroskop ultra.
Gerak Brown diakibatkan interaksi antara partikel koloid dengan molekul-
molekul pendispersinya. Interaksinya berupa tumbukan antar-partikel tersebut tak
seimbang karena kecilnya ukuran partikel. Akibatnya, arah gerak partikel
berubah-ubah tak menentu dan membentuk gerakan zig-zag. Gerak Brown
dipengaruhi oleh ukuran partikel dan suhu, yaitu :
Semakin kecil ukuran partikel-partikel koloid, gerak Brown semakin cepat.
Semakin besar ukuran partikel-partikel koloid, gerak Brown akan semakin
lambat.
Semakin tinggi suhu koloid, gerak Brown akan semakin cepat.
Semakin rendah suhu koloid, gerak Brown akan semakin lambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah penyerapan partikel oleh permukan zat. Hal ini dapat
terjadi karena permukaan koloid memiliki luas permukaan yang besar. Sifat
adsorpsi partikel-partikel koloid tersebut dapat dimanfaatkan, yaitu :
a. Pemutihan Gula Pasir
Gula pasir dapat diperoleh dari batang tebu dengan cara kristalisasi.
Batang tebu dipotong-potong, dihancurkan, lalu diperas hingga diperoleh larutan
gula. Selanjutnya, larutan tersebut disaring untuk memisahkan sisa-sisa kulit tebu
dan larutan gula. Larutan gula diuapkan hingga terbentuk Kristal gula yang
berwarna putih kecoklatan. Untuk memutihkan kristal gula tersebut, kita dapat
memanfaatkan sifat adsorpsi. Caranya dengan melarutkan kristal gula yang belum
murni ke dalam air panas, lalu dialirkan ke system koloid berupa mineral halus
berpori. Hasilnya Kristal gula yang berwarna kecoklatan akan diserap oleh
mineral halus berpori sehingga diperoleh gula yang berwarna lebih putih.
b. Pewarnaan kain
Kain menjadi berwarna karena diwarnai dengan zat-zat pewarna dengan
cara pencelupan. Kualitas kain yang dicelup bergantung pada daya serap kain
terhadap zat pewarna. Untuk itu, kain yang akan dicelup, terlebih dahulu
dicampurkan dengan garam Al2(SO4)3. Ketika dicelupkan ke dalam larutan zat
pewarna, akan dihasilkan koloid Al(OH)3 sehingga kain akan lebih mudah
menyerap warna.
c. Penjernihan air
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan masyarakat. Namun, saat ini
kualitas air yang kita dapatkan kadang-kadang tak jernih alias keruh. Oleh karena
itu, masyarakat biasanya menyaring terlebih dahulu air keruh sebelum dipakai
dalam penyaringan air, yaitu karbon aktif dan tawas. Karbon aktif memiliki luas
permukaan yang sangat besar sehingga daya adsorpsinya pun sangat kuat. Karbon
aktif dapat mengadsorpsi bau, rasa, warna dan beberapa zat organik. Tawas
memiliki rumus kimia K2SO4Al2(SO4)3. Penambahan tawas kedalam air akan
menghasilkan koloid Al(OH)3 sehingga zat-zat penyebab air keruh seperti zat
padat, detergen, zat warna akan diserap.
4. Bermuatan
Penyerapan ion pada permukaan partikel koloid akan menyebabkan
partikel koloid bermuatan listrik. Ada dua jenis muatan listrik yang dapat dimiliki
koloid yaitu muatan positif dan muatan negatif. Contohnya :
Penyerapan ion H+ oleh koloid Fe(OH)3, Dalam air membuat koloid Fe(OH)3
bermuatan positif.
Penyerapan ion-ion negatif oleh koloid As2S3 akan menyebabkan koloid As2S3
bermuatan negatif.
a. Cara mengetahui muatan suatu koloid
Muatan suatu koloid dapat diketahui dengan cara elektroforesis. Cara
elektroforesis tersebut berdasar kemampuan partikel koloid yang bermuatan
listrik bergerah dalam medan listrik. Alat elektroforesis tersusun atas dua
electrode yang bermuatan positif dan negatif.
Larutan koloid yang bermuatan negatif akan bergerak kearah electrode
positif. Sebaliknya, larutan koloid yang bermuatan positif akan bergerak kea rah
electrode negatif. Jadi, koloid akan bergerak kea rah electrode yang berlawanan
muatan.
Prinsip kerja elektrofoesis dapat digunakan untuk mengatasi masalah
pencemaran udara. Asap buangan pabrik mengandung partikel-partikel koloid,
