Professional Documents
Culture Documents
ISSN 1907-7459
PUBLIKASI ILMIAH
ANNUAL MEETING
ON TESTING AND QUALITY
AMTeQ 2016
PUBLIKASI ILMIAH
ANNUAL MEETING
ON TESTING AND QUALITY
AMTeQ 2016
REVIEWERS
1. Prof. Riset. Ir. Jimmy Pusaka, M.Sc
2. Dr. Ir. Fatimah Zulfah Padmadinata, DEA
3. Dr. Ir. R. Harry Arjadi, M. Sc
4. Dr. Hasballah Zakaria, S.T.,M.Sc.
5. Marga Alisyahbana, Ph.D
6. Dr. Ir. Basrul Bahar
7. Dr. Ir. Trina Fizzanty, M.Si
8. Dr. Ir. Eddy Herjanto, SE.,M.Sc.
9. Dr. Suprijanto, S.T., M.T.
10. Dr. Ratno Nuryadi
11. Dr. Rahmat Nurcahyo
12. Dr. Ghufron Zaid
13. Drs. Rahman Mustar, M.Sc.
14. Sik Sumaedi,S.T.,M.M
EDITOR PELAKSANA
Nanang Kusnandar
Bayu Utomo
Amelia Febri Ariani
Yudhistira
Tri Rakhmawati
Khusnul Khotimah
STANDARDISASI
INSTRUMENTASI
v
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
INTISARI
Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi tahun 2010-2014 adalah pengadaan
barang dan jasa yang belum diselenggarakan secara efektif dan efisien. Membuat e-procurement di
Pusat Penelitian X diharapkan dapat membantu pelaksanaan pengadaan barang dan jasa menjadi lebih
terbuka dan berjalan efektif dan efisien. Dalam pengembangan sistem baru seperti e-procurement perlu
memperhatikan risiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis risiko agar dapat
menanggulangi terjadinya risiko tersebut. Risiko yang telah diidentifikasi kemudian diberikan peringkat
menggunakan metode FMEA, melalui pengisian kuisioner oleh responden. Berdasarkan hasil analisis
risiko menggunakan metode FMEA, didapat tiga risiko dengan prioritas tertinggi yaitu pengguna tidak
menerima notifikasi permintaan barang telah berhasil dibuat, laporan permintaan barang tidak dapat
diunggah, dan permintaan barang/jasa tidak dapat ditindaklanjuti. Dari penilaian risiko, dapat
dikembangkan rekomendasi tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan potensi terjadinya risiko,
sehingga e-procurement yang dibuat akan lebih stabil dalam menghadapi perubahan dan mampu
mencakup seluruh proses pengadaan barang dan jasa.
ABSTRACT
One of Bureaucratic Reform (RB) problems during 2010 until 2014 is ineffective and inefficiency on
procurement of goods and services. E-procurement in government organization, would help procurement
process more efficient and effective. There could be some risks during deveopment of e-procurement in
Research Center X. Therefore, risk analysis is needed in planning process of e-procurement, in order to
cope with the risks. Risks that have been identified are ranked using FMEA method, by filling the
questionnaire by the respondents. Based on risks analysis result using FMEA, theres three high-risks
found. The risks are user do not receive notification if the procurement request is made successfully,
procurement report cant be uploaded, and procurement request cant be proceed. From the analysis,
mitigation recommendation can be made to reduce or eliminate the risks, so that the e-procurement is
made to be more stable towards changes and is able to cover the whole process of procurement.
1. PENDAHULUAN
20
15
Jumlah
10
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Menurut pemerintah, salah satu penyebab adanya korupsi dalam proses pengadaan
barang dan jasa karena belum seluruh proses pengadaan dilakukan secara elektronik [2].
Oleh karena itu, e-procurement perlu diterapkan di instansi pemerintah, termasuk di
pusat penelitian X sebagai bagian dari Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).
E-procurement dipilih karena dapat diterapkan dalam berbagai lini usaha, seperti pada
perusahaan [7], usaha kecil dan menengah [8], dan juga di pemerintahan [9]. Dalam
pemanfaatan sistem baru seperti e-procurement perlu memperhatikan risiko yang
mungkin terjadi, agar tidak terjadi kegagalan proses pada saat menggunakan e-
procurement. Oleh karena itu, diperlukan analisis risiko untuk menghadapi masalah
tersebut [10].