seperti asap dan debu. Alat pengendap elektroststik yang dikenal dengan alat
Cottrell, dapat mengurangi jumlah asap dan debu di udara yang dihasilkan pabrik.
Alat pengendap Cottrell tersusun beberapa plat logam yang bermuatan.
Asap dari cerobong pabrik dialirkan ke dalam pengendap Cottrell sehingga
partikel koloid akan tertarik ke dalam plat yang matanya berlawanan.
b. Dapatkah kestabilan suatu koloid dihilangkan?
Jika muatan suatu partikel dinetralkan, partikel tersebut akan mengendap.
Caranya dengan menambahkan koloid yang muatannya berlawanan. Jadi,
kestabilan koloid akan hilang jika muatannya dinetralkan. Peristiwa penghilangan
kestabilan koloid dikenal dengan koagulasi, sedangkan zat yang menyebabkan
koagulasi terjadi disebut koagulan. Ada dua cara untuk menghilangkan kestabilan
koloid yaitu menambahkan zat elektrolit yang muatannya berbeda atau koloid
yang muatannya berbeda.
Koloid positif akan lebih mudah terkoagulasi jika ditambahkan elektrolit
yang muatan ion negatifnya lebih besar. Koloid yang bermuatan negatif akan lebih
mudah terkoagulasi jika ditambahkan elektrolit yang muatan ion positifnya lebih
besar.
c. Manfaat dari koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan Industri?
Sifat koloid yang dapat berkoagulasi banyak terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan dimanfaatkan dalam industry. Berikut peristiwa yang diakibatkan
koagulasi dan industry yang memanfaatkan sifat koagulasi.
Pembentukan Delta di Muara Sungai
Delta adalah daerah yang berada diantara laut dan sungai. Delta terbentuk karena
peristiwa koagulasi antara koloid tanah liat dari lumpur dengan elektrolit dari air
laut. Muatan negative koloid tanah liat akan dinetralkan oleh elektrolit positif air
laut, missal Na+, Mg2+, Ca2+, dan Al3+.
Industry Karet Alam
Karet alam diperoleh dari pohon karet dengan cara penyadapan kulit batangnya.
Kulit batang karet disadap dengan pisau sadap sehingga keluarlah getah yang
disebut lateks. Karet alam diperoleh dengan cara menambahkan asam asetat
kedalam lateks sehingga lateks akan terkoagulasi. Lateks dan asam asetat
memiliki muatan yang berlawanan sehingga keduanya akan saling menetralkan.
Penjernihan Air
Selain mengadsorpsi, tawas dapat mengebdapkan kotoran-kotoran dalam air.
Tawas yang dilarutkan akan membentuk koloid bermuatan positif. Kotoran dalam
air keruh yang bermuatan negative akan dikoagulasikan sehingga kotoran
mengendap dan bisa dipisahkan.
d. Cara mempertahankan koloid agar tetap stabil
Agar tetap stabil, dapat ditambah suatu koloid yang dapat melindungi
koloid sehingga tak terkoagulasi. Koloid ini disebut koloid pelindung. Koloid
pelindung akan membungkus partikel koloid yang dilindungi.
e. Manfaat koloid pelindung dalam kehidupan sehari-hari
Koloid pelindung sering digunakan pada system koloid emulsi. Koloid pelindung
berfungsi untuk mrnstabilkan emulsi disebut emulgator (zat pengemulsi). Contoh
bahan yang menggunakan emulgator adalah mayones, margarine, susu. Berkat
adanya emulgator, zat-zat yang terdapat dalam emulsi yaitu minyak dan air dapat
bercampur. Emulgator yang digunakan yaitu : lesitin pada mayones, soybean pada
margarine, kasein pada susu.
2.4. Cara Membuat dan Memurnikan Koloid
1. Cara membuat koloid dengan dengan cara dispersi
Cara dispersi adalah pembuatan koloid dari partikel yang lebih kasar
(suspensi) dari pada koloid. Ada tiga jenis dispersi, yaitu dispersi mekanik,
dispersi elektrolitik, dan dispersi peptisasi.
a. Dispersi Mekanik
Cara dispersi mekanik, koloid dibuat dengan cara penggerusan dan
penggilingan (untuk zat padat) atau pengadukan dan pengocokan (untuk zat cair).
Setelah partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid terbentuk, partikel
didispersikan kedalam medium pendispersinya. Contoh : pembuatan sol belerang.