Dalam analisis risiko, ada beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Makalah ini akan membahas penggunaan
FMEA dalam tahap desain e-procurement di Pusat Penelitian X, agar dapat diketahui
risiko yang mungkin terjadi dan dapat dikembangkan tindakan untuk mencegah risiko
tersebut ketika e-procurement telah diterapkan. FMEA dipilih karena fleksibilitasnya,
sehingga metode ini banyak dilakukan di beberapa produk atau proses, seperti fase
desain sistem motor elektrik [12], analisis korupsi [13], pembangkit listrik tenaga panas
bumi [14], dan sebagainya. Selain itu, metode ini dapat mengidentifikasi potensi
permasalahan pada proses, kontrol proses, dan mengidentifikasi apa yang bisa salah
ketika sebuah proses benar-benar dijalankan. Hal ini akan memungkinkan kesempatan
untuk mengurangi masalah sebelum terjadi [15]. E-procurement dalam Pusat Penelitian
X hanya melingkupi permintaan barang/jasa oleh pengguna, monitoring status
permintaan barang/jasa, dan penyerahan barang/jasa oleh tim pengadaan ke pengguna.
Proses keuangan terkait pengadaan barang/jasa serta proses pemilihan pemasok tidak
tercakup dalam e-procurement yang akan dibuat. E-procurement ini juga hanya berlaku
untuk proses pengadaan barang/jasa di lingkungan internal Pusat Penelitian X, dan tidak
tercakup dalam sistem informasi LPSE milik pemerintah.
393
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. DASAR TEORI
Menetapkan konteks
Penilaian risiko
Identifikasi risiko
Komunikasi Pemantauan
dan Analisis risiko dan Kaji
Konsultasi Ulang
Evaluasi risiko
Tindakan terhadap
risiko
Dalam proses manajemen resiko, terdapat analisis risiko yang berfungsi untuk
mengidentifikasi risiko, sehingga dapat ditentukan rencana tindakan terhadap risiko
tersebut [15]. Ketika risiko tidak dapat dihilangkan, organisasi harus dapat menentukan
risiko yang telah diidentifikasi dapat dikurangi atau dapat diterima [15].
2.2. FMEA
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah salah satu metode manajemen risiko
yang sistematis dan dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mendokumentasikan
394
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
penyebab serta efek dari kegagalan pada suatu proses [17]. FMEA berawal pada tahun
1940-an ketika digunakan oleh militer Amerika Serikat, dan kemudian dikembangkan
lebih lanjut dan diterapkan oleh industri penerbangan dan otomotif. Kemudian pada
tahun 1980 hingga 1990, FMEA mulai diterapkan secara luas oleh industri lain [18].
FMEA mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi kegagalan suatu produk atau
proses dan efek yang mungkin muncul, serta tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan atau mengurangi potensi kegagalan yang mungkin terjadi [11].
Skala Deskripsi
10 Kegagalan sistem yang menghasilkan efek sangat berbahaya
9 Kegagalan sistem yang menghasilkan efek berbahaya
8 Sistem tidak beroperasi
7 Sistem beroperasi tetapi tidak dijalankan secara penuh
6 Sistem beroperasi dan aman tetapi mengalami penurunan performa sehingga
mempengaruhi output
5 Mengalami penurunan kinerja secara bertahap
4 Efek yang kecil pada performa sistem
3 Sedikit berpengaruh pada kerja sistem
2 Efek yang diabaikan pada kinerja sistem
1 Tidak ada efek
395
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Skala Deskripsi
10
Sering gagal
9
8
Kegagalan yang berulang
7
6
5 Jarang terjadi kegagalan
4
3
Sangat kecil terjadi kegagalan
2
1 Hampir tidak ada kegagalan
Skala Deskripsi
10 Pengecekan tidak pernah mampu untuk mendeteksi penyebab potensial atau
mekanisme kegagalan dan mode kegagalan
9 Pengecekan memiliki sangat sedikit kemungkinan untuk mendeteksi penyebab
potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan
8 Pengecekan memiliki sedikit kemungkinan untuk mendeteksi penyebab potensial atau
mekanisme kegagalan dan mode kegagalan
7 Pengecekan memiliki kemungkinan sangat rendah untuk mendeteksi penyebab
potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan
6 Pengecekan memiliki kemungkinan rendah untuk mendeteksi penyebab potensial atau
mekanisme kegagalan dan mode kegagalan
5 Pengecekan memiliki kemungkinan yang cukup untuk mendeteksi penyebab potensial
atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan
4 Pengecekan memiliki kemungkinan cukup tinggi untuk mendeteksi penyebab potensial
atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan
3 Pengecekan memiliki kemungkinan tinggi untuk mendeteksi penyebab potensial atau
mekanisme kegagalan dan mode kegagalan
2 Pengecekan memiliki kemungkinan pada sangat tinggi untuk mendeteksi penyebab
potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan
1 Pengecekan akan selalu mampu mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme
kegagalan dan mode kegagalan
2.3. E-procurement
E-procurement dapat didefinisikan sebagai proses dimana organisasi memanfaatkan
sistem informasi untuk membuat kesepakatan untuk membeli barang/jasa dengan
imbalan pembayaran [7]. Menurut peraturan perundangan di Indonesia, e-procurement
atau pengadaan secara elektronik adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan
dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan [20]. Pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah
merupakan kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. Tujuan
pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik bertujuan untuk [21]:
a. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas,
b. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat,
c. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan,
396
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
3. METODOLOGI
Tahapan analisis risiko desain e-procurement dengan metode FMEA dapat dilihat pada
Gambar 3. Alur penelitian dapat dijelaskan dalam beberapa tahap, yaitu:
a. Observasi lapangan dilakukan pada proses pengadaan barang/jasa di Pusat Penelitian
X yang meliputi tahap permintaan barang/jasa dari pengguna ke bidang umum,
proses persetujuan oleh atasan pengguna, monitoring status permintaan barang/jasa
ke tim pengadaan, penerimaan barang/jasa dari tim pengadaan ke pengguna,
pemeriksaan barang/jasa yang diterima untuk mengetahui kesesuaian dengan jumlah
dan spesifikasi yang diminta saat proses penerimaan barang, dan penandatanganan
formulir oleh pengguna sebagai bukti barang/jasa telah diterima. Observasi ini
dilakukan ketika kegiatan pengadaan barang/jasa ketika masih menggunakan
formulir yang bersifat paper based.
b. Wawancara dengan tim pengadaan untuk mengetahui user requirement terhadap e-
procurement. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur
untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam dari responden [22]. Tim pengadaan
yang berjumlah 3 orang dipilih sebagai responden karena tim tersebut yang memiliki
pemahaman dan pengalaman yang lebih baik tentang setiap kegiatan pengadaan
barang/jasa dibandingkan pengguna.
c. Identifikasi potensi mode kegagalan, efek, penyebab, dan deteksi kegagalan
dilakukan oleh tim penulis serta adanya beberapa masukan dari 3 orang tim
pengadaan dan 1 orang pranata komputer Pusat Penelitian X. Proses identifikasi
dimulai dengan mempelajari prosedur pengadaan barang/jasa di Pusat Penelitian X,
dan mempertimbangkan kemungkinan risiko yang dapat terjadi ketika sebuah sistem
informasi telah dijalankan.
397
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Observasi lapangan
Pemeringkatan RPN
Rekomendasi untuk
pengembangan e-procurement
d. Pemberian peringkat severity, occurence, dan detection oleh 7 orang responden, yang
terdiri dari 3 orang tim pengadaan, Kasubbag Kepegawaian dan Umum, 1 orang
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) kegiatan tematik, 1 orang PPK Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP), dan 1 orang pranata komputer, dengan cara mengisi
kuisioner FMEA yang berisi mode kegagalan yang telah dibuat dari hasil
brainstorming. Responden ini dipilih karena keterlibatan personil secara langsung
dalam proses pengolahan permintaan barang/jasa, pemantauan kegiatan pengadaan
barang/jasa, serta dalam pembuatan sistem e-procurement di Pusat Penelitian X.
Hasil peringkat kemudian diolah untuk mendapatkan nilai RPN. RPN kemudian
diurutkan berdasarkan nilai tertinggi ke terendah untuk mengetahui prioritas risiko
yang akan dikendalikan. Prioritas risiko ini yang akan digunakan sebagai
398
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Hasil penilaian risiko dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai S, O, dan D diperoleh dari nilai
rata-rata yang diberikan oleh seluruh responden. Kemudian nilai tersebut dikalikan
untuk mendapatkan RPN, lalu diurutkan peringkatnya sesuai dengan nilai RPN yang
paling besar. Hasil pemeringkatan ini untuk mengetahui mode kegagalan dengan risiko
yang paling tinggi agar dapat ditentukan tindakan untuk mengeliminasi atau mengurangi
risiko tersebut [23].