b. Dispersi Elektrolitik
Dispersi elektrolitik (Busur Bredig). Dengan cara dispersi elektrolitik, zat
padat diubah menjadi partikel koloid dengan bantuan arus listrik tegangan tinggi.
Biasanya, dispersi elektrolitik digunakan untuk membuat sol logam, misal : sol
platina emas atau perak. Mula-mula, logam platina dibentuk menjadi dua kawat
yang berfungsi sebagai electrode. Selanjutnya, kawat tersebut dicelupkan kedalam
air dan diberi potensial tinggi. Suhu yang tinggi menyebabkan uap logam
mengkondensasi dan membentuk partikel koloid.
c. Dispersi Peptisasi
Dengan cara dispersi peptisasi, partikel kasar diubah menjadi partikel
koloid dengan penambahan zat kimia (zat elektrolit). Tujuannya untuk memecah
partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contohnya, soal belerang dibuat
dari endapan nikel sulfide dengan cara mengalirkan gas asam sulfida.
2. Cara membuat koloid dengan cara kondensasi
Cara kondensasi adalah pembuatan koloid dari partikel yang lebih halus
dari pada koloid. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi melibatkan reaksi
kimia, yaitu reaksi reduksi, reaksi oksidasi, reaksi hidrolisis, dan reaksi
dekomposisi rangkap.
Membuat koloid dengan cara kondensasi
Selain itu, pembuatan koloid secara kondensasi dapat dilakukan melalui
pertukaran pelarut atau penurunan kelarutan. Contoh : menuangkan larutan jenuh
belerang dalam alkohol kedalam air. Belerang lebih larut dalam alkohol,
sedangkan dalam air dapat membentuk koloid atau dapat juga dengan cara
pendinginan berlebih.
3. Cara memurnikan koloid
Koloid yang terbentuk, baik dengan cara kondensasi maupun dispersi,
dapat dimurnikan dengan cara dialysis, ultrafiltrasi, dan elektroforesis.
a. Dialisis
Karena memiliki sifat mengadsorpsi, koloid biasanya bercampur dengan
ion-ion penggangu. Koloid dapat dipisahkan dari ion-ion terlarut dengan cara
dialysis. Caranya dengan melewatkan pelarut pada system koloid melalui
membrane semipermiabel. Ion-ion atau molekul terlarut akan mengikuti pelarut,
sedangkan partikel koloid tidak.
Dalam bidang kesehatan, prinsip kerja dialysis dimanfaatkan sebagai
mesin pencuci darah untuk penderita sakit ginjal. Jaringan ginjal bersifat
semipermiabel sehingga hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana
seperti urea. Adapun partikel-partikel koloid seperti sel-sel darah merah akan
bertahan.
b. Ultrafiltrasi
Diameter partikel koloid lebih kecil dari pada partikel suspensi sehingga
koloid tidak dapat disaring menggunakan kertas saring biasa. Koloid dapat
dipisahkan dengan menggunakan kertas saring yang berpori halus. Untuk
memperkecil pori, kertas penyaring dicelupkan ke dalam koloid, misalnya selofan.
c. Elektroforesis
Selain untuk menentukan muatan koloid dan memisahkan asap dan debu
dari udara, elektroforesis juga dapat digunakan untuk memurnikan koloid dari
partikel-partikel zat pelarut. Cara kerjanya sama, koloid yang bermuatan positif
akan bergerak kearah elektrode negatif. Dengan demikian, campuran koloid
positif dan negatif dapat dipisahkan.
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaanya antara larutan dan
suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat di dispersikan
kedalam suatu media yang homogen.
a. Koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi.
Berdasarkan fase terdispersi, koloid dibedakan sebagai kelompok yaitu aerosol,
sol, emulsi, buih.
b. Koloid memiliki sifat-sifat yaitu efek Tyndall, gerak Brown, bermuatan, adsorpsi,
dan koagulasi. Beberapa penerapan koloid antara lain pemutihan gula, pewarnaan
kain, penjernihan air dan menggumpalkan karet alam.
c. Koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara disperse dan kondensasi. Dan
koloid dapat dimurnikan dengan cara analisis, ultrafiltrasi dan elektroforesis.

DAFTAR PUSTAKA

http://fitriaprilianti.blogspot.com/2010/11/koloid.html
http://iskabere.blogspot.com/2014/05/makalah-koloid-lengkap.html
http://tamagonikki.blogspot.com/2013/04/ringkasan-koloid-materi-kimia-sma-
kelas.html
Justiana Sandria, Muchtaridi. 2009. Kimia 2. Penerbit Yudhistira

Purba Michael, 2007. Kimia. Penerbit Erlangga, Jakarta

You might also like