Nilai RPN tertinggi, yaitu 150, terdapat pada proses notifikasi permintaan barang
berhasil tidak diterima oleh pengguna. Penyebab kegagalan ini adalah adanya gangguan
pada server email sehingga permintaan barang tidak dapat diproses. Risiko tertinggi
kedua dengan nilai RPN 148, adalah laporan permintaan barang tidak dapat diunggah
sehingga tidak dapat dilihat oleh pihak terkait. Penyebab dari risiko ini adalah adanya
gangguan pada koneksi internet. Risiko ketiga dengan nilai RPN 144 adalah permintaan
barang/jasa tidak dapat ditindaklanjuti, karena permintaan barang belum disetujui oleh
penanggung jawab kegiatan. Ketiga risiko tertinggi ini akan disampaikan kepada pihak
pembuat e-procurement di Pusat Penelitian X agar dijadikan pertimbangan dalam
mengembangkan sistem tersebut, agar tidak terjadi kegagalan tersebut saat e-
procurement telah dijalankan. Risiko yang teridentifikasi juga dapat diaplikasikan oleh
pengembang e-procurement lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam
mengembangkan sistem yang serupa.
5. KESIMPULAN
399
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
No Proses e-procurement Potensi Mode Kegagalan Potensi efek dari kegagalan S Potensi penyebab kegagalan O Potensi deteksi kegagalan D RPN
Pengguna tidak bisa Pengguna tidak dapat Notifikasi "pengiriman
1 Registrasi Pengguna 6,86 alamat email salah 3,43 2,71 64
didaftarkan mengakses aplikasi konfirmasi email gagal"
Kesalahan dalam memasukkan Notifikasi berupa "username
4,57 2,00 64
username salah"
Pengguna tidak dapat Kesalahan dalam memasukkan Notifikasi berupa "password
Pengguna tidak bisa log in ke 5,14 2,00 72
2 Login Pengguna memanfaatkan sistem e- 7,00 password salah"
dalam sistem
procurement Pengguna belum terdaftar
Notifikasi berupa "user belum
sebagai pengguna e- 3,86 2,29 62
terdaftar"
procurement
Input Permintaan Pengguna tidak dapat input Permintaan barang tidak dapat Ada required field yang belum Highlight berwarna merah
3 7,86 5,57 2,00 88
Barang permintaan barang diproses terisi pada field yang belum diisi
Notifikasi permintaan barang
Submit Permintaan Permintaan barang tidak dapat Server email mengalami Notifikasi "permintaan barang
4 berhasil tidak diterima oleh 7,43 6,43 3,14 150
Barang diproses gangguan gagal"
pengguna
Notifikasi persetujuan
Notifikasi "Server error,
Persetujuan permintaan barang tidak Permintaan barang tidak dapat Server email mengalami
5 7,57 6,14 silahkan coba beberapa saat 2,71 126
Permintaan Barang diterima oleh pejabat yang diproses gangguan
lagi"
berwenang
400
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
No Proses e-procurement Potensi Mode Kegagalan Potensi efek dari kegagalan S Potensi penyebab kegagalan O Potensi deteksi kegagalan D RPN
Data e-procurement tidak bisa Kesalahan dalam pemrograman Error saat mengeksekusi
Tidak ada laporan 5,86 5,86 3,00 103
di-generate ke dalam laporan e-procurement proses generate laporan
Laporan tidak dapat diunduh Pengguna tidak dapat melihat Tidak ada berkas yang
6,71 Koneksi internet terganggu 6,14 3,43 141
oleh pengguna laporan terunduh
Notifikasi error file tidak
Format file tidak terdaftar 4,57 3,86 118
terdaftar
Laporan Permintaan File melebihi ukuran batas Notifikasi error file melebihi
7 Dokumen tidak terunggah 5,57 3,29 123
Barang Pengguna tidak dapat maksimal yg ditetapkan batas ukuran
sehingga laporan tidak dapat 6,71
mengunggah laporan File rusak 3,57 Notifikasi error file rusak 3,14 75
dilihat oleh pihak terkait
Tidak ada berkas yang
Koneksi internet terganggu 6,43 3,43 148
terunggah
401
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada responden yang telah meluangkan
waktunya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, yaitu Rizki Maulana, Endang
Tejowati, Dodi Gunawan, Asep Rahmat Hidayat, Sri Kadarwati, Dewi Indah
Vebriyanti, dan Yana Mardiyana.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010 2025.
[2] Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. (2015).
Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015 2019.
[3] Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (2012). Laporan Tahunan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Jakarta: KPK.
[4] Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (2013). Laporan Tahunan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tahun 2013. Jakarta: KPK.
[5] Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (2014). Laporan Tahunan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tahun 2014. Jakarta: KPK.
[6] Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (2015). Laporan Tahunan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tahun 2015. Jakarta: KPK.
[7] Gunasekaran, A., Ngai, E.W.T. (2008). Adoption of e-procurement in Hong Kong:
An empirical research. International Journal of Production Economics, vol. 113,
pp. 159 175.
[8] Gunasekaran, A., et. al. (2009). E-procurement adoption in the Southcoast SMEs.
International Journal of Production Economics, vol. 122, pp. 161 175.
[9] Panayiotou, N.A., Gayialis, S.P., dan Tatsiopoulos, I.P. (2004). An e-procurement
system for governmental purchasing. International Journal of Production
Economics, vol. 90, pp. 79 102.
[10] Dewi, D.S., Syairudin, B., dan Nikmah, E.N. (2015). Risk management in new
product development process for fashion industry: Case study in hijab industry.
Procedia Manufacturing, vol. 4, pp. 383 391.
doi: 10.1016/j.promfg.2015.11.054
[11] Chin, K., Chan, A., dan Yang, J. (2008). Development of a fuzzy FMEA based
product design system. The International Journal of Advanced Manufacturing
Technology, vol. 36, pp. 633-649.
[12] Cassanelli, G., et. al. (2006).Failure Analysis-assisted FMEA. Microelectronics
Reliability, vol. 46, pp. 1795-1799.
[13] Ochrana, F., Pucek, M., dan Placek, M. (2015). The Use of FMEA for the analysis
of corruption:A case study from Bulgaria. Procedia Economics and Finance, vol.
30, pp. 613-621.
[14] Feili, H.R., et. al. (2013). Risk analysis of geothermal power plants using Failure
Modes and Effects Analysis (FMEA) technique. Energy Conversion and
Management, vol. 72, pp. 69-76.
[15] Mollah, H., Baseman, H., Long, M. (2013) Risk Management Applications in
Pharmaceutical and Biopharmaceutical Manufacturing. New Jersey: John Wiley &
Sons.
[16] ISO 31000: 2009. Risk Management Principles and Guidelines.
402
ISSN 1907-7459
11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
[17] Dyadem Press. (2003). Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For
Automotive, Aerospace, and General Manufacturing Industries. Florida: CRC
Press LLC.
[18] Jenab, K., Kelley, T.K. (2015). Bayesian Failure Modes and Effects Analysis:
Case Study for the 1986 Challenger Failure. International Journal of Engineering
Research & Technology, vol. 4, pp. 685-690.
[19] Firdaus, H., Widianti, T. (2015) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
sebagai Tindakan Pencegahan pada Kegagalan Pengujian. Prosiding AMTeQ
2015, pp. 131-142.
[20] Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
[21] Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
[22] Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
[23] McDermott, R.E., Mikulak, R.J., dan Beauregard, M.R. (2009). The Basics of
FMEA 2nd Edition. New York: CRC Press.
DISKUSI
Pertanyaan :
Proses pengadaan yang dimaksud dalam makalah apakah untuk pengadaan yang
melibatkan rekanan? Atau yang dilihat hanya proses secara internal saja?
Jawaban:
Proses pengadaan yang diteliti dalam makalah ini adalah hanya melingkupi permintaan
barang/jasa oleh pengguna, monitoring status permintaan barang/jasa, dan penyerahan
barang/jasa oleh tim pengadaan ke pengguna di internal satuan kerja Pusat Penelitian X.
Proses keuangan terkait pengadaan barang/jasa serta proses pemilihan pemasok tidak
tercakup dalam pembahasan makalah ini.
403
ISSN 1907-7459